• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan metode demonstrasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan metode demonstrasi."

Copied!
252
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPSSISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE DEMONSTRASI

Disusun oleh :

Nama : Prima Yunita

NIM : 091134046

Proses pembelajaran membutuhkan metode belajar yang inovatif atau metode yang membuat siswa aktif. Peneliti tidak menemukan penggunaan metode belajar yang membuat siswa aktifsaat melakukan observasi di kelas III SD Kanisius Kintelan dalam mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap motivasi dan hasil belajar IPS terhadap siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuanmeningkatkan motivasi dan hasil belajar menggunakan metode demonstrasi.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan selama 1 siklus. Dalam penelitian tersebut peneliti menerapkan metode demonstrasi langsung. Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur motivasi belajar siswa. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar siswa, peneliti menggunakan soal evaluasi dan rubrik penilaian.

Hasil analisis data mengindikasikan adanya peningkatan motivasi maupun hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan.

(2)

INCREASING THE MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT GRADE III KANISIUS KINTELAN ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN SOCIAL SCIENCE USING DEMONSTRATION

METHODS.

Name : Prima Yunita Student number : 091134046

Sanata Dharma University 2013

Learning process need an innovative learning methods. It will make students active. The researcher did not find indicate the innovative learning methods being used when doing an observation in 3rd grade of Kanisius Kintelan Elementary School. Based that observation, the researcher was interested to do research on social science subject motivation and learning resulted from using demonstration methods. This research that is increasing the student’s motivation and learning on social subject.

The research was a classroom action research. Which was aimed was done in one cycle. In the first cycle, the researcher applied a direct demonstration methods. Researcher use questioner to measure student’s learning motivation and evaluation tasks and assessment rubric to measure the result of learning.

The results of data analysis revealed that students motivation and learning increase. This be concluded that demonstration method can increase the motivation and learning result of 3rd students of Kanisius Kintelan Elementary School.

(3)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS

SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE

DEMONSTRASI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Prima Yunita (091134046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS

SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE

DEMONSTRASI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Prima Yunita (091134046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE

DEMONSTRASI

Disusun oleh:

Nama : Prima Yunita

NIM : 091134046

Telah disetujui oleh :

Pembimbing 1

(Catur Rismiati, Ed. D.) Yogyakarta, 14 Oktober 2013

Pembimbing 2

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE

DEMONSTRASI

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : Prima Yunita

NIM : 091134046

Telah dipertanggungjawabkan di depan penguji Pada tanggal 27 November 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Gregorius Ari Nugrahanta, S. J., S. S., B. S. T., M. A. ___________

Sekertaris : Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. ___________

Anggota 1 : Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. ___________

Anggota 2 : Eny Winarti, M. Hum., Ph. D ___________

Anggota 3 : Rusmawan, S. Pd., M. Pd. ___________

Yogyakarta, 27 November 2013

(7)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan pada daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 November 2013

Penulis

(8)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH DEMI KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Prima Yunita

NIM : 091134046

Demi mengembangkan ilmu pemgetahuan, saya memberikan karya ilmiah ini kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma :

“PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS

III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE DEMONSTRASI

beserta perangkat bila diperlukan (bila ada). Dengan demikian perpustakaan Universitas Sanata Dharma berhak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya, mendistribusikan secara terbatas, mempublikasikan di internet dan media lain demi kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 27 November 2013

Yang menyatakan

(9)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Bagi manusia banyak hal yang tidak mungkin,

namun jika kita bekerja dalam Tuhan semuanya

itu akan

menjadi mungkin.”

“Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan

mudah bila dikerjakan tanpa keengganan.”

“Seberat apapun beban masalah yang kamu hadapi

saat ini, percayalah bahwa semua itu tidak akan

melebihi kemampuanmu untuk menyelesaikannya.”

Setiap apa saja yang saya tulis dalam skripsi ini,

saya persembahkan kepada :

Tuhan Yesus

Kedua Orang Tuaku

Adikku tercinta

Teman-temanku

(10)

vii

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS KINTELAN DENGAN METODE DEMONSTRASI

Disusun oleh : Nama: Prima Yunita

NIM: 091134046 Universitas Sanata Dharma

2013

Proses pembelajaran membutuhkan metode belajar yang inovatif atau metode yang membuat siswa aktif. Peneliti tidak menemukan penggunaan metode belajar yang membuat siswa aktif saat melakukan observasi di kelas III SD Kanisius Kintelan dalam mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap motivasi dan hasil belajar IPS terhadap siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuanmeningkatkan motivasi dan hasil belajar menggunakan metode demonstrasi.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan selama 1 siklus. Dalam penelitian tersebut peneliti menerapkan metode demonstrasi langsung. Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur motivasi belajar siswa. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar siswa, peneliti menggunakan soal evaluasi dan rubrik penilaian.

Hasil analisis data mengindikasikan adanya peningkatan motivasi maupun hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan.

(11)

viii

ABSTRACT

INCREASING THE MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT GRADE III KANISIUS KINTELAN ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN SOCIAL SCIENCE USING DEMONSTRATION

METHODS.

Name : Prima Yunita Sanata Dharma University

2013

Learning process need an innovative learning methods. It will make students active. The researcher did not find indicate the innovative learning methods being used when doing an observation in 3rd grade of Kanisius Kintelan Elementary School. Based that observation, the researcher was interested to do research on social science subject motivation and learning resulted from using demonstration methods. This research that is increasing the student’s motivation and learning on social subject.

The research was a classroom action research. Which was aimed was done in one cycle. In the first cycle, the researcher applied a direct demonstration methods. Researcher use questioner to measure student’s learning motivation and evaluation tasks and assessment rubric to measure the result of learning.

The results of data analysis revealed that students motivation and learning increase. This be concluded that demonstration method can increase the motivation and learning result of 3rd students of Kanisius Kintelan Elementary School.

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yesus, karena hanya karena lindunganNya dan penyertaanNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak ada penyertaan dari-Nya. Selain itu saya juga bersyukur dalam penyusunan skripsi ini tidak ada halangan berat yang membuat saya berhenti untuk menyelesaiknnya.

Skripsi yang berjudul : Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SD Kanisius Kintelan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi, disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penulisan skripsi ini juga tidak akan terselesaikan tanpa ada bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.J., M.A. selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Ibu Catur Rismiati, S. Pd., M. A., Ed. D. selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Eny Winarti, S. Pd., M. Hum., Ph.D. selaku dosen pembimbing II yang selalau membantu peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen yang ada di Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang membekali peneliti selama kuliah.

6. Ibu Marciana Sarwi S. Pd. Sekalu kepala sekolah SD Kanisius Kintelan yang memberikan ijin melakukan penelitian serta membimbing peneliti selama melakukan penelitian

7. Ibu Hartini S. Pd. Selaku guru kelas III SD Kanisius Kintelan yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

(13)

8. Seluruh siswa kelas III SD Kanisius Kintelan yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian peneliti.

9. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Suwasdi dan Ibu Mugirah yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan doa kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Adikku tercinta Rikha Novandari yang tidak pernah lelah membantu dan memberikan dukungan terhadap peneliti.

11.Orang terdekatku, yang selalu memotivasi dan mendukungku dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-temanku yang tidak pernah lelah memberikan masukan terhadap peneliti.

13.Teman-teman kelas C angkatan 2009 pagi.

14.Pihak-pihak lain yang tidak peneliti ketahui namun memberikan sumbagan terhadap skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini banyak sekali kesalahan yang peneliti lakukan baik penulis sengaja maupun tidak peneliti sengaja, hal ini terjadi karena tidak ada orang yang sempurna dalam melakukan suatu hal. Untuk itu peneliti dengan senang hati menerima kritik maupun saran yang membangun. Semoga skripsi ini berguna.

Yogyakarta, 27 November 2013

Peneliti

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Batasan Pengertian ... 7

BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 8

2.1 KajianTeori ... 8

2.1.1Motivasi Belajar ... 8

2.1.2 Hasil Belajar ... 11

2.1.3 Teori Perkembangan Kognitif ... 17

2.1.4 Metode Demonstrasi ... 18

2.1.5 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 20

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 22

(15)

2.3 Kerangka Berfikir... 25

2.4 Hipotesis Tindakan... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Setting Penelitian ... 28

3.3 Rencana Tindakan ... 28

3.4 Indikator Keberhasilan ... 32

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6 Instrumen Penelitian... 35

3.7 Instrumen Pengumpulan Data ... 37

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 38

3.9 Teknik Analisis Data ... 52

3.10 Jadwal Penelitian ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1 Hasil Penelitian ... 61

4.2 Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 89

5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 90

5.3 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 96

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Penelitian Yang Relevan ... 24

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart ... 27

Gambar 4.1 Grafik Ketercapaian Motivasi Siswa... 74

Gambar 4.2 Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa ... 76

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan ... 33

Tabel 3.2 Variabel Penelitian dan Pengumpulan data ... 37

Tabel 3.3 Kualifikasi Reliabilitas... 40

Tabel 3.4 Hasil Validitas dan Penilaian Silabus ... 41

Tabel 3.5 Hasil Validitas dan Penilaian RPP ... 43

Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal Evaluasi Sebelum Divalidasi ... 44

Tabel 3.7 Hasil Validitas Soal Pilihan Ganda ... 46

Tabel 3.8 Hasil Validitas Soal Isian Singkat ... 46

Tabel 3.9 KIsi-kisi Soal Evaluasi ... 49

Tabel 3.10 Kriteria Kesukaran Item ... 50

Tabel 3.11 Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran Pilihan Ganda ... 50

Tabel 3.12 Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran Isian Singkat ... 51

Tabel 3.13 Kisi-kisi Indeks Kesukaran Soal Evaluasi ... 52

Tabel 3.14 Acuan PAP 1 ... 54

Tabel 3.15 Penghitungan Indikator 1 ... 55

Tabel 3.16 Kriteria PAP I Untuk Indikator 1 ... 55

Tabel 3.17 Penghitungan Indikator 2 ... 56

Tabel 3.18 Kriteria PAP I Untuk Indikator 2 ... 56

Tabel 3.19 Penghitungan Indikator 3 ... 57

Tabel 3.20 Kriteria PAP I Untuk Indikator 3 ... 57

Tabel 3.21 Pensekoran Soal Evaluasi ... 58

Tabel 3.22 Pembobotan Nilai Evaluasi ... 59

Tabel 3.23 Jadwal Penelitian... 60

Tabel 4.1 Hasil Angket Motivasi Siswa Indikator 1 ... 70

(18)

Tabel 4.2 Hasil Angket Motivasi Siswa Indikator 1 ... 71

Tabel 4.3 Hasil Angket Motivasi Siswa Indikator 1 ... 72

Tabel 4.4 Hasil Keseluruhan Indikator Motivasi ... 73

Tabel 4.5 Hasil Akhir Hasil Belajar Siswa ... 75

Tabel 4.6 Indikator Ketercapaian Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ... 77

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 96

Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ... 98

Lampiran 3 Instrumen Pembelajaran Sebelum Divalidasi ... 100

Lampiran 4 Instrumen Pembelajaran Setelah Divalidasi ... 113

Lampiran 5 Instrumen Penelitian ... 137

Lampiran 6 Contoh-contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 140

Lampiran 7 Contoh Rubrik Penilaian Afektif dan Psikomotorik... 157

Lampiran 8 Hasil Hitungan Indeks Kesukaran, Validitas dan Reliabilitas ... 163

Lampiran 9 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran ... 201

Lampiran 10 Daftar Nilai Siswa Pada Kondisi Awal ... 211

Lampiran 11 Hasil Kuesioner Motivasi Kondisi Awal ... 213

Lampiran 12 Hasil Belajar Siswa ... 217

Lampiran 13 Hasil Motivasi Belajar Siswa ... 221

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan terdapat enam hal yang akan dijelaskan oleh peneliti.

Enam hal tersebut diantaranya adalah latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1.Latar Belakang Masalah

Di Indonesia ini sangat diperlukan orang-orang yang berpendidikan guna

memajukan mutu pendidikan di Indonesia. Seperti yang diungkapan oleh Suparno

(dalam Sukardjo, 2009 : 8) bahwa pendidikan di Indonesia diibaratkan sebagai

mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang berada di jalan bebas hambatan,

dengan kata lain bahwa pendidikan Indonesia ini di satu sisi mengalami masalah

yang berat sedangkan di sisi lain memiliki tantangan di jaman yang modern ini.

Maka dari itu, dalam dunia pendidikan diperlukan cara untuk menghadapi

tantangan jaman modern ini, baik dengan menggunakan strategi, metode, ataupun

teknik belajar yang tepat. Uno (2008 : 7) mengatakan bahwa pemilihan strategi

yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas harus disesuaikan dengan

kebutuhan siswa.

Rosdijati (2010 : 90) mengemukakan bahwa untuk membantu siswa

memahami materi pelajaran maka diperlukan model pembelajaran yang PAKEM.

Pembelajaran yang PAKEM dapat membantu guru menciptakan pembelajaran

yang variatif dan tidak membuat siswa bosan (Rosdijati, 2010 : 90). Dengan

(21)

berpikir kritis, kreatif, imajinatif, dan lebih aktif. Sukarjo (2009 :14) mengatakan

tujuan pendidikan yang tertulis dalam UU Sisdiknas no. 22 tahun 2003 yaitu

mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang dapat memajukan

negara, dan dapat menjadi generasi muda yang bermutu.

Siswa diharapkan mampu memiliki karakter seperti yang diharapkan dalam

tujuan pendidikan nasional di atas. Siswa mampu mencerminkan sikap-sikap yang

baik dalam kehidupannya serta siswa mampu menggunakan kemampuan yang

dimiliki untuk mewujudkannya. Selain itu dengan terwujudnya tujuan pendidikan

nasional dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu dan menghasilkan manusia

yang bermutu. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa manusia itu akan dididik dari

tingkatan paling rendah (Taman Kanak-kanak/TK) sampai tingkatan paling tinggi

(Perguruan Tinggi).

Selama manusia mengalami proses pendidikan, diharapkan manusia

mendapat layanan pendidikan yang baik. Layanan pendidikan yang diharapkan

seperti siswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya dan mendapatkan

pengetahuan (Sukardjo, 2009 : 83). Layanan pendidikan yang diharapkan manusia

tersebut tidak ditemukan di kelas III SD Kanisius Kintelan. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan oleh peneliti di kelas III SD Kanisius Kintelan

menjelaskan bahwa 5 siswa sulit memahami maksud sebuah pertanyaan terutama

dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang menuntut siswa untuk

mempunyai kemampuan menghafal, terbukti Lima siswa tersebut memiliki nilai

dibawah 50, (komunikasi pribadi, 25 Oktober 2012). Guru kelas III SD Kanisius

(22)

cara yang digunakan oleh guru masih belum efektif untuk meningkatkan proses

belajar dan hasil belajar siswa. Selain itu, untuk memudahkan guru kelas

mengontrol kondisi siswa, guru kelas membagi kelas menjadi 3 kelompok sesuai

dengan tingkat pemahaman siswa, dari yang mudah mengerti, cukup, dan sulit

mengerti. Dengan pembagian seperti ini guru akan lebih mudah mendampingi

siswa-siswa yang masih mengalami kesulitan dalam belajar.

Dalam observasi 25 Oktober 2012, pembelajaran di kelas nampak ada 40%

dari 24 siswa kurang memiliki keingginan untuk belajar IPS, contohnya siswa

tidak mengerjakan PR, tidak membawa buku pelajaran dan lain-lain. Hal lain

yang nampak adalah 30% dari 24 siswa kurang memiliki keuletan dalam

menyelesaikan tugas. Hal tersebut terlihat saat guru memberikan tugas siswa tidak

dengan segera menyelesaikannya. Dalam belajar, siswa juga terlihat tidak

mempunyai semangat untuk berusaha dan berhasil dalam belajar. Saat proses

pembelajaran dikelas, terlihat seorang siswa saat diberi pertanyaan oleh guru tidak

bisa menjawab, namun siswa itu hanya diam dan terlihat binggung. Lalu guru

melemparkan pertanyaan kepada siswa yang lain, dan siswa itu juga, hanya diam

dan bingung. Setelah itu guru mulai memancing agar siswa tersebut bisa

menjawab, namun tetap saja siswa itu terlihat bingung. Dari hal yang dipaparkan

diatas terlihat bahwa motivasi di kelas tersebut kurang baik. Data lain diperoleh

dari hasil pretest motivasi yang dilakukan sebelum dilakukannya penelitian untuk

indikator 1 yaitu siswa memiliki keingginan belajar hanya terdapat 9 siswa dari 24

dengan persentase 37,50%, untuk indikator 2 yaitu siswa memiliki keuletan dalam

(23)

dan untuk indikator 3 yaitu siswa memiliki tujuan belajar terdapat 8 siswa dari 24

siswa dengan persentase 33,3% (lihat lampiran 11 hal 210).

Selain observasi yang dilakukan dikelas, peneliti juga melakukan observasi

dokumen nilai. Peneliti melakukan observasi dokumen nilai pada tanggal 2

November 2012 menunjukkan bahwa siswa yang tuntas KKM dalam UTS yang

dilakukan sekolah adalah 62,5% atau sekitar 15 anak, dengan rata-rata kelas

68,54. Berdasarkan data di atas peneliti menyimpulkan bahwa masih ada 33,5%

siswa yang belum tuntas KKM. Dengan demikian guru perlu meningkatkan hasil

belajar siswa, agar hasil belajar siswa yang melampaui KKM bertambah.

Berdasarkan bukti-bukti di atas, siswa kelas III SD Kanisius Kintelan perlu

mendapatkan perlakuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya. Hal

yang bisa dilakukan oleh guru diantaranya dengan menggunakan metode-metode

belajar yang lebih inovatif dan bisa merangsang siswa untuk berpikir kritis dan

juga kreatif. Menurut Simamora (2009 : 54) metode-metode yang sering

digunakan dalam proses pembelajaran yaitu, metode ceramah, metode

tanya-jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode simulasi, metode

demonstrasi. Metode-metode tersebut merupakan metode yang cukup baik untuk

digunakan dalam sebuah pembelajaran, namun peneliti akan fokus pada

penggunaan metode demonstrasi dalam penelitiannya untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan, metode demonstrasi

merupakan metode yang efektif dan dapat membantu siswa dalam meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa, dalam metode demonstrasi penyajian materi

(24)

Dengan demikian untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa

kelas III SD Kanisius Kintelan, peneliti akan menggunakan metode demonstrasi.

Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran telah terbukti mampu

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, seperti penelitian dilakukan oleh

Ervinasari (2011) membuktikan bahwa metode demonstrasi dapat digunakan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD Muhammadiyah Kemadang. Untuk itu

peneliti akan melakukan penelitian dengan judul penelitian peningkatan motivasi

dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan

metode demonstrasi.

1.2.Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti hanya membatasi penelitiannya

pada peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius

Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi.

1.3.Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, secara umum masalah penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1.3.1. Bagaimana penggunaan metode demonstrasi dalam upaya meningkatkan

motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III SD Kanisius

Kintelan tahun ajaran 2012/2013?

1.3.2. Bagaimana penggunaan metode demonstrasi dalam upaya meningkatkan

hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III SD Kanisius

(25)

1.4.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti mempunyai tujuan yang

diharapkan :

1.4.1. Meningkatkan motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III

SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi tahun

ajaran 2012/2013.

1.4.2. Meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas III SD

Kanisius Kintelan dengan menggunakan metode demonstrasi tahun ajaran

2012/2013.

1.5.Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dipaparkan di atas,

diharapk;an hasil penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:

1.5.1. Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

pengetahuan baru tentang metode-metode baru yang inovatif dan berpikir

kritis siswa dalam mata pelajaran IPS.

1.5.2. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan alternatif

pembelajaran IPS.

1.5.3. Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat membantu siswa dengan

mudah memahami materi IPS dengan menggunakan metode demonstrasi.

1.5.4. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat membantu peneliti untuk

mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran IPS. Selain itu peneliti juga akan mendapat informasi baru

(26)

1.6.Batasan Pengertian

1.6.1. Motivasi belajar adalah dorongan intrinsik dan ekstrinsik dalam diri

anak untuk berhasil dalam belajar.

1.6.2. Hasil belajar adalah suatu komponen dalam pembelajaran dan sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pembelajar

1.6.3. Metode demonstrasi adalah sebuah cara menyapaikan materi dengan

cara memperagakan barang, kejadian, dan urutan dalam suatu kejadian

(27)

8

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Bagian tinjauan literatur terdpat empat hal yang dijelaskan oleh peneliti.

Empat hal tersebut diantaranya kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka

berpikir, hipotesis tindakan.

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Motivasi Belajar

Uno (2007 : 23) mengungkapkan bahwa motivasi belajar merupakan dua hal

yang saling berpengaruh. Motivasi tersebut timbul karena faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik yang mempengaruhi perubahan tingkah lakunya. Selain itu

Siregar (2011 : 51) mengungkapkan bahwa motivasi belajar merupakan

penggerak psikis dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar serta

menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Dengan demikian,

motivasi belajar merupakan suatu hal yang mempengaruhi psikis siswa atau

mendorong siswa untuk mencapai tujuan belajar.

2.1.1.1. Peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran

Uno (2007 : 27 – 29) mengungkapkan bahwa motivasi merupakan sebuah alat

bantu bagi seseorang dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu,

termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Di bawah ini terdapat peranan

motivasi dalam belajar dan pembelajaran, yaitu : 1) peranan motivasi dalam

(28)

untuk mengingatkan tentang pelajaran yang sudah berlalu dan masih dibutuhkan

saat itu, 2) peranan motivasi memperjelas tujuan belajar, peranan ini dapat

diartikan sebagai suatu cara untuk memperjelas tujuan belajar yang mengaitkan

pada belajar bermakna. Dapat dijelaskan bahwa orang yang termotivasi akan

terus-menerus belajar hal-hal yang ingin dia tekuni dan juga bermanfaat, 3)

motivasi menentukan ketekunan belajar, seseorang yang sudah termotivasi, maka

orang itu akan terus menerus belajar dengan baik dan tekun, dengan harapan dapat

memperoleh hasil yang baik.

2.1.1.2. Cara memotivasi yang dapat dilakukan di dalam kelas

Fudyartanto (2002 : 290 – 294) memberikan beberapa teknik untuk

memotivasi siswa di dalam kelas, yaitu : 1) memakai prinsip senang dan tidak

senang, 2) memakai hadiah dan hukuman, 3) level aspirasi, 4) memakai kompetisi

dan kerjasama, 5) pemakaian hasil belajar sebagai umpan balik, 6) memakai

pujian dan celaan, 7) guru menciptakan hal-hal baru dalam mengajar, 8)

menyiapkan tujuan belajar, 9) tidak menggunakan prosedur-prosedur yang

menekan siswa, 10) menggunakan contoh-contoh yang hidup, model-model yang

menarik, 11) mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Dari sebelas

cara memotivasi siswa yang dapat dilakuan oleh guru diatas dapat peneliti

gunakan dalam melakukan penelitian terhadap siswa kelas III di SD Kanisius

Kintelan.

2.1.1.3. Indikator Motivasi

Berdasarkan penjelasan tentang pengertian, peranan motivasi dan cara untuk

(29)

Indikator-indikator tersebut ditentukan berdasarkan pendapat beberapa ahli seperti

di bawah ini.

Seseorang dapat dikatakan termotivasi, jika seseorang tersebut memiliki daya

dorong dari dalam dirinya. Daya dorong tersebut dapat bersifat intrinsik maupun

ekstrinsik. Uno (2007 : 23) mengatakan ada beberapa indikator motivasi belajar

yaitu: adanya hasrat dan keingginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan

dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan

dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan

belajar yang kondusif. Aritonang (2008: 14) berpendapat lain bahwa motivasi

belajar siswa meliputi 1) ketekunan dalam belajar, 2) ulet dalam menghadapi

kesulitan, 3) minat dan ketajaman perhatian dalam belajar dan 4) partisipasi dalam

belajar.

Sardiman dalam Herline (2009: 81) menjelaskan beberapa indikator motivasi

belajar sebagai berikut: 1) tekun menghadapi tugas, hal ini terlihat saat siswa

dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama serta tidak akan berhenti sebelum

menyelesaikannya, 2) ulet menghadapi kesulitan, akan terlihat saat siswa mampu

menghadapi kesulitan, tidak mudah putus asa dan selalu berjuang dalam

menghadapi kesulitannya, 3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam

masalah seperti siswa memiliki minat terhadap belajar yaitu untuk mempelajari

sesuatu sampai mengerti, 4) lebih senang bekerja mandiri, dalam hal ini siswa

yang memiliki motivasi itu tidak selalu bekerja secara mandiri, namun dilain sisi

orang yang memiliki motivasi itu dapat belajar bersama dan tidak individual, 5)

(30)

merasa bosan jika proses pembelajaran di kelas dilakukan secara rutin tanpa

adanya pergantian cara belajar atau dapat dikatakan menggunakan pembelajaran

yang kurang inovatif dan dilakukan secara terus menerus, 6) dapat

mempertahankan pendapatnya, siswa yang sudah termotivasi dan merasa yakin

terhadap sesuatu maka ia akan selalu mempertahankan pendapatnya, 7) tidak

mudah melepas hal yang diyakini itu, seorang siswa yang termotivasi maka ia

akan mempertahankan pendapatnya dan tidak akan mudah melepas sesuatu yang

dianggap benar. 8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal, Siswa

yang termotivasi ini akan lebih suka mencari tahu sesuatu yang baru serta senang

memecahkan masalah dengan cara-cara tertentu baik berdiskusi bersama teman,

mencari sumber lain dan bekerjasama dengan teman untuk menyelesaikan tugas.

Dari paparan indikator-indikator yang ungkapkan oleh para ahli di atas maka

peneliti menyimpulkan beberapa indikator yang akan digunakan dalam

penelitiannya seperti : memiliki keinginan belajar, ulet menghadapi tugas,

memiliki tujuan belajar.

2.1.2. Hasil Belajar

Peneliti akan membahas beberapa hal dalam sub-bab hasil belajar seperti,

pengertian hasil belajar dan taksonomi hasil belajar.

2.1.2.1. Pengertian hasil belajar

Purwanto (2009 : 38) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan

pencapaian tujuan belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Tujuan

pendidikan bersifat ideal, tetapi hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar adalah

(31)

berdasarkan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Pendapat lain diungkapkan oleh

Sudjana (2009 : 3) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah

laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa tersebut mencakup bidang kognitif,

afektif dan psikomotorik.

Purwanto (2009 : 39) menjelaskan bahwa dalam belajar pasti akan

menimbulkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku dapat terjadi dengan

melakukan proses pembelajaran. Untuk memudahkan cara memahami dan

mengukur perubahan perilaku siswa maka perilaku jiwa manusia dibagi menjadi 3

domain atau ranah yaitu : kognitif, afektif, psikomotorik. Hasil belajar yang

dicapai setelah pembelajaran dapat berupa hasil utama pengajaran ataupun hasil

pengiring pengajaran. Hasil utama pengajaran adalah hasil yang didapat sesuai

dengan apa yang direncanakan, sedangkan hasil sampingan pengajaran adalah

hasil diluar apa yang telah direncanakan.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan suatu komponen dalam pembelajaran dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai pembelajar. Untuk mencapai hasil belajar yang

baik, siswa harus memahami apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Hasil belajar

itu bisa berupa perubahan perilaku dalam diri anak yang mencakup 3 aspek yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Widoyoko (2009 : 29) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar merupakan

komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti dapat melakukan upaya

untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan meningkatkan kualitas

(32)

kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang

baik akan mendorong guru untuk menggunakan strategi belajar yang baik dan

mampu memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. Menurut Sudjana (2009 : 9)

mengatakan bahwa penilaian hasil belajar harus dilakukan senantiasa atau setiap

saat terjadi proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar yang berkesinambungan

akan memberikan hasil penlilaian yang teratur.

2.1.2.2. Taksonomi Hasil Belajar

Purwanto (2009 : 50-51) mengungkapkan taksonomi hasil belajar ada 3

yaitu, hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotorik.

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan

kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan menerima

stimulus eksternal, penyimpanan dan pengolahan data di otak hingga penggunaan

kembali hasil olahan data untuk menyelesaikan masalah. Hasil belajar kognitif

tidak merupakan kemampuan tunggal, karena perubahan perilaku kognitif

meliputi beberapa tingkat atau jenjang. Para ahli seperti Bloom megklasifikasikan

tingkatan dalam ranah kognitif, diantaranya : hafalan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), evaluasi (evaluation).

Tarlinton, Anderson dan Krathwohl (dalam Supratiknya, 2012 : 8 ) merevisi

taksonomi hasil belajar kognitif miliknya Bloom, yaitu : menghilangkan tahap

kelima yaitu sintesis, kemudian mengeser tahap keenam evaluasi dan

(33)

Anderson dan Krathwohl juga mencakup dimensi pengetahuan dan dimensi

proses kognitif.

Krathwohl dalam Purwanto (2009 : 51 - 52) membagi hasil belajar afektif

menjadi 5 tingkatan yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi. Penerimaan adalah kesedian memberikan perhatian pada rangsangan

yang datang. Partisipasi adalah kesedian memberikan respon dengan bentuk

partisipasi. Penilaian adalah kesedian menentukan pilihan sebauh nilai untuk

rangsangan. Organisasi adalah kesediaan mengelompokkan nilai-nilai yang dipilih

sebagai pedoman yang mantap dalam perilaku. Internalisasi nilai adalah

menjadikan pengelompokan nilai bukan hanya sekedar menjadi pedoman tetapi

sebagai bagian dalam diri individu tersebut.

Supratiknya (2012 : 12 - 14) mengacu pada taksonomi tahap afektif milik

Krathwohl, Bloom, dan Masia. Taksonomi ini mengelompokan emosi aau

perasaan siswa terhadap penggalaman belajar mereka baik di dalam maupun di

luar kelas, atau cara siswa menanggapi orang, benda, atau situasi dengan

menggunakan perasaan. Tahapan taksonomi hasil belajar afektif tersebut meliputi

: menginternalisasi nilai-nilai, mengorganisaasikan nilai-nilai, memberikan nilai

atau memandang bernilai, memberikan respon terhadap fenomena tertentu,

menerima fenomena tertentu.

Harrow dalam Purwanto (2009 : 52 - 53) membagi hasil belajar

psikomotorik menjadi 6, yaitu : gerak refleks, gerak fundamental, kemampuan

perseptual, kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata.

(34)

psikomotorik menjadi 6, yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan

terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas.

Taksonomi ranah psikomotor mencakup kemampuan menggunakan aneka

keterampilan motor, koordinasi, dan gerakan fisik. Pengembangan keterampilan

ini harus dilakukan praktik atau latihan, dan hasilnya dapat diukur dari

peningkatan kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur, atau teknik dalam

melaksanakan tugas atau aktivitas motor tertentu. Taksonomi ranah psikomotorik

ini hanya bisa dikembangkan oleh timnya Bloom secara terbatas, karena tim

Bloom tidak memiliki pengalaman mengajarkan ranah keterampilan psikomotorik

ini. Namun, ada ahli lain yang lebih ahli di binang ini, yaitu Simpson. Simpson

mengembangkan taksonomi ranah psikomotorik yang mencakup tujuh kategori

untuk menuntaskan gagasan Bloom dan kawan-kawan (Supratiknya, 2012 : 7 -

23). Taksonomi tujuan pengajaran ranah kognitif menurut Simpson yaitu : mampu

menghasilkan gerakan baru, mampu beradaptasi, mampu melakukan respon

kompleks secara lancar, mampu melaksanakan respon secara mekanik, mampu

melakukan respon tertentu dengan bimbingan guru, memiliki kesiapan untuk

bertindak, mampu mempresepsikan.

Dari kedua ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki

taksonomi hasil belajar yang sama. Isi taksonomi hasil belajar mereka juga hampir

mirip, namun ada beberapa hal yang berbeda. Seperti pada ranah kognitif dalam

Purwanto tidak ada tahapan mencipta namun, dalam Supratiknya ada tahapan

(35)

2.1.2.3. Prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar

Sudijono (2011 : 31) berpendapat bahwa suatu pelaksanaan evaluasi hasil

belajar akan terlaksana dengan baik dan akan berhasil harus memperhatikan

prinsip-prinsip berikut ini : 1) prinsip keseluruhan, 2) prinsip kesinambungan, 3)

prinsip obyektivitas. Prinsip keseluruhan merupakan suatu pelaksanaan evaluasi

hasil belajar yang dilakukan secara meyeluruh mencakup aspek-aspek yang dapat

mengambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku siswa. Aspek-aspek

yang harus diperhatikan bukan hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan

aspek psikomotorik. Dalam prinsip kesinambungan merupakan pelaksanaan

evaluasi hasil belajar yang dilakukan secara teratur dan sambung-menyambung.

Dengan pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilakukan secara teratur,

terencana, dan terjadwal, maka dimungkinkan evaluator (guru) dapat menperoleh

data untuk mengetahui dan memantau perkembangan siswa. Selain kedua prinsip

di atas juga dijelaskan prinsip yang ketiga yaitu prinsip obyektivitas. Prinsip

obyektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan

sebagai evaluasi yang baik apabila terlepas dari faktor-faktor yang bersifat

subyektif. Prinsip ketiga ini sangat penting dan harus teliti dalam pelaksanaannya,

karena jika sampai terselip faktor-faktor yang bersifat subyektif, akan merusak

keaslian evaluasi hasil belajar tersebut.

2.1.2.4. Ciri-ciri evaluasi hasil belajar

Sudijono (2011 : 33 – 48) berpendapat bahwa evaluasi belajar merupakan

suatu bidang kegiatan, maka dari itu evaluasi hasil belajar memiliki ciri-ciri khas

(36)

hasil belajar dilakukan secara tidak langsung. Ciri kedua, penilaian evaluasi hasil belajar siswa pada umumnya menggunakan ukuran yang bersifat kuantitatif atau

menggunakan angka-angka. Ciri ketiga, kegiatan evaluasi hasil belajar pada umumnya digunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap. Unit-unit yang tetap

tersebut diguanakan berdasarkan pada teori yang menyatakan populasi peserta

didik bersifat heterogen, sehingga jika digambarkan dalam kurva akan terlukis

dalam bentuk kurva normal. Ciri keempat, prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu akan bersifat relatif, dimana hasilnya tidak akan selalu sama

atau tetap. Ciri kelima, dalam kegiatan evaluasi hasil belajar akan sering terjadi kekeliruan (error).

2.1.3. Teori Perkembagan Kognitif Jean Piaget

Teori perkembangan kognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teori perkembangan kognitif milik Jean Piaget. Teori perkembangan Piaget

dikelompokkan dalam beberapa tahapan, diantaranya tahap sensorimotor, tahap

praoperasional, tahap operasi konkret, dan tahap operasi formal. Tahapan-tahapan

tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain, sehingga tidak dapat dipisahkan.

Urutan tahapan juga tidak dapat ditukar atau dibalik, karena tahapan sesudahnya

mengambarkan terbentuknya tahapan sebelumnya (Suparno, 2012 : 24-25).

Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, peneliti akan

menggunakan metode demonstrasi sebagai cara untuk meningkatkan motivasi dan

hasil belajar peserta didik. Peneliti menentukan metode demonstrasi sebagai cara

atau alat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar dengan sebelumnya

(37)

perkembangan yang sesuai. Sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif

menurut Piaget, siswa kelas III termasuk dalam tahapan operasi konkret, karena

umurnya yang masih sekitar 7 -11 tahun ( Suparno, 2012 : 69).

Suparno (2012 : 69) menjelaskan bahwa tahapan operasi konkret dapat

dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada

aturan-aturan yang bersifat logis. Tahap operasi konkret juga ditandai dengan adanya

sistem operasi berdasarkan apa yang dilihat mata atau nyata. Selain itu pemikiran

anak dalam banyak hal sudah lebih teratur dan terarah, karena anak sudah dapat

berpikir seriasi, klasifikasi dengan lebih baik, bahkan anak mampu

menyimpulkan. Namun demikian, pemikiran-pemikiran yang logis hanya dapat

diterapkan pada benda-benda yang konkret, belum pada kalimat verbal, hipotesis,

dan abstrak (Suparno, 2012 : 86).

2.1.4. Metode Demonstrasi

2.1.4.1. Pengertian Metode Demonstrasi

Demonstrasi dapat diartikan sebagai peragaan, sedangkan metode merupakan

suatu cara. Syah dalam Simamora (2009 : 57) menjelaskan bahwa metode

demonstrasi merupakan suatu metode mengajar dengan memperagakan suatu

benda, aturan, kejadian dan urutan menggunakan sesuatu, baik secara langsung

maupun dengan menggunakan media tertentu. Hal serupa juga diungkapkan oleh

Djamarah dalam Simamora (2009 : 57) yaitu metode demonstrasi merupakan

suatu metode yang digunakan untuk memperagakan suatu proses atau cara kerja

suatu benda berkenaan dengan suatu bahan ajar. Demonstrasi tidak selalu harus

(38)

percobaan yang mudah dan tidak memerlukan suatu keterampilan yang tinggi dan

khusus (Jasmadi, 2010 :19). Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi

adalah sebuah cara menyampaikan materi dengan cara memperagakan barang,

kejadian, dan urutan dalam suatu kejadian baik dilakukan langsung maupun tidak

langsung.

Dalam penelitian ini peneliti memilih metode demonstrasi sebagai cara atau

alat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pemilihan metode

demonstrasi sebagai cara atau alat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar

juga didasarkan pada tahap perkembangan operasi konkret. Hal ini didukung

bahwa siswa kelas III masih masuk dalam tahapan operasi konkret, dimana siswa

akan lebih mudah memahami materi yang disajikan dengan benda nyata atau

konkret. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti

memberikan contoh kegiatan jual beli secara langsung dengan menggunakan

metode demonstarsi.

2.1.4.2. Kelebihan metode demonstrasi

Sanjaya (2006 : 150) berpendapat bahwa kelebihan metode demonstrasi

meliputi beberapa hal yaitu 1) perhatian siswa akan tertuju pada hal-hal yang

dianggap penting dan perlu dipahami oleh siswa. Sehingga para siswa dapat

menangkap maksud dari pengajar, 2) siswa mendapat persepsi yang jelas, karena

siswa dapat melihat secara langsung, 3) siswa akan mendapat pengalaman praktik

guna mengembangkan pengalaman dan keterampilannya, 4) pertanyaan siswa

akan terjawab langsung selama proses demonstrasi. Selain itu Djamarah dalam

(39)

diantara yaitu membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu

kegiatan, memudahkan pemahaman terhadap suatu penjelasan, dan membantu

memperbaiki kesalahan yang terjadi saat kegiatan ceramah dengan melalui

pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebebarnya.

2.1.4.3. Kelemahan metode demonstrasi

Sanjaya (2006 : 151) berpendapat bahwa kekurangan metode demonstrasi,

diantaranya 1) demonstrasi akan menjadi metode yang kurang tepat apabila

alat-alat yang didemonstrasikan tidak memadai atau tidak sesuai kebutuhan, 2)

menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas dimana siswa

sendiri dapat ikut bereksperimen dan tidak dapat menjadikan aktivitas itu sebagai

pengalaman yang berharga, 3) tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam

kelas.

2.1.5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.5.1. Hakikat IPS

Para ahli yang mengemukakan bahwa sifat-sifat kemanusian itu dipelajari.

Seperti yang diungkapkan oleh Perry & Seidler dalam Suradisastra, dkk (1992 : 6)

bahwa proses belajar terhadap sifat-sifat manusia itu berasal sejak manusia masih

muda atau kanak-kanak. Proses tersebut didapat dari interaksi antara anak dengan

orang dewasa.

Dengan adanya pembahasan tentang manusia, IPS mengenalkan kepada

peserta didik untuk hidup bertanggungjawab sosial. Manusia akan menyadari

(40)

Dari pembahasan diatas telah nampak bahwa IPS merupakan suatu kajian yang

mempelajari manusia dan dunia.

IPS mempunyai tujuan yang berkesesuaian yaitu mengupayakan manusia

menjadi warga yang baik. Namun untuk menjadi warga yang baik itu terlalu luas.

Maka dengan demikian Barr, Barth dan Shermis dalam Suradisastra (1992 : 7)

menunjukan bahwa dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) itu tidak hanya

merupakan suatu pemikiran, melainkan ada tiga tradisi dalam IPS, tradisi tersebut

adalah 1) pewarisan budaya yang bersifat indoktrinatif dalam menyajikan bahan

belajar. Indoktrinatif adalah semua pengalaman belajar yang dilaksanakan dalam

kondisi belajar yang tidak kritis, 2) tradisi ilmu sosial itu penurunan dari salah

satu Ilmu Sosial. Jadi IPS dalan tradisi ini bersifat reduktif, 3) inkuiri reflektif yang didasarkan pada pemikiran reflektif dari Jhon Dewey. Dalam hal ini kewargaan tercermin dari kemampuannya untuk memecahkan masalah dalam

suasana lingkungan yang melandaskan diri pada nilai. Bukan masalah baik atau

buruk, namun tentang bagaimana cara menelaah nilai dengan tepat.

Berdasarkan bahasan di atas nampak sangat jelas bahwa IPS mencakup hal

yang luas, namun cakupan itu tak seluas Ilmu Sosial. Suradisastra (1992 : 8)

mengungkapkan bahwa Ilmu sosial mengacu pada keseluruhan kehidupan

interpersonal siswa, yang meliputi pengajaran sosial siswa baik di rumah, sekolah

dan masyarakat. Melihat dari hal diatas, IPS hanya merupakan salah satu wahana

pengajaran yang memberikan sumbangan kepada Ilmu Sosial

(41)

Tujuan pengajaran IPS harus diturunkan dari tujuan pendidikan nasional.

Untuk mengkonkretkan tujuan pengajaran IPS kita perlu melihat tujuan

pendidikan yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Dalam ranah kognitif : pembelajaran IPS bukan hanya meliputi hafalan yang perlu

dihafalkan oleh siswa, melainkan berisi cara mendorong siswa berpikir kritis dan

kreatif. Dalam ranah afektif : siswa diharapkan mampu berkiprah yang benar

dalam hidup. Menurut Preston & Herman dalam Suradisastra (1992 : 9)

mengemukakan hal penting dalam tujuan afektif, yaitu nilai dan sikap terhadap

pengetahuan dan juga nilai dan sikap terhadap masyarakat dan kemanusiaan.

Dalam ranah psikomotorik : tujuan keterampilan yang dapat diraih dalam

pengajaran IPS adalah keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan nilai

serta sikap.

Supriya (2009 : 194) mengemukakan bahwa tujuan dari mata pelajaran IPS

diantaranya : 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir

kritis dan logis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan

dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai

sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama

dan berkompetisi dalam masyarakat yang majenuk, di tingkat lokal, nasional, dan

global.

2.2. Penelitian Yang Relevan

Sundari (2009) melakukan penelitian terhadap siswa kelas III A3 SD

(42)

meneliti tentang peningkatkan kemampuan siswa untuk mengenal pecahan

sederhana dengan menggunakan metode demonstrasi. Peneliti ini dilakukan

selama 2 minggu dengan 2 siklus dan setiap siklusnya dilakukan dalam 2 kali

pertemuan. Dalam siklus satu dilakukan metode demonstrasi terbimbing dan

mendapat hasil yang baik, namun kurang melibatkan siswa penuh dalam

demonstrasi. Dalam siklus dua dilakukan metode demonstrasi mandiri. Hasil

penelitiannya adalah kemampuan siswa dalam mengenal pecahan sederhana

meningkat setelah menggunakan metode demonstrasi. Untuk itu, penelitian ini

relevan untuk digunakan sebagai referensi dalam penelitian yang akan peneliti

lakukan.

Erfinasari (2012) melakukan penelitian terhadap siswa kelas I di SD

Muhamadiyah Kemadang dalam mata pelajaran IPA tentang materi energi.

Penelitian ini menerapkan metode dmonstrasi dalam pembelajarn guna

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2

siklus, dimana siklus pertama dilakukan selama 1 minggu sedangkan siklus 2 juga

dilakukan selama 1 minggu. Hasil dari penelitian ini adalah keaktifan dan hasil

belajar siswa dalam materi energi meningkat setelah menggunakan metode

demonstrasi. Dengan demikian penelitian ini relevan untuk digunakan referensi

dalam penelitian yang akan peneliti lakukan.

Pramunindya (2011) melakukan penelitian terhadap siswa kelas V SD Negeri

Daratan dalam mata pelajaran IPA tentang sifat cahaya. Penelitian ini menerapkan

metode demonstrasi eksperimen. Penelitian yang dilakukan Pramunindya

(43)

kedua dilakukan 2 kali pertemuan. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan

peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Daratan dengan menggunakan

metode demonstrasi eksperimen. Dengan demikian penelitian ini relevan untuk

digunakan peneliti sebagai referensi dalam melakukan penelitian.

Gambar 2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Sundari

- Variabel penelitian : kemampuan siswa untuk memahami materi pecahan sederhana.

- Treatment : metode demonstrasi

- Hasil penelitian : ada peningkatan kemampuan siswa memahami materi pecahan sederhana.

Penelitian oleh Erfinasari

- Variabel penelitian : keaktifan dan

hasil belajar.

- Treatment : metode demonstrasi

- Hasil penelitian : ada peningkatan keaktifan dan hasil belajar.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti

Variabel : motivasi dan hasil belajar

Treatment : metode demonstrasi

Penelitian oleh Pramunindya

- Variabel penelitian : hasil belajar.

- Treatment : metode demonstrasi eksperimen - Hasil penelitian : ada peningkatan hasil belajar. - Hasil penelitian : ada peningkatan keaktifan dan

hasil belajar.

(44)

2.3. Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan jenis pembelajaran yang

mengutamakan hafalan. Materi dalam pelajaran IPS banyak yang harus

dihafal oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Dalam

kenyataannya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, namun

kadang guru mengombinasikan dengan metode yang inovatif. Penggunaan

metode yang inovatif tersebut belum mampu meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti akan

menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPS kelas III SD

Kanisius Kintelan.

Penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPS, diharapkan

mampu membantu siswa dalam memahami materi. Selain itu penggunaan

metode demonstrasi dalam belajar akan membantu meningkatkan

motivasinya dalam belajar IPS. Metode demonstrasi selain bisa membuat

siswa termotivasi, juga dapat membuat siswa ikut terlibat dalam proses

pembelajaran. Dengan demikian, materi yang tersampaikan melalui

pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi tersebut dapat

membekas dipikiran siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode

demonstrasi selain dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa,

juga dapat menarik perhatian siswa terhadap materi atau bahkan terhadap

mata pelajaran IPS.

2.4. Hipotesis Tindakan

(45)

a. Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas III SD

Kanisius Kintelan dalam belajar, metode demonstrasi digunakan melalui

pengamatan langsung siswa dalam kegiatan pembelajaran yang belangsung.

Dalam kegiatan pembelajaran ini siswa menjadi termotivasi untuk belajar

dan antusias dalam mengikuti pelajaran.

b. Selain itu metode demonstrasi juga digunakan untuk meningkatkan hasil

belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Kintelan, melalui kegiatan observasi

terhadap demonstrasi kegiatan jual beli secara langsung. Kegiatan yang

dilakukan ini dapat membantu siswa memahami materi secara tidak sengaja

(46)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan saya gunakan adalah jenis Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Menurut Muslich (2012 : 6) Penelitian tindakan kelas merupakan

penelitian yang wajib dan harus bisa dilakukan oleh setiap guru, karena dalam

kegiatan pembelajaran guru pasti akan menemukan-menemukan permasalahan.

Permasalahan-permasalahan itu dapat diselesaikan melalui Penelitian Tindakan

Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang reflektif yang

bertujuan memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc Taggart

Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu dengan 1 siklus. Satu siklus

(47)

Penelitian ini akan dilakukan dalam 1 siklus. Menurut Taniredja, 2010)

langkah-langkah dalam proses penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart

yang akan dilakukan oleh guru meliputi perencanaan, tindakan,

observasi/pengamatan, refleksi.

3.2. Setting Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian adalah SD Kanisius Kintelan yang

beralamat di Jalan Ireda no. 18 Yogyakarta.

3.2.2. Obyek Penelitian

Penelitian ini akan meneliti tentang motivasi belajar dan hasil belajar siswa

kelas III.

3.2.3. Subyek Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan pada siswa kelas III SD Kanisius Kintelan,

pada semester II tahun ajaran 2012/2013. Jumlah siswa kelas III ada 24 anak,

dengan 12 laki-laki dan 12 perempuan.

3.3.Rencana Tindakan

Penelitian dilaksanakan dalam 1 siklus yang terdiri dari 2 pertemuan setiap pertemuan 3 jam pelajaran (3 JP), alokasi waktu setiap 1 jam pertemuan adalah 40

menit. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini

(48)

3.3.1. Persiapan

Tahapan perencanaan merupakan tahapan awal yang akan dilakukan

sebelum melakukan penelitian. Kegiatan yang dilakukan selama kegiatan

perencanaan diantaranya:

1. Permintaan Ijin kepada Kepala Sekolah

Permintaan ijin dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat berjalan

dengan lancar dan disetujui oleh Kepala Sekolah. Selain permintaan ijin

kepada Kepala Sekolah, peneliti juga melakukan permintaan ijin kepada

guru kelas III SD K Kintelan.

2. Wawancara

Wawancara terhadap guru kelas III dimaksudkan untuk mengetahui

kondisi siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPS. selain melakukan

wawancara dengan guru peneliti juga melakukan observasi saat

pembelajaran berlangsung.

3. Indentifikasi Masalah

Setelah di lakukan wawancara dan observasi kegiatan belajar mengajar,

peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas III SD

Kanisius Kintelan, merumuskan masalah dan selanjutnya dapat

ditindaklanjuti.

4. Pengkajian Materi

Pengkajian materi dimaksudkan untuk mengetahui kompetensi dasar yang

(49)

3.3.2. Rencana Tindakan Setiap Siklus

Penelitian ini menggunakan model PTK Kemmis dan Taggart yang terdiri dari 4

langkah dalam setiap siklusnya. Empat langkah tersebut meliputi perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan dari empat langkah tersebut yang

dilakukan peneliti dalam pelaksanaan kegiatan penelitian terhadap motivasi dan

hasil belajar IPS dengan menggunakan metode demonstrasi dapat dilihat pada

penjelasan di bawah ini :

Siklus 1

1. perencanaan

Setelah peneliti mengetahui masalah dan merumuskan masalahanya,

maka peneliti menyusunan rencana tindakan penelitian yang akan dilakukan

dalam 1 siklus. Dalam tahap perencanaan peneliti menyiapkan instrumen

perangkat pembelajaran seperti, Silabus, RPP, LKS, penyusunan soal

evaluasi. Selain itu peneliti juga menyiapkan instrumen penelitian motivasi

belajar siswa dengan membuat kuesioner motivasi belajar siswa. Setelah

peneliti selesai menyusun instrumen perangkat pembelajaran dan instrumen

penelitian, peneliti meminta bantuan dosen, kepala sekolah dan guru untuk

memvalidasi instrumen tersebut.

2. Pelaksanaan/tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini, guru kelas III yang melakukan kegiatan

belajar mengajar dibantu oleh peneliti. Pada pelaksanaan tindakan ini

dilakukan dalam 2 pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan dalam 3 jam

(50)

Pada pertemuan pertama, guru memperlihatkan siswa demonstrasi

langsung kegiatan jual beli. Demonstrasi langsung kegiatan jual beli

dilakukan oleh pedagang di kantin sekolah. Selain siswa diajak melihat

demonstrasi langsung kegiatan jual beli, siswa juga diajarkan untuk

melakukan wawancara terhadap pedagang tersebut. Setelah kegiatan

tersebut guru meminta beberapa perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil dari kelompoknya.

Pertemuan kedua, guru mengajarkan siswa untuk melakukan kegiatan

demonstrasi mandiri. Kegiatan demonstrasi mandiri ini merupakan

kegaiatan yang mengikutsertakan siswa dalam melakukan kegiatan

demonstrasi. Demonstrasi mandiri mencakup kegiatan siswa untuk

melakukan kegitaan jual beli. Tugas dari masing-masing kelompok adalah

melakukan kegiatan jual beli dan juga melakukan observasi terhadap

kelompok yang lain. Setelah selesai kegiatan jual beli, siswa diminta

menceritakan kegiatan apa saja yang mereka lakukan dan kesulitan yang

dialami. Di akhir pelajaran guru melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi

dilakukan dengan menggunakan 24 soal yang dibagi menjadi dua yaitu 14

soal pilihan ganda dan 10 soal isian singkat.

3. Observasi

Observasi kegiatan dilakukan selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Observasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara

kegiatan belajar mengajar dengan pencana pelaksanaan pembelajaran.

(51)

selama kegiatan berlangsung, mencatat semua kejadian selama proses

berlangsug. Dalam kegiatan observasi, peneliti juga menggunakan rubrik

untuk mengukur aspek afektif dan psikomotorik siswa. Selain itu observasi

dilakukan guna membantu peneliti untuk merefleksikan kegiatan

penelitiannya.

4. Refleksi

Dalam kegiatan refleksi, peneliti melakukan analisis-analisis hasil

pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Analisis tersebut meliputi hal-hal

berikut yaitu mengevaluasi penemuan selama proses pembelajaran

berlangsung, menganalisis data yang diperoleh selama proses

pembelajaran, menarik kesimpulan atas peningkatan hasil belajar siswa

dalam siklus 1. Hasil refleksi siklus 1 digunakan untuk mengetahui adanya

peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa seperti dan jika hasil siklus 1

belum mencapai target maka akan dilanjutkan dengan siklus 2.

3.4.Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan suatu paparan data dari data awal, target

yang harus dicapai dari suatu penelitian dan hasil dari suatu penelitian (data

akhir). Kondisi awal dan target yang diharapkan oleh peneliti dapat dilihat pada

(52)

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan tujuan belajar dibagi jumlah seluruh siswa x 100% jumlah seluruh siswa dikali 100%.

60% 65%

Tes 2. Rata-rata kelas Rata-rata kelas menjadi

meningkat 71,67 72,5

Kondisi awal dari variabel motivasi diperoleh dari hasil rata-rata dari hasil

observasi yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian dan

hasil pretes dengan menggunakan angket. Sedangkan untuk variabel kedua

(53)

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data bisa dilakukan dengan berbagai setting, sumber dan cara

(Sugiyono, 2010 : 308). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik

penggumpulan data dengan observasi, wawancara, kuisioner dan tes.

3.5.1. Observasi

Sudijono (2011 : 76) menjelaskan bahwa observasi merupakan suatu alat

pengumpulan data, dimana peneliti mencatat semua kejadian yang terjadi selama

penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data dengan observasi. Penggunaan teknik pengumpulan data

observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti mencatat

semua kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran. Penggunaan teknik

pengumpulan data observasi dilakukan dengan mencatat siswa yang bertanya,

siswa yang menjawab pertanyaan dari guru, dan lain sebagainya.

3.5.2. Wawancara

Sudijono (2011 : 82) menjelaskan bahwa wawancara merupakan cara

pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lisan secara sepihak,

berhadapan muka dan dengan arah dan tujuan yang sudah ditentukan. Dalam

penelitian ini selain peneliti menggunakan teknik penggumpulan data dengan

observasi, peneliti juga menggunakan wawancara sebagai penggumpulan data

Gambar

Gambar 2.1 Penelitian yang Relevan
Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc Taggart
tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang dilakukan ialah analisa, studi eksisiting dan wawancara, dari hasil semua itulah kemudian dapat dirangkum tahapan pembuatan film pendek tentang bahaya zat

relir K€rojuu Mudr d@ lnu

Sedangkan biaya produksi yang dicatat adalah biaya yang benar-benar telah digunakan (bukan jumlah yang dibeli/disimpan) selama setahun yang lalu oleh rumah tangga yang cara

Hasil penelitian menunjukkan tingkat personal financial literacy mahasiswa strata 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara termasuk dalam kategori rendah dengan

A similar, or even worse, situation has been experienced by members of the Ahmadi minority, who have for nearly 10 years lived in a “refugee camp” in Transito, Mataram, and

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kualitas sistem pencahayaan pada dengan studi kasus Hotel Novotel Yogyakarta pada ruang pertemuan dan lobi dengan tiga metode,

Kira-kira 30% pasien yang memakai obat ini mengalami pembesaran gusi, dimana Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja karyawan pada PT PLN (Persero) Area Malang sudah sangat baik yang berdampak pada motivasi kerja,