• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN (STUDI KASUS KABUPATEN BANYUMAS ) SULISTIONO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN (STUDI KASUS KABUPATEN BANYUMAS ) SULISTIONO"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN

(STUDI KASUS KABUPATEN BANYUMAS )

SULISTIONO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Model Pengembangan Wilayah dengan Pendekatan Agropolitan (Studi Kasus Kabupaten Banyumas) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2008

SULISTIONO NRP A353060324

(3)

ABSTRACT

SULISTIONO. Regional Development Model Through Agropolitan Approach (Case Study Kabupaten Banyumas). Under the direction of H.R. SUNSUN SAEFULHAKIM and DIDIT OKTA PRIBADI.

For the agenda of reaching purpose of development prioritizing to generalization, growth, interrelationship, proportional, independence, and continueing aspect is required reorientation of development to agricultural sector, where orientation of development will shift to rural region causing plays more in regional development. One of development model expected able to reach purpose of is regional development model through agropolitan approach. In this research, agropolitan is one of approach systems of regional rural development through activity bases on agriculture, conservation natural resource and development of regional potency through environmental development of causing can minimize difference between regions. The result of cluster analysis based on development of agropolitan system and development of regional economic to districs (kecamatan-kecamatan) in Banyumas region is clustered to become 3 group, where every group is having certain characteristics applied as regional development base. The result of analysis spasial durbin indicates that development of districts (kecamatan) in Banyumas region many influenced by interrelationship between regions based on reverse of distance and region verging on direct. Concentration of government required in implementing policy about : commerce and invesment aspect, improvement of industrial competitiveness, space exploiting, marketing systems, government budget, development of small and medium industry, development of transportation, management of natural resource, man resource and social resource.

Keywords : rural development, agropolitan, spatial interaction and difference between region

(4)

RINGKASAN

SULISTIONO. Model Pengembangan Wilayah dengan Pendekatan Agropolitan (Studi Kasus Kabupaten Banyumas). Dibawah bimbingan H.R. SUNSUN SAEFULHAKIM dan DIDIT OKTA PRIBADI.

Pembangunan wilayah adalah suatu proses perubahan terencana ke arah semakin tersedianya alternatif-alternatif bagi setiap orang untuk memenuhi tujuan-tujuan yang paling humanistik sesuai dengan perkembangan tata nilai dan norma-norma yang dijunjung tinggi di dalam masyarakat.Tolok ukur kinerja pembangunan wilayah : a. Pemerataan, b.Pertumbuhan, c.

keterkaitan, d. keberimbangan, e. kemandirian, dan f. keberlanjutan. Konsep Pembangunan wilayah dengan basis pengembangan kota-kota pertanian atau yang lebih dikenal dengan agropolitan, menjadi pilihan utama Pemerintah Daerah, dalam melaksanakan otonominya.

Sebagai konsep pembangunan perdesaan yang relatif baru dikembangkan di Indonesia, model agropolitan perlu dikembangkan sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat yang ada sehingga dapat mengurangi kesenjangan pembangunan desa – kota, memperkuat keterkaitan kegiatan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan, memperluas alternatif lapangan pekerjaan berkualitas di perdesaan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di perdesaan, mengurangi penelantaran sumberdaya lokal akibat sistim yang terganggu.

Metode analisis data kuantitatif, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : (1) analisis identifikasi variabel kinerja sistim agropolitan dan kinerja pembangunan ekonomi daerah dengan menggunakan : persentase, rasio, pangsa,location quotient (untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis aktivitas dan tingkat kecukupan barang/jasa dari produksi lokal suatu wilayah), indeks diversitas entropy (untuk mengetahui tingkat perkembangan suatu wilayah) dan analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan (untuk mengetahui luas lahan yang sesuai dan tersedia untuk pengembangan produk unggulan), (2) menyusun indeks-indeks komposit kinerja sistim agropolitan dan kinerja pembangunan ekonomi daerah, dengan mengguna- kan : principal components analysis untuk menentukan variabel baru yang dapat mewakili variabel - variabel pembangunan yang merupakan variabel asal dan menghindari multicollinearity yang dapat menyebabkan struktur data yang dihasilkan menjadi bias, (3) pewilayah dan tipologi wilayah kinerja sistim agropolitan dan kinerja pembangunan ekonomi daerah, dengan menggunakan analisis kelompok (cluster analysis) berdasarkan faktor utama (factor score) yang diperoleh dari analisis komponen utama dan menggunakan metode K-mean untuk meminimumkan keragaman di dalam kelompok dan memaksimumkan keragaman antar kelompok, dan (4) mengetahui struktur keterkaitan antara kinerja sistim agropolitan dan kinerja pembangunan ekonomi daerah, di analisis dengan menggunakan Spatial D u r b i n Model untuk melihat peran keterkaitan antara ukuran kinerja pembangunan ekonomi dan ukuran kinerja sistim agropolitan.

Dalam menganalisis interaksi spasial antar kecamatan di Kabupaten Banyumas di dasarkan pada beberapa hal yaitu : letak masing-masing kecamatan yang berbatasan langsung dengan kecamatan lainnya dan jarak antar masing-masing kecamatan /W2.

Berdasarkan analisis kelompok (cluster) terhadap indeks-indeks komposit kinerja agropolitan dan indeks-indeks komposit kinerja pembangunan ekonomi daerah dihasilkan tiga tipologi wilayah, dimana tipologi I mempunyai penciri

(5)

utama : sektor industri dan keuangan tinggi, mata pencaharian utama penduduk di subsektor peternakan dominan, areal lahan berdasarkan kedalaman air 11 m – 20 m (dalam) : dominan dan disisi lain angkatan kerja menganggur tinggi . Hal ini secara logis menginformasikan bahwa di wilayah tersebut peningkatan sektor industri dan sektor keuangan belum mampu memberdayakan sumberdaya manusia yang ada disekitar wilayah tersebut . Kondisi tersebut dikarenakan industri yang berkembang membutuhkan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan tenaga kerja yang tersedia atau tenaga kerja setempat kalah bersaing dengan pendatang dari luar wilayah. Demikian juga dengan masyarakatnya yang melakukan usaha di bidang peternakan kurang begitu menguntungkan atau hanya bisa untuk menambah penghasilan saja sehingga tidak banyak menyerap tenaga kerja yang ada.

Kecamatan-kecamatan yang terdapat di wilayah tipologi II merupakan wilayah dengan karakteristik: keberadaan institusi sosial tinggi, disisi lain mata pencaharian utama penduduk di sektor pertanian tanaman pangan,peternakan, perkebunan dan kehutanan tidak dominan, sumbangan sektor industri, keuangan dan persewaan terhadap PDRB rendah. Hal ini menginformasikan bahwa institusi sosial petani kurang bisa mendukung perkembangan sektor pertanian tanaman pangan,peternakan, perkebunan dan kehutanan sehingga sektor industri di wilayah tersebut tidak berkembang.

Kecamatan-kecamatan yang terdapat di wilayah tipologi III merupakan wilayah dengan karakteristik: keberadaan penyuluh pertanian dan taruna tani tinggi, berada di daerah dataran rendah disisi lain intensitas populasi ternak dan ikan rendah, sumbangan sektor industri, keuangan dan persewaan terhadap PDRB rendah, keberadaan institusi sosial petani rendah, kepemilikan lahan rendah dan intensitas pertanam tanaman pangan rendah, dan angkatan kerja menganggur rendah. Hal ini menginformasikan bahwa di wilayah tipologi III masyarakatnya mata pencaharian utamanya dominan di luar sektor pertanian karena kepemilikan lahan yang sempit dan banyak alternatif pekerjaan diluar sektor pertanian, seperti Kecamatan Purwokerto Timur dan Kecamatan Purwokerto Selatan yang merupakan daerah perkotaan. Disisi lain keberadaan penyuluh pertanian di 3 kecamatan, seperti: Kecamatan Purwojati, Kecamatan Somagede dan Kecamatan Gumelar kurang mampu mendorong berkembangnya sektor pertanian .

Indeks komposit yang dihasilkan dari olah PCA selanjutnya digunakan sebagai variabel dalam analisis Spatial Durbin Model dan menghasilkan 5 model untuk mengukur kinerja pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Banyumas:

1. Model I ( sektor pertanian dan perdagangan ), dimana variabel nyata dan elastis : (a) produktifitas orang sektor pertanian di wilayahnya sendiri menjadi faktor penentu dalam peningkatan PDRB sektor pertanian dan perdagangan di wilayah tersebut dengan elastisitas 1,151, (b) peningkatan areal yang berelevasi tinggi di wilayah tetangga pada radius tertentu akan menghambat sektor pertanian dan perdagangan di suatu wilayah dengan elastisitas 1,789, (c) keberadaan institusi sosial di kecamatan tetangga pada radius tertentu dapat menghambat PDRB sektor pertanian dan perdagangan suatu wilayah dengan elastisitas 1,708.

2. Model II (laju pertumbuhan ekonomi, produktifitas lahan dan produktifitas penduduk ), dimana variabel nyata dan elastis tidak ada tetapi ada satu variabel yang cukup tinggi elastisitasnya (0,65) yaitu : intensitas populasi ternak dan perikanan di wilayahnya sendiri dapat menghambat kinerja pembangunan ekonomi daerah.

(6)

3. Model III ( sektor industri ), dimana variabel nyata dan elastis : (a) sektor industri di wilayah tetangga pada radius tertentu menjadi faktor pendorong dalam peningkatan sektor keuangan dan persewaan di suatu wilayah dengan elastisitas 6,87, (b) angkatan kerja menganggur di wilayah tetangga pada radius tertentu memberikan dampak positif terhadap pangsa sektor keuangan dan persewaan dengan elastisitas 4,78, (c) keberadaan jembatan dan jalan antar desa yang bisa dilewati kendaraan roda 4 di wilayah tetangga pada radius tertentu dapat mendorong sektor keuangan dan persewaan di suatu wilayah dengan elastisitas 4,69

4. Model IV (sektor keuangan dan persewaan), dimana variabel nyata dan elastis : keberadaan infrastruktur jembatan dan jalan antar desa yang bisa dilewati kendaraan roda 4 di wilayah tetangga yang berbatasan langsung dapat mendorong peningkatan sektor industri di suatu wilayah dengan elastisitas 1,222.

5. Model V (angkatan kerja menganggur), dimana variabel nyata dan elastis : (a) pengeluaran anggaran rutin di wilayah tetangga pada radius tertentu memberikan dampak positif terhadap pangsa angkatan kerja menganggur di suatu wilayah dengan elastisitas 3,331, (b) rataan per kapita total anggaran belanja kecamatan di wilayah tetangga pada radius tertentu dapat menghambat angkatan kerja menganggur di suatu wilayah dengan elastisitas 2,636.

Dari kelima model keterkaitan antara kinerja pembangunan ekonomi daerah menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh signifikan (nyata) dan elastis terhadap variabel tujuan (kinerja pembangunan ekonomi daerah) didominasi oleh variabel yang terkait dengan kondisi sekitarnya, baik yang berbatasan langsung (W1) maupun jarak dalam radius tertentu (W2).

Kondisi ini berimplikasi dalam mekanisme untuk meningkatkan kinerja pembangunan ekonomi daerah maka harus memperhatikan faktor pendorong dan penghambat terutama dalam meningkatkan kerjasama dengan wilayah sekitarnya.

Konsep kerjasama dan koordinasi dengan wilayah sekitarnya (Inter- Regional Cooperation) menjadi faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam setiap kegiatan pembangunan dalam rangka optimasi pencapaian tujuan pembangunan dan peningkatan kinerja pembangunan ekonomi daerah. Temuan tersebut juga mengindikasikan pentingnya Inter-Regional Cooperation dalam skala yang lebih luas.

Kata Kunci : agropolitan, tipologi wilayah, model keterkaitan spasial

(7)

©Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya

dalam bentuk apapun, baik cetak, foto copy, microfilm, dan sebagainya

(8)

MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN

(STUDI KASUS KABUPATEN BANYUMAS )

SULISTIONO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(9)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Muntoha Selari, MS

(10)

Judul Tesis : Model Pengembangan Wilayah dengan Pendekatan Agropolitan (Studi Kasus Kabupaten Banyumas)

Nama : Sulistiono

NIM : A. 353 060 324

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. H.R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr Didit Okta Pribadi, SP, MSi

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Lulus : 14 Maret 2008 Tanggal Ujian : 12 Februari 2008

(11)

PERSEMBAHAN

Tulisan ini kupersembahkan untuk yang kucintai dan kuhormati...

istriku (Triana Setiawardani, SPt, MP) yang telah tabah &

sabar merawat buah hati kami dengan penuh suka duka, anak-anakku(Shafira Ayu Permatasari, Ayunda Tasya Hapsari, Fauzi Sulistio Nugrahanto) yang kurang banyak

mendapat kasih sayang selama proses study, yang kuhormati ibunda Lely Sustijah & ayah mertua

Prof. DR. H. Iswanto, S.H

serta kakakku Ir. Sulistyorini, MSi yang telah banyak memberikan dukungan nasehat & doa,

almamaterku serta sahabat-sahabatku, rekan-rekan mahasiswa PWL 2006

terimakasih atas semua dukungan dan kebersamaan kita

(12)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2007 ini adalah pengembangan wilayah perdesaan di Kabupaten Banyumas, dengan judul Model Pengembangan Wilayah dengan Pendekatan Agropolitan (Studi Kasus Kabupaten Banyumas).

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Ir. Sunsun Saefulhakim, M.Agr, dan Didit Okta Pribadi, S.P, M.Si, sebagai Komisi Pembimbing yang telah melakukan pembimbingan dan pengarahan dengan penuh tanggung jawab.

2. Dr. Ir. Muntoha Selari, M.S selaku Penguji Luar Komisi, terima kasih atas segala masukan dan saran dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Program Studi dan seluruh staf pengajar dan pengelola Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah.

4. Pusbindiklatren Bappenas selaku sponsor yang memberikan beasiswa untuk tugas belajar S-2 13 bulan.

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas yang telah memberikan ijin dan dukungan moral untuk mengikuti tugas belajar.

6. Teman-teman kelas khusus dan reguler Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah tahun 2006.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam proses penulisan karya ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih tak terhingga kepada ibunda yang selalu memberikan dukungan doa, Istri dan anak-anak tercinta, serta seluruh keluarga, terima kasih atas segala pengorbanan, doa, kasih sayang, dan semangat yang telah diberikan selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, Februari 2008

SULISTIONO NRP A353060324

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Tulungagung Propinsi Jawa Timur pada tanggal 28 Februari 1968, putra kedua dari dua bersaudara pasangan alm Suprijono dan Lely sustijah. Pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas diselesaikan penulis di Kota Madiun Jawa Timur. Gelar Sarjana Peternakan diperoleh penulis dari Universitas Soedirman Purwokerto Jawa Tengah, jurusan Produksi Ternak pada tahun 1993. Pada tahun 1994 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Pertanian dan ditugaskan di Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur. Pada tahun 1995 penulis di tugaskan di Dinas Peternakan Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur sampai tahun 2000.

Tahun 2000 sampai saat ini tercatat sebagai pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas Propinsi Jawa Tengah.

Pada bulan Agustus 2006, penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL). Beasiswa pendidikan diperoleh dari Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencanaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas).

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

PENDAHULUAN Latar Belakang ………... 1

Perumusan Masalah ………... 6

Tujuan Penelitian ……….. 12

Manfaat Penelitiaan ………. 12

TINJAUAAN PUSTAKA Konsep Wilayah dan Pusat Pertumbuhan ……… 14

Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah ……… 14

Teori Lokasi dan Pusat Pertumbuhan ... 16

Pembangunan Berkelanjutan ………. 18

Konsep Pembangunan Berkelanjutan ... 18

Dimensi Pembangunan Berkelanjutan ... 21

Pembangunan Pertanian Perdesaan yang Berkelanjutan ……... 23

Agropolitan ... 26

Pengertian Agropolitan ... 27

Batas Kawasan Agropolitan ... 28

Penggunaan Model ... 30

METODOLOGI PENELITIAAN Kerangka Berpikir ………... 32

Pembangunan Pertanian dan Perdesaan ... 32

Agropolitan Sebagai Pendekatan Lintas Sektoral ... 33

Keterpaduan Subsistim dalam Agropolitan ... 34

Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 37

Metode Pengumpulan Data ………... 37

Metode Analisis ………... 39 Analisis Identifikasi Variabel Indikator Kinerja Sistim Agropolitan dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ...

39

(15)

Indeks-Indeks Komposit Kinerja Sistim Agropolitan dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah dengan Principal Componen Analysis (PCA) ...

44

Pewilayahan dan Tipologi Wilayah Sistim Agropolitan dan Kinerja

Pembangunan Ekonomi Daerah dengan Cluster Analisis ... 46

Struktur Keterkaitan antara Kinerja Sistim Agropolitan dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 48

GAMBARAN UMUM KONDISI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS Keadaan Geografis ………... 54

Pemerintahan ………... 55

Penduduk dan Tenaga Kerja ……….. 56

Sosial ……….. 58

Pertanian ……… 59

Industri dan Energi ……… 63

Perdagangan ………. 64

Transportasi dan Komunikasi ………. 66

Keuangan dan Harga-Harga ………... 67

Pendapatan Regional ………... 68

HASIL DAN PEMBAHASAN Konfigurasi Spasial Karakteristik Wilayah ………. 70

Pewilayahan dan Tipologi Wilayah Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ………... 70

Pewilayahan dan Tipologi Wilayah Kinerja Sistim Agropolitan ………… 77

Pewilayahan dan Tipologi Wilayah Kinerja Sumberdaya Manusia dan Sosial ………... 77

Pewilayahan dan Tipologi Kinerja Pengendalian Ruang ... 84

Pewilayahan dan Tipologi Kinerja Sumberdaya Alam ….. …………. 89

Pewilayahan dan Tipologi Kinerja Penganggaran Belanja ... 96

Pewilayahan dan Tipologi Kinerja Infrastruktur dan Fasilitas Publik . 101 Pewilayahan dan Tipologi Kinerja Aktifitas Ekonomi ... 109

Pewilayahan dan Tipologi Wilayah Kinerja Sistim Agropolitan dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ……….. 114 Interaksi Spasial Antara Tipologi Kinerja Sistim Agropolitan dan Kinerja Pembangunan Ekonomi daerah ………... 121

(16)

Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah Berdasarkan Pangsa

Sektor Pertanian dan Perdagangan ... 122

Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah : Laju Pertumbuhan Ekonomi,Rataan Produktifitas Penduduk dan Rataan Produktifitas Lahan ... 126

Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah : Pangsa Sektor Keuangan dan Persewaan ... 130

Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah : Pangsa Sektor Industri Terhadap PDRB ... 134

Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah : Pangsa Angkatan

Kerja Menganggur ...

137

PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN ... 146

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 165

Saran ... 169

DAFTAR PUSTAKA ... 170

LAMPIRAN ... 173

(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. PDRB dan PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dari keca-

matan Dominan di Kabupaten Banyumas Tahun 2005 ... 9

2.

Tujuan, Metode Analisis, Data, Sumber Data dan Output ...

38

3. Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan Akhir Tahun 2005 57

4. Banyaknya Murid, Sekolahan dan Guru SD, SLTP dan SLTA Menurut Kecamatan ... 58

5. Jumlah FasilitasKesehatan dan KB ... 59

6. Produksi Tanaman Perkebunan yang Dominan ……….. 60

7. Populasi Ternak Besar, Kecil dan Unggas ... 61

8. Luas Panen dan Produksi Sayur-Sayuran ……… 62

9. Luas Areal Tempat Penangkapan dan Produksi Ikan ………. 63

10. Banyaknya Perusahaan Industri, Tenaga Kerja, Nilai Produksi dan Investasi ……….. 63

11. Banyaknya Air Minum yang Disalurkan oleh PDAM ... 64

12. Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaannya ... 66

13. Banyaknya Pengunjung Obyek Wisata ……….. 67

14. PDRB per Sektor ………... 68

15. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor ………. 69

16. Nilai Eigenvalue Tiap Faktor Hasil Analisis Komponen Utama Terha- dap Variabel – Variabel Indikator Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 71

17. Nilai Factor loading Tiap Variabel Indikator Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 72

18. Kelompok Kecamatan Hasil Analisis Tipologi Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 76

19. Nilai Eigenvalue Tiap Faktor Hasil Analisis Komponen Utama terha- dap Variabel – Variabel Indikator Sumberdaya Manusia dan Sosial ... 77

20. Nilai Factor Loading Tiap Variabel Indikator Kinerja Sumberdaya Manusia dan Sosial ………... 78

(18)

21. Kelompok Kecamatan Hasil Analisis Tipologi Kinerja Sumberdaya

Manusia dan sosial di Kabupaten Banyumas ... 83 22. Nilai Eigenvalue Tiap Faktor Hasil Analisis Komponen Utama Terha-

dap Variabel – Variabel Indikator Kinerja Pengendalian Ruang ...

84 23. Nilai Factor Loading Tiap Variabel Indikator Kinerja Pengendalian

Ruang

85 24. Kelompok Kecamatan Hasil Analisis Tipologi Kinerja Pengendalian

Ruang ... 88 25. Nilai Eigenvalue Tiap Faktor Hasil Analisis Komponen Utama terha-

dap Variabel – Variabel Indikator Kinerja Sumberdaya Alam ...

89 26. Nilai Factor Loading Tiap Variabel Indikator Kinerja Sumberdaya

Alam ...

90 27. Kelompok Kecamatan Hasil Analisis Tipologi Wilayah Kinerja

Sumberdaya Alam... 95 28. Nilai Eigenvalue Tiap Faktor Hasil Analisis Komponen Utama Terha-

dap Variabel – Variabel Indikator Kinerja Penganggaran Belanja ...

96 29. Nilai Factor Loading Tiap Variabel Indikator Kinerja Penganggaran

Belanja ...

96 30. Kelompok Kecamatan Hasil Analisis Tipologi Wilayah Kinerja

Penganggaran Belanja ... 100 31. Nilai Eigenvalue Tiap Faktor Hasil Analisis Komponen Utama terha-

dap Variabel – Variabel Indikator Kinerja Infrastruktur dan Fasilitas Publik ...

101 32. Nilai Factor Loading Tiap Variabel Indikator Kinerja Infrastruktur dan

Fasilitas Publik ...

102 33. Kelompok Kecamatan Hasil Analisis Tipologi Wilayah Kinerja

Infrastruktur dan Fasilitas Publik ... 108 34. Nilai Eigenvalue Tiap Faktor Hasil Analisis Komponen Utama Terha-

dap Variabel – Variabel Indikator Kinerja Aktifitas Ekonomi

109 35. Nilai Faktor Loading Tiap Variabel Indikator Kinerja Aktifitas Ekonomi 109 36. Kelompok Kecamatan Hasil Analisis Tipologi Wilayah Kinerja Aktifitas

Ekonomi ...

114 37. Nilai Eigenvalue Tiap Faktor Hasil Analisis Komponen Utama Terha-

dap Variabel – Variabel Indikator Kinerja Sistim Agropolitan dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ...

115 38. Nilai Faktor Loading Tiap Variabel Indikator Kinerja Sistim Agropolitan

dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ...

116 39. Kelompok Kecamatan Hasil Analisis Tipologi Wilayah Kinerja Sistim

(19)

Agropolitan dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 121 40. Hasil Pengujian Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah: Varia

bel Nyata yang Mempengaruhi Sektor Pertanian dan Perdagangan ...

123 41. Hasil Pengujian Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah: Varia

bel Nyata yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Ekonomi, Rataan Produktifitas Lahan dan Produktifitas Penduduk ...

126 42. Hasil Pengujian Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah: Varia

bel Nyata yang Mempengaruhi Sektor Keuangan dan Persewaan ...

130 43. Hasil Pengujian Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah: Varia

bel Nyata yang Mempengaruhi Sektor Industri ...

134 44. Hasil Pengujian Model Kinerja

Pe

mbangunan Ekonomi Daerah: Varia

bel Nyata yang Mempengaruhi Angkatan Kerja Menganggur ...

137 45. Hirarki Kecamatan Berdasarkan Jangkauan Pelayanan Infrastruktur

dan Fasilitas Publik ...

148 46. Implikasi Kebijakan Pengembangan Wilayah dengan Pendekatan

Agropolitan di Kabupaten Banyumas ... 156

(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Permasalahan ... 11

2. Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan ... 20

3. Diagram Keterkaitan Agropolitan dalam Pengembangan Wilayah ... 35

4. Kerang Pemikiran Model Pengembangan Wilayah dengan Pendekatan Agropolitan ... 36

5. Kerangka Proses Pembuatan Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Pangan dan Hortikultural ………. 43

6. Kerangka Proses Membangun Variabel Indikator ... 44

7. Kerangka Proses Pembentukan Indeks - Indeks Komposit Kinerja Sistim Sistim Agropolitan dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 45

8. Kerangka Proses Pewilayah dan Tipologi Wilayah Kinerja Sistim Agropolitan dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 47

9. Kerangka Proses Struktur Keterkaitan antara Kinerja Sistim Agropo- litan dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 52

10. Kerangka Penelitian ... 53

11. Peta Batas Administrasi Kabupaten Banyumas ... 55

12. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 2005 ... 58

13. Grafik Nilai Tengah Kelompok Variabel Tipologi Kinerja Pembangun- an Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 74

14. Peta Konfigurasi Spasial Tipologi Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 76

15. Grafik Nilai Tengah Kelompok Variabel Tipologi Kinerja Sumbedaya Manusia dan Sosial ... 82

16. Peta Konfigurasi Spasial Tipologi Kinerja Sumberdaya Manusia dan Sosial ... 84

17. Grafik Nilai Tengah Kelompok Variabel Tipologi Kinerja Pengendali- an Ruang ... 87

18. Peta Konfigurasi Spasial Tipologi Kinerja Pengendalian Ruang ... 89

19. Grafik Nilai Tengah Kelompok Variabel Tipologi Kinerja Sumberdaya Alam ... 94

20. Peta Konfigurasi Spasial Tipologi Kinerja Sumberdaya Alam ... 95

(21)

21. Grafik Nilai Tengah Kelompok Variabel Tipologi Kinerja Penganggar-

an Belanja ... 99 22. Peta Konfigurasi Spasial Tipologi Kinerja Penganggaran Belanja ... 100 23. Grafik Nilai Tengah Kelompok Variabel Tipologi Kinerja Infrastruktur

dan Fasilitas Publik ... 106 24. Peta Konfigurasi Spasial Tipologi Kinerja Infrastruktur dan Fasilitas

Publik

...

108 25. Grafik Nilai Tengah Kelompok Variabel Tipologi Kinerja Aktifitas

Ekonomi ... 112 26. Peta Konfigurasi Spasial Tipologi Kinerja Aktifitas Ekonomi ... 113 27. Grafik Nilai Tengah Kelompok Variabel Tipologi Kinerja Sistim Agro-

politan dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 119 28. Peta Konfigurasi Spasial Tipologi Kinerja Sistim Agropolitan dan

Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 120 29. Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah Berdasarkan Sektor

Pertanian dan Perdagangan ... 123 30. Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah Berdasarkan Laju Per

tumbuhan Ekonomi, Produktifitas Penduduk dan Produktifitas Lahan 127 31. Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah Berdasarkan Sektor

Keuangan dan Persewaan ...

132 32. Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah Berdasarkan Sektor

Industri ...

135 33. Model Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah Berdasarkan

Angkatan Kerja Menganggur ... 138 34. Peta Konfigurasi Spasial Pengembangan Wilayah dengan Pendekat

an Agropolitan ... 150

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Diskribsi Variabel yang Digunakan dalam Mengukur Kinerja

Pembangunan Ekonomi Daerah dan Kinerja Sistim Agropolitan ... 174

2. Keterkaitan Variabel yang Digunakan dalam Mengukur Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah dan Kinerja Sistim Agropolitan ... 179

3. Factor Scores Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ... 184

4. Factor Scores Kinerja Pengendalian Ruang ……… 185

5. Factor Scores Kinerja Sumberdaya Manusia dan Sosial ……….. 186

6. Factor Scores Kinerja Sumberdaya Alam ……… 187

7. Factor Scores Kinerja Penganggaran Belanja ……… 188

8. Factor Scores Kinerja Infrastruktur dan Fasilitas Publik ……… 189

9. Factor Scores Kinerja Aktifitas Ekonomi ……….. 190

10. Lahan yang Sesuai Untuk Tanaman Padi, Umbi-Umbian, Sayur- Sayuran, Kacang-Kacangan dan Buah-Buahan ... 191

11. Peta RTRW Kabupaten Banyumas ……… 192

12. Peta Penutupan Lahan Kabupaten Banyumas ... 192

13. Peta Kelas Lereng Kabupaten Banyumas ... 193

14. Peta Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi di Kabupaten Banyumas ... 193

15. Peta Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Umbi-Umbian (Ubi Kayu) di Kabupaten Banyumas ……….. 194

16. Peta Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang-Kacangan (Kacang Tanah) di Kabupaten Banyumas ……… 194

17. Peta Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Sayur-Sayuran (Kacang Panjang) di Kabupaten Banyumas ... 195

18. Peta Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Buah – Buahan (Rambutan) di Kabupaten Banyumas ………. 195

19. Kode Kecamatan ……….. 196

20. Matrik Jarak Antar Kecamatan ……… 197

21. Matrik Antar Kecamatan yang Berbatasan Langsung ... 200

22. Variabel-Variabel Nyata dalam Analisis Spasial Durbin ... 202

23. Variabel Tujuan Y ( Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah ) ... 204 24. Variabel – Variabel Penjelas (X) Kinerja Pembangunan Ekonomi

(23)

Daerah di Wilayah Tetangga yang Berbatasan Langsung (W1) dan Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah di Wilayah Sekitar dalam Satu Kawasan ( W2 ) ... 204 25. Variabel – Variabel Penjelas (X) Kinerja Sumberdaya Alam di

Wilayah Sendiri ... 206 26. Variabel – Variabel Penjelas (X) Kinerja Sumberdaya Alam di

Wilayah Tetangga yang Berbatasan Langsung (W1) dan Kinerja Sumberdaya Alam di Wilayah Sekitar dalam Satu Kawasan (W2 ) ... 207 27. Variabel – Variabel Penjelas (X) Kinerja Sumberdaya Manusia dan

Sosial di Wilayah Sendiri ... 208 28. Variabel – Variabel Penjelas (X) Kinerja Sumberdaya Manusia dan

Sosial di Wilayah Tetangga yang Berbatasan Langsung (W1) dan Kinerja Sumberdaya Manusia dan Sosial di Wilayah Sekitar dalam Satu Kawasan (W2 ) ... 209 29. Variabel – Variabel Penjelas (X) Kinerja Pengendalian Ruang di

Wilayah Sendiri ... 210 30. Variabel – Variabel Penjelas (X) Kinerja Pengendalian Ruang di

Wilayah Tetangga yang Berbatasan Langsung (W1) dan Kinerja Pengendalian Ruang di Wilayah Sekitar dalam Satu Kawasan (W2) 211 31. Variabel – Variabel Penjelas (X) Kinerja Penganggaran Belanja di

Wilayah Sendiri ... 212 32. Variabel – Variabel Penjelas (X) Kinerja Penganggaran Belanja di

Wilayah Tetangga yang Berbatasan Langsung (W1) dan Kinerja Penganggaran Belanja di Wilayah Sekitar dalam Satu Kawasan (W2) 213 33. Variabel – Varabel Penjelas (X) Kinerja Aktifitas Ekonomi di Wilayah

Sendiri ... 214 34. Variabel – Variabel Penjelas (X) Kinerja Aktifitas Ekonomi di Wilayah

Tetangga yang Berbatasan Langsung (W1) dan Kinerja Aktifitas Ekonomi di Wilayah Sekitar dalam Satu Kawasan (W2) ... 214 35. Variabel – Variabel Penjelas (X) Kinerja Infrastruktur dan Fasilitas

Publik di Wilayah Sendiri ... 215 36. Variabel – Variabel Penjelas (X) Kinerja Infrastruktur dan Fasilitas

Publik di Wilayah Tetangga yang Berbatasan Langsung (W1) dan Kinerja Infrastruktur dan Fasilitas Publik di Wilayah Sekitar dalam Satu Kawasan (W2 ) ... 216 37. Variabel-Variabel Indikator Penyusun Kebijakan Strategis

Pengembangan Wilayah dengan Pendekatan Agropolitan ……… 217 38. Eugenvalues dari Variabel-Variabel Penyusun Kebijakan Strategis

Pengembangan Wilayah Dengan Pendekatan Agropolitan …………... 221 39. Factor Loading dari Variabel-Variabel Penyusun Kebijakan Strategis

(24)

Pengembangan Wilayah Dengan Pendekatan Agropolitan ………….. 222 40. Factor Score dari Variabel-Variabel Penyusun Kebijakan Strategis

Pengembangan Wilayah Dengan Pendekatan Agropolitan ………….. 223 41. Grafik Nilai Tengah Kelompok variabel Penyusun Hirarki Pusat-Pusat

Pelayanan Tingkat Kecamatan ……… 224

Referensi

Dokumen terkait

Gelecekte bir zamanda tamamlanmıĢ olacak eylem için - genelde zaman belirten by sözcüğü ile birlikte - kullanılır. Future Perfect Continuous yapı fazla kullanılmaz. By the

Dengan menggunakan matriks orthogonal, dari data hasil percobaan diperoleh rata-rata respon dari tiap level dari tiap faktor.. Rata- rata respon didapatkan dengan menjumlah- kan

Penelitian ini menunjukkan bahwa penjualan adaptif, kemampuan mendengar dan orientasi pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kinerja tenaga penjual, disarankan kepada

Masa modern sekarang ini, selain anak dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan zaman juga diharapkan di kemudian hari anak-anak mengetahui akan

– Memberi penjelasan tentang distribusi chi kuadrat, tujuan dan penggunaan uji chi kuadrat pada kondisi atau kasus yang tepat Tujuan Instruksional KhususB. Mahasiswa

25. 0suhan keperawatan adalah suatu proses rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan kepada klien yang sesuai dengan latar belakang budaya.&alam asuan

Terlepas dari belum dicapainya nilai redaman yang melebihi beton normal tersebut, beton polimer dengan sistem prepacked (prepacked polimer concrete) ini masih dapat diterapkan