• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MEMPEROLEH PASANGAN HIDUP PADA WANITA Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Memperoleh Pasangan Hidup Pada Wanita.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MEMPEROLEH PASANGAN HIDUP PADA WANITA Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Memperoleh Pasangan Hidup Pada Wanita."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MEMPEROLEH PASANGAN HIDUP PADA WANITA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh :

Rizky Rachmawati

F 100 070 133

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

ii

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MEMPEROLEH PASANGAN HIDUP PADA WANITA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana

(S-1) Psikologi

DISUSUN OLEH :

Rizky Rachmawati

F 100 070 133

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

1

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MEMPEROLEH PASANGAN HIDUP PADA WANITA

Rizky Rachmawati ¹ Zahrotul Uyun ²

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita. Subyek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa yang bekerja di Dan Liris berjumlah 100 orang dengan ciri-ciri : a) wanita berusia 25-40 tahun, b) belum menikah, c) pendidikan minimal SMA. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sample. Alat ukur yang digunakan adalah skala dukungan sosial dan skala kecemasan memperoleh pasangan hidup, teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi

product moment.

Dari hasil analisis product moment maka diperoleh rxy sebesar -0,457

dengan p<0,01. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita. Peranan atau sumbangan efektif dukungan sosial terhadap kecemasan memperoleh pasangan hidup sebesar 20,8% ditunjukkan oleh koefisien determinan r² sebesar 0,208. Hal ini berarti masih terdapat 79,2% variabel lain yang berpengaruh terhadap kecemasan memperoleh pasangan hidup selain dukungan sosial. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa subyek penelitian ini memiliki tingkat dukungan sosial yang tergolong tinggi dengan rerata empirik sebesar 110,17 dan rerata hipotetik sebesar 87,5 sedangkan tingkat kecemasan memperoleh pasangan hidup pada subyek tergolong sedang dengan rerata empirik sebesar 52,87 dan rerata hipotetik sebesar 60.

(6)

2

PENDAHULUAN

Masa dewasa merupakan waktu yang paling lama dialami setiap manusia dalam rentang kehidupan. Menurut Hurlock (2012) tugas perkembangan pada masa dewasa yang dimulai dengan dewasa awal adalah mulai bekerja, memilih dan memperoleh pasangan, belajar hidup dengan tunangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga negara, dan mencari kelompok sosial yang menyenangkan. Dengan kata lain masa dewasa adalah masa di mana seseorang semestinya sudah memperoleh pasangan hidup atau menikah, terutama bagi perempuan karena menurut Jacoby dan Bernard (dalam Suryani, 2007) setelah usia tertentu, umumnya sekitar usia 30 tahun, wanita mendapat tekanan yang lebih besar untuk menikah dari orang tua, sahabat, dan bahkan teman sekerjanya. Oleh karena itu wanita yang sudah memasuki tahap dewasa merasa cemas bila belum menikah. Kecemasan yang dirasakan oleh wanita yang sudah memasuki tahap

dewasa cukup beralasan karena berbagai faktor, seperti misalnya banyaknya pertanyaan dari keluarga besar, teman, dan bahkan lingkungan sekitar.

Hal ini terbukti dari sekian banyaknya wanita yang begitu resah dan cemas hatinya saat-saat memasuki usia pernikahan dikarenakan sampai saat ini belum memperoleh pasangan hidup sementara usia terus bertambah. Lebih lanjut Abdullah (2010) menjelaskan bahwa bagi wanita ada suatu hal yang ditakuti oleh mereka, yaitu usia yang semakin tua namun belum juga memperoleh pasangan hidup atau jodoh, maka ketika memasuki usia 27 tahun rasa cemas dan khawatir akan tidak memperoleh pasangan hidup kian bergetar hebat. Bahkan sebagian wanita sudah mulai merasakan getaran itu lebih dini lagi, ketika memasuki usia 25 tahun atau ada juga yang pada usia dibawahnya.

(7)

3

Dukungan sosial dapat berasal dari teman kerja, keluarga, dan teman di lingkungan sekitarnya. Dukungan sosial dapat menimbulkan pengaruh positif seperti dapat mengurangi kecemasan dan memelihara kondisi psikologis yang berada dalam tekanan.

Sarafino (dalam Sari dan Kuncoro, 2006) menjelaskan bahwa dukungan sosial dapat membantu seseorang dalam menghadapi kecemasan juga dapat mencegah berkembangnya masalah yang timbul. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Effendi dan Tjahyono (dalam Sari dan Kuncoro, 2006) yang mengatakan bahwa dukungan sosial berperan penting dalam memelihara keadaan psikologis individu yang mengalami tekanan, melalui dukungan sosial kesejahteraan psikologis akan meningkat karena adanya perhatian dan pengertian yang akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga diri serta memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri. Dengan demikian diharapkan wanita yang dalam masa penantian memperoleh

pasangan hidup mendapatkan dukungan sosial yang sangat baik agar dapat menimbulkan pengaruh positif seperti dapat mengurangi kecemasan dan memelihara kondisi psikologis yang berada dalam tekanan.

Dari uraian teori di atas, maka peneliti menentukan rumusan

masalah yaitu “Apakah ada

hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan memperoleh pasangan hidup?”

Sarafino (1994) menjelaskan bahwa dukungan sosial dapat diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain. Aspek-aspek dukungan sosial menurut Sarafino (1994) adalah sebagai berikut:

1. Dukungan Emosional

(8)

4

2. Dukungan Penilaian

Dukungan penilaian terlihat dari ekspresi seseorang ketika memberikan penghargaan yang positif, dorongan atau persetujuan terhadap ide atau perasaan individu dan perbandingan positif antara individu yang satu dengan yang lain.

3. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental meliputi bantuan langsung, yaitu ketika seseorang memberikan atau meminjamkan uang atau pertolongan berupa pekerjaan ketika orang lain menghadapi situasi yang stressfull.

4. Dukungan informatif

Dukungan informatif meliputi pemberian nasehat, petunjuk, saran, atau umpan balik tentang

bagaimana seseorang

mengerjakan sesuatu.

Sarafino (1994) juga menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan sosial atau tidak. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :

a. Faktor dari penerima dukungan (recipient). Seseorang tidak akan

menerima dukungan sosial dari orang lain jika ia tidak suka bersosial, tidak suka menolong orang lain, dan tidak ingin orang lain tahu bahwa ia membutuhkan bantuan.

b. Faktor dari pemberi dukungan (providers). Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada orang lain ketika ia sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain, atau tengah menghadapi stres, harus menolong dirinya sendiri, atau kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain membutuhkan dukungan darinya.

(9)

5

Menurut Khairuddin (2002) pasangan hidup adalah suatu hubungan antara dua orang atau individu yang telah sah, hidup dalam satu atap ataupun terpisah, terikat dalam suatu pernikahan dan menjalani rumah tangga, dimana yang satu berperan sebagai suami dan yang lain sebagai istri.

Menurut Pangesti (dalam Yulianingsih, 2008) kecemasan memperoleh pasangan hidup merupakan perwujudan dari berbagai perasaan baik secara fisik maupun psikis seperti perasaan takut, khawatir, gelisah, tegang, dan kurang percaya diri dalam kaitannya dengan memperoleh pasangan hidup sebagai tempat berbagi dan pemenuhan kebutuhan biologis maupun psikologisnya.

Atkinson (2010) menyatakan bahwa aspek-aspek kecemasan meliputi:

a. Aspek Fisiologis Kecemasan, meliputi sakit pada kepala, leher, dada, punggung, jantung berdebar, sering buang air kecil, perubahan pola makan dan badan sering berkeringat.

b. Aspek Psikologis Kecemasan, meliputi merasa tegang, ketakutan yang tidak rasional, gemetaran dan khawatir.

(10)

6

individu merasa lebih tentram dan lega sehingga dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan karena belum memperoleh pasangan hidup.

Dari uraian di atas maka hipotesis yang diajukan yaitu “Ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita”.

METODE PENELITIAN

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita dewasa sebanyak 100 orang di Pabrik Dan Liris, dengan ciri-ciri yaitu : 1) wanita berusia 25-40 tahun, b) bekerja, c) belum menikah, d) pendidikan minimal SMA.

Dalam mengambil data menggunakan skala dukungan sosial dan skala kecemasan memperoleh pasangan hidup, dan perhitungannya menggunakan metode analisis statistik dengan teknik korelasi

product moment dengan bantuan

program SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui analisis data yang telah dilakukan maka diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,457 ;

p = 0,000 (p < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita, artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita.

(11)

7

Lebih lanjut Sarafino (dalam Sari dan Kuncoro, 2006) menjelaskan bahwa dukungan sosial dapat membantu seseorang dalam menghadapi kecemasan juga dapat mencegah berkembangnya masalah yang timbul.

Dukungan sosial yang diperoleh oleh subyek penelitian tergolong tinggi dengan diperoleh rerata empirik (RE) sebesar 110,17 65% atau 65 orang, dan sangat tinggi sebesar 21% atau 21 orang. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial yang. didapat akan bermanfaat bagi subyek sehingga subyek mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintai dirinya sehingga dapat menguntungkan bagi kesejahteraan subyek yang menerima. Dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga, rekan kerja atau atasan dapat mengurangi kecemasan dalam memperoleh pasangan hidup karena subyek

tersebut tidak merasa sendiri walau belum memiliki pasangan hidup.

(12)

8

Keterkaitan atau hubungan antara variabel dukungan sosial dengan variabel kecemasan memperoleh pasangan hidup seperti yang diungkapkan diatas dapat dilihat dari sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel dukungan sosial kepada variabel kecemasan memperoleh pasangan hidup yaitu berdasarkan pada nilai koefisien determinan (R²) sebesar 0,208 atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sumbangan efektif dukungan sosial terhadap kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita adalah sebesar 20,8%. Berarti masih terdapat 79,2% lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecemasan memperoleh pasangan hidup, seperti obesitas, cacat fisik, lingkungan, dan harga diri.

Kesimpulan yang dapat ditarik bahwa dukungan sosial dengan segala aspek yang terkandung didalamnya memang memiliki kontribusi yang cukup berpengaruh terhadap kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita, meskipun kecemasan memperoleh pasangan hidup tidak hanya dipengaruhi oleh variabel

tersebut. Penelitian ini memiliki kelemahan, diantaranya adalah subyek pada penelitian ini hanya berada dalam ruang lingkup yang kecil yaitu dalam suatu perusahaan yang sama sehingga membuat tiap subyek juga memiliki pekerjaan yang sama, hal ini membuat kurangnya karakteristik dalam hal pekerjaan antara subyek yang satu dengan subyek lainnya. Selain itu dalam pengambilan data tidak dilakukan secara langsung, namun skala hanya dititipkan kepada pihak personalia sehingga apabila subyek mengalami kesulitan dalam mengisi skala tidak dapat langsung bertanya kepada peneliti, dalam pengambilan data ini juga membutuhkan waktu yang lama yaitu sekitar satu bulan karena disebabkan juga oleh kesibukan dari para karyawan, dan aitem-aitem pada skala dukungan sosial yang digunakan dalam penelitian ini masih bersifat umum.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

(13)

9

sosial dengan kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita. Artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah kecemasan memperoleh pasangan hidup, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi kecemasan memperoleh pasangan hidup. Hasil ini dilihat dari besarnya nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh antara variabel dukungan sosial dan kecemasan memperoleh pasangan hidup yaitu sebesar -0,457 dengan p = 0.000 (p < 0,01).

2. Peranan atau sumbangan efektif dukungan sosial terhadap kecemasan memperoleh pasangan hidup yaitu sebesar 20,8% dimana hasil ini dapat dilihat dari nilai R² yang diperoleh sebesar 0,208. 3. Berdasarkan hasil analisis data

maka dapat diketahui bahwa dukungan sosial pada subyek penelitian tergolong tinggi, hasil ini dilihat dari rerata empirik (RE) yang diperoleh sebesar 110,17 dengan rerata hipotetik (RH) sebesar 87,5. Sedangkan kecemasan memperoleh pasangan

hidup pada subyek penelitian tergolong sedang dimana hasil ini diperoleh dari rerata empirik (RE) yaitu sebesar 52,87 dengan rerata hipotetik (RH) sebesar 60.

Dengan demikian saran yang dapat diberikan, yaitu :

1. Bagi Pimpinan dan HRD PT. Dan Liris

Diharapkan turut serta dalam memberikan dukungan, baik dukungan emosional, penilaian, informatif, dan instrumental kepada para karyawan yang belum memperoleh pasangan hidup, dengan adanya dukungan tersebut diharapakan dapat memelihara kondisi psikologis yang baik dari para karyawan sehingga bisa maksimal dalam melakukan pekerjaan.

2. Bagi subyek penelitian

(14)

10

cemas, khawatir, dan takut tidak mendapatkan jodoh karena Allah telah menciptakan manusia secara berpasang-pasangan.

3. Bagi keluarga dan orang-orang terdekat subyek

Diharapkan untuk tetap mempertahankan dukungan yang sudah diberikan selama ini baik dukungan emosional, penilaian, informatif, dan instrumental dengan cara tetap menjaga komunikasi secara intensif, memberi perhatian kepada subyek agar tidak cemas dalam masa penantian memperoleh pasangan hidup.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Jika ada yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sejenis, maka diharapkan dapat menutupi kelemahan yang ada pada penelitian ini dengan cara mengambil data dilakukan secara langsung, memperluas ruang lingkup penelitian serta sampel yang digunakan, atau dapat juga mempertimbangkan variabel lain yang dapat mempengaruhi kecemasan memperoleh pasangan hidup.

(diterjemahkan oleh Dr. Wijaya Kusuma). Jakarta: Interkasara Publisher.

Hartanti. 2002. Peran Sense of humor

dan Dukungan Sosial Pada Tingkat Depresi pada

Penderita Dewasa

Pascastroke. Anima. Vol. 17. No. 2. 107 –119. Indonesian Psychological Journal.

Khairuddin. 2002. Sosiologi Ke I. Jakarta : Liberty.

Sarafino. E. P. 1994. Health Psychology: Biosychosocial Interactions. New York: John Wiley & Sons . Inc.

Sari, E.D, & Kuncoro, J. 2006.

Kecemasan dalam

Menghadapi Masa Pensiun ditinjau dari Dukungan Sosial pada PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Jurnal Psikologi Proyeksi. 1 (1), 37-45.

(15)

11

Wade, C & Travis, C. 2007.

Psikologi. Edisi Kesembilan. Jilid 2. (terjemahan : Padang Mursalin dan Dinastuti). Jakarta : Erlangga.

Yulianingsih, E. 2008. Hubungan antara obesitas dengan kecemasan memperoleh pasangan hidup pada perempuan dewasa awal.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan adalah adanya dukungan sosial yang berupa dukungan secara emosional dari suami terhadap istri, maupun sebaliknya

ABSTRAK ... Latar Belakang Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian .... Pengertian Burnout ... Aspek-Aspek Burnout ... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Burnout ...

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam menghadapi SBMPTN. Teknik pengambilan sampel dalam

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wangmuba (dalam Fadly, 2010), yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan terhadap dunia

Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa penyandang cacat mengalami kecemasan akan penolakan keluarga dan lingkungan pasangannya, usia yang semakin bertambah dan

HubWJgan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan Tidak Mendapatkan Pasangan Hidup pada Wanita Lajang yang Beketja ... METODE

1) Faktor latar belakang dan pengalaman individu di rumah. Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa individu. Kondisi di rumah mempengaruhi pribadi

Faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy menurut Bandura meliputi: (1) pengalaman keberhasilan (mastery experience), yang mana jika individu sempat mengalami