• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEGALITAS PARTAI POLITIK DALAM HUKUM ISLAM: Meninjau Keabsahan Partai Politik Dalam Hukum Islam Menurut Hasan Al-Turabi SKRIPSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LEGALITAS PARTAI POLITIK DALAM HUKUM ISLAM: Meninjau Keabsahan Partai Politik Dalam Hukum Islam Menurut Hasan Al-Turabi SKRIPSI."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)LEGALITAS PARTAI POLITIK DALAM HUKUM ISLAM: Meninjau Keabsahan Partai Politik Dalam Hukum Islam Menurut Hasan Al-Turabi. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Hukum pada Jurusan Hukum Tatanegara (Siyasah) Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi. Oleh: ANDRIAL PUTRA NIM 1315003. FAKULTAS SYARIAH PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI. 2021 M/1442 H.

(2) ii. KATA PENGANTAR. Alhamdulillah, segala puji kepada Allah SWT, tuhan maha kuasa. Karena berkat rahmat da karunia-Nya segala hidup di dunia berjalan dengan lanacar. Kemudian shalawat dan salam kepada Nabiyuna Muhammad Saw. Rasul untuk sekalian alam yang telah menyentuh manusia dengan cinta. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi strata satu guna meraih gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada program study Hukum Tatanegara (Siyasah) Fakultas Syariah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Penulis sadar bahwa skripsi ini selesai karena bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan rahmat tuhan untuk orang-orang yang telah membantu tersebut. Selanjutnya terima kasih peulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu; Ibu Rektor, Bapak Wakil Rektor, Serta Bapa Direktur Pascasarjana, Bapak Dekan Fakultas Syariah dan Bapak Ketua Prodi Hukum Tatanegara (Siyasah) IAIN Bukittinggi. Selanjutnya kepada dosen pembimbing Bapak Saiful Amin. Terakhir kepada seluruh pihak yang telah membantu. Akhirnya penulis berharap, mudah-mudahan skripsi ini memberi manfaat kepada banyak orang. Bukittinggi, 03 Februari 2021 Penulis. ANDRIAL PUTRA NIM. 1315003.

(3) iii. ABSTRAK. Skripsi ini merupakan hasil penelitian pustaka oleh Andrial Putra dengan judul “LEGALITAS PARTAI POLITIK DALAM HUKUM ISLAM; Meninjau Keabsahan Partai Politik Dalam hukum Islam Menurut Hasan Al-Turabi”. Partai politik selalu menjadi kendaraan dalam mencapai hasrat politik siapapun di setiap negara, termasuk di negara muslim. Namun di negara muslim hal itu berkelindan dengan diskursus yang tidak pernah selesai tentang demokrasi. Padahal sulit membayangkan partai politik tanpa demokrasi. Salah satu yang menarik tentang diskursus ini adalah pemikiran Hasan al-Turabi. Al-Turabi merupakan salah satu tokoh muslim yang mempersoalkan demokrasi, tapi mendirikan partai politik di Negara Sudan. Maka untuk mengetahui akar pemikiran al-Turabi lebih jauh, penulis meneliti pemikirannya dalam skripsi ini. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif menggunakan normatif hukum Islam. Karena penelitian ini berkaitan dengan tokoh, sehingga penulis memakai pendekatan historis-deskriktif. Dimana penulis akan memaparkan lingkungan yang membentuk pemikiran al-Turabi sebelum kemudian memaparkan hasil pemikirannya. Untuk kepentingan penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data pustaka (library research). Dari hasil penelitian ini penulis menemukan bahwa al-Turabi dalam mengurai hasil-hasil pemikirannya selalu menyentil barat. Dari sin, tidak mengherankan jika al-Turabi menolak demokrasi. Karena demokrasi merupakan produk politik dari barat. Adapun terkait shura yang lebih didukung al-Turabi, tidak jelas juga beda perlembagaannya dengan demokrasi dalam sistem politik sebuah negara. Sementara memilih partai politik, yang merupakan salah satu produk demokrasi, untuk diadopsi dalam negara-negara muslim, bagi al-Turabi adalah guna menguasai parlemen terlebih dahulu. Kemudian akan digunakan dengan baik untuk kepentingan mendidrikan lembaga-lembaga sesuai syariat Islam. Sebab negara-negara muslim hari ini menurut al-Turabi dikuasai oleh kaum nasionalis yang loyal kepada barat dan sekutunya..

(4) iv. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii ABSTRAK ........................................................................................................................ iii DAFTAR ISI......................................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A.. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1. B.. Rumusan Masalah ................................................................................................. 11. C.. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 12. D.. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 14. E.. Tinjauan Kepustakaan ........................................................................................... 14. F.. Penjelasan Judul .................................................................................................... 18. G.. Metodologi Penelitian ....................................................................................... 20 1.. Jenis Penelitian.................................................................................................. 20. 2.. Pendekatan Penelitian ....................................................................................... 22. 3.. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 22 Rancangan Sistematika Penelitian .................................................................... 23. H.. BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................... 20 Pergerakan Politik Islam di Sudan ........................................................................ 20. A. 1.. Geogafis dan Historis Sudan ............................................................................. 20. 2.. Kontestasi Politik Islam di Sudan ..................................................................... 22. B. Hasan al-Turabi; Dari Akademisi menjadi Politisi .................................................. 31 1.. Kelahiran dan Masa Kecil ................................................................................. 31. 2.. Pendidikan dan Karya Akademik ..................................................................... 32. 3.. Aktifitas di Panggung Politik ............................................................................ 36. 4.. Hasan al-Turabi Wafat ...................................................................................... 40. BAB III DEMOKRASI, SYURA DAN PARTAI POLITIK ....................................... 38 A.. Sekilas Tentang Demokrasi dan Syura Dalam Islam ............................................ 38.

(5) v. 1.. Pengertian dan Perlembagaan Demokrasi......................................................... 38. 2.. Pengertian dan Perlembagaan Syura ................................................................. 40. 3.. Antara Demokrasi dan Syura Dalam Perdebatan Hukum Islam ....................... 42 Hubungan Partai Politik dan Demokrasi Dalam Sistem Politik Modern .............. 45. B.. BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................ 47 Pemikiran Hasan al-Turabi Tentang Negara dan Demokasi ................................. 47. A. 1.. Sikap Hasan al-Turabi Terhadap Negara Barat ................................................ 47. 2.. Kritik Hasan al-Turabi Terhadap Negara-negara Islam .................................... 54. 3.. Demokrasi dan Shura Dalam Pandangan Hasan al-Turabi ............................... 59. B. Analisis Pemikiran Hasan al-Turabi Tentang Partai Politik..................................... 60 1. Pemikiran Al-Turabi Tentang Parlemen ............................................................... 60 2. Partai Politik Menurut Hasan al-Turabi ................................................................ 62 BAB III PENUTUP ................................................................................................. 71 A.. Kesimpulan ........................................................................................................... 71. B.. Saran-saran............................................................................................................ 72. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iii.

(6) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Partai politik pertama kali lahir di negara-negara Eropsa Barat, pada akhir abad 18-an. Kelahiran partai politik dilatar belakangi olehs diskursus tentang keikutsertaan rakyat dalam proses politik sebuah negara. sDengan meluasnya gagasan tersebut, secara spontan melahirkan partai politik ssebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah.1 Fungsi partai politik sebagai spenghubung antara rakyat dan pemerintah itu, membuat perkembangan partai polsitik pada umumnya sejalan dengan perkembangan demokrasi, yang menganggsap rakyat sebagai pemilik kekuasaan sesungguhnya.2 Sehingga negara yangs menganut sistem kepartaian, hampir dapat dipastikan adalah negara yang msemakai demokrasi sebagai asas fundamental.s Lebih lanjut, keterskaitan partai politik dan demokrasi dapat dilihat dari posisi penting institusi partsai politik dalam sistem negara demokrasi. Pentingnya posisi partai politik itu, ssehingga membuat demokrasi memberikan tugas. 1. Bambang Sunggono, Partai Politik dalam Kerangka Pembangunan Politik Indonesia, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1992), hlm. 7. 2 Ichsanul Amal, Teori-teori Mutakhir Partai Politik, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2012), hlm. 2.. 1.

(7) 2. pengelolaan kemerdekaan besrkumpul, berserikat dan menyatakan pendapat oleh rakyat, untuk disematkan dsalam salah satu tanggung jawab institusi bernama partai politik.3 Keterjalinan situ, tidak terlepas dari diadopsinya partai politik sebagai satu dari 5 (lima) pislar penopang demokrasi dalam sistem bernegara. Kelima pilar demokrasi itu adalsah : 1.. pemerintahan yang bsertanggung jawab;. 2.. suatu dewan perwakilsan rakyat yang mewakili golongan-golongan dan kepentingan-kepenstingan dalam masyarakat dan yang dipilih dengan pemilihan umum s yang bebas dan rahasia;. 3.. suatu organisasi politik yasng mencakup satu atau lebih partai politik;. 4.. pers dan media massa yangs bebas untuk menyatakan pendapat;. 5.. sistem peradilan yang besbas untuk menjamin hak-hak asasi dan mempertahankan keadilan.4. Masuknya partai politik sebagais satu dari lima pilar penting demokrasi itu, menerangkan bahwa institusi partai psolitik adalah produk demokrasi. Bahkan diantara produk penting demi menjamisn terciptanya demokrasi bagi sebuah. Ricardo Blaug and John Schwarzmantel sebagaimana dikutip oleh M.Ali Safa’at, Pembubaran Partai Politik, (Jakarta:Rajawali Press, 2011), hlm.7. 4 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 245. 3.

(8) 3. negara. Sehingga setiap negara yang msengadopsi demokrasi pasti sekaligus mengadopsi partai politik, dalam sistem kensegaraannya. Sementara itu, ditengah menjamurnsya praktik-praktik partai politik di jamak negara, -termasuk di negara mayosritas muslim sekalipun-, legalitas demokrasi. sebagai. sebuah. sitem. bernesgara,. masih. menjadi. polemik. berkepanjangan dalam diskursus hukum Islams. Polemik itu dibangun atas dasar mempertentangkan shura (yang populer dalams literatur Islam) kontra demokrasi (yang dipopulerkan Barat). Lebih terangnyas, ada tiga klasifikasi pendapat cendikiawan muslim dalam memandang demokrsasi yang mendasari polemik ini:5 1.. Pendapat yang menerima demokrasis sebagai sistem penyelenggaraan negara menurut hukum Islam. Kelomspok ini memandang demokrasi merupakan bentuk shura versi Eropas. Sehingga sekalipun terdapat perbedaan,. namun. bukan. terhadap. hal-hsal. yang. prinsip.. Perbedaannya hanya pada istilah dan sumber spengambilan aturan hukum. Ringkasnya, kelompok ini memandang bsahwa shura adalah demokrasi, dan demokrasi adalah shura. Kelomposk ini menerima teori kedaulatan rakyat sebagai prinsip dalam menjsalankan negara.. 5. John L. Esposito dan James P. Piscatori, Islam dan Demokrasi, (Islamsika: Jurnal Dialog Pemikiran Islam, Januari-April, no. 4, 1994), hlm. 19-21..

(9) 4. Diantara cendikiawan muslim yang berpendapat sepserti ini adalah Imam Khomeini di Iran. 2.. Pendapat yang menolak demokrasi sebagai sistem pesnyelenggaraan negara menurut hukum Islam. Kelompok ini memandsang demokrasi dan shura bukanlah hal yang sama. Perbedaan palinsg prinsip dari demokrasi dan shura terletak pada kekuasaan lsegislasi yang dipindahkan dari Tuhan kepada rakyat. Menurut kselompok ini, pemindahan kekuasaan legislasi itu berarti penentangsan terhadap kekuasaan Tuhan. Padahal dalam konsep Islam, hukum sTuhan yang tertuang dalam Alqur’an dan Sunnah merupakan sesuatus yang sudah sempurna. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan persoalsan bernegara lainnya, harusnya ditetapkan dengan musyawarah (shusra) dengan tetap berpedoman pada hukum Tuhan itu ataulebih dikesnal dengan teori kedaulatan Tuhan. Diantara cendikiawan muslim yasng berpendapat seperti ini adalah; Sayyid Qutub, Syekh Fadhallah Nusri, Abu al-A’la al-Maududi, dan Hasan al-Turabi.. 3.. Pendapat yang mengatakan bahwa demokrassi bisa diterima sebagai sistem penyelenggaraan negara menurut shukum Islam dengan beberapa penyesuaian. Menurut kelompok sini, terdapat beberapa.

(10) 5. perbedaan dan persamaan antara shura dan sdemokrasi. Setidaknya terdapat 7 (tujuh) persamaan antara prinsip dsemokrasi dan shura – sebagaimana Fahmi Huwaidi- yaitu; pertamsa pemerintahan yang disetujui rakyat; kedua penolakan terhadaps kediktatoran; ketiga keadilan yang berlandaskan persamaan manussia di depan hukum; keempat hak kebebasan berpendapat bagi raksyat; kelima kesaksian rakyat/bai’at terhadap pemimpin yang diselengsgarakan lewat pemilu dalam sistem demokrasi; keenam suara masyoritas yang berarti kesepakatan bersama; ketujuh legislasi di parlemsen yang tidak berarti penentangan terhadap legislasi Tuhan. Sedangkasn hal-hal yang perlu dikoreksi dari demokrasi adalah demokrasi yangs berdasarkan kultur sekuler Barat, yang hampa dari nilai-nilai ksetuhanan. Diantara cendikiawan muslim yang berpendapat seperti sini adalah; Husein Haikal, Fahmi Huwaidi, Mohammad Taha, sHasan al-Hakim, Muhamad Natsir, dan Amin Rais.s Anehnya, polemik legalitas demokrasi sdalam hukum Islam itu, berbanding terbalik dengan legalitas partai politik syang seolah sepakat untuk diadopsi. Dapat kita tinjau kondisi negara-negara berpsenduduk mayoritas muslim, ketika terjun mengadopsi partai politik dalam sisstem ketatanegaraan,.

(11) 6. yang merupakan salah satu pilar penting dari demokrassi. Seolah gemuruh diskursus tentang legalitas demokrasi, tidak berlaku terhadap partai politik. Cendikiawan muslim yang menolak demokrasi ssebagaimana pada klasifikasi kedua misalnya, terlibat aktif dalam mendirikan sserta membesarkan partai politik sendiri di negaranya. Bahkan tidak jarang parstai politik besutan mereka melaksanakan tugas oposisi dalam sistem pemerintahssan yang berjalan, ketika partai yang berkuasa bukan partai mereka. Padahal opossisi itu merupakan posisi yang diberikan demokrasi sebagai penyeimbang kekuassaan negara agar tidak otoriter.6 Diantara cendikiawan muslim kontra demokrasi syang terlibat aktif dalam partai politik misalnya; al-Maududi yang terlibat aktif dsalam mendukung Partai Kongres pada awal berdirinya negara Afganistan;7 Saysyid Qutub yang merupakan tokoh Ikhwanul Muslimin (salah satu partai politiks berpengaruh di Mesir);8 dan Hasan al-Turabi dengan Front Islamis Nasional (FIN) yang kemudian yang kemudian melebur jadi Partai Kongres di Sudan.9 Terkait tokoh terakhir ini, merupakan salah satu pengsgerak Ikhwanul Muslimin Sudan. Bahkan pada awal 1960-an Hasan al-Turabi msenjadi pemimpin. 6. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 1989), hlm. 168. Bashihannor, Pemikiran Abu al-A’ala al-Maududi, (Jurnal Adabisyyah UIN Alaudin Makasar Vol. XIII nomor 2/2013), hlm. 140. 8 https://tirto.id/sayyid-qutb-mati-tapi-idenya-abadi-bagi-kaum-islam-politik-cvvc diakses 01/10/2019. 9 https://id.wikipedia.org/wiki/Hassan_Al-Turabi diakses 01/10/2019. 7.

(12) 7. Front Islamis Nasional (FIN), yansg merupakan organisasi sayap Ikhwanul Muslimin.10 Sebelum organisasi itu skemudian meleburkan diri dalam Partai Kongres Nasional pada penghujung 1990-an.11 Latar kehidupan Hasan al-Tursabi yang aktif dalam gerakan Ikhwanul Muslimin di Sudan itu, tidak menghalanssginya untuk ikut dalam membentuk partai politik di negara tersebut. Tidak ayasl, sikap politiknya itu berseberangan dengan tokoh – tokoh besar Ikhwanul Musslimin seperti Hassan Al-Banna dan Sayyid Quthb, yang menolak demokrasi dsan enggan terlibat di dalamnya.12 Sekalipun pemikiran politik Al-Turabi, cenderusng sama dengan pendahulunya itu, dalam hal mempertentangkan antara demokrsasi dan shura.13 Meskipun apa yang dilakukan oleh Al-Turabi, -dalam hal membsentuk partai politik- juga telah dilakukan oleh para penerus gerakan Ikhwanusl Muslimin di Mesir, pasca tumbangnya rezim Husni Mubarrak, dengan memsbentuk Partai Kebebasan dan Keadilan, di bawah kepemimpinan Mohammed al-Msursi.14. 10. https://www.hrw.org/legacy/press/2002/03/turabi-bio.htssm diakses pada 03/03/2020 https://www.sudantribune.com/spip.php?article27123 diaskses pada 03/03/2020 12 https://tirto.id/sayyid-qutb-mati-tapi-idenya-abadi-bagi-kaum-islam-politik-cvvc diakses pada 03/03/2020 13 Hasan al-Turabi, As-Shura wa Dimukratiyyah; Isykalat Al-Musthalah wa Al-Mafhum, Makalah Ilmiah, Disampaikan dalam lokakarya politik dan strategi di Khurtum, dan disebarkan oleh pemerintah Sudan pada September 1984. 11. 14. https://nasional.kompas.com/read/2011/05/01/0201288/ikhwanul.muslimin.akhirnya.bikin.partai diakses pada 03/03/2020.

(13) 8. Namun demikian, untuk kasus Al-Turabi cukup mengherankan, sebagai tokoh yang mempersoalkan demokrasi, ia sekaligus sebagai pemimpin partai politik. Bahkan melalui partai besutannya, -partai Kosngres Nasional- Al-Turabi menduduki sejumlah jabatan penting di Sudan, sepertsi; menteri luar negeri dan jaksa agung.15 Partainya itu pulalah yang mendominassi kursi parlemen Sudan sejak 1989, dan mengantarkan rekan se-pertainya Osmar Al-Bashir menjadi presiden ke 7 negara Sudan.16 Sekalipun pada 199s9 Al-Turabi kemudian berkonflik dengan rekannya itu, yang membuatnya mendssirikan menarik diri dari Partai Kongres Nasional (NCP), dan mendirikan Partai Konsgres Populer (NCP).17s Desngan demikian, Keikutsertaan cendikiawan muslim tersebut membesut partai politsik dalam kontestan demokrasi, tidak serta merta membuat berhentinya diskursus tesntang diterima atau ditolaknya demokrasi. Bahkan penolakan terhadap demsokrasi dan opsi penggantiannya dengan shura, menjadi isu periodik dalam setiap psserebutan kursi kepemimpinan negara dalam setiap tingkatan, dan tidak jarang mesnyumbang bagi semakin memanasnya atmosfir politik sebuah negara. Tidak adas bedanya dengan yang terjadi di Sudan dan Mesir, tokoh Islam. 15. https://en.wikipedia.org/wiki/Hassan_Al-Turabi diakses pada 03/03/2020 https://en.wikipssedia.org/wiki/Omar_al-Bashir diakses pada 03/03/2020 17 https://en.wikipedssia.org/wiki/Popular_Congress_Party_(Sudan) diakses 03/03/2020 16.

(14) 9. yang gencar menolaks demokrasi di Indonesia misalnya, ikut serta dalam menyatakan dukungannsya terhadap partai politik tertentu pada pemilihan umum April 2019 lalu.18 Padahal partai poslitik merupakan institusi penting demokrasi yang diserahi tugas mengelola ksemerdekaan berkumpul, berserikat dan menyatakan pendapat oleh rakyat, untukss kemudian dibentuk keterwakilan rakyat itu dalam sebuah institusi bernama parlsemen. Wakil-wakil rakyat yang terhimpun dalam parlemen itu diserahi mandat untuk mewakili kepentingan rakyat dalam proses politik dan pemerintahan.19 sKepentingan rakyat dalam proses politik dan pemerintahan itu, dijadikan dassar dalam proses legislasi di parlemen oleh para wakil rakyat.s Parlemsen dalam artian yang demikian itu, merupakan bentuk real kedaulatan raskyat. Sebab parlemen diserahi tugas secara aktif mewakili kepentingan rakyat, menyerap kepentingan itu melalui pertemuan langsung atau diskusi, dan messnuangkannya dalam bentuk legislasi. Fungsi itu berkenaan. 18. https://kumpsaran.com/@kumparannews/fpi-siap-menangkan-prabowo-sandi-di-pilpres2019-1537877172546s003291 diakses 01/10/2019 19 Rudy, Konstitsusionalisme Indonesia, (Bandar Lampung: PKK-PUU FH UNILA,2013), hlm.7..

(15) 10. dengan fungsi perswakilan, fungsi deliberasi, dan fungsi legislasi dari parlemen. Yang mana ketiga ussnsur itu, merupakan fungsi pokok dari parlemen.20 Berkenaan desngan fungsi tersebut, maka ikut serta dalam parlemen, baik sebagai partai oposisi atau sebagai yang berposisi, harusnya berarti menerima teori kedaulatan rakysat. Sebab kedaulatan rakyat itu, salah satunya dijalankan melalui fungsi-fungsi pssarlemen secara universal. Namun, persoalannya tentu tidak sesederhana itu.s Dengan demikisan, penting meninjau keabsahan partai politik dalam hukum Islam. Demi mesndapatkan titik terang antara hubungan partai politik dan demokrasi menurut huksum Islam. Untuk kasus ini, tepatlah mengambil pemikiran Hasan al-Turabsi sebagai pisau analisis. Sebab disamping Al-Turabi sebagai seorang pemimpin partai politik, juga sebagai tokoh yang mempersoalkan demokrasi dalam hukum Islsam.. 20. Hague, Rod Martin Harrops, and Shaun Breslin, Comparative Government and Politics: An Introduction, (Hampshire: MacMilslan Press Ltd, t.t.), hlm. 190 dan 192..

(16) 11. B. Rumusan Masalahs Problematika legalitass partai politik menurut hukum Islam, erat kaitannya dengan Islam sebagai “dagansgan” oleh oknum partai politik. Fenomena tesebut di tengah belum ada kata sepakat tentang keabsahan demokrasi menurut hukum Islam. Sementara itu partai poslitik sendiri merupakan salah satu pilar demokrasi. Sebagai pilar demokrasi, partsai politik merupakan institusi yang dikehendaki menjamin terwujudnya demokrassi. Persoalannya, ketika keasbsahan demokrasi dipertikaikan, partai politik diadopsi dalam sistem bernegara oleh oknum politikus muslim. Bahkan tidak jarang klaim paling benar keislamsan menjadi wajah pertengkaran periodik oknum politikus muslim. Hal itu semsakin menegaskan bahwa problematika partai politik dalam hukum Islam perlu diskaji ulang. Dengan. demikian,. persoalans. penting. penelitian. ini. adalah. keabsahan/legalitas partai politik menursut hukum Islam. Legalitas itu akan ditinjau menggunakan pemikiran Hasan sal-Turabi, seorang tokoh muslim dari Sudan. Karena persoalan partai politik dsalam hukum Islam berkaitan dengan demokrasi, maka digunakan teori-teori tenstang partai politik dan teori tentang demokasi dalam hukum Islam, sebagai landasan teori. Hal berikutnya yang penting adalah kondisi politik Islam di nsegara Sudan. Sebab bagaimanapun.

(17) 12. tempat dan lingkungan sosial seseorang tsokoh, bekontribusi terhadap corak pemikirannya.s Hasan ssal-Turabi menjadi menarik, disebabkan pemikirannya tentang demokrasi serta sperannya dalam membentuk partai politik di Sudan. Sehingga tepat menjadikasn pemikirannya sebagai landasan dalam mempersoalkan keabsahan partai spolitik dalam hukum Islam. Untuk menfokuskan penelitian, permasalahan itu aksan dikerucutkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.. Bagaimasna pendapat Hasan al-Turabi tentang hubungan Demokrasi dan Shursa dalam negara menurut hukum Islam ?. 2.. Bagaimansa pandangan Hasan al-Turabi tentang keabsahan partai politik dalasm hukum Islam ?. s C. Tujuan Penelitian Psenelitian ini bertujuan menjelaskan kedudukan partai politik dalam hukums Islam. Di tengah perdebatan tentang demokrasi menurut hukum Islam yang tisdask pernah usai. Penelitian ini menggunakan pendapat seorang tokoh Islam smosdern Hasan al-Turabi, sebagai landsan meninjau dasar-dasar pembentsukasn partai politik di negara Sudan khususnya. Ijtihad politik tokoh muslim itsu, digunakan untuk menemukan alasan keikutsertaan partai-partai.

(18) 13. politik di nsegara muslim dalam sistem demokrasi, yang masih menuai perdebatan. Secara pointer, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.. Untuk mengetahui pendapat Hasan al-Turabi tentang hubungan Demokrasi dan Shura dalam negara menurut hukum Islam.. 2.. Untuk mengetahui pandangan Hasan al-Turabi tentang keabsahan partai politik dalam hukum Islam..

(19) 14. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberi manfaat bagi : 1.. Penulis, untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada fakultas syariah IAIN Bukittinggi.. 2.. Penulis, memahami secara lebih jelas tentang legalitas partai politik dalam hukum Islam menurut Hasan al-Turabi.. 3.. Mahasiswa/i jurusan siyasah. Diharapkan nantinya mahasiwa/i dapat memahami tentang kedudukan partai politik dalam hukum Islam, berlandaskan ijtihad politik Hasan al-Turabi. Ataupun setidaknya menjadi pemantik bagi mahasiswa/i untuk mengkaji legalitas partai politik secara lebih mendalam.. 4.. Para penggiat dan pengkaji politik Islam, terlebih berkaitan dengan demokrasi dan negara bangsa;. 5.. Masyarakat umum yang bersentuhan lansung dengan partai politik di negara-negara muslim umunya, Indonesia khususnya. Apalagi setiap momentum pemilihan umum (Pemilu).. E. Tinjauan Kepustakaan.

(20) 15. Peneslitian ilmiah tentang pemikin Hasan al-Turabi telah banyak dipublikasikan. Hasil publikasi itu ada yang berbentuk buku atau jurnal. Namun, belum penuliss dapatkan penelitian yang secara khusus membahas pendapat Hasan al-Turasbi tentang legalitas partai politik dalam hukum Islam. Padahal Hasan al-Turabsi merupakan politikus muslim berpengaruh pada masanya di Sudan. Adapun karya ilmiah yang menganalisa pemikiran Hasan al-Turabi, dalam bahasa Indonesia- jarang menyinggung pemikian politiknya, atau penulis belum. menemukannya.. Kebanyakan. karya. itu,-yang. penulis. temukan-. menyinggung kontribusi Hasan al-Turabi dalam bidang pembaharuan hukum Islam (usul fiqh) ataupun tafsir. Hal tersebut tidak dipungkiri memang, sebab AlTurabi, selain seorang politisi, juga menulis sebuah buku yang cukup fenomenal dalam usul fiqh, yaitu “Qadaya al-Tajdid: Nahwu Minhaj Usuli”. Diantara karya yang menganalisa pemikiran al-Turabi dalam hukum Islam, adalah karya Mohammad Hatta (mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga), yang berjudul “Pemikiran hukum Islam Hasan al Turabi”. Karya itu membahas tentang kontribusi al-Turabi dalam pembaharuan hukum Islam, dengan tidak sepenuhnya meninggalkan yang lama. Karya lainnya adalah karya Nur Endah Kusumaningrum, yang membahas “Pengembangan Ushul Fiqh Menurut.

(21) 16. Hasan Turabi(Teori Qiyas Ausa’)”. Di bidang tafsir, diantara yang mengkaji pemikiran Hasan al-Turabi adalah sebuah karya ilmiah berjudul “Kajian Kritis Atas Kitab Al-Tafsir Al-Tawhidi Karya Hasan Al-Turabi”. Sementara itu, karena penelitian ini adalah kajian tentang partai politik dari sudut pandang Hukum Islam. Kajian yang demikian sudah ramai dalam khazanah inteletual Hukum Islam. Diantara yang pernah mengemukakan adalah Abdul Aziz Izzat Al-Khayyat (w. 2011), dalam bukunya An-Nizam As-Siyasi Fil Islam. Al-Khayyat -seorang yang berkebangsaan Palestina-, dalam memaparkan irisan yang sama antara demokrasi dan shura, mencantumkan partai politik sebagai salah satu diantaranya. Namun karena bahasan utama buku itu, aturan umum dalam politik Islam, sehingga bahasan partai politik hanya “disinggung” ketika membicarakan demokrasi.21 Tidak dibahas tentang persinggungan partai politik dengan persoalan penting demokrasi, yaitu kedaulatan rakyat. Sedangkan desertasi Yusril Ihza Mahendra yang berjudul “Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam: Perbandingan Partai Masyumi (Indonesia) dan Partai Jama’at-I Islam (Pakistan)”, menitik beratkan penelitian pada persoalan gerakan partai politik. Sehingga bahasannya dan kajiannya bukanlah persoalan kedudukan partai politik di depan Hukum Islam. Selain itu,. 21. Abdul Aziz Izzat Al Khayat, An Nizham As Siyasi fi Al Islam, . . . . ,hlm. 91-93.

(22) 17. penelitian tersebut bertolak dari aspek empiris. Sehingga penelitian itu, adalah menjadi dasar dalam memaparkan posisi masing-masing partai politik dalam kancah demokrasi. Atau dalam penelitian ini, dijadikan rujukan sekunder.22 Sedangkan penelitian-penelitian lain dalam berbagai jurnal yang tersebar, seringkali membahas kaitan Hukum Islam dan demokrasi, menurut berbagai aspek. Diantara penelitian itu, seperti; Islam dan Demokrasi: Sebuah Ijtihad Partai Politik Islam (Studi Kasus Partai Masyumi dan Partai Keadilan Sejahtera); atau Tinjauan Al-Quran Dalam Nalar Politik Dunia Islam; dan lain sebagainya. Mayoritas penelitian itu menitik beratkan pada demokrasi. Jarang sekali, menjadikan legalitas partai politik dalam hukum Islam sebagai pokok bahasan. Sekalipun penelitian itu menyebutkan partai politik, tetapi tidak dalam hubungannya dengan kedaulatan rakyat yang diperdebatkan dalam sistem demokrasi. Membaca itu semua, penelitian ini telah mencukupi untuk menjadi tawaran baru dalam melihat kedudukan partai politik dalam Hukum Islam, dalam dilema berkepanjangan tentang demokrasi. Dengan mengambil ijtihad politik Hasan alTurabi sebagai dasar. Sebab disamping persoalan partai politik masih terus. 22. Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam: Perbandingan Partai Masyumi (Indonesia) dan Partai Jama’at-I Islam (Pakistan), (Jakarta: Paramadina, 1999), hlm. 60-73..

(23) 18. menjadi diskursus dalam dunia akademik, jarang yang menjadikan pemikiran Hasan al-Turabi sebagai kaca mata untuk melihatnya.. F. Penjelasan Judul Judul penelitian ini adalah “Legalitas Partai Politik Dalam Hukum Islam; Meninjau Keabsahan Partai Politik Dalam Hukum Islam Menurut Hasan al-Turabi”. Sedangkan maksud beberapa kata dalam judul ini adalah sebagai berikut: •. Legalitas: Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), legalitas diartikan sebagai keabsahan atau keadaan sah atau tidak. Dalam penelitian ini, tepatlah hal itu yang dimaksud. Sebagaimana bisa ditangkap dari uraian latar belakang masalah.23. •. Partai Politik: Kata Partai Politik terdiri dari dua suku kata, yaitu partai dan politik. Kata partai sendiri berasal dari bahasa latin “partire” yang berarti membagi.24 Sedangkan kata politik dalam bahasa Belanda mengandung arti beleid atau kebijakan.25 Terkait defenisi partai politik, banyak ahli mengemukakan pendapat, namun yang relevan. 23. KBBI Efriza, Political Explore, (Bandung:Alfabeta,2012), hlm.213 25 M.Iwan Satriawan, Politik Hukum Pemerintahan Desa, (Yogyakarta:jurnal PSHKUII,2012),hlm.128 24.

(24) 19. dengan arti kedua suku kata ini adalah sebagaimana yang dikemukakan Ranney dan Kedall, bahwa Partai Politik adalah “kelompok otonomi yang membuat suatu nominasi dan pemilihan dengan harapan pada akhirnya mengatur dan melatih kontrol atas personal dan kebijakan pemerintah”.26 Demikianlah yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu partai politik yang menjadi salah satu pilar demokrasi. •. Hukum Islam: Kata hukum Islam terdiri dari dua suku kata, yaitu hukum dan Islam. Hukum dalam tinjauan usul fiqh atau bahasa arab adalah sesuatu yang digunakan untuk menetapkan atau menegasikan sesuatu.27 Sementara Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Jadi hukum Islam yang menjadi kaca mata inti penelitian ini, atau dalam bahasa lain hukum syariat, adalah ketentuan Allah Swt (mencakup wajib, sunah, haram, makruh, sah dan batal) tentang setiap aktivitas manusia yang sudah dipandang cakap hukum (baligh).28 Ada banyak sumber dalam hukum Islam, salah satunya. 26. Ranney dan Kedall dalam Efriza, Political Explore, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 232 Jalaluddin al-Mahalli, Syarh Jam’ul Jawami’, (Indonesia: Dar al-Ihya’, t.t.), hlm. 46 28 Jalaluddin al-Mahalli, Syarh Jam’ul Jawami’, . . . . , hlm. 47-48 27.

(25) 20. adalah ijtihad. Dalam penelitian ini digunakan ijtihad Hasan al-Turabi untuk melihat keabsahan partai politik. •. Keabsahan: artinya kesahan.. •. Hasan al-Turabi: seorang tokoh muslim asal Sudan, lahir pada 1932 di Kassala, Sudan Timur. Wafat di Khartum, Sudan pada tahun 2016.. Secara keseluruhan maksud judul ini adalah membahas persoalan keabsahan partai politik dalam hukum Islam. Untuk mengamati keabsahan itu, digunakan ijtihad Hasan al-Turabi. Sebab ijtihad merupakan salah satu sumber dalam hukum Islam setelah Al-Qur’an dan Hadits.. G. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian digunakan sebagai sebuah prosedur bagaimana mendapatkan pengetahuan tentang fenomena yang ada. Metode penelitian juga dimaksudkan agar peneliti dalam melakukan penelitian konsisten dan sistematis. Sehingga hasil penelitian baik dan sesuai dengan harapan. 1.. Jenis Penelitian Untuk keperluan penelitian ini, penulis menggunakan metode. penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif menekankan pemahaman mendalam tehadap sebuah persoalan. Penelitian kualitatif melibatkan.

(26) 21. upaya. mengajukan. pertanyaan-pertanyaan. dan. prosedur-posedur,. pengumpulan data secara spesifik, menganalisis data secara induktif, dan menafsikan makna dari data yang didapat.29 Metode penelitian kualitatif yang penulis pakai dalam hal ini adalah metode penelitian hukum Islam normatif. Metode penelitian normatif yang digunakan adalah studi dogmatik (doctrinal research). Penelitian dogmatik merupakan suatu penelitian yang dikerjakan dengan tujuan menemukan asas atau doktrin hukum terhadap sebuah persoalan. Karena legalitas itu merupakan perkara normatif, tepatlah menggunakan studi dogmatik dalam menemukan hukumnya. Lebih lanjut, penelitian tentang legalitas itu adalah usaha menemukan kedudukan hukum. Maka dalam kerangka itu, penelitian asas hukum (doctrinal research) dilanjutkan dengan penelitian legal research (istimbath ahkam). Penelitian terakhir ini berusaha menemukan apakah hukum suatu perkara in concreto. Tujuan pokoknya adalah hendak menguji apakah suatu asumsi yang didapat dari studi dogmatik tertentu memang dapat digunakan untuk memecahkan masalah hukum tertentu in concreto.. Sehingga dalam penelitian ini, norma-norma hukum Islam. John W. Creswell. “Reasearch Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Method Approaches 4th Edition”, California, SAGE Publications (2013) 29.

(27) 22. secara abstrak –seperti usul fiqh dan qawaid fiqh- diberlakukan sebagai premis mayor (muqaddimah qubra). Sedangkan fakta-fakta yang relevan dalam suatu perkara (legal facts), hanya dipakai sebagai premis minor (muqaddimah shugra). 2.. Pendekatan Penelitian Untuk memudahkan penelitian tentang legalitas partai politik dalam. hukum Islam itu, penulis menggunakan pendekatan historis-deskriktif. Karena penelitian ini berkaitan dengan tokoh muslim Hasan al-Turabi, peneliti tidak mungkin meluputkan penjelasan tentang temuan penelitian, dari sejarah yang membentuk dan mempengaruhi pemikiran al-Turabi. Meskipun penjelasan tentang fakta sejarah itu, ditinjau sebagai pengantar untuk menentukan legalitas partai politik menurut hukum Islam.. 3.. Teknik Pengumpulan Data Sedangkan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah. studi pustaka (library research). Teknik ini dipilih karena sejalan dengan penelitian kualitatif dengan spesifikasi penelitian hukum normatif. Studi pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan.

(28) 23. penelitiannya. Ia merupakan suatu penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya.30 Untuk keperluan ini, penelitian tersebut dilakukan melalui mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang relevan dengan pokok penelitian, terutama karya-karya alTurabi dan karya lain terkait politik Islam. Pengumpulan data yang bersifat kepustakaan, dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahanbahan pustaka yang relevan.. H. Rancangan Sistematika Penelitian Agar diperoleh suatu gambaran yang memadai dan mudah dipahami, maka sistematika penulisan dalam penelitian ini akan disusun sebagai berikut: BAB I : Sebagai bab pengantar untuk memberi penjelasan dan dasar pemikiran agar pokok persoalan menjadi jelas. Sehingga pada bagian bab ini dibahas mengenai. metode penelitian dan. rumusan masalah, serta tinjauan. pustaka. Hal lain yang dibahas adalah yang membedakan kajian ini dengan kajiankajian sebelumnya.. 30. Mustika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Nasional, 2004), hlm. 2-3.

(29) 24. BAB II: Oleh karena setiap penelitian membutuhkan kerangka analisis atau alat analisa. Maka bab ini menjelaskan tentang landasan teori. Teori itu dipakai dan digunakan untuk menjelaskan hasil penelitian. Teori yang digunakan disini mencakup teori tentang riwayat hidup dan pemikiran Hasan al-Turabi, sebagai dasar pemikiran. Sebab penting mengetahui latar belakang tokoh dan corak pemikirannya, sebelum mengupas lebih dalam pandangan-pandangannya. Sebagaimana tidak kalah pentingnya pembahasan tentang latar sosial yang membentuk pemikirannya. Dalam penelitian ini berkaitan dengan situasi pergerakan politik Islam di negara Sudan. Hal itu kemudian dibingkai dalam satu penelitian terkait partai politik dan demokrasi dalam sistem politik modern. Pembahasan pada bab iniakan ditutup dengan pemaparan tentang polemik demokrasi dan shura dalam hukum Islam. BAB III: Persoalan yang menjadi inti dari penelitian ini, dibahas pada Bab III. Bab ini akan dibuka dengan pembahasan tentang pemikiran Hasan al-Turabi tentang demokrasi dan shura. Sedangakan inti pembahasan pada bab ini, sekaligus inti penelitian ini- adalah analisa legalitas partai politik dalam hukum Islam, perspektif Hasan al-Turabi. BAB IV: Tulisan ini akan ditutup dengan Bab IV yang berisikan uraian mengenai kesimpulan-kesimpulan. Kesimpulan itu sebagai jawaban atas berbagai.

(30) 25. permasalahan yang dipaparkan sebelumnya. Juga pada bab itu dicantumkan bagian saran yang akan menunjang bagi perbaikan ke depannya..

(31) BAB II LANDASAN TEORI. A. Pergerakan Politik Islam di Sudan Sebagai negara dengan mayoritas muslim, Sudan diwarnai dengan banyak kontestasi pemikir muslim. Sehingga tidak mengherankan Sudan banyak menjadi tujuan para pelajar muslim dari berbagai penjuru dunia. Diantara pemikir Sudan yang cukup besar pengaruhnya, ada Mahmud Muhammad Taha (digantung rezim Nimeiry), Abdullah Ahmad al-Na’im (murid Mahmud Muhammad Taha), dan Hasan al-Turabi. Demi memahami kontestasi pemikiran Islam di Sudan, khususnya di bidang politik, pada pembahasan ini, dipaparkan kondisi geografis, historis dan politik negara Sudan. Hal ini penting dikemukakan, untuk memahami kondisi sosio-politik yang membentuk pemikiran Hasan al-Turabi. Hasan al-Turabi besar dan terjun ke dunia politik, dalam kondisi sistem politik negara yang cukup panas di Sudan. Tetapi semua kekuatan politik negara Sudan, pernah menjalin hubungan baik dengan al-Turabi. Dengan demikian, perannya sangat sentral dalam politik di Sudan. 1. Geogafis dan Historis Sudan. 20.

(32) 21. Sudan adalah negara yang terletak di timur laut Afrika. Secara geografis, Sudan berbatasan dengan Mesir disebelah utaranya, berbatasan dengan Sudan Selatan di selatan, berbatasan dengan Afrika Tengah dan Kongo di sebelah barat daya serta berbatasan dengan Chad di Barat dan berbatasan dengan Libya di barat lautnya. Sudan juga berbatasan dengan Eritrea dan Ethiopia disebelah tenggaranya. Sedangkan di Timur laut Sudan adalah Laut Merah (Red Sea). Kebanyakan wilayah Sudan adalah daratan dan hanya beberapa tempat yang berupa pengunungan. Titik tertinggi Sudan adalah Deriba Caldera (3042m) yang terletak di Gunung Marrah.31 Sebelum merdeka, Sudan -sama dengan Mesir- di bawah penjajahan Inggris, sejak tahun 1898. Sejak merdeka pada 1 Januari 1956, Sudan beberapa kali berganti sistem pemerintahan. Mulai dari sistem pemerintahan parlementer, presidensil, dan rezim militer. Sehingga menyebabkan negara itu, seringkali berada dalam kondisi tidak stabil. Pemerintahan Sudan dikendalikan dari ibukota negara tersebut di Khartoum.32 Pada tahun 2011 diadakan referendum di negara tersebut, yang menyebabkan berpisahnya Sudan dan Sudan Selatan. Referendum tersebut merupakan jalan tengah dari konflik berkepanjangan antara Sudan Utara (mayoritas Arab muslim) 31 32. https://ilmupengetahuanumum.com/profil-negara-sudan/, diakses 23 Juni 2020 https://ilmupengetahuanumum.com/profil-negara-sudan/, diakses 23 Juni 2020.

(33) 22. dan Sudan Selatan (didominasi non-muslim), yang telah berjalan selama 21 tahun. Berpisahnya Sudan Selatan, memperparah keterpurukan ekonomi Sudan. Dimana menyebabkan Sudan kehilangan tiga perempat daerah penghasil minyaknya.33 2. Kontestasi Politik Islam di Sudan Dalam bidang keagamaan, Sudan merupakan negara dengan persentase muslim mencapai 97%, dari keseluruhan penduduknya, pasca lepasnya Sudan Selatan. Mayoritas muslim Sudan adalah Sunni penganut mazhab Maliki. Penganut mazhab Maliki di Sudan identik dengan sufisme. Dimana para fuqaha’ yang mengajarkan Islam di Sudan, sekaligus seorang sufi pengikut aliran tarekat.34 Para penganut sufi di Sudan disebut sebagai kelompok sufi tradisional (Tradition-bound sufi order). Kelompok sufi ini memiliki pengaruh dan masa yang tidak sedikit di Sudan. Meskipun kelompok ini terkotak-kotak dalam aliran tarekat yang berbeda-beda, namun mempunyai pengaruh yang signifikan dalam politik Sudan.35. 33. https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/dunia/18/04/17/p7bjoi313-islam-di-sudanpotensi-yang-meredup, diakses 23 Juni 2020 34 Maruyama Daisuke, Redefining Sufism in Its Social and Political Contexts: The Relationship between Sufis and Salafis in Contemporary Sudan (Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, 8 Maret 2015), hlm. 40–56. 35 A. MacMichael, A History of the Arabs in Sudan, and Some Accounts of the People who Preceded Them and of the Tribes Inhabiting Darfur, (Cambridge: Cambridge University Press, 2011), hlm. 3-11.

(34) 23. Kelompok terbesar aliran sufi di Sudan adalah pengikut tarekat as-Samaniyah dan al-Khatmiyah. Kelompok Khatmiyah bahkan membentuk partai politik yang cukup berpengaruh sepanjang politik Sudan. Partai politik bentukan Khatmiyah merupakan partai politik tertua di Sudan. Khatmiyah merupakan kelompok sufi penganut tarekat Khatmiyah. Tarekat ini didirikan oleh Muhammad Utsman al-Mirghani. Kelompok ini merupakan diantara penganut tarekat terbesar di Sudan. Kelompok ini merupakan rival politik terbesar kelompok Anshar, sejak sebelum kemerdekaan Sudan. Kelompok ini kemudian. mendirikan. partai. dengan. nama. Partai. Persatuan. Nasional. (NUP/National Unionist Party), pada tahun 1952. Kemudian pecah pada tahun 1956, dan bersatu kembali pada tahun 1967 dengan nama Partai Persatuan Demokrasi (DUP/Democratic Unionist Party). Partai ini identik dengan trah alMirghani. Diantara tokoh terkenal partai ini adalah Ismail al-Azhari (Presiden Sudan 1965-1969), dan Ahmed al-Mirghani (Presiden Sudan 1986-1989). Partai ini memenangi kursi parlemen Sudan pada dua kali periode pemerintahan koalisi tiga arah, antara; fraksi Khatimiyah, Anshar dan al-Turabi.36 Kekuatan politik Islam berikutnya yang ikut meramaikan kontestasi politik di Sudan adalah kelompok Anshar. Anshar merupakan kelompok bercorak sufi di John Pike, “Democratic Unionist Party”, dalam Political Handbook of the World 2014, ed. Tom Lansford (California: CQ Press, 2014), hlm. 1368 36.

(35) 24. Sudan. Namun, bukan penganut sufi yang identik dengan amalan tarekat. Pengikutnya adalah murid spritual Muhammad Ahmad (w. 1885), yang memproklamirkan diri sebagai “al-Mahdi al-Muntazar”. Kelompok ini ikut dalam perjuangan kemerdekaan Sudan, sebagaimana Khatimiyah. Pada masa kepemimpinan Abdurrahman al-Mahdi (w. 1959), mereka meng-organisir partai yang disebut dengan Partai Umma Nasional atau Partai Umma (UP/Ummah Party), pada tahun 1954. Salah satu pemimpinnya yang terkemuka adalah Sadiq al-Mahdi, keturunan ketiga dari Muhammad Ahmad. Sadiq al-Mahdi dua kali menjadi perdana menteri Sudan. Keduanya dalam rentang pemerintahan koalisi dengan fraksi Khatmiyah dan pendukung Hasan al-Turabi dalam Islamic Charter Fornt (ICF). Periode pertama 1966-1967. Periode kedua 1986-1989.37 Koalisi tahap pertama yang dipimpin Ismail al-Azhari (1965-1969) ditumbangkan oleh Kolonel Ja’far Muhammad an-Nimeiry (memimpin Sudan dari 1969-1985), yang melakukan kudeta bersama kaum kiri, pada 26 Mei 1969. Kudeta itu disebut dengan “Revolusi Mei”.38 Nimeiry bersama loyalisnya dari kalangan sosialis memperkenalkan agenda ekonomi sosialis, menangguhkan konstitusi Islam yang tengah dirumuskan, membubarkan dewan tertinggi dan. 37. Gabriel Warbug, Islam, sectarianism, and politics in Sudan since the Mahdiyya (Madison: Univ of Wisconsin Press, 2003), hlm. 125–127. 38 Edgar O Balance, The Secret War in the Sudan (London: Faber & Faber, 1977), hlm. 103..

(36) 25. membekukan partai politik.39 Pemuka politik Islam dari kalangan Khatmiyah, Anshar dan ICF ditangkap, dan dijebloskan ke penjara, termasuk Ismail al-Azhari dan Hasan al-Turabi. Di samping itu, Nimeiry menandatangani perjanjian damai dengan Sudan Selatan dan memberikan hak otonomi, yang mengakhiri Perang Saudara Sudan pertama (1955-1972).40 Kekuatan politik Islam ketiga adalah National Islamic Front (NIF). NIF merupakan organisasi politik Islam yang didirikan pada tahun 1976 di Sudan. Pendukungnya dari kalangan Ikhwanul Muslimin Sudan. Hasan al-Turabi merupakan salah satu tokoh sentralnya. Organisasi ini merupakan kelanjutan dari organisasi ICF. Tujuan organisasi ini adalah formalisasi syariat Islam dalam bernegara.41 NIF awalnya merupakan gerakan bawah tanah, dari para tahanan politik mantan anggota ICF yang dibubarkan Nimeiry. Namun NIF berhasil mempengaruhi pemerintahan Sudan sejak tahun 1979. Bertepatan dengan pasca dibebaskannya al-Turabi bersama tahanan politik oposisi dari penjara oleh rezim Nimeiry. Pasca terjadinya rekonsiliasi pihak oposisi dengan Nimeiry pada tahun 1977. Rekonsiliasi 1977 terjadi karena Nimeiry berselisih dengan sekutu 39. Edgar O Balance, The Secret War in the Sudan, . . . , hlm. 104. https://en.wikipedia.org/wiki/First_Sudanese_Civil_War, diaskes 30 Juli 2020 41 Gilles Kepel, Jihad, on the Trail of Political Islam (Cambridge: Harvard University Press, 2002), hlm. 177 40.

(37) 26. komunisnya. Sehingga dia menarik kekuatan Islam kedalam pemerintahannya. Sekalipun Nimeiry tetap mencitrakan pemerintahannya dengan sosialis sampai akhir.42 Pasca rekonsiliasi Nimeiry dengan NIF (1978), al-Turabi dipromosikan ke jabatan Jaksa Agung.43 Selama menjabat sebagai jaksa Agung, al-Turabi memperkenalkan penerapan hukum syariat. Sehingga menyebabkan perlawanan dari rakyat Sudan selatan. Sekaligus menyebabkan berakhirnya 11 tahun masa damai, dan berawalnya Perang Saudara Sudan Kedua pada tahun 1983.44 Hukum Islam yang diperkenalkan al-Turabi, dijadikan alasan oleh Nimeiry untuk menghukum lawan politiknya. Dengan merangkul kekuatan NIF melalui alTurabi, Nimeiry menjalankan hukum Islam secara militeristik. Mahmud Muhammad Taha (seorang intelektual muslim Sudan), dikirim ke tiang gantungan, oleh Nimeiry.45 Sehingga menyebabkan bergejolaknya pemberontakan dari rakyat sipil. Berakhir pada kejatuhan pemerintahan Nimeiry pada tahun 1985.46. 42. Gilles Kepel, Jihad, on the Trail of Political Islam , . . . ,hlm. 177 Gilles Kepel, Jihad, on the Trail of Political Islam , . . . ,hlm. 179-180. 44 https://en.wikipedia.org/wiki/Second_Sudanese_Civil_War, diakses 30 Juli 2010 45 Robin Wright, Sacred Rage: The Wrath of Militant Islam (New York: Simon & Schuster, 2001), hlm. 203 46 Alain Gresh, ‘Le Soudan après la dictature’ (Sudan after the dictatorship), Le Monde diplomatique, October 1985 43.

(38) 27. Kejatuhan Nimeiry itu mengantarkan pada pemilihan umum multi partai pertama di Sudan sejak 1968. Ummah Party (UP), keluar sebagai pemenang dengan 101 kursi dari 260 kursi yang dipertandingkan. Namun, dari 67.5% rakyat Sudan yang ikut memilih, tidak ada partai yang menang dengan kekuatan mayoritas (+50%).47 Sehingga dibentuk pemerintahan koalisi antara Ummah Party (UP), Democratic Unionist Party (DUP) dan National Islamic Front (NIF).48 Shadiq al-Mahdi (UP) sebagai perdana menteri, Ahmed al-Mirghani (DUP) sebagai presiden dan Hasan al-Turabi (NIF) sebagai wakil perdana menteri merangkap menteri luar negeri. Pada tahun 1989, Sadiq al-Mahdi menandatangani akta genjatan senjata dengan Sudan People's Liberation Movement (SPLM) dari Sudan Selatan. Akta itu berisikan; ketentuan untuk gencatan senjata, pembekuan syariah (yang ditentang oleh non-Muslim selatan), pencabutan keadaan darurat, dan penghapusan semua pakta politik dan militer asing dan mengusulkan konferensi konstitusional untuk memutuskan masa depan politik Sudan. Al-Mahdi membentuk koalisi kekuatan politik baru, untuk diterimanya akta tesebut di parlemen. Koalisi itu terdiri dari Ummah Party (UP), Democratic Unionist Party (DUP) dan perwakilan partai dari. 47 Dieter Nohlen, Michael Krennerich, Bernard Thibaut, Elections in Africa: A data handbook (British: Oxvord, 2003), hlm. 856. 48 https://www.globalsecurity.org/military/world/sudan/political-parties-nif.htm, diakses 23 Juni 2020.

(39) 28. Sudan Selatan. NIF menolak bergabung, karena dianggap tidak berkomitmen menegakkan syariat Islam. Kemudian NIF berkoalisi dengan Jendral Umar alBashir menumbangkan pemerintahan al-Mahdi pada 30 Juni 1989.49 Sejak 1989 NIF berhasil mendominasi Koalisi ini kemudian membentuk Revolutionary Command Council for National Salvation (RCC-NS). Sebuah otoritas militer nasional di bawah kuasa al-Bashir, untuk menjaga stabilitas kekuasaan.50 Pada tahun 1999 terjadi konflik antara al-Turabi dengan al-Bashir. Konflik bermula ketika parlemen di bawah pimpinan al-Turabi membahas undang-undang mengurangi kekuasaan presiden. Al-Bashir kemudian membubarkan parlemen dan menyatakan kondisi darurat nasional. Al-Turabi dilucuti dari segala jabatan politiknya di NIF. Di bawah kuasa al-Bashir, NIF kemudian berubah menjadi satu-satunya partai politik yang diakui negara, dengan nama National Congress Party (NCP). Al-Turabi yang dijebloskan ke penjara, mengumpulkan basis kekuatan politiknya dan mendirikan Popular Congress Party (PCP).51 Anggota partai PCP ini sering disebut sebagai pengikut setia al-Turabi. Sejak saat itu al-Turabi menjadi oposisi, 49. https://en.wikipedia.org/wiki/National_Islamic_Front#cite_note-GKJTPI2002:177-3, diakses 30 Juli 2020. 50 https://en.wikipedia.org/wiki/Revolutionary_Command_Council_for_National_Salvation#: ~:text=The%20Revolutionary%20Command%20Council%20for,Gen, diakses 23 Juni 2020 51 https://en.wikipedia.org/wiki/Popular_Congress_Party_(Sudan), diakses 08 Juli 2020.

(40) 29. dari pergerakan Islam Moderat Sudan bersama al-Mahdi dan al-Mirghani, bagi pemerintahan Islam-militeristik, al-Bashir. Konflik terbesar yang terjadi selama pemerintahan al-Bashir adalah konflik di Darfur. Konflik tersebut menyita perhatian dunia internasional. Banyak pihak yang berspekulasi tentang konflik tersebut. Diantaranya ada yang menyatakan konflik antara muslim dan non-muslim. Sumber lain menyatakan konflik tersebut antara pihak yang merasa terpinggirkan selama pemerintahan al-Bashir.52 Kekuatan politik berikutnya yang berpengaruh di Sudan adalah kekuatan politik yang kemudian mendirikan negara Sudan Selatan. Gerakan politik ini bukan didominasi oleh kelompok Islam. Tetapi bersentuhan dengan seluruh kekuatan politik Islam di Sudan, sepanjang konflik antara Sudan dan Sudan Selatan. Kekuatan politik ini adalah Sudan People's Liberation Army (SPLA) dan organisasi sayapnya Sudan People's Liberation Movement (SPLM). Sepanjang konflik antara Sudan dan Sudan Selatan, kelompok ini selalu pada posisi menentang pemberlakuan hukum Islam terhadap rakyat Sudan Selatan, yang didominasi non-muslim.53. 52 53. http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/8224424.stm, diakses 23 Juni 2020 https://tirto.id/sudan-selatan-negara-baru-yang-terus-bergejolak-cqJz, diakses 23 Juni 2020.

(41) 30. Sikap setiap pemerintahan Sudan dalam menghadapi kelompok ini, selalu menjadi “buah simalakama”. Pembelakuan hukum Islam terhadap rakyat Sudan Selatan pada masa pemerintahan Ja’far Mohamed el-Nimeiry, memicu kembali perperangan dengan dengan SPLA, mengakhiri masa damai selama 11 tahun, dan membuat jatuhnya rezim Nimeiry pada tahun 1985. Begitu juga perjanjian gencatan senjata yang dibuat oleh Shadiq al-Mahdi pada 1988. Bahkan konflik politik di Sudan, selalu dipicu oleh persentuhan dengan SPLA dalam hal formalisasi syariat Islam dalam negara. Antara kelompok yang mendukung dan kelompok yang menolak. Secara umum, pergerakan Islam di Sudan merupakan ketegangan politik antara beberapa kekuatan. Kekuatan Islam sufisme yang diwakili oleh kelompok Khatmiyah, di bawah kepemimpinan al-Mirghani dalam partai DUP. Kekuatan politik Islam tradisional Sudan, yang diwakili kelompok Anshar di bawah pimpinan al-Mahdi dengan partai UP. Kekuatan politik Islam modern yang menentang Islam-militeristik dalam partai PCP, yang merupakan pengikut Hasan al-Turabi. Dan kekuatan politik Islam-militeristik, dibawah pemerintahan alBashir. Pasca lepasnya Sudan Selatan pada tahun 2011, ketegangan politik tetap terjadi di Sudan. Gelombang pemikiran negara agama masih menjadi isu politik.

(42) 31. yang memanas di Sudan. Penolakan terhadap Islam-militeristik dari para pemikir Islam moderat bergabung dengan Islam tradisional dan kelompok militer semakin menjadi-jadi. Akhirnya adalah kejatuhan rezim al-Bashir pada tahun 11 April 2019.54. B. Hasan al-Turabi; Dari Akademisi menjadi Politisi 1. Kelahiran dan Masa Kecil Nama lengkap Hasan al-Turabi adalah Hasan Abdullah al-Turabi. Nama alTurabi dinisbahkan kepada kakeknya Hamad an-Nahlan al-Turabi. Seorang tokoh agama di Sudan abad ke-17.55 Al-Turabi lahir di Kota Kasala, Sudan pada tahun 1932. Hasan al-Turabi lahir dan tumbuh dalam lingkungan keluarga yang religius dan sufistik. Ayahnya adalah seorang Qadhi (hakim) sekaligus pengikut aliran Thariqat Qadariyah.56 Sejak kecil al-Turabi dididik dengan nilai-nilai agama yang kuat namun memiliki pengetahuan yang tinggi. Lingkungan awal keluarga itu, berdampak pada pemikiran Hasan al-Turabi, yang dalam berbagai kesempatan mudah membaur dengan gerakan Islam tradisional. 54. https://tirto.id/presiden-sudan-omar-al-bashir-dilengserkan-usai-berkuasa-30-tahun-dlXC, diakses 23 Juni 2020 55 Hasan al-Turabi, Fiqih Demokratis, terj. Abdul haris dan Zimul Aim (Jakarta: Arasy, 2003), hlm. 11-12 56 https://islami.co/hasan-al-turobi-tokoh-pembaharuan-islam-dari-sudan/, diakses 23 Juni 2020.

(43) 32. 2. Pendidikan dan Karya Akademik Pendidikan awal Hasan al-Turabi dalam bidang agama Islam adalah kepada ayahnya. Dia belajar agama dan bahasa Arab dari ayahnya. Al-Turabi juga menamatkan hafalan al-Qur’an dari ayahnya tersebut.57 Pendidikan Hasan al-Turabi, yang ikut mempengaruhi pemikirannya, dimulai sejak ia menempuh Strata Satu (S-1) di fakultas hukum Universitas Khartoum, Sudan. Al-Turabi menamatkan S1-nya di Universitas tersebut pada 1955. Di Universitas tersebut, al-Turabi mulai bergabung dengan Organisasi Pembebasan Islam (The Islamic Liberation Movement). Sebuah organisasi sempalan Ikhwanul Muslimin.58 Setelah merasa kurang puas dengan pendidikannya di Sudan, al-Turabi memulai perlawatan pendidikannya ke Negara-negara Eropa. Pendidikannya di Eropa mulai dari menamatkan Megister bidang hukum tahun 1957 di Universitas Oxford, London. Kemudian melanjutkan S3 di Universitas Sorbone, Paris, Perancis. Al-Turabi memperoleh gelar Ph.D-nya di universitas tersebut pada tahun 1964.59. 57. Hasan al-Turabi, al-Harakah al-Islamiyah fi as-Sudan (Kuwait: Darul Qalam, t.t), hlm. 6. https://www.britannica.com/biography/Hasan-al-Turabi, diakses 21 Juni 2020 59 Hasan al-Turabi, Fiqih Demokratis, . . . , hlm. 11-12. 58.

(44) 33. Pada waktu menetap di Perancis, al-Turabi mulai melakukan kunjungan ke Negara-negara Eropa dan Amerika. Kehidupan al-Turabi di Perancis, banyak berpengaruh kepada pemikirannya di masa depan. Karena di sini al-Turabi mulai banyak bersentuhan dengan dunia politik barat. Selain dia juga menjadi pemimpin Ikhwanul Muslimin bagi orang-orang Sudan pada tahun 1960, di Perancis.60 Sehingga pemikiran al-Turabi banyak dibicarakan berkaitan dengan demokrasi, politik Islam, dan pembaharuan hukum Islam. Nama besar Hasan Abdullah al-Turabi banyak dikenang lewat karyakaryanya. Tidak hanya di bidang politik, karya al-Turabi mencakup beragam bidang keilmuan. Hal tersebut menegaskan bahwa Hasan al-Turabi tidak hanya sebagai Politikus Muslim, tetapi juga ulama dan intelektual muslim. Hasan al-Turabi dikenal sebagai tokoh yang gencar menentang dominasi Barat. Terutama Amerika dan Israel. Al-Turabi menginginkan negara Islam yang bermartabat. Tetapi disisi lain al-Turabi juga tidak setuju dengan hukum Islam yang diberlakuakn terhadap non-muslim. Al-Turabi juga menentang dominasi ulama dalam artian ahli agama, dalam negara muslim. Al-Turabi menginginkan agar negara muslim menyerahkan kuasa sesuatu kepada ahlinya. Al-Turabi menyetujui beberapa pemikiran Barat yang berorientasi kemajuan, tetapi tidak. 60. https://www.hrw.org/legacy/press/2002/03/turabi-bio.htm, diakses 21 Juni 2020.

(45) 34. menyukai negara muslim yang bermesraan dengan Barat. Di satu sisi, al-Turabi banyak bersentuhan dengan Ikhwanul Muslimin, tapi di sisi lain juga menjalin hubungan dengan pemimpin-pemimpin Syiah.61 Gagasan yang diusung al-Turabi tentang pembaharuan Islam, dikenal dengan Islamisasi Modernitas. Usaha pertama yang mesti ditunjukkan adalah dengan mengakhiri dogma tentang syariat Islam yang begitu keras. Hal tersebut berkaca kepada kondisi Sudan waktu dipimpin oleh Ja’far an-Nimeiry. Syariat Islam diberlakukan sangat keras sekali. Sehingga menyebabkan al-Turabi ketika itu berbalik menentang an-Nimeiry. Pemberlakuan itu seperti; pencuri dipotong tangan; murtad dibunuh dan lain sebagainya. Jika diteruskan ketika itu, Sudan akan jatuh dalam konflik antar agama.62 Pembaharuan Islam menurut al-Turabi, harus melalui tiga tahapan. Pertama kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah yang disinari dengan warisan para salafus shaleh, seperti Fiqh. Kedua integrasi antara ilmu-ilmu agama dengan sains modern, humaniora, kedokteran, teknology. Ketiga dan yang terpenting menurut al-Turabi adalah mengkaitkan pemikiran dengan realitas yang ada.63. 61 62. https://en.wikipedia.org/wiki/Hassan_Al-Turabi#cite_note-66, diakses 21 Juni 2020 https://islami.co/hasan-al-turobi-tokoh-pembaharuan-islam-dari-sudan/, diakses 23 Juni. 2020 63. 2020. https://islami.co/hasan-al-turobi-tokoh-pembaharuan-islam-dari-sudan/, diakses 23 Juni.

(46) 35. Secara umum pemikiran al-Turabi merupakan akomodasi dari persentuhan dengan tiga kutub pemikiran, sepanjang perjalanan intelektualnya. Mulai dari Islam tradisional penganut fiqh mazhab Maliki dan sufistik, yang merupakan basis masyarakat Sudan, dan keluarga al-Turabi. Kemudian persentuhan dengan gerakan sayap Ikhwanul Muslimin, bahkan pernah menjadi salah satu tokohnya. Terakhir sentuhan dengan dunia intelektual Barat. Ketiga hal itu, mempengaruhi pemikiran islamisasi modernitas yang diusung al-Turabi. Sebagai tokoh gerakan Islam internasional dan pemikirnya yang terkemuka, al-Turabi telah meninggalkan banyak pemikiran yang tertuang dalam karya-karya tulis. Kontribusi karya-karyanya dalam pemikiran Arab hingga Islam modern berawal dari Women In Islam dan The Prayer yang terbit diakhir 1960-an, dan The Islamic Movement In Sudan (1989). Disamping itu, karyanya yang berbahasa Arab di antaranya adalah Al-Iman wa Atsaruha fi Al-Hayat, Al-Muslim Baina AlWujdan wa Al-Sultan, Tajdid Al-Fikr Al-Islami, Al-Syura wa Al-Dimukratiyyah, Qadaya at-Tajdid Nahwa Manhaj al-Ushuli, al-Tafsir al-Tauhidi , al-Mar’at bain al-Ushul wa al-Taqalid, Al-Harokah Islamiyah Fi As-Sudan, Fiqh As-Siyasi, dan sebagainya. Adapun makalahnya tentang kaum perempuan dan kedudukan.

(47) 36. komunitas non-muslim di negara-negara Islam telah diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Inggris.64 3. Aktifitas di Panggung Politik Sebelum terjun di dunia politik, Hasan al-Turabi memulai karirnya di bidang akademik. Al-Turabi sempat menjadi pengajar hukum dan menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Khartoum, Sudan. Itu hanya belangsung singkat, sebelum akhirnya al-Turabi memulai karirnya di bidang politik.65 Karir politik al-Turabi meningkat dratis pada tahun 1964. Karir politiknya itu ditandai dengan bergabungnya al-Turabi ke dalam Islamic Charter Front (ICF). Sebuah organisasi di Sudan yang berafiliasi kepada Ikhwanul Muslimin. AlTurabi menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Islamic Charter Front. Sekalipun kemudian hari al-Turabi menarik diri dari ikhwanul muslimin dan menentukan arah pemikirannya sendiri.66 Jabatan tersebut telah mengantarkan al-Turabi sebagai anggota legislatif nasional Sudan (1965-1967). Hal itu tidak terlepas dari partisipasi al-Turabi dalam revolusi Sudan 1964, yang mengakhiri kekuasaan militer di negara tersebut.67. 64. Hasan al-Turabi, Fiqih Demokratis, . . . , hlm. 11-12. Hasan al-Turabi, al-Harakah al-Islamiyah fi as-Sudan , . . . , hlm. 6. 66 https://www.aljazeera.net/encyclopedia/icons/2014/10/18/%D8%AD%D8%B3%D9%86%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%B1%D8%A7%D8%A8%D9%8A, diakses 04 Juli 2020. 67 https://www.britannica.com/biography/Hasan-al-Turabi, diakses 21 Juni 2020 65.

(48) 37. Kehidupan Hasan al-Turabi dalam dunia politik identik dengan “pejalanan dari parlemen ke penjara dan dari penjara ke parlemen” yang silih berganti.68 Dalam jabatan sebagai anggota parlemen (sejak 1965), al-Turabi ikut dalam menyusun draft konstitusi Islam Sudan. Bekerja sama dengan fraksi Anshar dan Khatmiyah. Pada masa pemerintahan Ismail al-Azhari (dari fraksi Khatmiyah) sebagai presiden dan Sadiq al-Mahdi (dari faksi Anshar) sebagai perdana menteri. Namun, pemerintahan koalisi itu hanya bertahan sebentar (1965-1969), sampai pemberontakan kelompok kiri yang dipimpin Nimeiry.69 Tahun 1969 terjadi kudeta oleh Ja’far Mohamed el-Nimeiry. Kekuasaan diambil alih kelompok kiri. Setahun berikutnya para anggota Islamic Charter Front (ICF) ditangkap. Al-Turabi keluar masuk penjara sebanyak 3 kali ketika rezim Nimeiry, sampai terjadi perjanjian rekonsiliasi. Pada tahun 1976 al-Turabi mendirikan National Islamic Front (NIF). Anggotanya terdiri dari mayoritas Ikhwanul Muslimin, yang tergabung dalam ICF. Pada tahun 1977 terjadi perjanjian rekonsiliasi kaum islamis dengan Nimeiry, tahanan politik dibebaskan, termasuk Hasan al-Turabi. Rekonsiliasi ini mengantarkan al-Turabi ke jabatan jaksa Agung (1979), menteri kehakiman. 68. Hasan al-Turabi, al-Harakah al-Islamiyah fi as-Sudan, . . . , hlm. 7 https://www.globalsecurity.org/military/world/sudan/political-parties-nif.htm, diakses 23 Juni 2020 69.

(49) 38. (1981), dan penasehat kepala negara urusan luar negeri (1983). Hubungan dekatnya dengan Nimeiry tetap bertahan hingga penghujung 1983.70 Pada tahun 1983 diproklamirkan pemberlakuan hukum Islam bagi seluruh Sudan. Sebagai upaya Nimery menarik simpati kekuatan politik Islam, pasca ditinggalkan pendukung komunisnya. Hal itu berujung pemberontakan besarbesaran terhadap pemerintahan Nimeiry pada 1985. Terutama pertandadimulainya kembali perang dengan rakyat Sudan Selatan, yang tergabung dalam Sudan People's Liberation Army (SPLA). Hasan al-Turabi ikut mendukung protes terhadap rezim Nimeiry yang memberlakukan hukum Islam secara keras dan otoriter. Al-Turabi ditangkap dan dijebloskan ke penjara, bersama beberapa pemuka politik lainnya.71 Setelah kejatuhan pemerintahan Numeiri pada 1985, dilakukan pemilihan umum. Tidak ada pemenang mutlak dalm pemilihan umum tersebut. Sehingga dibentuk pemerintahan koalisi. Hasan al-Turabi dengan NIF-nya sekali lagi membentuk koalisi dengan faksi Anshar dan Katimiyah. Fraksi Anshar tergabung dalam Partai Umma Nasional (UP/Ummah Party) Pimpinan Shadiq al-Mahdi. Sedangkan fraksi Khatimiyah tergabung dalam Partai Persatuan Demokrasi. 70 71. 2020. Gilles Kepel, Jihad: The Trail of Political Islam (London: IBTauris. 2006), hlm. 179–180 https://www.newyorker.com/magazine/2006/09/11/the-moderate-martyr, diakses 21 Juni.

(50) 39. (DUP/Demokratic Unionist Party), pimpinan Ahmed al-Mirghani. Komposisi koalisi itu berhasil mendominasi parlemen. Al-Mirghani menjadi Presiden Sudan, dan al-Mahdi menjadi perdana menteri. Sementara al-Turabi menduduki posisi sebagai wakil perdana menteri dan menteri luar negeri.72 Pada tahun 1988 terjadi sikap politik dari Sadiq al-Mahdi, yang menurut alTurabi tidak pro-Islam. Dimana al-Mahdi menanda tangani perjanjian damai dengan Sudan People's Liberation Army (SPLA), yang mencakup pembekuan pemberlakuan syariat Islam. Hasan al-Turabi menarik dukungan NIF terhadap alMahdi. Kondisi itu kemudian membuat al-Mahdi digulingkan pada juni 1989. Kemudian tampuk kepemimpinan Sudan dipegang NIF, organisasi besutan alTurabi. Kemenangan tersebut mengantarkan junior al-Turabi, Umar Hasan alBashir sebagai pemimpin Sudan. Al-Turabi menduduki jabatan ketua parlemen hasil pemilu 1996.73 Namun, kepemimpinannya di parlemen tidak berlangsung lama. Menjelang tahun 2000, parlemen di bawah pimpinan al-Turabi bersidang, untuk mengurangi kekuatan presiden. Hal tersebut menimbulkan kemarahan al-Bashir, sehingga membubarkan parlemen. Al-Turabi kemudian dipenjara. Dibawah kuasa al-Bashir. 72. https://www.globalsecurity.org/military/world/sudan/political-parties-nif.htm, diakses 23 Juni 2020 73 Hasan al-Turabi, Fiqih Demokratis, . . . , hlm. 11-12..

(51) 40. National Islamic Front (NIF), diubah menjadi National Congress Party (NCP), sebagai satu-satunya partai politik yang diakui negara. Hal itu menyebabkan al-Turabi mendirikan Popular Congress Party (PCP) pada tahun 2001. Sekaligus menandai masa-masa suram dari karir politik alTurabi. Setelah tahun itu, al-Turabi menjadi sebuah kekuatan oposisi bagi Presiden Sudan al-Bashir. Berkali-kali al-Turabi harus berhadapan dengan hukum, sampai menyatakan pensiun dari pentas politik praktis pada tahun 2011.74 4. Hasan al-Turabi Wafat Terlepas dari semua konflik itu, Hasan al-Turabi tetap dilabeli oleh sebagian kalangan sebagai arsitek sebenarnya Republik Islam Sudan.75 Al-Turabi dikenal sebagai bapak politik Islam Modern Sudan. Hal itu, tidak terlepas dari peran politik al-Turabi sejak berdirinya Republik Islam Sudan. Sepanjang karir politiknya, al-Turabi selalu memperjuangkan formalisasi hukum Islam yang adil di negara Sudan. Al-Turabi tidak jarang berbalik menjadi oposisi dari pemimpin politik yang didukungnya, disebabkan penerapan hukum Islam yang pincang. Pada maret 2016 Hasan al-Turabi menghembuskan nafas terakhir, di rumah sakit daerah Khartoum, dalam umur 84 tahun. Al-Turabi dimakamkan sehari. 74. https://www.aljazeera.com/news/2016/03/sudan-opposition-leader-hassan-al-turabi-dies160305170543964.html, diakses 21 Juni 2020 75 Hasan al-Turabi, Fiqih Demokratis, . . . , hlm. 11-12..

(52) 41. berikutnya. Sebagai seorang tokoh pemikir besar, ribuan pelayat menghadiri pemakamannya.76. 76. https://en.wikipedia.org/wiki/Hassan_Al-Turabi#cite_note-66, diakses 21 Juni 2020.

(53) BAB III DEMOKRASI, SYURA DAN PARTAI POLITIK. A. Sekilas Tentang Demokrasi dan Syura Dalam Islam Membicarakan pemikirsan Hasan al-Turabi menjadi tidak lengkap, tanpa membincangkan diskursus dsemokrasi dan syura dalam hukum Islam. Sebab tokoh ini merupakan diantara pselopor gerakan Islam moderat, sekaligus pejuang formalisasi syariat dalams negara. Jarang pelopor gerakan Islam moderat memperjuangkan formalissasi syariat Islam dalam negara. Maka, pembahasan ini penting, untuk melihat sposisi al-Turabi dalam pertarungan gagasan demokrasi dan syura itu. 1. Pengertian dan Perlembagaan Demokrasi Demokrasi berasasl dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu “demos” dan “cratos”. Demos bserarti rakyat atau masyarakat. Sedangkan cratos berarti pemerintahan. Dengsan demikian demokrasi diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat (government sby the people).77 Dalam sejarahnsya, istilah demokrasi pertama kali digunakan di kota Athena, Yunani. Pada seksitar lima abad sebelum masehi. Oleh seorang negarawan. 77. A. Ubaedillah, Pancasila, Demokrasi dan Pencegahan Korupsi (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 81.. 38.

(54) 39. bernama Chleisthenes. Ksemudian dipopulerkan oleh para pemikir yang mendukung demokrasi sepserti John Locke (1632-1704) dan Montesqueiu (16891755), pada masa renaissasnce Eropa.78 Dalam pemerintahan smodern, demokrasi didefenisikan sebagai suatu bentuk pemerintahan dimana keskuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, dilaksanakan secara langsung oleh msereka, atau oleh wakil terpilih dalam sistem pemilu yang bebas.79 Dari pengertisan itu, diturunkan tujuh prinsip untuk mengidentifikasi demokrasi: (1) kebebassan berpendapat; (2) pelaksanaan pemilu yang jujur dan adil; (3) kekuasaans dipegang oleh mayoritas (pemenang pemilu), tanpa mengabaikan kontrosl minoritas; (4) partai politik dengan beragam ideologi; (5) pemisahan kekuasaans legislatif, eksekutif dan yudikatif; (6) supremasi hukum; (7) hak asasi manusia.80 Dalam rangka mengimsplementasikan prinsip demokrasi tersebut, disediakan beberapa lembaga sebagasi berikut: (1) pemerintahan yang bertanggung jawab (eksekutif dan jajarannyas); (2) dewan perwakilan rakyat yang mewakili berbagai golongan dan dipilih melalui pemilu; (3) organisasi politik yang mencakup partai. Ali Nawaz Memon, “Membincang Demokrasi,” dalam Islam Liberalisme Demokrasi, terj. Mun’im A. Sirry (Jakarta: Paramadina, 2002), hlm. 2. 79 Ali Nawaz Memon, “Membincang Demokrasi,” dalam Islam Liberalisme Demokrasi, . . . , hlm. 3. 80 Sadek J. Sulaiman, “Demokrasi dan Shura,” dalam Islam Liberal, ed. Charles Khurzman, terj. Bahrul Ulum dan Heri Junaedi (Jakarta: Paramadina, 2003), hlm. 125. 78.

(55) 40. politik; (4) pers dan medsia masa yang bebas; (5) sistem peradilan yang menjamin hak-hak asasi manusia dsan keadilan.81. 2. Pengertian dan Perlembagaan Syura. ُ yang merupakan isim Syura diambil akasr kata bahasa Arab, yaitu ‫ورى‬ َ ‫ش‬ masdar dengan maknas ‫َاو ٌر‬ ُ ‫ تَش‬dengan arti berunding tentang suatu urusan atau musyawarah.82 Istilah sini populer dalam literatur Islam. Karena al-Qur’an sebagai kitab suci umat Isslam memperkenalkan istilah ini, dalam banyak ayat, diantaranya Firman Allah swst dalamSurat asy-Syura ayat 38:. ۟ ‫ُوا ِل َر ِب ِه ْم َوأَقَا ُم‬ ۟ ‫َوٱلَّذِينَ ٱ ْستَ َجاب‬ ُ ‫صلَ ٰوةَ َوأَ ْم ُر ُه ْم‬ َ‫ور ٰى بَ ْينَ ُه ْم َو ِم َّما َرزَ ْق ٰنَ ُه ْم يُن ِفقُون‬ َّ ‫وا ٱل‬ َ ‫ش‬ Artinsya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannsya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengans musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari reszeki yang Kami berikan kepada mereka (Q.S.: asy-Syura: 38). Berkaitans. dengan. defenisi. syura. diartikan. sebagai. suatu. prinsip. konstitusional dalam demoskrasi Islam yang wajib dilaksanakan dalam suatu pemerintahan dengan tujuan untuk mencegah lahirnya keputusan yang merugikan. 81. Moh. Koesnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Cetakan ke-2 (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1988), hlm. 171. 82 Muhammad ar-Razi, Mukhtar Sihah (Kairo: Mahmud Khatir, t.t.), hlm. 350.

(56) 41. kepentingan umum atau srakyat.83 Dari pengertian tersebut ada beberapa prinsipyang mesti dijaga dalasm syura, yaitu: (1) pemilihan kepala negara yang sepenuhnya bergantung skepada kehendak masyarakat; (2) pemilihan yang bergantung kepada kehendak bsebas kaum muslimin, tanpa paksaan; (3) pemilihan yang dilaksanakan oleh orang-sorang yang ditunjuk sebagai pelaksana pemilihan.84 Berkasca kepada sejarah negara Islam, dalam menjamin terlaksananya prinsip syura terssebut, tidak ada pola yang baku sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai sdinasti Islam. Perlembagaan syura dalam bentuk konkrit baru terlihat pada sekitars abad ke-9 Masehi.85 Pada waktu itu dibentuk sebuah lembaga yang bernasma ahl al-hall wa al-‘aqd atau majelis syura. Mereka adalah sekelompok anggsota masyarakat yang mewakili wewenang dalam menentukan arah kebijakan pemserintah demi terciptanya kemaslahatan masyarakat banyak. Perlembagaan masjelis syura atau ahl al-hall wa al-‘aqd paling modern dalam Islam, pertama kali tesrlihat ketika Khalifah al-Hakam II (961-976 M) dari Bani Umayyah II di. 83. M. Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsipnya di Lihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini, cet. Ke-1 (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),hlm. 83. 84 Abul A’la al-Maududi, Hukum dan Sistem Politik Islam, terj. Muh al-Baqir, cet ke4 (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 259. 85 El Fadl, Khaled Abou, Islam dan Tantangan Demokrasi (Jakarta: Ufuk Press, 2004), hlm. 29.

(57) 42. Spanyol. Majelis syura diisi oleh pembsesar dalam negara dan pemuka masyarakat yang diketuai langsung oleh khalifah.86 Tentang bagaimana syura dilembagakan daslam sebuah negara, Abu A’la alMaududi merincinya sebagai berikut: (1) majselis syura yang mengontrol dan memelihara kepentingan rakyat; (2) khalifah ysang memimpin negara; (3) qadhi yang mengurus perkara peradilan. Setiap kebisjakan yang akan diselenggarakan oleh khalifah, harus berdasarkan pertimbangan smajelis syura.87 3. Antara Demokrasi dan Syura Dalam Perdebatan Hukum Islam Dalam membicarakan hubungan demoksasi dan syura dalam hukum Islam ada tiga pandangan yang berkembang dalam dusnia intelaktual muslim: 1) Pandangan yang Menolak Desmokrasi Pandangan yang mengataksan bahwa antara demokrasi dan syura adalah dua hal yang berbeda.s Antara keduanya tidak mungkin dapat disatukan. Demokrasi merupsakan sesuatu yang merusak dan mesti ditolak. Tokoh ulama yansg masuk kategori ini adalah : Syekh Fadhallah Nuri dan Muhammad Hsusen Thaba’ Thaba’i dari Iran, asy-. 86. Muhammad Iqbal, Fiqh Siayasah, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), hlm. 142 87 Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran (Jakarta: UI Press, 2008), hlm.167-168..

(58) 43. Sya’rawi dan Sayyid Qutb dari Msesir, Abdul Kadir Moghni dan Ali Benhaj dari Aljazair, Hasan al-Turasbi dari Sudan.88 Diantara yang mensjadi dasar penolakan tokoh-tokoh ini terhadap demokrasi adalah adasnya kuasa legislasi di tangan manusia (dalam hal ini legislator). Kekuassaan yang diperoleh oleh para legislator melalui kedaulatan yang dibserikan rakyat, untuk membuat hukum, dianggap suatu penentangan tserhadap kekuasaan tuhan dan bentuk tirani kepada yang lainnya. Sebasb segala hukum telah diwahyukan tuhan kepada nabi-Nya. Manusias tinggal menjalankan.89 2) Pandangan yansg Menerima Demokrasi Kelompok insi mengatakan bahwa tidak ada pemisah antara demokrasi dan ssyura. Demokrasi tidak perlu dijauhi, malah menjadi bagian urusans umat Islam. Demokrasi meliputi musyawarah, pengambilan kesputusan bersama (ijma’) dan penilaian pribadi (ijtihad), yang semuanysa ada dalam Islam. Tokoh-tokoh muslim yang teguh pada pendirian ini diantaranya: Imam Khomeini Iran, Ali Abd al-Razaq. 88. Syukron Kamil, Islam dan Demokrasi: Telaah Konseptual dan Historis (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hlm. 47. 89 Syukron Kamil, Islam dan Demokrasi: Telaah Konseptual dan Historis, . . . , hlm. 48..

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara dan observasi. Objek penelitian yang diteliti yaitu Sari Good Bakery

Penggunaan metode ini mengakibatkan tidak terukurnya waktu penyelesaian pekerjaan maksimum (maximum completion time)/ makespan sehingga pengoptimalisasian utilitas

Posisi penolong pada tindakan piat antung na'as buatan (*P4) adalah tersebut di bawah ini- kecuali.. "aris bahu penolong seaar dengan sumbu tulang dada

Capaian scale up melalui program terkait pembangunan di sektor kakao yang telah dikembangkan ini memperoleh respon dan perhatian dari petani terlibat dan petani sekitar wilayah

Sampel yang telah mendidih diteteskan octanol sebanyak 2 tetes ke dalam tabung yang berbuih, kemudian dipanaskan selama 30 menit, selanjutnya matikan fibertec

Penerimaan diri ibu dari anak autis adalah sikap positif yang.. dimiliki oleh seorang ibu dalam menerima keadaan diri

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Program Desa Mandiri Pangan adalah salah satu program yang dibuat oleh Pemerintah dalam upaya untuk mengatasi kerawanan pangan dan kemiskinan di pedesaan dengan melibatkan