ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPSSISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE DEMONSTRASI
Disusun oleh :
Nama : Prima Yunita
NIM : 091134046
Proses pembelajaran membutuhkan metode belajar yang inovatif atau metode yang membuat siswa aktif. Peneliti tidak menemukan penggunaan metode belajar yang membuat siswa aktifsaat melakukan observasi di kelas III SD Kanisius Kintelan dalam mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap motivasi dan hasil belajar IPS terhadap siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuanmeningkatkan motivasi dan hasil belajar menggunakan metode demonstrasi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan selama 1 siklus. Dalam penelitian tersebut peneliti menerapkan metode demonstrasi langsung. Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur motivasi belajar siswa. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar siswa, peneliti menggunakan soal evaluasi dan rubrik penilaian.
Hasil analisis data mengindikasikan adanya peningkatan motivasi maupun hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan.
INCREASING THE MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT GRADE III KANISIUS KINTELAN ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN SOCIAL SCIENCE USING DEMONSTRATION
METHODS.
Name : Prima Yunita Student number : 091134046
Sanata Dharma University 2013
Learning process need an innovative learning methods. It will make students active. The researcher did not find indicate the innovative learning methods being used when doing an observation in 3rd grade of Kanisius Kintelan Elementary School. Based that observation, the researcher was interested to do research on social science subject motivation and learning resulted from using demonstration methods. This research that is increasing the student’s motivation and learning on social subject.
The research was a classroom action research. Which was aimed was done in one cycle. In the first cycle, the researcher applied a direct demonstration methods. Researcher use questioner to measure student’s learning motivation and evaluation tasks and assessment rubric to measure the result of learning.
The results of data analysis revealed that students motivation and learning increase. This be concluded that demonstration method can increase the motivation and learning result of 3rd students of Kanisius Kintelan Elementary School.
i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS
SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE
DEMONSTRASI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Prima Yunita (091134046)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS
SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE
DEMONSTRASI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Prima Yunita (091134046)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE
DEMONSTRASI
Disusun oleh:
Nama : Prima Yunita
NIM : 091134046
Telah disetujui oleh :
Pembimbing 1
(Catur Rismiati, Ed. D.) Yogyakarta, 14 Oktober 2013
Pembimbing 2
LEMBAR PENGESAHAN
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE
DEMONSTRASI
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Prima Yunita
NIM : 091134046
Telah dipertanggungjawabkan di depan penguji Pada tanggal 27 November 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Gregorius Ari Nugrahanta, S. J., S. S., B. S. T., M. A. ___________
Sekertaris : Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. ___________
Anggota 1 : Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. ___________
Anggota 2 : Eny Winarti, M. Hum., Ph. D ___________
Anggota 3 : Rusmawan, S. Pd., M. Pd. ___________
Yogyakarta, 27 November 2013
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan pada daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 November 2013
Penulis
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH DEMI KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Prima Yunita
NIM : 091134046
Demi mengembangkan ilmu pemgetahuan, saya memberikan karya ilmiah ini kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma :
“PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS
III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE DEMONSTRASI”
beserta perangkat bila diperlukan (bila ada). Dengan demikian perpustakaan Universitas Sanata Dharma berhak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya, mendistribusikan secara terbatas, mempublikasikan di internet dan media lain demi kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 27 November 2013
Yang menyatakan
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Bagi manusia banyak hal yang tidak mungkin,
namun jika kita bekerja dalam Tuhan semuanya
itu akan
menjadi mungkin.”
“Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan
mudah bila dikerjakan tanpa keengganan.”
“Seberat apapun beban masalah yang kamu hadapi
saat ini, percayalah bahwa semua itu tidak akan
melebihi kemampuanmu untuk menyelesaikannya.”
Setiap apa saja yang saya tulis dalam skripsi ini,
saya persembahkan kepada :
Tuhan Yesus
Kedua Orang Tuaku
Adikku tercinta
Teman-temanku
vii
ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE DEMONSTRASI
Disusun oleh : Nama: Prima Yunita
NIM: 091134046 Universitas Sanata Dharma
2013
Proses pembelajaran membutuhkan metode belajar yang inovatif atau metode yang membuat siswa aktif. Peneliti tidak menemukan penggunaan metode belajar yang membuat siswa aktif saat melakukan observasi di kelas III SD Kanisius Kintelan dalam mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap motivasi dan hasil belajar IPS terhadap siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuanmeningkatkan motivasi dan hasil belajar menggunakan metode demonstrasi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan selama 1 siklus. Dalam penelitian tersebut peneliti menerapkan metode demonstrasi langsung. Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur motivasi belajar siswa. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar siswa, peneliti menggunakan soal evaluasi dan rubrik penilaian.
Hasil analisis data mengindikasikan adanya peningkatan motivasi maupun hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan.
viii
ABSTRACT
INCREASING THE MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT GRADE III KANISIUS KINTELAN ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN SOCIAL SCIENCE USING DEMONSTRATION
METHODS.
Name : Prima Yunita Sanata Dharma University
2013
Learning process need an innovative learning methods. It will make students active. The researcher did not find indicate the innovative learning methods being used when doing an observation in 3rd grade of Kanisius Kintelan Elementary School. Based that observation, the researcher was interested to do research on social science subject motivation and learning resulted from using demonstration methods. This research that is increasing the student’s motivation and learning on social subject.
The research was a classroom action research. Which was aimed was done in one cycle. In the first cycle, the researcher applied a direct demonstration methods. Researcher use questioner to measure student’s learning motivation and evaluation tasks and assessment rubric to measure the result of learning.
The results of data analysis revealed that students motivation and learning increase. This be concluded that demonstration method can increase the motivation and learning result of 3rd students of Kanisius Kintelan Elementary School.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yesus, karena hanya karena lindunganNya dan penyertaanNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak ada penyertaan dari-Nya. Selain itu saya juga bersyukur dalam penyusunan skripsi ini tidak ada halangan berat yang membuat saya berhenti untuk menyelesaiknnya.
Skripsi yang berjudul : Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SD Kanisius Kintelan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi, disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penulisan skripsi ini juga tidak akan terselesaikan tanpa ada bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.J., M.A. selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Ibu Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Eny Winarti, S. Pd., M. Hum., Ph.D. selaku dosen pembimbing II yang selalau membantu peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen yang ada di Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang membekali peneliti selama kuliah.
6. Ibu Marciana Sarwi S. Pd. Sekalu kepala sekolah SD Kanisius Kintelan yang memberikan ijin melakukan penelitian serta membimbing peneliti selama melakukan penelitian
7. Ibu Hartini S. Pd. Selaku guru kelas III SD Kanisius Kintelan yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian.
8. Seluruh siswa kelas III SD Kanisius Kintelan yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian peneliti.
9. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Suwasdi dan Ibu Mugirah yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan doa kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
10.Adikku tercinta Rikha Novandari yang tidak pernah lelah membantu dan memberikan dukungan terhadap peneliti.
11.Orang terdekatku, yang selalu memotivasi dan mendukungku dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Teman-temanku yang tidak pernah lelah memberikan masukan terhadap peneliti.
13.Teman-teman kelas C angkatan 2009 pagi.
14.Pihak-pihak lain yang tidak peneliti ketahui namun memberikan sumbagan terhadap skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini banyak sekali kesalahan yang peneliti lakukan baik penulis sengaja maupun tidak peneliti sengaja, hal ini terjadi karena tidak ada orang yang sempurna dalam melakukan suatu hal. Untuk itu peneliti dengan senang hati menerima kritik maupun saran yang membangun. Semoga skripsi ini berguna.
Yogyakarta, 27 November 2013
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Batasan Masalah... 5
1.3 Rumusan Masalah ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
1.6 Batasan Pengertian ... 7
BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 8
2.1 KajianTeori ... 8
2.1.1Motivasi Belajar ... 8
2.1.2 Hasil Belajar ... 11
2.1.3 Teori Perkembangan Kognitif ... 17
2.1.4 Metode Demonstrasi ... 18
2.1.5 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 20
2.2 Penelitian Yang Relevan ... 22
2.3 Kerangka Berfikir... 25
2.4 Hipotesis Tindakan... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27
3.1 Jenis Penelitian ... 27
3.2 Setting Penelitian ... 28
3.3 Rencana Tindakan ... 28
3.4 Indikator Keberhasilan ... 32
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.6 Instrumen Penelitian... 35
3.7 Instrumen Pengumpulan Data ... 37
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 38
3.9 Teknik Analisis Data ... 52
3.10 Jadwal Penelitian ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
4.1 Hasil Penelitian ... 61
4.2 Pembahasan ... 78
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 89
5.1 Kesimpulan ... 89
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 90
5.3 Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 96
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Penelitian Yang Relevan ... 24
Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart ... 27
Gambar 4.1 Grafik Ketercapaian Motivasi Siswa... 74
Gambar 4.2 Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa ... 76
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan ... 33
Tabel 3.2 Variabel Penelitian dan Pengumpulan data ... 37
Tabel 3.3 Kualifikasi Reliabilitas... 40
Tabel 3.4 Hasil Validitas dan Penilaian Silabus ... 41
Tabel 3.5 Hasil Validitas dan Penilaian RPP ... 43
Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum Divalidasi ... 44
Tabel 3.7 Hasil Validitas Soal Pilihan Ganda ... 46
Tabel 3.8 Hasil Validitas Soal Isian Singkat ... 46
Tabel 3.9 KIsi-kisi Soal Evaluasi ... 49
Tabel 3.10 Kriteria Kesukaran Item ... 50
Tabel 3.11 Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran Pilihan Ganda ... 50
Tabel 3.12 Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran Isian Singkat ... 51
Tabel 3.13 Kisi-kisi Indeks Kesukaran Soal Evaluasi ... 52
Tabel 3.14 Acuan PAP 1 ... 54
Tabel 3.15 Penghitungan Indikator 1 ... 55
Tabel 3.16 Kriteria PAP I Untuk Indikator 1 ... 55
Tabel 3.17 Penghitungan Indikator 2 ... 56
Tabel 3.18 Kriteria PAP I Untuk Indikator 2 ... 56
Tabel 3.19 Penghitungan Indikator 3 ... 57
Tabel 3.20 Kriteria PAP I Untuk Indikator 3 ... 57
Tabel 3.21 Pensekoran Soal Evaluasi ... 58
Tabel 3.22 Pembobotan Nilai Evaluasi ... 59
Tabel 3.23 Jadwal Penelitian... 60
Tabel 4.1 Hasil Angket Motivasi Siswa Indikator 1 ... 70
Tabel 4.2 Hasil Angket Motivasi Siswa Indikator 1 ... 71
Tabel 4.3 Hasil Angket Motivasi Siswa Indikator 1 ... 72
Tabel 4.4 Hasil Keseluruhan Indikator Motivasi ... 73
Tabel 4.5 Hasil Akhir Hasil Belajar Siswa ... 75
Tabel 4.6 Indikator Ketercapaian Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ... 77
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 96
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ... 98
Lampiran 3 Instrumen Pembelajaran Sebelum Divalidasi ... 100
Lampiran 4 Instrumen Pembelajaran Setelah Divalidasi ... 113
Lampiran 5 Instrumen Penelitian ... 137
Lampiran 6 Contoh-contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 140
Lampiran 7 Contoh Rubrik Penilaian Afektif dan Psikomotorik... 157
Lampiran 8 Hasil Hitungan Indeks Kesukaran, Validitas dan Reliabilitas ... 163
Lampiran 9 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran ... 201
Lampiran 10 Daftar Nilai Siswa Pada Kondisi Awal ... 211
Lampiran 11 Hasil Kuesioner Motivasi Kondisi Awal ... 213
Lampiran 12 Hasil Belajar Siswa ... 217
Lampiran 13 Hasil Motivasi Belajar Siswa ... 221
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan terdapat enam hal yang akan dijelaskan oleh peneliti.
Enam hal tersebut diantaranya adalah latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1.Latar Belakang Masalah
Di Indonesia ini sangat diperlukan orang-orang yang berpendidikan guna
memajukan mutu pendidikan di Indonesia. Seperti yang diungkapan oleh Suparno
(dalam Sukardjo, 2009 : 8) bahwa pendidikan di Indonesia diibaratkan sebagai
mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang berada di jalan bebas hambatan,
dengan kata lain bahwa pendidikan Indonesia ini di satu sisi mengalami masalah
yang berat sedangkan di sisi lain memiliki tantangan di jaman yang modern ini.
Maka dari itu, dalam dunia pendidikan diperlukan cara untuk menghadapi
tantangan jaman modern ini, baik dengan menggunakan strategi, metode, ataupun
teknik belajar yang tepat. Uno (2008 : 7) mengatakan bahwa pemilihan strategi
yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas harus disesuaikan dengan
kebutuhan siswa.
Rosdijati (2010 : 90) mengemukakan bahwa untuk membantu siswa
memahami materi pelajaran maka diperlukan model pembelajaran yang PAKEM.
Pembelajaran yang PAKEM dapat membantu guru menciptakan pembelajaran
yang variatif dan tidak membuat siswa bosan (Rosdijati, 2010 : 90). Dengan
berpikir kritis, kreatif, imajinatif, dan lebih aktif. Sukarjo (2009 :14) mengatakan
tujuan pendidikan yang tertulis dalam UU Sisdiknas no. 22 tahun 2003 yaitu
mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang dapat memajukan
negara, dan dapat menjadi generasi muda yang bermutu.
Siswa diharapkan mampu memiliki karakter seperti yang diharapkan dalam
tujuan pendidikan nasional di atas. Siswa mampu mencerminkan sikap-sikap yang
baik dalam kehidupannya serta siswa mampu menggunakan kemampuan yang
dimiliki untuk mewujudkannya. Selain itu dengan terwujudnya tujuan pendidikan
nasional dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu dan menghasilkan manusia
yang bermutu. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa manusia itu akan dididik dari
tingkatan paling rendah (Taman Kanak-kanak/TK) sampai tingkatan paling tinggi
(Perguruan Tinggi).
Selama manusia mengalami proses pendidikan, diharapkan manusia
mendapat layanan pendidikan yang baik. Layanan pendidikan yang diharapkan
seperti siswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya dan mendapatkan
pengetahuan (Sukardjo, 2009 : 83). Layanan pendidikan yang diharapkan manusia
tersebut tidak ditemukan di kelas III SD Kanisius Kintelan. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti di kelas III SD Kanisius Kintelan
menjelaskan bahwa 5 siswa sulit memahami maksud sebuah pertanyaan terutama
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang menuntut siswa untuk
mempunyai kemampuan menghafal, terbukti Lima siswa tersebut memiliki nilai
dibawah 50, (komunikasi pribadi, 25 Oktober 2012). Guru kelas III SD Kanisius
cara yang digunakan oleh guru masih belum efektif untuk meningkatkan proses
belajar dan hasil belajar siswa. Selain itu, untuk memudahkan guru kelas
mengontrol kondisi siswa, guru kelas membagi kelas menjadi 3 kelompok sesuai
dengan tingkat pemahaman siswa, dari yang mudah mengerti, cukup, dan sulit
mengerti. Dengan pembagian seperti ini guru akan lebih mudah mendampingi
siswa-siswa yang masih mengalami kesulitan dalam belajar.
Dalam observasi 25 Oktober 2012, pembelajaran di kelas nampak ada 40%
dari 24 siswa kurang memiliki keingginan untuk belajar IPS, contohnya siswa
tidak mengerjakan PR, tidak membawa buku pelajaran dan lain-lain. Hal lain
yang nampak adalah 30% dari 24 siswa kurang memiliki keuletan dalam
menyelesaikan tugas. Hal tersebut terlihat saat guru memberikan tugas siswa tidak
dengan segera menyelesaikannya. Dalam belajar, siswa juga terlihat tidak
mempunyai semangat untuk berusaha dan berhasil dalam belajar. Saat proses
pembelajaran dikelas, terlihat seorang siswa saat diberi pertanyaan oleh guru tidak
bisa menjawab, namun siswa itu hanya diam dan terlihat binggung. Lalu guru
melemparkan pertanyaan kepada siswa yang lain, dan siswa itu juga, hanya diam
dan bingung. Setelah itu guru mulai memancing agar siswa tersebut bisa
menjawab, namun tetap saja siswa itu terlihat bingung. Dari hal yang dipaparkan
diatas terlihat bahwa motivasi di kelas tersebut kurang baik. Data lain diperoleh
dari hasil pretest motivasi yang dilakukan sebelum dilakukannya penelitian untuk
indikator 1 yaitu siswa memiliki keingginan belajar hanya terdapat 9 siswa dari 24
dengan persentase 37,50%, untuk indikator 2 yaitu siswa memiliki keuletan dalam
dan untuk indikator 3 yaitu siswa memiliki tujuan belajar terdapat 8 siswa dari 24
siswa dengan persentase 33,3% (lihat lampiran 11 hal 210).
Selain observasi yang dilakukan dikelas, peneliti juga melakukan observasi
dokumen nilai. Peneliti melakukan observasi dokumen nilai pada tanggal 2
November 2012 menunjukkan bahwa siswa yang tuntas KKM dalam UTS yang
dilakukan sekolah adalah 62,5% atau sekitar 15 anak, dengan rata-rata kelas
68,54. Berdasarkan data di atas peneliti menyimpulkan bahwa masih ada 33,5%
siswa yang belum tuntas KKM. Dengan demikian guru perlu meningkatkan hasil
belajar siswa, agar hasil belajar siswa yang melampaui KKM bertambah.
Berdasarkan bukti-bukti di atas, siswa kelas III SD Kanisius Kintelan perlu
mendapatkan perlakuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya. Hal
yang bisa dilakukan oleh guru diantaranya dengan menggunakan metode-metode
belajar yang lebih inovatif dan bisa merangsang siswa untuk berpikir kritis dan
juga kreatif. Menurut Simamora (2009 : 54) metode-metode yang sering
digunakan dalam proses pembelajaran yaitu, metode ceramah, metode
tanya-jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode simulasi, metode
demonstrasi. Metode-metode tersebut merupakan metode yang cukup baik untuk
digunakan dalam sebuah pembelajaran, namun peneliti akan fokus pada
penggunaan metode demonstrasi dalam penelitiannya untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan, metode demonstrasi
merupakan metode yang efektif dan dapat membantu siswa dalam meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa, dalam metode demonstrasi penyajian materi
Dengan demikian untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa
kelas III SD Kanisius Kintelan, peneliti akan menggunakan metode demonstrasi.
Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran telah terbukti mampu
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, seperti penelitian dilakukan oleh
Ervinasari (2011) membuktikan bahwa metode demonstrasi dapat digunakan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD Muhammadiyah Kemadang. Untuk itu
peneliti akan melakukan penelitian dengan judul penelitian peningkatan motivasi
dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan
metode demonstrasi.
1.2.Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti hanya membatasi penelitiannya
pada peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius
Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi.
1.3.Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, secara umum masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.3.1. Bagaimana penggunaan metode demonstrasi dalam upaya meningkatkan
motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III SD Kanisius
Kintelan tahun ajaran 2012/2013?
1.3.2. Bagaimana penggunaan metode demonstrasi dalam upaya meningkatkan
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III SD Kanisius
1.4.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti mempunyai tujuan yang
diharapkan :
1.4.1. Meningkatkan motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III
SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi tahun
ajaran 2012/2013.
1.4.2. Meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III SD
Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi tahun ajaran
2012/2013.
1.5.Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dipaparkan di atas,
diharapk;an hasil penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:
1.5.1. Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan baru tentang metode-metode baru yang inovatif dan berpikir
kritis siswa dalam mata pelajaran IPS.
1.5.2. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan alternatif
pembelajaran IPS.
1.5.3. Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat membantu siswa dengan
mudah memahami materi IPS dengan menggunakan metode demonstrasi.
1.5.4. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat membantu peneliti untuk
mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS. Selain itu peneliti juga akan mendapat informasi baru
1.6.Batasan Pengertian
1.6.1. Motivasi belajar adalah dorongan intrinsik dan ekstrinsik dalam diri
anak untuk berhasil dalam belajar.
1.6.2. Hasil belajar adalah suatu komponen dalam pembelajaran dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pembelajar
1.6.3. Metode demonstrasi adalah sebuah cara menyapaikan materi dengan
cara memperagakan barang, kejadian, dan urutan dalam suatu kejadian
8
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Bagian tinjauan literatur terdpat empat hal yang dijelaskan oleh peneliti.
Empat hal tersebut diantaranya kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka
berpikir, hipotesis tindakan.
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Motivasi Belajar
Uno (2007 : 23) mengungkapkan bahwa motivasi belajar merupakan dua hal
yang saling berpengaruh. Motivasi tersebut timbul karena faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik yang mempengaruhi perubahan tingkah lakunya. Selain itu
Siregar (2011 : 51) mengungkapkan bahwa motivasi belajar merupakan
penggerak psikis dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar serta
menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Dengan demikian,
motivasi belajar merupakan suatu hal yang mempengaruhi psikis siswa atau
mendorong siswa untuk mencapai tujuan belajar.
2.1.1.1. Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran
Uno (2007 : 27 – 29) mengungkapkan bahwa motivasi merupakan sebuah alat
bantu bagi seseorang dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu,
termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Di bawah ini terdapat peranan
motivasi dalam belajar dan pembelajaran, yaitu : 1) peranan motivasi dalam
untuk mengingatkan tentang pelajaran yang sudah berlalu dan masih dibutuhkan
saat itu, 2) peranan motivasi memperjelas tujuan belajar, peranan ini dapat
diartikan sebagai suatu cara untuk memperjelas tujuan belajar yang mengaitkan
pada belajar bermakna. Dapat dijelaskan bahwa orang yang termotivasi akan
terus-menerus belajar hal-hal yang ingin dia tekuni dan juga bermanfaat, 3)
motivasi menentukan ketekunan belajar, seseorang yang sudah termotivasi, maka
orang itu akan terus menerus belajar dengan baik dan tekun, dengan harapan dapat
memperoleh hasil yang baik.
2.1.1.2. Cara memotivasi yang dapat dilakukan di dalam kelas
Fudyartanto (2002 : 290 – 294) memberikan beberapa teknik untuk
memotivasi siswa di dalam kelas, yaitu : 1) memakai prinsip senang dan tidak
senang, 2) memakai hadiah dan hukuman, 3) level aspirasi, 4) memakai kompetisi
dan kerjasama, 5) pemakaian hasil belajar sebagai umpan balik, 6) memakai
pujian dan celaan, 7) guru menciptakan hal-hal baru dalam mengajar, 8)
menyiapkan tujuan belajar, 9) tidak menggunakan prosedur-prosedur yang
menekan siswa, 10) menggunakan contoh-contoh yang hidup, model-model yang
menarik, 11) mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Dari sebelas
cara memotivasi siswa yang dapat dilakuan oleh guru diatas dapat peneliti
gunakan dalam melakukan penelitian terhadap siswa kelas III di SD Kanisius
Kintelan.
2.1.1.3. Indikator Motivasi
Berdasarkan penjelasan tentang pengertian, peranan motivasi dan cara untuk
Indikator-indikator tersebut ditentukan berdasarkan pendapat beberapa ahli seperti
di bawah ini.
Seseorang dapat dikatakan termotivasi, jika seseorang tersebut memiliki daya
dorong dari dalam dirinya. Daya dorong tersebut dapat bersifat intrinsik maupun
ekstrinsik. Uno (2007 : 23) mengatakan ada beberapa indikator motivasi belajar
yaitu: adanya hasrat dan keingginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan
dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan
dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan
belajar yang kondusif. Aritonang (2008: 14) berpendapat lain bahwa motivasi
belajar siswa meliputi 1) ketekunan dalam belajar, 2) ulet dalam menghadapi
kesulitan, 3) minat dan ketajaman perhatian dalam belajar dan 4) partisipasi dalam
belajar.
Sardiman dalam Herline (2009: 81) menjelaskan beberapa indikator motivasi
belajar sebagai berikut: 1) tekun menghadapi tugas, hal ini terlihat saat siswa
dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama serta tidak akan berhenti sebelum
menyelesaikannya, 2) ulet menghadapi kesulitan, akan terlihat saat siswa mampu
menghadapi kesulitan, tidak mudah putus asa dan selalu berjuang dalam
menghadapi kesulitannya, 3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam
masalah seperti siswa memiliki minat terhadap belajar yaitu untuk mempelajari
sesuatu sampai mengerti, 4) lebih senang bekerja mandiri, dalam hal ini siswa
yang memiliki motivasi itu tidak selalu bekerja secara mandiri, namun dilain sisi
orang yang memiliki motivasi itu dapat belajar bersama dan tidak individual, 5)
merasa bosan jika proses pembelajaran di kelas dilakukan secara rutin tanpa
adanya pergantian cara belajar atau dapat dikatakan menggunakan pembelajaran
yang kurang inovatif dan dilakukan secara terus menerus, 6) dapat
mempertahankan pendapatnya, siswa yang sudah termotivasi dan merasa yakin
terhadap sesuatu maka ia akan selalu mempertahankan pendapatnya, 7) tidak
mudah melepas hal yang diyakini itu, seorang siswa yang termotivasi maka ia
akan mempertahankan pendapatnya dan tidak akan mudah melepas sesuatu yang
dianggap benar. 8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal, Siswa
yang termotivasi ini akan lebih suka mencari tahu sesuatu yang baru serta senang
memecahkan masalah dengan cara-cara tertentu baik berdiskusi bersama teman,
mencari sumber lain dan bekerjasama dengan teman untuk menyelesaikan tugas.
Dari paparan indikator-indikator yang ungkapkan oleh para ahli di atas maka
peneliti menyimpulkan beberapa indikator yang akan digunakan dalam
penelitiannya seperti : memiliki keinginan belajar, ulet menghadapi tugas,
memiliki tujuan belajar.
2.1.2. Hasil Belajar
Peneliti akan membahas beberapa hal dalam sub-bab hasil belajar seperti,
pengertian hasil belajar dan taksonomi hasil belajar.
2.1.2.1. Pengertian hasil belajar
Purwanto (2009 : 38) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan
pencapaian tujuan belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Tujuan
pendidikan bersifat ideal, tetapi hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar adalah
berdasarkan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Pendapat lain diungkapkan oleh
Sudjana (2009 : 3) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah
laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa tersebut mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Purwanto (2009 : 39) menjelaskan bahwa dalam belajar pasti akan
menimbulkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku dapat terjadi dengan
melakukan proses pembelajaran. Untuk memudahkan cara memahami dan
mengukur perubahan perilaku siswa maka perilaku jiwa manusia dibagi menjadi 3
domain atau ranah yaitu : kognitif, afektif, psikomotorik. Hasil belajar yang
dicapai setelah pembelajaran dapat berupa hasil utama pengajaran ataupun hasil
pengiring pengajaran. Hasil utama pengajaran adalah hasil yang didapat sesuai
dengan apa yang direncanakan, sedangkan hasil sampingan pengajaran adalah
hasil diluar apa yang telah direncanakan.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan suatu komponen dalam pembelajaran dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pembelajar. Untuk mencapai hasil belajar yang
baik, siswa harus memahami apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Hasil belajar
itu bisa berupa perubahan perilaku dalam diri anak yang mencakup 3 aspek yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Widoyoko (2009 : 29) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar merupakan
komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti dapat melakukan upaya
untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan meningkatkan kualitas
kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang
baik akan mendorong guru untuk menggunakan strategi belajar yang baik dan
mampu memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. Menurut Sudjana (2009 : 9)
mengatakan bahwa penilaian hasil belajar harus dilakukan senantiasa atau setiap
saat terjadi proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar yang berkesinambungan
akan memberikan hasil penlilaian yang teratur.
2.1.2.2. Taksonomi Hasil Belajar
Purwanto (2009 : 50-51) mengungkapkan taksonomi hasil belajar ada 3
yaitu, hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotorik.
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan
kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan menerima
stimulus eksternal, penyimpanan dan pengolahan data di otak hingga penggunaan
kembali hasil olahan data untuk menyelesaikan masalah. Hasil belajar kognitif
tidak merupakan kemampuan tunggal, karena perubahan perilaku kognitif
meliputi beberapa tingkat atau jenjang. Para ahli seperti Bloom megklasifikasikan
tingkatan dalam ranah kognitif, diantaranya : hafalan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), evaluasi (evaluation).
Tarlinton, Anderson dan Krathwohl (dalam Supratiknya, 2012 : 8 ) merevisi
taksonomi hasil belajar kognitif miliknya Bloom, yaitu : menghilangkan tahap
kelima yaitu sintesis, kemudian mengeser tahap keenam evaluasi dan
Anderson dan Krathwohl juga mencakup dimensi pengetahuan dan dimensi
proses kognitif.
Krathwohl dalam Purwanto (2009 : 51 - 52) membagi hasil belajar afektif
menjadi 5 tingkatan yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi. Penerimaan adalah kesedian memberikan perhatian pada rangsangan
yang datang. Partisipasi adalah kesedian memberikan respon dengan bentuk
partisipasi. Penilaian adalah kesedian menentukan pilihan sebauh nilai untuk
rangsangan. Organisasi adalah kesediaan mengelompokkan nilai-nilai yang dipilih
sebagai pedoman yang mantap dalam perilaku. Internalisasi nilai adalah
menjadikan pengelompokan nilai bukan hanya sekedar menjadi pedoman tetapi
sebagai bagian dalam diri individu tersebut.
Supratiknya (2012 : 12 - 14) mengacu pada taksonomi tahap afektif milik
Krathwohl, Bloom, dan Masia. Taksonomi ini mengelompokan emosi aau
perasaan siswa terhadap penggalaman belajar mereka baik di dalam maupun di
luar kelas, atau cara siswa menanggapi orang, benda, atau situasi dengan
menggunakan perasaan. Tahapan taksonomi hasil belajar afektif tersebut meliputi
: menginternalisasi nilai-nilai, mengorganisaasikan nilai-nilai, memberikan nilai
atau memandang bernilai, memberikan respon terhadap fenomena tertentu,
menerima fenomena tertentu.
Harrow dalam Purwanto (2009 : 52 - 53) membagi hasil belajar
psikomotorik menjadi 6, yaitu : gerak refleks, gerak fundamental, kemampuan
perseptual, kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata.
psikomotorik menjadi 6, yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas.
Taksonomi ranah psikomotor mencakup kemampuan menggunakan aneka
keterampilan motor, koordinasi, dan gerakan fisik. Pengembangan keterampilan
ini harus dilakukan praktik atau latihan, dan hasilnya dapat diukur dari
peningkatan kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur, atau teknik dalam
melaksanakan tugas atau aktivitas motor tertentu. Taksonomi ranah psikomotorik
ini hanya bisa dikembangkan oleh timnya Bloom secara terbatas, karena tim
Bloom tidak memiliki pengalaman mengajarkan ranah keterampilan psikomotorik
ini. Namun, ada ahli lain yang lebih ahli di binang ini, yaitu Simpson. Simpson
mengembangkan taksonomi ranah psikomotorik yang mencakup tujuh kategori
untuk menuntaskan gagasan Bloom dan kawan-kawan (Supratiknya, 2012 : 7 -
23). Taksonomi tujuan pengajaran ranah kognitif menurut Simpson yaitu : mampu
menghasilkan gerakan baru, mampu beradaptasi, mampu melakukan respon
kompleks secara lancar, mampu melaksanakan respon secara mekanik, mampu
melakukan respon tertentu dengan bimbingan guru, memiliki kesiapan untuk
bertindak, mampu mempresepsikan.
Dari kedua ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki
taksonomi hasil belajar yang sama. Isi taksonomi hasil belajar mereka juga hampir
mirip, namun ada beberapa hal yang berbeda. Seperti pada ranah kognitif dalam
Purwanto tidak ada tahapan mencipta namun, dalam Supratiknya ada tahapan
2.1.2.3. Prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar
Sudijono (2011 : 31) berpendapat bahwa suatu pelaksanaan evaluasi hasil
belajar akan terlaksana dengan baik dan akan berhasil harus memperhatikan
prinsip-prinsip berikut ini : 1) prinsip keseluruhan, 2) prinsip kesinambungan, 3)
prinsip obyektivitas. Prinsip keseluruhan merupakan suatu pelaksanaan evaluasi
hasil belajar yang dilakukan secara meyeluruh mencakup aspek-aspek yang dapat
mengambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku siswa. Aspek-aspek
yang harus diperhatikan bukan hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan
aspek psikomotorik. Dalam prinsip kesinambungan merupakan pelaksanaan
evaluasi hasil belajar yang dilakukan secara teratur dan sambung-menyambung.
Dengan pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilakukan secara teratur,
terencana, dan terjadwal, maka dimungkinkan evaluator (guru) dapat menperoleh
data untuk mengetahui dan memantau perkembangan siswa. Selain kedua prinsip
di atas juga dijelaskan prinsip yang ketiga yaitu prinsip obyektivitas. Prinsip
obyektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan
sebagai evaluasi yang baik apabila terlepas dari faktor-faktor yang bersifat
subyektif. Prinsip ketiga ini sangat penting dan harus teliti dalam pelaksanaannya,
karena jika sampai terselip faktor-faktor yang bersifat subyektif, akan merusak
keaslian evaluasi hasil belajar tersebut.
2.1.2.4. Ciri-ciri evaluasi hasil belajar
Sudijono (2011 : 33 – 48) berpendapat bahwa evaluasi belajar merupakan
suatu bidang kegiatan, maka dari itu evaluasi hasil belajar memiliki ciri-ciri khas
hasil belajar dilakukan secara tidak langsung. Ciri kedua, penilaian evaluasi hasil belajar siswa pada umumnya menggunakan ukuran yang bersifat kuantitatif atau
menggunakan angka-angka. Ciri ketiga, kegiatan evaluasi hasil belajar pada umumnya digunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap. Unit-unit yang tetap
tersebut diguanakan berdasarkan pada teori yang menyatakan populasi peserta
didik bersifat heterogen, sehingga jika digambarkan dalam kurva akan terlukis
dalam bentuk kurva normal. Ciri keempat, prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu akan bersifat relatif, dimana hasilnya tidak akan selalu sama
atau tetap. Ciri kelima, dalam kegiatan evaluasi hasil belajar akan sering terjadi kekeliruan (error).
2.1.3. Teori Perkembagan Kognitif Jean Piaget
Teori perkembangan kognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori perkembangan kognitif milik Jean Piaget. Teori perkembangan Piaget
dikelompokkan dalam beberapa tahapan, diantaranya tahap sensorimotor, tahap
praoperasional, tahap operasi konkret, dan tahap operasi formal. Tahapan-tahapan
tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain, sehingga tidak dapat dipisahkan.
Urutan tahapan juga tidak dapat ditukar atau dibalik, karena tahapan sesudahnya
mengambarkan terbentuknya tahapan sebelumnya (Suparno, 2012 : 24-25).
Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, peneliti akan
menggunakan metode demonstrasi sebagai cara untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar peserta didik. Peneliti menentukan metode demonstrasi sebagai cara
atau alat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar dengan sebelumnya
perkembangan yang sesuai. Sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif
menurut Piaget, siswa kelas III termasuk dalam tahapan operasi konkret, karena
umurnya yang masih sekitar 7 -11 tahun ( Suparno, 2012 : 69).
Suparno (2012 : 69) menjelaskan bahwa tahapan operasi konkret dapat
dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada
aturan-aturan yang bersifat logis. Tahap operasi konkret juga ditandai dengan adanya
sistem operasi berdasarkan apa yang dilihat mata atau nyata. Selain itu pemikiran
anak dalam banyak hal sudah lebih teratur dan terarah, karena anak sudah dapat
berpikir seriasi, klasifikasi dengan lebih baik, bahkan anak mampu
menyimpulkan. Namun demikian, pemikiran-pemikiran yang logis hanya dapat
diterapkan pada benda-benda yang konkret, belum pada kalimat verbal, hipotesis,
dan abstrak (Suparno, 2012 : 86).
2.1.4. Metode Demonstrasi
2.1.4.1. Pengertian Metode Demonstrasi
Demonstrasi dapat diartikan sebagai peragaan, sedangkan metode merupakan
suatu cara. Syah dalam Simamora (2009 : 57) menjelaskan bahwa metode
demonstrasi merupakan suatu metode mengajar dengan memperagakan suatu
benda, aturan, kejadian dan urutan menggunakan sesuatu, baik secara langsung
maupun dengan menggunakan media tertentu. Hal serupa juga diungkapkan oleh
Djamarah dalam Simamora (2009 : 57) yaitu metode demonstrasi merupakan
suatu metode yang digunakan untuk memperagakan suatu proses atau cara kerja
suatu benda berkenaan dengan suatu bahan ajar. Demonstrasi tidak selalu harus
percobaan yang mudah dan tidak memerlukan suatu keterampilan yang tinggi dan
khusus (Jasmadi, 2010 :19). Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi
adalah sebuah cara menyampaikan materi dengan cara memperagakan barang,
kejadian, dan urutan dalam suatu kejadian baik dilakukan langsung maupun tidak
langsung.
Dalam penelitian ini peneliti memilih metode demonstrasi sebagai cara atau
alat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pemilihan metode
demonstrasi sebagai cara atau alat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
juga didasarkan pada tahap perkembangan operasi konkret. Hal ini didukung
bahwa siswa kelas III masih masuk dalam tahapan operasi konkret, dimana siswa
akan lebih mudah memahami materi yang disajikan dengan benda nyata atau
konkret. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti
memberikan contoh kegiatan jual beli secara langsung dengan menggunakan
metode demonstarsi.
2.1.4.2. Kelebihan metode demonstrasi
Sanjaya (2006 : 150) berpendapat bahwa kelebihan metode demonstrasi
meliputi beberapa hal yaitu 1) perhatian siswa akan tertuju pada hal-hal yang
dianggap penting dan perlu dipahami oleh siswa. Sehingga para siswa dapat
menangkap maksud dari pengajar, 2) siswa mendapat persepsi yang jelas, karena
siswa dapat melihat secara langsung, 3) siswa akan mendapat pengalaman praktik
guna mengembangkan pengalaman dan keterampilannya, 4) pertanyaan siswa
akan terjawab langsung selama proses demonstrasi. Selain itu Djamarah dalam
diantara yaitu membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu
kegiatan, memudahkan pemahaman terhadap suatu penjelasan, dan membantu
memperbaiki kesalahan yang terjadi saat kegiatan ceramah dengan melalui
pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebebarnya.
2.1.4.3. Kelemahan metode demonstrasi
Sanjaya (2006 : 151) berpendapat bahwa kekurangan metode demonstrasi,
diantaranya 1) demonstrasi akan menjadi metode yang kurang tepat apabila
alat-alat yang didemonstrasikan tidak memadai atau tidak sesuai kebutuhan, 2)
menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas dimana siswa
sendiri dapat ikut bereksperimen dan tidak dapat menjadikan aktivitas itu sebagai
pengalaman yang berharga, 3) tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam
kelas.
2.1.5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.5.1. Hakikat IPS
Para ahli yang mengemukakan bahwa sifat-sifat kemanusian itu dipelajari.
Seperti yang diungkapkan oleh Perry & Seidler dalam Suradisastra, dkk (1992 : 6)
bahwa proses belajar terhadap sifat-sifat manusia itu berasal sejak manusia masih
muda atau kanak-kanak. Proses tersebut didapat dari interaksi antara anak dengan
orang dewasa.
Dengan adanya pembahasan tentang manusia, IPS mengenalkan kepada
peserta didik untuk hidup bertanggungjawab sosial. Manusia akan menyadari
Dari pembahasan diatas telah nampak bahwa IPS merupakan suatu kajian yang
mempelajari manusia dan dunia.
IPS mempunyai tujuan yang berkesesuaian yaitu mengupayakan manusia
menjadi warga yang baik. Namun untuk menjadi warga yang baik itu terlalu luas.
Maka dengan demikian Barr, Barth dan Shermis dalam Suradisastra (1992 : 7)
menunjukan bahwa dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) itu tidak hanya
merupakan suatu pemikiran, melainkan ada tiga tradisi dalam IPS, tradisi tersebut
adalah 1) pewarisan budaya yang bersifat indoktrinatif dalam menyajikan bahan
belajar. Indoktrinatif adalah semua pengalaman belajar yang dilaksanakan dalam
kondisi belajar yang tidak kritis, 2) tradisi ilmu sosial itu penurunan dari salah
satu Ilmu Sosial. Jadi IPS dalan tradisi ini bersifat reduktif, 3) inkuiri reflektif yang didasarkan pada pemikiran reflektif dari Jhon Dewey. Dalam hal ini kewargaan tercermin dari kemampuannya untuk memecahkan masalah dalam
suasana lingkungan yang melandaskan diri pada nilai. Bukan masalah baik atau
buruk, namun tentang bagaimana cara menelaah nilai dengan tepat.
Berdasarkan bahasan di atas nampak sangat jelas bahwa IPS mencakup hal
yang luas, namun cakupan itu tak seluas Ilmu Sosial. Suradisastra (1992 : 8)
mengungkapkan bahwa Ilmu sosial mengacu pada keseluruhan kehidupan
interpersonal siswa, yang meliputi pengajaran sosial siswa baik di rumah, sekolah
dan masyarakat. Melihat dari hal diatas, IPS hanya merupakan salah satu wahana
pengajaran yang memberikan sumbangan kepada Ilmu Sosial
Tujuan pengajaran IPS harus diturunkan dari tujuan pendidikan nasional.
Untuk mengkonkretkan tujuan pengajaran IPS kita perlu melihat tujuan
pendidikan yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Dalam ranah kognitif : pembelajaran IPS bukan hanya meliputi hafalan yang perlu
dihafalkan oleh siswa, melainkan berisi cara mendorong siswa berpikir kritis dan
kreatif. Dalam ranah afektif : siswa diharapkan mampu berkiprah yang benar
dalam hidup. Menurut Preston & Herman dalam Suradisastra (1992 : 9)
mengemukakan hal penting dalam tujuan afektif, yaitu nilai dan sikap terhadap
pengetahuan dan juga nilai dan sikap terhadap masyarakat dan kemanusiaan.
Dalam ranah psikomotorik : tujuan keterampilan yang dapat diraih dalam
pengajaran IPS adalah keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan nilai
serta sikap.
Supriya (2009 : 194) mengemukakan bahwa tujuan dari mata pelajaran IPS
diantaranya : 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir
kritis dan logis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama
dan berkompetisi dalam masyarakat yang majenuk, di tingkat lokal, nasional, dan
global.
2.2. Penelitian Yang Relevan
Sundari (2009) melakukan penelitian terhadap siswa kelas III A3 SD
meneliti tentang peningkatkan kemampuan siswa untuk mengenal pecahan
sederhana dengan menggunakan metode demonstrasi. Peneliti ini dilakukan
selama 2 minggu dengan 2 siklus dan setiap siklusnya dilakukan dalam 2 kali
pertemuan. Dalam siklus satu dilakukan metode demonstrasi terbimbing dan
mendapat hasil yang baik, namun kurang melibatkan siswa penuh dalam
demonstrasi. Dalam siklus dua dilakukan metode demonstrasi mandiri. Hasil
penelitiannya adalah kemampuan siswa dalam mengenal pecahan sederhana
meningkat setelah menggunakan metode demonstrasi. Untuk itu, penelitian ini
relevan untuk digunakan sebagai referensi dalam penelitian yang akan peneliti
lakukan.
Erfinasari (2012) melakukan penelitian terhadap siswa kelas I di SD
Muhamadiyah Kemadang dalam mata pelajaran IPA tentang materi energi.
Penelitian ini menerapkan metode dmonstrasi dalam pembelajarn guna
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2
siklus, dimana siklus pertama dilakukan selama 1 minggu sedangkan siklus 2 juga
dilakukan selama 1 minggu. Hasil dari penelitian ini adalah keaktifan dan hasil
belajar siswa dalam materi energi meningkat setelah menggunakan metode
demonstrasi. Dengan demikian penelitian ini relevan untuk digunakan referensi
dalam penelitian yang akan peneliti lakukan.
Pramunindya (2011) melakukan penelitian terhadap siswa kelas V SD Negeri
Daratan dalam mata pelajaran IPA tentang sifat cahaya. Penelitian ini menerapkan
metode demonstrasi eksperimen. Penelitian yang dilakukan Pramunindya
kedua dilakukan 2 kali pertemuan. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan
peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Daratan dengan menggunakan
metode demonstrasi eksperimen. Dengan demikian penelitian ini relevan untuk
digunakan peneliti sebagai referensi dalam melakukan penelitian.
Gambar 2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian oleh Sundari
- Variabel penelitian : kemampuan siswa untuk memahami materi pecahan sederhana.
- Treatment : metode demonstrasi
- Hasil penelitian : ada peningkatan kemampuan siswa memahami materi pecahan sederhana.
Penelitian oleh Erfinasari
- Variabel penelitian : keaktifan dan
hasil belajar.
- Treatment : metode demonstrasi
- Hasil penelitian : ada peningkatan keaktifan dan hasil belajar.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
Variabel : motivasi dan hasil belajar
Treatment : metode demonstrasi
Penelitian oleh Pramunindya
- Variabel penelitian : hasil belajar.
- Treatment : metode demonstrasi eksperimen - Hasil penelitian : ada peningkatan hasil belajar. - Hasil penelitian : ada peningkatan keaktifan dan
hasil belajar.
2.3. Kerangka Berpikir
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan jenis pembelajaran yang
mengutamakan hafalan. Materi dalam pelajaran IPS banyak yang harus
dihafal oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Dalam
kenyataannya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, namun
kadang guru mengombinasikan dengan metode yang inovatif. Penggunaan
metode yang inovatif tersebut belum mampu meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti akan
menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPS kelas III SD
Kanisius Kintelan.
Penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPS, diharapkan
mampu membantu siswa dalam memahami materi. Selain itu penggunaan
metode demonstrasi dalam belajar akan membantu meningkatkan
motivasinya dalam belajar IPS. Metode demonstrasi selain bisa membuat
siswa termotivasi, juga dapat membuat siswa ikut terlibat dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, materi yang tersampaikan melalui
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi tersebut dapat
membekas dipikiran siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode
demonstrasi selain dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa,
juga dapat menarik perhatian siswa terhadap materi atau bahkan terhadap
mata pelajaran IPS.
2.4. Hipotesis Tindakan
a. Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas III SD
Kanisius Kintelan dalam belajar, metode demonstrasi digunakan melalui
pengamatan langsung siswa dalam kegiatan pembelajaran yang belangsung.
Dalam kegiatan pembelajaran ini siswa menjadi termotivasi untuk belajar
dan antusias dalam mengikuti pelajaran.
b. Selain itu metode demonstrasi juga digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan, melalui kegiatan observasi
terhadap demonstrasi kegiatan jual beli secara langsung. Kegiatan yang
dilakukan ini dapat membantu siswa memahami materi secara tidak sengaja
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan saya gunakan adalah jenis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Menurut Muslich (2012 : 6) Penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian yang wajib dan harus bisa dilakukan oleh setiap guru, karena dalam
kegiatan pembelajaran guru pasti akan menemukan-menemukan permasalahan.
Permasalahan-permasalahan itu dapat diselesaikan melalui Penelitian Tindakan
Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang reflektif yang
bertujuan memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc Taggart
Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu dengan 1 siklus. Satu siklus
Penelitian ini akan dilakukan dalam 1 siklus. Menurut Taniredja, 2010)
langkah-langkah dalam proses penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart
yang akan dilakukan oleh guru meliputi perencanaan, tindakan,
observasi/pengamatan, refleksi.
3.2. Setting Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian adalah SD Kanisius Kintelan yang
beralamat di Jalan Ireda no. 18 Yogyakarta.
3.2.2. Obyek Penelitian
Penelitian ini akan meneliti tentang motivasi belajar dan hasil belajar siswa
kelas III.
3.2.3. Subyek Penelitian
Penelitian ini akan di lakukan pada siswa kelas III SD Kanisius Kintelan,
pada semester II tahun ajaran 2012/2013. Jumlah siswa kelas III ada 24 anak,
dengan 12 laki-laki dan 12 perempuan.
3.3.Rencana Tindakan
Penelitian dilaksanakan dalam 1 siklus yang terdiri dari 2 pertemuan setiap pertemuan 3 jam pelajaran (3 JP), alokasi waktu setiap 1 jam pertemuan adalah 40
menit. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini
3.3.1. Persiapan
Tahapan perencanaan merupakan tahapan awal yang akan dilakukan
sebelum melakukan penelitian. Kegiatan yang dilakukan selama kegiatan
perencanaan diantaranya:
1. Permintaan Ijin kepada Kepala Sekolah
Permintaan ijin dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat berjalan
dengan lancar dan disetujui oleh Kepala Sekolah. Selain permintaan ijin
kepada Kepala Sekolah, peneliti juga melakukan permintaan ijin kepada
guru kelas III SD K Kintelan.
2. Wawancara
Wawancara terhadap guru kelas III dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPS. selain melakukan
wawancara dengan guru peneliti juga melakukan observasi saat
pembelajaran berlangsung.
3. Indentifikasi Masalah
Setelah di lakukan wawancara dan observasi kegiatan belajar mengajar,
peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas III SD
Kanisius Kintelan, merumuskan masalah dan selanjutnya dapat
ditindaklanjuti.
4. Pengkajian Materi
Pengkajian materi dimaksudkan untuk mengetahui kompetensi dasar yang
3.3.2. Rencana Tindakan Setiap Siklus
Penelitian ini menggunakan model PTK Kemmis dan Taggart yang terdiri dari 4
langkah dalam setiap siklusnya. Empat langkah tersebut meliputi perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan dari empat langkah tersebut yang
dilakukan peneliti dalam pelaksanaan kegiatan penelitian terhadap motivasi dan
hasil belajar IPS dengan menggunakan metode demonstrasi dapat dilihat pada
penjelasan di bawah ini :
Siklus 1
1. perencanaan
Setelah peneliti mengetahui masalah dan merumuskan masalahanya,
maka peneliti menyusunan rencana tindakan penelitian yang akan dilakukan
dalam 1 siklus. Dalam tahap perencanaan peneliti menyiapkan instrumen
perangkat pembelajaran seperti, Silabus, RPP, LKS, penyusunan soal
evaluasi. Selain itu peneliti juga menyiapkan instrumen penelitian motivasi
belajar siswa dengan membuat kuesioner motivasi belajar siswa. Setelah
peneliti selesai menyusun instrumen perangkat pembelajaran dan instrumen
penelitian, peneliti meminta bantuan dosen, kepala sekolah dan guru untuk
memvalidasi instrumen tersebut.
2. Pelaksanaan/tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini, guru kelas III yang melakukan kegiatan
belajar mengajar dibantu oleh peneliti. Pada pelaksanaan tindakan ini
dilakukan dalam 2 pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan dalam 3 jam
Pada pertemuan pertama, guru memperlihatkan siswa demonstrasi
langsung kegiatan jual beli. Demonstrasi langsung kegiatan jual beli
dilakukan oleh pedagang di kantin sekolah. Selain siswa diajak melihat
demonstrasi langsung kegiatan jual beli, siswa juga diajarkan untuk
melakukan wawancara terhadap pedagang tersebut. Setelah kegiatan
tersebut guru meminta beberapa perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil dari kelompoknya.
Pertemuan kedua, guru mengajarkan siswa untuk melakukan kegiatan
demonstrasi mandiri. Kegiatan demonstrasi mandiri ini merupakan
kegaiatan yang mengikutsertakan siswa dalam melakukan kegiatan
demonstrasi. Demonstrasi mandiri mencakup kegiatan siswa untuk
melakukan kegitaan jual beli. Tugas dari masing-masing kelompok adalah
melakukan kegiatan jual beli dan juga melakukan observasi terhadap
kelompok yang lain. Setelah selesai kegiatan jual beli, siswa diminta
menceritakan kegiatan apa saja yang mereka lakukan dan kesulitan yang
dialami. Di akhir pelajaran guru melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi
dilakukan dengan menggunakan 24 soal yang dibagi menjadi dua yaitu 14
soal pilihan ganda dan 10 soal isian singkat.
3. Observasi
Observasi kegiatan dilakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Observasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara
kegiatan belajar mengajar dengan pencana pelaksanaan pembelajaran.
selama kegiatan berlangsung, mencatat semua kejadian selama proses
berlangsug. Dalam kegiatan observasi, peneliti juga menggunakan rubrik
untuk mengukur aspek afektif dan psikomotorik siswa. Selain itu observasi
dilakukan guna membantu peneliti untuk merefleksikan kegiatan
penelitiannya.
4. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi, peneliti melakukan analisis-analisis hasil
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Analisis tersebut meliputi hal-hal
berikut yaitu mengevaluasi penemuan selama proses pembelajaran
berlangsung, menganalisis data yang diperoleh selama proses
pembelajaran, menarik kesimpulan atas peningkatan hasil belajar siswa
dalam siklus 1. Hasil refleksi siklus 1 digunakan untuk mengetahui adanya
peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa seperti dan jika hasil siklus 1
belum mencapai target maka akan dilanjutkan dengan siklus 2.
3.4.Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan suatu paparan data dari data awal, target
yang harus dicapai dari suatu penelitian dan hasil dari suatu penelitian (data
akhir). Kondisi awal dan target yang diharapkan oleh peneliti dapat dilihat pada
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan tujuan belajar dibagi jumlah seluruh siswa x 100% jumlah seluruh siswa dikali 100%.
60% 65%
Tes 2. Rata-rata kelas Rata-rata kelas menjadi
meningkat 71,67 72,5
Kondisi awal dari variabel motivasi diperoleh dari hasil rata-rata dari hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian dan
hasil pretes dengan menggunakan angket. Sedangkan untuk variabel kedua
3.5.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Pengumpulan data bisa dilakukan dengan berbagai setting, sumber dan cara
(Sugiyono, 2010 : 308). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
penggumpulan data dengan observasi, wawancara, kuisioner dan tes.
3.5.1. Observasi
Sudijono (2011 : 76) menjelaskan bahwa observasi merupakan suatu alat
pengumpulan data, dimana peneliti mencatat semua kejadian yang terjadi selama
penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dengan observasi. Penggunaan teknik pengumpulan data
observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti mencatat
semua kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran. Penggunaan teknik
pengumpulan data observasi dilakukan dengan mencatat siswa yang bertanya,
siswa yang menjawab pertanyaan dari guru, dan lain sebagainya.
3.5.2. Wawancara
Sudijono (2011 : 82) menjelaskan bahwa wawancara merupakan cara
pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lisan secara sepihak,
berhadapan muka dan dengan arah dan tujuan yang sudah ditentukan. Dalam
penelitian ini selain peneliti menggunakan teknik penggumpulan data dengan
observasi, peneliti juga menggunakan wawancara sebagai penggumpulan data