• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 652010003 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 652010003 Full text"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

i

Pengaruh pH dan Intensitas Cahaya terhadap Kestabilan Ekstrak Karotenoid Kulit Buah Alkesa (Pouteria campechiana (Kunth.) Baehni)

The Influence of pH and Light Intensity on The Stability of Carotenoids Extracted from Canistel Fruit Peel (Pouteria campechiana (Kunth.) Baehni)

Oleh, Stefani Oktafia NIM: 652010003

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi: Kimia, Fakultas: Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains (Kimia)

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

1

Pengaruh pH dan Intensitas Cahaya terhadap Kestabilan Ekstrak Karotenoid Kulit Buah Alkesa (Pouteria campechiana (Kunth.) Baehni)

The Influence of pH and Light Intensity on The Stability of Carotenoids Extracted from Canistel Fruit Peel (Pouteria campechiana (Kunth.) Baehni)

Stefani Oktafia*, Hartati Soetjipto**, dan Lydia Ninan Lestario** *Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika

**Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Jln. Diponegoro no 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah – Indonesia 652010003@student.uksw.edu

ABSTRACT

The increasing of consumer’s awareness of health, impacts on increasing of natural colorants used in food. The yellow canistel fruit peel which is rich in carotene can potentially be used as natural colorants. The yield of carotene extraction from canistel fruit peel with acetone : ethanol = 1 : 1 solvents is 16,12%.Meanwhile, the carotene extracted from canistel fruit peel stability toward pH and varied light intensity indicated that carotene extracted from canistel fruit peel is more stable at pH 7than at pH 4 and 10, while 271,6 Lx of light intensity with 60°C of temperature on six hours long exposure gives effect on the absorbance. The interaction between light intensity and pH on the stability of carotene extracted from canistel fruit peel occurs at pH 10.

Keywords : canistel, carotene, pH, light intensity, stability.

PENDAHULUAN

(8)

2

iritasi bahkan bisa mengakibatkan perubahan pigmen kulit secara signifikan (Administrator, 2011). Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 239/Men.Kes/Per/V/85 tentang Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya disebutkan bahwa methanyl yellow dilarang digunakan dalam obat, makanan, dan kosmetika (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1985).

Beberapa tahun terakhir, kesadaran konsumen akan kesehatan meningkat sehingga penggunaan pewarna alami dalam makanan juga meningkat (Ginting, 2013). Pewarna alami yang sering digunakan antara lain wortel, buah bit, kunyit, sawi, daun selada, daun suji, dan daun pandan (Anonim, 2010). Dengan semakin majunya teknologi dan semakin meningkatnya permintaan akan produk pangan yang aman, pewarna alami dirasa tidak mampu memenuhi kebutuhan industri pangan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012), untuk itu diperlukan sumber pewarna alami yang baru.

Karotenoid merupakan salah satu pigmen penting yang menyumbangkan warna oranye, kuning, dan merah pada makanan dan minuman. Jenis karotenoid yang banyak digunakan sebagai pewarna alami yaitu -karoten (Gambar 1), likopen (Gambar 1), lutein, α-karoten, -karoten, bixin, norbixin, kapsantin, dan -apo-8’-karotenal. Secara umum karotenoid di bahan pangan merupakan tetraterpenoid dengan jumlah atom karbon 40 yang terdiri atas delapan unit isoprenoid C5. Rantai lurus karotenoid C40 ini menjadi kerangka dasar karotenoid. Unit isoprenoid C5 tersusun dalam dua posisi arah berlawanan pada pusat rantainya sehingga berbentuk molekul yang simetris. Bentuk ini merupakan bentuk molekul likopen sering juga disebut sebagai induk dari karotenoid. Jenis – jenis karotenoid lainnya merupakan turunan dari modifikasi likopen (Thompson, 2012).

Gambar 1. Struktur -karoten dan likopen -karoten

(9)

3

Alkesa (Pouteria campechiana) berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat dan termasuk tanaman sawo-sawoan, sehingga sering disebut sawo alkesa atau di daerah Jawa Barat dikenal dengan sebutan "sawo walanda" (sawo Belanda) (Laoli, 2012). Morton (1987) melaporkan bahwa buah alkesa kaya akan niasin, karoten (provitamin A) dan mengandung asam askorbat. Buah alkesa dan P. reticulata mempunyai aktivitas antioksidan (Franco, 2006 dalam Silva et al, 2009). Alkesa yang sudah matang berwarna kuning karena mengandung karoten yang berpotensi digunakan sebagai pewarna alami pada makanan dan kosmetik (Ginting, 2013). Daging buah alkesa dapat dikonsumsi, sementara kulit buah alkesa belum dimanfaatkan, kulit buah yang berwarna kuning akan diekstraksi dan diuji kestabilannya agar dapat digunakan sebagai pewarna alami. Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menentukan rendemen karoten hasil ekstraksi dari kulit buah alkesa.

2. Menentukan pengaruh pH, intensitas cahaya, dan interaksi antara pH dan intensitas cahaya terhadap kestabilan karoten kulit buah alkesa..

METODA PENELITIAN

Bahan

Kulit buah alkesa (Pouteria campechiana) diperoleh dari Salatiga dan sekitarnya. Bahan kimiawi yang digunakan antara lain etanol, aseton (teknis); asam sitrat, Na2HPO4.2H2O, Na2CO3, NaHCO3 (Merck, Jerman).

Piranti

Piranti yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitis 4 digit (Ohaus PA214), neraca analitis 2 digit (Ohaus, TAJ602), drying cabinet, rotary evaporator (Buchi, R-114), moisture balance analyzer (Ohaus, MB25), pH meter (Hanna, HI9811-5), lampu pijar 40 Watt, 60 Watt, 100 Watt (Dop), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu, Optizen 2120), dan peralatan gelas.

Metoda

Preparasi Sampel

(10)

4 Pembuatan Larutan Buffer pH

Cara pembuatan larutan buffer pH:

1. Larutan buffer pH 4 = 62 ml asam sitrat 0,1 M ditambah dengan Na2HPO4.2H2O 0,2M sedikit demi sedikit hingga mencapai pH 4.

2. Larutan buffer pH 7 = 19 ml asam sitrat 0,1 M ditambah dengan Na2HPO4.2H2O 0,2M sedikit demi sedikit hingga mencapai pH 7.

3. Larutan buffer pH 10 = 53,4 ml Na2CO3 0,1 M ditambah dengan NaHCO3 0,1 M sedikit demi sedikit hingga mencapai pH 10.

Penentuan Kadar Air Kulit Buah Alkesa

Kadar air diukur menggunakan moisture balance analyzer dengan massa sampel masing-masing 1 gram.

Ekstraksi Kulit Buah Alkesa (Ginting, 2013)

20 g sampel dimaserasi dengan campuran pelarut aseton : etanol = 1 : 1 (v/v), digoyangselama 30 menit. Campuran disaring dan sisa pelarut diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 70°C. Hasil ekstraksi dipindahkan ke dalam botol sampel yang gelap lalu disimpan pada lemari pendingin untuk kemudian dianalisis.

Pengaturan pH Larutan

Pengaturan pH larutan hasil ektraksi dilakukan menggunakan larutan buffer pH 4, 7, dan 10. Larutan hasil ekstraksi dengan pH 4 dibuat dengan cara buffer pH 4 ditambahkan sedikit demi sedikit ke larutan hasil ekstraksi sampai mencapai pH 4. Cara yang sama digunakan untuk pembuatan larutan hasil ekstraksi dengan pH 7 dan pH 10. Pengaruh pH, Intensitas Cahaya, dan Lama Waktu Paparan Cahaya terhadap Kestabilan Karoten Kulit Buah Alkesa (Kurniati dkk, 2012 yang dimodifikasi)

(11)

5 ANALISA DATA

Data absorbansi karoten kulit buah alkesa dianalisis dengan menggunakan rancangan Perlakuan Faktorial 3 x 3 dengan rancangan dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK) 3 kali ulangan. Sebagai faktor pertama adalah pH yang terdiri dari 3 aras yaitu 4, 7, dan 10. Faktor kedua adalah intensitas cahaya yang terdiri dari 3 aras yaitu 82,4 Lx, 154,6 Lx, dan 271,6 Lx. Pengujian antar rataan perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5% (Steel dan Torrie, 1993). Energi aktivasi dan konstanta laju degradasi karoten kulit alkesa ditentukan dengan metode regresi linear mengikuti model Arrhenius (Septiani, 2011 dalam Purnomo,

2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Kadar Air dan Rendemen Ekstraksi Kulit Buah Alkesa

Rataan rendemen (%) karoten hasil ekstraksi kulit buah alkesa adalah 16,12 ± 1,13 dan kadar air kulit buah alkesa adalah 17,49 ± 1,34.

Stabilitas Karoten Kulit Buah Alkesa terhadap pH dan Intensitas Cahaya Antar Lama Waktu Paparan Cahaya (Jam)

Stabilitas Karoten Kulit Buah Alkesa terhadap pH antar Lama Waktu

Paparan 0, 2, 4, 6, dan 8 Jam

Rataan absorbansi karoten kulit buah alkesa terhadap pH antar lama waktu paparan pada jam ke – 0 sampai dengan jam ke – 8 berkisar antara 0,18 ± 0,02 sampai 0,75 ± 0,13 (Tabel 1).

Tabel 1. Rataan Absorbansi Karoten Kulit Buah Alkesa terhadap pH pada jam ke – 0 sampai dengan jam ke – 8

pH ± SE

Waktu Paparan (Jam)

0 2

W = 0,0966

4 W = 0,0609

6 W = 0,0253

8 0,0688

4 0,69 ± 0,08 0,48 ± 0,05ab 0,34 ± 0,04a 0,25 ± 0,02a 0,18 ± 0,02a

7 0,51 ± 0,03 0,40 ± 0,02a 0,34 ± 0,03a 0,25 ± 0,01a 0,21 ± 0,04a

10 0,75 ± 0,13 0,52 ± 0,07b 0,39 ± 0,04a 0,31 ± 0,03b 0,20 ± 0,03a

(12)

6

Nilai absorbansi awal (jam ke – 0) yang mendekati nilai absorbansi maksimal hasil scanning sebesar 0,5599 (Lampiran 1) adalah pH 7 yaitu 0,51 (Tabel 1). Pada Tabel 1 dapat dilihat penurunan absorbansi antar waktu paparan dalam setiap pH berbeda – beda. Penurunan absorbansi pada pH 4 dari jam ke – 0 sampai jam ke – 8 cukup banyak yaitu sebesar 0,51. Akan tetapi, penurunan absorbansi pada pH 10 sedikit lebih besar dari pada pH 4 yaitu 0,55. Sedangkan penurunan absorbansi pada pH 7 lebih kecil dari pada pH 4 dan 10 yaitu sebesar 0,30. Karotenoid bekerja paling baik dalam pH di atas 3,5 dan mempunyai stabilitas pH yang baik pada pH tinggi. (Anonim, 2014). Jika dilihat dari penurunan nilai absorbansi dalam penelitian ini karoten kulit buah alkesa stabil pada pH 7 dan kurang stabil pada pH asam maupun basa.

Dari Tabel 1 dapat dilihat pada jam ke 2 dan ke – 6 ada perbedaan penurunan nilai absorbansi antar pH. Penurunan absorbansi pada jam ke – 2 pada pH 4 sebesar 0,21, pada pH 7 sebesar 0,11, dan pH 10 sebesar 0,23. Penurunan absorbansi yang cukup banyak pada pH 4 dan 10 yang menunjukkan bahwa sampel mulai rusak. Pada jam ke – 6 perbedaan nilai absorbansi ada pada pH 10. Sampel dengan pH 10 pada jam ke – 6 diduga kembali mengalami kerusakan. Sehingga diduga bahwa waktu maksimal sampel terkena paparan cahaya adalah 6 jam. Jika lebih dari 6 jam maka sampel telah rusak.

Penentuan nilai k dari masing – masing pH dilakukan dengan cara membuat analisa regresi linear dari masing – masing pH untuk menentukan orde reaksinya. Kurva orde 0 (absorbansi terhadap waktu), kurva orde 1 (log absorbansi terhadap waktu), dan kurva orde 2 (1/absorbansi terhadap waktu) disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan linearitas kurva, laju degradasi karoten kulit buah alkesa mengikuti laju orde 1. Nilai tetapan laju (k) dapat diturunkan dari kemiringan garisnya (a). Persamaan garis lurus pada orde 1 adalah sebagai berikut :

(13)

7

Gambar 2. Kurva orde 0, orde 1, dan orde 2 dari masing – masing pH

Bentuk umum untuk persamaan garis lurus adalah y = ax + b (Pustakers, 2012). Dalam hal ini variabel “a” merupakan nilai konstanta laju degradasi karoten kulit buah alkesa (k) yang dapat digunakan untuk menentukan kestabilan karoten kulit buah alkesa. Semakin besar penurunan nilai absorbansinya, nilai k akan semakin besar karena garis yang terbentuk semakin curam. Pada kurva orde 1, variabel “y’ merupakan log absorbansi, sedangkan variabel “x” adalah waktu (jam).

(14)

8

Tabel 2. Nilai Konstanta Laju Degradasi Karoten Kulit Alkesa pada Setiap pH

pH 4 7 10

k (Jam-1) 0,1644 0,1119 0,1610

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai k paling kecil terdapat pada pH 7. Hal ini menunjukkan bahwa karoten kulit buah alkesa lebih stabil pada pH 7 dan kurang stabil pada pH 4 dan 10.

Waktu paruh reaksi adalah waktu yang diperlukan agar konsentrasi (atau jumlah) pereaksi berkurang menjadi setengah dari nilai semula (Petrucci dan Achmadi, 1987). Waktu paruh dapat dihitung dengan melalui persamaan berikut :

(2)

Hasil perhitungan waktu paruh reaksi pada masing – masing pH disajikan pada Tabel 3. Waktu paruh reaksi yang paling lama ada pada pH 7 yaitu 6,1929 jam.

Tabel 3. Waktu Paruh Reaksi pada setiap pH

pH 4 7 10

(Jam) 4,2153 6,1929 4,3058

Stabilitas Karoten Kulit Buah Alkesa terhadap Intensitas Cahaya antar Lama

Waktu Paparan 0, 2, 4, 6, dan 8 Jam.

(15)

9

Tabel 4. Rataan Absorbansi Karoten Kulit Buah Alkesa terhadap intensitas cahaya pada jam ke – 0 sampai dengan jam ke – 8

Intensitas Cahaya (Lx)

± SE

Waktu Paparan (Jam)

0 2

W = 0,0966

4 W = 0,0609

6 W = 0,0253

8 0,0688

82,4

Suhu=45°C 0,65 ± 0,11 0,47 ± 0,06

a 0,37 ± 0,05a 0,26 ± 0,02ab 0,20 ± 0,04a

154,6

Suhu=50°C 0,65 ± 0,11 0,45 ± 0,06

a 0,32 ± 0,03a 0,25 ± 0,02a 0,18 ± 0,02a

271,6

Suhu=60°C 0,65 ± 0,11 0,48 ± 0,07

a 0,38 ± 0,03a 0,30 ± 0,04b 0,20 ± 0,03a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata sedangkan angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran nilai absorbansi semakin menurun dengan bertambahnya waktu paparan. Penurunan nilai absorbansi menandai pudarnya warna yang menunjukkan rusaknya sampel. Hal ini berarti bahwa lama paparan mempengaruhi stabilitas sampel. Semakin lama sampel terpapar cahaya, sampel akan rusak. Karoten yang terkena paparan cahaya akan terdegradasi menjadi karoten radikal kation (Boon et al., 2010). Jacob et al. (2010) mengatakan bahwa likopen dan karotenoid lain dapat terdegradasi karena kerusakan oksidatif ketika terkena panas dalam waktu yang lama dan intensitasnya meningkat. Lampu pijar yang digunakan menghasilkan panas, jadi selain terpapar cahaya sampel juga terpapar panas dan mengakibatkan kerusakan oksidatif sehingga terjadi penurunan absorbansi. Karoten yang terkena panas dan adanya oksigen akan menghasilkan pembentukan senyawa volatile dan komponen non volatile yang lebih besar (Bonnie and Choo, 1999 dalam Boon et al., 2010).

(16)

10

Gambar 3. Kurva orde 0, orde 1, dan orde 2 dari masing – masing intensitas cahaya

Berdasarkan perhitungan maka diperoleh nilai k dari masing – masing intensitas cahaya yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Konstanta Laju Degradasi Karoten Kulit Alkesa pada Setiap Intensitas Cahaya

Intensitas Cahaya 82,4 Lx

T = 45°C

154,6 Lx T = 50°C

271,6 Lx T = 60°C

k (Jam-1) 0,1481 0,1555 0,1379

(17)

11

rusak sejak 2 jam pertama, sehingga penurunan nilai absorbansi selanjutnya tidak terlalu besar yang menghasilkan nilai k yang lebih kecil dibandingkan dengan intensitas cahaya yang lain.

Waktu paruh reaksi dihitung dengan menggunakan persamaan (2). Hasil perhitungan waktu paruh pada setiap intensitas cahaya disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Waktu Paruh Reaksi pada Setiap Intensitas Cahaya

Intensitas Cahaya 82,4 Lx

T = 45°C

154,6 Lx T = 50°C

271,6 Lx T = 60°C

(Jam) 4,6808 4,4589 5,0246

Energi kinetik minimum yang harus dimiliki oleh pereaksi untuk membentuk produk disebut sebagai energi aktivasi (Ea) (Atkins and Julio, 2006) yang dinyatakan dalam persamaan berikut :

(3)

dimana Ea adalah energi aktivasi, yang nilainya dianggap konstan (tetap) pada kisaran suhu tertentu, R adalah konstanta gas (8,314 J/mol K), T adalah suhu yang dinyatakan dalam Kelvin (K). Persamaan regresi linear yang menyatakan hubungan antara ln k dengan 1/T disajikan pada Gambar 3.

(18)

12

Hasil analisa regresi linear kurva antara ln k dengan 1/T pada in nbtensitas cahaya yang berbeda didapatkan persamaan berikut :

y = 604,9x – 3,7804 (R2 = 0,5242) (4)

Besarnya energi aktivasi dapat dihitung dari kemiringan kurva pada persamaan garis lurus melalui persamaan berikut :

(5) Keterangan : k = kemiringan kurva

Ea = energi aktivasi (Jmol-1) R = 8,314 J/mol K

Sehingga besarnya energi aktivasi karoten kulit buah alkesa adalah –5,029 KJmol-1. Energi aktivasi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa laju reaksi menurun saat suhunya dinaikkan (Atkins and Julio, 2006).

Interaksi antara pH dan Intensitas Cahaya terhadap Kestabilan Karoten pada

Lama Waktu Paparan 6 Jam.

Rataan absorbansi interaksi antara pH dan intensitas cahaya terhadap kestabilan karoten pada lama waktu paparan 6 jam berkisar antara 0,23 ± 0,01 sampai 0,37 ± 0,03 (Tabel 7).

Tabel 7. Rataan Absorbansi Interaksi antara pH dan Intensitas Cahaya terhadap Kestabilan Karoten Pada Lama Waktu Paparan 6 Jam

Intensitas Cahaya (Lx) W = 0,041

pH

4 7 10

82,4 Suhu=45°C

0,25 ± 0,06a (a)

0.27 ± 0,01a (a)

0,28 ± 0,04a (a) 154,6

Suhu=50°C

0,23 ± 0,01a (a)

0,23 ± 0,03a (ab)

0,28 ± 0,05a (b) 271,6

Suhu=60°C

0,27 ± 0,05a (a)

0,24 ± 0,02a (a)

0,37 ± 0,03b (b)

Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur maupun baris yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda secara bermakna, sebaliknya angka yang diikuti huruf yang berbeda pada lajur maupun baris yang sama menunjukkan antar perlakuan berbeda secara bermakna.

(19)

13

50°C dan intensitas cahaya 271,6 Lx dengan suhu 60°C terlihat perubahan absorbansi pada pH 7 dan 10. Secara keseluruhan, Tabel 7 menunjukkan bahwa intensitas cahaya dan suhu berpengaruh terhadap ekstrak karoten kulit buah alkesa pada pH 10. Hal ini sesuai dengan Elaine (2006) yang mengatakan bahwa karoten stabil pada pH 2 – 8.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Rendemen ekstraksi karoten dengan pelarut aseton : etanol = 1 : 1 dari kulit buah alkesa adalah 16,12%(b/b).

2. Karoten kulit buah alkesa lebih stabil pada pH 7 dari pada pH 4 dan 10. Sedangkan intensitas cahaya 271,6 Lx dengan suhu 60°C pada lama waktu paparan 6 jam berpengaruh terhadap absorbansi. Interaksi antara pH dan intensitas cahaya terhadap kestabilan karoten kulit buah alkesa terjadi pada pH 10.

Saran

1. Pengukuran absorbansi sebaiknya menggunakan metode spektofotometri yang lebih tepat yaitu metode spektofotometri untuk kadar karotenoid menurut Hornero-Méndez dan Mínguez-Mosquera dengan menggunakan 2 panjang gelombang (Biehler et al, 2009).

2. Dilakukan identifikasi karoten kulit buah alkesa.

3. Perlu diupayakan agar karoten kulit buah alkesa bisa lebih stabil dalam waktu yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Administrator. 2011. Bedak. Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. http://www.chem.itb.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=44 :bedak&catid=1:news&lang=en. [5 Februari 2015]

Anonim. 2010. Jenis - Jenis Pewarna Alami. http://www.okefood.com/read/2010 /01/14/304/294099/jenis-jenis-pewarna-alami. [11 Februari 2014]

Anonim. 2014. Carotenoids. DDW, The Colour House. http://www.ddwcolor.com/color ant/carotenoids/. [11 Januari 2015]

(20)

14

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2012. Bahaya Rhodamin B sebagai Pewarna pada Pangan. http://ik.pom.go.id/v2012/wp-content/uploads/2011/11/BahayaRhodam in-B-sebagai-Pewarna-pada-Makanan.pdf. [13 Juni 2014]

Biehler, E., F. Mayer, L. Hoffmann, E. Krause, and T.Bohn. 2009. Comparison of 3 Spectrophotometric Methods for Carotenoid Determination in Frequently Consumed Fruits and Vegetables. Journal of Food Science, Vol. 00, Nr. 0. Insititute of Food Technologists.

Boon, C.S., D. J. McClements, J. Weiss, and E. A. Decker. 2010. Factors Influencing The

Chemical Stability of Carotenoids in Foods. Critical Reviews in Food Science and

Nutrition, 50:6, 515-532, DOI:10.1080/10408390802565889. http://dx.doi.org/10 .1080/10408390802565889. [18 Januari 15]

Elaine, K. 2006. Maintaining Color Stability. http://www.foodproductdesign.com /articles/2006/08/maintaining-color-stability.aspx. [11 Januari 2015]

Firdaus, F. 2013. Awas, Ribuan Kosmetik Palsu Beredar di Jakarta. http://jakarta.okezo ne.com/read/2013/10/21/500/884287/awas-ribuan-kosmetik-palsu-beredar-dijak arta. [11 Februari 2014]

Ginting, E. 2013. Carotenoid Extraction of Orange – Fleshed Sweet Potato and Its Application as Natural Food Colorant. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan,

Vol 24, No 1, Hal 81 – 88.

http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip/article/view/6961/55 45. [06 Januari 2014] Jacob,K., F.J. García-Alonso, G. Ros and M.J. Periago. 2010. Stability of carotenoids,

phenolic compounds, ascorbic acid and antioxidant capacity of tomatoes during thermal processing. Departamento de Tecnología de los Alimentos, Nutrición y Bromatología. Facultad de Veterinaria de la Universidad de Murcia, Murcia, España. http://www.alanrevista.org/ediciones/2010-2/art13.asp. [11 Januari 2015]

Kurniati, N., A T Prasetya., dan Winarni. 2012. Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Brazilein dari Kayu Secang. Indonesian Journal of Chemical Science. Universitas Negeri Semarang. http://journal.unnes.ac.id/ sju/index.php/ijcs. [07 November 2013]

Laoli, N. 2012. Meneropong Buah Alkesa yang Masih Tersisa. http://wisata.kompasiana. com/kuliner/2012/02/05/meneropong-buah-alkesa-yang-masih-tersisa433121.ht ml. [07 November 2013]

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 239/Men.Kes/Per/V/85 Tentang Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya. http://jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=40 1. [5 Februari 2015]

Morton, J F. 1987. Canistel. Page 402–405. In J F Morton (ed). Fruits of warm climates. Miami, Florida. Creative Resource Systems, Inc. http://www.pssurvival.com/ps/ plants/Crops_Fruits_Of_Warm_Climates_2004.pdf. [07 November 2013]

Petrucci, R.H., dan S Achmadi. 1987. Kimia Dasar,Prinsip dan Terapan Modern, Edisi Keempat, Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

(21)

15

Pustakers. 2012. Rumus Linear Matematika. http://www.pustakasekolah.com/rumus-linear-matematika.html. [09 Januari 2015]

Silva, C., Luiz, A., and Damaris, S. 2009. Genus Pouteria: chemistry and biological activity. Journal of Pharmacognosy, 19(2A) 501-509.

Thompson, T. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan. SEAFAST Center. http://seafast.ipb.

(22)

16

Gambar

Tabel 1. Rataan Absorbansi Karoten Kulit Buah Alkesa terhadap pH pada jam ke – 0
Gambar 2. Kurva orde 0, orde 1, dan orde 2 dari masing – masing pH
Tabel 2. Nilai Konstanta Laju Degradasi Karoten Kulit Alkesa pada Setiap pH
Tabel 5. Nilai Konstanta Laju Degradasi Karoten Kulit Alkesa pada Setiap
+3

Referensi

Dokumen terkait

1.2 Bahan ajar yang digunakan guru cukup bervariatif, ini telihat dengan cukup banyak bahan ajar yang digunakan dan disusun guru dalam proses pembelajaran Pkn

Therefore in this research, will be build a computer based system that process sales data using Frequent Pattern tree data mining to create a decision support system for

Pengabdian penyusunan soal cerita berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dilaksanakan di SDN Melayu 7 dengan sasaran jumlah guru yang

Guru menurut persepsi peserta didik telah bersikap mendukung (positif) terhadap peserta did- ik dalam proses belajar, hal ini tergambar dari si- kap: (1) guru peduli dalam

Cara mengetahui bahwa apotek Alam Sehat menjual dengan harga lebih murah Peneliti: Untuk yang masalah harga itu..., gimana tante bisa tahu kalau harganya Alam. Sehat sudah jauh

Pohon puspa yang memiliki alel langka dan mampu berbunga namun hanya menghasilkan benih yang terbatas perlu dibantu penyerbukannya secara terkendali (controlled

Pada gambar 4.13 dapat disimpulkan besarnya CO 2 sangat dipengaruhi oleh variasi AFR yang dibentuk oleh pembakaran dan merupakan salah satu indikator meningkatnya daya

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan nilai-nilai adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam akhlak yang diajarkan