• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANWIL DJP JAKARTA PUSAT KPP PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG TIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KANWIL DJP JAKARTA PUSAT KPP PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG TIGA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

KANWIL DJP JAKARTA PUSAT KPP PRATAMA JAKARTA TANAH

ABANG TIGA

(2)

DASAR HUKUM

PENUNJUKAN BENDAHARAWAN

SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK

1. UU No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sttd UU No 16 Tahun 2009

2. UU No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Sttd UU No 36 Tahun 2008

3. UU No 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Sttd UU No 42 Tahun 2009

4. PP No 45 Tahun 1994 tentang PPh bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan atas Penghasilan yg dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah

5. Keppres No 42 Tahun 2002 std Keppres 72 Tahun 2004 Keppres No 180 Tahun 2000

Keppres No 80 Tahun 2003 sttd Per Pres No 95 Tahun 2007

6. Kep Men Keu Nomor 563/KMK.03/2003

(3)

SURAT KEPUTUSAN

MENTERI / KETUA LEMBAGA tentang

PENUNJUKAN SEBAGAI BENDAHARAWAN

PEJABAT / PEGAWAI

BENDAHARAWAN

(4)

Pengeluaran Keuangan Negara pada instansi pemerintah

Bendaharawan

Aspek Perpajakan

Menghitung, Mengadministrasikan, menyetorkan dan melaporkan

PENGAMANAN PENERIMAAN

NEGARA

(5)

1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak),

2. Mengambil sendiri formulir2 yg diperlukan,

3. Melakukan pencatatan,

4. Menghitung, memotong, menyetor, dan melaporkan

pajak yg terutang setiap bulan,

5. Memberikan Bukti Pemotongan,

6. Mengisi, menandatangani, dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

7. Melaporkan perkembangan kegiatan atau

organisasi,misalnya perubahan struktur atau berakhirnya suatu kegiatan/proyek

KEWAJIBAN FORMAL

(6)

PPh 21

PPh 22, PPN

PPh 23, PPN, Non PPN

PPh 23, 4(2), PPN PEGAWAI

BARANG

JASA

SEWA

BELANJA APBN / APBD

(7)

KALENDER BENDAHARA PENGELUARAN SKPD / SATKER /

• SPT MASA PASAL 21/26

• SPT MASA PPN PUT

• SPT MASA PPH PASAL 22*

• SPT MASA PASAL 23*

• SPT MASA PPh Pasal 4 (2)*

JATUH TEMPO SETOR ( PALING

LAMBAT )

JATUH TEMPO LAPOR ( PALING

LAMBAT )

TGL. 10 BULAN BERIKUTNYA TGL .7 BULAN

BERIKUTNYA HARI YG SAMA

DENGAN PEMBAYARAN TGL 10 BULAN BERIKUTNYA TGL 10 BULAN

BERIKUTNYA

TGL .20 BULAN BERIKUTNYA AKHIR BULAN BERIKUTNYA TGL. 14 HARI

BULAN

BERIKUTNYA TGL 20 BULAN

BERIKUTNYA TGL 20 BULAN

BERIKUTNYA

* CATATAN : SPT MASA PPH 22, 23 dan 4 (2 ) WAJIB

DILAPORKAN BILA DALAM BULAN YBS. ADA BELANJA

(8)

Berdasarkan Per-38/Pj./2009 yang disempurnakan dengan Per-23/Pj./2010 KODE MAP

• SPT MASA PASAL 21/26

• SPT MASA PPN PUT

• SPT MASA PPH PASAL 22

• SPT MASA PASAL 23

• SPT MASA PPh PASAL 4 ( 2 )

MAP JENIS SETORAN

MASA

411121

411211

411122

411124

411128

100 ( MASA ) 402 ( FINAL )

900

900

104/SESUAI JENIS

JASA

(9)

SANKSI ATAS KETERLAMBATAN

• SPT MASA PASAL 21/26

• SPT MASA PPN PUT

• SPT MASA PPH PASAL 22

• SPT MASA PASAL 23

DENDA TELAT SETOR

DENDA TELAT LAPOR

2 % per bulan

2 % per bulan

2 % per bulan

2 % per bulan

Rp.100.000

Rp.500.000

Rp.100.000

Rp.100.000

CATATAN : telat 1 hari = telat satu bulan

9

(10)

SANKSI PERPAJAKAN

SANKSI ADMINISTRASI

SANKSI PIDANA

D E N D A

B U N G A

K E N A I K A N

KURUNGAN DAN DENDA

PENJARA DAN DENDA

ALPA SENGAJA

(11)

11/6/2015 11

SANKSI ADMINISTRASI

DENDA

Ps. 7 UU KUP

BUNGA

Ps.8(2), 13(2), 14(3), 19(2)&(3) UU KUP

KENAIKAN

Ps. 13(3), 15(2) UU KUP

Rp 100.000

Rp 1.000.000

• SPT MASA PPh Ps.21/22/23/26 TERLAMBAT/ TIDAK DISAMPAIKAN

• SPT TAHUNAN PPh Badan TERLAMBAT/

TIDAK DISAMPAIKAN

2%/BULAN maks 24 BULAN

• PEMBETULAN SENDIRI SPT

• HASIL PENELITIAN SPT AKIBAT SALAH TULIS DAN/ATAU SALAH HITUNG

• HASIL PEMERIKSAAN (SKPKB)

• IZIN PENUNDAAN PENYAMPAIAN SPT

• IZIN MENGANGSUR ATAU MENUNDA PEMBAYARAN

50%

SPT TIDAK DISAMPAIKAN SETELAH DITEGUR

TERTULIS

100%

TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PSL 28 &

29 UU KUP

100%

KARENA DITERBITKAN

SKPKBT

PAJAK YANG TIDAK/

KURANG DIBAYAR DARI

Rp 500.000

SPT Masa PPN Terlambat/Tidak Disampaikan

(12)

SANKSI PIDANA

ALPA

Ps. 38 UU KUP

SENGAJA

Ps. 39 UU KUP

• TIDAK MENYAMPAIKAN SPT

• MENYAMPAIKAN SPT:

• ISINYA TIDAK BENAR

• TIDAK LENGKAP

• MELAMPIRKAN KETERANGAN YANG ISINYA TIDAK BENAR

• TIDAK MENDAFTARKAN DIRI,

MENYALAHGUNAKAN NPWP/NPPKP

• TIDAK MENYAMPAIKAN SPT

• MENYAMPAIKAN SPT :

• ISINYA TIDAK BENAR

• TIDAK LENGKAP

• MEMPERLIHATKAN PEMBUKUAN/

PENCATATAN PALSU

• TIDAK MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN/PENCATATAN

• TIDAK MENYETORKAN PAJAK YANG DIPUNGUT/DIPOTONG

KURUNGAN SELAMA-LAMANYA 1 TAHUN DAN

DENDA SETINGI-TINGGINYA 2 KALI

PENJARA SELAMA-LAMANYA 6 TAHUN DAN

DENDA SETINGI-TINGGINYA 4 KALI MENIMBULKAN KERUGIAN

PADA PENDAPATAN NEGARA

(13)
(14)

PPH PASAL 21

PERATURAN TERBARU (DASAR HUKUM)

PMK-252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Peiaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi;

Perdirjen No.PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasa! 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi

Perdirjen No.PER-32PJ/2009 tentang Bentuk Formulir Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26

dan Bukti Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan

atau Pasal 26.

(15)

PPH PASAL 21

DEFENISI PEMOTONG PAJAK (LAMA Vs BARU)

KEP - 545/PJ./2000 Pasal 2 ayat (1) huruf b

Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau Iembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

PER-31/PJ/2009 Pasal 2 ayat (1) huruf b

Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas

pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah,instansi

atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar

Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun

sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan; tentang Bentuk

Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26

dan Bukti Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26.

(16)

Pengertian PPh Pasal 21/26

Pajak Penghasilan Sehubungan Dengan

• Pekerjaan atau jabatan

• Jasa dan

• Kegiatan

Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang Pribadi

Atas Penghasilan Berupa:

Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan nama/bentuk apapun

Subjek Pajak DN Subjek Pajak LN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26

(17)

Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26 (Pasal 3)

Pegawai

Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk ahli warisnya

Bukan pegawai :

◦ Tenaga ahli

◦ Seniman/pekerja seni, pembawa acara

◦ Olahragawan

◦ Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator

◦ Pengarang, peneliti, penerjemah

◦ Pemberi jasa dalam segala bidang

◦ Agen iklan

◦ Pengawas dan pengelola proyek

◦ Pembawa pesanan/yang menemukan langganan/perantara

◦ Petugas penjaja barang dagangan

◦ Petugas dinas luar asuransi

◦ Distributor MLM, Direct Selling

(18)

Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26 (Pasal 3)

Peserta kegiatan

◦ Peserta perlombaan

◦ Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja

◦ Peserta/anggota kepanitiaan

◦ Peserta pendidikan, pelatihan dan magang

◦ Peserta kegiatan lainnya

(19)

PNS / PEJABAT SELAIN PNS / PEJABAT

1. BERSIFAT TETAP DAN TERKAIT : - GAJI & TUNJANGAN LAINNYA

- GAJI KEHORMATAN, IMBALAN LAIN - UANG PENSIUN & TUNJANGAN LAIN 2. BERSIFAT TIDAK TETAP :

- HONORARIUM - UANG SIDANG - UANG HADIR - UANG LEMBUR

- IMBALAN PRESTASI KERJA - IMBALAN LAIN

UPAH HARIAN, MINGGUAN, SATUAN, BORONGAN

HONORARIUM, UANG SAKU, KOMISI PENGH.DITERIMA TENAGA AHLI

PEMBAYARAN LAIN SBG IMBALAN SEHUBUNGAN DG

PELAKSANAAN PEKERJAAN, JASA, ATAU KEGIATAN

PPH PASAL 21

KLASIFIKASI BELANJA PEGAWAI BERDASARKAN SUBJEK

(20)

BIAYA JABATAN DAN BIAYA PENSIUN

UU PPh NO.36/2008

(Sejak 1 Januari 2009)

BIAYA JABATAN BIAYA PENSIUN

% Bruto 5 % 5 %

Maks/bln 500.000 200.000

Maks/thn 6.000.000 2.400.000

(21)

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK

UU PPh NO.36/2008

(Sejak 1 Januari 2009)

STATUS PTKP

SETAHUN

PTKP SEBULAN

TK / - 15.840.000 1.320.000

K / - 17.160.000 1.430.000

K / 1 18.480.000 1.540.000

K / 2 19.800.000 1.650.000

K / 3 21.120.000 1.760.000

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN PADA AWAL TAHUN KALENDER

ATAU

AWAL BULAN DARI BAGIAN TAHUN KALENDER

(Pasal 11 ayat (5) dan (6)

(22)

PTKP UTK KARYAWATI

HANYA UTK DIRI SENDIRI

STATUS KAWIN STATUS TDK

KAWIN

- UTK DIRI SENDIRI SEBAGAI WP - TANGGUNGAN

MAKS 3 ORANG

SYARAT:

MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATAN BAHWA SUAMI TIDAK MENERIMA/

MEMPEROLEH PENGHASILAN STATUS KAWIN

SUAMI

TDK MENERIMA/

MEMPEROLEH PENGHASILAN

- UTK DIRI SENDIRI SEBAGAI WP

- STATUS KAWIN - TANGGUNGAN

MAKS 3 ORANG

Pasal 11 ayat (3) dan (4)

(23)

TARIF PPh

Ps. 17 ayat (1) huruf a UU PPh

SAMPAI DENGAN Rp 50 JUTA

DIATAS Rp 250 JUTA SAMPAI DENGAN

Rp 500 JUTA

5%

15%

25%

TARIF

LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK

DI ATAS Rp 50 JUTA SAMPAI DENGAN

Rp 250 JUTA

30%

DI ATAS Rp 500 JUTA

(24)

PPH PASAL 21

PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG PNS Berdasarkan PP No. 80 tahun 2010

HONORARIUM DAN IMBALAN LAIN DENGAN NAMA APAPUN Yg diterima oleh Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/ POLRI yg sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah :

a. 0% PNS gol. I dan II, anggota TNI dan anggota Polri gol. Pangkat Tamtama dan Bintara dan Pensiunannya.

b. Tarif sebesar 5% (lima persen) PNS gol. III, anggota TNI dan anggota Polri gol. Pangkat Perwira Pertama dan Pensiunannya.

c. Tarif sebesar 15% (lima belas persen) PNS gol. IV, anggota TNI dan anggota Polri gol. Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi dan Pensiunannya.

(Dikenakan PPh Pasal 21 bersifat final)

(25)

PPH PASAL 21

PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG PNS 1. Bersifat Tetap dan Terkait

TOTAL PENGHASILAN SEBULAN

Gaji Pokok+Tj.Istri+Tj.Anak+TPP+Tj.Struktural /Fungsional+Tj.Beras+Tj.Khusus+Tj.Lain2

BY.JABATAN + IURAN PENSIUN

PENGHASILAN NETTO PH.NETTO DISETAHUNKAN

PTKP

PH.KENA PAJAK (PKP) X

TARIF PASAL 17

=

PPH 21 SETAHUN

PPH 21 SEBULAN

(26)

1. HARIAN

1.a.Non PNS, Upah Harian: Rp150.000 < Income ≤ Rp1.320.000 Penghasilan Bruto dikurangi Rp.150.000,-

1.b.Non PNS, Upah Harian: Rp1.320.000 < Income ≤ Rp6.000.000 Penghasilan Bruto dikurangi PTKP Sebenarnya

PTKP Sebenarnya = (PTKP Setahun / 360) x Jumlah Hari Bekerja

PPH PASAL 21

PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS (1)

(27)

II. BUKAN PEGAWAI/PENERIMA JASA LAINNYA

Tenaga Ahli

Artis

Olahragawan

Penasihat,Pengajar,Pelatih,Penceramah,Penyuluh,Moderator

Pengarang, Peneliti, Penerjemah

Pemberi Jasa dalam segala Bidang

Agen Iklan

Pengawas atau Pengelola Proyek

Perantara (Pembawa pesanan)

Petugas Penjaja Barang Dagangan

Petugas Dinas Luar Asuransi

Distributor MLM, atau Direct Selling, dan kegiatan sejenis lainnya

PPH PASAL 21

PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS (2)

Penghasilan Bruto x 50% XTarif Pasal 17

Apabila tidak bersifat berkesinambungan artinya hanya diterima sekali dalam satu tahun pajak, maka TIDAK KUMULATIF

Apabila bersifat berkesinambungan artinya diterima lebih dari sekali dalam satu

tahun pajak, maka KUMULATIF

(28)

PPh Pasal 21:

Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon Pegawai

Upah/Uang Saku Harian,

Mingguan, Satuan, Borongan Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah Upah Kumulatif

satu bulan melebihi Rp 6.000.000

Upah/Uang Saku Harian

≤ 150.000 > 150.000 Tidak Dipotong Dikurangi 150.000

Dipotong 5%

Upah kumulatif > Rp1,32 jt s.d. Rp6 jt sebulan

Upah sehari dikurangi PTKP sehari Tarif PPh 21 : 5%

Dikali 12

Dikurangi PTKP Setahun Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Ps 17 PPh Ps 21 Setahun

Dibagi 12

PPh Pasal 21 Sebulan

(29)

Candra (punya NPWP, belum menikah) dipekerjakan pada Dinas Bina Marga dengan upah yang dibayarkan harian. Bulan Januari 2009 Candra bekerja selama 25 hari.

Selama 9 hari pertama menerima upah harian sebesar Rp150.000,00 per hari. Tetapi mulai hari ke-10 sampai hari ke-25 menerima upah sebesar Rp300.000,00 perhari

Upah Sehari Rp 150.000,00

PTKP Harian Rp 150.000,00

Penghasilan Kena Pajak sehari Rp 0,00

PPh Pasal 21 Dipotong atas upah sehari Rp. 0,00

Sampai dengan hari ke-8, karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp1.320.000,00 maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong.

PPH PASAL 21

CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS

Upah Harian (1)

(30)

Upah sampai hari ke-9 (Rp150.000,00 x 9 hari)

PTKP Sebenarnya (9 hari X (Rp15.840.000,00 / 360 ))

Penghasilan Kena Pajak sd hari ke-9

PPh Pasal 21 terutang sd hari ke-9 (5% x Rp954.000,00)

PPh Pasal 21 yang telah dipotong sd hari ke-8

Rp Rp Rp Rp Rp

1.350.000,00 396.000,00 954.000,00 47.700,00 0,00 PPh Pasal 21 Dipotong atas upah sehari Rp. 47.700,00 Pada hari ke-9, karena jumlah kumulatif upah yang diterima telah melebihi Rp1.320.000,00 maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP sebenarnya.

Upah sehari

PTKP Sebenarnya (Rp15.840.000,00 / 360 ))

Penghasilan Kena Pajak

Rp Rp Rp

300.000,00 44.000,00 256.000,00 PPh Pasal 21 Dipotong atas upah sehari(5% x Rp256.000,00) Rp. 12.800,00 Pada hari ke-10 sampai hari ke-24 jumlah kumulatif upah yang diterima berada dalam rentang lebih dari Rp1.320.000,00 tetapi tidak melebihi Rp6.000.000,00

maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP sebenarnya.

PPH PASAL 21

CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS

Upah Harian (2)

(31)

Upah Kumulatif hari ke-1 sd 25

(Rp150.000,00 x 9 hari)+(Rp300.000,00 x 16 hari)

Upah Bruto Disetahunkan(Rp.6.150.000,00 x 12)

PTKP Sebenarnya Penghasilan Kena Pajak

PPh Pasal 21 Terutang Setahun

(5% x Rp50.000.000,00 = Rp2.500.000,00) (15% x Rp 7.960.000,00 = Rp1.194.000,00)

PPh Pasal 21 Terutang Sebulan(Rp3.694.000,00 / 12 )

PPh Pasal 21 telah disetor hari ke-1 sd 24

Setoran hari ke-9 = Rp 47.700,00 Setoran hari ke-10 sd ke-24, 15 x Rp12.800,00 = Rp192.000,00

Rp Rp Rp Rp Rp

Rp Rp

6.150.000,00 73.800.000,00 15.840.000,00 57.960.000,00 3.694.000,00

307.833,00 239.700,00

PPh Pasal 21 Dipotong atas upah sehari Rp. 68.133,00

Pada hari ke-25, karena jumlah kumulatif upah yang diterima telah melebihi Rp6.000.000,00 maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah bruto dalam satu bulan yang disetahunkan dikurangi PTKP.

PPH PASAL 21

CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS

Upah Harian (3)

(32)

Dr. Faisal (punya NPWP) merupakan dokter spesialis anak yang melakukan praktik di RSUD Cibinong dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada dr. Faisal setiap akhir bulan.

Dalam semester pertama tahun 2009, jasa dokter yang dibayarkan pasien atas tindakan dr. Faisal adalah sebagai berikut:

Januari 2009 Rp 30.000.000,00 Februari 2009 Rp 30.000.000,00 Maret 2009 Rp 25.000.000,00 April 2009 Rp 40.000.000,00

Mei 2009 Rp 30.000.000,00

Juni 2009 Rp 25.000.000,00

Jumlah Rp180.000.000,00

Ir. Gugun, M.Arch (punya NPWP) merupakan arsitek yang dikontrak oleh Dinas Pertambangan, Pada bulan Januari 2009 menerima fee sebesar Rp.100.000.000,00. Pada bulan Juli 2009 menerima pelunasan sisa fee sebesar Rp.50.000.000,00

1.

2.

PPH PASAL 21

CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS

Tenaga Ahli (1)

(33)

Bulan Penghasilan Bruto Dasar Pemotongan PPh Pasal 21

PKP Kumulatif Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a

UU PPh

PPh Pasal 21 Terutang

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

(1) (2) (3) = 50% x (2) (4) (5) (6) = (3 x 5)

Januari 30.000.000,00 15.000.000,00 15.000.000,00 5% 750.000,00 Februari 30.000.000,00 15.000.000,00 30.000.000,00 5% 750.000,00 Maret 25.000.000,00 12.500.000,00 42.500.000,00 5% 625.000,00 April 40.000.000,00 7.500.000,00 50.000.000,00 5% 375.000,00

12.500.000,00

62.500.000,00 15% 1.875.000,00 Mei 30.000.000,00 15.000.000,00 77.500.000,00 15% 2.250.000,00 Juni 25.000.000,00 12.500.000,00 90.000.000,00 15% 1.875.000,00

Jumlah 180.000.000,00 90.000.000,00 8.500.000,00

1.

2.

Bulan Penghasilan Bruto Dasar Pemotongan PKP Kumulatif Tarif Pasal 17 PPh 21 Terutang Januari 100.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 5% 2.500.000,00 Juli 50.000.000,00 25.000.000,00 75.000.000,00 15% 3.750.000,00 Jumlah 150.000.000,00 75.000.000,00 6.250.000,00

PPH PASAL 21

CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS

Tenaga Ahli (2)

(34)

TARIF PS. 17

50% dari JUMLAH PENGHASILAN BRUTO

X

PPh Pasal 21 :

Bukan Pegawai Atas Imbalan Tidak

Berkesinambungan

(35)

Herlina Sari, M.B.A (belum punya NPWP) adalah seorang penceramah yang memberikan ceramah pada suatu lokakarya sehari yang diselenggarakan oleh Sekretariat Kabupaten Bogor, honorarium dibayarkan sebesar Rp 2.500,000,00

PPh Pasal 21 yang terutang : 5% x 50% XRp 2.500.000,00 = Rp 62.500,00

Intan, adalah seorang penerjemah profesional terakreditasi dan telah mempunyai NPWP, ditugaskan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja untuk mengubah suatu perjanjian kontrak dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang, fee yang dibayarkan adalah sebesar Rp6.000,000,00

PPh Pasal 21 yang terutang : 5% x 50% X Rp 6.000.000,00 = Rp 150.000,00

PPH PASAL 21

CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS

Bukan Pegawai/Penerima Jasa Lainnya

Tetapi karena Herlina tidak dapat menunjukkan kartu NPWP, maka

PPh Pasal 21 yang harus dipotong : 120% x Rp 62.500 = Rp 75.000

(36)

Bukan Pegawai yang Dalam Menyerahkan Jasa Mempekerjakan Orang Lain dan/atau Melakukan Penyerahan Material/Bahan.

Lilis Sulistiya,punya NPWP, menerima pekerjaan dekorasi gedung dari Kantor Pelayanan Satu Atap dengan imbalan Rp 10.000.000,00. Lilis Sulistiya mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-masing sebesar Rp 180.000,00. Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang selama melakukan pekerjaan sebesar Rp 4.500,000,00. Selain itu, Lilis Sulistiya membeii material/bahan yang dipakai untuk dekorasi gedung sebesar Rp 1.500.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang adalah sebagai berikut:

Imbalan yang diterima Lilis S. merupakan imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi bukan sebagai pegawai, yang harus dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a atas jumlah imbalan bruto.

Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan oleh Lilis Sulistiya, dapat diketahui bagian imbalan bruto yang merupakan upah yang harus dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh Lilis Sulistiya dan biaya untuk membeii material/bahan, maka jumlah imbalan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21 adalah sebesar imbalan bruto dikurangi bagian upah tenaga kerja harian yang dipekerjakan Lilis S. dan biaya material/bahan, sebagaimana dalam contoh adalah sebesar:

Rp 10.000.000,00 - Rp 4.500.000,00 - Rp 1.500.000,00 = Rp 4.000.000,00.

PPh Pasal 21 Dipotong atas Penghasilan Lilis S. adalah : 5% X50% X Rp.4.000.000 = Rp 100.000,00

PPH PASAL 21

CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS

(37)

PPh Pasal 21 :

Peserta Kegiatan Non PNS

TARIF PS. 17 DITERAPKAN ATAS :

PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH DAN

TIDAK DAPAT DIPECAH

JUMLAH PENGHASILAN

BRUTO

(38)

PEGAWAI

BUKAN PEGAWAI

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI

LAINNYA YANG MENERIMA Ph TDK BERKESINAMBUNGAN

PENSIUNAN

TETAP

TIDAK TETAP

Ph NETO - PTKP BULANAN

HARIAN

Ph BRUTO - PTKP

50% xPh Bruto (kumulatif) – PTKP Bulanan*)

Ph Bruto (kumulatif) Ph NETO - PTKP SEKALIGUS

BERKALA

Ph BRUTO – 150 RIBU

Masih Berlaku PP 149 Th 2000

Ph BRUTO(>1,32jt s.d.6jt) – PTKP Harian

LAINNYA YG Ph TDK BERKESINAMBUNGAN

Ph Bruto

LAINNYA YG MENERIMA Ph BERKESINAMBUNGAN*)

50% X Ph Bruto (kumulatif)

PESERTA KEGIATAN

SKEMA DASAR PENGENAAN PPh PASAL 21

Ph BRUTO(>6jt) – PTKP

(39)

Penerima Penghasilan Tidak Ber NPWP

DIKENAKAN TARIF 20% LEBIH TINGGI

HANYA UNTUK PPH PASAL 21 TIDAK FINAL

DIPOTONG PPh PASAL 21 120% DARI PPh PASAL 21 YANG SEHARUSNYA

DIPOTONG JIKA BER NPWP

BISA DIPERHITUNGKAN DENGAN PPH PASAL 21 BULAN-BULAN BERIKUTNYA

JIKA SUDAH BER NPWP

(40)

Kewajiban Pemotong / BENDAHARA

 Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP

 Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.

 PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.

 Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

 Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak

 Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan

 Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada

Penerima Penghasilan

(41)

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

 Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:

◦ dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)

◦ diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau pegawai berhenti

 Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:

◦ Dibuat setiap kali ada pemotongan

◦ Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan

 Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib

dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21

(42)

Setiap Akhir Bulan

Isi Surat Setoran Pajak

NPWP Bendahara, dittd Bendahara Non PNS : 411121 – 100

Honor PNS : 411121 – 402 Lakukan Rekapitulasi,

Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 21

Bayar Ke Bank / Kantor Pos

Sebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya

Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak Sebelum Tgl. 20 Bulan Berikutnya

KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 21

Setiap Bulan

(43)

Lama

 Ada SPT Tahunan,

penghitungan kembali PPh untuk pegawai tetap selama satu tahun kalender dihitung dan dilaporkan di SPT

Tahunan;

Tidak scanable;

 Tidak ada kolom untuk SPT Pembetulan;

Baru

Tidak ada SPT Tahunan, penghitungan hutang pajak selama tahun kalender dihitung dan dilaporkan pada masa Desember;

Scanable. Mempermudah pemrosesan data di PPDDP;

Terdapat kolom yang mengakomodasi SPT Pembetulan;

Mengakomodasi peraturan terbaru seperti:

◦ PPh ditanggung Pemerintah;

◦ Penghitungan hutang pajak selama satu tahun kalender di masa Desember.

◦ dsb.

(44)

PENGERTIAN SUBJEK PAJAK PENGHITUNGAN TARIF 44

SPT

1 2

SPT MASA PPh PASAL 21 DAN ATAU 26

1721 - I

1721 - II

DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 UNTUK PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN BERKALA

DAFTAR PERUBAHAN PEGAWAI TETAP

1721 - T

DAFTAR PEGAWAI TETAP/PENERIMA PENSIUN BERKALA

• WAJIB DILAMPIRKAN PERTAMA KALI OLEH WP BARU SETELAH 1 JULI 2009

• WAJIB DILAMPIRKAN PADA MASA JULI 2009 OLEH WP LAMA

WAJIB DILAMPIRKAN PADA MASA PAJAK DESEMBER.

• Tidak perlu menyampaikan formulir 1721-A1/A2 sebagai lampiran dari SPT Masa PPh Pasal 21dan/atau Pasal26, namun

• wajib memberikan bukti pemotongan 1721-A1/A2 kepada Pegawai Tetap atau Penerima Pensiun maupun kepada Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Polri, Pejabat Negara dan Pensiunannya.

DILAMPIRKAN JIKA PEGAWAI TETAP KELUAR/MASUK/BARU MEMILIKI NPWP

1721

(45)
(46)

Pajak Penghasilan PPh Pasal 22

TATA CARA DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN

KMK154/PMK.03/2010

dan Per-57/PJ/2010

(47)

PPH PASAL 22

KLASIFIKASI BELANJA BARANG

s.d. Rp 2 Juta

Di Atas Rp 2 Juta

Tidak Dipungut PPh 22

1,5% x Harga Beli

Sebelum PPN

PPN :

10/110 X Harga Beli

Dipungut PPh Pasal 22

Punya NPWP

3% x Harga Beli

Sebelum PPN

Tidak Punya NPWP

(48)

Bukan Obyek PPh Pasal 22

Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b, huruf c dan, huruf d, berkenaan dengan:

1. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;

2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda- benda pos.

3. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Pasal 2 ayat (2)

(49)

Dinas Cipta Karya pada bulan Januari 2009 melakukan pengadaan ATK dengan nilai Rp.22.000.000,-. Pengadaan dilakukan oleh CV.Anda yang telah mempunyai NPWP dan PKP.

DPP : 100/110 x Rp.22.000.000.- = Rp.20.000.000,-

Dinas Pendidikan pada bulan Februari 2009 melakukan pengadaan Buku Pelajaran Bahasa Indonesia dengan nilai Rp.20.000.000,-. Pengadaan dilakukan oleh CV.Bagus yang telah mempunyai NPWP dan PKP.

PPH PASAL 22

CONTOH PENGHITUNGAN

PPh Pasal 22 yang terutang

1,5% x Rp 20.000.000,- = Rp 300.000,- PPN yang terutang

10% x Rp 20.000.000,- = Rp 2.000.000,-

PPh Pasal 22 yang terutang

1,5% x Rp 20.000.000,- = Rp 300.000,- PPN yang terutang

Dibebaskan berdasarkan PP 38/2003

DPP : 100/100 x Rp.20.000.000.- = Rp.20.000.000,-

(50)

Contoh SSP PPh Pasal 22

Tata cara pengisian SSP

1. Pengisian NPWP yang diatas adalah NPWP Rekanan

2. Kode Akun Pajak 411122

3. Kode Jenis Setoran 900

4. Masa pajak dan tahun diisi pada bulan pembayaran

5. Penandatangan adalah bendaharawan karena bendaharawan yang menyetor

6. Disetor ke bank persepsi

7. SSP lembar Ke-1 diberikan kepada rekanan

8. SSP Lembar ke-3 disimpan Bendarawan dan dilampirkan pada saat pelaporan SPT

Pasal 5

(51)

Setiap Ada Pembayaran

Isi Surat Setoran Pajak

NPWP atas nama Rekanan, tetapi dittd Bendahara Kode Jenis Setoran : 411122 – 900

Lakukan Rekapitulasi,

Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 22

Bayar Ke Bank / Kantor Pos hari yang sama

Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak Sebelum Tgl. 14 Bulan Berikutnya

KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 22

Setiap Bulan

Berikan SSP Lb. 1 Ke Rekanan

Kumpulkan SSP Lb. 3

(52)
(53)

PPH PASAL 23

KLASIFIKASI BELANJA JASA/SEWA HARTA.

Tidak ada batasan jumlah transaksi Berapun Nilainya

2% x Harga Jasa

Sebelum PPN

Dipungut PPh Pasal 23

Punya NPWP

4% x Harga Jasa

Sebelum PPN

Tidak Punya NPWP

PPN :

10/110 X Harga Jasa

(Diatas Rp.1.000.000,-)

(54)
(55)
(56)

Dinas Cipta Karya pada bulan Januari 2009 melakukan perbaikan AC sebanyak 10 buah dengan nilai kontrak Rp.330.000,- perbuah. Pengerjaan dilakukan oleh CV.Cantik yang telah mempunyai NPWP dan PKP.

DPP : 100/110 x Rp.3.300.000.- = Rp.3.000.000,-

PPH PASAL 23

CONTOH PENGHITUNGAN

PPh Pasal 23 yang terutang

2% x Rp 3.000.000,- = Rp 60.000,- PPN yang terutang

10% x Rp 3.000.000,- = Rp 300.000,-

(57)

Setiap Akhir Bulan

Isi Surat Setoran Pajak

NPWP atas nama Bendahara, dittd Bendahara Kode Jenis Setoran : 411124 – 104

KEWAJIBAN ADMINISTRASI

Setiap Bulan

Lakukan Rekapitulasi,

Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 23

Bayar Ke Bank / Kantor Pos

Sebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya

Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak Sebelum Tgl. 20 Bulan Berikutnya

Berikan Bukti Potong PPh 23 Ke Rekanan

(58)
(59)

PPH PASAL 4 AYAT (2)

KLASIFIKASI BELANJA BERDASARKAN OBJEK.

Hadiah Undian

Sewa Tanah/Bangunan

25% x Nilai Hadiah

Jasa Konstruksi

10% x Harga Sewa

2%,3%,4%,6%

dari Nilai Proyek

(60)

60

DASAR HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 2008

Berlaku per 1 Januari 2008

Dirubah dengan

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 49 TAHUN 2009

BERLAKU PER 1 AGUSTUS 2008

Penghasilan dari Jasa Konstruksi dan Hadiah Undian

(61)

61

SUBJEK PAJAK

USAHA JASA KONSTRUKSI

SUBJEK PAJAK

WP Orang Pribadi WP Badan BUT

YANG BERGERAK DI BIDANG

- JASA PERENCANAAN KONSTRUKSI - JASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI

- JASA PENGAWASAN KONSTRUKSI

(62)

62

TARIF DAN DASAR PENGENAAN PPh USAHA JASA KONSTRUKSI

( PP Nomor 51 Tahun 2008 ) IMBALAN JASA

KONSTRUKSI

DARI JUMLAH PEMBAYARAN ATAU JUMLAH PENERIMAAN YG MERUPAKAN BAGIAN NILAI KONTRAK TIDAK TERMASUK PPN

FINAL

YG MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA

MENENGAH ATAU KUALIFIKASI BESAR

JASA

PELAKSANAAN

2% 4% 3% 4% 6%

YG TIDAK MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA

YG MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA KECIL

JASA

PERENCANAAN &

PENGAWASAN

YG TIDAK MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA

YG MEMILIKI KUALIFIKASI

USAHA

(63)

63

MEMOTONG PPh PADA SAAT PEMBAYARAN UANG MUKA DAN TERMIJN, DAN MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL ATAU BUKTI POTONG PPh PASAL23

MENYETORKAN PPh YG TELAH DIPOTONG DENGAN MENGGUNAKAN SSP PADA BANK PERSEPSI / KANTOR POS , SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL 10 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PEMBAYARAN IMBALAN

TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh OLEH PEMBERI HASIL

PEMBERI HASIL WAJIB :

MELAPORKAN PEMOTONGAN/PENYETORAN KPD KPP SETEMPAT, SELAMBAT-LAMBATNYA

TGL 20 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PEMBAYARAN IMBALAN

LAPORAN PEMOTONGAN/PENYETORAN PPh ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA

KONSTRUKSI DENGAN DILAMPIRI : - LEMBAR KE-3 SSP;

- LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN DENGAN

(64)
(65)

Dinas Pariwisata pada bulan Maret 2009 mengikuti pameran wisata di JHCC dengan space seluas 20 m

2

dengan harga sewa per m

2

sebesar Rp.550.000,-. Gedung dimiliki oleh PT.Dyandra yang telah mempunyai NPWP dan PKP.

DPP : 100/110 x Rp.11.000.000.- = Rp.10.000.000,-

PPH PASAL 4 Ayat (2)

CONTOH PENGHITUNGAN

PPh Pasal 4 Ayat (2) yang terutang

10% x Rp 10.000.000,- = Rp 1.000.000,- PPN yang terutang

10% x Rp 10.000.000,- = Rp 1.000.000,-

(66)

Setiap Akhir Bulan

Isi Surat Setoran Pajak

NPWP atas nama Bendahara, dittd Bendahara Kode Jenis Setoran : 411128

KEWAJIBAN ADMINISTRASI

Setiap Bulan

Lakukan Rekapitulasi,

Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 4 (2)

Bayar Ke Bank / Kantor Pos

Sebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya

Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak Sebelum Tgl. 20 Bulan Berikutnya

Berikan Bukti Potong PPh 4 (2) Ke Rekanan

(67)
(68)

68

 Bendahara Pengeluaran setiap SKPD / Satker wajib

membayar PPN sebesar 10% dari jumlah imbalan bruto dengan cara memungut dan menyetorkannya ke kas negara.

Bendahara Pengeluaran

(69)

69

a. PPN yg dipungut bendahara negeri wajib disetorkan ke bank persepsi atau kantor pos paling lambat sebelum batas pelaporan SPT Masa PPN PUT.

b. Penyetoran PPN menggunakan SSP, dibuat rangkap 5, atas nama rekanan dan dittd Bendahara (563/KMK-03/2003)

- Lembar Ke-1 untuk PKP rekanan

- Lembar Ke-2 untuk KPP Pratama melalui KPPN

- Lembar Ke-3 untuk PKP rekanan guna dilampirkan pada SPT masa PPN

- Lembar Ke-4 untuk bank persepsi atau kantor pos atau pertinggal untuk KPPN - Lembar Ke-5 untuk arsip bendahara

Tata Cara Penyetoran

a. Rekanan membuat Faktur Pajak 3 rangkap(Arsip Bendahara, PKP Rekanan, Dilapor ke KPP).

b. Pada setiap lembar Faktur Pajak wajib dibubuhi cap “disetor tanggal….” dan dittd Bendahara.

c. Pemungutan PPN dilaporkan di KPP Pratama menggunakan SPT Masa PPN Pemungut (formulir 1107 PUT ) paling lambat akhir bulan berikutnya, dengan dilampiri SSP dan Faktur Pajak lembar ke-3.

d. Apabila dalam satu bulan tidak terdapat pemungutan/penyetoran, laporan tetap dibuat dan diisi Nihil.

Tata Cara Pelaporan

(70)

70

DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA

PPN)

BAGI PEMUNGUT PPN

Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Beri tanda X dalam yang sesuai

FORMULIR

1107 PUT

Nama

Pemungut : NPWP : - - - - -

Alamat : Masa : s.d. -

No. Telp : Pembetulan Ke : ……… (………)

Usaha :

A. PPN DAN PPn BM YANG DIPUNGUT OLEH BENDAHARAWAN PEMERINTAH

1 PPN yang dipungut oleh Penerbit SPM melalui KPKN Rp 1

PPn BM yang dipungut oleh Penerbit SPM melalui KPKN Rp Jumlah PPN dan PPn BM yang dipungut oleh Penerbit SPM melalui KPKN

Rp

2 PPN yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran Rp 2

PPn BM yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran Rp Jumlah PPN dan PPn BM yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran

Rp

B. PPN DAN PPn BM YANG DIPUNGUT OLEH SELAIN BENDAHARAWAN PEMERINTAH

PPN yang dipungut Rp 3

PPn BM yang dipungut Rp

Jumlah PPN dan PPn BM yang dipungut Rp

Lampiran :

Surat Kuasa Khusus

SSP 1. PPN

sebanyak

………

Lembar

Rp

………

2. PPn BM sebanyak

………

Lembar

Rp

………

………

Pernyataan

Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran- lampirannya adalah benar, lengkap, jelas dan tidak bersyarat

Pemungut

………,………

Kuasa Bendaharawan/Pengurus

Tanda tangan :

Nama Jelas :

Jabatan :

Cap perusahaan :

(71)

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita nyeri pada frozen shoulder yang mendapatkan intervensi terapi TENS dan exercise di Instalasi Rehabilitasi

1) Pemerintah Desa mengajukan surat permohonan pencairan kepada Gubernur Jawa Timur yang diketahui oleh Kepala Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten

Wanita lebih sering mengalami ISK dapat karena secara anatomi mempunyai saluran kemih yang lebih pendek dan sangat dipengaruhi oleh cara membersih- kan diri

Didepannya dinamakan ATRIUM, sebagai ruang jantung kedua dengan dinding lebih tebal dari sinus venosus dan mempunyai katup pada bagian depannya untuk menjaga agar

Untuk membantu penanganan longsor yang ada, kami merekomendasikan alternatif penanganan berdasarkan nilai keamanan dari program komputer (PLAXIS Version 8.2) yaitu dengan

Untuk mendukung dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam kegiatan rancang bangun alat otomatisasi sistem pengambilan data pumping test, perlu dilakukan kajian instrumen

Nilai Angka Partisipasi Kasar dilihat dari tingkat Sekolah Menengah Pertama yang mempunyai nilai tertinggi terdapat di Kecamatan Slogohimo sbesar 159% yang

Pada pengamatan tingkah laku pemijahan ikan kerapu tikus di BBAP Situbondo dan tingkah laku pemijahan ikan kerapu tikus pada beberapa literatur menunjukkan bahwa