ANALISIS KONTRASTIF GAYA BAHASA PADA PERIBAHASA MANDARIN DAN INDONESIA
BERUNSUR NUMERAL
汉印数字成语的修辞格对比分
(hàn yìn shùzì chéngyǔ de xiūcí gé duìbǐ fēn)
SKRIPSI
OLEH:
NURUL SYAINDAH 150710034
PROGRAM STUDI BAHASA MANDARIN FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahun saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 9 Januari 2020
Nurul Syaindah 150710034
ANALISIS KONTRASTIF GAYA BAHASA PADA PERIBAHASA MANDARIN DAN INDONESIA BERUNSUR
NUMERAL
汉印数字成语的修辞格对比分
(hàn yìn shùzì chéngyǔ de xiūcí gé duìbǐ fēn)
NURUL SYAINDAH 150710034
ABSTRAK
Judul penelitian ini adalah Analisis Kontrastif Gaya Bahasa pada Peribahasa Mandarin dan Indonesia berunsur Numeral. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis gaya bahasa yang terdapat pada peribahasa Mandarin dan Indonesia yang berunsur numeral serta mendeskripsikan persamaan dan perbedaan gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia yang berunsur numeral. Adapun teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori stilistika/gaya bahasa dan teori linguistik kontrastif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 21 peribahasa Mandarin dan 21 peribahasa Indonesia yang berunsur numeral. Penelitian ini mengambil sumber data melalui http://story.beva.com/cheng-yu dan Himpunan Lengkap Peribahasa Nusantara serta sumber data primer lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 7 jenis gaya bahasa yang terdapat pada peribahasa Mandarin yaitu jǐngcè, wǎnqū, kuāzhāng, páibǐ, duì'ǒu, fǎnyǔ, serta jièyù dan 6 jenis gaya bahasa yang terdapat pada peribahasa Indonesia yaitu simile, hiperbola, epitet, paradoks, alegori dan ironi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat 3 persamaan dan 10 perbedaan gaya bahasa yang terdapat pada peribahasa Mandarin dan Indonesia yang berunsur numeral.
Kata kunci : linguistik kontrastif, gaya bahasa, peribahasa, numeral
ANALYSIS CONTRASTIVE OF LANGUAGE STYLE ON NUMERAL ELEMENT INDONESIA AND CHINESE
PROVERB
汉印数字成语的修辞格对比分
(hàn yìn shùzì chéngyǔ de xiūcí gé duìbǐ fēn)
NURUL SYAINDAH 150710034
ABSTRACT
The title of this research is analysis contrastive of language style on numeral element Indonesia and Chinese proverb. This research aims to describe the types of language style on numeral element Indonesia and Chinese proverb and describe the similarities and differences of language styles on numeral element Indonesia and Chinese proverb. The theory used in this research is stylistic theory / language style and contrastive linguistic theory. The research method used in this research is descriptive qualitative method. The data used in this research were 21 Chinese proverbs and 21 Indonesian proverbs are numeral element. This research takes data sources through the http://story.beva.com/cheng-yu and Himpunan Lengkap Peribahasa Nusantara and other primary data sources. The results of this research indicate there are 7 types of language styles found in Mandarin proverbs are jǐngcè, wǎnqū, kuāzhāng, páibǐ, duì'ǒu, fǎnyǔ, and jièyù and 6 types of language styles that are found in Indonesian proverbs are simile, hiperbola, epitet, paradoks, alegori and ironi. The results of this research also indicate there are 3 similarities and 10 differences of language styles found on numeral element Indonesia and Chinese proverb.
Keywords : contrastive linguistics, language style, proverb, numeral
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta‘ala yang telah melimpahkan kasih sayang dan rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan Judul ―Analisis Kontrastif Gaya Bahasa pada Peribahasa Mandarin dan Indonesia berunsur Numeral‖. Skripsi ini diajukan
kepada Panitia Ujian Program Studi Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi salah satu syarat ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Budaya Program Studi Bahasa Mandarin di Universitas Sumatera Utara (USU).
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, dan doa kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan segenap hati ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Mhd Pujiono, M.Hum., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL, selaku Sekretaris Program Studi Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Vivi Adryani Nasution, S.S., MTCSOL, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan
memberikan arahan serta masukan selama proses penyelesaian skripsi dari awal hingga akhir. Tiada kata yang bisa mewakili rasa terima kasih penulis kepada beliau yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Tengku Kasa Rullah Adha, S.S., MTCSOL selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah memberikan dukungan dan pengarahan selama masa perkuliahan di Program Studi Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar di Program Studi Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Ibunda Junaida yang penulis sayangi yang telah mendidik penulis serta selalu memberikan doa dan dukungan baik materi maupun spiritual serta motivasi dan juga nasihat. Kepada Almarhum Ayahanda Ali Indra yang penulis sayangi yang telah mendidik penulis serta selalu memberikan doa dan dukungan baik materi maupun spiritual serta motivasi dan juga nasihat selama masa hidupnya. Serta kakak Putri, adik Intan dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat, dukungan dan do‘anya kepada penulis.
8. Sahabat terbaik penulis yang penulis sayangi Mega, Nuri, Lia, Yolanda, Zahara, Tiwi, Dila, Jejes, Doni, Tari, Nanda, Regita, Ulan, Akhiria, Icha, dan Putri yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis serta
memberikan masukan, nasihat, semangat dan dukungannya serta arahan selama masa perkuliahan dan selama proses penyelesaian skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman stambuk 2015 serta adik-adik stambuk 2016, 2017, 2018 yang telah menjadi keluarga penulis di Program Studi Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
10. Seluruh teman-teman KKN Regular 4 Batubara 2018 Universitas Sumatera Utara yang telah menjadi keluarga Penulis selama masa KKN dan seterusnya yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat memberikan dorongan pada penelitian-penelitian selanjutnya.
Medan, Januari 2020 Penulis,
Nurul Syaindah
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
PRAKATA ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Batasan Masalah... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Konsep... 9
2.1.1 Linguistik Kontrastif ... 10
2.1.2 Peribahasa ... 10
2.1.3 Gaya Bahasa ... 11
2.2 Landasan Teori ... 11
2.2.1 Analisis Kontrastif ... 11
2.2.2 Gaya bahasa pada Bahasa Indonesia ... 11
2.2.2.1 Gaya bahasa Retoris ... 12
2.2.2.2 Gaya bahasa Kiasan... 17
2.2.3 Gaya bahasa pada Bahasa Mandarin ... 21
2.3 Tinjauan Pustaka ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
3.1 Metode Penelitian... 37
3.2 Data dan Sumber data ... 38
3.4 Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 40
4.1 Hasil ... 40
4.2 Pembahasan ... 40
4.2.1 Gaya bahasa pada peribahasa Mandarin ... 41
4.2.1.1.Gaya bahasa jǐngcè (警策 jǐngcè) ... 41
4.2.1.2.Gaya Bahasa wǎnqū (婉曲 wǎnqū) ... 51
4.2.1.3.Gaya Bahasa hiperbola (夸张 kuāzhāng) ... 65
4.2.1.4.Gaya bahasa páibǐ (排比 páibǐ) ... 75
4.2.1.5.Gaya Bahasa paralisme (对偶 duì‟ǒu) ... 78
4.2.1.6.Gaya Bahasa ironi (反语 fǎnyǔ) ... 82
4.2.1.7.Gaya Bahasa jièyù (借喻 jièyù)... 84
4.2.2 Gaya bahasa pada peribahasa Indonesia ... 87
4.2.2.1. Gaya bahasa persamaan atau Simile ... 87
4.2.2.2. Gaya bahasa hiperbola... 90
4.2.2.3. Gaya bahasa epitet ... 91
4.2.2.4. Gaya bahasa paradoks ... 92
4.2.2.5. Gaya bahasa alegori... 94
4.2.2.6. Gaya bahasa ironi ... 99
4.2.3 Persamaan gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia ... 101
4.2.3 Perbedaan gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia ... 102
BAB V PENUTUP ... 106
5.1 Simpulan ... 106
5.2 Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 109
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2.1 Jenis gaya bahasa pada peribahasa Mandarin Tabel 4.2.2 Jenis gaya bahasa pada peribahasa Indonesia
Tabel 4.2.3 Persamaan gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia Tabel 4.2.4 Perbedaan gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Bahasa merupakan sistem bunyi atau urutan bunyi vokal yang terstruktur yang digunakan atau dapat digunakan dalam komunikasi internasional oleh kelompok manusia dan secara lengkap digunakan untuk mengungkapkan sesuatu, peristiwa, dan proses yang terdapat di sekitar manusia (Carol, 1961:10).
Pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
Salah satu cara berkomunikasi menggunakan bahasa kiasan yaitu dengan menggunakan peribahasa. Ketika menyampaikan maksud dalam berkomunikasi dengan lawan bicara dengan menggunakan peribahasa, pembicara dapat mengungkapkannya secara tidak langsung.
Chaer (2009:76) juga mengatakan penyampaian secara langsung adalah ketika pembicara secara lugas dan jelas mengungkapkan maksud yang ingin disampaikan, sedangkan secara tidak langsung pembicara bisa mengungkapkan maksud melalui peribahasa.
Menurut Kamus Linguistik, peribahasa diartikan kalimat atau penggalan kalimat yang telah membeku bentuk, makna dan fungsinya dalam masyarakat;
bersifat turun-temurun; dipergunakan untuk menghias karangan atau percakapan,
penguat maksud karangan, pemberi nasihat, pengajaran atau pedoman hidup.
(Kridalaksana, 1984:152).
Jika di dalam bahasa Indonesia ungkapan yang memiliki bahasa kiasan disebut juga dengan peribahasa, sama halnya di dalam bahasa Mandarin.
Ungkapan peribahasa dalam bahasa Mandarin disebut juga dengan sebutan
―Chéngyǔ” 成语.
Dalam kamus 中国汉语水平考 试词 汇大纲 zhōngguó hànyǔ shuǐpíng kǎoshì cíhuì dàgang (2000:171): ―成语是人们长期以来习用的、简洁精辟的定 型词组或短句。汉语的成语大多由四个字组成‖chéngyǔ shì rénmen chángqī yǐlái xíyòng de 、jiǎnjié jīngpì de dìngxíng cízǔ huòduǎnjù. Hànyǔ de chéngyǔ dàduō yóu sì gè zì zǔchéng. Artinya peribahasa adalah frasa atau klausa yang sangat sering digunakan oleh masyarakat zaman dahulu, bentuknya ringkas, pendek dan teratur. Peribahasa dalam bahasa Mandarin kebanyakan terbentuk dari empat karakter Tiongkok. Di dalam peribahasa, bahasa yang digunakan memiliki gaya bahasa tersendiri yang kadang kala membuat pembaca sulit mengetahui maksud dari peribahasa itu sendiri. Gaya bahasa yang digunakan dalam peribahasa pun memiliki gaya bahasa yang beragam.
Tarigan (1985:5) mengatakan gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
Dalam buku 修辞学发凡xiūcíxué fāfán (1997:71), gaya bahasa adalah “ 人们在长期的语言交际过程中,在本民族语言特点的基础上,为提高语达效 果而形成的格式化的方法、手段” yang artinya ―sebuah cara atau metode yang terbentuk dari proses komunikasi bahasa manusia, demi meningkatkan hasil penyampaian bahasa tersebut‖.
Peribahasa sendiri terbentuk dari berbagai unsur, misalnya saja unsur unsur binatang, tumbuhan, alam, numeralia dan manusia. Dari sekian banyak unsur dalam peribahasa, penulis memilih unsur numeral sebagai bahan penelitian.
Unsur numeral sendiri merupakan satuan angka yang menentukan kuantitas dalam jumlah yang banyak maupun sedikit. Tak hanya itu, sering kali juga numeralia dijadikan sebagai simbol dalam menentukan hal baik maupun hal buruk.
Peribahasa yang terbentuk melalui unsur numeral pun tentu memiliki persamaan dan perbedaan, terlebih lagi jika peribahasa Mandarin dan Indonesia, apakah numeral menentukan kesamaan atau tetap memiliki perbedaan gaya bahasa yang terdapat dalam peribahasa Mandarin dan Indonesia, hal tersebut yang mendasari penulis untuk menjadikan peribahasa Mandarin dan Indonesia berunsur numeral sebagai bahan penelitian. Kesamaan dan perbedaan yang terdapat pada unsur dua bahasa yang berbeda biasa di sebut dengan lingusitik kontrastif.
Linguistik kontrastif adalah ilmu yang membandingkan dua bahasa yang berbeda yaitu antara bahasa pertama dengan bahasa kedua, dimana perbandingan tersebut akan menunjukkan persamaan dan perbedaan yang terdapat pada bahasa pertama dan bahasa kedua.
Misalnya contoh (1) pada peribahasa Mandarin
1. “一箭双雕”yī jiàn shuāng diāo
Peribahasa di atas memiliki arti makna leksikal ―sekali memanah, kena dua burung‖. Peribahasa tersebut memiliki makna gramatikal ―sekali melakukan pekerjaan, terselesaikan beberapa tugas‖.
Dalam peribahasa ini menggunakan gaya bahasa ( 夸 张 kuāzhāng ) hiperbola karena melebih-lebihkan sesuatu. Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Hiperbola merupakan pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Maksudnya adalah sepatah kata yang diganti dengan kata lain yang memberikan pengertian lebih hebat daripada kata lain. Penjelasannya bagaimana mungkin hanya dengan sekali memanah bisa terkena dua burung, karena pada dasarnya anak panah tak bisa berbelok sesuai dengan keinginan kita.
Contoh (2) pada peribahasa Indonesia 2. baunya satu tahun pelayaran
Peribahasa di atas memiliki arti berbau sangat busuk
Dalam peribahasa ini menggunakan gaya bahasa hiperbola karena melebih-lebihkan sesuatu. Bagaimana mungkin sebuah bau mampu bertahan sampai satu tahun pelayaran, tentu lama kelamaan sebuah bau akan menghilang tak sampai satu tahun bahkan satu bulan saja.
Dari kedua peribahasa tersebut memiliki persamaan menggunakan gaya
pada gaya bahasa hiperbola tersebut juga menggunakan unsur numeral yang sama yaitu, “一”yang artinya ―satu‖.
Namun demikian memiliki perbedaan pada objek yang digambarkan, jika pada peribahasa Mandarin menggunakan objek ―dua burung‖ untuk melebihkan sesuatu seperti pada kata “sekali memanah, kena dua burung”, sedangkan pada peribahasa Indonesia menggunakan jumlah waktu yang berlebih untuk melebihkan sesuatu seperti pada kata baunya satu tahun pelayaran, karena pada dasarnya bau tak mungkin bisa bertahan sampai satu tahun.
Dari contoh di atas kita dapat mengetahui bahwa Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) memiliki gaya bahasanya sendiri yang membuat gaya bahasa pada peribahasa dari kedua negara tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Untuk itu penulis tertarik menganalisis kontrastif gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia berunsur numeral.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis memilih judul ―Analisis Kontrastif Gaya Bahasa pada Peribahasa Mandarin dan Indonesia berunsur Numeral‖
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah tulisan singkat berupa pertanyaan yang biasanya terletak di awal laporan atau proposal dan biasanya terletak setelah latar belakang yang dijelaskan dalam laporan tersebut. Rumusan masalah digunakan untuk menjelaskan masalah atau isu yang dibahas dokumen tersebut kepada para pembaca.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka penulis merumuskan sebagai berikut :
1. Jenis gaya bahasa apa saja yang terdapat pada peribahasa Mandarin dan Indonesia berunsur numeral?
2. Bagaimana perbedaan dan persamaan gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia berunsur numeral?
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan ruang lingkup dari suatu masalah atau suatu upaya untuk membatasi ruang lingkup suatu masalah yang cukup luas agar tidak terjadinya kesimpangsiuran masalah yang akan di teliti sehingga suatu penelitian bisa lebih fokus.
Pada penelitian kali ini, penulis akan meneliti gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan peribahasa Indonesia yang hanya menggunakan unsur numeral.
Penulis akan meneliti jenis-jenis gaya bahasa yang terdapat pada peribahasa Mandarin dan peribahasa Indonesia yang menggunakan unsur numeral. Setelah menganalisis jenis-jenis gaya bahasa pada keduanya, penulis akan mendeskripsikan persamaan dan perbedaan gaya bahasa yang terdapat dalam peribahasa Mandarin dan peribahasa Indonesia yang hanya menggunakan unsur numeral.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan suatu penelitian biasanya dirumuskan dalam bentuk suatu pernyataan yang konkret serta dapat dirumuskan. Oleh karena, berdasarkan
rumusan masalah yang telah dibuat, maka penulis akan memaparkan tujuan penelitian berikut :
1. Mendeskripsikan jenis gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia berunsur numeral.
2. Mendeskripsikan perbedaan dan persamaan gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia berunsur numeral.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis
Berikut manfaat yang diperoleh dari penelitian tentang Analisis kontrastif gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia adalah :
1. Untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan menambah wawasan khususnya terhadap studi tentang gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia.
2. Bagi penulis sendiri untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang kontrastif gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia.
3. Bagi pembelajar bahasa Mandarin, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya khususnya dalam studi gaya bahasa peribahasa Mandarin serta analisis kontrastif.
4. Penelitian ini diharapkan bisa berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetehuan khususnya dalam bidang analisis kontrastif, gaya bahasa serta peribahasa Mandarin dan Indonesia.
1.5.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian tentang Analisis kontrastif gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia adalah :
1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang peribahasa Mandarin dan Indonesia khususnya pada gaya bahasa yang digunakan.
2. Agar individu-individu dapat mengetahui persamaan dan perbedaan gaya bahasa yang terdapat pada peribahasa Mandarin dan Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab II ini, peneliti akan memaparkan beberapa hal masuk ke dalam cakupan dari bab II. Cakupan yang pertama adalah konsep. Peneliti akan menjelaskan dan memaparkan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Cakupan yang kedua yaitu landasan teori. Penulis akan memaparkan landasan teori, karena landasan teori merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Melalui landasan teori, penulis akan dapat melakukan penelitian dengan mudah sesuai dengan kajian bidang ini dan menerapkanya dalam melakukan penelitian ini. Dan cakupan yang ketiga yaitu tinjauan pustaka. Penulis akan memaparkan atau mengemukakan penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai referensi atau patokan dalam melakukan penelitian ini. Penelitian terdahulu yang akan dipaparkan tentu saja berkaitan dengan bidang kajian penelitian peneliti, yaitu Analisis kontrastif gaya bahasa pada peribahasa Mandarin dan Indonesia guna memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini.
2.1. Konsep
Soedjadi (2000: 14) ―Arti konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata (lambang bahasa)‖. Berikut adalah konsep-konsep yang digunakan untuk penelitian ini adalah :
2.1.1. Linguistik Kontrastif
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya ( Abdul Chaer, 2003: 1 ) Linguistic kontrastif atau yang dalam bahasa asing disebut Contrastive Linguistic ( CA ) adalah sebuah cabang linguistik ( ilmu bahasa ) yang mengacu pada suatu kajian bandingan mengenai aspek-aspek kebahasaan antara dua bahasa atau lebih yang dibandingkan.
Linguistik atau analisis kontrastif adalah suatu metode penganalisisan linguistik yang berusaha mendeskripsikan, membuktikan perbedaan atau persamaan aspek-aspek kebahasaan dari dua bahasa yang dibandingkan. Bahasa- bahasa yang dibandingkan disebut bahasa-bersentuhan ( language in contact ).
2.1.2. Peribahasa
Kridalaksana (1984: 152) mengatakan bahwa menurut kamus linguistik, peribahasa diartikan: kalimat atau penggalan kalimat yang telah membeku bentuk, makna dan fungsinya dalam masyarakat; bersifat turun-temurun; dipergunakan untuk menghias karangan atau percakapan, penguat maksud karangan, pemberi nasihat, pengajaran atau pedoman hidup. Peribahasa sendiri mempunyai bentuk yang tetap dan tidak dapat diubah ataupun berubah-ubah.
Dalam bahasa Mandarin sendiri peribahasa disebut juga dengan (chéngyǔ).
menurut Huang dan Liao: ―成语是一种相沿习用具有书面语色彩的固定短语‖
chéngyǔ shì yīzhǒng xiāngyán xíyòng jùyǒushūmiànyǔ sècǎi de gùdìng duǎnyǔ.
Yang artinya: chéngyǔ adalah sejenis ungkapan yang sifatnya tetap, digunakan dalam waktu lama serta mempunyai bahasa penulisan yang tetap.
2.1.3. Gaya Bahasa
Tarigan (1985:5) menyatakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal yang lebih umum.
2.2. Landasan Teori
Di dalam sebuah penelitian, landasan teori merupakan hal yang paling penting untuk melanjutkan sebuah penelitian. Melalui landasan teori, sebuah penelitian akan dilakukan dengan cara menganalisis data dengan menerapkan sebuah teori yang dijadikan sebagai acuan dalam sebuah penelitian skripsi. Oleh karena itu, untuk melanjutkan sebuah penelitian atau untuk menganalisis sebuah data, maka penelitian atau analisis harus berpatokan atau bersumber pada teori yang akan di jadikan sebagai acuan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori gaya bahasa atau teori stilistika untuk menganalisis bentuk- bentuk gaya bahasa, serta menggunakan teori kontrastif untuk menganalisis kontrastif gaya bahasa.
2.2.1. Analisis kontrastif
Pranomo (1996:42) menyatakan bahwa linguistik kontrastif adalah suatu cabang ilmu bahasa yang tugasnya membandingkan secara sinkron dua bahasa sedemikian rupa sehingga kemiripan dan perbedaan kedua bahasa itu bisa dilihat.
2.2.2. Gaya bahasa pada Bahasa Indonesia
Menurut Keraf (1990:112) Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style. Kata ―style‖diturunkan dari bahasa latin ―stilus‖ yaitu semacam alat
untuk menulis pada lempengan lilin. Namun pada perkembangan berikutnya, kata style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Karena keterbatasan penulis pada gaya bahasa, maka penulis akan menjabarkan gaya bahasa menurut Keraf dan memaparkan sebagian contoh saja. Berikut jenis gaya bahasa menurut Keraf : 2.2.2.1. Gaya Bahasa Retoris
Macam-macam gaya bahasa retoris seperti yang dimaksud adalah : 1. Aliterasi
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang prosa, untuk perhiasaan atau untuk penekanan, misalnya :
Keras-keras kerak kena air lembut juga.
2. Asonansi
Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi yang sama. Misalnya :
Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu 3. Anastrof
Anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Misalnya :
Meranalah aku kini karena ulahmu.
4. Apofasis atau Preterisio
Apofasis atau disebut juga preterisio merupakan gaya dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal.Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya menekankan hal itu. Misalnya :
Jujur saya enggan untuk menjelaskan dalam forum ini bahwa Anda sudah korupsi uang negara.
5. Apostrof
Apostrof adalam semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya dipergunakan oleh orator klasik. Misalnya :
Wahai para penghuni surga, aku akan menyusul kalian bila waktuku telah sampai nanti.
6. Asindeton
Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dimana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Misalnya :
Ayah, Ibu, Anak adalah satuan keluarga.
7. Polisindeton
Polisidenton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan asindeton.
Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu samalain dengan kata-kata sambung. Misalnya :
Pembangunan gedung ini memerlukan tenaga dan modal yang sangat banyak serta waktu yang tidak sedikit.
8. Kiasmus
Kiasmus (chiasmus) adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya. Misalnya :
Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap untuk ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.
9. Elipsis
Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Misalnya :
Mari berangkat!
10. Eufemismus
Kata eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata yunan ieuphemizein yang berarti ―mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik‖. Sebagai gaya bahasa, eufemismus adalah semacam acuan yang berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang.
Misalnya :
Tunawisma itu akhirnya meninggal.
11. Litotes
Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal yang dinyatakan kurang dari keadaan yang sebenarnya. Misalnya :
Singgahlah sebentar ke gubukku!
12. Histeron Proteron
Histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi pada awal peristiwa. Misalnya :
Bila ia sudah berhasil mendaki tebing itu, sampailah ia di tepi danau dengan airnya yang jernih.
13. Pleonasme dan Tautologi
Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. Misalnya :
Apa tujuan dan maksudmu datang kerumahku 14. Perifrasis
Sebenarnya perifrasi adalah gaya yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak dari yang diperlukan. Misalnya :
Ia telah beristirahat dengan damai (mati, atau meninggal).
15. Prolepsis atau Antisipasi
Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya :
Rita berlari kegirangan karena akan mendapatkan piagam terbaik.
16. Erotesis atau Pertanyaan Retoris
Erolesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dalam penekanan yang wajar dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Misalnya :
Tega kamu mengusir anakmu?
17. Silepsis dan Zeugma
Silepsis dan zeugma adalah gaya dimana orang mempergunakan dua kontruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.
Misalnya :
Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.
18. Koreksio atau Epanortosis
Koreksio atai epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Misalnya :
Rido coba ambilkan kapur, eh maksudnya Rino.
19. Hiperbola
Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Misalnya :
Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku.
20. Paradoks
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Misalnya :
Musuh sering merupakan kawan yang akrab.
21. Oksimoron
Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata- kata untuk mencapai efek yang bertentangan. Atau dapat juga dikatakan, oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama. Misalnya :
Mendaki gunung memang bahaya, tapi cukup menarik.
2.2.2.2. Gaya Bahasa Kiasan
Macam-macam gaya bahasa kiasan, yaitu sebagai berikut : 1. Persamaan atau Simile
Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eskplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit adalah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.Misalnya :
Kukunya seperti kepiting batu Bibirnya seperti delima merekah 2. Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat : bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cinderamata, dan sebagainya. Metafora sebagai perbandingkan langsung tidak mempergunakan kata : seperti, baik, bagai, bagaikan dan sebagainya.Misalnya :
Anak – anak adalah tunas bangsa yang akan menjadi agen perubahan untuk negeri ini
3. Alegori, Parabel, Dan Fabel
Alegori adalah gaya bahasa yang menggunakan penggambaran atau kiasan untuk menerangkan sesuatu.
Parabel (parabola) adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokohbiasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral.
Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai, dunia binatang, dimana binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-olah manusia.
4. Personafikasi
Personafikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-oleh memiliki sifat manusia. Misalnya :
Angin yang meraung ditengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami.
5. Alusi
Alusi semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Misalnya :
Kartini kecil itu sangat lucu 6. Eponim
Eponim adalah suatu gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. Misalnya :
Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan.
7. Epitet
Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Misalnya :
Lonceng pagi untuk ayam jantan Puteri malam untuk malam 8. Sinekdoke
Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata yunani synekdechestai yang berarti menerima bersama-sama. Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau menggunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Misalnya :
Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,- 9. Metonimia
Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.
Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki. Misalnya :
Saya minum satu gelas, ia dua gelas.
Ialah yang menyebabkan air mata yang gugur.
10. Antonomasia
Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi. Misalnya :
Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
11. Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu dipergunakan untung menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain. Misalnya :
Ia berbaring diatas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya).
12. Ironi, Sinisme,Dan Sarkasme
Ironi diturunkan dari kata eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura.
Sebagai kiasan, ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Misalnya :
Saya tahu anda adalah seorang gadis yang paling cantik didunia ini yang perlu mendapat tempat terhormat.
Kadang – kadang dipergunakan istilah lain, yaitu sinisme yang diartikan sebagai suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.
Sedangkan sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Sarkasme adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Misalnya :
Kelakuanmu memuakkan saya.
13. Satire
Kata satire diturunkan dari kata satura yang berarti talam yang penuh berisi macam-macam buah-buahan. Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia.
misalnya :
Ya, Ampun! Pohon sependek ini, kau tak bisa memanjatnya 14. Inuendo
Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Misalnya :
Ia menjadi kaya-raya karena sedikit mengadakan komersialisasi jabatannya.
15. Antifrasis
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan. Misalnya :
Lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya si cebol).
16. Pun atau Paronomasia
Pun atau paronomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi. Misalnya :
Tanggal dua gigi saya tanggal dua.
―Engkau orang kaya!‖ Ya, kaya monyet!‖
2.2.3. Gaya bahasa pada Bahasa Mandarin
Menurut arti pada buku 修辞学发凡 xiūcíxué fāfán (1997:71), gaya bahasa adalah ―人们在长期的语言交际过程中,在本民族语言特点的基础上,为提 高语言表达效果而形成的格式化的方法、手段‖ yang artinya ―sebuah cara atau metode yang terbentuk dari proses komunikasi bahasa manusia, demi meningkatkan hasil penyampaian bahasa tersebut.‖
Menurut (Huáng dan Liào, 1991:240) dalam buku xiàndài hànyǔ diuraikan ada dua puluh satu macam gaya bahasa pada bahasa Mandarin, namun karena keterbatasan penulis, maka penulis akan menjabarkan gaya bahasa menurut Huang dan Liao dan hanya memaparkan sebagian saja contohnya, yaitu sebagai berikut :
1. Gaya Bahasa Perumpamaan (比喻Bǐyù)
Huang dan Liao (1991:240), menjelaskan Bǐyù adalah perumpamaan, yakni menggunakan benda atau hal yang berbeda satu sama lain namun memiliki titik persamaan untuk menggambarkan suatu hal atau benda lain. Benda yang dibandingkan disebut ―Benti‖ dapat diterjemahkan menjadi ―noumenon‖, dan benda yang digunakan sebagai pembanding disebut ―Yuti‖ dapat diterjemahkan sebagai ―pembanding‖, kata yang menghubungkan kedua benda disebut dengan
―Yuci‖ yang diterjemahkan sebagai ―kata banding‖. Noumenon dan pembanding haruslah sesuatu benda atau hal yang sifatnya berbeda, namun menggunakan satu sisi kemiripan untuk melakukan perbandingan. Gaya bahasa perumpamaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: Míngyù, Ànyù dan Jièyù.
a. Gaya Bahasa Míngyù (明喻)
Menurut Huang dan Liao (1991: 241-242), pada gaya bahasa Míngyù (perumpamaan), noumenon (benda yang dibandingkan), dan Yuti (pembanding) muncul bersamaan diantaranya terdapat kata banding seperti: ―像xiàng, 如rú,似 shì,仿�fǎngfú, 犹如yóurú, �如yǒurú, 一般yībān‖ dan lain-lain.
Contoh: 叶子出水限高,像亭亭舞女裙�
Yè zǐ chūshuǐ xiàn gāo, xiàng tíngtíng wǔnǚ qún
Daun batasan air tinggi, sepertirok para penari perempuan di paviliun.
Pada contoh di atas yang menjadi noumenon adalah ―daun‖, pembandingnya adalah ―rok penari‖, dan kata bandingnya adalah ―seperti‖.
b. Gaya Bahasa Ànyù (暗喻)
Huang dan Liao dalam buku Xiandai Hanyu mengatakan gaya bahasa Ànyù disebut juga sebagai gaya bahasa Yinyu. Pada gaya bahasa ini noumenon dan pembanding muncul, namun kata pembandingnya berupa: ―是shì (adalah), 变 成biànchéng (menjadi), 成为chéngwéi (menjadi), 等于děngyú (sama dengan)‖
dan lain-lain.
Contoh: 爱护书籍吧,他是知识的源泉。
Àihù shūjí ba, tā shì zhīshì de yuánquán.
Cintailah buku-buku, dia adalah sumber dari pengetahuan.
Pada contoh di atas noumenon adalah ―buku‖, pembandingnya adalah
―sumber dari pengetahuan‖, sementara kata bandingnya ―adalah‖.
c. Gaya Bahasa Jièyù (借喻)
Pada gaya bahasa ini noumenon tidak muncul, tidak terlihat pada kalimat, langsung menggunakan pembanding untuk menggantikan noumenon (Huang,1991: 242).
Contoh: 鲁迅在一片文章里,主张打落水狗。他说,如果不打落水狗,
它一跳起来,就要咬你,最低限度也要溅你一身的污泥�
Lǔxùn zài yīpiàn wénzhāng lǐ, zhǔzhāng dǎ luòshuǐgǒu. Tā shuō, rúguǒ bùdǎ luòshuǐgǒu, tā yīdàn tiào qǐlái, jiù yào yǎo nǐ, zuìdī xiàndù yě yào jiànnǐ yīshēn de wū ní
Luxun (novelis) dalam satu karyanya menganjurkan, pukulah anjing yang jatuh ke parit. Dia mengatakan, jika tidak memukulnya, maka saat ia keluar melompat, pasti berniat mengigitmu, kemungkinan paling kecil juga ingin mencipratmu dengan lumpur kotor.
Pada contoh di atas perumpamaan menggunakan klausa ―anjing yang jatuh ke parit‖ sebagai pembanding untuk menyatakan ―musuh yang terpukul‖. Pada contoh tersebut tidak muncul noumenon dan tidak ada kata banding, tetapi langsung menggunakan pembanding sebagai noumenon-nya.
2. Gaya Bahasa Personifikasi (比拟Bǐnǐ )
Bǐnǐ dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai gaya bahasa personifikasi. Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan (Keraf, 2004:142). Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora yang mengiaskan
benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia (Keraf, 2009:140). Bǐnǐ yaitu menggambarkan benda mati seolah-olah memiliki karakteristik seperti layaknya manusia.
Contoh : 老马识途 Lǎo mǎ shí tú
Kuda tua kenal jalan.
Pada contoh menyatakan kuda tua kenal jalan, biasanya yang mengenal jalan adalah manusia bukan seekor kuda.
3. Gaya Bahasa jièdài (借代jièdài)
Menurut (Huáng dan Liào 1991:248), gaya bahasa jièdài adalah gaya bahasa yang tidak langsung menyebutkan nama ataupun objek yang dimaksud, melainkan meminjam nama-nama yang berhubungan erat dengan hal tersebut untuk menggantikannya.
Contoh : 巾帼不让须眉 Jīnguó bù ràng xūméi
巾帼(Jīnguó)pada contoh di atas menjelaskan wanita 须眉(xūméi)pada contoh di atas menjelaskan pria 4. Gaya Bahasa niān lián(拈连niān lián)
Menurut (Huáng dan Liào, 1991:250), Gaya Bahasa niān lián adalah gaya bahasa yang memanfaatkan kata yang digunakan pada benda atau hal A dan digunakan secara termapil pada benda atau hal B. Benda atau hal A padaumumnya adalah benda konkret, peletakannya kebanyakan didepan.
Sedangkan benda atau hal B pada umumnya adalah benda atau hal abstrak peletakannya kebanyakan di belakang.
5. Gaya Bahasa Hiperbola (夸张kuāzhāng)
Kuāzhāng adalah gaya bahasa yang sengaja membesar-besarkan ataupun mengecil-ngecilkan sebuah deskripsi terhadap orang, hewan maupun benda (Huáng dan Liào, 1991:253).
Contoh : 废寝忘食
Fèi qǐn wàng shí Lupa makan dan tidur.
Pada contoh di atas memiliki arti terlalu serius belajar atau bekerja kita hingga lupa waktu makan dan waktu tidur. Bagaimana seriusnya pun kita belajar atau bekerja tidak akan lupa waktu untuk makan dan tidur.
6. Gaya Bahasa shuāngguān(双关shuāngguān)
Menurut (Huáng dan Liào, 1991:256), gaya bahasa shuāngguān adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang mempunyai pelafalan dan makna yang sama, yang bermaksud supaya pembaca dapat memperhatikan makna luardan makna dalam sebuah kalimat.
Contoh : 东边日出西边雨,道是无晴还有晴。
Dōngbian rì chū xī biān yǔ, dào shì wú qíng hái yǒu qíng.
Sebelah timur terbit matahari sebelah barat turun hujan, sebenarnya tidak ada yang lebih cerah dari yang cerah
分析:―晴‖表面上是说晴雨的―晴‖,暗中却又是在说情感的―情‖,一语相关
Fēnxī: “Qíng” biǎomiàn shàng shì shuō qíngyǔ de “qíng”, ànzhōng què yòu shì zài shuō qínggǎn de “qíng”, yī yǔ xiāngguān.
Kata 晴yang dimaksudkan untuk ungkapan 晴雨yaitu hujan yang turun pada saat hari cerah, sedangkan 晴yang kedua dimaksudkan adalah 情感yaitu perasaaan.
7. Gaya bahasa fǎngcí(仿词fǎngcí)
Menurut (Huáng dan Liào, 1991:258), gaya bahasa fangci merupakan gaya bahasa yang menurut kebutuhan penyampaian, mengubah salah satu morfem kata dari kalimat yang telah ada dengan kata yang nada atau bacaannya sama dan menciptakan kata yang baru sesuai dengan kebutuhan ekspresi.
Contoh : 自信力—他信力,先发制人—后发制人等.
Zìxìn lì—tā xìn lì, xiānfāzhìrén—hòufāzhìrén děng.
Dia adalah seorang yang percaya diri, menyerang pertama, dan seterusnya Kata 自信力 ungkapan untuk kepercayaan yang tinggi, sedangkan 他信力 untuk menguatkan gagasan yang terdapat dalam kalimat tersebut.
8. Gaya Bahasa Ironi (反语fǎnyǔ)
Fǎnyǔ dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai gaya bahasa ironi.
Ironi adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sindiran halus (Keraf, 1986:143).
Ironi merupakan suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian katanya. Ironi adalah gaya bahasa yang bermakna tidak sebenarnya dengan tujuan untuk menyindir.
Contoh : 买椟还珠
Mǎi dú huá nzhū
Membeli kotaknya saja, mutiara di dalamnya di kembalikan.
Pada contoh di atas memiliki arti orang yang mempertimbangkan dan membuat keputusan yang salah.
9. Gaya Bahasa wǎnqū (婉曲wǎnqū)
Menurut (Huáng dan Liào, 1991:262), gaya bahasa wǎnqū adalah gaya bahasa yang sengaja tidak menyatakan sesuatu secara terang-terangan, melainkan meminjam beberapa hal atau objek yang sesuai dengan makna tersebut untuk mengemukakan hal tersebut secara halus atau tidak langsung.
10. Gaya Bahasa Paralisme (对偶duì'ǒu)
Menurut (Huáng dan Liào, 1991:264), gaya bahasa duì'ǒu atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai gaya bahasa paralelisme adalah gaya bahasa yang menggunakan kelompok kata, atau kalimat yang bentuknya sama atau mirip, jumlah hurufnya sama, artinya sangat berkaitan erat dibariskan secara seimbangkiri dan kanan untuk menyatakan maksud yang sama atau berlawanan.
Gaya bahasa ini mempunyai sifat mengekspresikan, mudah dihafal dan dibaca, oleh karena itu gaya bahasa ini banyak di pergunakan dalam karangan.
Contoh : 天有多高,山有多高
Tian you duo gao, shan you duo gao
Seberapa tinggi langit, seberapa tinggi gunung 11. Gaya bahasa Páibǐ(排比Páibǐ)
Menurut (Huáng dan Liào, 1991:266), gaya bahasa Páibǐ adalah gaya
jumlah yang sama dan merupakan dua kalimat pendek yang mempunyai ikatan erat dalam arti kalimat tersebut.
Contoh : 他的品质是那样的纯洁和高尚,他的意志是这样坚韧和刚强。
Ta de pinzhi shinayang de chunjie he gaoshang, ta de yizhi shi zheyang jianren he gangqiang.
Dia begitu murni dan mulia, kemauannya begitu keras dan kuat.
12. Gaya bahasa céngdì(层递céng dì)
Menurut (Huáng dan Liào, 1991:269), gaya bahasa céngdì adalah gaya bahasa yang menyampaikan sebuah kebenaran berdasarkan hubungan logika suatu objek, yang mempunyai struktur yang sama serta semakin melonjak dan semakin merosot.
Contoh : 保卫家乡!保卫黄河!保卫华北!保卫全中国!
Bǎowèi jiāxiāng! Bǎowèi huánghé! Bǎowèi huáběi! Bǎowèi quán zhōngguó!
Lindungi keluarga, lindungi sungai huang, lindungi rakyat, lindungiTiongkok
Pada kalimat diatas, 保 卫 yang pertama digunakan untuk melindungi bagian kelompok terkecil dari kehidupan yaitu keluarga, selanjutnya melindungi sungai Huang yang merupakan sumber kehidupan, 保卫yang ketiga melindungi bagian dari kehidupan yaitu masyarakat dan terakhir untuk melindungi negara.
13. Gaya bahasa dǐngzhēn(顶真dǐngzhēn)
Menurut (Huáng dan Liào, 1991:270), gaya bahasa dǐngzhēn adalah gaya bahasa yang menggunakan kosakata yang digunakan pada ujung kalimat pertama
untuk dijadikan kosakata pembuka kedua sehingga kalimat pertama dan kalimat kedua menyambung terus.
Contoh : 归来见天子,天子坐明堂。
Gui laijian tianzi, tianzi zuo mingtang
kembali melihat kaisar, kaisar duduk di Mingtang 14. Gaya bahasa huíhuán(回环huíhuán)
Menurut (Huáng dan Liào, 1991:272), gaya bahasa huíhuán adalah gaya bahasa yang menggunakan kata yang sama atau hampir sama tetapi uraiannya berbeda dan digunakan berkali-kali dalam sebuah kalimat.
Contoh : 星岛港迎感岛星。
Xingdao gangying gan xingdao
Pulau bintang menyambut pulau bintang.
15. Gaya bahasa duìbǐ(对比duìbǐ)
Menurut (Huáng dan Liào, 1991:273), gaya bahasa duibi adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal atau kejadian yang sama atau sebaliknya dari dua sisi.
Contoh : 有的人说,他别人就不能活;
Yǒu de rén shuō, tā biérén jiù bùnéng huó
ada orang mengatakan, orang lain tidak bisa hidup 有的人说,他活着为了多数人更好地活。
Yǒu de rén shuō, tā huózhe wèile duōshù rén gèng hǎo de huó.
Ada orang mengatakan, orang lain hidup untuk demi kelangsungan
Kata 不能活yang memiliki arti ―tidak dapat hidup‖ pada kalimat pertama digunakan untuk membandingkan pada 好地活pada kalimat kedua yang memiliki arti kelangsungan hidup yang lebih baik.
16. Gaya bahasa yìngchèn(映衬yìngchèn)
Menurut (Huáng dan Liào, 1991:274), gaya bahasa yìngchèn adalah gaya bahasa yang menggunakan suatu hal atau kejadian yang sama atau sebaliknya untuk mendamping objek tertentu demi menonjolkan sifat-sifatnya.
Contoh : 教室里安静极了,只能听见大家的笔划过卷子时的沙沙声.
Jiàoshì lǐ ānjìng jíle, zhǐ néng tīngjiàn dàjiā de bǐhuàguò juàn zǐ shí de shāshā shēng.
Didalam kelas sangat tenang, hanya mendengar suara- suara goresan dari pensil.
17. Gaya bahasa repetisi (反复fǎnfù)
Gaya bahasa repetisi adalah gaya bahasa pengulangan bunyi, suku kata, bagian kalimat yang dianggap penting untuk diulang beberapa kali berturut-turut dalam sebuah konteks yang sesuai (Waridah, 2008:322).
Contoh : 冒着敌人的炮火,前进!前进!前进!
Maozhe diren de paohuo. Qianjin! Qianjin! Qianjin!
Menantang tembakan meriam dari musuh, maju! Maju! Maju!
Contoh di atas berturut-turut mengulang kata ―maju‖ untuk menegaskan semangat berperang yang mendalam
18. Gaya bahasa penegasan (设问shèwèn)
Menurut (Huáng dan Liào 1991:280), gaya bahasa penegasan adalah gayabahasa yang digunakan untuk menegaskan isi, sengaja mengajukan sebuah pertanyaan dan menjawabnya sendiri. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian orang untuk memperhatikan serta memikirkan pertanyaan yang diajukan.
Contoh : 是谁创造了人类世界?是我们劳动群人�
Shì shuí chuàngzàole rénlèi shìjiè? Shì wǒmen láodòng qún rén.
Siapakahyang telah menciptakan dunia manusia? Adalah kita para pekerja.
Pada contoh di atas terdapat pertanyaan pada awalnya, namun langsung dilanjutkan dengan jawaban dari pertanyaan tersebut. Kata ―siapakah‖
menunjukkan pertanyaan kemudian diberi pemerkah ―tandatanya‖. Fungsinya agar pembaca memikirkan makna dari pertanyaan tersebut.
19. Gaya bahasa erotesis (反问fǎnwèn)
Gaya bahasa erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang digunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban (Keraf, 2007:134).
Contoh : 我心里在想着,难道美丽的花园里一个人也没有?
Wo xinli xiang zhe, nandao meili de huayuanli yi ge ren ye meiyou?
Dalam hati saya berpikir, apakah taman bunga secantik ini satu