• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ANAK DARI TINDAKAN MEMPEKERJAKAN ANAK DIBAWAH UMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ANAK DARI TINDAKAN MEMPEKERJAKAN ANAK DIBAWAH UMUR."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN AJAR

HAK ASASI MANUSIA

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ANAK DARI TINDAKAN

MEMPEKERJAKAN ANAK DIBAWAH UMUR

Oleh:

I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ANAK DARI TINDAKAN MEMPEKERJAKAN ANAK DIBAWAH UMUR

Pekerja anak adalah sebuah istilah untuk mempekerjakan anak kecil atau anak di bawah umur. Istilah pekerja anak dapat memiliki konotasi pengeksploitasian anak kecil atas tenaga mereka, dengan gaji yang kecil atau pengeksploitasian bagi perkembangan kepribadian mereka, keamanannya, kesehatan, dan prospek masa depan. Meskipun ada beberapa anak yang mengatakan dia ingin bekerja (karena bayarannya yang menarik atau karena anak tersebut tidak suka sekolah), hal tersebut tetap merupakan hal yang dilarang karena tidak menjamin masa depan anak tersebut. Penggunaan anak kecil atau anak di bawah umur sebagai pekerja sekarang ini dianggap oleh masyarakat internasional yang menjunjung tinggi nilai-nilai penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia sebagai pelanggaran hak manusia dan melarangnya, tetapi negara berkembang atau negara-negara miskin mungkin masih mengijinkan mempekerjakan anak karena keluarga seringkali bergantung pada pekerjaan anaknya untuk bertahan hidup dan kadangkala merupakan satu-satunya sumber pendapatan.1 Mempekerjakan anak kecil atau anak di bawah umur merupakan pelanggaran terhadap hak anak, hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara, hal ini sesuai dengan ketentuan dari Undang-Undang tentang Perlindungan Anak .

Berikut ini dikemukakan beberapa fakta yang terjadi di Indonesia tentang beberapa industri atau perusahaan yang mempekerjakan anak di bawah umur. Seperti yang terjadi pada tahun 2011 di daerah Bekasi, Karawang dan sekitarnya, bahwasannya kawasan industri di daerah Bekasi, Karawang dan sekitarnya sudah semakin rawan kegiatan ekploitasi yang memperkerjakan anak di bawah umur. Ironisnya, banyak perusahaan yang memperkerjakan anak di bawah umur tanpa bisa memberikan perlindungan dan jaminan kecelakaan kerja. Ketua Lembaga Advokasi dan Bantuan Hukum Gerakan Rakyat Sadar Hukum Indonesia (LABH Grasi) Bekasi, Bintoro Ponconugroho, menjelaskan,

1

(3)
(4)

jaminan perlindungan kecelakaan kerja. “Komisi Nasional Perlindungan Anak akan segera melakukan kontak dengan perusahaan. Dari keterangan sementara keluarga, memang ada pembiaran. Kalau terbukti, perusahaan berarti sudah melanggar hak anak,” kata Ariest. Ariest menambahkan, perusahaan yang memperkerjakan Supi juga bisa dikenakan pasal tindak pidana karena telah mengabaikan dan memperkerjakan anak di bawah umur.2

Pabrik yang mempekerjakan anak di bawah umur juga terjadi di Kabupaten Tangerang, Banten, pabrik mainan anak di kawasan pergudangan Mutiara Timur Kosambi I, Blok A6, Nomor 9, Kabupaten Tangerang, Banten, memperkerjakan 25 anak di bawah umur usia 11-15 tahun. Anak-anak di bawah umur itu, bekerja selama 8 jam setiap harinya, dengan upah Rp2000 untuk satu kilogram mainan. Pabrik yang mulai beroperasi sejak tiga minggu dan tidak pernah mengantongi izin mendirikan usaha dari Pemerintah Desa setempat itu, sengaja memperkerjakan anak-anak putus sekolah warga sekitar untuk menekan biaya produksi. Reza, salah seorang pekerja anak mengaku rela bekerja dengan upah murah karena membutuhkan tambahan biaya hidup untuk meringankan beban ekonomi keluarga di rumah. Dia mulai bekerja di pabrik mainan itu sejak pertama pabrik dibuka. "Kita dibayar sesuai dengan banyaknya mainan yang dapat kita kerjakan. Satu kilogram mainan dibayar Rp 2000," ujarnya kepada media (wartawan) okezone, Rabu (29/6/2011). Ditambahkan Reza, dia bersama teman-temannya merupakan anak-anak putus sekolah mulai tingkat SMP dan SMA. Dia juga mengaku, masuk bekerja di pabrik karena diajak Robert, salah seorang temannya yang telah putus sekolah. "Saya mau diajak kerja. Lumayan, hasilnya bisa untuk meringankan beban orang tua di rumah," tambahnya. Sementara itu, Direksi Perusahaan Mainan yaitu Anwar berdalih bahwa dipekerjakannya anak-anak di bawah umur karena faktor keteledoran manajemen pabrik dalam melakukan penyaringan tenaga kerja. "Bagian penerimaan pegawai bukan urusan saya. Saya tidak tahu bagian kepegawaian banyak menerima pekerja anak. Ini suatu keteledoran," terangnya. Dipekerjakannya anak di bawah umur itu telah menimbulkan

2

(5)

keresahan pada masyarakat sekitar. Warga dengan keras melakukan penolakan dan mendatangi pabrik yang memang berada tidak jauh dari pemukiman mereka. Hasanuddin, Kepala Desa Kosambi Timur menambahkan, pihaknya sudah lama mencium adanya praktik pekerja anak di pabrik mainan yang belum lama beroperasi itu. Untuk itu, Selasa (28/6/2011), dirinya bersama warga dan perangkat desa lainnya mendatangi lokasi pabrik melakukan pengecekan secara langsung. "Kami akan menghentikan kegiatan operasional pabrik mainan ini. Karena tidak memiliki izin usaha dan memperkerjakan anak di bawah umur," jelasnya.3

Adanya pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh pada tahun 2012 yang melarang orang tua maupun pihak lain untuk mempekerjakan anak di bawah umur. "Tidak boleh mempekerjakan anak di bawah umur, baik itu orang tua maupun sipemekerjakan anak di bawah umur harus diberitahu," kata menteri sesaat setelah menghadiri peresmian gedung pendidikan IPB di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menanggapi kisah Sarah Amelia murid kelas VI SD di Koja, Jakarta Utara, yang membantu keluarganya bekerja di kafe hingga dini hari tersebut, menurut Menteri hal tersebut tidak boleh terjadi. Menteri mengatakan, apapun jenis pekerjaannya baik itu dikerjakan pagi, siang sore dan malam tidak boleh dilakukan oleh anak yang masih sekolah dasar. "Anak SD itu belum waktunya untuk bekerja. Tidak boleh memperkerjakan anak di bawah umur," katanya. Menteri mengaku prihatin dengan kondisi tersebut, karena alasan ekonomi anak harus bekerja untuk membantu orang tua. Ia mengatakan, pihaknya mengupayakan agar anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dapat terbantu dengan beasiswa. "Kami mendorong pemerintah kabupaten, kota untuk menyediakan beasiswa ini dan kami dari Kementerian dengan senang hati akan memberikan beasiswa pendidikan bagi anak-anak ini," katanya.4

Demikian pula tewasanya pekerja anak di bawah umur yang bernama Ahmad

(6)

(17/6/2012). Komari yang masih tergolong anak di bawah umur itu bekerja sebagai tukang kayu di tempat itu. Sekjen Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait, tidak membenarkan jika sebuah perusahaan mempekerjakan anak di bawah umur. Menurutnya hal itu termasuk tindakan kriminal. "Setiap individu tidak dibenarkan mempekerjakan anak di bawah umur. Kalau mempekerjakan merupakan tindak kriminal," ujar Arist kepada merdeka.com, Minggu (17/6/2012). Arist menambahkan, mempekerjakan anak di bawah umur merupakan pelanggaran hak anak, meski ada izin dari pihak orang tua. Mengenai kasus tewasnya Komari, Arist menyatakan akan bertindak jika menerima laporan dari polisi. "Kalau tidak menerima laporan bisa mendesak ke Kemenakertrans dengan menyuratinya," paparnya. Seperti diketahui, Ahmad Komari tewas setelah terjatuh dari lantai 29 ke lantai dua proyek bangunan The Grove Rasuna Epicentrum, Jakarta pada Minggu sore (17/6/2012). Pria nahas yang bekerja sebagai tukang kayu itu ternyata seorang anak di bawah umur. Dari identitas korban, diketahui Ahmad lahir di Grobogan, Jawa Tengah, 9 Mei 1996 atau masih berumur 16 tahun. Dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Anak melarang mempekerjakan seorang anak (di bawah 18 tahun).5

Perbincangan tentang hak kodrati atau hak asasi manusia memang sudah sering dikalangan filsuf dan ahli hukum, namun baru pada beberapa dekade belakangan gagasan mengenai hak asasi manusia menjadi bagian dari kosakata masyarakat luas di sebagian besar kawasan dunia.6

Sama seperti halnya keadilan, hak asasi manusia merupakan bahasa universal bagi bangsa manusia dan menjadi kebutuhan pokok rokhaniah bagi bangsa baradab di muka bumi. Keadilan dan hak asasi manusia tidak mengenal batas territorial, bangsa, ras, suku, agama, dan ideologi politik. Keadilan dan hak asasi merupakan faktor determinan dalam

Declaration Of Human Rights, University Of California Press, Berkeley, Los Angeles, London,

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Hak Asasi Manusia, Refleksi Filosofis Atas Deklarasi Universal

(7)

proses eksistensi dan pembangunan peradaban umat manusia. Bukti jejak sejarah kehidupan manusia menunjukkan adanya beberapa guru bangsa manusia, begitu pun adanya dokumen-dokumen hak asasi manusia yang berkorelasi dengan adanya pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Piagam-piagam tertulis tentang hak asasi manusia mengabadikan hati nurani dan akal manusia untuk tetap menghargai hak asasi dan martabat kemanusiaan. Pelanggaran terhadap hak asasi manusia akan selalu mendapat respon moral dan konsekuensi sosial politik sesuai dengan radius dan kompetensi otoritas yang berlaku.

Eksistensi hak asasi manusia (HAM) dan keadilan merupakan ramuan dasar dalam membangun komunitas bangsa manusia yang memiliki kohesi sosial yang kuat. Betapapun banyak ragam ras, etnis, agama, dan keyakinan politik, akan dapat hidup harmonis dalam suatu komunitas anak manusia jika ada sikap penghargaan terhadap nilai-nilai HAM dan keadilan.

Penegakan HAM dan keadilan merupakan tiang utama dari tegaknya bangunan peradaban bangsa, sehingga bagi negara yang tidak menegakkan HAM dan keadilan akan menanggung konsekuensi logis yaitu teralienasi dari komunitas bangsa beradab dunia Internasional. Lebih dari itu, biasanya harus menanggung sanksi politis atau ekonomis sesuai dengan respon negara yang menilainya. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kemanusiaan bersifat universal, apalagi era globalisasi dewasa ini. Secara yuridis, Hukum Hak Asasi Manusia Internasional menentukan adanya Jus Cogen yang dikualifikasikan sebagai a peremtory norm of general international law. A norm accepted and recognized

by the international community of states as a whole as a norm from which no derogation

is permitted and which can be modified only by subsequent norm of general international

law having the same character.7

Dalam hukum internasional secara spesifik penghormatan dan perlindungan hak asasi anak telah diatur dalam Konvensi Tentang Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 Nopember 1989.

7

(8)

Dalam mukadimah Konvensi Hak-Hak Anak ini, disebutkan beberapa hal penting antara lain:8

-Mempertimbangkan bahwa menurut prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa pengakuan terhadap martabat yang

melekat, dan hak-hak yang sama dan tidak terpisahkan dari semua anggota

umat manusia, merupakan dasar dari kebebasan, keadilan dan perdamaian

di dunia,

-Mengingat bahwa bangsa-bangsa dari Perserikatan Bangsa-Bangsa telah

menyatakan sekali lagi dalam piagam keyakinan mereka akan hak-hak dasar

dari manusia, akan martabat dan penghargaan seseorang manusia, dan telah

berketetapan untuk meningkatkan kemajuan sosial dan standar hidup yang

lebih baik dalam kebebasan yang lebih luas,

-Mengakui bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam Deklarasi Universal

tentang Hak-hak Asasi Manusia dan Kovenan-kovenan Internasional tentang

Hak-hak Asasi Manusia, menyatakan dan menyetujui bahwa setiap orang

berhak atas semua hak dan kebebasan yang dinyatakan didalamnya, tanpa

pembedaan macam apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,

agama, pendapat politik, atau pendapat yang lain, kewarganegaraan atau

asal usul sosial, harta kekayaan atau status yang lain,

-Mengingat bahwa dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi

Manusia, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyatakan bahwa anak-anak

berhak atas pengasuhannya dan bantuan khusus,

-Meyakini bahwa keluarga, sebagai kelompok dasar masyarakat dan

lingkungan alamiah bagi pertumbuhan dan kesejahteraan semua anggotanya

dan terutama anak-anak, harus diberikan perlindungan dan bantuan yang

diperlukan sedemikian rupa sehingga dapat dengan sepenuhnya memikul

tanggung jawabnya didalam masyarakat,

8

(9)

-Mengakui bahwa anak, untuk perkembangan kepribadiannya sepenuhnya

yang penuh dan serasi, harus tumbuh berkembang dalam lingkungan

keluarganya dalam suasana kebahagiaan, cinta dan pengertian,

-Mempertimbangkan bahwa anak harus dipersiapkan seutuhnya untuk hidup

dalam suatu kehidupan individu dan masyarakat, dan dibesarkan semangat

cita-cita yang dinyatakan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan

terutama dalam semangat perdamaian, kehormatan, tenggang rasa,

kebebasan, persamaan dan solidaritas,

-Mengingat bahwa kebutuhan untuk memberikan pengasuhan khusus kepada

anak, telah dinyatakan dalam Deklarasi Jenewa mengenai Hak-hak Anak

tahun 1924 dan dalam Deklarasi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis

Umum pada tanggal 20 November 1959 dan diakui dalam Deklarasi

Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia, dalam Kovenan Internasional

tentang Hak-hak Sipil dan Politik (terutama dalam pasal 23 dan pasal 24),

dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

(terutama pasal 10) dan dalam statuta-statuta dan instrumen-instrumen yang

relevan dari badan-badan khusus dan organisasi-organisasi internasional

yang memperhatikan kesejahteraan anak,

-Mengingat bahwa seperti yang ditunjuk dalam Deklarasi mengenai Hak-hak

Anak, "anak, karena alasan ketidakdewasaan fisik dan jiwanya, membutuhkan

perlindungan dan pengasuhan khusus, termasuk perlindungan hukum yang

tepat, baik sebelum dan juga sesudah kelahiran",

-Mengingat ketentuan-ketentuan Deklarasi tentang Prinsip-prinsip Sosial dan

Hukum yang berkenaan dengan Perlindungan dan Kesejahteraan Anak,…

-Mengakui pentingnya kerjasama internasional untuk memperbaiki

penghidupan anak-anak di setiap negara, terutama di negara-negara sedang

berkembang.

(10)

dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1989. Menurut konvensi tersebut, semua anak, tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, jenis kelamin, asal-usul keturunan maupun bahasa, memiliki 4 (empat) hak dasar yaitu :

Hak Atas Kelangsungan Hidup

Termasuk di dalamnya adalah hak atas tingkat kehidupan yang layak, dan pelayanan kesehatan. Artinya anak-anak berhak mendapatkan gizi yang baik, tempat tinggal yang layak dan perwatan kesehatan yang baik bila ia jatuh sakit.

Hak Untuk Berkembang

Termasuk di dalamnya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan, informasi, waktu luang, berkreasi seni dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat, dimana mereka berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus.

Hak Partisipasi

Termasuk di dalamnya adalah hak kebebasan menyatakan pendapat, berserikat dan berkumpul serta ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya. Jadi, seharusnya orang-orang dewasa khususnya orangtua tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada anak karena bisa jadi pemaksaan kehendak dapat mengakibatkan beban psikologis terhadap diri anak.

Hak Perlindungan

Termasuk di dalamnya adalah perlindungan dari segala bentuk eksploitasi, perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana maupun dalam hal lainnya. Contoh eksploitasi yang paling sering kita lihat adalah mempekerjakan anak-anak di bawah umur.9

9

(11)

Penghormatan dan perlindungan oleh negara terhadap hak anak secara tegas diatur dalam Konvensi PBB tahun 1989 tentang Hak Anak dalam pasal-pasal sebagai berikut:10

- Pasal 2 Konvensi:

1. Negara-negara Pihak harus menghormati dan menjamin hak-hak yang

dinyatakan dalam Konvensi ini pada setiap anak yang berada di dalam

yurisdiksi mereka, tanpa diskriminasi macam apa pun, tanpa menghiraukan

ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau

pendapat lain, kewarganegaraan, etnis, atau asal-usul sosial, harta

kekayaan, cacat, kelahiran atau status yang lain dari anak atau orang tua

anak atau wali hukum anak.

2. Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang tepat untuk

menjamin bahwa anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau

hukuman atas dasar status, aktivitas, pendapat yang diutarakan atau

kepercayaan orang tua anak, wali hukum anak atau anggota keluarga

anak.

-Pasal 19 Konvensi:

1. Negara-negara Pihak harus mengambil semua tindakan legislatif,

administratif, sosial dan pendidikan yang tepat untuk melindungi anak dari

semua bentuk kekerasan fisik atau mental, luka-luka atau penyalahgunaan,

penelantaran atau perlakuan alpa, perlakuan buruk atau eksploitasi,

termasuk penyalahgunaan seks selama dalam pengasuhan (para) orang

tua, wali hukum atau orang lain manapun yang memiliki tanggung jawab

mengasuh anak.

10

(12)

2. Tindakan-tindakan perlindungan tersebut, sebagai layaknya, seharusnya

mencakup prosedur-prosedur yang efektif untuk penyusunan

program-program sosial untuk memberikan dukungan yang perlu bagi mereka yang

mempunyai tanggung jawab perawatan anak, dan juga untuk

bentuk-bentuk pencegahan lain, dan untuk identifikasi, melaporkan,

penyerahan, pemeriksaan, perlakuan dan tindak lanjut

kejadian-kejadian perlakuan buruk terhadap anak yagn digambarkan sebelum

ini, dan sebagaimana layaknya, untuk keterlibatan pengadilan.

Dari uraian mukadimah dan beberapa pasal Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tahun 1989 Tentang Hak Anak tersebut terlihat jelas bahwa negara termasuk juga warga negara (masyarakat) wajib memberikan pengayoman dan perlindungan terhadap harkat dan martabat anak. Penghormatan dan perlindungan terhadap nilai-nilai hak asasi manusia yang telah diatur dalam instrumen hukum internasional yaitu pada Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tahun 1989 Tentang Hak Anak tersebut kemudian diadopsi ke dalam beberapa instrumen hukum nasional Indonesia dalam bentuk undang-undang, diantaranya adalah dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang secara khusus mengatur perlindungan hak asasi anak dari tindakan mempekerjakan anak di bawah umur.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia bertujuan untuk mengoptimalkan pemajuan, penegakan dan perlindungan hak asasi manusia terhadap seluruh umat manusia yang ada di Indonesia. UU No. 39 Th. 1999 mengatur juga tentang hak anak, bahwasannya harkat dan martabat anak harus mendapat perlindungan dari tindakan-tindakan yang merugikan. Hak anak diatur dalam Pasal 52 UU No. 39 Th. 1999 yang menyatakan:

(13)

(2) Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.

Perlindungan terhadap hak anak secara lebih lengkap diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:

- Pasal 1, Ayat 1:

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

- Pasal 1, Ayat 2:

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

- Pasal 1, Ayat 12:

Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara.

- Pasal 3:

Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

- Pasal 4:

Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

- Pasal 13:

(14)

a. diskriminasi;

b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;

c. penelantaran;

d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

e. ketidakadilan; dan

f. perlakuan salah lainnya.

(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.

Perlindungan terhadap hak anak dari tindakan mempekerjakan anak di bawah umur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, diatur pada pasal-pasal sebagai berikut :

Pasal 1 Ayat 26:

Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun.

Pasal 68:

Pengusaha dilarang mempekerjakan anak.

Pasal 74:

(1) Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk.

(2) Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;

b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian;

c. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau

(15)

3) Jenis-jenis pekerjaaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak sebagaimana di-maksud dalam ayat (2) huruf d ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Irawati Singarimbun, 1989, Metode Penelitian Survey, dalam Masri Singarimbun dan Soffian Efendi (ed), Cet.I, LP3ES, Jakarta.

James W. Nickel, 1987, Making Sense Of Human Rights, Philosophical Reflection On The

Universal Declaration Of Human Rights, University Of California Press, Berkeley,

Los Angeles, London, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Hak Asasi Manusia,

Refleksi Filosofis Atas Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, penerjemah: Titis

Eddy Arini, Gramedia Pustaka Utama, 1996, Jakarta.

Peter Mahmud Marzuki, 2007, Penelitian Hukum, Cet.III, Kencana, Jakarta.

Rony Hanitojo Sumitro, 1983, Metedologi Penelitian Hukum, Cet.I, Ghalia, Indonesia, Jakarta.

Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, 1983, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta.

Sutrisno Hadi dan Sri Memuji, 1977, Metedologi Research, Premis, Yogyakarta.

B. Perjanjian Internasional Dan Peraturan Perundang-Undangan Nasional

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tahun 1989 Tentang Hak-Hak Anak. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

C. Artikel

http://pushamuii.org, vide Thomas Bueergental & Harold G. Maieer, dalam Artidjo Alkostar 2007, diakses 18 Agustus 2008.

http://yuwielueninet.wordpress.com, diakses 18 Agustus 2008.

(17)

http://www.suarapembaruan.com/home/eksploitasi-anak-marak-di-kawasan-industri-bekasi-dan-karawang/13039, diakses Rabo 21 November 2012.

http://news.okezone.com/ read/2011/06/29/338/473907/ pabrik- mainan- di-tangerang-pekerjakan-anak-di-bawah-umur, diakses Rabo 21 November 2012.

http://www.antaranews.com/ berita/308122/ mendikbud- larang- mempekerjakan- anak- di- bawah- umur, diakses Rabo 21 November 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tulisan ini akan diuraikan tentang definisi dan transformasi wavelet, bagaimana wavelet digunakan sebagai alat analisis (tools) dalam terapan matematika, serta ranah

Dari beberapa pilihan karir yang sesuai dengan program keahlian saya harus fokus merencanakan salah satu untuk saya tekuni

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat 22 leksia yang mempresentasikan diskriminasi perempuan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk..

Mata kuliah ini mencakup prinsip-prinsip dasar perancangan penelitian dan prosedur serta teknik analisis datanya. Fokus mata kuliah ini adalah penelitian deskriptif, dan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Lomba Upacara Antar

achievement of students of class VIII SMP Islam Sunan Gunung Jati

Katanya, beberapa pegawai dari pejabat Pelajaran Daerah Miri menemui pengurusan sekolah berkenaan apabila beberapa pelajar yang dipercayai terbabit dalam insiden itu sudah

Grafik di atas menunjukkan informasi mengenai konsentrasi oksigen terlarut, jumlah bakteri dan jumlah ikan pada suatu perairan sungai sepanjang 50 km yang terukur dari titik P