ANALISA AIR DI PT. TIRTA SUKSES PERKASA DENGAN METODE MEMBRAN FILTER MENGGUNAKAN MEDIA
TOTAL PLATE COUNT (TPC) DAN POTATO DEXTROSE AGAR (PDA)
TUGAS AKHIR
SISKA AMELIA PURBA 142401033
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPERTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
ANALISA AIR DI PT.TIRTA SUKSES PERKASA DENGAN METODE MEMBRAN FILTER MENGGUNAKAN MEDIA
TOTAL PLATE COUNT (TPC) DAN POTATO DEXTROSE AGAR (PDA)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
SISKA AMELIA PURBA 142401033
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPERTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
PERSETUJUAN
J
udul : Analisa Air Di PT. Tirta Sukses Perkasa Dengan Metode Membran Filter Menggunakan Media Total Plate Count (TPC) Dan Potato Dextrose Agar (PDA)Kategori : Tugas Akhir
Nama : Siska Amelia Purba
Nomor Induk Mahasiswa : 142401033
Program Studi : Diploma (D3) Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juli 2017
Disetujui Oleh
Program Studi D3 Kimia FMIPA USU Pembimbing, Ketua
Dr. Minto Supeno, MS Dra. Herlince Sihotang, M.Si NIP. 196105091987031002 NIP. 195503251986012002
Diketahui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Dr. Cut Fatimah Zahra, M.Si NIP. 197404051999032001
PERNYATAAN
ANALISA AIR DI PT. TIRTA SUKSES PERKASA DENGAN METODE MEMBRAN FILTER MENGGUNAKAN MEDIA
TOTAL PLATE COUNT (TPC) DAN POTATO DEXTROSE AGAR (PDA)
KARYA ILMIAH
Saya menngakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil karja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Agustus 2017
SISKA AMELIA PURBA 142401033
PENGHARGAAN
Syaloom,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan tugas akhir ini
Adapun judul dari tugas ini adalah “Analisa Air Di PT. Tirta Sukses Perkasa Dengan Metode Membran Filter Menggunakan Media Total Plate Count (TPC) dan Potato Dextrose Agar (PDA) “ yang dibuat memenuhi persyaratan Akademis di Universitas Sumatra Utara untuk memperoleh gelar kelulusan Ahli Madya pada program Diploma - III Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan baik moral maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Nurhasahara selaku wakil Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zahra selaku ketua Depertemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara 3. Pak Dr. Ir. Minto Supeno, Ms selaku ketua program Studi D-III Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Dra.Herlince Sihotang, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
5. Bapak dan Ibu Staf PT. TIRTA SUKSES PERKASA MEDAN yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek kerja lapangan
6. Ayahanda Drs. Supian Purba, Ibunda Resta Banjarnahor, Abang Johannes dan Antonius dan adek Theresia
7. Kepada sahabat saya Ornia dreamy damanik, Mustika hati siagian dan Agustina sinta surbakti
8. Kepada teman-teman seperjuangan khususnya angkatan 2014
Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata semoga Tuhan YANG MAHA ESA melimpahkan rahmatnya kepada kita semua.
Medan, Juli 2017
Penulis
ANALISA AIR DI PT. TIRTA SUKSES PERKASA DENGAN METODE MEMBRAN FILTER MENGGUNAKAN MEDIA
TOTAL PLATE COUNT (TPC) DAN POTATO DEXTROSE AGAR (PDA)
ABSTRAK
Air adalah komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat juga merupakan suatu substansi yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun.
Telah dilakukan analisa air dengan metode membran filter menggunakan media Total Plate Count (TPC) dan Potato Dextrose Agar (PDA) untuk mengetahui kualitas baku air minum dan membandingkan hasilnya dengan persyaratan Permenkes RI No.492/Menkes/PER/IV/2010. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu pengambilan sampel, pembuatan media Total Plate Count (TPC) dan pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA). Hasil yang diperoleh dari analisa cemaran mikroorganisme dengan metode membran filter meliputi media Total Plate Count (TPC) dan Potato Dextrose Agar (PDA) yang telah memenuhi standar Permenkes RI No.492/Menkes/PER/IV/2010.
Kata kunci: Air, Membran filter, Total Plate Count, Potato Dextrose Agar
ANALYSIS WATER AT PT. TIRTA SUKSES PERKASA BY MEMBRANE FILTER METHOD USING TOTAL PLATE COUNT (TPC) MEDIA AND POTATO DEXTROSE AGAR
(PDA)
ABSTRACT
Water is an essensial componet to the life of living bodies. But it can also be a disastrous substance, because water can carry pathogenic microorganisms and toxix chemical. Water anlaysis by filter membrane method using Total Plate Count (TPC) media and Potato Dextrose Agar (PDA) to know the raw water quality of drinking water and compare the result with requirement of Permenkes RI No.497/MENKES/PER/IV/2010. The steps taken are sampling, making of Total Plate Count (TPC) media and Potato Dextrose Agar (PDA) media so membrane filter method include Total Plate Count (TPC) media and Potato Dextrose Agar (PDA) so that have fulfilled standard of Permenkes RI No492/MENKES/PER/IV/2010.
Keywords: Water, Membran filter, Total Plate Count, Potato Dextrose Agar
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ... I PERNYATAAN ... II PENGHARGAAN ... III ABSTRAK ... V ABSTRCT ... VI DAFTAR ISI ... VII DAFTAR TABEL... X DAFTAR SINGKATAN ... XII DAFTAR LAMPIRAN ... XIV
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Permasalahan ... 2
1.3 Tujuan ... 2
1.4 Manfaat ... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Air ... 3
2.1.1 Sumber Air ... 4
2.1.2 Kegunaan Air... 5
2.2.3 Standar Kualitas Air ... 6
2.2.1 Standar Kualitas Air secara fisika ... 6
2.2.2 Standar Kualitas Air secara kimia ... 8
2.2.3 Standar Kualitas Aia secara Bakteriologi ... 8
2.1.4 Air minum dan standartnya menurut WHO .. ... 9
2.1.5 Logam-logam ada pada air ... 9
2.1.6 Proses Pengolahan Air ... 10
2.1.7 Pencemaran Air ... 12
2.2 Mikroorganisme ... 13
2.2.1 Pertumbuhan mikroorganisme... 13
2.2.2 Kelompok Mikroba Didalam Air ... 13
2.2.2.1 Bakteria... 14
2.2.2.2 Jamur ... 15
2.3 Perhitungan jumlah mikroba ... 16
2.3.1 Metode Pourplate atau colony count ... 17
2.3.2 Metode Membran filter... 17
2.4 Lingkungan Mikroorganisme ... 20
2.5 Media ... 21
2.5.1 Syarat-syarat Media ... 22
2.5.2 Fungsi Media ... 22
2.5.3 Fungsi Nutrin didalam Media ... 22
2.6 Jenis-jenis media ... 23
2.6.1 Total Plate Count ... 23
2.6.2 Potato Dextrose Agar ... 25
2.7 Hitungan Cawan ... 28
2.8 Sterilisasi ... 28
2.9 Desinfeksi ... 29
III. METODE PENELITIAN. ... 31
3.1 Alat ... 31
3.2 Bahan ... 32
3.3 Prosedur Percobaan Membran Filter ... 32
3.3.1 Pengambilan Sampel ... 32
3.3.2 Pembuatan Media Total Plate Count ... 32
3.3.3 Pembuatan Media Potato Dextrose Agar ... 33
3.4 Prosedur Percobaan ... 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
4.1 Hasil ... 34
4.2 Pembahasan ... ...35
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
5.1 Kesimpulan ... 37
5.2 Saran ... 37
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
4.1.1 Hasil Data Pengamatan 34
DAFTAR SINGKATAN
TPC = Total Plate Count PDA = Potato Dextrose Agar E.COLI = Escherichia Coli NA = Nutrien Agar
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lamp
Lampiran 1 Permenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 Lampiran 2 botol sampel
Lampiran 3 timbangan Lampiran 4 cawan petri
Lampiran 5 koloni media Total Plate Count (TPC) dan Potato Dextrose Agar (PDA)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah materi esensial didalam kehidupan. Tidak ada satu pun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup misalnya, baik tumbuh-tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih dari 75% isi sel tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan, tersusun oleh air. Rumus kimia air di lingkungan laboratorium adalah H2O (Suriawiria.
1996). Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk minum, mencuci baju, mencuci peralatan makan, mencuci tangan, mandi, mencuci botol dan memandikan bayi (Tarigan.
1988). tetapi air juga menyediakan habitat bagi berbagai jenis mikroorganisme.
Diantara bakteri yang paling umum ditemukan dalam air alami ialah bakteri belerang, bakteri besi, bentuk spiral yang hidup bebas (Volk. 2005).
Sumber air ada empat, yaitu: (1) Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl (2) Air atmosfir atau air hujan (3) Air permukaan air yang mengalir dipermukaan bumi dan pengotor selama pengalirannya seperti lumpur, batang-batang kayu, daun-daun (4) Air tanah merupakan air dalam tanah pada umumnya sudah jernih dan bebas dari bakteri-bakteri, karena tersaring oleh batuan dan lapisan-lapisan tanah yang didahuluinya (Winarno. 1986).
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.
Mikroorganisme ada yang tersusun atas sel uniseluler dan ada yang tersusun atas beberapa sel multiseluler (Partiwi. 2008). Untuk itu perlu dilakukan analisa air sebelum digunakan, dengan cara analisa air dengan metode membran filter, mula- mula disaring sejumlah volume tertentu suatu suspensi bahan atau biakan mikroba, kemudian disaring dengan membran filter yang telah disterilkan terlebih dahulu. Didalam metode membran filter mempunyai keuntungan yaitu pelaksanaanya cepat, sampel lebih banyak sebanyak 100 ml, hasilnya juga lebih
akurat dan tidak banyak memerlukan alat. Sedangkan kelemahannya adalah alatnya mahal, paling lama sampelnya selama 3 hari, sel-sel mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel yang hidup. Karena keduanya dapat terhitung, sel-sel yang berukuran kecil sukar dilihat di bawah mikroskop, seperti bakteri.
(Anonim. 1983)
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis ingin judul “Analisa Air Dengan Metode Membran Filter Menggunakan Media Total Plate Count (TPC) dan Potato Dextrose Agar (PDA)
1.2 PERMASALAHAN
- Untuk Mengetahui Apakah Besarnya Parameter Mikrobiologi E.Coli dan Total bakteri Colifrom Sudah Memenuhi Standar Permenkes RI No.492/MENKES/PER/2010
- Untuk Mengetahui Jenis Bakteri Yang Mencemari Air Minum Pada Sampel
1.3 TUJUAN
- Untuk Mengetahui Jenis Bakteri Yang Mencemari Air Minum Pada Sampel
- Untuk Mengetahui Penyebab Penyakit Bakteri Pada Air Minum 1.4 MANFAAT
- Untuk Mengetahui Jenis Bakteri Yang Mencemari Air Minum Pada Sampel
- Untuk Mengetahui Penyebab Penyakit Bakteri Pada Air Minum
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat vital untuk kelangsungan hidup manusia dan organisme hidup lainnya, oleh karena itu keberadaannya perlu dipertahankan, baik secara kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Disamping bermanfaat secara positf yang dapat mempertahankan kehidupan, namun apabila pengolahannya kurang baik dan air menjadi tercemar oleh bahan-bahan berbahaya, maka air tersebut berakibat buruk bagi kehidupan. Air adalah senyawa sederhana (H2O) tetapi manfaatnya sangat banyak. Air bersih dan air murni merupakan bahan yang semakin penting dan juga langka dengan majunya IPTEK, masyarakat dan peradaban industri. Di indonesia kebutuhan air untuk setiap orang mencapai 40-120 liter. Namun persediaan air dari berbagai sumber air bersifat terbatas dan tersebar secara merata secara ruang dan waktu, diakibatkan adanya perbedaan iklim dan kemampuan tanah menyimpan air. Selain itu, semakin meluasnya wilayah pencemaran air akan mengurangi daya dukung air bersih bagi kehidupan manusia.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907 Tahun 2002, tentang syarat-syarat kualitas air, disebutkan bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila setelah dimasak.
Persyaratan air bersih yang dimaksud adalah mikrobiologis, fisik, kimia dan radioaktif. Kualitas air minum sudah menjadi isu nasional bahkan internasonal yang dikenal dengan MDGs (Millennium Development Goals) adalah memastikan kelestarian lingkungan yang salah satunya merupakan sanitasi dan aksibilitas terhadap air yang aman. Salah satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah membunuh bakteri yang dikehendaki ada didalam air bersih seperti bakteri patogen sebagai penyebab berbagai macam penyakit.
Proses-proses yang dapat dilakukan untuk mengolah air baku adalah koagulasi- flokulasi, filtrasi, sedimentri, aerasi dan sebagainya. Tetapi proses-proses tersebut
tidak menjamin hilangnya bakteri patogen dalam air bersih melainkan hanya batas menurunkan kekeruhan dan BOD-COD. Proses-proses tersebut masih meloloskan bakteri atau mikroorganisme yang tidak diharapkan ada di dalam air bersih (Irianto. 2006).
2.1.1 Sumber Air
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman adalah:
- Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit - Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun - Tidak berasa dan tidak berbau
- Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan dosmestik dan rumah tangga
- Memenuhi standar minimal yang ditentukan WHO atau Depertemen Kesehatan RI (Sumantri. 2010)
Sumber air ada empat, yaitu:
1. Air Permukaan
Merupakan air yang mengalir dipermukaan bumi yang akan mendapatkan pengotor selama pengalirannya. Pengotorannya seperti lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan sebagainya.
Pengotor terjadi secara fisik, kimia dan bakteriologi (biologi) sehingga menyebabkan kualitas air permukaan menjadi berbeda-beda (Waluyo.
2009). Air permukaan dibagi menjadi dua, yaitu air sungai dan air rawa atau danau. Air sungai mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali sedangkan air danau kebanyakkan berwarna yang disebabkan oleh zat-zat organik yang telah membusuk. Misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning kecoklatan.
Air danau atau air rawa biasanya di tumbuhi dengan alga pada permukannya. Pengambilan air rawa sebaiknya, pada kedalaman yang tengah agar endapan Fe dan Mn tidak terbawa demikian juga pada alga dan lumur yang dipermukannya. Air permukaan mempunyai ciri-ciri,
yaitu: memiliki kandungan yang relatif tinggi, warna relatif tinggi dan komposisi mineral berubah-ubah.
2. Air Tanah
Merupakan air yang berada dibawah permukaan tanah. Air tanah dapat terjadi karena adanya peresapan air dari air tanah dengan demikian air mengalami penyaringan secara alami. Air tanah secara umum terbagi menjadi tiga, yaitu: (1) air tanah dangkal merupakan air yang terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah, lumpur dan bakteri (2) air tanah dalam merupakan air yang terdapat pada lapis rapat air yang pertama (3) mata air merupakan air yang berasal dari sumur atau mata air telah mengalami penyaringan selama perjalannya menebus lapisan-lapisan tanah (Pelczar. 2000). Air tanah memiliki ciri-ciri, yaitu: memiliki kandungan relatif lemah, warna relatif rendah dan komposisi relatif tinggi bakteri (Winarno. 1986)
3. Air atmosfir (air hujan)
Merupakan keadaan murni sangat bersih tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan lain sebagainya.
4. Air laut
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung berbagai garam, misalnya NaCl. Garam NaCl memiliki kadar dalam air laut kurang 3%. Air laut tanpa diolah terlebih dahulu tidak memenuhi syarat untuk air minum (Waluyo.2009)
2.1.2 Kegunaan Air
Air digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Kualitas air untuk minum berbeda dengan untuk keperluan lain. Secara bakteriologis air dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah bakteri coliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air. Adapun golongan-golongan air diantaranya yaitu:
• Golongan A adalah golongan air yang dapat digunakan langsung sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu
• Golongan B adalah golongan air yang dapat digunakan sebagai baku air minum
• Golongan C adalah golongan air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan, perternakan
• Golongan D adalah golongan air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air (Ginting. 1992).
2.1.3 Standar Kualitas Air
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan mencuci, air irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan, rekresi dan transportasi (Suripin. 2004).
Semakin sulitnya tempat dan sumber air, semakin tinggi nilai pencemarannya dan semakin tinggi biaya untuk pengolahan dan permurniaan air tersebut. Oleh karena itu, nilai air yang memenuhi syarat untuk kepentingan kehidupan ditentukan berdasarkan syarat fisik, persyaratan kimia, dan persyaratan biologis dari WHO, APPHA (America Public Health Associattion) Amerika Serikat atau Depertemen Kesehatan RI (Suriawira. 2005).
2.1.3.1 Standar Kualitas Air Secara Fisik Standar persyaratan kualitas air munim ada empat:
1. Suhu
Merupakan hal yang penting jika dikaitkan dengan tujuan penggunaannya. Pengolahan untuk membuang bahan-bahan pencemar serta pengangkutan sumber airnya. Suhu air permukaan dari suatu waduk yang dalam bervariasi juga menurut kedalamannya (Linsley. 1979). Suhu dapat mempengaruhi penerimaan masyarakat dan dapat mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahan terutama apabila temperatur tersebut sangat tinggi. suhu yang diinginkan adalah 500F – 600F atau 100C – 150C tetapi iklim setempat, keadaan pipa-pipa saluran air dan jenis dari sumber- sumber air akan mempengaruhi temperatur ini. Penyimpangan terhadap suhu, yakni apabila suhu air minum lebih tinggi dari suhu udara.
2. Warna
Banyak air permukaan, khususnya yang berasal dari dareah rawa- rawa sering kali berwarna, sehingga tidak dapat diterima oleh masyarakat baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan industri, tanpa dilakukannya pengolahan untuk menghilangkan warna tersebut.
Bahan- bahan yang menimbulkan warna tersebut dihasilkan dari kontak antara air dengan reruntuhan organik seperti daun, duri pohon jarum dan kayu semuanya dalam berbagai tingkat-tingkat pembusukkan. Air yang mengandung bahan-bahan pewarna alamiah yang berasal dari rawa dan hutan atau dianggap sebagai tidak mempunyai sifat-sifat yang membahayakan atau toksik. Intesitas warna dalam air ini diukur dengan satuan unit warna standar, yang dihasilkan oleh 1 mg/liter platina (sebagai K2PtCl2). Standar yang ditetapkan oleh U.S Public Health Service untuk intensitas warna dalam air minum adalah 20 unit dengan skala Pt-Co.
Standar ini lebih rendah dari standar yang ditetapkan oleh standar Internasional dari WHO (World Health Organization) maupun Standar Nasional dari Indonesia (SNI) yang besarnya 5-50 unit.
3 Bau dan rasa
Seperti hal yang ada pada unsur warna, adanya bau dan rasa pada air minum akan mengurangi penerimaan masyarakat terhadap air tersebut.
Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan biasanya disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk. Standar persyaratan air minum yang menyangkut bau dan rasa ini baik ditetapkan oleh WHO maupun U.S Public Health Service menyatakan bahwa dalam air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa yang tidak diinginkan karena masih mengandung bahan-bahan kimia.
4 Kekeruhan
Air yang dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan air keruh meliputi: tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya. Dengan kondisi air yang keruh akan menurunkan penerimaan masyarakat terhadap air
tersebut. Kekeruhan mempunyai ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (Nepheleo Metrix Turbidity Unit) atau JTU (Jackson Turbidity Unit) atau FTU (Formazin Turbidity Unit) yang disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid didalam air. Seperti pada bahan padat, kekeruhan yang terapung dan terlarut. Kekeruhan mengurangi kejernihan air yang diakibatkan oleh pencemar-pencemar yang terbagi halus dari mana pun asalnya yang ada didalam air (Linsley. 1979)
2.1.3.2 Standar Kualitas Air Secara Kimia
Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/SK/VII/2002 tercantum banyak macam-macam unsur standart. Beberapa diantara unsur- unsur tersebut tidak dikehendaki kehadirannya pada air minum, karena merupakan zat kimia yang bersifat racun dan dapat merusak perpipaan ataupun sebagai penyebab bau atau rasa yang akan menggangu kualitas air. Bahan-bahan tersebut adalah nitrit, sulfida, amonia dan CO2 agresif.
Beberapa unsur-unsur meskipun dapat bersifat racun, masih dapat diterima kehadirannya dalam air minum asalkan tidak melebihi konsentrasi yang telah ditetapkan. Unsur atau bahan-bahan tersebut adalah Arsen, selenium, kromium, kadmium, timbal dan air raksa (Sutrisno. 1991)
2.1.3.3 Standar Kualitas Air Secara Bakteriologi
Air yang berasal dari sumur biasa, sumur pompa, sumber mata air didalamnya terdiri dari berbagai bakteri: kelompok bakteri besi yang mampu mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri (Suriawira. 1996).
Mikroorganisme biasanya terdapat dalam air permukaan, tetapi pada umumnya tidak terdapat pada kebanyakan air tanah. Persyaratan air minum tidak saja harus jernih tetapi juga harus bebas dari bakteri patogen yang menyebabkan penyakit. Dengan cara desinfeksi, bakteri patogen dapat dihilangkan dan jumlah mikroorganisme dapat dikurangi. Untuk menghilangkan mikroorganisme adalah dengan cara klorinasi yaitu dengan menambahkan klorin pada air (Basoeki. 1982) Mikrorganisme nonpatogen
secara relatif tidak berbahaya bagi kesehatan, namun dalam jumlah berlebih mikroorganisme nonpatogen dapat mempengaruhi rasa dan bau sehingga dapat menyulitkan pengolahan air. Pengolahan air seperti hadirnya ganggang yang berlebih akan mempercepat tersumbatnya sistem saringan pasir. Mikroorganisme coli secara karakteristik kuman merupakan penghuni tetap dari faecces. Faecces manusia adalah merupakan media penyebaran dari beberapa jenis kuman patogen (Ryadi.
1984).
2.1.4 Air minum dan standarnya menurut WHO
Air minum adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM). Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri coliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman.
2.1.5 Logam-logam Ada Pada Air
Didalam air banyak kandungan mineral yang dijumpai, begitu juga mineral-mineral yang banyak terdapat disekitarnya. Pada daerah lahan mineral- mineral ini semakin banyak jumlahnya oleh karena air tanah mempunyai sifat keasaman. Adapun logam-logam ada pada air, yaitu:
1. Logam Al
Aluminium adalah salah satu logam anorganik yang di jumpai dalam air minum. Konsentrasi aluminium yang tinggi bisa mengendapkan sebagai aluminium hidroksida yang mempunyai kehidupan air. Peran aluminium tidak bisa dihindari karena senyawa-senyawa aluminium ditambahkan bukan hanya kesuplai air tetapi juga kebanyak makanan dan obat yang diproses (Singh. 2006) 2. Logam Zn
Seng adalah unsur kimia dengan lambang Zn, nomor atom 30 dan masa atom relatif 65,33. Seng tidak diperoleh dengan bebas dialam, melainkan dalam bentuk terikat. Mineral yang mengandung seng dialam bebas antara lain kelamin, fraklinit, smithsonit, wilenit dan zinkit. Seng dalam tubuh manusia dibutuhkan untuk membentuk enzim dan hormon penting.
3. Logam Fe
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat dibumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya besi yang ada pada air dapat bersifat: terlarut sebagai Fe 2+ atau Fe3+ ( ferri ), tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 µm) atau lebih besar, tergabung dengan zat organik (organic) atau zat padat yang inorganis, seperti tanah liat dan pada air permukaan atau air tanah jarang ditemukan kadar Fe lebih besar dari 1 mg / l tetapi didalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi.
4. Logam Mn
Logam mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Mn dan nomor atom 25 berwarna silver metalik, keras dan sangat rapuh.
Logam mangan mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia sehingga berdampak menimbulkan lemak pada kaki, muka kusam dan dampak lanjutan bagi manusia yang keracunan Mn adalah bicaranya lambat dan hyperrefleksi.
5. Logam Cu
Logam tembaga adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cu dan nomor atom 29. Cara uji tembaga (Cu) dilakukan dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. Metode ini digunakan untuk penentuan kadar liogam tembaga, Cu dalam air dan air limbah secara spektrofotometri serapan atom (SSA)-nyala.
6. Logam Cd
Logam Kadmium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cd dan nomor atom 48. Cara uji kadmium (Cd) dilakukan dengan spektrofotometri serapan atom (SSA)-nyala. Metode ini digunakan untuk penentuan kadar logam Kadmium (Susilawati. 2010).
2.1.6 Proses Pengolahan Air
Untuk memenuhi kebutuhan air di PT. TIRTA SUKSES PERKASA dipergunakan air sumur bor. Air ini digunakan untuk industri, maupun kebutuhan lainnya yang mendukung kelancaran proses produksi. Secara umum pengolahan air bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan zat-zat sampai batas tertentu yang diinginkan, sesuai dengan persyaratan yang telah diterapkan dan menjamin
kebersihan air yang dihasilkan serta menghindari kerusakan pada peralatan- peralatan dipabrik khususnya pipa dan tangki. Ozonisaisi merupakan proses pengelolahan air yang relatif baru dijepang, proses ini diteliti hampir 100 tahun.
Dasar penerapannya diperoleh dari sumber partikel yang diterbitkan dan pengalaman operasional hingga proses desinnya. Ozon adalah gas yang bersifat racun, mudah terbakar, mengunakan sumber listrik bertengangan tinggi dan jika sistemnya menggunakan oksigen sebagai umpan akan menjadi lebih berbahaya.
Meskipun demikian, sistem ozonisasi memberikan resiko bahaya lebih kecil dibandingkan klorinasi. Adapun tujuan utama penambahan gas klorin adalah untuk mematikan mikroorganisme dalam air disamping itu juga mencegah tumbuhnya lumut pada dinding DMI yang akan mengganggu proses selanjutnya di sand filter. penambahan gas klorin sebanyak 0,1 ppm.
Adapun tahapan pengolahan air dilakukan seperti bagan berikut
Keterangan:
• Air sumber atau air baku diperoleh dari sumur bor dengan kedalaman
±150 m kemudian air dari sumur bor dialirkan melalui pipa kedalam tank DMI
• De Mangs Iron (DMI) berfungsi sebagai penyaringan pertama untuk air baku atau sumber. Dimana DMI akan menyaring atau menangkap logam
Sumber DMI Storange Tank Sand Filter Tank
Carbon Filter Tank
Precatridge Final
Catridge Final Tank
Prodak Cup dan Botol
Fe dan Mn atau proses filtrasi. Pada DMI ditambahkan dengan NaClO atau Klorin
• Storange Tank berfungsi sebagai menampung air, yang hasil dari filtrasi DMI
• Mixing Ozon bertujuan untuk mensterilkan atau membunuh bakteri yang kemungkinan masih terdapat dalam air storange tank
• Sand Filter berfungsi sebagai penyaringan kedua atau filtrasi air dari storange tank yang sudah disetrilisasi oleh ozon
• Carbon Filter berfungsi sebagai penyaringan ketiga atau filtrasi air dari sand filter. Dimana Fe, Mn, pH dan turbidimetri yang harus dicek dan organoleptik (bau, rasa dan warna)
• Pre-catridge berfungsi sebagai menyaring atau filtrasi setelah melewati sand filter dan carbon filter. Dimana ukuran penyaringan nya 5 mikron besar dari pada 2 mikron ukuran kecil
• Final Catridge berfungsi sebagai proses penyaringan setelah melewati sand filter, carbon filter dan pre-catridge
• Mixing Statik Ozon berfungsi sebagai mensterilisasikan air yang sudah di treatment mulai dari sand filter, carbon filter, pre-catridge, final catridge sampai final tank
• Final Tank berfungsi sebagai menampung air yang sudah steril atau yang telah selesai di treatment
2.1.7 Pencemaran Air
Penetapan standar air bersih tidak mudah, air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air akan tetapi didasarkan pada keadaan normlanya, apabila terdapat penyimpanan dari keadaan normal maka hal ini berarti air telah mengalami pencemaran. Air yang ada dibumi ini tidak pernah terdapat keadaan murni bersih tetapi selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua air dimuka bumi ini tercemar. Air hujan mengandung SO4, Cl, NH3, CO2, N2, C, O2 dan debu sedangkan pada air dari mata air mengandung Na, Mg, Ca, Fe, O2 (Wardhana. 1995).
2.2 Mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikrobiologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-makhluk kecil yang hanya kelihatan dengan mikroskop (bahasa Yunani: mikros artinya hidup, logos artinya kata atau ilmu). Makhluk- makhluk kecil itu disebut dengan mikroorganisme, mikroba
Antonie van leeuwenhoek (1632-1723) ialah orang yang pertama kali mengetahui adanya dunia mikroorganisme. Dengan mikroskop ciptaannya ia dapat melihat bentuk makhluk-makhluk kecil yang sebelumnya itu tidak diduga sama sekali keadaannya. Mikroskop buatan leeuwenhoek itu memberikan pembesaran 300 kali. Dari air hujan yang menggenang di kubangan-kubangan dan air jambangan bunga (dwidjoseputro. 1978).
2.2.1 Pertumbuhan Mikroorganisme
Seluruh organisme melakukan reproduksi, termasuk mikroorganisme.
Mikroorganisme biasanya dengan cara pembelahan binner dan beberapa jenis yang lain dengan cara budding (Ingraham. 2004). Pertumbuhan mikroba didefenisikan sebagai peningkatan jumlah sel akibat pembelahan binner menjadi dua idividu (Black. 2005). Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari tersedianya air. Bahan-bahan yang terlarut dalam air, yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi, adalah bahan makanan dan minuman. Tuntunan berbagai mikroorganisme yang menyangkut susunan larutan minuman dan persyaratan lingkungan tertentu, sangat berbeda-beda. Didalamnya harus tersedia semua unsur yang ikut serta pada pertumbuhan bahan sel dalam bentuk berbagai senyawa yang dapat diolah, sebagai berikut: kebutuhan nutrien pokok, sumber-sumber karbon dan energi, belerang dan nitrogen dan oksigen (Schlegal. 1994)
2.2.2 Kelompok Mikroba Di Dalam Air
Seperti umumnya di dalam habitat atau tempat lainnya, juga kelompok mikroba yang di dapatkan hidup di dalam air dari bakteria, fungi, mikroalge, virus dan protozoa. Kehadirannya didalam air ada yang mendatangkan keuntungan, tetapi juga banyak yang mendatangkan kerugian.
Kelompok mikroba yang umum terdapat di dalam air secara umum adalah:
2.2.2.1 Bakteria
Bakteria umumnya adalah uniseluler atau sel tunggal, tidak mempunyai khlorofil, berkembang-biak dengan pembelahan sel secara transversal atau binner.
Hidup bebas secara kosmopolitan dimana-mana, khsususnya di udara, di tanah, di dalam air, pada bahan makanan, pada tubuh manusia, hewan ataupun tanaman.
Bakteria termasuk ke dalam divisi Schizophyta yang terbagi ke dalam beberapa kelas, antara lain Pseudomonadales, Chlamydobacteriales, Eubacteriales, Actinomycetales, Spirochaetales dan Rickettsiales (Suriawira. 1996). Menurut dwidjoseputro (1978) nama bakteri itu berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berartikan tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil, (meskipun ada kecualiannya), berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop
1. Identifikasi bakteri
Dalam mikrobiologi kedokteran dan klinik, identifikasi bakteri patogen secara cepat, tepat dan akurat sangat berguna untuk menegakkan diagnosis etilogis dan pemilihan antibiotika bagi pengobatan penderita secara akurat.
Identifikasi bakteri ditegakkan atas dasar berikut:
- Melakukan isolasi bakteri patogen kedalam biakan murni - Mempelajari sifat koloni bakteri yang tumbuh
- Mempelajari morfologi dan sifat pewarnaan - Mempelajari sifat biokimia
- Mempelajari sifat reaksi serologi - Mempelajari tipe bakteri
- Mempelajari sifat patogenistasnya pada hewan
- Mempelajari sifat-sifat resistensinya terhadap antibiotika 2. Klasifikasi bakteri
Klasifikasi adalah tahap pengelompokkan suatu mikorbia berdasarkan sifat-sifat beda. Klasifikasi bakteri ditegakkan atas kriteria sebagai berikut: (a) tingkat genom, seperti DNA dan RNA (b) tingkat sel, seperti susunan sel, struktur
dan susunan sel (c) tingkat morfologi dan sifat biokimia, seperti morfologi, kebutuhan O2 dan lain-lain (Nicklin. 1999)
4. Koloni bakteri
Pada umumnya bakteri akan tumbuh dan berkembang dengan cepat, membentuk suatu koloni. Koloni bakteri dapat dilihat dengan mata telanjang bila ditanam pada media pembenihan padat sesuai setelah diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu yang sesuai pula. Untuk bakteri tertentu, misalnya escherichia coli memerlukan inkubasi yang lama yaitu 3 hari karena bakteri ini memiliki waktu pembelahan. Umumya, satu koloni bakteri berasal dari satu sel induk, tetapi bisa pula berasal dari lebih dari satu sel induk. Koloni bakteri yang tumbuh dapat dipergunakan untuk membantu melakukan identifikasi sebab setiap bakteri tertentu mempunyai sifat koloni yang berbeda baik mengenai bentuk koloni, permukaan tepi, warna maupun bau.
2.2.2.2 Jamur
Pada umumnya jamur ada yang berbentuk uniseluler, tetapi umumnya berbentuk filamen atau serat yang disebut hifa atau miselia. Beberapa jenis membentuk tubuh-buah yaitu kumpulan massa hifa menyerupai jaringan (jaringan semu), tidak berkhlorofil, karena hidup secara saprofitik, beberapa parasitik, hidup bebas atau bersimbiosa dengan jasad lain, baik dengan jamur. (Suriawira.
1996). Jamur tumbuh dalam dua bentuk morfologi dasar yaitu ragi atau yeast dan hifa atau mold. Pertumbuhan dalam bentuk mold berasal dari koloni multisel filamentosa. Filamen ini berupa tubulus bercabang yang disebut dengan hifa atau hyphea dengan diameter 2-10. Sedangkan pada yeast adalah sel tunggal umumnya berbentuk sferis atau elips dengan diameter antara 3-15 (Ramadaningrum. 2008).
Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tinggkat tinggi tubuhnya mempunyai ciri khas, yaitu: (1) berupa benang tunggal yang disebut miselium atau berupa kumpulan benang-benang yang padat menjadi satu (2) jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Yang sifatnya mengkuatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri didalam evolusi
1. Klasifikasi Jamur
Untuk mendapatkan gambaran dari golongan jamur seluruhnya dapat diberikan thallophyta yang tidak berklorifil dibagi atas:
- Phylum Schizomycophyta (bakteri) - Phylum myxomycophyta (jamur lendir) - Phylum eumycophyta (jamur benar) 2. Pembiakan jamur
Jamur berbiak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam spora. Macam spora yang terjadi dengan tiada berkawinan, yaitu:
- Spora biasa terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok-kelompok kecil
- Konidiospora merupakan spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah-belah seperti tasbih.
- Pada beberapa spesies, bagian-bagian miselium dapat berukuran besar serta berdinding tebal dan bagian itu disebut alat pembiak (Dwidjoseputro.
1978).
2.3 Perhitungan Jumlah Mikroba
Banyak tersedia metode untuk menganalisa jumlah mikroorganisme dalam suatu sampel, diantaranya adalah plate count (spread count, pourplate, spiral plate), membran filtration, Most Probable Number (MPN), menghitung secara langsung dengan Petroff Hausser ataupun cara lainnya. Secara mendasar terdapat dua cara perhitungan jumlah mikroba yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Ada berapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup
Menurut yang saya teliti atau saya kerjakan di PT. TIRTA SUKSES PERKASA ada dua perhitungan jumlah mikroba, antara lain:
2.3.1 Metode Pourplate atau Colony Count
Metode pourplate menggunakan, cara berdasarkan pada teori yang menyatakan bahwa satu sel bakteri akan menghasilkan satu koloni dan berdasarkan pada dugaan bahwa jumlah cawan sesuai dengan jumlah bakteri semula. Menurut Harti (2015) Metode Cawan Tuang menggunakan prinsip mencampur sejumlah suspensi bahan atau seri pengenceran pada media agar yang dicairkan, lalu dituang pada cawan petri steril secara aseptik, biarkan padat, lantas diinkubasi. Metode pourplate merupakan media tuang yang memakai pipet volume. Media Potato Dextrose Agar yang dimana media digunakan untuk mendeteksi khususnya jamur, seperti yeast dan mold pada suhu 250C dan media PA yang dimana media ini digunakan untuk mendeteksi E.Coli dan pseudomonas pada suhu dibawah 270C. Metode pourplate sama dengan metode pengenceran Dilution Count yang dimana digunakan untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja (Anonim. 1983).
2.3.2 Metode Membran filter
Prinsip penentuan jumlah mikroba dengan menggunkan membran filter adalah cara menyaring contoh melalui suatu membran filter steril. Dengan demikian sel mikroba dapat tertinggal pada permukaan membran. Kemudian pada membran filter tersebut diberikan medium yang cocok untuk pertumbuhan mikroba dapat diketahui dengan cara mnghitung jumlah mikroba (Muchtadi.
1980). Metode millipore membran filter adalah prosedur laboratorium berharga untuk deteksi dan enumerasi bakteri coliform dalam volume besar air dan makanan sampel dengan kepadatan coliform rendah (Diliello.1982).
Menurut Marrdingan (2003) merupakan metode perhitungan langsung sel bakteri dengan meletakkan suspensi bakteri ke dalam alat khusus yang disebut haemocytometer. Alat ini terdiri atas beberapa kotak yang telah diketahui luas dan volumenya. cara lain yang digunakan untuk menentukan jumlah sel adalah dengan menyaring suatu sampel dengan suatu saringan membran. Saringan tersebut diinkubasi pada permukaan media yang sesuai. Mikroorganisme yang tertahan pada permukaan saringan menyerap nitrisi dari media dan menghasilkan koloni.
Koloni-koloni tersebut berasal dari satu sel tunggal yang dapat hidup dengan baik.
(Hadioetomo.1990)
Membran adalah selaput semi permeabel yang melewatkan spesi tertentu dan menahan spesi yang lain berdasarkan ukuran spesi yang akan dipisahkan.
Spesi yang berukuran besar akan tertahan dan yang ukurannya lebih kecil akan dilewatkan. Membran dapat diklasifikasikan berdasarkan keberadaan (eksistensi), morfologi, fungi dan bentuk. Berdasarkan keberadaannya membran dapat dibedakkan menjadi dua golongan, yaitu membran alamiah yang terdapat di dalam jaringan tubuh organisme, berfungsi sebagai melindungi isi sel dari pengaruh lingkungan dan membantu proses metabolisme, membran sintetik yang dibuat dari polimer seperti polikarbonat, polipropilen, polietien, poliemida, nilon, selulosa, asetat dan polisupon. Bahan-bahan lain yang dapat digunakan keramik, gelas, logam dan lain-lain.
Membran juga dapat dibagi berdasarkan morfologinya menjadi dua golongan yaitu membran asimetrik yang mempunyai struktur pori yang tidak seragam dan membran simetrik yang mempunyai struktur pori yang seragam.
Membran mikrofiltrasi adalah membran yang memisahkan partikel berukuran mikron atau submikron (makromolekul lebih dari 500.000 g/mol). Membran berdasarkan bentuknya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: membran datar mempunyai penampang lintang dan bentuknya melebar dan membran tubular yang berbentuk pipa memanjang. Membran datar dapat terbagi menjadi tiga macam, yaitu membran datar yang terdiri dari satu lembar saja, membran datar tersusun dan membran spiral bergulung. Sedangkan pada membran tubular dibagi menjadi tiga macam, yaitu membran berongga diameter kurang dari 0,05 mm, membran kapiler dengan diameter 0,5-5,0 mm dan membran tubular dengan diameter lebih dari 5 mm. Membran juga dibedakan berdasarkan ukuran porinya, yaitu makropori adalah membran yang dengan ukuran pori yang lebih besar dari 50 nm, mesopori adalah ukuran pori berkisar 2-50 nm dan mikropori adalah ukuran pori yang lebih kecil dari 2 nm. Membran berdasarkan gaya penggeraknya dapat dibedakkan atas 4 kelompok, yaitu gaya penggerak berupa perbedaan
tekanan, perbedaan konsentrasi, perbedaan temperatur dan perbedaan potensial kimia.
Kinerja membran dalam pemisahan terutama dipengaruhi oleh karakteristik membran yang digunakan, selain itu juga dipengaruhi oleh disain proses dan aspek teknik kimianya. Karakteristik membran meliputi struktur dan ukuran pori serta sifat fisik mekanik dan kimia membran. Sifat-sifat kimia mebran yang penting adalah sifat hidrofilik atau hirofobik, ada atau tidak muatan ion, ketahanan terhadap suhu tinggi dan zat kimia tertentu, serta daya tarik terhadap pertikel umpan. Kandungan mineral yang terdapat dalam membran dan zat yang dapat larut dalam larutan yang dipisahkan perlu diperhatikan, sifat-sifat kimia membran terutam dipengaruhi oleh bahan yang digunakan untuk pembuatan membran. Membran yang dibuat dari selulosa dan turunannya pada umumnya mempunyai kekuatan tarik yang lebih tinggi dari membran sintetis. Sebaliknnya membran sintetis umumnya lebih tahan terhadap pH dibandingkan membran selulosa. Masing-masing membran mepunyai kelebihan dan kekurangan.
Menurut Lay (1994) metode membran filter adalah prinsip teknik dengan melewatkan sejumlah volume sampel pada saringan dengan diameter pori lebih kecil dari pada sel mikroba. Hal ini yang menjadi keterbatasan teknik membran filter dan dapat berpengaruh kepada jenis sampel dan ukuran sampel yang akan di analis. Beberapa pengaruh tersebut, adalah: (1) viskositas atau kekentalan sampel, yaitu semakin kental cairan maka semakin sulit di filtrasi (2) Bahan-bahan yang terlarut dalam sampel, yaitu suatu bahan-bahan mikroskopis yang dapat menghambat pori-pori
Jadi, Perbedaan dari perhitungan jumlah mikroba dengan metode pourplate dan membran filter, yaitu:
1. Pourplate
- Merupakan teknik penanaman dengan cara mencampurkan sampel yang mengandung sel mikroba dengan media pertumbuhan media.
- Media tuang yang memakai pipet - Sampel hanya 10 ml
- Yang digunakan metode ini dengan media TPC, PDA, dan PA
- Hasilnya tidak akurat 2. Membran filter
- Merupakan teknik dengan melewatkan sejumlah volume sampel pada sel mikroba dan berpengaruh kepada jenis sampel yang akan dianalisa
- Media padat yang memakai kertas saring - Sampel hanya 100 ml
- Yang digunakan metode ini dengan media TPC, PDA dan sumber - Hasilnya akurat (Anonim. 1983)
2.4 Lingkungan Mikroorganisme
Mikroorganisme termasuk kedalam kelompok jasad hidup sangat peka terhadap adanya perubahaan lingkungan sehingga dengan adanya perubahan kecil.
Adapun lingkungan mikroorganisme mempunyai dua faktor, yaitu:
1. Faktor Abiotik
Merupakan faktor lingkungan mikroorganisme yang bersifat mati.
Beberapa faktor abiotik memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:
- Temperatur
Merupakan faktor yang terpenting dikehidupan mikroba.
Temperatur memiliki tiga temperatur, yaitu: temperatur minimum adalah nilai kehidupan paling rendah di mikroba, temperatur optimum adalah nilai kehidupan yang paling sesuai atau baik di mikroba dan temperatur maksimum adalah nilai kehidupan yang tinggi di mikroba
- Kelembaban
Adalah faktor lingkungan mikroba, untuk pertumbuhan bakteri diperoleh kelembaban yang tinggi di atas 80% dan pada jamur diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%
- Tekanan osmosa
Merupakan faktor yang mempunyai batas pH untuk pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri memerlukan nilai pH antara 6,5-75 sedangkan jamur mempunyai daerah pH yang luas
- Logam berat
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li dan Pb walaupun pada kadar yang sangat rendah
- Radiasi
Merupakan faktor lingkungan mikroba yang mempunyai daya merusak kepada sel mikroorganisme
- Tegangan muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan - Tekanan hidrostatik
Merupakan jenis mikroba yang dapat hidup di dalam samudra pasifik dengan tekanan lebih dar 1.208 kg tiap persegi
2. Faktor Biotik
Merupakan faktor lingkungan mikroorganisme yang bersifat hidup.
Beberapa faktor biotik memiliki ciri-ciri, yaitu: bebas hama,asosiasi,parasitisma, antibiosa, sinergisma dan intoplasma
2.5 Media
Media merupakan nutrien yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan mikroorganisme secara in vitro (Anonim. 1983). Media atau medium ialah mengisolasi, menumbuhkan mikroorganisme, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan menghtiung jumlah mikroba. Dalam proses pembuatan media harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media (Safitri. 2010). Pertumbuhan mikroorganisme suatu media merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan atau minuman yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di dalam media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media, pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganisme menjadi kutur murni dan juga memanipulasikan komposisimedia pertumbuhannya. Bahan dasar adalah air H2O sebagai pelarut dari agar-agar (Soni. 2010).
2.5.1 Syarat-syarat Media
Beberapa syarat-syarat media, sebagai berikut:
1. Mengandung komposisi seperti: air, sumber energi metabolik (fermentasi, respirasi, fotosintesis), zat hara (sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, oksigen, hidrogen dan trace elements) dan asam amino, vitamin, nukleosida 2. Memiliki pH, temperatur dan tekanan osmotik yang sesuai dengan kebutuhan mikroorganisme
3. Steril, agar tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme pencemar 2.5.2 Fungsi Media
Diantara fungsi media ada dua cara, yaitu:
1. Secara Kualitatif digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme dan mengidentifikasi mikroorganisme
2. Secara Kuantitatif digunakan untuk perbanyakaan dan perhitungan jumlah mikroorganisme
2.5.3 Fungsi Nutrin dalam Media Fungsi nutrin didalam media, yaitu:
- Air yang berfungsi sebagai sumber oksigen dan pelarut
- Pepton berfungsi sebagai sumber N organik untuk sintesa enzim dan bahan seluler
- Ekstrak daging/ meat extract berfungsi sebagai sumber C dan N
- Ekstrak Khamir/ yeast extract bertujuan untuk menstimulir pertumbuhan - Mineral berfungsi sebagai sumber K, Na, Mg, Fe, S, P, Cl untuk
mikronutrien
- NaCl bertujuan untuk pengaturan tekanan osmosis dan pertumbuhan halofil
- Karbohidrat berfungsi sebagai sumber C dan energi 2.6 Jenis-jenis Media
Ada banyak jenis-jenis media, yaitu: (1) berdasarkan komponen dasar yang membentuknya terbagi menjadi dua, yaitu: media kompleks dan media yang tersusun dari bahan kimia tertentu (2) berdasarkan komposisi medianya terbagi menjadi empat, yaitu: media umum, media selektif, media diperkaya dan media diferensial (3) berdasarkan bentuknya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: media cair, media semi padat dan media padat.
Menurut yang saya teliti atau saya kerjakan di PT. Tirta Sukses Perkasa ada 2 jenis media, antara lain:
2.6.1 Total Plate Count (TPC)
Total Plate Count digunakan mendekteksi semua jenis bakteri atau macam-macam bakteri yang ada pada air yang akan terdeteksi dengan media agar.
(Anonim. 1983). TPC juga menganalisa semua jenis-jenis bakteri yang terdapat pada air, tanah dan juga menganalisa jenis bakteri E.Coli (EC) dan pseudomonas.
Bakteri EC dikenal sebagai salah satu bakteri yang paling umum ditemukan disaluran usus manusia dan hewan. Mereka dapat bertahan hidup diluar tubuh untuk jangka yang lama indikator organisme yang ideal untuk menguji makanan agar terkontaminasi. Umumnya bakteri EC berbahaya telah diidentifikasi dan terdapat beebagai macam penyakit yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh.
(Samuel. 2011)
Analisa TPC merupakan analisa kuantitatif, yaitu dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh dengan metode membran filter. Dimana media TPC terdapat bakteri EC yang merupakan analisa kuantitatif yang jika hasilnya bernilai positif maka terdapat bintik merah hati pada media dan bernilai negatif bila terdapat bintik tersebut. Bekteri EC adalah medium yang digunakan untuk mengisolasi, mengkultur dan menghitung bakteri colifrom dalam air minum, air
limbah, makanan dan bahan lainnya. (Safitri. 2010). Bakteri EC sering digunakan sebagai objek dalam penelitian ilmiah dibandingkan dengan mikroorganisme yang lain. Organisme ini merupakan penghuni utama di usus besar dan juga merupakan penyebab untuk infeksi saluran kemih dan luka infeksi, pneumoni, meningitis, serta septisema. Sedangkan pada bakteri pseudomonas merupakan analisa kualitatif yang jika hasilnya positif ditandai dengan warna hijau pada membran filter di permukaan media (Dzen. 2003)
TPC merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menghitung jumlah koloni mikroorganisme yang telah dikulturkan. Keberhasilan TPC sangat dipengaruhi oleh ketelitian dan pengamat. Apabila pengamat tidak teliti, maka akan banyak koloni yang tidak teramati dan terhitung. Subyektifitas seseorang untuk menilai apakah yang diamati satu koloni atau bukan, serta satu atau dua koloni yang menjadi satu juga mempengaruhi hasil TPC sehingga hasil total plate akan relatif tergantung pengamat. TPC berfungsi sebagai menghitung jumlah koloni pada media agar yang di dalam cawan petri. Menurut Prescott (2003) isolasi mikroorganisme dari sampel yang telah didapatkan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: (1) pourplate (2) spread plate (3) drop plate. Media TPC bisa juga menggunakan metode perhitungan jumlah sel secara langsung atau perhitungan secara tidak langsung. TPC merupakan metode yang digunakan untuk menentukan densitas dari mikroorganisme yang ada didalam sampel. Beberapa pengaplikasikan dari teknik ini adalah dalam bidang industri kosmetik untuk menguji sensitivitas, melakukan analisa kekuatan anti mikroorganisme atau antagonis mikroorganisme dan melakukan tes pathogenetas suatu mikroorganisme pada suatu produk, seperti produk susu atau produk daging (Shubhda. 2009).
Adapun aplikasi TPC yang telah dilakukan Borneng (2004). Penelitiannya adalah mengisolasi bakteri yang mengandung asam laktat dan mengukur aktivitas bakteri patogen didalam produk daging.
TPC adalah prinsip hitungan cawan atau menumbuhkan sel mikroorgnaisme yang masih hidup pada media agar, sehingga mikroorganisme akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan
metode yang paling sensitif untuk memnentukan jumlah mikroba yang tumbuh dalam media tersebut serta dapat mengisolasi dan identifikasi jenis mikroba tersebut. Adapun kelemahan dari metode Total Plate Count (TPC) adalah:
- Memungkinan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba, seperti pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok
- Memungkinan akan memperkecil jumlah mikroba yang sebenarnya.
Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaannya jenis media agar, suhu, pH atau kandungan oksigen selama masa inkubasi
- Perhitungan dilakukan pada media yang jumlah populasi mikroba pada 30- 300 koloni. Bila jumlah polulasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan penghitungan yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama karena terjadi persaingan diantara koloni
- Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah massa inkubasi yang umumnya membutuhkan 24 jam atau lebih (Fardiaz. 1993)
2.6.2 Potato Dexstore Agar (PDA)
Potato dextrose agar merupakan sifat media umum universal media yang dimana media yang menggunakan bahan yang dapat dipakai untuk pertumbuhan kelompok organisme contohnya Nutrien Agar untuk pertumbuhan bakteri. (Harti.
2015). PDA merupakan medium yang digunakan untuk isolasi dan kultur jamur dan bakteri yang menyerang tanaman hidup atau materi tanaman mati membusuk.
Mikoroganisme umum dapat dibiakkan pada PDA adalah ragi, seperti Candida albacans atau Saccharomyces dan jamur seperti cerivisiae Aspergillus niiger Penicillium sp.
PDA merupakan salah satu media yang baik digunakan untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik itu berupa cendawan atau fungi, bakteri, maupun sel makhluk hidup. Media PDA adalah jenis media biakan dan memiliki bentuk atau konsistensi. PDA merupakan panduan yang sesuai untuk
menumbuhkan biakan. Media ini berfungsi sebagai media kapang dan khamir.
Selain PDA digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan bakteri. Dari karakteristik media ini dapat dilihat dari jenis, konsistensi, warna, sifat mediadan pH dan lain-lain.
Formula medium:
Bahan Ukuran (gram)
Potato influsion 200,0
Dextrose 20,0
Fungsi dari komposisi media Potato Dextrose Agar (PDA), sebagai berikut:
- Potato extract atau ekstrak kentang merupakan sumber karbohidrat atau makanan bagi biakan pada media PDA
- Dextrose atau gugusan gula baik tiu monosakarida maupun polisakarida merupakan penambahan nutrisi bagi biakkan pada media PDA
- Agar merupakan bahan media atau tempat tumbuh bagi biakan yang baik karean mengandung cukup air (Winda.2009)
Menurut Anonim (1983) PDA berfungsi sebagai mendeteksi air dan mendeteksi jamur, seperti yeast dan mold. PDA merupakan media yang ditunjukan untuk pertumbuhan kapang karena memiliki karbohidrat 20% dan glukosa 2% yang kurang sesuai untuk kehidupan bakteri. Meskipun demikian, terkadang masih ada bakteri yang mampu hidup pada kondisi tersebut sehingga perlu ditambahkan sterptomisin pada media. Sterotomisin adalah senyawa antibiotik dan cara kerjanya dengan cara mematikan bakteri sensitif dengan menghentikan produksi
Dalam pembuatan media Total Plate Count (TPC) dan media Potato Dextrose Agar (PDA) ada nilai-nilai kritis, yaitu:
- Penimbangan bubuk media, harus sesuai dengan volume
- Pelarutan media, jangan sampai mendidih karena dapat merusak komposis media
- Pengecekan pH, pada media TPC harus pada suhu 370C sedangkan pada media PDA pada suhu 250C
- Proses sterilisasi harus tepat pada suhu, waktu, tekanan, pada autoklaf - Proses pengerjaannya harus cepat dan tepat
- Penuangan media ke cawan petri harus steril - Sebelum diinkubasi selama kurang lebih 24 jam
- Media yang sudah jadi, harus disimpan pada lemari pendingin pada suh 2- 80C
- Setiap tahapan pembuatan media TPC dan PDA perlu diperhatikan sterilisasi
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh dipermukaan media adalah sebagai berikut:
- Besar kecil koloni, yaitu ada koloni yang hanya berupa satu titik, namun ada pula yang melebar sampai menutup permukaan media
- Bentuk, yaitu ada koloni yang bulat dan memanjang dan ada pula tepinya rata dan tidak rata
- Kenaikkan permukaan, yaitu ada koloni yang rata dengan permukaa media dan ada yang timbul diatas permukaan kasar dan tidak rata
- Wajah permukaan, yaitu ada koloni yang permukaannya mengkilat dan nada yang permukaannya suram
- Warna, yaitu kebanyakkan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan
- Kepekatan, yaitu ada koloni yang lunak seperti lender dan ada pula yang keras dan kering
2.7 Hitungan Cawan
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar maka sel jasad renik tersebut akan berkembang- biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik. Metode hitungan mempunyai keuntungan dan kekurangan untuk menentukan jumlah jasad renik.
Keuntungan metode hitungan cawan, meliputi: hanya sel yang masih hidup yang dihitung, beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus dan dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik. Sedangkan kekurangan metode hitungan cawan, meliputi: hasil perhitungan tidak menunjukan jumlah sel yang sebenarnya, kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda dan jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar dan media memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung
2.8 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebaskan atau memusnahkan alat-alat atau bahan-bahan dari segala macam kehidupan, terutama mikroorganisme. Dalam praktek, sterilisasi alat-alat atau media yang digunakan secara kimia maupun secara fisika. Cara sterilisasi yang digunakan tergantung pada jenis dan sifat bahan yang di sterilkan. Dalam proses sterilisasi alat maupun bahan banyak sekali cara yang dapat digunakan atau dilakukan. Namun di perusahan ini menggunakan sterilisasi dengan uap panas bertekanan.
Pada sterilisasi dengan uap panas bertekanan, alat yang digunakan adalah autoklaf. Sterilisasi dengan alat autoklaf cara sterilisasi paling baik jika dibandingkan dengan sterilisasi lainnya. Sel vegetatif jamur dan ragi dapat dimusnahkan pada suhu 50-600C selama 5-10 menit, sedangkan pada spora pada suhu 70-800C. Sel vegetatif bakteri dapat dimusnahkan pada suhu 60-700C selama 5-20 menit sedangkan sporanya membutuhkan shu lebih tinggi dan waktu sterilisasi lebih lama. Menurut fardiaz (1993) sterilisasi adalah membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu media tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri.
Pada dasarnya sterilisasi terdiri atas:
1. Pemanasan
Pemanasan sterilisasi dibagi 3, yaitu: (1) pemanasan udara panas pada suhu 160-1800C selama 1,5-3 jam (2) pemanasan basah pada suhu 1000C (3) pemanasan suhu tinggi pada uap bertekanan 1,1 kg/cm2 suhu 121, 50C.
2. filtrasi membran filter
Menggunakan milipore selulose asetat, asbestoz seitz, membran diatom atau membran gelas. Digunakan untuk sterilisasi larutan bersifat thermolabil
3. zat kimia
Menggunakan pipet dan cawan petri untuk sterilisasi biasanya digunakan untuk etilen oksida, alkohol dan lain-lain
2.9 Desinfeksi
Desinfeksi merupakan suatu proses untuk membunuh jasad renik yang bersifat patogenik dengan cara kimia atau fisika. Desinfeksi atau disinfeksi mempunyai perlakuan fisik yang digunakan untuk membunuh jasad renik, sebagai berikut: pemanasan, radiasi dan penyaringan. Desinfeksi mempunyai faktor-faktor potensi, yaitu: konsentrasi, waktu, pH, suhu dan sifat mikroorganisme
Menurut Volk (1989) desinfeksi adalah membunuh bakteri patogen yang penyebarannya melalui air. Metode tersebut merupakan cara untuk membunuh bakteri patogen, karena ada 3 cara yaitu:
- Cara kimia merupakan cara penambahan bahan kimia
- Cara fisika merupakan cara pemanasan air dengan ultra violet
- Cara mekanisme merupakan cara pengendapan atau bakteri berkurang dari 25 – 75%
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat-alat
Nama Alat Merk
- Cawan Petri Pyrex
- Erlenmeyer 250 ml Pyrex - Timbang Cetridemide Agar -
- Bunsen -
- Botol Schot Duran 250 ml Pyrex
- Labu vakum Pyrex
- Plastik 1/4 -
- Kertas Saring Cellulosa Nitrate Filter
- Mancis -
- Inkubator -
- Oven Sharp E0-18 L W
- Autoklaf Autoclave Electric
- Cutton bud Otoklaf -
- Spatula -
- Valve -
- Lid -
- Pompa -
3.2 Bahan - Alkohol 70%
- Aquadest
- Media total plate count (TPC) - Media potato dexstrose agar (PDA)
3.3 Prosedur Percobaan Membran Filter 3.3.1 Pengambilan Sampel
- Semua alat pengambilan sampel disterilkan (misalnya pada botol sampel, cutton bud dan waduk sampel)
- Kran tank air dibersihkan dengan cutton bud - Disemprot kran tank air dengan alkohol 70%
- Dibakar kran tank air dengan mancis - Diambil botol sampel
- Dimasukkan kedalam waduk sampel
3.3.2 Pembuatan Media Total Plate Count (TPC) Prosedur
- Ditimbang media TPC sebanyak 5,62 gram - Ditambahkan air steril 100 ml
- Dihomogenkan
- Dimasukkan cawan petri kedalam autoklaf - Diinokulasi
- Dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 370C selama 2 hari - Diamati
- Dihitung jumlah koloni (bakteri)
3.3.3 Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA) Prosedur
- Ditimbang media PDA sebanyak 82,725 gram - Ditambahkan air steril 100 ml
- Dihomogenkan
- Dimasukkan cawan petri kedalam autoklaf - Diinokulasi
- Dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 250C selama 3 hari - Diamati
- Dihitung jumlah koloni (jamur)
3.3.4 Prosedur Percobaan
- Pastikan alat terpasang dengan benar (perhatikan arah pada pompa, lid, valve)
- Nyalakan pompa terlebih dahulu, sebelum valve dalam keadaan terbuka - Dimasukkan media TPC atau PDA kedalam valve
- Dituang sampel ke permukaan media
- Setelah selesai, tutup valve terlebih dahulu, baru matikan pompa
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari data pengamatan analisa air dengan metode membran filter mengunkan media Total Plate Count (TPC) dan media Potato Dextrose Agar (PDA) dapat dilihat dalam tabel 4.1 adalah sebagai berikut:
4.1. Hasil Data Pengamatan
No. Air Media Tahap
TPC PDA
Bakteri TPC
Bakteri Pseudomonas
Bakteri E.Coli
Jamur Yeast
Jamur Mold
1. Sumber 1* 0 0 58 0 Pre-
water treatment 2. Storange
Tank
1* 0 0 0 0 water
treatment 3. Sand
Filter Tank
4 0 0 0 0 water
treatment 4. Carbon
Filter Tank
TBUD 0 0 10 0 water
treatment 5. Final
Catridge
TBUD 0 0 21 0 water
treatment
6. Final Tank 0 0 0 0 0 Finish
Tank 7. Produk
Cup dan Botol
0 0 0 0 0 Produksi
Keterangan: 1* = koloni 1 tapi morfologi melebar TBUD = Tidak Bisa Untuk Dihitung
0 = Tidak ada
4.2 Pembahasan
Tabel tersebut menunjukkan bahwa secara perusahaan, pada sampel pertama dari air sumber, pada media TPC terdapat bakteri jenis lain yang tidak dapat diidentifikasi jenisnya dengan jumlah 1* (artinya terdapat 1 koloni yang morfologinya melebar) didalam cawan petri. Bakteri pseudomonas dan bakteri EC tidak ditandai dengan adanya mikroorganisme. Sedangkan pada media PDA terdapat jamur yeast dengan jumlah 58 koloni dan jamur mold tidak ditandai dengan mikroorganisme.
Pada sampel kedua dari air storange tank, pada media TPC terdapat bakteri jenis lain yang tidak dapat diidentifikasi jenisnya dengan jumlah 1* (artinya terdapat 1 koloni yang morfologinya melebar) didalam cawan petri. Bakteri pseudomonas dan bakteri EC tidak ditandai dengan adanya mikroorganisme.
Sedangkan pada media PDA tidak ditemukan jamur yeast dan jamur mold tidak ditandai dengan mikroorganisme.
Pada sampel ketiga dari air sand filter tank, sama dengan sampel kedua yang dimana bakteri TPC terdapat bakteri jenis lain yang tidak dapat diidentifikasi jenisnya dengan jumlah 1* (artinya terdapat 1 koloni yang morfologinya tidak melebar) didalam cawan petri. Bakteri pseudomonas dan bakteri EC tidak ditandai dengan adanya mikroorganisme. Sedangkan pada media PDA tidak ditemukan jamur yeast dan jamur mold tidak ditandai dengan mikroorganisme..
Pada sampel keempat dari air carbon filter tank, bakteri TPC terdapat bakteri jenis lain yang tidak dapat diidentifikasi jenisnya dengan jumlah yang tidak bisa untuk dihitung (TBUD). Bakteri pseudomonas dan bakteri EC tidak ditandai dengan adanya mikroorganisme. Sedangkan pada media PDA terdapat
jamur yeast dengan jumlah 10 koloni dan jamur mold tidak ditandai dengan mikroorganisme.
Pada sampel kelima dari air final catridge, bakteri TPC terdapat bakteri jenis lain yang tidak dapat diidentifikasi jenisnya dengan jumlah yang tidak bisa untuk dihitung (TBUD). Bakteri pseudomonas dan bakteri EC tidak ditandai dengan adanya mikroorganisme. Sedangkan pada media PDA terdapat jamur yeast dengan jumlah 21 koloni dan jamur mold tidak ditandai dengan mikroorganisme..
Pada sampel keenam dari air final tank, terdapat bakteri TPC, bakteri pseudomonas dan bakteri EC tidak terdapat bakteri. Sedangkan media PDA tidak terdapat jamur yeast dan jamur mold tidak ditandai dengan mikroorganisme..
Dan terakhir air dari produk cup dan botol, media TPC tidak terdapat adanya bakteri jenis lain yang tidak dapat diidentifikasi dan bakteri pseudomonas, bakteri EC tidak ditandai dengan adanya aktifitas mikrooganisme. Begitu juga pada media PDA tidak terdapat jamur yeast dan jamur mold tidak ditandai dengan mikroorganisme..
Pada sampel sumber ditemukan jamur yeast dengan jumlah 58 koloni karena air sumber belum ada ditambahkan zat desinfektan yaitu NaOCL (Natrium Hipoklorit). NaOCL merupakan pemutih yang digunakan untuk membunuh bakteri patogen dan non patogen dalam air. Sedangkan pada sampel dari carbon filter dengan jumlah 10 koloni dan sampel dari final catridge dengan jumlah 21 koloni, kemungkinan itu disebabkan kurangnya memperhatikan unsur higenis.