VIEW PORTRAIT BERJUDUL “PLASTIC BOTTLES”
TUGAS AKHIR
Oleh :
Nama : Makhrus Ali
Nim : 09510160070
Program Studi : DIV Komputer Multimedia
SEKOLAH TINGGI
MANAGEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER
SURABAYA
2013
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
KASINOGEN DENGAN MENGGUNAKAN VIEW POTRAIT
BERJUDUL “PLASTIC BOTTLES”
Makhrus Ali (2009)
Program Studi DIV Komputer Multimedia, STIKOM
Kata Kunci: Film Pendek, Bahaya Zat Karsinogen Terhadap Botol Plastik, Preventive
Film pendek adalah sebuah karya film cerita fiksi yang berdurasi kurang dari 60 menit. Pembuatan film pendek tentang zat karsinogen terhadap botol plastik ini bertujuan untuk memberikan informasi dan penyuluhan tentang penggunaan botol plastik secara berulang-ulang. Metode yang dilakukan ialah analisa, studi eksisiting dan wawancara, dari hasil semua itulah kemudian dapat dirangkum tahapan pembuatan film pendek tentang bahaya zat karsinogen dengan menggunakan view potrait botol plastik. Setelah melalui 3 tahapan yaitu pra produksi, produksi dan paska produksi maka jadilah kemudian film pendek. Dengan adanya film pendek ini, diharapkan adanya manfaat berupa pengetahuan bagi masyarakat untuk merubah kebiasaan buruk menggunakan botol plastik yang berulang ulang dan memulai kebiasaan hidup sehat pula bagi anak-anak mereka nanti.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
xi
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... . xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 4
1.4 Tujuan ... 4
1.5 Manfaat ... 5
BAB II Landasan Teori ... 6
2.1 Plastik ... 6
2.2 Zat Karsinogen ... 10
2.3 Film ... 11
2.4 Genre Film ... 14
2.5 View Potrait ... 18
2.6 Dasar Produksi Film ... 18
2.7 Tahapan Pembuatan Film ... 19
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
xii
BAB IV Implementasi Karya ... 42
4.1 Produksi ... 42
4.2 Pasca Produksi ... 48
BAB V PENUTUP ... 55
5.1 Kesimpulan ... 55
5.2 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
LAMPIRAN ... 58
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
xiii
Gambar 3.2 ScreenshootFilm View Portrait Nasionalisme ... 29
Gambar 3.3 Screenshoot Story Of Us ... 30
Gambar 3.4 Bagan Pencarian Kata Kunci... 33
Gambar 3.5 Bagan Perancangan Tugas Akhir ... 34
Gambar 3.6 Sketsa Poster ... 38
Gambar 3.7 Sketsa Cakram DVD ... 39
Gambar 3.8 Sketsa Sampul ... 39
Gambar 4.1 Sesi Wawancara ... 40
Gambar 4.2 Adegan Syuting Di Eastcost ... 42
Gambar 4.3 Adegan Syuting Kantor Humas Stikom ... 42
Gambar 4.4 Adegan Syuting di Lab Kimia SMAN 21 ... 43
Gambar 4.5 Adegan Syuting di Rumah Bagus ... 43
Gambar 4.6 Make Up Tua ... 44
Gambar 4.7 Adegan Syuting Di Taman Kebun Bibit 2 ... 44
Gambar 4.8 Adegan Syuting Di Foodcourt Urip Sumoharjo ... 45
Gambar 4.9 Proses Pemilihan Stock Shoot ... 46
Gambar 4.10 Proses Penataan Stock Shoot... 47
Gambar 4.11 Proses Penataan Adegan... 47
Gambar 4.12 Editing Animasi 3D Darah ... 49
Gambar 4.13 Proses Editing Suara ………. 50
Gambar 4.14 Poster ………. 51
Gambar 4.15 Sampul DVD ………. 52
Gambar 4.16 Cover Cakram DVD ……….………. 52
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
xiv
Tabel 3.2 Analisis Kekurangan dan Kelebihan Film Story Of Us ... 30 Tabel 3.3 Hasil Wawancara ... 44
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
xv
Lampiran 1. Biodata ... 58 Lampiran 2. Skenario ... 59
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Fenomena di masyarakat saat ini adalah banyaknya individu atau
masyara-kat seperti mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja, seringkali menggunakan botol
plastik yang digunakan berulang kali. Persoalannya, sebagian masyarakat tidak
menyadari bahwa botol plastik yang digunakan berulang kali itu akan berdampak
buruk bagi kesehatan tubuh. Berangkat dari permasalahan itulah, hasil penelitian
ini akan diarahkan pada pembuatan film live shoot atau film pendek berjudul
“Botol Plastik”.
Air merupakan sumber alam yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk
hidup. Salah satunya yaitu manusia, manusia mempergunakan air salah satunya
untuk di minum. Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat,
orang tak banyak lagi memasak air untuk diminum, tetapi mereka lebih banyak
menggunakan air dalam kemasan seperti air galon dan air dalam botol.
Air dalam kemasan memang lebih praktis dan mudah didapat. Tingginya
harga minyak tanah dan bahayanya menggunakan tabung gas, menjadi alasan
tersendiri bagi masyarakat untuk mengkonsumsi air minum dalam kemasan.
orang-orang akan mencari hal yang lebih mudah dan praktis untuk
melakukan sesuatu. Dengan alasan yang lebih praktis dan dapat di bawa
kemana-mana, orang-orang lebih memilih air dalam botol daripada menggunakan dengan
gelas keramik atau semacamnya.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Kebiasaan meminum dengan botol plastik sangat tidak dianjurkan dan dapat
mengganggu kesehatan. Bahan botol plastik yang disebut juga Polyethylene
Ter-ephthalate atau PET mengandung zat-zat karsinogen. Oleh karena itu tidak aman jika digunakan berkali-kali. Apalagi botol tersebut dicuci ulang dan ditempatkan
di dekat jangkauan sinar matahari. Hal tersebut dapat membuat zat-zat karsinogen
masuk ke dalam air dalam botol plastik tersebut.
Ada pun bahaya botol plastik yang dapat menyerang tubuh kita hingga
mengakibatkan kanker. Bahaya tersebut dikarenakan air minum dalam botol yang
di jual tersebut terkena cahaya sinar matahari secara langsung dan ketika air
tersebut berada di dalam botol plastik yang terdapat di dalam mobil. Hawa panas
dalam mobil dapat menyebabkan zat kimia dari plastik keluar dan bercampur
dalam air. Menurut Sudiyanto Pandji kombinasi lemak, panas tinggi dan plastik
akan melepas dioxin kedalam makanan atau minuman yang akhirnya akan masuk
dalam sel-sel tubuh.( http://polahidupsehat.co.id).
Gejala-gejala yang terjadi ketika minum-minuman panas dalam botol plastik
adalah akan merasa pusing. Hal inilah yang kurang disadari oleh masyarakat. Oleh
karena itu masih banyak masyarakat yang belum mengerti akan hal tersebut.
Banyaknya masyarakat yang masih belum mengerti akan hal tersebut
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang diperoleh oleh masyarakat.
Masyarakat saat ini lebih mengarah ke masyarakat modern, walaupun masih ada
yang tergolong masyarakat kurang modern. Padahal, telah banyak dari
lembaga-lembaga maupun perseorangan yang telah memberi peringatan, rumor, bahkan
info lewat artikel-artikel di surat kabar dan internet tentang bahaya plastik. Tetapi
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli, sampai melakukan
penelitian lebih lanjut. Umumnya, masyarakat lebih mudah percaya dan lebih
mudah menangkap suatu informasi dengan gambar dan suara, dengan arti lain
lebih mudah menangkap informasi dari gambar bergerak dan suara, bukan hanya
membaca. Dengan demikian, informasi tentang bahaya zat karsinogen dalam botol
plastic tersebut diharapkan lebih efisien dengan tampilan berbentuk film.
Film merupakan salah satu sarana komunikasi massa. Film membawa
pesan-pesan komunikasi untuk diperlihatkan pada penonton. Penonton akan dapat
diarahkan dan di gunjang sampai ke hatinya jika pesan dalam film tersebut
tersampaikan. Dengan demikian, hal ini di manfaatkan oleh penulis dalam tugas
akhirnya yang ingin menyampaikan pesan-pesan dalam bahaya botol plastik.
Pesan-pesan yang dirangkum dalam sebuah film ini akan ditampilkan
dengan media yang khusus. Film sekarang memiliki media yang luas yaitu dapat
ditampilkan lewat televise dan gadget. Gadget lebih flexible dalam penggunaan
dan lebih mudah dibawa daripada membawa televise kemana-mana. Oleh karena
itu kesempatan masyarakat dalam mendapatkan informasi akan lebih sering di
dalam sebuah gadget, contohnya handphone dan Tablet. Setting tampilan sebuah
gadget adalah view portrait, dengan demikkian penulis menggunakan view
por-trait sebagai tampilan filmnya dengan alasan masyarakat lebih sering menggunakan gadget ketimbang televise dan setting tampuilan dalam gadget
adalah view portrait.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
1.2Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dalam Tugas Akhir ini dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana membuat film pendek tentang bahaya zat karsinogen berjudul
“Plastic Bottle”?
2. Bagaimana mengaplikasikan view potrait kedalam film pendek berjudul
“Plastic Bottle”?
1.3Batasan Masalah
Dari rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan beberapa batasan
masalah sebagai berikut:
1. Pembuatan film pendek tentang Botol Plastik dengan menggunakan view
por-trait.
2. Tampilan media hanya dalam gadget, proyektor, LCD TV posisi portrait.
3. Durasi film 33 menit.
1.4Tujuan
Dari batasan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut:
1. Membuat film pendek tentang bahaya zat karsinogen berjudul “plastic
bot-tle”.
2. Mengaplikasikan view potrait kedalam film pendek berjudul “plastic bottle”.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
3. Mempermudah masyarakat dalam melihat film pendek view portrait di dalam
gadget yang setting tampilan awal portrait.
1.5Manfaat
Manfaat dari pembuatan film dokumenter ialah:
1. Manfaat Keilmuan
Temuan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
bagi masyarakat luas tentang dampak buruk yang ditimbulkan botol plastik .
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pembuatan
film pendek dan menjadi bahan untuk kepentingan pendidikan yang mendalami
dunia multimedia dan umumnya sebagai wawasan dan pengetahuan tentang
dampak buruk yang ditimbulkan botol plastik.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
6 2.1 Plastik
Plastik berasal dari (bahasa Latin) plasticus = mudah dibentuk. Plastik
bagian polimer termoplastik, yaitu polimer yang akan melunak apabila dipanaskan
dan dapat dibentuk sesuai pola yang kita inginkan. Setelah dingin polimer ini akan
mempertahankan bentuknya yang baru
Plastik diciptakan pertama abad ke-19 untuk menggantikan gading, karet
dan lak. Alexander Parkes yang menemukan plastik pada 1862 yang terbuat dari
selulosa bernama Parkesine. Temuan ini dipamerkan di Great International
Exhibition, London dan diklaim lebih fleksibel dan lebih murah dibandingkan
karet yang saat itu banyak digunakan.
Pada tahun 1940-an, nilon, akrilik, neoprene, SBR dan polietilen
berkembang semakin luas. Semua penemuan di atas memberi jalan bagi
kemunculan berbagai jenis plastik, termasuk polyvinyl chloride (PVC) atau vinil,
klorida polyvinylidence (SaranTM), Teflon, polyethylene terephthalate (PET),
high-density polyethylene (HDPE), low-density polyethylene (LDPE),
polypropylene (PP) dan polistirena (PS).
Berbeda dengan kertas, kaca atau logam, yang mudah untuk didaur ulang,
perjalanan plastik dari pabrik biasanya berakhir langsung di tempat pembuangan.
Lembaga Perlindungan Lingkungan AS (United States Environmental Protection
Agency) melaporkan pada 2008:
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
1. Sebanyak 780,000 ton gelas dan piring plastik di produksi dan dalam jumlah
yang sama dibuang.
2. Sebanyak 930,000 ton plastik sampah diproduksi dan 930,000 ton dibuang.
3. Sebanyak 3,960,000 ton kantong, bungkus dan karung plastik diproduksi dan
hanya 9.8% yang berhasil didaur ulang (390,000). Sebanyak 3,570,000 ton
sisanya dibuang.
4. Sebanyak 4,810,000 ton barang sekali pakai lain seperti popok bayi, alas kaki
dan pakaian diproduksi dan dalam jumlah yang sama dibuang.
5. Sebanyak 2,680,000 ton botol dan tempat minum plastik diproduksi dan hanya
27.2 % berhasil didaur ulang (730,000 tons), sisanya 1,950,000 ton dibuang.
6. Sebanyak 750,000 ton botol HDPE (botol putih transparan) diproduksi dan
dalam jumlah yang sama dibuang.
7. Sebanyak 3,720,000 ton produk plastik lain seperti plastik pelapis, tutup plastik,
karton telur, plastik keranjang dsb diproduksi. Hanya 3% (110,000 ton)
berhasil didaur ulang sementara sisanya 3.610.000 ton dibuang.
Dari data ini terbukti 90% bahan plastik terbuang percuma sebagai sampah
dan tidak pernah didaur ulang. Dalam daur ulang, logam, gelas, dan kertas bisa
kembali seperti semula tanpa butuh bahan tambahan. Namun untuk mendaur
ulang plastik dibutuhkan proses yang panjang. Plastik ketika didaur ulang
biasanya memiliki kualitas yang lebih rendah karena terkontaminasi oleh
makanan, minyak dan bahan-bahan polutan lain.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Plastik juga membutuhkan tempat pencairan terpisah dan tidak semua bahan
plastik bisa didaur ulang seperti plastik untuk sampah, produk kesehatan, alat
cukur yang dibuat dari plastik dan metal.
Bahan baku plastik untuk kantong belanjaan juga murah, sehingga biaya
daur ulang tidak lebih efisien dari memproduksi plastik baru. Plastik apabila
dibakar akan melepas bahan-bahan beracun ke udara yang berakhir di laut mirip
racun merkuri yang berasal dari pembakaran batu bara.
Tapi sulitnya mendaur ulang plastik tidak menghentikan permintaan atas
produk plastik baru. Semakin besar jumlah produksi plastik berarti semakin
banyak pula produk plastik yang akan terbuang.
Sampah yang dibuang akan mencemari tanah, lingkungan dan berakhir di
samudra. Samudra kini menjadi salah satu tempat pembuangan sampah terbesar
karena kantong plastik mudah terbawa angin dan air ke lautan.
Dalam penggunaannya, plastik (plastics) memimiliki banyak pengertian.
Secara umum istilah ini digunakan untuk menyatakan bahan pembungkus yang
materialnya cukup mantap atau "stabil" dalam penggunaan normal, tapi tidak alias
goyah atau "labil" pada batas ekstrim, dimana ia dapat berubah bentuk secara fisik
karena suhu dan atau tekanan, dan tak saja dapat mengalami perubahan fisik tapi
juga kimiawi. Istilah atau sebutan plastik berasal dari nama ilmiah, yang diambil
dari dalam bahasa Yunani, "plastikos" dari "elastikos" yang artinya kenyal, melar,
bisa meleleh, dan bisa dimodel ke dalam berbagai rupa, bentuk, dan bangun. Dari
istilah ini juga muncul istilah plastisin. Berdasarkan pada komposisi dan
elastisitas material, plastik dibedakan atau dua kelompok besar, yakni
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
termoplastik alias plastik kenyal (elastic plastic), dan termosetplastik
(thermosetting plastic, thermosetter) alias plastik kaku (rigid plastic).
Beda utama antara termoplastik dan termosetplastik adalah bahwa, jika
plastik kenyal mengalami perubahan suhu dan atau tekanan, maka ia tak
kehilangan sifat plastisitas alias elastisitas atau kekenyalan bahannya, meskipun ia
mengalaminya berkali-kali, seperti misalnya dipanaskan dan didinginkan berulang
kali. Sedangkan plastik kaku sekali mengalami perubahan suhu dan atau tekanan
diluar batas operasional, maka ia kehilangan sifat plastisitas selamanya alias
berubah permanen, dan bekasnya yang telah mengalami pembentukan-ulang
plastik dinamakan plastomer.
Pemakaian berulang-ulang, dengan cara mencuci botol terlebih dahulu,
malah akan merusak lapisan plastik pada botol tersebut dan secara potensial
menyebabkan kebocoran zat karsinogen ke dalam air yang diminum. Seorang
professor dari Idaho University, Margrit von Braun, mengatakan bahwa semakin
sering botol plastik tersebut digunakan, semakin banyak pula zat-zat lain yang
dapat masuk ke dalam air dalam botol tersebut.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
2.2 Zat Karsinogen
Zat karsinogen adalah salah satu zat yang menyebabkan penyakit kanker.
Zat-zat karsinogen menyebabkan kanker dengan mengubah asam
deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh dan mengganggu proses-proses
biologis. Sedangkan karsinogenik adalah sifat yang mengendap dan merusak
tubuh. Karsinogen berada di sekeliling kita dan tanpa disadari tercampur dengan
udara yang kita hirup, makanan dan minuman. Secara mendasar, karsinogen
terbagi menjadi dua golongan, yaitu karsinogen yang berasal dari bahan pangan
dan non-pangan. Karsinogen dari bahan pangan terdapat pada sebagian besar
lemak, hydrazine pada jamur, solanin pada kentang yang berwarna hijau,
aflatoksin pada jagung, benzoapyrene pada makanan yang diawetkan dengan pengasapan, sakarin dan siklamat juga ditenggarai memicu kanker secara
mutagen. Sedangkan karsinogen dari bahan non-pangan yaitu pada asap rokok,
polusi udara yang mengandung timbal atau karbon monoksida, kandungan
merkuri pada kosmetika, pengaruh alkohol, penggunaan obat kimia yang tidak
semestinya, botol plastik yang digunakan secara berulang-ulang dan terpapar suhu
yang panas, pembakaran plastic yang membuat keluarnya senyawa dioksin, dan
sebagainya.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
2.3 Film
Film hingga saat ini banyak yang telah beredar, dengan berbagai jenis, isi,
makna dan lain-lain. Menurut Yolanda (Yolanda, 2012) dalam laporan tugas akhir
dijelaskan bahwa film adalah salah satu sarana komunikasi massa, selain jaringan
radio, televisi dan telekomunikasi. Film membawa pesan-pesan komunikasi utnuk
diperlihatkan pada penonton, sesuai yang ingin diberikan oleh sutradara entah
dalam drama, horor, komedi, dan action.
Lebih lanjut Rayya Makarim (Makarim, 2008) mengatakan, bahwa film
adalah deretan kata-kata. Kata-kata itu yang dapat saja diperoleh dari novel, kisah
nyata atau kisah rekaan, riwayat hidup, sandiwara radio atau komik sebagai
sumber penceritaan.
Istilah film awalnya dimaksudkan untuk menyebut media penyimpanan
gambar atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh
Emulsi (lapisan kimiawi peka cahaya). Bertitik tolak dari situ, maka film dalam arti tayangan audio-visual dipahami sebagai potongan-potongan gambar
bergerak(Panca, 2011:1). Kecepatan perputaran potongan-potongan gambar itu
dalam satu detik adalah 24 gambar (24-25 frame per second/fps). Berdasarkan
banyak pengertian “film” semuanya mengerucut pada suatu pengertian yang
universal(Panca, 2011:1).
Film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita atau
juga biasa disebut Movie atau Video(Panca, 2011:1). Film, secara kolektif, sering
disebut ‘Sinema’.Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan,
dan juga bisnis, yang diperankan oleh tokoh-tokoh sesuai karakter direkam dari
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
benda/lensa (kamera) atau animasi. Ada banyak sekali keistimewaan media film.
Lima diantaranya:
1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup
menghubungkan penonton dengan kisah-kisah personal.
2. Film dapat mengilustrasi kontras visual secara langsung.
3. Film dapat berkomunikasi dengan para penontonnya tanpa batas menjangkau
luas ke dalam prespektif pemikiran.
4. Film dapat memotifasi penonton untuk membuat perubahan.
5. Film dapat sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton dengan
pengalaman yang terpampang melalui bahasa gambar (Panca, 2011:1).
Menurut
yaitu alat penyampaian berbagai jenis pesan dalam peradaban modern ini. Film
menjadi media ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film
untuk mengutarakan ide lewat suatu wawasan keindahan. Kemampuan film
mengungkapkan sesuatu benar-benartak terbatas, apresiasi yang seimbang dapat
menempatkan pandangan, seharusnya film bukan sekedar barang dagangan, atau
hanya barang seni, melainkan juga karya ekspresi kebudayaan sebagai hasil
penjelajahan dan pergulatan terhadap kehidupan manusia, tetapi sekarang yang
terjadi kenyataannya lain atau justru sebaliknya.
Penuturan film adalah sebuah rangkaian dari kesinambungan citra (image)
yang berubah yang menggambarkan kejadian-kejadian dari skenario-sekenario
film cerita dilengkapi dengan type dari shot yang dibutuhkan untuk tiap adegan
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
dalam suatu sequence (Joseph, 1986:6).yang lebih baik melalui penggunaan
sistem informasi terkomputerisasi.
1. Jenis Film
Secara umum jenis-jenis film yaitu:
a. Film Dokumenter (Documentary Films)
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya
Lumire Bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang
dibuat sekitar tahun 1980-an(Panca, 2011: 2).
b. Film Panjang (Feature-Length Films)
Film panjang adalah film cerita fiksi yang berdurasi lebih dari 60menit.
Umumnya berkisar antara 90-100 menit (Panca, 2011: 2).
c. Film Cerita Pendek (Short Films)
Kalau dalam karya tulis kita mengenal adanya cerita pendek atau cerpen,
maka di dalam dunia perfilman dikenal juga yang namanya film pendek.
Yang dimaksud film pendek di sini artinya sebuah karya film cerita fiksi
yang berdurasi kurang dari 60 menit (Panca, 2011:3).
Secara umum film selalu menggunakan tampilan landscape. Namun tidak
menutup kemungkinan bahwa view portrait dapat digunakan dalam tampilan
video seperti iklan sebuah produk.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
2.4 Genre Film
Dalam pembuatan film sineas memiliki sebuah idealisme dalam
menentukan tema untuk “membungkus” cerita agar dapat diterima oleh
penontonnya. Beberapa genre tersebut antara lain:
1. Film Laga atau action
Genre film ini banyak menampilkan unsur pertarungan dalam setiap
scene.Sehingga penonton dibawa ke dalam kecepatan dan ketegangan gerak tubuh para tokoh yang tengah berkelahi.
2. Film Horor
Genre film ini banyak menempatkan legenda yang menyeramkan pada suatu
daerah atau legenda yang sengaja dibuat untuk menghadirkan film ini.Antara
lain Kuntilanak, Suster Ngesot, The Ring, dan sebagainya.
3. Film Thiller
Genre film ini selalu mengedepankan ketegangan yang dibuat tak jauh dari
unsur logika. Karena sepanjang jalan cerita penonton akan disuguhkan
dengan peristiwa pembunuhan. Hal ini memacu ketakutan tersendiri dalam
diri.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
4. Film
Menurut Sheila Curran Bernard (Bernard, 2004) film dokumenter merupakan
film non-fiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap
individu menggambarkan perasaan dan pengalamannya dalam situasi apa
adanya, tanpa persiapan, atau langsung pada kamera atau pewancara.
Dokumenter dapat diambil di lokasi apa adanya, atau disusun secara
sederhana dari bahan-bahan yang sudah diarsipkan. Dokumenter
5. Film Fantasi
Genre film ini mempunyai alur cerita yang diluar nalar manusia. Sesuatu
yang tidak mungkin, akan terjadi di film ini. Kelebihannya, film ini akasn
selalu menyodorkan sesuatu yang membuat decak kagum penonton
akanmakhluk dan benda-benda yang tidak ada dalam kehidupan nyata.
Contoh Harry Potter, Golden Compas dan sebagainya.
6. Film Perang
Genre film ini sering juga disebut dengan film kolosal.Film yang alur
ceritanya dibuat bedasarkan sejarah atau hanya sebuah imajinasi belaka.
Contoh 300, The Last Samurai, dan sebagainya.
7. Film Ilmiah
Genre film ini biasa disebut dengan sci-fi. Ilmuan akan selalu ada dalam
genre film ini karna apa yang sesuatu mereka hasilkan akan menjadi konflik
utama dalam alur.Contoh Jurassic Park, Splice dan sebagainya.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
8. Film Drama
Genre film ini memberikan alur cerita mengenai kehidupan. Keharuan lebih
ditonjolkan dalam film ini agar penonton bisa ikut merasakan apa yang
dirasakan para tokohnya. Seperti Romeo and Juliet, Haciko.
Film yang dalam bahasa Inggris disebut motion picture (gambar hidup),
merupakan media komunikasi yang lengkap dan hasil karya bersama yang
melibatkan ilmu teknologi dan seni, (Andries, 1984:7). Film bila dianalisis
memiliki beberapa sifat dasar, antara lain film bersifat teknis, film bersifat
sosiologis, film bersifat secara umum.
1.
Mac Millan (dalam Andries,1984:7) menjelaskan bahwa film memiliki sifat
teknis karena melalui suatu proses teori dari penggunanaa alat sampai
penggunaannya. Hal ini menjelaskan sebagai gambar demi gambar yang
dipergantikan dengan sangat cepat diantara suatu sumber cahaya dan suatu
bidang proyeksi. Pergantian itu sedemikian cepatnya, sehingga mata tidak
menyadari pergantian gambar, sebaliknya, hanya akan menyaksikan gerak
yang seolah-olah menerus dari perbedaan-perbedaan gambar tersebut. Film Bersifat Teknis
2. Film Bersifat Sosiologis
Mac Millan (Andries, 1984:8), menjelaskan fungsi ganda film sebagai seni
dan sebagai media hiburan massa membuat kita sulit merumuskan
batasannya. Sejak 300 (tiga ratus) tahun penemuannya, film telah membuat
dampak dalam arti sosiologis, film berakar pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
itu antaralain telah mengembangkan berbagai teknik perfilman, seperti
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
pembuatan film berwarna, pengaburan dan perbesaran gambar, pengaturan
jarak dengan sasaran, peningkatan waktu dengan cara pemotongan atau
penyambungan film, dan sebagainya.
3. Film Bersifat Umum
Meyer T (Andries, 1984:9), menjelaskan tentang seni ekspresi dimana dalam
film harus memiliki kualitas unsur visual, tata suara, dan cerita sehingga
dapat menghibur audience.
Berdasarkan kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa film adalah
urutan gerak dari gambar hidup yang membentuk seni visual baru melalui media
komunikasi yang lengkap, ditujukan kepada mata juga pendengaran, yang berakar
kepada seni ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi suatu bagian dari
kehidupan modern.
Kesimpulan lain bahwa film adalah salah satu media komunikasi yang
menggabungkan unsur suara dan gambar di dalamnya. Maksud dari
menggabungkan ini tidak lain untuk membuat komunikasi lebih efektif, sehingga
maksud-maksud yang ingin disampaikan oleh pembawa pesan dapat ditangkap
dan dimengerti dengan baik oleh penerima pesan. perilaku komunikasi.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
2.5 View Portrait
Portrait sering di artikan dengan pemotretan wajah manusia secara close up
atau dalam format setengah atau ¾ badan. Padahal, kata portrait sendiri berasal
dari bahasa Latin “protrahere” yang artinya mengekspresikan keluar. Ini berarti
foto atau video portrait yang berarti view portrait harus mampu berfungsi
menonjolkan karaker atau ekspresi manusia tersebut. Karakter tersebut bisa
berasal dari manusianya sendiri atau manusia bersama lingkungan dan peristiwa
yang ada di sekitarnya.
2.6 Dasar Produksi Film
Panca Javandalasta (Javandalasta, 2011), menjelaskan tahapan produksi
sebuah film, deskripsi kerja, dan manajemen produksi. Hal-hal yang harus
disiapkan dalam produksi film antara lain:
1. Penulisan dan Penyutradaraan
2. Sinematografi
3. Tata Suara
4. Tata Artistik
5. Editing
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
2.7 Tahapan Pembuatan Film
Menurut Heru Efendi (Efendi, 2009) dalam bukunya yang berjudul Mari
Membuat Film, sebelum memulai shooting ada beberapa tahapan yang harus
ditempuh. Tahap pertama perencanaan shooting adalah membuat script
breakdown, yaitu mengurai setiap adegan dalam skenario menjadi daftar berisi sejumlah informasi tentang segala hal yang dibutuhkan untuk keperluan shooting.
Dalam film dokumenter drama, hal-hal yang dibutuhkan untuk keperluan
shooting antara lain: 1. Lokasi atau set
Cantuman lokasi yang sesuai skenario.
2. Wardrobe
Bagian ini khusus mencatat pakaian yang sesuai dengan adegan. Catatan ini
hanya diperlukan apabila ada pakaian khusus yang dipakai oleh pemeran
yang penyediaannya memerlukan biaya dan waktu khusus.
3. Make Up
Di bagian ini, terdapat beberapa cantuman khusus tentang tata rias dan tata
rambut untuk setiap peran yang ada.
4. Properti, Set Dressing
Properti adalah semua benda yang dipakai atau dibawa oleh pemeran
nantinya. Misalnya, pipa cangklong, tasbih dan sebagainya. Properti diurus
oleh kru yang telah ada, untuk memastikan bahwa properti sesuai dengan
keseluruhan adegan yang ada. Set dressing merupakan tata lokasi dimana
lokasi sudah diatur dan dihias oleh kru yang bersangkutan.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Selanjutnya, menurut buku Panca Javandalasta (Javandalasta, 2011) tahap
pembuatan film secara teknis ada tiga tahap, yaitu pra produksi, produksi dan
pasca produksi.
1. Tahap Pra Produksi
Tahap pra produksi adalah proses persiapan hal-hal yang menyangkut semua
hal sebelum proses produksi sebuah film, seperti pembuatan jawdal shooting,
penyusunan crew dan pembuatan skenario. Dalam pembuatan film
dokumenter yang didasari oleh realita atau fakta perlihal pengalaman hidup
atau seorang mengenai peristiwa. Untuk mendapatkan suatu ide, dibutuhkan
kepekaan dokumetaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam
semesta dengan cara melakukan riset atau observasi.
1.
Hal awal yang perlu ditetapkan adalah konsep dan tema yang dipilih, dan
dalam menentukan hal tersebut beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
2.
Apa yang akan dibuat atau diproduksi
3.
Gaya pendekatan dan bentuk dokumenter
Target penonton
Pendekatan pada subyek merupakan proses penting yang dimulai sejak riset
hingga syuting nantinya. metode riset yang dilakukan seorang dokumnetaris
bukanlah melalui pengumpulan kuisoner atau angket yang biasa dilakukan
dalam suatu penelitian sosial, namun seorang dokumentaris harus terjun
langsung dan berkomunikasi dengan subjeknya.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
2. Tahap Produksi
Tahap produksi adalah proses eksekusi semua hal yang sebelumnya telah di
persiapkan pada proses pra produksi. Proses ini merupakan proses yang
membutuhkan stamina si pembuat film. Pada proses ini kerja sama tim di
utamakan.
Pada tahap ini sangat dibutuhkan pemahan dari ilmu sinematrografi. Dimana
disesuaikan oleh kebutuhan dokumenter. Beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain :
1. Tata kamera
Dalam penataan kamera secara teknik yang perlu diperhatikan salah satunya
adalah camera angle atau sudut kamera. Menurut gerzon, dalam pemilihan
sudut pandang kamera dengan tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik
dari suatu cerita. Sebaliknya jika pengambilan sudut pandang kamera
dilakukan dengan serabutan bisa merusak dan membingungkan penonton,
karena makna bisa jadi tidak tertangkap dan sulit dipahami. Oleh karena itu
penentuan sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam
membangun cerita yang berkesinambungan.
Panca Javandalasta (Javandalasta, 2011) menjelaskan tipe angel kamera di
bagi menjadi 2 jenis antara lain :
a. Angle Kamera Objektif
Adalah kamera dari sudut pandang penonton outsider, tidak dari sudut
pandang pemain tertentu. Angle kamera obyektif tidak mewakili
siapapun. Penonton tidak dilibatkan, dan pemain tidak merasa ada
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
kamera, tidak merasa ada yang melihat. Beberapa sudut obeyektif antara
lain.
1) High Angle
Kamera ditempatkan lebih tinggi daripada subjek untuk
mendapatkan kesan bahwa subjek yang diambil gambarnya
memiliki status sosial yang rendah, kecil, terabaikan, lemah
dan berbeban berat.
2) Eye Angle
Kamera ditempatkan sejajar sejajar dengan mata subjek.
Pengambilan gambar dari sudut eye level hendak
menunjukkan bahwa kedudukan subjek dengan penonton
sejajar.
3) Low Angle
Kamera ditempatkan lebih rendah daripada subjek,untuk
menampilkan kedudukan subjek yang lebih tinggi daripada
penonton, dan menampilkan bahwa si subjek memiliki
kekuasaan, jabatan, kekuatan, dan sebagainya.
4) Frog Eye
Merupakan teknik penggngambilan gambar yang dilakukan
dngan ketinggian kamera sejajar dengan dasar kedudukan
objek. Penggambilan ini dilakukan agar menimbulkan efek
penuh misteri dan untuk memperlihatkan suatu
pemandanagan yang aneh atau ganjil.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
b. Angle Kamera Subyektif
Kamera dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya melihat
ke penonton. Atau dari sudut pandang pemain lain, misalnya film horor.
Angle kamera subyektif dilakukan dengan beberapa cara:
1) Kamera berlaku sebagai mata penonton untuk menempatkan mereka
dalam adegan,
2)
sehingga dapat menimbulkan efek dramatik.
Kamera berganti-ganti tempat dengan seseorang yang berada dalam
gambar. Penonton bisa menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui
mata pemain tertentu. Penonton akan mengalami sensasi yang sama
dengan pemain tertentu. Jika sebuah kejadian disambung dengan
close up seseorang yang memandang ke luar layar, akan memberi
kesan penonton sedang menyaksikan apa yang disaksikan oleh
pemain yang memandang ke luar layar
3)
tersebut.
Kamera bertindak sebagai mata dari penonton yang tidak kelihatan.
Seperti presenter yang menyapa pemirsa dengan memandang
langsung ke kamera. Relasi pribadi dengan
c. Angle kamera point of view
penonton bisa dibangun
dengan cara seperti ini.
Yaitu suatu gabungan antara obyektif dan subyektif. Angle kamera p.o.v
diambil sedekat shot obyektif dalam kemampuan meng-approach sebuah
shot subyektif, dan tetap obyektif. Kamera ditempatkan pada sisi pemain
subyektif, sehingga memberi kesan penonton beradu pipi dengan pemain
yang di luar layar. Contoh paling jelas adalah mengambil close up
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
pemain yang menghadap ke pemain di luar layar dan sebelumnya
didahului dengan Over Shoulder Shot.
2. Ukuran Gambar (frame size) atau Komposisi
Bagi seorang pembuat film dokumenter harus memiliki pemahaman
tentang bagaimana harus membuat ukuran gambar (frame size) atau
komposisi yang baik dan menarik dalam setiap adegan filmnya.
Pengaturan komposisi yang baik dan menarik adalah jaminan bahwa
gambar yang ditampilkan tidak akan membuat penonton bosan dan
enggan melepaskan dalam sekejap mata pun terhadap gambar yang
kita tampilkan.
Secara sederhana, Askurifai Baskin menjelaskan, komposisi berarti
pengaturan (aransemen) unsur-unsur yang terdapat dalam gambar
untuk membentuk satu kesatuan yang serasi (harmonis) di dalam
sebuah bingkai. Batas bingkai pada gambar yang terlihat pada view
finder atau LCD kamera, itulah yang disebut dengan framing.
Dalam mengatur komposisi, seorang kameramen harus
mempertimbangkan di mana dia harus menempatkan obyek yang
diharapkan akan menjadi POI (Point of Interest atau obyek utama
yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa besar ukurannya.
Kesimpulannya komposisi shot atau biasa disebut dengan shot size
adalah pengukuran sebuah gambar yang ditentukan berdasarkan
objek, pengaturan besar dan posisi objek dalam frame (bingkai), dan
posisi kamera yang diinginkan.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Dalam Mahir Bikin Film (Javandalasta, 2011) menjelaskan beberapa
shot dasar yang sering digunakan dalam pengambilan gambar, antara lain:
a. Extreme Long Shot (ELS)
Gambar ini memiliki komposisi
b. Very Long Shot (VLS)
sangat jauh, panjang, luas dan
berdimensi lebar. Tujuannya unutk memperkenalkan seluruh
lokasi adegan dan isi cerita, menampilkan keindahan suatu
tempat.
Gambar ini mempunyai komposisi panjang , jauh, dan luas
tetapi lebih kecil daripada ELS. Dengan tujuan menggambarkan
adegan kolosal atau obyek yang banyak.
c. Long Shot (LS)
Merupakan teknik yang memperlihatkan komposisi obyek secara
total, dari ujung kepala hingga ujung kaki (bila obyek
manusisa). Dengan tujuan memperkenalkan tokoh secara
lengkap dengan setting latarnya yang menggambarkan obyek
berada.
d. Medium Long Shot (MLS)
Komposisi gambar ini cenderung lebih menekankan kepada
obyek, dengan ukuran ¼ gambar (LS) yang bertujuan
memberikan kesan padat pada gambar.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
e. Medium Shot (MS)
Ialah gambar yang memiliki komposisi subjek (manusia) dari
tangan hingga ke atas kepala seingga penonton dapat melihat
jelas ekspresi dan emosi yang meliputinya. Gambar ini sering
dilakukan untuk master shot pada saat moment interview.
f. Medium Close Up (MCU)
Adalah komposisi gambar yang memperlihatkan setengah porsi
subjek dengan latar yang masih bisa dinikmati sehingga
memberikan kesatuan antara komposisi subjek dengan latar.
g. Close Up (CU)
Ialah komposisi yang memperjelas ukuran gambar contoh pada
gambar manusia biasanya antara kepala hingga leher. Hal ini
menunjukan penggambaran emosi atau reaksi terhadap suatu
adegan.
h. Big Close Up (BCU)
Adakah memiliki komposisi lebih dalam dari pada CU sehingga
bertujuan menampilkan kedalaman pandangan mata, ekspresi
kebencian pada wajah. Tanpa kata-kata, tanpa bahasa tubuh,
tanpa intonasi, BCU sudah mewujudkan semuanya itu. i. Extreme Close Up (ECU)
Adalah penggambilan gambar close up secara mendetail dan
berani. Kekuatan ECU ini terletak pada kedekatan dan
ketajaman yang hanya focus pada suatu bagian objek saja.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
j. Over Shoulder Shot (OSS)
Adalah komposisi penggambilan gambar dari punggung atau
bahu seseorang. Orang yang digunakan bahunya menempati
frame kurang lebih sebesar 1/3 bagian. Komposisi ini membantu
untuk menentukan posisi setiap orang dalam frame dan
mendapatkan “fell” saat menatap seseorang dari sudut pandang
orang lain.
3. Tahap Pasca Produksi
Tahap ini merupakan tahap akhir sebuah film bagaimana nantinya film itu
dapat memberi pesan kepada penontonnya. Dalam proses ini, semua gambar
yang telah di dapat pada proses produksi di satukan dan di edit oleh seorang
editor.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
28
Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam
pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan dalam pembuatan
film pendek ini.
3.1 Metodologi
Bidang kajian multimedia, boleh dikatakan sebagai disiplin ilmu baru, jika
dibanding dengan ilmu-ilmu seni lainnya. Oleh karena itu metode yang dilakukan
dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini, menggunakan gabungan dari
metode-metode yang sudah ada pada ilmu lain.
Pada perkuliahan Metodologi Penelitian oleh Karsam (Karsam, 2009)
dijelaskan bahwa, metode penelitian memiliki ruang yang sangat luas. Dilihat dari
jenis penelitian, maka penelitian dapat dibedakan menjadi 3 klasifikasi, yaitu
penelitian aplikatif, penelitian maksud, dan penelitian berdasarkan jenis informasi.
Pada penelitian aplikatif, terdapat 2 jenis penelitian, yaitu penelitian murni dan
terapan. Dalam dalam film Tugas Akhir ini yang di gunakan adalah penelitian
terapan. Penelitian terapan adalah penelitian yang hasilnya dapat digunakan
langsung untuk menyelesaikan permasalahan yang di hadapi. Namun sebagai
dasar pemahaman dalam penyelesaian Tugas Akhir ini dibutuhkan pula penelitian
berdasarkan jenis informasi dimana di dalamnya terdapat metode penelitian
kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan sebagai dasar pemikiran
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
untuk memecahkan masalah yang bersumber pada literatur-literatur. Metode
kuantitatif dilakukan untuk menentukan alternatif terpilih berdasarkan data
kualitatif melalui survey.
1. Tahap Analisa
Tahap analisa disini meliputi pengambilan data, survey lokasi, wawancara,
kemudian menjadi storyboard, untuk kemudian menjadi bekal untuk
pengambilan gambar dan menjadi acuan editing. Berikut urutan pengerjaan
yang akan dilakukan pada Tugas Akhir ini tersusun pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Bagan Metodologi
Pengambilan data disini meliputi wawancara dan survey lokasi. Wawancara
disini juga melibatkan beberapa narasumber yang menjadi point utama dalam
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
mencari data. Setelah semua data lengkap, barulah kemudian storyboard
tercipta. Storyboard disini adalah gambaran untuk dijadikan acuan saat
melakukan pengambilan gambar. Storyboard di sini meliputi gambar atau
arahan sudut kamera, dan alur cerita. Storyboard berfungsi untuk
memudahkan proses pengambilan gambar. Selain itu, storyboard juga
memudahkan dalam alur proses editing.
2. Study Eksisting
Study Eksisting merupakan sebagai referensi dalam mengerjakan Tugas
Akhir. Study Eksisting berguna untuk memperdalam ide dan konsep
diwujudkan dalam karya di Tugas Akhir. Beberapa video yang menjadi
kajian yaitu:
a. Film Pendek “Nasionalisme”
Film pendek dengan durasi 14 menit 38 detik ini menceritakan tentang
rasa nasionalisme seorang anak SD yang ingin membeli bendera
Indonesia dengan berjualan bendera plastik. Anak tersebut memiliki
keinginan untuk mengibarkan bendera merah putih tersebut.
Pada gambar 3.2 ini merupakan beberapa cuplikan gambar adegan dari
film Nasionalisme.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Gambar 3.2 Screenshot Film View Portrait- Nasionalisme
Tabel 3.1 Analisis kekurangan dan kelebihan film view portrait Nasionalisme.
Kekurangan dari film
“Nasionalisme”
Kelebihan dari film “Nasionalisme”
Terlalu sering dalam menggunakan
transisi dissolve. Sehingga ada
transisi yang kurang tepat.
Komposisi dari view portrait yang di
tampilkan memiliki ketepatan
komposisi. Sehingga penonton dapat
menikmati film dengan view portrait
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
b. Film Pendek “Story Of Us”
Film pendek yg berceritakan tentang kisah cinta, pertemanan, dan
pernikahan ini memiliki alur dan DOP yang bagus. Alur di dalam film
pendek ini mundur kemudian maju. Dari film pendek tersebut penulis
menggunakan beberapa angle yang terdapat di film pendek ini untuk di
tuangkan ke dalam angle di cerita film penulis. Gambar 3.3 merupakan
cuplikan gambar dari film Story Of Us.
Gambar 3.3 Screenshot Story Of Us
Tabel 3.2 Analisis kekurangan dan kelebihan pada film Story Of Us
Kekurangan dari film
“Inside Mecca”
Kelebihan dari film
“Inside Mecca”
Alur yang sedikit membuat
penonton bingung, sehingga scene
satu dengan yang lain ada bebrapa
yang kurang dimengerti
Teknik pengambilan gambar yang
sudah sangat bagus.
.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
3. Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan langsung oleh penulis kepada narasumber
untuk mendapatkan informasi-informasi lebih dalam mengenai film
dokumentasi yang berjudul “Pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat
Karsinogen Dengan Menggunakan View Potrait berjudul “Botol Plastik” .
Film ini menggunakan cerita fiktif berisi informasi yang memerlukan
wawancara pada Ketua Komunitas Nol Sampah.
Tabel 3.3 Hasil Wawancara
No. NAMA TEMPAT DAN JAM KETERANGAN
1. Bp.Hermawansome (Ketua Komunitas
Nol Sampah)
Data diambil pada pukul 16.00 WIB
Royal Plasa
Data yang dapat diambil dari keterangan Bp.
Hermawansome selaku ketua Komunitas Nol Sampah adalah bahaya zat karsinogen
di dalam botol plastik jika di pake berulang-ulang. 2. Mbak Riska Data diambil pada
pukul 10.30 WIB Kampus UNAIR Fakultas Sains & Teknologi, Lab.
Histologi.
Data yang diambil dari Mbak Riska adalah zat karsinogen
dapat mengaktifkan sel kanker dalam tubuh dan mempengaruhi hormone
dalam tubuh..
Berikut ini beberapa kesimpulan dari hasil wawancara:
a. Botol atau kemasan plastik yang biasa diemui sehari-hari terbagi dalam 7
kategori jenis plastik yaitu PET/PETE (Polyethylene terephthalate),
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
HDPE (High Density Polyethylene), PVC (Polyvinyl Chloride), LDPE
(Low Density Polyethylene), PP (Polipropilen), PS (Polystyrene), SAN
(Styrene Acrylonitrile)
b. Plastik PETE atau PET (Polyethylene terephthalate)berwarna
jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan
hampir semua botol minuman lainnya. Botol jenis ini direkomendasikan
hanya sekali pakai. Pemakaian berulang kali menyebabkan lapisan
polimernya akan terurai dan dapat bersifat karsinogenik jika terakumulasi
dalam tubuh.
3.2 Pra Produksi
Pada proses pra produksi ini terdapat beberapa langkah atau tahapan yang
harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu:
1. Pencarian Kata Kunci
Pencarian kata kunci disini mengikuti segmentasi pasar yang ada. Bagaimana
mencari kata preventif untuk penentuan warna yang akan dipakai dalam
editing vidio nantinya.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Gambar 3.4 Bagan Pencarian Kata Kunci
Bagan ini disusun berdasarkan segmentasi pasar. Film pendek yang berisi
tentang informasi penyuluhan bagi masyarakat ini ditujukan kepada
masyarakat kota besar yang memeiliki kecenderungan tingkat kesibukan yang
tinggi, mobile dan serba instan. Dimana penggunaan air kemasan dalam
botol menjadi satu-satunya alternatif bagi mereka untuk memberikan asupan
mineral bagi tubuh.
2. Bagan Perancangan
Dalam proses pra produksi ada beberapa tahap perancangan. Tahap disini
adalah perencanaan agar produksi sesuai dengan urutan yang ada dan berjalan
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
seperti yang diinginkan oleh produser. Berikut gambar bagan tahap
perancangan, agar lebih jelas.
Gambar 3.5 Bagan Perancangan Tugas Akhir
Tahap perancangan disini meliputi beberapa masalah yang ada kemudian
diolah menjadi data yang pada akhirnya menjadi sebuah konsep cerita. Dari
konsep cerita ini, warna dan jenis huruf dapat ditentukan. Dalam cerita
terdapat beberapa unsur, yaitu tokoh dan alur cerita. Dalam dokumenter
drama ini terdapat narasumber sebagai sumber data, cerita dan alurnya. Dari
cerita, kemudian didapat kesimpulan tentang kostum, setting atau aturan
lokasi dan alur dialog/adegannya. Setelah semua data lengkap dan cerita
akurat kemudian dikembangkan menjadi sinopsis, naskah, dan storyboard.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Bila tahap perancangan tersebut sudah lengkap, barulah produksi bisa
dimulai.
3. Konsep Perancangan
Ide membuat film pendek tentang bahaya botol plastic secara berulang .
4. Segmentasi Pasar
Segmentasi untuk film pendek dikhususkan untuk masyarakat kelas
menengah ke atas dengan usia berkisar antara 17-25 tahun dengan jenis
kelamin lelaki maupun perempuan yang hidup di kota besar dan terletak di
tengah kota dengan pendidikan minimal SMA. Dengan memiliki target yang
masih sangat muda, itu dapat memudahkan dalam menyampaikan pesan
karena target masih dalam tahap pembentukan jati diri.
5. Tokoh
Tokoh-tokoh yang akan muncul di film pendek ini ada beberapa tokoh drama.
Namun, hanya ada dua pemeran utama. Berikut rincian tokohnya.
a. Bagus
Sosok Bagus adalah pria muda yang bekerja di salah satu perusahaan
swasta di Surabaya. Bagus seseorang yang sangat gila bekerja atau
workaholic dan keras kepala sehingga aktifitas dan kesibukannya menuntut dia untuk melakukan semuanya dengan serba cepat dan instan.
Begitu pula dalam hal air minum.
b. Riska
Gadis trendy usia 24 tahun yang bekerja dibidang penelitian farmasi,
Riska adalah kekasih yang bawel tentang kesahatan Bagus
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
6. Alur
Alur cerita pada film pendek tentang bahata zat karsinogen memiliki
beberapa tahapan atau segmentasi, yaitu: pembuka/cuplikan gambaran
keadaan ketika Bagus sudah dihari tuanya sedang bercerita kepada anak
laki-lakinya tentang kehidupan masa mudanya
7. Cerita
Dikisahkan ada seorang pria bernama Bagus yang aktifitasnya merupakan
pekerja kantoran sedang berangkat kerja. Sesampai di tempat kerja, sambil
membawa air minum dalam botol dia di tegur oleh teman kerjanya bahwa
botol tersebut jika digunakan brulang kali tidak baik, karna akan merusak
kesehatan. Kemudian ada seorang wanita bernama Riska yg sebagai peneliti
yang meneliti bahaya botol plastik jika digunakan berulang-ulang. Ternyata
Riska tersebut merupakan teman SMA Bagus, saat itu secara tidak sengaja
mereka bertemu kembali. Mereka merencanakan untuk bertemu kembal
hingga mereka sering kali bertemu di sebuah tempat. Dari situlah timbul rasa
cinta. Dalam kehidupan sehari-hari Bagus masih menggunakan botol plastic
secara berulang untuk minum, namun dia belum mengetahui bahwa riska
telah melakukan riset tentang bahaya benda tersebut. Namun, akhirnya Bagus
mengetahui semua yg dilakukan riska dan dampak buruk dari riset yg
dilakukan riska ketika Bagus menjemput Riska pulang. Tapi bagus sudah
terlambat untuk menghindari dampak buruk dari bahaya penggunaan botol
plastik secara berulang kali. Hingga suatu saat Bagus memberanikan diri
untuk melamar riska, namun penyakit yang diderita bagus telah muncul
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
karena dampak botol plastic yang ia gunakan untuk minum berulang kali.
Hingga muncul saat tua, penyakit yang ia derita sudah pada puncaknya,
ketika itu dia ssedang menceritakan kehidupan kelamnya bersama botol
plastik kepada anaknya dan Riska sang ibu. Bagus berpesan kepada anknya
agar ia tidak melakukan hal yang sama seperti ayahnya yang selalu
menggunakan botol plastik secara berulang-ulang untuk minum, namun
Bagus tetap menyuruh anknya untuk bergaya hidup sehat. Akhirnya pesan
tersebut merupakan pesan terakhir ayahnya, Bagus memejamkan mata untuk
selama-lamanya di karenakan penyakit yang ia derita.
8. Treatment
Penyusunan plot atau treatment dalam film dokumenter ini bertujuan untuk
menuliskan tentang urutan adegan (scene) dan shot pada saat editing. Urutan
adegan tersebut akan dibagi menjadi tiga bagian antara lain perkenalan,
dimana bagian ini berisi adegan aktifitas Bagus dan saat bertemunya kembali
Bagus dan Riska. Sedangkan dalam bagian penekanan lebih kepada Bagus
sering mengkonsumsi air minum dalam botol yang dipakai secara
berulang-ulang dan timbul gejala-gejala penyakit kanker yang diderita Bagus karena
penggunaan Botol plastik tersebut. Hingga pada akirnya tertuju pada bagian
penutup yaitu meninggalnya Bagus dan terdapat adengan-adegan yang
memiliki nilai informatif dimana bagian ini sebagai kesimpulan dari film
pendek ini.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
9. Sinopsis
Dikisahkan, ada seorang pria kantoran yang sering menggunakan botol
plastik secara berulang-ulang untuk minum dan seorang wanita sebagai
peneliti dampak botol plastik. Mereka berdua bertemu dan memiliki rasa cinta
hingga akhirnya mereka mempunyai anak. Semasa hidup bagus, dia
menderita penyakit kanker dikarenakan mengkonsumsi botol plastic secara
berulang. Hingga akhirnya semasa tua ia meninggal pada saat ia bercerita
tentang bahaya botol plastik kepada anknya.
10.Publikasi
Konsep publikasi ini mempertimbangkan unsur-unsur seperti, penataan layout
yang sesuai dengan keyword, komposisi yang baik, mudah dipahami, dan
mampu memberikan informasi yang jelas.
1. Poster
a. Konsep
Untuk pembuatan poster ini hal-hal yang dipertimbangkan adalah yang
sesuai dengan keyword, komposisi yang baik, mudah dipahami, dan
mampu memberikan informasi yang jelas.
[image:47.595.298.371.618.720.2]b. Sketsa
Gambar 3.6 Sketsa Poster
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
2. Cover cakram DVD
a. Konsep
Sama halnya dengan pembuatan poster, dalam pembuatan cover cakram
pun ini hal-hal yang dipertimbangkan adalah yang sesuai dengan
keyword, komposisi yang baik, mudah dipahami, dan mampu memberikan informasi yang jelas.
b. Sketsa
Gambar 3.7 Sketsa Cakram DVD
3. Sampul DVD
a. Konsep
Sama halnya dengan pembuatan poster, dalam pembuatan sampul DVD
pun ini hal-hal yang dipertimbangkan adalah yang mampu memberikan
informasi yang jelas.
[image:48.595.66.552.147.705.2]b. Sketsa
Gambar 3.8 Sketsa Sampul DVD
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
55 5.1Simpulan
1. Berdasarkan observasi, masyarakat diantaranya mahasiswa, ibu rumah
tangga, pekerja biasa menggunakan botol bekas yang dipakai berulang kali.
Bahkan mereka sama sekali tidak menyadari bahwa botol plastik yang
digunakan berulang kali akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. Dalam
proses pembuatan film pendek ini dilakukan berbagai tahapan yaitu, pra
produksi, produksi dan paska produksi. Pada pra produksi dilakukannya
observasi dan survey lokasi kemudian wawancara dengan berbagai
narasumber yang ada. Setelah semua selesai barulah diadakan kegiatan
produksi. Bila produksi telah diselesaikan, maka kegiatan paska produksi
dapat dilaksanakan. Paska produksi inilah akhir dari proses pembuatan film
pendek ini.
2. Dengan mencoba menampilkan cerita tentang seseorang yang terbiasa
menggunakan botol plastik air minum untuk kemudian diisi ulang dengan air
mineral lagi secara berulang sehingga berimbas terhadap kesehatannya.
Disinilah inti dari film pendek ini yaitu dapat memberikan informasi tentang
bahaya penggunaan botol air minum plastik bekas.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
5.2 Saran
Observasi tentang bahaya zat karsinogen dengan menggunakan botol plastik
yang di aplikasikan kedalam sebuah karya film pendek ini diharapkan dapat
menjadi wawasan, informasi dan penyuluhan bagi para khalayak luas. Penulis
mengakui masih banyak kekurangan dalam mengaplikasikan hasil observasi ini
kedalam video dokumenter karena dalam pembuatan film dokumenter ini sangat
diperlukan perencanaan dan perancangan yang lebih matang dan didukung oleh
beberapa crew dengan spesifikasi (Job descirptions) tersendiri. Namun dalam
pembuatan film pendek berjudul Bahaya Zat Karsinogen dengan menggunakan
view potrait berjudul “Botol Plastik” ini dikerjakan dengan jumlah crew yang
terbatas.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
42
produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang
pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan
view portrait.
4.1Produksi
Setelah tahapan pra produksi dilakukan, kemudian dilakukanlah tahap
observasi dan pengambilan gambar secara bersamaan. Pada gambar 4.1 dapat
dilihat bagaimana proses wawancara tersebut.
Gambar 4.1 Sesi Wawancara dengan Beberapa Narasumber
Setelah melakukan beberapa observasi atau penelitian barulah dilakukan
wawancara kepada narasumber terkait. Setelah data didapat, hasil itu dikumpulkan
bersama data yang berasal dari studi literatur dan studi eksisting. Ide berkembang
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
menjadi sinopsis. Dari sinopsis menjadi treatment yang kemudian dijabarkan lebih
detail menjadi sebuah skenario Dalam pra produksi di lapangan yang paling
ditekankan adalah bahaya zat karsinogen dalam botol plastik jika digunakan
berulang kali.
Selain itu, sebelum produksi dalam tahapan pra-produksi disiapkan berbagai
perencanaan dan peralatan shooting diantaranya:
1. Budgeting
Pada tahapan bugeting dilakukan guna merumuskan dan merencanakan
pengeluaran pada tahap produksi.
2. Kru
Pemilihan kru dilakukan guna membantu proses produksi.
3. Persiapan peralatan
Tahap ini dilakukan guna mempersiapkan peralatan shooting guna
mempermudah pengambilan gambar.
Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap
pengambilan gambar. Pengambilan gambar 100% di lakukan di Surabaya,
meliputi kantor Humas Stikom, Eastcost PTC, Lab. Kimia SMA Negeri 21,
Rumah Bagus Ardianto, Rumah Cak No, Jalan Raya Demak, Depan Foodcourt
Urip Sumoharjo.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Gambar 4.2 adegan syuting di Eastcost
Gambar 4.3 Adegan syuting di kantor Humas Stikom
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Gambar 4.4 Adegan syuting di Lab Kimia SMAN 21
Gambar 4.5 Adegan syuting di rumah Bagus (wastafel dan kamar)
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Gambar 4.6 Make up tua
Gambar 4.7 Adegan syuting di Taman Kebun Bibit 2
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Gambar 4.8 Adegan syuting di depan foodcourt urip sumoharjo
Pengambilan gambar sesuai pada skenario yang telah dibuat. Pengambilan
gambar di Surabaya membutuhkan banyak waktu karena penulis melakukan
semuanya lebih sering tanpa kru dikarenakan banyak teman yang sibuk.
Kemudian talent lenih banyak sibuk karena kerja, hingga mengurus perijinan
tempat sampai ke dinas pendidikan.
Dalam pembuatan film pendek ini menggunakan berbagai macam peralatan
sinematrografi sederhana yaitu :
1. Camera DSLR Canon 7D.
2. Lensa 50mm f 1.4, 1.8, 18-55, 18-125
3. Microphone.
4. Laptop Sony VAIO editing.
5. Memori kamera.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Beberapa variasi shot yang digunakan dan diterapkan dalam film pendek
berjudul “Plastic Bottle” diantaranya adalah Extreme Long Shot, Long Shot,
Medium Shot, Medium Close Up, Close Up. Untuk pergerakan kamera menggunakan Panning, Tilting dan Zooming. Sedangkan untuk sudut
pengambilan gambar yang digunakan Eye Level, Low Angle dan High Angle.
4.2Pasca Produksi
Pada tahapan pasca produksi ini dilakukan proses editing dan pemberian
efek dengan beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1. Proses pemilihan video
Proses awal dimana menyeleksi beberapa stock shoot yang telah diambil.
[image:57.595.43.524.208.690.2]Materi pemilihan berdasarkan kelayakan gambar secara visual dan audio.
Gambar 4.9 Proses Pemilihan Stock Shoot
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
2. Proses Penataan video
Proses ini dilakukan dengan bantuan program editing video. Setelah
melakuan pemilihan video stock shoot, Proses selanjutnya melakukan
penataan yang mengacu kepada shooting list.
[image:58.595.52.553.159.669.2]Gambar 4.10 Proses Penataan Stock Shoot
Gambar 4.11 Proses Penataan Adegan
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Dalam penataan atau proses editing secara sederhana memberikan suatu
maksud dengan menggunakan bahasa visual yang terdiri dari stock shoot.
Sehingga menjadi sebuah alinea, kalimat-kalimat harus disusun menurut
aturan logis tertentu yang akan menghasilkan pula suatu gaya tersendiri untuk
menyampaikan fakta atau data menurut apa adanya. Untuk menata suatu
scene, stock shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene klasik disusun mulai dengan sebuah long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up
dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini
sekarang sudah tidak lagi di taati secara ketat. Yang tetap dipertahankan
orang dalam membuat scene, bukan lagi shot-shotnya, tetapi arti scene itu
sendiri. Penataan video di sini dapat di lihat dari shooting list yang ada
sebagai acuan peletakan video.
3. Proses Motion 3D
Dalam proses ini, Motion 3D adalah proses membuat animasi 3D saat adegan
zat karsinogen yang bercampur dengan air dalam kemasan dan adegan darah
Bagus. Hal ini dibuat agar memperlihatkan detail tercampurnya zat
karsinogen dalam botol plastik yang terpakai berulang kali.
S
T
IK
O
M
S
U
R
A
B
A
Y
Gambar 4.12 Editing Animasi 3D Darah
4. Editing Suara
Dalam proses editing suara, memberikan tambahan efek de noiser untuk
menjernihkan suar