• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Analisa Penyusutan Dan Areamachining Pada Proses Casting Untuk Pola Dies (Pattern) Fender Mini Truck Esemka Sang Surya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Analisa Penyusutan Dan Areamachining Pada Proses Casting Untuk Pola Dies (Pattern) Fender Mini Truck Esemka Sang Surya."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

ANALISA PENYUSUTAN DANAREA MACHINING PADA PROSES CASTING UNTUK POLA DIES (PATTERN) FENDER MINI TRUCK

ESEMKA SANG SURYA

Disusun Sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh: KHOIRUDIN YUNIANTO

D200070003

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

1

ANALISA PENYUSUTAN DANAREA MACHINING PADA PROSES CASTING UNTUK POLA DIES (PATTERN) FENDER MINI TRUCK

ESEMKA SANG SURYA

Khoirudin Yunianto, Bambang Waluyo Febriantoko, Bibit sugito Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A.Yani Tromol Pos l Pabelan, Kartasura Email : Gustha55@Yahoo.Co.Id

ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa dan menghitung penambahan ukuranpada pembuatan pola dies sebagai pembantu proses pembuatan komponen pada mobil mini truck esemka sang surya. Salah satunya pada pembuatan fender. Dengan menggunakan proses ini membantu dalam kemudahan pembuatan komponen dan peningkatan hasil produksi dalam jumlah banyak.

Pembuatan pola ini dikerjakan dengan cara membuat gambar kerja terlebih dahulu dengan bantuan komputer, yaitu dengan autocad sebagai aplikasinya, kemudian pola dibuat dengan cara manual sesuai dengan gambar kerja yang telah ditentukan ukurannya.Material y ang digunakan berupa styrofoam.

Hasildananalisadaripenelitianinimendapatkanhasil hasilsebagaiberikut:

untukmengatasipenyusutanukuranbendacoranmakaperlupenambahanukur anpadapola dies sebesar 0,0 16 mm untukbaja cor sedangdan 0,025 mm untukbajacortebaldariukuransebenarnya, dan penambahan ukuran untuk proses permesinan atau machining yaitu sebesar 4,3 mm untukbaja cor sedang dan12 mm untukbaja cor besardariukuransebenarnya.

(3)
(4)

3 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring berkembangnya sumber daya manusia (SDM) terutama pada bidang manufaktur, telah dikembangkan pembuatan mobil nasional (mobnas) diantaranya mobil nasional (mobnas) esemka

sang surya. Seperti diketahui sebuah mobil terdiri lebih dari 1000 komponen. Ko mponen vital yang bertugas menopang dan memperkuat serta membentuk kendaraan (body) merupakan komponen yang terdiri dari susunan panel – panel yang terbuat dari plat dengan ketebalan tertentu. Komponen – komponen ini diproses dalam sebuah alat cetek (dies)

dengan bantuan mesin pres sebagai pemberi tekanan. Terutama dalam pembuatan fender pada mobil

esemka sang surya, Dengan

menggunakan peralatan ini membantu dalam kemudahan pembuatan komponen dan peningkatan hasil produksi dalam jumlah banyak.

Proses pembuatan dies

memiliki alur yang panjang. Dari alur pendesainan, pembuatan pola (pattern), pengecoran (casting), hingga akhirnya di rakit (assembly), dan uji coba (tryout). Didalam pembuatan pola terdapat dua macam cara pembuatan pola (pettern) dies.

Metode manual adalah metode pembuatan pola (pattern)

dies dengan menyusun bagian – perbagian kontruksi pola dari potongan styrofoam dengan cara di lem berdasarkan gambar.

Batasan Masalah

Pembatasan masalah yang akan dipaparkan dalam tugas akhir ini mengambil kasus perancangan pembuatan pola (pattern) dies fender dengan menggunakan bahan

styrofoam dengan density /

kekerasan 50, pembuatan pola (pattern) dengan cara manual. Dengan harapan dari pembahasan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pembuatan pola (pattern) dies. Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari perancangan dan pambuatan pola (pattern) dies adalah :

a. Untuk mengetahui nilai penambahan penyusutan pada proses pengecoran. b. Untuk menentukan nilai

penambahan area machining dalam proses permesinan

Manfaat Penelitian

Manfaat bagi penulis dalam penelitian ini adalah : a. Mendapatkan ilmu

pengetahuan baru tentang pembuatan pola(pattern). b. Sebagai dasar pemahaman

kontruksi dies secara umum melalui desain yang tepat dan pengalaman kenyataan di lapangan.

(5)

4 Tinjauan Pustaka

Menurut surdia (2000), telah dikatakan bahwa ketika pengocoran logam pertama kali ditemukan di Mesopotamia, logam cair dituang ke dalam pasir, kemudian seperti halnya cara baru, dicari akal untuk menuang logam cair ke dalam rongga yang dibuat dalam batu. Bahan batu tersebut adalah pasir, batu gamping, atau serpentin yang mudah diolah, kadang-kadang dipergunakan juga tanah liat untuk menguatkankan. Selain dari pada cara mengukir batu atau membuat cetakan dari tanah, dikembangkan juga cara-cara membuat cetakan dengan pola. Pola ditutup oleh campuran tanah pasir dan tanah liat yang kemudian dipanaskan agar pola mencair dan terbuat maka membentuk rongga cetakan cara tersebut merupakan dasar dari pengecoran.

Pengecoran logam merupakan salah satu proses pembentukan logam dengan menggunakan cetakan yang kemudian diisi dengan logam cair. Pada proses pengecoran logam bahan baku dicairkan dengan cara memenaskannya hingga mencapai titik lebur, kemudian cairan logam ini di tuangkan kedalam rongga cetakan yang telah disediakan sebelumnya. Logam cair dibekukan dengan cara membiarkannya didalam

rongga cetakan selama beberapa lama. Setelah benda cair membeku seluruhnya maka cetakan dapat di bongkar.

Dasar Teori

Pengertian Pengecoran

Proses pengecoran pada dasarnya ia lah penuangan logam cair kedalam cetakan yang telah terlebih dahulu dibuat pola,hingga logam cair gersebut membaku dan dipindahkan dari cetakan. Jenis – jenis pengecoran :

a. Sand casting yaitu jenis pengecoran dengan menggumakan cetakan pasir. Jenis pengecoran ini paling banyak dipakai karena biayanya murah dan menghasilkan benda coran berkapasitas berton – ton. b. Centrifugal cesting yaitu jenis

pengecoran dimana cetakan diputar bersamaan dengan penuangan logam cair kedalam cetakan. Dengan tujuan agar logam cair tersebut terdorong oleh gaya sentrifugal akibat berputarnya cetakan.

c. Die cesting yaitu jenis pengecaran yang cetakannya terbuat dari logam.sehingga cetakannya dapat digunakan berulang – ulang.

(6)

5 Pengecoran Dengan Pola Busa ( Lost Foam Casting )

Varian menarik pengecoran pasir memanfaatkan cetakan sekali pakai dengan pola sekali pakai yang terbuat dari busa polystyrene. Proses ini menggunakan cetakan pasir yang dikemas di sekitar pola busa polystyrene yang menguap ketika logam cair dituangkan ke dalam cetakan. Proses dan variasi itu dikenal dengan nama lain, proses hilang busa, proses pola hilang, proses busa evaporasi. Bentuk yang sangat kompleks dapat dibuat dan pengalir serta lain-lain dapat ditempatkan dengan leburan panas atau semen karet. Proses ini memberikan keleluasaan kebebasan bentuk tanpa bentukan jalan bebas karena pola akan tertinggal di dalam cetakan dan selanjutnya akan menguap dan terbakar selama pengecoran.

Pengertian Pola

Pola adalah sebuah bentuk dan ukuran benda yang menyerupai dengan bentuk asli benda yang dikehendaki, dimana pola ini yang nantinyaakan dibentuk pada cetakan pasir.Pola yang dipergunakan untuk pembuatan cetakan benda coran, dapat digolongkan menjadi pola logam dan pola kayu ( termasuk pola plastik).

Bahan dari pola logam bisa bermacam -macam

sesuai dengan penggunaannya. Sebagai contoh, logam tahan panas seperti : besi cor, baja cor daan paduan tembaga adalah cocok untuk pola pada pembuatan cetakan kulit, sedangkan paduan ringan, adalah mudah diolah dan dipilih untuk pola yangdipergunakan dalam masa produksi di mana pembuatan cetakan dilakukan dengan tangan. Macam Pola

Pola mempunyai berbagai macam bentuk. Pada pemilihan macam pola harus diperhatikan produktivitas, kualitas coran dan harga pola.

a. Pola pejal

Pola pejal yaitu pola yang biasa dipakai, dimana bentuknya hampir serupa dengan bentuk coran. Pola pejal terdiri dari :

1) Pola tunggal.

(7)

6

Gambar 1. Pola tunggal 2) Pola belahan.

Dibelah di tengah untuk memudahkan pembuatan cetaakan.Permukaan

pisahnya kalau mungkin dibuat satu bidang.

Gambar 2. Pola belahan 3) Pola setengah.

Dibuat untuk coran di mana kup dan dragnya simetri terhadap permukaan pisah. Kup dan drag dicetak hanya dengan setengah pola, sehungga harga pola setengah dari harga pola tunggal.

Gambar 3. Pola setengah

4) Pola belahan banyak.

Pola dibagi menjadi tiga belahatau lebih untuk memudahkan penarikan dari cetakan dan untuk

penyerderhanaan pemasangan inti.

Gambar4. pola plat banyak 5) Pola penarikan terpisah.

Pola ini dipakai untuk pola berukuran besar atau untuk cetakan jenis mengeras sendiri.

Gambar 5. Pola penarikan terpisah

(8)

7 Gambar 6. Pola penarian

sebagian

b. Pola pelat pasangan.

Merupakan pelat dimana pada kedua belahnya ditempelkan pola sedemikian juga saluran turun,pengalir, saluran masuk, dan penambah, biasanya dibuat dari logam atau plastik.

Gambar 7. Pola plat pasang

c. Pola pelat kup dan drag. Pola dilekatkan pada dua pelat demikian juga saluran, turun mengakir, saluran masuk, dan penambah.Pelat tersebut ialah pelat kup dan pelat drag. Kedua pelat dijamin oleh pena agar bagian atas dab bawah dari coran menjadi cocok.

Gambar 8. Pola plat kup dan drag

d. Pola cetakan sapuan. Dibentuk dari coran silinder atau bentuk benda putar. Pembuatan cetakan dilakukan dengan memutar penggeret di sekeliling pemutar.

Gambar 9. Pola cetakan sapuan

e. Pola penggeret dengan penuntun.

(9)

8 Gambar 10. pola penggeret dengan penuntun

Perencanaan Pola

Pola menentukan dari hasil coran,oleh karena itu duperlukan dasar – dasar pengetahuan tentang perancangan. Sebelum kita membuat pola terlebih dahulu memerlukan gambar rancangan.Dalam perencaan pola untuk pengecoran harus mempertimbangkan banyak faktor. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

Daftar 1. Tambahan penyusutan yang disarankan

Tambahan

penyusutan Bahan

8/1.000 Besi cor, baja cor tipis

9/1.000 Besi cor, baja cor tipis yang banyak menyusut

10/1.000 Sama dengan atas dan aluminium

12/1.000 Paduan aluminium, brons, baja cor (tebal 5-7 mm)

14/1.000 Kuningan kekuatan tinggi, baja cor

16/1.000 Baja cor (tebal lebih dari 10 mm)

20/1.000 Coran baja yang besar

25/1.000 Coran baja besar dan tebal Dari tabel diatas dapat di asumsikan kedalam rumus :

?L = L + 25/1000 ?L = L + 16/1000

Dimana :

?L= besarnya penyusutan

L= ukuran sebenarnya

a. Kelebihan untuk pemesinan

(10)

Dari tabel diatas dapat di asumsikan kedalam rumus : Area machining = ?L + 4,3 mm Dimana :

?L = Besarnya penyusutan 4,3mm = tambahan ukuran untuk baja sedang

12mm = untuk baja tebal

Metodologi Penelitian

tidak

Ya

Y a

Gambar 11.FlowChart Metode Penelitian.

Keterangan dari flow chart di atas antara lain :

a. Metode studi pustaka dan Penulis mencari dasar-dasar yang dibuat sebagai referensi yang berhubungan dengan pembuatan pola atau pattren.

b. Metode survei lapangan atau observasi, penulis

Mulai

Survei Studi Pustaka

Perancangan, perhitungan dan desain Pattern atau pola

Pembuatan

Hasil sesuai desain

Machining

Kesimpulan

(11)

10 melakukan survei dengan mengamati dan memperoleh data-data objek secara langsung. c. Tahap perancangan,

yaitu desain pola atau pattren berdasarkan aspek-aspek

standarisasi industri manufaktur.

d. Tahap pembuatan dilakukan dengan proses

manual,dilakukan rumah produksi di kaliwungu, kendal, jawa tengah. e. Tahap permesinan di

lakukan di PT Tossa Sakti kaliwugu,kendal, jawa tengah.

Alat dan Bahan Bahan

Bahan – bahan yang dipakai untuk membuat pola atau pettern fender mobil esemka sang surya antara lain:

a. Styrofoam

Styrofoam ini adalah bahan utama untuk pembuatan pola atau pettern fender untuk mobil esemka sang surya.

Gambar 12.Styrofoam b. Lem kayu

Lem kayu ini digunakan untuk menyatukan bagian – bagian styrofoam yang telah di ptong sehingga membentuk pola atau pettern fender esemka sang surya.

.Gambar 13.Lem Kayu c . Paku

Paku ini digunakan untuk mengencangkan bagian – bagian dari styrofoam yang sudah di lem dengan lem kayu.

(12)

11 Alat – Alat yang

Digunakan

Alat – Alat yang dipakai untuk membuat pola atau pettern fender mobil esemka sang surya antara lain:

a. Gergaji

Gergaji ini digunakan untuk memotong styrofoam.

Gambar 15.Gergaji. b. Amplas

Amplas ini digunakan untuk menghaluskan

styrofoam yang telah di potong menggunakan gergaji.

Gambar 16.Amplas. c. Pemotong Styrofoam

Alat ini digunakan untuk memotong styrofoam yang sulit untuk dipotong menggunakan gergaji.

Gambar17.Pemotong Styrofoam.

Cara membuat pola

1. Persiapkan lembaran – lembaran styrofoam. 2. Beri ukuran – ukuran

padastyrofoam sesuai dengan gambar kerja. 3. Potong styrofoam yang

sudah dikasih ukuran. 4. Gabungkan potongan –

potongan styrofoam dengan menggunakan lem kayu.

5. Beri paku pada gabungan – gabungan stryrofoam yang sudah di lem,supaya lebih kuat.

6. Selesai.

(13)

12 Gambar 18. Machining

Hasil dan Pembahasan Perhitungan Penyusutan (Shrinkage)

Dari hasil pembuatan pettern fender mobil esemka sang surya diketahui bahwa setelah dingin terjadi penyusutan. Pengukuran penyusutan dilakukan untukmengetahui

prosentase perubahan dimensi bentuk produk. Pengukurandimensi

penyusutan meliputi pengukuran arah panjang lebar dan tinggi.

Perhitungan penambahan ukuran untuk penyusutan dan penambahan untuk area machining pada Upper Dies Fender.

Hasil perhitungan upper dies

Upper d ies

L (m m )

?L(m m )

Penam bahan unt uk

Perhitungan penambahan ukuran untuk penyusutan dan penambahan untuk area machining pada lower Dies Fender.

Hasil perhitungan lower dies

Lower M achining

(14)

13 Perhitungan penambahan ukuran untuk penyusutan dan penambahan untuk area machining pada blank holder

Hasil perhitungan blank holder

Blank

Machining 4

158,6 158,866 163,116

Perhitungan penambahan ukuran untuk penyusutan dan penambahan untuk area machining pada Guide heel.

Hasilperhitungan guide heel

Guide

Kesimpulan dan saran kesimpulan

Dari hasil analisa pengujian serta pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

(15)

14 2. Untuk proses machining /

permesinan perlu menambahkan ukuran pada pola dies fender esemka sang surya sebesar 12 mm untuk baja tebal dan 4,3 untuk baja sedang dari ukuran sebenarnya.

Saran

1. Dalam pembuatan pola harus benar – benar diperhatikan ketelitian dimensinya. Hal ini untuk menghindari kesalahan dimensi serta kemudahan perakitan.

2.Didalam pembuatan komponen pola hendaknya harus memperhatikan ketentuan – ketentuan yang standar dan berdasarkan data – data observasi dari lapangan maupun dari buku.

(16)

15

DAFTAR PUSTAKA

Akbar Saiful, 2009, Tugas Akhir: Perancangan dan pembuatan rumah pompa sentrifugal dengan kapasitas ? ? ? ?/ jam air dengan proses

pengecoran menggunakan cetakan pasir. Universitas Sumatra Utara,

Medan.

Black J T, 2013, Materials and processes in manufacturing. Wiley. Singapure.

http://ft.unsada.ac.id/wp-content/uploads/2008/04/bab2-proses

pengecoran.pdf. Diakses 12 september 2013.

http://tm -lanjut.lab.gunadarma.ac.id/wp

content/uploads/2011/07/modul-praktikum-pengecoran-logam.pdf.Diakses 19 september

2013.

http://xa.yimg.com/kq/groups/56882468/137280694/name/Pengecoran

Logam1.pdf. Diakses 17 september 2013.

Kalpakjian serope, 2003, Manufacturing processes for engineering materials. Prentice Hall, U.S.A.

Leman Arianto, 2010, Tugas Akhir : Kontruksi coran dan perancangan

pola. Universitas Negeri Yogyakarta, yogyakarta. Schey John A, 2011, Proses Manufactur. Andi, yogyakarta.

Surdia tata dan Kenji chijiiwa, 2000, Teknik Pengecoran Logam. PT

Gambar

Gambar 5.
Gambar 8. Pola plat kup
Gambar 11.FlowChart Metode
Gambar 12.Styrofoam
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil keluaran dari operator Laplacian of Gaussian, h(x, y), didapatkan dari operasi konvolusi. Filter Gaussian adalah salah satu filter linear dengan nilai pembobotan

Penelitian ini bertujuan mengukur dan membandingkan viabilitas bakteri dari formula biofilm A8 dalam bentuk kemasan plastik dan alumunium foil yang disimpan pada suhu kulkas dan

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh cara penanganan daging ikan patin terhadap perubahan mutu bahan baku selama penyimpanan beku serta hubungannya dengan sifat

Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi mengajar dan persepsi atas lingkungan sekolah, secara bersama- sama, memiliki pengaruh yang signiikan terhadap kinerja guru..

According to those reasons the researcher would like to analyze Quest for meaning of life Jane Eyre in Charlotte Bronte’s novel based on An Existentialist Criticism..

Hasil pengujian menggunakan chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta terhadap tindakan swamedikasi

Hasil pengujian torsi Maksimum (Nm) dari penggunaan koil dan busi standar dan Racing dengan bahan bakar premium, pertalite, pertamax 92 dan pertamax plus.. perpustakaan.uns.ac.id

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat tiga pola rehabilitasi lahan yakni: (a) pola rehabilitasi lahan hutan lindung, (b) pola rehabilitasi lahan hutan