Perancangan Film Dokumenter mengenai Budaya
Minuman Keras pada Masyarakat Minahasa
Artikel Ilmiah
Peneliti :
Wangun Rondor Christian Parengkuan (692010056)
Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
1. Latar Belakang Masalah
Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus dapat merugikan dan membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara berpikir kejiwaan, sehingga akibat lebih lanjut akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan hubungan masyarakat sekitarnya [1]. Minuman beralkohol dikelompokan 3 golongan yaitu, Golongan A (kandungan etanol kurang dari 5%), Golongan B (kandungan etanol 5% sampai dengan 20%), dan Golongan C (kandungan etanol lebih dari 20%) [2]. Di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, ada berbagai jenis minuman keras, dan jenis minuman keras yang paling banyak dikonsumsi serta paling mudah diperoleh oleh masyarakat adalah minuman keras tradisional, berdasarkan hasil survey Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Sebagian besar pengonsumsi minuman keras adalah pelajar yang berumur antara 15-24 tahun (15.2%) [3].
Berdasarkan penelitian awal di Kepolisian Resor Minahasa, didapatkan data bahwa di Kabupaten Minahasa 85% dari tindak pidana yang terjadi dipicu oleh pengkonsumsian minuman keras dengan 30% dari total tindak pidana yang dipicu oleh minuman keras tersebut dilakukan oleh pelajar. Mayoritas dari tindakan pidana yang dilakukan oleh pelajar adalah pemukulan dan tawuran antar sesama pelajar [4]. Konsumsi minuman keras di Minahasa sudah menjadi tradisi turun-temurun dalam kehidupan masyarakat Minahasa. Minuman keras dijadikan sebagai penghangat tubuh saat ada acara-acara seperti pesta nikah dan kedukaan serta acara-acara lainnya [5]. Minuman keras berkaitan erat dengan budaya masyarakat Minahasa. Pohon aren yang menjadi sumber dari minuman keras tradisional masyarakat Minahasa dijadikan mas kawin di banyak daerah di Minahasa, dan beberapa daerah masih memelihara tradisi itu sampai sekarang [6]. Pemerintah Kabupaten Minahasa bersama dengan Kepolisian Resor Minahasa saat ini sedang gencar melaksanakan Gerakan Anti Mabuk dengan slogan "Brenti Jo Bagate!" yang berarti "Stop Minum Minuman Keras!". Pemerintah melakukan beberapa upaya pengurangan konsumsi minuman keras dengan razia minuman keras dan memasang baliho slogan "Brenti Jo Bagate!" di jalan ataupun di pusat-pusat keramaian. Berdasarkan dengan observasi dan pengamatan yang dilakukan, kampanye Gerakan Anti Mabuk, saat ini masih memakai media luar ruang seperti spanduk, brosur, dan baliho sebagai media informasi yang belum dapat menyajikan informasi secara terperinci. Untuk memaksimalkan informasi yang bisa didapatkan oleh masyarakat maka diperlukan alternatif media informasi yang salah satunya adalah film, dalam hal ini film dokumenter. Film dokumenter bertujuan untuk membahas sebuah peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap dengan jelas, dalam hal ini budaya minuman keras dan pengaruhnya dalam masyarakat Minahasa.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu dengan judul "Perancangan Film Dokumenter Siwaluh Jabu (Studi Kasus: Rumah Adat Suku Karo, Sumatera Utara), yang membahas tentang rumah tradisional Suku Karo yang terlantar dan hampir punah karena perkembangan zaman [7].
Penelitian terdahulu terdahulu dengan judul "Perancangan Iklan Bahaya Mengkonsumsi Miras Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo", yang membahas tentang perancangan media komunikasi visual untuk menginformasikan bahaya minuman keras pada Dinas Kesehatan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah [8].
Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, keunggulan dari penelitian ini dalam teknis pengambilan gambar seperti pengambilan gambar dengan hidden camera untuk menampilkan keadaan nyata di lapangan, juga untuk mendapatkan ekspresi dari narasumber secara nyata. Penelitian ini juga membahas pengaruh budaya masyarakat Minahasa yang mempengaruhi konsumsi minuman keras pada masyarakat Minahasa.
Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi [9]. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan [10].
Media Informasi adalah alat untuk mengumpulkan dan menyusun kembali sebuah informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat bagi penerima
informasi, media informasi adalah “alat-alat grafis, fotografis atau elektronis
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual” [11]. Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data, media ini dapat berupa audio, animasi, video, teks, grafik, dan gambar [12]. Multimedia adalah Kombinasi dari tiga elemen: suara, gambar, dan teks [13].
Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi [14]. Film dapat dikelompokan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi dan non fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan aktris [15].
dokumenter perbandingan/kontradiksi, film dokumenter ilmu pengetahuan, film dokumenter nostalgia, film dokumenter rekonstruksi, film dokumenter investigasi, film dokumenter association picture story, film dokumenter buku harian, serta dokudrama [17].
Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematography
yang berasal daribahasa Yunani, kinema yang berarti pergerakan dan graph yang berarti menulis. Sinematografi membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide. Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar yang dalam sinematografi disebut montase (montage) [18]. Sinematografi terdiri dari beberapa bagian yaitu shot (Long Shot, Full Shot, Medium Shot, Close-up Shot, Extreme Close-up Shot), camera movement (Pan, Tilt, Dolly, Track, Pedestal, Zoom), dan angle (Eyelevel, Low, High, Point-of-View).
Minuman keras adalah semua minuman yang mengandung alkohol (zat psikoaktif) bersifat adiktif yang bekerja secara selektif, terutama pada otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, dan kognitif, serta bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus dapat merugikan dan membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara berfikir kejiwaan. Perilaku penggunaan minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup berkembang dan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun, yang akibatnya dirasakan dalam bentuk perkelahian, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme [19].
Minuman keras tradisional masyarakat Minahasa atau yang biasa disebut
“Cap Tikus” adalah hasil penyulingan dari nira pohon aren. “Cap Tikus” memiliki
kandungan alcohol diatas 20% atau masuk dalam minuman beralkohol Golongan C. “Cap Tikus” juga dapat dimurnikan menjadi bioetanol yang dapat dijadikan alternatif bahan bakar. Dalam budaya, pohon aren sering dijadikan mas kawin oleh masyarakat Minahasa [20]. “Cap Tikus” adalah warisan budaya Minahasa yang dulunya diartikan sebagai budaya sehat serta menjadi bagian pergaulan.
Mayoritas orang dewasa di Minahasa dulu meminum “Cap Tikus” untuk
menghangatkan tubuh dari udara dingin serta kelelahan setelah bekerja. Pada
perkembangannya “Cap Tikus” dikonsumsi dalam berbagai acara seperti pesta
nikah, kedukaan, pertemuan-pertemuan, serta untuk menyambut tamu [21].
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan film dokumenter ini adalah metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik yaitu fleksibel atau berubah-ubah. Metode kualitatif menghasilkan data tidak dalam bentuk angka melainkan berupa teks, dokumen, gambar, foto maupun objek-objek yang ditemukan di lapangan selama penelitian berlangsung. Informasi yang diperoleh melalui metode kualitatif, yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara. Penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus [23].
Untuk strategi penelitian digunakan linear strategy yang adalah strategi yang menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang sederhana dan mudah dipahami komponennya. [24].
Gambar 1 Tahapan Perancangan linear strategy
Identifikasi Masalah
Dalam perancangan linear strategy terdapat empat tahap dalam pelaksanaannya, tahap pertama yaitu identifikasi masalah. Untuk mengidentifikasi masalah dilakukan wawancara dengan Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor Minahasa bapak AKP Drs. Frangky Ruru, didapatkan hasil bahwa konsumsi minuman keras yang berlebihan oleh masyarakat khususnya pelajar mengganggu ketertiban sosial. Banyak tindak kriminal yang terjadi seperti pemukulan dan tawuran serta kecelakaan lalu lintas terjadi karena konsumsi minuman keras yang berlebihan.
Meskipun telah gencar mengadakan kampanye Gerakan Anti Mabuk
dengan slogan “Brenti Jo Bagate!” dengan menggunakan media cetak dan media luar ruang seperti spanduk, baliho serta iklan dan koran, yang bertujuan untuk meminimalisir pengkonsumsian minuman keras, namun penyampaian informasi masih minim. Penggunaan media luar ruang serta media cetak hanya dapat memberikan sedikit informasi tentang masalah minuman keras di Minahasa yang merupakan masalah yang kompleks.
Wawancara juga dilakukan dengan kepala sekolah SMA N 1 Kawangkoan, ibu Dazy Moniung, S.Pd., M.Pd., dengan hasil bahwa siswa yang telah mengkonsumsi minuman keras tidak fokus selama pelajaran berlangsung serta kerap membuat masalah di sekolah seperti membangkang kepada guru. Pelajar yang telah mengkonsumsi minuman keras juga sering tidak masuk kelas bahkan tidak masuk sekolah. Minuman keras juga berpengaruh secara langsung pada prestasi dari pelajar yang mengkonsumsinya.
Pengumpulan Data
Setelah proses identifikasi masalah, tahap selanjutnya ialah pengumpulan data. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk perancangan film dokumenter. Metode pengumpulan data secara primer dilakukan melalui wawancara kepada Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor Minahasa, dengan hasil yaitu:
- Sekitar 85% tindakan kriminal yang terjadi di Minahasa disebabkan oleh minuman keras.
- Informasi tentang usaha yang telah dilakukan kepolisian dalam merazia minuman keras dan penjual minuman keras yang tidak memiliki izin yang sesuai.
- Informasi tentang usaha yang telah dilakukan kepolisian untuk mensosialisasikan kampanye Gerakan Anti Mabuk dan kerjasama dengan instansi-instansi lainnya.
- Daftar kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh pengaruh minuman keras. - Data tindakan kriminal yang dilakukan oleh pelajar
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA N1 Kawangkoan mendapatkan data, yaitu:
- Pelajar yang mengkonsumsi minuman keras tidak fokus dalam kegiatan belajar mengajar.
- Pelajar yang mengkonsumsi minuman keras sering membuat masalah pada jam sekolah.
- Pelajar yang mengkonsumsi minuman keras sering bolos sekolah.
Wawancara dengan Tokoh Masyarakat Desa Kayuuwi mendapatkan data tentang minuman keras dalam kehidupan masyarakat, yaitu:
- Pengkonsumsian minuman keras terjadi disegala acara perayaan masyarakat seperti acara nikah, kedukaan, ulang tahun, pengucapan syukur, ritual adat dan acara-acara lainnya.
- Minuman keras tradisional menjadi mata pencarian bagi para petaninya serta para distributor.
Sedangkan pengumpulan data secara sekunder dilakukan melalui media luar ruang dan media cetak seperti koran, baliho, iklan, berita televisi, serta observasi secara langsung di lapangan. Pengumpulan data untuk keperluan perancangan film melalui buku-buku dan artikel ilmiah serta melalui media-media online.
Perancangan Film
Gambar 2 Tahapan perancangan film dokumenter
Tahap pra-produksi terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Film dokumenter ini berjenis dokumenter investigasi. Film dokumenter investigasi berisi peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap dengan jelas [25]. Konsep dasar film dokumenter ini adalah menginformasikan kepada masyarakat Minahasa, tentang pengaruh dari budaya minuman keras di Minahasa. Sudut pandang yang digunakan dalam perancangan film dokumenter ini adalah objective point of view, yaitu seluruh cerita dalam film dibangun berdasarkan sudut pandang pembuat film.
keras disertai potongan-potongan klip keadaan sekolah dan kegiatan yang biasa dilakukan pelajar di dalam serta di luar sekolah. Film dokumenter ini ditutup dengan himbauan-himbauan tentang pengaruh minuman keras beserta data yang ada.
c. Treatment merupakan kerangka film yang diuraikan secara deskriptif seperti jenis shoot dan tujuan pengambilan gambar [27]. Berikut adalah treatment
Film Dokumenter pengaruh miras pada Pelajar. Scene 1 (LS) Int : (night)
Menampilkan opening film dokumenter Cut to....
Scene 2 (FS) Int :
Menampilkan judul film dokumenter Cut to....
Scene 3 (LS) Int : (day)
Menampilkan wawancara dengan topik faktor pengkonsumsian minuman keras Cut to....
Scene 4 (FS) Int : (night)
Menampilkan footage pengaruh lingkungan bagi pelajar Cut to....
Scene 5 (LS) Int : (day)
Menampilkan wawancara dengan topik akibat pengkonsumsian minuman keras Cut to....
Scene 6 (ECU) Int : (day)
Menampilkan masalah yang ditimbulkan oleh pengkonsumsian minuman keras Cut to....
Scene 7 (CU) Int : (day)
Menampilkan wawancara dengan topik penanganan serta pencegahan konsumsi miras
Cut to....
Scene 8 (CU) Int : (day)
Menampilkan media-media luar ruang apa saja yang digunakan Scene 9 (CU) Int : (day)
Menampilkan himbauan oleh berbagai pihak tentang konsumsi minuman keras Cut to...
Scene 10 (FS) Int : (day)
Sebagai penutup menampilkan closing credits Dip to black
Tabel 1 Storyboard perancangan film dokumenter
09:38:46 Himbauan dari berbagai pihak untuk mengurangi konsumsi minuman keras
Setelah proses pra-produksi dilaksanakan tahap produksi, yaitu tahap pengambilan gambar dengan menggunakan kamera DSLR (Digital Single-lens Relflex) dan high-definition camcorder serta beberapa alat bantu seperti tambahan lensa kamera, tripod, camera stabilizer, dan slider. Proses pengambilan gambar tetap disesuaikan dengan rancangan storyboard mulai dari shot, angle, dan
camera movement. Proses produksi juga mengambil gambar sebagai stock untuk melengkapi film. Beberapa gambar dari proses pengambilan gambar dan stock footage dapat dilihat pada Gambar 3.
(a)Persiapan pengambilan gambar
(b) Perlengkapan pengambilan gambar
(c) Proses pengambilan gambar
Gambar 3 Aktivitas proses produksi.
Tahap berikut dari rangkaian proses perancangan ini adalah tahap pasca-produksi. Langkah pertama pada tahap ini adalah offline editing, dimana footage
mentah dari hasil pengambilan gambar disalin dan dilakukan cut-to-cut untuk mendapatkan kerangka video yang sesuai dengan rencana proses pra-produksi.
Gambar 4 Proses cut-to-cut
Tahap selanjutnya dari proses ini adalah online editing. Pada tahap ini terdapat proses editing seperti color grading, closing credits, dan sound editing. Pada tahap color grading dilakukan penyesuaian warna dari tiap footage video
memperbaiki dan menyelaraskan komposisi warna dari video untuk menentukan suasana dari video. Ada dua versi color grading yaitu penyesuaian dengan warna hangat dan penyesuaian dengan warna dingin, dan color grading yang digunakan dalam film dokumenter ini adalah penyesuaian dengan warna dingin. Penyesuaian dengan warna dingin untuk meberi kesan tenang sekaligus berkesan sedih.
Tahap berikutnya dari proses ini adalah titling. Titling adalah proses pembuatan tulisan yang akan digunakan sebagai judul, subtitle, serta credit title
yang berfungsi untuk memberikan informasi tambahan kepada audience.
(a) Pembuatan subtitle (b) Pembuatan closing credit Gambar 6 Proses titling
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil dari perancangan ini adalah Film Dokumenter yang dapat digunakan sebagai media informasi pengaruh dari minuman keras bagi kehidupan masyarakat Minahasa khususnya pada pelajar. Scene 1 dan 2 adalah pembukaan film dokumenter ini ditampilkan judul serta kehidupan masyarakat Minahasa yang dapat dilihat pada Gambar 7. Jenis shot yang digunakan adalah close-up
dengan pergerakan kamera panning.
(1) Pengkonsumsian minuman keras. (2) Judul film dokumenter. Gambar 7 Opening scene film dokumenter
Bagian berikut dalam film dokumenter adalah scene 3 dan 4 yang berisi wawancara tentang apa saja faktor yang menyebabkan banyaknya pengkonsumsian minuman keras pada pelajar yang dapat dilihat pada Gambar 8. Jenis shot yang digunakan adalah close-up tanpa pergerakan kamera.
(3) Wawancara mengenai pengkonsumsian miras.
(4) Bebasnya peredaran minuman keras.
Gambar 8 Kompilasi video masalah tentang minuman keras
Gambar berikut adalah scene 5 dan 6 yang menampilkan yang menampilkan wawancara tentang pengaruh minuman keras pada pelajar, dapat dilihat pada Gambar 10. Jenis shot yang digunakan adalah close-up dengan pergantian ke medium shot.
(a) Penjelasan tentang pengaruh minuman keras pada pelajar
(b) Akibat pengkonsumsian miras.
Gambar 9 Keadaan pertanian minuman keras tradisional
Bagian berikut dalam film dokumenter ini adalah scene 7 dan 8penjelasan dari usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah, sekolah serta pihak kepolisian dalam menekan pengkonsumsian minuman keras yang dapat dilihat pada Gambar 9. Jenis shot yangdigunakan adalah close-up dengan pergantian ke medium shot
(7) Penjelasan tentang apa saja usaha yang telah dilakukan.
(8) Media luar ruang yang telah dipajang.
Gambar 10 Penjelasaan tentang pengaruh minuman keras pada pelajar
Bagian berikut adalah scene 9 dan 10 yang berisi himbauan dari berbagai pihak untuk mengurangi bahkan menghentikan konsumsi minuman keras.
(9) Himbauan (10) Closing credits
Gambar 11 Penjelasan polisi tentang faktor utama pengkonsumsian minuman keras oleh pelajar
Perancangan Media
Film Dokumenter yang telah dirancang ini nantinya dapat digunakan sebagai media informasi untuk membantu kampanye Gerakan Anti Mabuk oleh Pemerintah Kabupaten Minahasa maupun Kepolisian Resor Minahasa.
Perancangan film dokumenter dapat diimplementasikan ke berbagai media seperti pada CD untuk dibagikan kepada masyarakat khususnya pada pelajar,
menjadi alat bantu dalam kampanye Gerakan Anti Mabuk dengan slogan “Brenti Jo Bagate”, serta dapat di unggah di media social seperti Youtube untuk mempermudah penyebaran dan memperluas jangkauan dari film dokumenter yang telah dirancang. Film dokumenter juga dapat ditayangkan di tempat-tempat yang disediakan seperti ruang tunggu kantor polisi dan televisi lokal.
Pengujian
Pengujian dilakukan secara kualitatif kepada bapak AKP Drs. Frangky Ruru selaku Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor Minahasa yang secara membawahi masalah minuman keras, untuk mengetahui apakah film dokumenter yang dirancang kontennya sesuai untuk menjadi media informasi bagi masyarakat khususnya pelajar tentang pengaruh minuman keras serta dapat membantu kampanye Gerakan Anti Mabuk dengan slogan “Brenti Jo Bagate”.
mengurangi penggunaan minuman keras di masyarakat sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Film dokumenter tentang budaya minuman keras ini dapat menjelaskan pengaruh budaya dalam pengkonsumsian minuman keras di Minahasa dengan lebih mendalam dibandingkan media informasi yang digunakan sebelumnya (media luar ruang dan media cetak). Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, film dokumenter yang telah dirancang sudah layak untuk digunakan sebagai media untuk menginformasikan pengaruh budaya minuman keras pada masyarakat Minahasa.
Kemudian juga ada evaluasi kepada videografer yang dilakukan melalui wawancara kepada George Nicolas Huwae, S.Pd., M.I.Kom. untuk mengetahui apakah perancangan film dokumenter, sinematografi, proses editing, pemilihan
backsound, serta color grading sudah sesuai. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu teknik sinematografi yang digunakan dalam video ini secara keseluruhan sudah jelas, serta segi audio sudah jelas. Sebagai masukan, menambahkan name tag dari narasumber.
Pengujian kepada target audience dilakukan kepada Mario A. Warouw untuk mengetahui apakah informasi yang ada pada film dokumenter dapat tersampaikan. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa informasi yang ada pada film dokumenter tentang pengaruh budaya minuman keras di Minahasa dapat dimengerti. Informasi yang ada dapat dimengerti karena ada penjelasan dari berbagai sumber, yang ditinjau dari berbagai sudut pandang. Saran untuk film dokumenter ini adalah perbanyak informasi pendukung yang diambil dari media massa. Film ini secara keseluruhan sudah layak untuk dijadikan sebagai media informasi tentang pengaruh budaya minuman keras di Kabupaten Minahasa.
5. Simpulan
6. Pustaka
[1]. Wresniwiro, 1999, Narkoba dan Pengaruhnya. Jakarta: Widya Medika. [2]. Republik Indonesia, 2013, Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 74
Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol,
Jakarta: Sekretariat Kabinet RI.
[3]. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2009, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
[4]. Rompas, Rommy, 2015, 85 Persen Tindak Kriminal di Minahasa Lantaran Miras, manadotoday.co.id diakses tanggal 28 Maret 2016. [5]. Parengkuan, Fendy, 2011, Minum Miras Sampai Mabuk Bukan Budaya
Masyarakat, manado.tribunnews.com diakses tanggal 6 Juni 2016. [6]. Pakpahan, Don Meyler, Produser, 2015, Potensi Pohon Aren, TV One,
Tomohon, Indonesia, 20 menit.
[7]. Saputra, Gian, 2015, Perancangan Film Dokumenter Siwaluh Jabu (Studi Kasus : Rumah Adat Suku Karo, Sumatera Utara).
[8]. Handaka, R. Wahyu, 2014, Perancangan Iklan Bahaya Mengkonsumsi Miras Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo.
[9]. AECT Task Force on Definiton and Technology, 1977, The Definition of Educational Technology, Washington D.C.: Association for Educational Communications and Technology.
[10]. Criticos, C., 1996, Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition, New York: Elsevier Science, Inc.
[11]. Sobur, Alex, 2006, Semiotika Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia. [12]. Turban., dkk, 2002, Aplikasi Multimedia Kreatif, Yogyakarta: Paradigma. [13]. McCormick, Patty, 1996, Patty McCormick’s Pieces of an American
Quilt: Quilts, Patterns, Photos and Behind the Scenes Stories from the Movie
[14]. Effendy, Onong Uchjana. 1986, Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung: Alumni.
[15]. Sumarno, Marselli. 1996, Dasar-dasar Apresiasi Film, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
[16]. Pratista, Himawan. 2008, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka.
[17]. Ayawaila, Gerzon R., 2008, Dokumenter: Dari Ide sampai Produksi,
Jakarta: FFTV-IKJ Press.
[18]. Semedhi, Bambang, 2011, Sinematografi-Videografi, Bogor: Ghalia Indonesia
[19]. Surya, 2011, Seputaran Minuman Keras.
[20]. Pakpahan, Don Meyler, Produser, 2015, Potensi Pohon Aren, TV One, Tomohon, Indonesia, 20 menit.
[22]. Rompas, Rommy, 2015, 85 Persen Tindak Kriminal di Minahasa Lantaran Miras, manadotoday.co.id diakses tanggal 28 Maret 2016. [23]. Herdiansyah, Haris, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk
Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika.
[24]. Sarwono, Jonathan, 2007, Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: Andi.
[25]. Ayawaila, Gerzon R., 2008, Dokumenter: Dari Ide sampai Produksi,
Jakarta: FFTV-IKJ Press.
[26]. Gumelar, M.S., 2011, Academic Writing, Jakarta: Lulu.com
[27]. Sutisno, P.C.S., 1993, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video, Jakarta: PT Grasindo.