• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen satu faktor yang menggunakan

pola acak lengkap.

B. Obyek, Waktu dan Tempat Penelitian 1. Obyek Penelitian

Tikus putih (Rattus norvegicvus) sebanyak 20 ekor galur Wistar yang

berjenis kelamin betina, usia 8-10 minggu dengan berat 150-250 gram dan

belum pernah bunting.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 November 2016 uji

pendahuluan. dan pada tanggal 1 Januari 2017 dilakukannya uji definitif .

3. Tempat

a. Pembuatan ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) dilakukan di

Farmasi Biologi UGM Unit II.

b. Pemeliharaan tikus dilakukan di Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium

Biologi FMIPA UNY.

c. Pembuatan preparat histologi organ dilakukan di Laboratorium Patologi

(2)

36

d. Pengamatan preparat histologi jumlah kelenjar endometrium, jumlah

eritrosit dan lekosit dilakukan di Laboratorium Anatomi dan Zoologi

Jurdik BIOLOGI FMIPA UNY.

C. Teknik Penempatan Sample

1. Penempatan sampel uji pendahuluan

Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu metode acak

lengkap. Dengan mengambil tikus dari keranjang secara acak sebanyak 2

tikus dan diletakkan pada kotak/wadah pertama (perlakuan 1) kemudian

diberi tanda yaitu merah dan biru, selanjutnya dilakukan sama untuk wadah

selajutnya hingga wadah ke 4 (sampai perlakuan ke 3 dan kontrol).

Ulagan tikus Wadah Kontrol (0 mg) Wadah Perlakuan 1 (100 mg/tikus/hari) Wadah Perlakuan 2 (200 mg/tikus/hari) Wadah Perlakuan 3 (300 mg/tikus/hari) Ulangan 1

Merah Merah Merah Merah

Ulangan 2

Biru Biru Biru Biru

2. Penentuan dosis uji pendahuluan

Dosis yang akan digunakan yaitu 0, 100, 200, dan 300 mg/tikus/hari.

Uji pendahuluan dilakukan agar diketahui pasti apakah dosis yang ditentukan

tersebut sudah cukup berpengaruh terhadap jumlah kelenjar endometrium,

jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih betina.

(3)

37 10% (ekstrak)

Membuat 50 ml ekstrak cair

10 gram + 40 ml aquadesh = 50 ml ekstrak cair

10.000 mg ekstrak kental = 50 ml ekstrak cair

Berarti :

100 mg = ½ ml ekstrak cair (dalam 100 mg ekstrak kental dilarutkan dengan

aquadesh hingga volume 0,5 ml)

200 mg = 1 ml ekstrak cair (dalam 200 mg ekstrak kental dilarutkan dengan

aquadesh hingga volume 1 ml)

300 mg = 1 ½ ml ekstrak cair (dalam 300 mg ekstrak kental dilarutkan

dengan aquadesh hingga volume 1,5 ml)

D. Variabel Penelitian uji pendahuluan 1. Variabel Bebas uji pendahuluan

Pemberian ekstrak biji pepaya dalam konsentrasi yang bervariasi pada

tiap kelompok perlakuan, kelompok kontrol (tanpa pemberuan ekstrak biji

pepaya), perlakuan 1 (100 mg/tikus/hari), perlakuan 2 (200 mg/tikus/hari),

dan perlakuan 3 (300 mg/tikus/hari).

2. Variabel Tergayut :

Jumlah kelenjar endometrium per satuan lapang pandang pada struktur

penampang melintang uterus dengan perbesaran lensa objektif 10x (dilihat

pada layar monitor), jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus

(4)

38 3. Perlakuan standart :

a. Pakan dan minum untuk tikus selalu tersedia setiap saat

b. Waktu pemberian ekstrak biji pepaya pukul 13:00

c. Jenis tikus galur Wistar

d. Ukuran kandang

E. Hasil Data Uji Pendahuluan

1. Hasil uji pendahuluan Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji pepaya Terhadap Jumlah Kelenjar Endometrium

Dilakukannya uji pendahuluan untuk mengetahui konsentrasi yang

tepat untuk digunakan pada saat uji definitif.

Tabel 1. Rata-Rata Jumlah Kelenjar Endometrium Uterus Tikus Putih Betina per satuan lapang pandang dengan perbesaran lensa objektif 10x (dilihat pada layar monitor) Sesudah Pemberian Ekstrak Biji Pepaya

Uterus Ulangan K P1 P2 P3

Kanan Rata-rata 39,5 23,5 24 27,5

Kiri Rata-rata 29,5 15,5 11 23

2. Hasil Uji Pendahuluan Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pepaya Terhadap Jumlah Eritrosit Dan Lekosit Tikus Putih Betina

Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Eritrosit Dan Lekosit Tikus Putih Betina Sesudah Pemberian Ekstrak Biji Pepaya

Variabel Ulangan

Rata-Rata Jumlah Eritrosit (mm3) dan Lekosit (mm3) Tikus kontrol (0 mg) Perlakuan 1 (100 mg/tikus/hari) Perlakuan 2 (200 mg/tikus/hari) Perlakuan 3 (300 mg/tikus/hari) Eritrosit (/2 ml) 1 (merah ) 5.120.000 5.230.000 9.360.000 4.670.000 2 (biru) 5.150.000 7.450.000 5.910.000 7.880.000 Rerata 5.135.000 6.340.000 7.635.000 6.275.000 Lekosit (/2ml) 1 (merah ) 7.850 5.800 8.700 8.450 2 (biru) 8.900 10.650 11.450 6.750

(5)

39

Hasil data uji pendahuluan dari pengaruh ekstrak biji pepaya terhadap

jumlah kelenjar endometrium, jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih betina

tidak berpengaruh nyata, dengan hasil signifikasi dari uji Kruskal wallis

jumlah kelenjar endometrium sebelah kanan yaitu 0,238 dan jumlah kelenjar

endometrium sebelah kiri yaitu 0,100 angka ini lebih besar dari taraf uji 0,05.

Artinya Ha ditolak. Hasil uji One Way Anova angka signifikasi jumlah

eritrosit yaitu sebesar 0,640 dan lekosit sebesar 0,696 artinya angka ini juga

lebih besar dari pada taraf uji 0,05. maka dilakukannya pertambahan dosis

untuk uji definitif yaitu sebesar 300, 350, dan 400 mg/ 150 BB tikus/hari.

F. Penempatan Sampel uji definitif

Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu metode acak

lengkap. Mengambil tikus dari kerangjang secara acak sebanyak 5 tikus dan

di letakkan pada kotak/wadah pertama (kontrol) kemudian diberi tanda yaitu

(warna merah , hijau, merah-merah, hijau-hijau, merah-hijau), selanjutnya

(6)

40 Ulagan tikus Wadah Kontrol (0 mg) Wadah Perlakuan 1 (100 mg/tikus/hari) Wadah Perlakuan 2 (200 mg/tikus/hari) Wadah Perlakuan 3 (300 mg/tikus/hari) Ulangan 1

Merah Merah Merah Merah

Ulangan 2

Hijau Hijau Hijau Hijau

Ulangan 3

Merah-merah Merah-merah Merah-merah Merah-merah

Ulangan 4

Hijau-hijau Hijau-hijau Hijau-hijau Hijau-hijau

Ulangan 5

Merah-hijau Merah-hijau Merah-hijau Merah-hijau

G. Variabel Penelitian uji definitif 1. Variabel Bebas

Pemberian ekstrak biji pepaya dalam konsentrasi yang bervariasi pada

tiap kelompok perlakuan, kelompok kontrol (tanpa pemberuan ekstrak biji

pepaya), perlakuan 1 (300 mg/tikus/hari), perlakuan 2 (350 mg/tikus/hari),

dan perlakuan 3 (400 mg/tikus/hari).

2. Variabel Tergayut :

Jumlah kelenjar endometrium per satuan lapang pandang pada struktur

penampang melintang uterus dengan perbesaran lensa objektif 10x (dilihat

pada layar monitor), jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus

norvegicvus) betina (1 ml /tikus/hari). 3. Perlakuan Standart :

a. Pakan dan minum untuk tikus selalu tersedia setiap saat

(7)

41 c. Jenis tikus galur Wistar

d. Ukuran kandang

H. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Wistar yang belum

pernah bunting.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 8 ekor tikus untuk uji pendahuluan

pada bulan November 2016, dan 20 ekor untuk uji definitif pada bulan

Januari 2017 tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar betina usia 8-10

minggu dengan berat 150-250 gram dan belum pernah bunting yang diberi

perlakuan ekstrak biji pepaya. Tikus ini didapatkan / dibeli di (LPPT) UGM.

I. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang tikus, tempat

pakan dan minum, alat suntik dan sonde, oven, botol flakon, Timbangan

makro dan mikro, Sarung tangan, kertas label, gunting, gelas benda, cover

glass, mikroskop transmisi, pinset, petri, alat tulis, kuas, bak parafin, cutton

buds, mikroskop, alat bedah, gelas benda, alat pengekstrak, alat-alat pembuatan preparat.

(8)

42 2. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa: alkohol, tikus

putih betina, pakan dan minum tikus, ekstrak biji pepaya, sabun / antiseptik,

aquades, etanol 96%, NaCl, latutan hayem, larutan turk, formalin, methanol,

kloroform, xylol, larutan hematoxylin, larutan eosin, garam fisiologi, gliserin.

J. Prosedur Kerja 1. Tahap Persiapan

a. Menyiapkan tikus putih sebanyak 8 ekor untuk uji pendahuluan dan 20

ekor tikus putih untuk pengambilan data dengan bobot dan umur yang

sama (berat badan rata-rata 150-250 gr dan umur 2 bulan).

b. Menyiapkan kandang tikus sebanyak 4 kandang.

c. Melakukan ektraksi biji pepaya di Farmasi UGM unit II.

d. Menyiapkan ekstrak bij pepaya

2. Pembuatan Ekstrak Biji Pepaya Dengan Teknik Maserasi

Simplisia kering dari biji pepaya dihancurkan, kemudian massa yang

telah halus dimasukkan kedalam maserator dan dituangi dengan etanol 96 %

sampai terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia. Proses maserasi yang

dilakukan dengan cara perendaman dibiarkan selama 24 jam. Cairan hasil

ditampung dan sisa ampas simplisia direndam kembali dengan etanol 96%

dan dibiarkan selama 24 jam. Cairan hasil maserasi ditampung kembali dan

dilakukan meserasi kembali pada sisa simplisia hingga didapat tiga cairan

(9)

43

menggunakan alat evaporator sehingga di dapat ekstrak kental yang terpisah

dari pelarut etanolnya.

3. Aklimatisasi

a. Menyiapkan sekitar 8 ekor untuk uji pendahuluan dan 20 ekor tikus putih

untuk pegambilan data galur Wistar dengan umur sekitar 2 bulan dan berat

±150-250 gram.

b. Menyiapkan 4 kandang tikus, dan mengambil tikus secara acak sehingga

masing-masing kandang terisi 2 ekor tikus untuk uji pendahuluan dan 5

ekor tikus untuk uji definitif.

c. Pemberian pakan dan minum tikus dilakukan 1 hari sekali.

d. Setiap 3 hari sekali dilakukan pergantian alas dengan mengganti serbuk

gergaji lama dengan yang baru.

e. Proses aklimatisasi dilakukan selama 7 hari di Unit Pengelolaan Hewan

Biologi UNY.

4. Penentuan Dosis

Hasil uji pendahuluan dosis tersebut tidak memberikan pengaruh yang

nyata, maka pada uji definitif dilakukannya penambahan dosis sebesar 300,

350, dan 400 mg/tikus/hari. Hasil pelarutan ekstrak biji pepaya sebagai

berikut:

10.000 mg ekstrak kental = 50 ml ekstrak cair Berarti :

300 mg ekstrak kental = 1,5 ml ekstrak cair 350 mg ekstrak kental = 1,75 ml ekstrak cair 400 mg ekstrak kental = 2 ml ekstrak cair

(10)

44 5. Tahap Pelaksanaan

a. Pemberian ekstrak biji pepaya

Ekstrak biji pepaya diberikan secara oral pada tikus perlakuan sesuai

dosisnya masing-masing dan diberikan setiap 1 hari sekali sebelum makan

pada pagi menjelang siang hari selama 21 hari.

b. Pemeliharaan dengan pemberian pakan pellet AD 1 secara rutin.

c. Ulas vagina

dilakukan pada awal sebelum pemberian ekstrak dan setelah selesai

pemeberian ekstrak pada hari ke-22 untuk mengetahui siklus estrusnya. Salah

satu cara untuk mengetahui siklus estrus tikus putih betina dengan cara ulas

vagina, adapun prosedur pembuatan ulas vagina adalah gelas benda

dibersihkan dengan alkohol 70%. Cotton bud dicelupkan ke dalam NaCl

fisiologis, kemudian dimasukkan ke dalam vagina tikus sedalam 1 cm

kemudian diputar secara merata dan perlahan-lahan sehingga diperoleh

jaringan mukosa vagina. Cotton bud yang mengandung mukosa vagina

selanjutnya dioleskan di atas gelas obyek sambil diputar sehingga diperoleh

olesan yang merata. Gelas obyek kemudian dikering anginkan di udara

kemudian difiksasi dengan methanol 70% selama 15 menit. Sediaan dicuci

dengan air mengalir dan dikeringkan pada suhu kamar. Sediaan ulas vagina

kemudian ditetesi dengan cat gymsa selama 5 menit dan dicuci dengan air

mengalir kemudian diamati di bawah mikroskop. Penentuan fase siklus

(11)

45

d. Pengamatan jumlah sel darah merah dan putih

pengambilan sel darah dari tikus tersebut dengan meggunakan pipa

hematokrit, di bagian vena orbitalis sebanyak 1 ml, dan meletakkan di atas hemositometer kemudian meneteskan dengan dengan Hayem untuk mengecek jumlah eritrosit dan meneteskan dengan Turk untuk mengecek jumlah lekosit

tikus putih.

1) Penghitungan Jumlah Eritrosit dan Lekosit

Cara penghitungan jumlah eritrosit dan lekosit dengan cara sampling

sebagai berikut (Nurcahyo, 2003: 31,38).

a) Mengambil darah yang ada dalam mikrotube dengan pipet khusus sampai

tanda 0,5 kemudian membersihkan ujung pipet dengan kertas tissue. Hisap

reagent hayem sampai tanda 101 (jangan sampai ada gelembung udara),

kemudian pipet digoyangkan perlahan sampai homogen.

b) Menyiapkan bilik hitung (haemacytometer).

c) Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut dibuang terlebih

dahulu, lalu meneteskan dalam pipet ke haemacytometer yang telah

diletakkan gelas penutup di atasnya lewat tepi sampai merata.

d) Darah yang sudah ada dalam haemacytometer diamati menggunakan

mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x (dilihat pada layar

monitor).

e) Jumlah sel darah merah yang terhitung dimasukkan dalam rumus sebagai

(12)

46 Keterangan:

Angka 10 berasal dari dalamnya pipet 0,1 mm dijadikan 1 mm (10 kali) Angka 5 berasal dari 1/5 dari 1 mm3 (25 kotak)

Angka 200 berasal dari pengenceran 200 kali (0,5 menjadi 101)

Penghitungan sel darah putih, sama halnya dengan langkah kerja pada

penghitungan sel darah merah. Reagent yang digunakan adalah reagent turk

dan pipet khusus yang digunakan bertanda khusus 11. Perhitungan dilakukan

pada 5 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya dihitung denganrumus:

Keterangan:

Jumah SDP (a)

Jumlah rata-rata kotak (b)

Angka 20 berasal dari pengenceran 0,5 menjadi 11 (20 kali) Angka 10 berasal dari kedalaman parit 0,1 mm (menjadi 1 mm) Angka 4 berasal dari kotakan (mestinya hanya 1 kamar)

e. Melakukan pembedahan dan pembuatan preparat

Pembedahan dan pembuatan preparat organ uterus yang di dalamnya

mencakup kelenjar endometrium, dan pembuatan preparat eritrosit dan

lekosit.

f. Pembuatan preparat histologi.

Pembedahan dilakukan terhadap tikus pada hari ke 22 pada saat fase

estrus kemudian pengambilan organ uterus, kemudian direndam dalam Jumlah SDM = (SDM yang dihitung x 10 x 5 x 200) mm3

(13)

47

formalin 10 %. Pembuatan preparat dilakukan di Fakultas Kedokteran UGM

dengan cara kerja sebagai berikut:

1) Fixation

yang telah dilabeli dimasukkan kedalam fixative, yaitu formalin 10%.

2) Trimming

Triming adalah tahapan yang dilakukan setelah proses fiksasi dengan

melakukan pemotongan tipis jaringan setebal kurang lebih 4 mm.

3) Dehydration (Pengeringan)

Dehidrasi jaringan dimaksudkan untuk mengeluarkan air yang

terkandung dalam jaringan, dengan meggunakan cairan dehidran yaitu

alkohol secara bertingkat dengan waktu yang tertentu yaitu

a) Alkohol 80%, dilakukan 2 jam perendaman

b) Alkohol 96%, dilakukan 2 jam perendaman

c) Alkohol 96%, dilakukan 1 jam perendaman

d) Alkohol absolut, dilakukan 1 jam perendaman

e) Alkohol absolut, dilakukan 1 jam perendaman

f) Alkohol absolut, dilakukan 1 jam perendaman

4) Clearing (Penjernihan)

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan alkohol, agar parafin dapat

masuk ke dalam jaringan. Agen penjernihan adalah Xylol dengan cara

bertahap yaitu :

a) Xylol, dilakukan 1 jam perendaman

(14)

48 c) Xylol, dilakukan 1 jam perendaman

5) Parafination

Proses infiltrasi dilakukan didalam oven (incubactor) dengan

perbandingan xilol : paraffin = 1:1 selama 120 menit pada suhu 600C.

Pemberian paraffin murni dilakukan selanjutnya pada suhu 600C selama 120

menit kemudian dilanjutkan pemberian paraffin murni pada suhu 600C

selama 120 menit.

6) Embeddingi (Penanaman)

Jaringan berada pada parafin kemudian dilekatkan pada balok kayu

ukuran 3x3 cm atau embedding cassette. Fungsi dari balok kayu atau

embedding cassette adalah untuk pemegang pada saat blok dipotong dengan mikrotom.

7) Sectioning (pemotongan menggunakan mikrotom)

a) Blok parafin yang telah berisi jaringan, diiris menggunakan

scalpelsehingga bagian yang akan diiris dengan pisau mikrotom berbentuk segiempat teratur. Preparat diletak ditengah, kira-kira 3-5

mm dari tepinya.

b) Meletakkan blok parafin pada holder kayu.

c) Memasang holder dengan blok paraffin pada rotary mikrotom yang

direkatkan.

d) Menyiapkan tempat coupes atau pita preparat dan kuas kecil untuk

(15)

49

e) Mengatur tebal tipisnya coupes dengan mengatur pada pengaturan di

mikrotom.

f) Memasukkan preparat ke dalam nampan yang berisi air hangat. Hal

tersebut dilakukan agar coupes dapat merentang dan jaringan tidak

melipat.

g) Menempelkan coupes pada gelas benda (pada proses affixing) yang

sebelumnya telah diolesi oleh putih telur atau albumin.

8) Affixing

a) Meletakkan sejumlah coupes (irisan tengah pita preparat) pada kaca

benda yang telah diberi perekat dengan gliserin dan albumin.

b) Memindahkan kaca-kaca gelas benda yang berisi coupes tersebut keatas

hot plate dengan suhu (40-45°C), adanya kelebihan air dihisap dengan menggunakan pipet/kertas saring, dan mengarur letak coupes dengan

parafinnya direntangkan.

9) Pewarnaan menggunakan Hematoxylin-Eosin

a) Mencelupkan kaca benda yang telah ditempeli coupes ke dalam xylol

secara berulang yaitu :

Xylol (I) selama 5 menit Xylol (II) selama 5 menit Xylol (III) selama 5 menit

b) Melakukan dehidrasi berulang yakni:

Alkohol absolut (I) selama 5 menit

(16)

50

c) Mencelupkan coupes kedalam aquadest selama 1 menit

d) Mencelupkan kedalam Harris-Hematoxyilin selama 20 menit

e) Mencelupkan coupes kedalam aquadest selama 1 menit

f) Mencelupkan coupes kedalam acid alkohol sebanyak 2-3 celupan

g) Mencelupkan coupes kedalam aquadest selama 1 menit

h) Mencelupkan coupes kedalam aquadest selama 15 menit

i) Kemudian mencelupkan kedalam Eosin selama 2 menit

j) Melakukan dehidrasi berulang lagi yakni:

Alkohol 96% (I) selama 3 menit

Alkohol 96% (I) selama 3 menit

Alkohol absolut (III) selama 3 menit

Alkohol absolut (IV) selama 3 menit

k) Mecelupkan kedalam Xylol yaitu :

Xylol (IV) selama 5 menit Xylol (V) selama 5 menit l) Memounting dengan permount.

g. Pengamatan struktur histologik

Preparat yang telah dibuat di amati dan dihidung dengan cara

sampling dibawah mikroskop per satuan lapang pandang pada struktur

penampang melintang uterus dengan perbesaran objektif 10x (dilihat pada

layar monitor) dan diamati seluruh lapang pandang preparat histologik

kelenjar endometrium, kemudian dibandingkan antara preparat perlakuan dan

(17)

51 K. Metode Pengumpulan Data

Metode ini dilakukan dengan memberi perlakuan konsentrasi ekstrak

biji pepaya (0, 300, 350, dan 400 mg/tikus/hari) untuk uji definitif, setelah

dilakukannya uji pendahuluan, yang diberikan dengan cara dicekokkan pada

hewan uji coba, untuk melihat jumlah kelenjar endometrium yang ada pada

struktur struktur histologik endometrium tikus putih (Rattus norvegicus)

betina per satuan lapang pandang pada struktur penampang melintang uterus

dengan perbesaran lensa objektif 10x (dilihat pada layar monitor), yang

belum pernah bunting, juga untuk melihat jumlah sel eritrosit dan lekosit

tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang belum pernah bunting. Penelitian

diakhiri setelah hari ke 22, setelah semua tikus telah mengalami fase estrus.

Tikus dimatikan dengan cara dimasukkan ke dalam killing bottle, kemudian

diambil darahnya melalui mata tikus (vena orbitalis) dengan pipa hematokrit

kemudian tikus dibedah dan diambil organ uterusnya untuk dibuat preparat

histologi. Preparat organ uterus, dan preparat eritrosi dan lekosit diamati

menggunakan mikroskop untuk mengetahui akibat pengaruh pemberian

ekstrak biji pepaya terhadap jumlah kelenjar endometrium per satuan lapang

pandang pada struktur penampang melintang uterus dengan perbesaran lensa

objektif 10x (dilihat pada layar monitor), jumlah eritrosit dan lekosit tikus

putih (Rattus norvegicus) betina kemudian dilakukan analisis terhadap hasil

(18)

52 L. Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini merupakan eksperimen satu faktor pola

acak lengkap. Jenis data dari hasil penelitian ini merupakan eksperimen.

M. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif dari hasil pengamatan

dan penghitungan jumlah kelenjar endometrium per satuan lapang pandang

pada struktur penampang melintang uterus dengan perbesaran lensa objektif

10x (dilihat pada layar monitor), jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih yang

telah diberi perlakuan, yaitu pemberian ekstrak biji pepaya. Analisis data

menggunakan program SPSS 16 dengan analisis nonparametrik

Kruskal-Wallis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemeberian ekstrak biji pepaya terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih tikus putih. dan

Data jumlah eritrosit dan lekosit pada tikus putih dianalisis menggunakan

analisis kontrol One Way Anova dengan taraf signifikan p<0,05. Analisis

tersebut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ekstrak biji

pepaya terhadap jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih betina. Apabila hasil

berpengaruh yang nyata, dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range

Test (DMRT) untuk membandingkan antara kelompok kontrol dengan masing-masing perlakuan, bila tidak maka tidak dilanjutkan uji Duncan’s

Gambar

Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Eritrosit Dan Lekosit Tikus Putih Betina Sesudah  Pemberian Ekstrak Biji Pepaya

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa penetapan kadar kafein dalam minuman teh instan secara spektrofotometri derivatif dengan metode peak-to-peak memiliki akurasi

Ketidakhadiran Calon Penyedia untuk Proses Pembuktian Kualifikasi tanpa didasari alasan yang benar, dapat menyebabkan gugurnya penawaran Calon Penyedia dalam proses

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (i) pengaruh laju alir terhadap respon elektroda selektif ion sianida (CN - ) dan timbal (Pb 2+ ) dalam mendeteksi ion sianida dan

[r]

Saya senang apabila lembar materi dan tugas lebih banyak daripada dari video pelajaran berbahasa Inggris supaya saya dapat mengerjakannya di luar kelas atau di rumah. Sangat

Dari hasil uji analisis dengan Wilcoxon didapatkan nilai z = -1,6 dengan nilai p = 0.1 (&gt;0.05) sehingga penurunan gejala depresi pada lanjut usia dengan terapi meditasi

7) Pengesahan fotokopi ijazah/STTB, syahadah dari satuan pendidikan yang terakreditasi, sertifikat, dan surat keterangan lain yang menerangkan kelulusan dari satuan

Kolaka Tahun Anggaran 2016 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada Paket tersebut diatas sebagai berikut :.. Nama Penyedia