KANWIL DJP JAKARTA PUSAT KPP PRATAMA JAKARTA TANAH
ABANG TIGA
DASAR HUKUM
PENUNJUKAN BENDAHARAWAN
SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK
1. UU No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sttd UU No 16 Tahun 2009
2. UU No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Sttd UU No 36 Tahun 2008
3. UU No 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Sttd UU No 42 Tahun 2009
4. PP No 45 Tahun 1994 tentang PPh bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan atas Penghasilan yg dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah
5. Keppres No 42 Tahun 2002 std Keppres 72 Tahun 2004 Keppres No 180 Tahun 2000
Keppres No 80 Tahun 2003 sttd Per Pres No 95 Tahun 2007
6. Kep Men Keu Nomor 563/KMK.03/2003
SURAT KEPUTUSAN
MENTERI / KETUA LEMBAGA tentang
PENUNJUKAN SEBAGAI BENDAHARAWAN
PEJABAT / PEGAWAI
BENDAHARAWAN
Pengeluaran Keuangan Negara pada instansi pemerintah
Bendaharawan
Aspek Perpajakan
Menghitung, Mengadministrasikan, menyetorkan dan melaporkan
PENGAMANAN PENERIMAAN
NEGARA
1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak),
2. Mengambil sendiri formulir2 yg diperlukan,
3. Melakukan pencatatan,
4. Menghitung, memotong, menyetor, dan melaporkan
pajak yg terutang setiap bulan,
5. Memberikan Bukti Pemotongan,
6. Mengisi, menandatangani, dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
7. Melaporkan perkembangan kegiatan atau
organisasi,misalnya perubahan struktur atau berakhirnya suatu kegiatan/proyek
KEWAJIBAN FORMAL
PPh 21
PPh 22, PPN
PPh 23, PPN, Non PPN
PPh 23, 4(2), PPN PEGAWAI
BARANG
JASA
SEWA
BELANJA APBN / APBD
KALENDER BENDAHARA PENGELUARAN SKPD / SATKER /
• SPT MASA PASAL 21/26
• SPT MASA PPN PUT
• SPT MASA PPH PASAL 22*
• SPT MASA PASAL 23*
• SPT MASA PPh Pasal 4 (2)*
JATUH TEMPO SETOR ( PALING
LAMBAT )
JATUH TEMPO LAPOR ( PALING
LAMBAT )
TGL. 10 BULAN BERIKUTNYA TGL .7 BULAN
BERIKUTNYA HARI YG SAMA
DENGAN PEMBAYARAN TGL 10 BULAN BERIKUTNYA TGL 10 BULAN
BERIKUTNYA
TGL .20 BULAN BERIKUTNYA AKHIR BULAN BERIKUTNYA TGL. 14 HARI
BULAN
BERIKUTNYA TGL 20 BULAN
BERIKUTNYA TGL 20 BULAN
BERIKUTNYA
* CATATAN : SPT MASA PPH 22, 23 dan 4 (2 ) WAJIB
DILAPORKAN BILA DALAM BULAN YBS. ADA BELANJA
Berdasarkan Per-38/Pj./2009 yang disempurnakan dengan Per-23/Pj./2010 KODE MAP
• SPT MASA PASAL 21/26
• SPT MASA PPN PUT
• SPT MASA PPH PASAL 22
• SPT MASA PASAL 23
• SPT MASA PPh PASAL 4 ( 2 )
MAP JENIS SETORAN
MASA
411121
411211
411122
411124
411128
100 ( MASA ) 402 ( FINAL )
900
900
104/SESUAI JENIS
JASA
SANKSI ATAS KETERLAMBATAN
• SPT MASA PASAL 21/26
• SPT MASA PPN PUT
• SPT MASA PPH PASAL 22
• SPT MASA PASAL 23
DENDA TELAT SETOR
DENDA TELAT LAPOR
2 % per bulan
2 % per bulan
2 % per bulan
2 % per bulan
Rp.100.000
Rp.500.000
Rp.100.000
Rp.100.000
CATATAN : telat 1 hari = telat satu bulan
9
SANKSI PERPAJAKAN
SANKSI ADMINISTRASI
SANKSI PIDANA
D E N D A
B U N G A
K E N A I K A N
KURUNGAN DAN DENDA
PENJARA DAN DENDA
ALPA SENGAJA
11/6/2015 11
SANKSI ADMINISTRASI
DENDA
Ps. 7 UU KUP
BUNGA
Ps.8(2), 13(2), 14(3), 19(2)&(3) UU KUP
KENAIKAN
Ps. 13(3), 15(2) UU KUP
Rp 100.000
Rp 1.000.000
• SPT MASA PPh Ps.21/22/23/26 TERLAMBAT/ TIDAK DISAMPAIKAN
• SPT TAHUNAN PPh Badan TERLAMBAT/
TIDAK DISAMPAIKAN
2%/BULAN maks 24 BULAN
• PEMBETULAN SENDIRI SPT
• HASIL PENELITIAN SPT AKIBAT SALAH TULIS DAN/ATAU SALAH HITUNG
• HASIL PEMERIKSAAN (SKPKB)
• IZIN PENUNDAAN PENYAMPAIAN SPT
• IZIN MENGANGSUR ATAU MENUNDA PEMBAYARAN
50%
SPT TIDAK DISAMPAIKAN SETELAH DITEGUR
TERTULIS
100%
TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PSL 28 &
29 UU KUP
100%
KARENA DITERBITKAN
SKPKBT
PAJAK YANG TIDAK/
KURANG DIBAYAR DARI
Rp 500.000
SPT Masa PPN Terlambat/Tidak Disampaikan
SANKSI PIDANA
ALPA
Ps. 38 UU KUP
SENGAJA
Ps. 39 UU KUP
• TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
• MENYAMPAIKAN SPT:
• ISINYA TIDAK BENAR
• TIDAK LENGKAP
• MELAMPIRKAN KETERANGAN YANG ISINYA TIDAK BENAR
• TIDAK MENDAFTARKAN DIRI,
MENYALAHGUNAKAN NPWP/NPPKP
• TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
• MENYAMPAIKAN SPT :
• ISINYA TIDAK BENAR
• TIDAK LENGKAP
• MEMPERLIHATKAN PEMBUKUAN/
PENCATATAN PALSU
• TIDAK MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN/PENCATATAN
• TIDAK MENYETORKAN PAJAK YANG DIPUNGUT/DIPOTONG
KURUNGAN SELAMA-LAMANYA 1 TAHUN DAN
DENDA SETINGI-TINGGINYA 2 KALI
PENJARA SELAMA-LAMANYA 6 TAHUN DAN
DENDA SETINGI-TINGGINYA 4 KALI MENIMBULKAN KERUGIAN
PADA PENDAPATAN NEGARA
PPH PASAL 21
PERATURAN TERBARU (DASAR HUKUM)
PMK-252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Peiaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi;
Perdirjen No.PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasa! 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi
Perdirjen No.PER-32PJ/2009 tentang Bentuk Formulir Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26
dan Bukti Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan
atau Pasal 26.
PPH PASAL 21
DEFENISI PEMOTONG PAJAK (LAMA Vs BARU)
KEP - 545/PJ./2000 Pasal 2 ayat (1) huruf b
Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau Iembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
PER-31/PJ/2009 Pasal 2 ayat (1) huruf b
Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas
pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah,instansi
atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar
Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan; tentang Bentuk
Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26
dan Bukti Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26.
Pengertian PPh Pasal 21/26
Pajak Penghasilan Sehubungan Dengan
• Pekerjaan atau jabatan
• Jasa dan
• Kegiatan
Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang Pribadi
Atas Penghasilan Berupa:
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan nama/bentuk apapun
Subjek Pajak DN Subjek Pajak LN
PPh Pasal 21 PPh Pasal 26
Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26 (Pasal 3)
Pegawai
Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk ahli warisnya
Bukan pegawai :
◦ Tenaga ahli
◦ Seniman/pekerja seni, pembawa acara
◦ Olahragawan
◦ Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator
◦ Pengarang, peneliti, penerjemah
◦ Pemberi jasa dalam segala bidang
◦ Agen iklan
◦ Pengawas dan pengelola proyek
◦ Pembawa pesanan/yang menemukan langganan/perantara
◦ Petugas penjaja barang dagangan
◦ Petugas dinas luar asuransi
◦ Distributor MLM, Direct Selling
Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26 (Pasal 3)
Peserta kegiatan
◦ Peserta perlombaan
◦ Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja
◦ Peserta/anggota kepanitiaan
◦ Peserta pendidikan, pelatihan dan magang
◦ Peserta kegiatan lainnya
PNS / PEJABAT SELAIN PNS / PEJABAT
1. BERSIFAT TETAP DAN TERKAIT : - GAJI & TUNJANGAN LAINNYA
- GAJI KEHORMATAN, IMBALAN LAIN - UANG PENSIUN & TUNJANGAN LAIN 2. BERSIFAT TIDAK TETAP :
- HONORARIUM - UANG SIDANG - UANG HADIR - UANG LEMBUR
- IMBALAN PRESTASI KERJA - IMBALAN LAIN
UPAH HARIAN, MINGGUAN, SATUAN, BORONGAN
HONORARIUM, UANG SAKU, KOMISI PENGH.DITERIMA TENAGA AHLI
PEMBAYARAN LAIN SBG IMBALAN SEHUBUNGAN DG
PELAKSANAAN PEKERJAAN, JASA, ATAU KEGIATAN
PPH PASAL 21
KLASIFIKASI BELANJA PEGAWAI BERDASARKAN SUBJEK
BIAYA JABATAN DAN BIAYA PENSIUN
UU PPh NO.36/2008
(Sejak 1 Januari 2009)BIAYA JABATAN BIAYA PENSIUN
% Bruto 5 % 5 %
Maks/bln 500.000 200.000
Maks/thn 6.000.000 2.400.000
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
UU PPh NO.36/2008
(Sejak 1 Januari 2009)STATUS PTKP
SETAHUN
PTKP SEBULAN
TK / - 15.840.000 1.320.000
K / - 17.160.000 1.430.000
K / 1 18.480.000 1.540.000
K / 2 19.800.000 1.650.000
K / 3 21.120.000 1.760.000
PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN PADA AWAL TAHUN KALENDER
ATAU
AWAL BULAN DARI BAGIAN TAHUN KALENDER
(Pasal 11 ayat (5) dan (6)
PTKP UTK KARYAWATI
HANYA UTK DIRI SENDIRI
STATUS KAWIN STATUS TDK
KAWIN
- UTK DIRI SENDIRI SEBAGAI WP - TANGGUNGAN
MAKS 3 ORANG
SYARAT:
MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATAN BAHWA SUAMI TIDAK MENERIMA/
MEMPEROLEH PENGHASILAN STATUS KAWIN
SUAMI
TDK MENERIMA/
MEMPEROLEH PENGHASILAN
- UTK DIRI SENDIRI SEBAGAI WP
- STATUS KAWIN - TANGGUNGAN
MAKS 3 ORANG
Pasal 11 ayat (3) dan (4)
TARIF PPh
Ps. 17 ayat (1) huruf a UU PPh
SAMPAI DENGAN Rp 50 JUTA
DIATAS Rp 250 JUTA SAMPAI DENGAN
Rp 500 JUTA
5%
15%
25%
TARIF
LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK
DI ATAS Rp 50 JUTA SAMPAI DENGAN
Rp 250 JUTA
30%
DI ATAS Rp 500 JUTA
PPH PASAL 21
PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG PNS Berdasarkan PP No. 80 tahun 2010
HONORARIUM DAN IMBALAN LAIN DENGAN NAMA APAPUN Yg diterima oleh Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/ POLRI yg sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah :
a. 0% PNS gol. I dan II, anggota TNI dan anggota Polri gol. Pangkat Tamtama dan Bintara dan Pensiunannya.
b. Tarif sebesar 5% (lima persen) PNS gol. III, anggota TNI dan anggota Polri gol. Pangkat Perwira Pertama dan Pensiunannya.
c. Tarif sebesar 15% (lima belas persen) PNS gol. IV, anggota TNI dan anggota Polri gol. Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi dan Pensiunannya.
(Dikenakan PPh Pasal 21 bersifat final)
PPH PASAL 21
PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG PNS 1. Bersifat Tetap dan Terkait
TOTAL PENGHASILAN SEBULAN
Gaji Pokok+Tj.Istri+Tj.Anak+TPP+Tj.Struktural /Fungsional+Tj.Beras+Tj.Khusus+Tj.Lain2
BY.JABATAN + IURAN PENSIUN
PENGHASILAN NETTO PH.NETTO DISETAHUNKAN
PTKP
PH.KENA PAJAK (PKP) X
TARIF PASAL 17
=
PPH 21 SETAHUN
PPH 21 SEBULAN
1. HARIAN
1.a.Non PNS, Upah Harian: Rp150.000 < Income ≤ Rp1.320.000 Penghasilan Bruto dikurangi Rp.150.000,-
1.b.Non PNS, Upah Harian: Rp1.320.000 < Income ≤ Rp6.000.000 Penghasilan Bruto dikurangi PTKP Sebenarnya
PTKP Sebenarnya = (PTKP Setahun / 360) x Jumlah Hari Bekerja
PPH PASAL 21
PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS (1)
II. BUKAN PEGAWAI/PENERIMA JASA LAINNYA
Tenaga Ahli
Artis
Olahragawan
Penasihat,Pengajar,Pelatih,Penceramah,Penyuluh,Moderator
Pengarang, Peneliti, Penerjemah
Pemberi Jasa dalam segala Bidang
Agen Iklan
Pengawas atau Pengelola Proyek
Perantara (Pembawa pesanan)
Petugas Penjaja Barang Dagangan
Petugas Dinas Luar Asuransi
Distributor MLM, atau Direct Selling, dan kegiatan sejenis lainnya
PPH PASAL 21
PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS (2)
Penghasilan Bruto x 50% XTarif Pasal 17
Apabila tidak bersifat berkesinambungan artinya hanya diterima sekali dalam satu tahun pajak, maka TIDAK KUMULATIF
Apabila bersifat berkesinambungan artinya diterima lebih dari sekali dalam satu
tahun pajak, maka KUMULATIF
PPh Pasal 21:
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon Pegawai
Upah/Uang Saku Harian,
Mingguan, Satuan, Borongan Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah Upah Kumulatif
satu bulan melebihi Rp 6.000.000
Upah/Uang Saku Harian
≤ 150.000 > 150.000 Tidak Dipotong Dikurangi 150.000
Dipotong 5%
Upah kumulatif > Rp1,32 jt s.d. Rp6 jt sebulan
Upah sehari dikurangi PTKP sehari Tarif PPh 21 : 5%
Dikali 12
Dikurangi PTKP Setahun Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Ps 17 PPh Ps 21 Setahun
Dibagi 12
PPh Pasal 21 Sebulan
Candra (punya NPWP, belum menikah) dipekerjakan pada Dinas Bina Marga dengan upah yang dibayarkan harian. Bulan Januari 2009 Candra bekerja selama 25 hari.
Selama 9 hari pertama menerima upah harian sebesar Rp150.000,00 per hari. Tetapi mulai hari ke-10 sampai hari ke-25 menerima upah sebesar Rp300.000,00 perhari
Upah Sehari Rp 150.000,00
PTKP Harian Rp 150.000,00
Penghasilan Kena Pajak sehari Rp 0,00
PPh Pasal 21 Dipotong atas upah sehari Rp. 0,00
Sampai dengan hari ke-8, karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp1.320.000,00 maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong.
PPH PASAL 21
CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS
Upah Harian (1)
Upah sampai hari ke-9 (Rp150.000,00 x 9 hari)
PTKP Sebenarnya (9 hari X (Rp15.840.000,00 / 360 ))
Penghasilan Kena Pajak sd hari ke-9
PPh Pasal 21 terutang sd hari ke-9 (5% x Rp954.000,00)
PPh Pasal 21 yang telah dipotong sd hari ke-8
Rp Rp Rp Rp Rp
1.350.000,00 396.000,00 954.000,00 47.700,00 0,00 PPh Pasal 21 Dipotong atas upah sehari Rp. 47.700,00 Pada hari ke-9, karena jumlah kumulatif upah yang diterima telah melebihi Rp1.320.000,00 maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP sebenarnya.
Upah sehari
PTKP Sebenarnya (Rp15.840.000,00 / 360 ))
Penghasilan Kena Pajak
Rp Rp Rp
300.000,00 44.000,00 256.000,00 PPh Pasal 21 Dipotong atas upah sehari(5% x Rp256.000,00) Rp. 12.800,00 Pada hari ke-10 sampai hari ke-24 jumlah kumulatif upah yang diterima berada dalam rentang lebih dari Rp1.320.000,00 tetapi tidak melebihi Rp6.000.000,00
maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP sebenarnya.
PPH PASAL 21
CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS
Upah Harian (2)
Upah Kumulatif hari ke-1 sd 25
(Rp150.000,00 x 9 hari)+(Rp300.000,00 x 16 hari)
Upah Bruto Disetahunkan(Rp.6.150.000,00 x 12)
PTKP Sebenarnya Penghasilan Kena Pajak
PPh Pasal 21 Terutang Setahun
(5% x Rp50.000.000,00 = Rp2.500.000,00) (15% x Rp 7.960.000,00 = Rp1.194.000,00)
PPh Pasal 21 Terutang Sebulan(Rp3.694.000,00 / 12 )
PPh Pasal 21 telah disetor hari ke-1 sd 24
Setoran hari ke-9 = Rp 47.700,00 Setoran hari ke-10 sd ke-24, 15 x Rp12.800,00 = Rp192.000,00
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp
6.150.000,00 73.800.000,00 15.840.000,00 57.960.000,00 3.694.000,00
307.833,00 239.700,00
PPh Pasal 21 Dipotong atas upah sehari Rp. 68.133,00
Pada hari ke-25, karena jumlah kumulatif upah yang diterima telah melebihi Rp6.000.000,00 maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah bruto dalam satu bulan yang disetahunkan dikurangi PTKP.
PPH PASAL 21
CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS
Upah Harian (3)
Dr. Faisal (punya NPWP) merupakan dokter spesialis anak yang melakukan praktik di RSUD Cibinong dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada dr. Faisal setiap akhir bulan.
Dalam semester pertama tahun 2009, jasa dokter yang dibayarkan pasien atas tindakan dr. Faisal adalah sebagai berikut:
Januari 2009 Rp 30.000.000,00 Februari 2009 Rp 30.000.000,00 Maret 2009 Rp 25.000.000,00 April 2009 Rp 40.000.000,00
Mei 2009 Rp 30.000.000,00
Juni 2009 Rp 25.000.000,00
Jumlah Rp180.000.000,00
Ir. Gugun, M.Arch (punya NPWP) merupakan arsitek yang dikontrak oleh Dinas Pertambangan, Pada bulan Januari 2009 menerima fee sebesar Rp.100.000.000,00. Pada bulan Juli 2009 menerima pelunasan sisa fee sebesar Rp.50.000.000,00
1.
2.
PPH PASAL 21
CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS
Tenaga Ahli (1)
Bulan Penghasilan Bruto Dasar Pemotongan PPh Pasal 21
PKP Kumulatif Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a
UU PPh
PPh Pasal 21 Terutang
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
(1) (2) (3) = 50% x (2) (4) (5) (6) = (3 x 5)
Januari 30.000.000,00 15.000.000,00 15.000.000,00 5% 750.000,00 Februari 30.000.000,00 15.000.000,00 30.000.000,00 5% 750.000,00 Maret 25.000.000,00 12.500.000,00 42.500.000,00 5% 625.000,00 April 40.000.000,00 7.500.000,00 50.000.000,00 5% 375.000,00
12.500.000,00
62.500.000,00 15% 1.875.000,00 Mei 30.000.000,00 15.000.000,00 77.500.000,00 15% 2.250.000,00 Juni 25.000.000,00 12.500.000,00 90.000.000,00 15% 1.875.000,00
Jumlah 180.000.000,00 90.000.000,00 8.500.000,00
1.
2.
Bulan Penghasilan Bruto Dasar Pemotongan PKP Kumulatif Tarif Pasal 17 PPh 21 Terutang Januari 100.000.000,00 50.000.000,00 50.000.000,00 5% 2.500.000,00 Juli 50.000.000,00 25.000.000,00 75.000.000,00 15% 3.750.000,00 Jumlah 150.000.000,00 75.000.000,00 6.250.000,00PPH PASAL 21
CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS
Tenaga Ahli (2)
TARIF PS. 17
50% dari JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
X
PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai Atas Imbalan Tidak
Berkesinambungan
Herlina Sari, M.B.A (belum punya NPWP) adalah seorang penceramah yang memberikan ceramah pada suatu lokakarya sehari yang diselenggarakan oleh Sekretariat Kabupaten Bogor, honorarium dibayarkan sebesar Rp 2.500,000,00
PPh Pasal 21 yang terutang : 5% x 50% XRp 2.500.000,00 = Rp 62.500,00
Intan, adalah seorang penerjemah profesional terakreditasi dan telah mempunyai NPWP, ditugaskan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja untuk mengubah suatu perjanjian kontrak dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang, fee yang dibayarkan adalah sebesar Rp6.000,000,00
PPh Pasal 21 yang terutang : 5% x 50% X Rp 6.000.000,00 = Rp 150.000,00
PPH PASAL 21
CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS
Bukan Pegawai/Penerima Jasa Lainnya
Tetapi karena Herlina tidak dapat menunjukkan kartu NPWP, maka
PPh Pasal 21 yang harus dipotong : 120% x Rp 62.500 = Rp 75.000
Bukan Pegawai yang Dalam Menyerahkan Jasa Mempekerjakan Orang Lain dan/atau Melakukan Penyerahan Material/Bahan.
Lilis Sulistiya,punya NPWP, menerima pekerjaan dekorasi gedung dari Kantor Pelayanan Satu Atap dengan imbalan Rp 10.000.000,00. Lilis Sulistiya mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-masing sebesar Rp 180.000,00. Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang selama melakukan pekerjaan sebesar Rp 4.500,000,00. Selain itu, Lilis Sulistiya membeii material/bahan yang dipakai untuk dekorasi gedung sebesar Rp 1.500.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang adalah sebagai berikut:
Imbalan yang diterima Lilis S. merupakan imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi bukan sebagai pegawai, yang harus dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a atas jumlah imbalan bruto.
Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan oleh Lilis Sulistiya, dapat diketahui bagian imbalan bruto yang merupakan upah yang harus dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh Lilis Sulistiya dan biaya untuk membeii material/bahan, maka jumlah imbalan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21 adalah sebesar imbalan bruto dikurangi bagian upah tenaga kerja harian yang dipekerjakan Lilis S. dan biaya material/bahan, sebagaimana dalam contoh adalah sebesar:
Rp 10.000.000,00 - Rp 4.500.000,00 - Rp 1.500.000,00 = Rp 4.000.000,00.
PPh Pasal 21 Dipotong atas Penghasilan Lilis S. adalah : 5% X50% X Rp.4.000.000 = Rp 100.000,00
PPH PASAL 21
CONTOH PENGHITUNGAN PPH 21 TERUTANG NON PNS
PPh Pasal 21 :
Peserta Kegiatan Non PNS
TARIF PS. 17 DITERAPKAN ATAS :
PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH DAN
TIDAK DAPAT DIPECAH
JUMLAH PENGHASILAN
BRUTO
PEGAWAI
BUKAN PEGAWAI
KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI
LAINNYA YANG MENERIMA Ph TDK BERKESINAMBUNGAN
PENSIUNAN
TETAP
TIDAK TETAP
Ph NETO - PTKP BULANAN
HARIAN
Ph BRUTO - PTKP
50% xPh Bruto (kumulatif) – PTKP Bulanan*)
Ph Bruto (kumulatif) Ph NETO - PTKP SEKALIGUS
BERKALA
Ph BRUTO – 150 RIBU
Masih Berlaku PP 149 Th 2000
Ph BRUTO(>1,32jt s.d.6jt) – PTKP Harian
LAINNYA YG Ph TDK BERKESINAMBUNGAN
Ph Bruto
LAINNYA YG MENERIMA Ph BERKESINAMBUNGAN*)
50% X Ph Bruto (kumulatif)
PESERTA KEGIATAN
SKEMA DASAR PENGENAAN PPh PASAL 21
Ph BRUTO(>6jt) – PTKP
Penerima Penghasilan Tidak Ber NPWP
DIKENAKAN TARIF 20% LEBIH TINGGI
HANYA UNTUK PPH PASAL 21 TIDAK FINAL
DIPOTONG PPh PASAL 21 120% DARI PPh PASAL 21 YANG SEHARUSNYA
DIPOTONG JIKA BER NPWP
BISA DIPERHITUNGKAN DENGAN PPH PASAL 21 BULAN-BULAN BERIKUTNYA
JIKA SUDAH BER NPWP
Kewajiban Pemotong / BENDAHARA
Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada
Penerima Penghasilan
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
◦ dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
◦ diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau pegawai berhenti
Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
◦ Dibuat setiap kali ada pemotongan
◦ Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib
dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21
Setiap Akhir Bulan
Isi Surat Setoran Pajak
NPWP Bendahara, dittd Bendahara Non PNS : 411121 – 100
Honor PNS : 411121 – 402 Lakukan Rekapitulasi,
Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 21
Bayar Ke Bank / Kantor Pos
Sebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya
Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak Sebelum Tgl. 20 Bulan Berikutnya
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 21
Setiap Bulan
Lama
Ada SPT Tahunan,
penghitungan kembali PPh untuk pegawai tetap selama satu tahun kalender dihitung dan dilaporkan di SPT
Tahunan;
Tidak scanable;
Tidak ada kolom untuk SPT Pembetulan;
Baru
Tidak ada SPT Tahunan, penghitungan hutang pajak selama tahun kalender dihitung dan dilaporkan pada masa Desember;
Scanable. Mempermudah pemrosesan data di PPDDP;
Terdapat kolom yang mengakomodasi SPT Pembetulan;
Mengakomodasi peraturan terbaru seperti:
◦ PPh ditanggung Pemerintah;
◦ Penghitungan hutang pajak selama satu tahun kalender di masa Desember.
◦ dsb.
PENGERTIAN SUBJEK PAJAK PENGHITUNGAN TARIF 44
SPT
1 2SPT MASA PPh PASAL 21 DAN ATAU 26
1721 - I
1721 - II
DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 UNTUK PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN BERKALA
DAFTAR PERUBAHAN PEGAWAI TETAP
1721 - T
DAFTAR PEGAWAI TETAP/PENERIMA PENSIUN BERKALA
• WAJIB DILAMPIRKAN PERTAMA KALI OLEH WP BARU SETELAH 1 JULI 2009
• WAJIB DILAMPIRKAN PADA MASA JULI 2009 OLEH WP LAMA
WAJIB DILAMPIRKAN PADA MASA PAJAK DESEMBER.• Tidak perlu menyampaikan formulir 1721-A1/A2 sebagai lampiran dari SPT Masa PPh Pasal 21dan/atau Pasal26, namun
• wajib memberikan bukti pemotongan 1721-A1/A2 kepada Pegawai Tetap atau Penerima Pensiun maupun kepada Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Polri, Pejabat Negara dan Pensiunannya.
DILAMPIRKAN JIKA PEGAWAI TETAP KELUAR/MASUK/BARU MEMILIKI NPWP
1721
Pajak Penghasilan PPh Pasal 22
TATA CARA DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN
KMK154/PMK.03/2010
dan Per-57/PJ/2010
PPH PASAL 22
KLASIFIKASI BELANJA BARANG
s.d. Rp 2 Juta
Di Atas Rp 2 Juta
Tidak Dipungut PPh 22
1,5% x Harga Beli
Sebelum PPN
PPN :
10/110 X Harga Beli
Dipungut PPh Pasal 22
Punya NPWP
3% x Harga Beli
Sebelum PPN
Tidak Punya NPWP
Bukan Obyek PPh Pasal 22
Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b, huruf c dan, huruf d, berkenaan dengan:
1. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda- benda pos.
3. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Pasal 2 ayat (2)
Dinas Cipta Karya pada bulan Januari 2009 melakukan pengadaan ATK dengan nilai Rp.22.000.000,-. Pengadaan dilakukan oleh CV.Anda yang telah mempunyai NPWP dan PKP.
DPP : 100/110 x Rp.22.000.000.- = Rp.20.000.000,-
Dinas Pendidikan pada bulan Februari 2009 melakukan pengadaan Buku Pelajaran Bahasa Indonesia dengan nilai Rp.20.000.000,-. Pengadaan dilakukan oleh CV.Bagus yang telah mempunyai NPWP dan PKP.
PPH PASAL 22
CONTOH PENGHITUNGAN
PPh Pasal 22 yang terutang
1,5% x Rp 20.000.000,- = Rp 300.000,- PPN yang terutang
10% x Rp 20.000.000,- = Rp 2.000.000,-
PPh Pasal 22 yang terutang
1,5% x Rp 20.000.000,- = Rp 300.000,- PPN yang terutang
Dibebaskan berdasarkan PP 38/2003
DPP : 100/100 x Rp.20.000.000.- = Rp.20.000.000,-
Contoh SSP PPh Pasal 22
Tata cara pengisian SSP
1. Pengisian NPWP yang diatas adalah NPWP Rekanan
2. Kode Akun Pajak 411122
3. Kode Jenis Setoran 900
4. Masa pajak dan tahun diisi pada bulan pembayaran
5. Penandatangan adalah bendaharawan karena bendaharawan yang menyetor
6. Disetor ke bank persepsi
7. SSP lembar Ke-1 diberikan kepada rekanan
8. SSP Lembar ke-3 disimpan Bendarawan dan dilampirkan pada saat pelaporan SPT
Pasal 5
Setiap Ada Pembayaran
Isi Surat Setoran Pajak
NPWP atas nama Rekanan, tetapi dittd Bendahara Kode Jenis Setoran : 411122 – 900
Lakukan Rekapitulasi,
Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 22
Bayar Ke Bank / Kantor Pos hari yang sama
Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak Sebelum Tgl. 14 Bulan Berikutnya
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 22
Setiap Bulan
Berikan SSP Lb. 1 Ke Rekanan
Kumpulkan SSP Lb. 3
PPH PASAL 23
KLASIFIKASI BELANJA JASA/SEWA HARTA.
Tidak ada batasan jumlah transaksi Berapun Nilainya
2% x Harga Jasa
Sebelum PPN
Dipungut PPh Pasal 23
Punya NPWP
4% x Harga Jasa
Sebelum PPN
Tidak Punya NPWP
PPN :
10/110 X Harga Jasa
(Diatas Rp.1.000.000,-)
Dinas Cipta Karya pada bulan Januari 2009 melakukan perbaikan AC sebanyak 10 buah dengan nilai kontrak Rp.330.000,- perbuah. Pengerjaan dilakukan oleh CV.Cantik yang telah mempunyai NPWP dan PKP.
DPP : 100/110 x Rp.3.300.000.- = Rp.3.000.000,-
PPH PASAL 23
CONTOH PENGHITUNGAN
PPh Pasal 23 yang terutang
2% x Rp 3.000.000,- = Rp 60.000,- PPN yang terutang
10% x Rp 3.000.000,- = Rp 300.000,-
Setiap Akhir Bulan
Isi Surat Setoran Pajak
NPWP atas nama Bendahara, dittd Bendahara Kode Jenis Setoran : 411124 – 104
KEWAJIBAN ADMINISTRASI
Setiap Bulan
Lakukan Rekapitulasi,
Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 23
Bayar Ke Bank / Kantor Pos
Sebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya
Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak Sebelum Tgl. 20 Bulan Berikutnya
Berikan Bukti Potong PPh 23 Ke Rekanan
PPH PASAL 4 AYAT (2)
KLASIFIKASI BELANJA BERDASARKAN OBJEK.
Hadiah Undian
Sewa Tanah/Bangunan
25% x Nilai Hadiah
Jasa Konstruksi
10% x Harga Sewa
2%,3%,4%,6%
dari Nilai Proyek
60
DASAR HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 2008
Berlaku per 1 Januari 2008Dirubah dengan
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 49 TAHUN 2009
BERLAKU PER 1 AGUSTUS 2008
Penghasilan dari Jasa Konstruksi dan Hadiah Undian
61
SUBJEK PAJAK
USAHA JASA KONSTRUKSI
SUBJEK PAJAK
WP Orang Pribadi WP Badan BUT
YANG BERGERAK DI BIDANG
- JASA PERENCANAAN KONSTRUKSI - JASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
- JASA PENGAWASAN KONSTRUKSI
62
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PPh USAHA JASA KONSTRUKSI
( PP Nomor 51 Tahun 2008 ) IMBALAN JASA
KONSTRUKSI
DARI JUMLAH PEMBAYARAN ATAU JUMLAH PENERIMAAN YG MERUPAKAN BAGIAN NILAI KONTRAK TIDAK TERMASUK PPN
FINAL
YG MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA
MENENGAH ATAU KUALIFIKASI BESAR
JASA
PELAKSANAAN
2% 4% 3% 4% 6%
YG TIDAK MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA
YG MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA KECIL
JASA
PERENCANAAN &
PENGAWASAN
YG TIDAK MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA
YG MEMILIKI KUALIFIKASI
USAHA
63
MEMOTONG PPh PADA SAAT PEMBAYARAN UANG MUKA DAN TERMIJN, DAN MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL ATAU BUKTI POTONG PPh PASAL23
MENYETORKAN PPh YG TELAH DIPOTONG DENGAN MENGGUNAKAN SSP PADA BANK PERSEPSI / KANTOR POS , SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL 10 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PEMBAYARAN IMBALAN
TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh OLEH PEMBERI HASIL
PEMBERI HASIL WAJIB :
MELAPORKAN PEMOTONGAN/PENYETORAN KPD KPP SETEMPAT, SELAMBAT-LAMBATNYA
TGL 20 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PEMBAYARAN IMBALAN
LAPORAN PEMOTONGAN/PENYETORAN PPh ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA
KONSTRUKSI DENGAN DILAMPIRI : - LEMBAR KE-3 SSP;
- LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN DENGAN
Dinas Pariwisata pada bulan Maret 2009 mengikuti pameran wisata di JHCC dengan space seluas 20 m
2dengan harga sewa per m
2sebesar Rp.550.000,-. Gedung dimiliki oleh PT.Dyandra yang telah mempunyai NPWP dan PKP.
DPP : 100/110 x Rp.11.000.000.- = Rp.10.000.000,-
PPH PASAL 4 Ayat (2)
CONTOH PENGHITUNGAN
PPh Pasal 4 Ayat (2) yang terutang
10% x Rp 10.000.000,- = Rp 1.000.000,- PPN yang terutang
10% x Rp 10.000.000,- = Rp 1.000.000,-
Setiap Akhir Bulan
Isi Surat Setoran Pajak
NPWP atas nama Bendahara, dittd Bendahara Kode Jenis Setoran : 411128
KEWAJIBAN ADMINISTRASI
Setiap Bulan
Lakukan Rekapitulasi,
Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 4 (2)
Bayar Ke Bank / Kantor Pos
Sebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya
Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak Sebelum Tgl. 20 Bulan Berikutnya
Berikan Bukti Potong PPh 4 (2) Ke Rekanan
68
Bendahara Pengeluaran setiap SKPD / Satker wajib
membayar PPN sebesar 10% dari jumlah imbalan bruto dengan cara memungut dan menyetorkannya ke kas negara.
Bendahara Pengeluaran
69
a. PPN yg dipungut bendahara negeri wajib disetorkan ke bank persepsi atau kantor pos paling lambat sebelum batas pelaporan SPT Masa PPN PUT.
b. Penyetoran PPN menggunakan SSP, dibuat rangkap 5, atas nama rekanan dan dittd Bendahara (563/KMK-03/2003)
- Lembar Ke-1 untuk PKP rekanan
- Lembar Ke-2 untuk KPP Pratama melalui KPPN
- Lembar Ke-3 untuk PKP rekanan guna dilampirkan pada SPT masa PPN
- Lembar Ke-4 untuk bank persepsi atau kantor pos atau pertinggal untuk KPPN - Lembar Ke-5 untuk arsip bendahara
Tata Cara Penyetoran
a. Rekanan membuat Faktur Pajak 3 rangkap(Arsip Bendahara, PKP Rekanan, Dilapor ke KPP).
b. Pada setiap lembar Faktur Pajak wajib dibubuhi cap “disetor tanggal….” dan dittd Bendahara.
c. Pemungutan PPN dilaporkan di KPP Pratama menggunakan SPT Masa PPN Pemungut (formulir 1107 PUT ) paling lambat akhir bulan berikutnya, dengan dilampiri SSP dan Faktur Pajak lembar ke-3.
d. Apabila dalam satu bulan tidak terdapat pemungutan/penyetoran, laporan tetap dibuat dan diisi Nihil.
Tata Cara Pelaporan
70
DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA
PPN)
BAGI PEMUNGUT PPN
Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Beri tanda X dalam yang sesuai
FORMULIR
1107 PUT
Nama
Pemungut : NPWP : - - - - -
Alamat : Masa : s.d. -
No. Telp : Pembetulan Ke : ……… (………)
Usaha :
A. PPN DAN PPn BM YANG DIPUNGUT OLEH BENDAHARAWAN PEMERINTAH
1 PPN yang dipungut oleh Penerbit SPM melalui KPKN Rp 1
PPn BM yang dipungut oleh Penerbit SPM melalui KPKN Rp Jumlah PPN dan PPn BM yang dipungut oleh Penerbit SPM melalui KPKN
Rp
2 PPN yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran Rp 2
PPn BM yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran Rp Jumlah PPN dan PPn BM yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran
Rp
B. PPN DAN PPn BM YANG DIPUNGUT OLEH SELAIN BENDAHARAWAN PEMERINTAH
PPN yang dipungut Rp 3
PPn BM yang dipungut Rp
Jumlah PPN dan PPn BM yang dipungut Rp
Lampiran :
Surat Kuasa Khusus
SSP 1. PPN
sebanyak
………
Lembar
Rp
………
2. PPn BM sebanyak
………
Lembar
Rp
………
………
Pernyataan
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran- lampirannya adalah benar, lengkap, jelas dan tidak bersyarat
Pemungut
………,………
Kuasa Bendaharawan/Pengurus
Tanda tangan :
Nama Jelas :
Jabatan :
Cap perusahaan :