• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR INPRES BANGKOWA KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR INPRES BANGKOWA KABUPATEN GOWA"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh SRIWAHYUNI

105311103516

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019/2020

(2)
(3)
(4)
(5)

vi

Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, jika itu hanya dipikirkan.

Sebuah cita- cita juga adalah beban, jika itu hanya angan-angan.

Sesuatu akan menjadi kebanggaan, jika sesuatu itu dikerjakan, dan bukan

hanya dipikirkan.

Sebuah cita-cita akan menjadi kesuksesan,

jika kita awali dengan bekerja untuk mencapainya.

Bukan hanya menjadi impian semata.

Kupersembahkan karya sederhana ini, untuk ayah dan ibu tercinta,

sosok pertama dari tujuan hidupku yang selalu membangkitkan dalam

keterpurukanku, yang selalu memanjatkan doa untuk ku dalam setiap

sujudnya. Terima kasih untuk semuanya.

Terima kasih kepada saudara(i) ku yang telah sama-sama

Berjuang untuk mencapai semuanya dan kita buktikan bahwa

kita adalah orang-orang yang layak dihadapan mereka.

Dan tak lupa ucapan terima kasih banyak kepada sahabat- sahabat yang

telah sama-sama berjuang, merasakan susah dan bahagianya

(6)

vii

Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SD Inpres Bangkowa Kab. Gowa. Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang dibimbing oleh bapak H. Nurdin dan bapak Firdaus.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD Inpres Bangkowa Kab. Gowa. Responden adalah kepala sekolah dan guru Sekolah Dasar Inpres Bangkowa Kab. Gowa sebanyak 8 orang. Teknik analisis data dilakukan dengan menghitung presentase per item, per indikator dan uji statistic.

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan interprestasi data terhadap angka indeks korelasi , melalui interpretasi dengan cara sederhana atau secara kasar terhadap rxy, ternyata angka korelasi antara variabel X dan Y tidak bertanda negatif, berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Dengan memperhatikan besarnya rxy ( yaitu = 0,172 ), yang berkisar antara 0,000 – 2,000 berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y termasuk kolerasi sangat rendah. Berdasarkan pengujian hipotesa ternyata nilai thit (0,172) lebih besar dari ttab dengan nilai (1.943). Karena ttabel lebih besar dari thitung maka hipotesa alternatif (Ha) ditolak dan hipotesa nihil (Ho) ditolak. Adapun pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 29,5%.

(7)

viii

Segala puji dan syukur patutlah dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SD Inpres Bangkowa Kabupaten Gowa”. Sholawat serta salam juga semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW kepada sahabat keluarga, serta ummat yang istiqomah berada di jalan-Nya.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Strata-1 Program Studi Teknologi Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini hambatan dan kesulitan selalu penulis temui, namun hanya atas izin-Nya serta bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

Kepada Ayahanda Syamsuddin Sikki dan Ibundah Jumasari atas segala didikan dan pengorbanan serta doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu sejak kecil sampai saat ini. Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis menjadi kebaikan dan penerang kehidupan didunia lebih-lebih di akhirat Aamiin.

(8)

ix

Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menyediakan sarana dan prasarana perkuliahan.

Bapak Dr. Muhammad Nawir, M. Pd. Selaku ketua Jurusan Teknologi Pendidikan.

Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd. Pembimbing I dan Bapak Firdaus, S.Pd.,

M.Pd. Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran serta

kesabaran dalam membimbing penulis mulai dari persiapan penelitian hingga akhir penulisan.

Rekan–rekan Mahasiswa yang telah bersama-sama berjuang dan membantu dalam menyelesaikan skripsil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang dapat menyempurnakan propsal ini sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Teknologi Pendidikan.

Makassar, 19 November 2020

(9)

x HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGESAHAN……… PERSETUJUAN PEMBIMBING... SURAT PERNYATAAN... SURAT PERJANJIAN...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...

ABSTRAK... i ii iii iv v vi vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... X DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS... 9

A. Kajian Pustaka... 9

1. Penelitian relevan... 9

(10)

xi

C. Hipotesis ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Jenis Penelitian... 50

B. Variabel Penelitian ... 50

C. Desain Penelitian... 51

D. Populasi dan Sampel ... 51

E. Definisi Operasional Variabel ... 53

F. Teknik Pengumpulan Data ... 53

G. Teknik Analisa Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 57

A. Analisis Korelasi ... 57

B. Uji Hipotesis ... 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……… 61

A. Simpulan………... 61

B. Saran……….. 61

(11)

xii No Tabel Hal 3.1 Populasi ... 51 3.2 Sampel . ... 52 3.3 Interprestasi rxy ... 55 4.1 Skor Responden ... 57

(12)

xiii

(13)

xiv Riwayat hidup ... 66 Angke penelitian ... 67 Daftar t tabel ... 73 Nilai angket ... 74 Dokumentasi ... 75 Surat penelitian ... 78

(14)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu institusi yang berperan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM). Sejalan dengan perkembangan zaman, tantangan yang dihadapi sistem pendidikan semakin meningkat baik kualitas, kuantitas maupun relevansinya. Perkembangan masyarakat yang diikuti dengan perkembangan kebutuhannya memunculkan jenis-jenis dan bentuk-bentuk pekerjaan baru yang memerlukan penyesuaian spesifikasi kemampuan dan persyaratan dari tenaga kerjanya. Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses transformasi nilai-nilai budaya sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Sekolah sebagai suatu organisasi yang dirancang untuk dapat memberikan sumbangan atau kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan bagi masyarakat. (sumber bacaan dari internet).

Dengan dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah, maka upaya peningkatan kualitas sekolah perlu ditata, dikelola, diatur dan diberdayakan agar sekolah mampu menghasilkan keluaran (output) yang mampu bersaing dalam dunia pendidikan. Tentunya pengelolaan sekolah yang dimaksud adalah berkaitan dengan manajemen sekolah dalam menghasilkan keluaran atau lulusan yang lebih baik dan berkualitas dalam meningkatkan mutu pendidikan

(15)

sebagai tenaga pengajar yang profesional guru harus mampu menunjukkan kompetensinya dalam bidang pengetahuan , keterampilan, menguasai komponen komponen pembelajaran, seperti menguasai kurikulum, materi dan bahan pembelajaran, tekhnik evaluasi serta strategi pembelajaran dalam berbagai learning style dan komitmen terhadap tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Dalam pengembangannya untuk melaksanakan tugas tersebut guru dituntut selalu memiliki dedikasi dan disiplin tinggi agar dalam prosesnya berjalan secara sinergis dengan tujuan pembelajaran.

Dalam mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dibutuhkan sekolah yang kondusif, dan yang mencerminkan keharmonisan antara Kepala Sekolah dan guru, tenaga administrasi, siswa dan masyarakat. Oleh sebab itu sangat diperlukan peran Kepala Sekolah demi tercapainya tujuan sekolah dan tujuan individu yang ada dalam lingkungan sekolah. Dalam hal ini Kepala Sekolah harus dapat memahami dan menguasai

Peranan organisasi dan dapat menciptakan hubungan kerja sama antara individu dalam organisasi sekolah. Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala Sekolah harus memiliki Visi dan Misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus-menerus memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan kepada peserta didik, orangtua peserta didik, guru, karyawan, pemerintah dan masyarakat. Sejalan degan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepemimpinan Kepala

(16)

Sekolah yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efesien, maka setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam kerangkah inilah dirasakan perlunya peningkatan manajemen kepala sekolah secara profesional untuk mensukseskan program pemerintah.Peran aktif seorang Kepala Sekolah sangat menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah. Sebagai pemimpin sekolah, Kepala Sekolah mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan semangat kerja yang harmonis dalam mengembangkan dunia pendidikan. Disamping itu kualitas profesionalisme guru dan kualitas siswa atau sekolah secara umum banyak ditentukan oleh kualitas pemimpin sekolah (Kepala Sekolah). Dengan demikian nampaklah bahwa efektifitas kepemimpinan Kepala Sekolah akan menentukan baik-buruknya kinerja guru. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan budaya kerja guru yang akan berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru untuk mencapai pendidikan di sekolah.

Guru memiliki peran yang sangat besar dalam pendidikan, dipundaknya dibebani suatu tanggungjawab atas mutu pendidikan. Maka dari itu guru harus mengembangkan dirinya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Sekolah sekarang sudah dihadapkan pada persaingan dan teknologi yang tidak berskala nasional akan tetapi sudah internasional, baik sekolah negeri maupun swasta. Maka dari itu profesionalitas seorang guru harus diikuti oleh motivasi dan pengalaman kerja

(17)

guru dalam mengembangkan kurikulum disekolah akan berguna , apabila guru mempunyai keinginan, bertanggung jawab, minat, penghargaan dan meningkatkan dirinya dalam melaksanakan tugas kegiatan mengajar. Demikian halnya dengan kinerja guru ditentukan oleh tingkat sejauh mana profesionalisme guru, pengalaman dan lingkungan kerjanya.

Guru juga dapat dikatakan sebagai ujung tombak utama keberhasilan pendidikan. Dalam proses pendidikan guru menempati posisi yang strategis dan peranan kunci dalam kegiatan proses belajar mengajar, artinya guru sebagai fasilitator atau informasi yang diperlukan siswa dengan memiliki sikap mental dan intelektualyang baik. Oleh karena itu, kualitas guru sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya dan tujuan sekolah pada khususnya. Namun untuk mendapatkan guru yang berkualitas dan profesional, maka Kepala Sekolah harus dapat melakukan pembinaan terhadap guru yang nantinya akan bermuara pada anak didik/outputyang berkualitas. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga dapat dipastikan bahwa di sekolah tidak akan ada perubahan atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan kualitas guru. Hal ini berarti, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan bergantung pada kondisi mutu guru. Mengingat pentingnya peranan guru, maka kinerja guru harus selalu di kontrol dan ditingkatkan.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: pendidikan nasional bertujuan untuk

(18)

mengembangkan kemanpuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Guru merupakan tenaga kependidikan yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, melatih, serta mengarahkan peserta didik agar memiliki kesiapan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat dengan bangsa lain. Kinerja guru yang diharapkan dan mendongkrak kualitas dan relevansi pendidikan, dalam implementasinya di lapangan tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya dan saling berkaitan, misalnya faktor kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja. Dalam rangka menciptakan guru profesional yang berkinerja tinggi pada setiap lembaga pendidikan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8tentang menjadi pendidik profesional tersebut ditegaskan, ”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Dalam hal ini guru yang melaksanakan pekerjaan pada lembaga pendidikan wajib memiliki kualifikasi tersebut yang menjamin keahlian, kemahiran atau kecakapannya sebagai pendidik profesional. Kriteria-kriteria wajib tersebut merupakan standar mutu yang harus dipenuhi oleh guru. Profesionalitas guru yang memenuhi standar tersebut merupakan pendukung terciptanya kualitas seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya.

(19)

Berdasarkan hasil observasi yang telah saya lakukan pada Tanggal 11 November 2019 di Sd Inpres Bangkowa, kenyataan di lapangan kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah belum sesuai dengan hal yang diharapkan. Hal tersebut dapat terlihat dari kebiasaan yang dilakukan oleh kepala sekolah ketika melakukan monitoring hanya sekedar keliling kelas saja tanpa mencoba untuk memastikan kondisi kelas tersebut. Kemudian kepala sekolah kurang cepat tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi guru maupun siswa sehingga terkesan kepala sekolah tersebut kurang bijaksana dalam pengambilan keputusan. Dalam kaitannya dengan peranan kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja guru, perlu dipahami bahwa setiap pemimpin bertanggung jawab mengarahkan guru beserta siswa untuk hal yang baik.

Begitu pun dengan Kinerja guru di SD Inpres Bangkowa masih kurang optimal dalam menjalankan kewajibannya sebagai tenaga pendidik, hal ini dapat dilihat dari guru yang jarang hadir ke sekolah, guru kurang mengontrol siswa dalam belajar. Namun demikian, kinerja guru juga disangkutpautkan dengan kepemimpinan kepala sekolah, komunikasi antar sesama guru dan kepala sekolah dapat dikatakan kurang berjalan dengan baik, kepala sekolah kurang memberikan motivasi yang penuh terhadap guru sehingga terkadang guru masih enggan untuk mengembangkan tingkat profesionalitasnya. Melihat hal tersebut, harapan saya setelah melakukan penelitian ini, semoga kinerja guru maupun kepemimpinan kepala sekolah di SD Inpres Bangkowa semoga membawa perubahan ke yang lebih baik lagi.

(20)

Perilaku pemimpin akan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, nilai-nilai dan pengalamannya. Perilaku pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin mampu mempengaruhi orang lain (kelompok/bawahan), pemimpin mampu mengarahkan atau memotivasi tingkah laku bawahan, dan adanya unsur kerja sama antara pemimpin dan bawahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga guru bisa melaksanakan tugas sebagaimana mestinya dengan adanya pengaruh kepemimpinan yang baik. Pendekatan perilaku mencoba untuk menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan para pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Namun, ada pula perilaku pemimpin yang dapat menghambat dalam mempengaruhi kinerja guru seperti komunikasi yang kurang baik, tidak terbuka dalam menerima kritik dan saran dari guru, gagal memberikan motivasi terhadap guru dan tidak mampu menangani masalah.

Hal inilah yang menjadi latar belakang penelitian tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian ini mengambil judul : “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SD Inpres Bangkowa Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka rumusan dalam penelitian ini adalah :

Apakah ada hubungan Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SD Inpres Bangkowa Kabupaten Gowa?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian untuk mengetahui “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SD Inpres Bangkowa Kabupaten Gowa”.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi dan para praktisi pendidikan.

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selain studi di perguruan tinggi.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan fasilitas kerja terhadap kinerja guru. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan dalam kepemimpinan kepala sekolah

b. Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi motivasi dan kreativitas guru untuk meningkatkan kemampuan dalam mengajar. c. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis,

memberikan informasi tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.

(22)

9 A. Kajian Pustaka

1. Penelitian Relevan

Skripsi yang ditulis oleh Hasriani tahun 2010, dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Di Madrasah Aliyah Negeri Baraka Kabupaten Enrekang. Dimana sikap kepala sekolah perhatian terhadap guru dan pegawai di sekolah, sebagaimana yang dikatakan oleh kepala sekolahnya bahwa semakin besar perhatian kepada guru semakin termotivasi pula mereka untuk bekerja, kepala sekolah menciptakan suasana kerja sama yang baik kepada guru bahwa dinilai masuk pada kategori baik. Sedangkan kinerja guru, dimana sikap guru terhadap peserta didik dengan memberikan contoh baik dengan persentase 63,80%, serta guru mempertimbangkan antara metode dan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan hasil bahwa guru sering mempertimbangkan antara metode dan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Kesimpulannya bahwa upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam mengefektifkan kinerja guru yakni dengan mengikut sertakan para guru dalam sebuah seminar, penataran, lokakarya serta pelatihan-pelatihan pendidikan lainnya serta membimbing, mengarahkan dan membantu guru seperti memberi contoh model pembelajaran dan bimbingan konseling yang baik untuk meningkatakan kinerja guru

(23)

.

Skripsi yang ditulis oleh Pahmuddin tahun 2011 dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah Terhadap Kinerja Guru Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Makassar. Dimana kepala sekolah menjelaskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh guru ditandai bahwa pengaruh perhatian kepala sekolah terhadap kualitas hasil mengajar guru cukup besar, salah satunya dengan memberikan penjelasan terhadap tugas-tugas guru, kepala madrasah memperhatikan kondisi dan konflik-konflik yang terjadi pada anggota kelompok baru. Sedangkan kinerja guru, guru memilih dan menentukan metode atau strategi yang dipakai dalam mengajar ditandai bahwa guru MAN 2 Model Makassar memilih dan menentukan metode atau strategi yang dipakai dalam mengajar serta guru mengikuti perkembangan IPTEK yang mendukung kinerjanya di sekolah yang ditandai bahwa guru MAN 2 Model Makassar sering mengikuti perkembangan IPTEK yang mendukung kinerjanya di sekolah. Kesimpulan bahwasanya terdapat kolerasi yang positif sebesar 0,23 antara kepemimpinan kepala sekolah dengan guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Makassar.

Berdasarkan hasil penelitian di atas telah menunjukkan hasil penelitian yang baik terhadap pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. Hasil yang positif dari kedua penelitian tersebut menjadi data pendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

(24)

manajemen pendidikan, ada beberapa faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi kepemimpinan kepala sekolah meliputi : 1) Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pimpinan hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalaman akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan . Sebagai contoh, jika ia pernah sukses dengan cara menghargai bawahan dalam pemenuhan kebutuhannya, cenderung akan menerapkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada bawahan/orang. 2). Penghargaan dan perilaku atasan, sebagai contoh atasan yang secara jelas memakai gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung manajer menggunakan gaya itu. 3). Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan, mempengaruhi terhadap gaya kepemimpinan manajer. Sebagai contoh, karyawan yang mempunyai kemampuan tinggi biasanya akan kurang memerlukan pendekatan yang direktif dari pemimpin. 4). Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin, sebagai contoh bawahan yang bekerja pada bagian pengolahan data (Litbang) menyukai pengarahan yang lebih berorientasi pada tugas. 5). Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan. Sebagai contoh, kebijakan dalam pemberian penghargaan, imbalan dengan skala gaji yang ditunjang dengan insentif lain (dana pensiun, bonus, cuti akan mempengaruhi motivasi kerja bawahan. 6). Harapan dan perilaku rekan, sebagai contoh manajer membentuk persahabatan dengan rekan-rekan dalam organisasi. Sikap mereka ada yang merusak reputasi, tidak mau kooperatif, berlomba merebutkan

(25)

sumber daya, sehingga mempengaruhi perilaku rekan-rekannya.

Dari beberapa faktor penghambat diatas, maka ada pula faktor pendukung dalam kepemimpinan kepala sekolah, yaitu : 1). Mempengaruhi dan Menggerakkan Bawahan, Untuk mempengaruhi dan menggerakkan secara perorangan maupun secara kelompok, seorang pemimpin harus mempunyai pengaruh yang cukup. Untuk dapat mengggerakkan bawahan, seorang pemimpin harus dapat melakukan koordinasi yaitu menghubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan hubungan antara orang-orang, pekerjaan- pekerjaan, dan satuan-satuan organisasi yang satu dengan yang lain, sehingga semuanya berjalan harmonis. 2). Memilih dan Mengembangkan Personel, Memilih dan menempatkan pegawai tidak sekedar menempatkan saja, melainkan harus mencocokkan dan membandingkan kualifikasi yang dimiliki pegawai dengan kebutuhan dan persyaratan dari jabatan atau pekerjaan. Penempatan pegawai yang tepat akan memberikan dampak positif bagi organisasi. Selain itu tugas pemimpin adalah mengenbangkan pegawai. Pemimpin dalam hal ini harus berupaya untuk memperbaiki pengetahuan, ketrampilan dan sikap pekerjaan terhadap tugas-tugasnya. 3). Mengadakan Komunikasi, Pemimpin dapat melaksanakan kepemimpinannya dengan efektif bila melakukan komunikasi dengan efektif, karena jika komunikasi efektif, pelaksanaan tugas-tugas yang dilimpahkan kepada para bawahan akan dikerjakan dengan baik, sebab mereka mengerti apa yang diperintahkan. 4). Membuat Keputusan, Proses pengambilan keputusan

(26)

pada dasarnya merupakan penetapan suatu alternatif pemecahan masalah yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada. Karena pengambilan keputusan merupakan pekerjaan yang selalu dilakukan oleh seorang pemimpin, seorang pemimpin sering menghadapi berbagai masalah karenanya ia harus mengambil tindakan yang tepat. 5). Melakukan Pengawasan, Peran pemimpin dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sangat berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup organisasi. Fungsi pemimpin dalam pengawasan adalah bertanggung jawab untuk menyakinkan bawahan, bahwa aktifitas organisasi sesuai dengan rencana-rencana yang telah dibuat dari tujuan organisasi. 6). Memberikan Motivasi, Sebagaimana pendapat Arifin, dkk menjelaskan, bahwa: Motivasi diperlukan untuk mengamati dan memahami tingkah laku individu, mencari dan menentukan sebab-sebab tingkah laku individu, dan memperhitungkan, mengawasi dan mengubah serta mengarahkan tingkah laku individu.

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah

a. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan, kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin, itulah yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Dengan kata lain pemimpin tidak akan

(27)

terbentuk apabila tidak ada bawahan. Kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang memimpin. Jadi, seorang pemimpin wajib memiliki kemampuan untuk memengaruhi atau memandu sekelompok orang/pihak. Kepemimpinan secara umum adalah sebuah kemampuan yang terdapat di dalam diri seseorang untuk bisa memengaruhi orang lain atau memandu pihak tertentu untuk mencapai tujuan.

K. Permadi (1986:132) “Mendefinisikan bahwa”, Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan atau kelompok.Soekarto J.F. Tahalele “mendefinisikan bahwa”, Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu, tujuan tersebut tujuan bersama.

Basri dalam bukunya (2014:13) “Mengemukakan bahwa” , Kepemimpinan merupakan sifat pemimpin, artinya unsur-unsur yang terdapat pada seseorang pemimpin dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta merealisasikan visi dan misinya dalam meminpin bawahan, masyarakat dalam suatu lingkungan sosial, organisasi, atau Negara”.

Thoha (1983:123). “Mengemukakan bahwa”Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu

(28)

kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Ngalim Purwanto, (1991:26). “Menyatakan bahwa”, Kepemimpinan adalah sifat-sifat kepribadian, termasuk kewibawaan yang merupakan sarana untuk meyakinkan bawahannya agar bersedia melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan suka rela, dan dilaksanakan sebaik-baiknya.

b. Kepala Sekolah

Secara etimologi, kepala sekolah merupakan padanan dari school principal yang bertugas menjalankan principalship atau kekepalasekolahan. Istilah kekepalasekolahan, artinya segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Selain sebutan kepala sekolah, ada juga sebutan lain, yaitu administrasi sekolah (school administrator), pimpinan kepala sekolah (school leader), manajer sekolah (school manajer), dan sebagainya. Kepala sekolah berasal dari dua kata, yaitu “kepala” dan “sekolah”. Kata “kepala” dapat diartikan ketua atau pemimpin organisasi atau lembaga. Sementara “sekolah” berarti lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi, secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83) “mengartikan bahwa”, Kepala sekolah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin sekolah tempat diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran

(29)

dan siswa yang menerima pelajaran. Sementara Rahman, dkk. (2006:106) “mengungkapkan bahwa”, Kepala sekolah adalah seorang guru ( jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) disekolah”.

Pemimpin harus mempunyai sifat yang baik yang dapat dijadikan contoh dalam lingkungan sekolah. Salah satunya ialah Kepala Sekolah harus rendah hati, percaya diri, dan ahli dalam menjalankan jabatannya menurut Wahjosumidjo (2005: 83) “mendefinisikan”, Kepala Sekolah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid sebagai penerima pelajaran”.

Dari definisi tersebut di atas, secara sederhana pengertian Kepala Sekolah adalah Seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Dengan ini Kepala Sekolah dapat disebut sebagai pemimpin di satuan pendidikan yang tugasnya menjalankan menajemen satuan pendidikan yang dipimpinnya.

Dalam buku “Konsep Dasar Profesi Keguruan”, Kepala sekolah merupakan seorang manajer disekolah. Ia harus bertanggung

(30)

jawab tentang perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran disekolah.

Dalam organisasi pendidikan yang menjadi pemimpin pendidikan adalah kepala sekolah. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah memiliki sejumlah tugas dan tanggung jawab yang cukup berat. Untuk bisa menjalankan fungsinya secara optimal, kepala sekolah perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.

c. Prinsip-prinsip kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dinyatakan, prinsip adalah asas kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya. Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Dari definisi prinsip di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa prinsip adalah sesuatu yang sudah menjadi dasar pedoman yang dianggap benar untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Dalam buku Cuandi (2003: 23) “menyatakan

bahwa”prinsip- prinsip kepemimpinan Kepala Sekolah secara umum yaitu:

(31)

1. Konstruktif, artinya kepala sekolah harus mendorong dan membina setiap guru untuk berkembang secara optimal.

2. Kreatif, artinya kepala sekolah harus selalu mencari gagasan dan cara baru dalam melaksanakan tugasnya.

3. Partisipatif, artinya mendorong ketertiban semua pihak yang terkait dalam setiap kegiatan disekolah.

4. Kooperatif, artinya mementingkan kerja sama dengan guru dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan.

5. Delegatif, artinya berupaya mendegelasikan tugas kepala sekolah sesuai dengan deskripsi tugas / jabatan serta kemampuan mereka. 6. Integratif, artinya selalu mengintegrasikan semua kegiatan,

sehingga dihasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah.

7. Rasional dan objektif, artinya dalam melaksanakan tugas atau bertindak selalu berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif. 8. Pragmatis, artinya dalam menetapkan kebijakan suatu target, kepala

sekolah harus berdasarkan kepada kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki sekolah.

9. Keteladanan, artinya dalam memimpin sekolah, kepala sekolah dapat menjadi contoh yang baik.

10. Adatabel dan fleksibel, artinya kepala sekolah harus dapat beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru dan juga menciptakan situasi kerja yang memudahkan guru untuk beradaptasi.

(32)

d. Sifat-sifat kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam buku Sudirman (2005:19) “menyatakan bahwa”, prinsip- prinsip kepemimpinan kepala sekolah secara umum” :

1) Adil, adalah sifat pemimpin yang tidak menganakemaskan dan tidak menganaktirikan yang salah dibina dan yang benar diberi penghargaan.

2) Jujur, adalah sifat yang tidak menyalahgunakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab. Bekerja dengan jujur menghindari dari perbuatan dan tindakan tercela.

3) Sabar, adalah sifat-sifat yang baik hati, tenang, tepat tidak terburu- buru melakukan suatu pekerjaan bila belum jelas asal usul dan tujuan serta dasar hukumnya.

4) Ulet, adalah sifat yang tidak kenal menyerah dalam mencapai cita- cita atau rencana kerjanya.

5) Berinisiatif, adalah sifat yang kaya dengan kreasi yang selalu mencari dan menguji metode-metode baru dalam melaksanakan tugasnya.

6) Percaya diri, sifat percaya pada kemampuan sendiri karena wawasan yang luas tentang tugas, wewenang, dan tanggungjawab. 7) Loyal, dalam arti adanya keselarasan antara pelaksanaan dengan

ketentuan dan kebijaksanaan yang berlaku sehigga dapat menjamin kesatuan bahasa dan kesamaan tindak.

(33)

tarik dan wibawa yang tinggi dengan selalu memupuk ilmu dan berperilaku yang baik.

e. Peran Kepala Sekolah

Kepala sekolah mempunyai dua peran utama, pertama sebagai pemimpin institusi bagi para guru dan kedua memberikan pimpinan dalam manajemen. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006) terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) edukator ( pendidik ); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyedia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan;

1) Kepala sekolah sebagai edukator (pendidik)

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum disekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

2) Kepala sekolah sebagai manajer

(34)

dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, fisik yang dilaksanakan disekolah, - seperti : MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya-, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan diluar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

3) Kepala sekolah sebagai administrator

Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. 4) Kepala sekolah sebagai supervisor

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan

(35)

kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran –tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

5) Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)

Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai berikut : (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggungjawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa, 2003).

(36)

6) Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip- prinsip sebagai berikut: (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlulan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan. Kepala sekolah sebagai wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pemabaharuan, keunggulan koperatif serta memanfaatkan sebagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses

(37)

pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.

f. Tipe-tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah

Keating (1986: 142) “mendefinisikan bahwa”, Kepemimpinan adalah upaya menggerakkan dan memotivasi orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan, seorang pemimpin melakukan dalam beberapa cara”. Cara yang ia lakukan merupakan pencerminan sikap serta gambaran tentang tipe (bentuk) kepemimpinan yang dijalankannya. Nasir. M (2003:87) “Mengemukakan bahwa”Adapun gaya atau tipe kepemimpinan menurut yang pokok atau juga disebut ekstrim ada tiga tipe atau bentuk kepemimpinan yaitu:

1. Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakan dan memaksa kelompok. Apa yang diperintahnya harus dilakukan secara utuh, ia bertindak sebagai penguasa dan tidak dapat dibantah sehingga orang lain harus tunduk kepada kekuasaannya. Ia menggunakan ancaman dan hukuman untuk menegakkan kepemimpinannya. Kepemimpinan otoriter hanya akan menyebabkan ketidakpuasan dikalangan guru. 2. Kepemimpinan Laissez Faire

Bentuk kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari kepemimpinan otoriter. Yang mana kepemimpinan laissez faire

(38)

menitik beratkan kepada kebebasan bawahan untuk melakukan tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Pemimpin laissez faire banyak memberikan kebebasan kepada personil untuk menentukan sendiri kebijaksanaan dalam melaksanakan tugas, tidak ada pengawasan dan sedikit sekali memberikan pengarahan kepada personilnya.

Kepemimpinan laissez faire tidak dapat diterapkan secara resmi di lembaga pendidikan, kepemimpinan laissez faire dapat mengakibatkan kegiatan yang dilakukan tidak terarah, perwujudan kerja simpang siur, wewenang dan tanggungjawab tidak jelas, yang akhirnya apa yang menjadi tujuan pendidikan tidak tercapai.

3. Kepemimpinan Demokratis

Bentuk kepemimpinan demokratis menempatkan manusia atau personilnya sebagai faktor utama dan terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin atau bawahannya diwujudkan dalam bentuk human relationship atas dasar prinsip saling harga-menghargai dan hormat-menghormati. Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin demokratis mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya, juga kritik-kritik yang membangun dari anggota diterimanya sebagai umpan balik atau dijadikan bahan pertimbangan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya. Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, terarah yang

(39)

berusaha memanfaatkan suatu personil untuk kemajuan dan perkembangan organisasi pendidikan.

Sedangkan Blanchard (1992)” mengemukakan bahwa”, ada empat gaya kepemimpinan dasar yaitu Gaya Directing (mengarahkan) di sini pemimpin lebih banyak memberikan petunjuk yang spesifik dan mengawasi secara ketat penyelesaian tugas. Pola kepemimpinan seperti ini cocok untuk diterapkan pada bawahan yang kinerjanya rendah namun punya komitmen cukup baik, Gaya Coaching (melatih) di sini pemimpin menggunakan directive dan supportive secukupnya. Artinya, pengarahan dan pengawasan tetap dilakukan secara ketat oleh pemimpin, namun disertai dengan penjelasan keputusan, permintaan saran dari bawahan, dan dukungan akan kemajuan. Pola kepemimpinan seperti ini cocok untuk diterapkan pada bawahan punya kinerja yang cukup dan punya komitmen tinggi, Gaya Supporting (mendukung) di sini supportive lebih banyak diberikan daripada directive, khususnya untuk bawahan yang komitmennya kurang baik. Pemimpin dengan gaya ini lebih banyak memberikan fasilitas dan mendukung usaha bawahan ke arah penyelesaian tugas-tugas mereka.

g. Fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses menggerakan, mempengaruhi, memberikan motivasi dan mengarahkan orang-orang di lembaga

(40)

pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk mewujudkan tugas tersebut seorang pemimpin harus mampu bekerja sama dengan orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus tahu fungsi dan perannya sebagai pemimpin. Adapun fungsi kepemimpinan pendidikan Soekarto Indrafachrudi (1993:33) adalah pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a. Fungsi yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai

1) Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan supaya anggota dapat bekerja sama mencapai tujuan itu.

2) Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik.

3) Pemimpin berfungsi membantu anggota kelompok dalam memberikan keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang sehat.

4) Pemimpin berfungsi menggunakan kesempatan dan minat khusus anggota kelompok.

b. Fungsi yang bertalian dengan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan.

1) Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan dalam kelompok.

(41)

2) Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan, sehingga dapat di pupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas.

3) Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dalam kelompok.

h. Tugas Pokok Kepala Sekolah

Tugas pokok secara umum merupakan hal hal yang harus bahkan wajib dikerjakan oleh seseorang anggota organisasi atau pegawai dalam suatu instansi secara rutin dengan kemanpuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan program yang telah dibuat berdasarkan tujuan visi dan misi suatu organisasi. Setiap pegawai seharusnya melaksanakan kegiatan yang lebih rinci yang dilaksanakan secara jelas dan dalam setiap bagian atau unit.

Adapun beberapa komponen yang bisa diidentifikasi indikator kinerja kepala sekolah dalam menjalankan peran dan fungsinya. Depdiknas (2008) “menyatakan bahwa”, Secara umum indikator kepala sekolah pada semua jenjang mencakup empat bidang, yaitu : (1) tugas manajer, (2) supervisi dan (3) kewirausahaan, (4). Pendidik. Uraian tugas pokok tersebut adalah sebagai berikut :

(42)

semua sumber daya yang ada disekolah. Kepala sekolah harus mampu memberdayakan semua sumber daya itu sehingga dapat mendorong kemajuan sekolah. Sumber daya yang harus dikelola oleh kepala sekolah yaitu : a) tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. b) pembiayaan. c) sarana prasarana. d) kesiswaan. e) pembelajaran. f) perpustakaan. g) laboratorium. h) peran serta masyarakat. i) sistem informasi sekolah, dan lain-lain.

2. Tugas Supervisi: tugas pokok melakukan supervisi berkaitan dengan penilaian kinerja pendidik dan kependidikan. Kepala sekolah melakukan penilaian pelaksanaan kerja pendidik dan tenaga kependidikan. Tujuannya agar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan bekerja dengan baik. Dengan demikian mutu proses dan hasil pendidikan disekolah tersebut bisa terjamin. Selain itu supervisi bertujuan untuk mendapatkan data kinerja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sebagai bahan untuk memberi penghargaan dan hukuman. Hasil supervisi juga dapat dimanfaatkan untuk tindak lanjut dalam pembinaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan agar bekerja lebih baik lagi. Kegiatan yang harus dilakukan kepala sekolah kaitannya dengan tugas pokok supervisi, yaitu: merencanakan program supervisi, melaksanakan program supervisi, dan menindaklanjuti program supervisi.

3. Tugas Kewirausahaan : prinsip dasar tugas kewirausahaannya yaitu kepala sekolah harus memiliki jiwa-jiwa kewirausahaan dan mampu

(43)

menerapkannya untuk mengembangkan sekolah agar lebih maju. Jiwa –jiwa kewirausahaan tersebut dapat dilihat dari karakteristik atau dimensi-dimensinya. Karakteristik atau dimensi kewirausahaan yang meliputi kualitas dasar kewirausahaan, yang meliputi. a) kualitas daya fikir, daya hati, qalbu, dan daya fisik, dan b) kualitas instrumental kewirausahaan yaitu penguasaan lintas disiplin ilmu. 4. Kepala sekolah sebagai pendidik, kemampuan sebagai pendidik

merupakan aspek pertama yang menjadi indikator kinerja kepala sekolah. Indikator ini berkaitan dengan fungsi yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kemanpuan profesional seluruh personil sekolah.

3. Kinerja Guru

i. Definisi Kinerja

Dalam bahasa Inggris istilah kinerja adalah performance. Performance merupakan kata benda. Salah satu entry-nya adalah “thing done” (sesuatu hasil yang telah dikerjakan). Jadi arti performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, evaluasi

(44)

kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya.

Robert Bacal (2005:3) “mengemukakan bahwa”, kinerja adalah proses komunikasi yang berlangsung terus menerus, yang dilaksanakan kemitraan, antara seorang guru dan siswa dengan terjadinya proses komunikasi yang baik antar kepala sekolah dengan guru, dan guru dengan siswa dalam proses pembelajaran dapat mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, dan ini merupakan suatu sistem kinerja yang memberi nilai tambah bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas siswa dalam belajar.

Hasibuan (2003:34) “berpendapat bahwa “ Kinerja sebagai suatu hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu

Imran (2010:23) “mendefinisikan bahwa “ Guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas seperti mendidik, mengajar, mengarhakan melatih dan mengevaluasi siswa.

Dengan demikian kinerja guru adalah persepsi guru terhadap prestasi kerja guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, dan prakarsa.

Sementara itu, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

(45)

menilai, dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Profesionalisme guru ditandai dengan keahlian dibidang pendidikan. Undang- Undang No 14 tahun 2005 pasal 20, tugas atau kewajiban guru, antara lain :

1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis, agama, atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.

5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa Kompetensi guru di Indonesia telah pula dikembangkan oleh proyek Pembinaan Pendidikan Guru (P3G) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada dasarnya kompetensi guru menurut P3G bertolak dari analisis tugas-tugas seorang guru, baik sebagai pengajar, pembimbing, maupun sebagai administrator kelas. Ada sepuluh kompetensi guru menurut P3G, yakni :

1. Menguasai bahan,

2. Mengelola program belajar mengajar, 3. Mengelola kelas,

(46)

4. Menggunakan media/sumber belajar, 5. Menguasai landasan pendidikan, 6. Mengelola interaksi belajar mengajar, 7. Menilai prestasi belajar,

8. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan, 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan 10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan

pengajaran. (Depdikbud, 2004).

ii. Penilaian Kinerja

Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi yang tinggi. Untuk mengetahui apakah tugas, tanggung jawab dan wewenang guru sudah dilaksanakan atau belum maka perlu adanya penilaian objektif terhadap kinerja. Penilaian pelaksanaan pekerjaan ini adalah suatu proses yang dipergunakan oleh organisasi untuk menilai pelaksanaan pekerjaan pegawai. Sehubungan dengan hal tersebut, maka upaya mengadakan penilaian terhadap kinerja organisasi merupakan hal yang penting. Berbicara tentang kinerja guru erat kaitannya dengan standar kinerja yang dijadikan ukuran dalam mengadakan pertanggungjawaban. Penilaian kinerja bermanfaat untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan organisasi sesuai dengan standar yang dilakukan dan sekaligus sebagai umpan balik bagi pekerja sendiri untuk dapat mengetahui kelemahan,

(47)

kekurangannya sehingga dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kinerjanya.

Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, yang dilihat dari penampilannya dalam melakukan suatu proses mengajar. Diknas sampai sekarang belum melakukan perubahan yang mendasar tentang kinerja guru, dan secara garis besar. Masih mengacu pada rumusan 12 kompetensi dasar yang harus dimiliki guru yaitu : (1) menyusun rencana pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran, (3) menilai prestasi belajar, (4) melaksanakan tindak lanjut penilaian prestasi belajar peserta didik, (5) memahami landasan kependidikan, (6) memahami kebijakan pendidikan, (7) memahami tingkat perkembangan siswa, (8) memahami pendekatan pembelajaran yang sesuai materi pembelajaran, (9) menerapkan bekerja sama dalam pekerjaan, (10) memanfaatkan kemajuan IPTEK dalam pendidikan, (11) menguasai keilmuan dan keterampilan sesuai materi pembelajaran, dan (12) meningkatkan profesi (Depdikdub, 2004:7) Kedua belas kompetensi inilah yang dapat dilihat melalui alat penilaian kemampuan guru (APKG) Aspek-aspek APKG secara umum dapat dikelompokkan tiga kemampuan, yaitu : (1) Kemampuan Guru dalam membuat perencanaan pembelajaran, (2) Kemampuan guru

(48)

dalam mengajar dikelas, (3) Kemampuan guru dalam mengadakan hubungan antar pribadi. Sudjana (2002:17) kinerja guru dapat dilihat dari kompetensinya melaksanakan tugas-tugas guru, yaitu :

1) Merencanakan proses belajar mengajar,

2) Melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar, 3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar dan,

4) Menguasai bahan pelajaran.

iii. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru

Robert L. Jackson (2001:82) “menyatakan bahwa”, banyak faktor yang mempengaruhi kinerja dari individu tenaga kerja, antara lain : 1). Kemanpuan, 2) motivasi, 3) dukungan yang diterima, 4) keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan 5) hubungan mereka dengan organisasi.

Gibson, et al (2006 : 89) “menyatakan bahwa” ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu :

1) Variabel invidual meliputi kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik), latar belakang, ( keluarga, tingkat sosial, penggajian) dan demografis (umur, asal-usul, jenis kelamin).

2) Variabel organisasional meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.

3) Variabel Psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.

(49)

Ketiga variabel tersebut berhubungan satu sama lain dan saling pengaruh-mempengaruhi. Gabungan variabel individu, organisasi, dan psikologis sangat menentukan bagaimana seseorang mengaktualisasikan diri

Vitayala (2007: 155) ”mengemukakan bahwa”, kinerja merupakan suatu kontruksi multi dimensi yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya, faktor tersebut adalah :

a) Faktor Personal/individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan(skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki tiap individu guru.

b) Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja pada guru.

c) Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekam dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota lain.

d) Faktor system, meliputi system kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi dan kultur kerja dalam organisasi(sekolah).

e) Faktor konsektual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

Dari paparan diatas dapat dilihat bahwa banyak faktor dan variabel yang mempengaruhi kinerja guru. Faktor-faktor tersebut bisa

(50)

berasal dari dalam diri, dan juga dapat berasal dari luar atau faktor situsional. Disamping itu, kinerja dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan individu.

iv. Standar Beban Kinerja Guru

Standar beban kinerja guru mengacu pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Dalam pasal 35 disebutkan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melaksanakan tugas tambahan. Berikut ini uraian tugas guru :

1. Merencanakan Pembelajaran

Tugas guru yang pertama ialah merencanakan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran harus dibuat sebaik mungkin karena perencanaan yang baik akan membawa yang baik hasil pula. Guru (Ditjen PMPTK,2008: 4) “wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada awal tahun atau semester sesuai dengan rencana kerja sekolah”.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. 2. Melaksanakan Pembelajaran

(51)

(Ditjen PMPTK, 2008: 4-5). “Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan ketika terjadi interkasi edukatif antara peserta didik dengan guru”.

Kegiatan pembelajaran dikelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan simber belajar, dan penggunaan metode strategi pembelajaran (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008:23). Dalam pengelolaan kelas guru harus mampu menciptakan suasana kondusif yang menyenangkan agar pembelajaran dapat berlangsung lancar. Guru dapat memberlakukan kegiatan piket kebersihan, melakukan presesi setiap memulai pelajaran, dan mengatur tempat duduk secara bergiliran.

Selain mengelola kelas, guru juga menggunakan media dan sumber belajar. Dalam menggunakan media guru dapat memanfaatkan media yang sudah ada (by utilization) atau sengaja mendesain terlebih dahulu (by design). Media pembelajaran dipilih yang paling sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan yang paling tepat mendukung isi pembelajaran. Selain itu, media juga sebaiknya praktis, luwes dan bertahan lama. Sementara dalam menggunakan sumber belajar, guru dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar yang terpercaya untuk memperluas pengetahuanya. Tidak boleh hanya terpacu pada satu sumber saja. Berbagai sumber belajar dapat dihimpun menjadi satu dalam bentuk modul belajar.

(52)

Kemampuan selanjutnya adalah penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan metode yang akan disampaikan. Setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan. Oleh karena itu, guru diharapkan cakap dalam menggunakan berbagai variasi metode agar siswa tetap semangat untuk belajar. Penggunaan metode yang monoton cenderung membuat siswa jenuh sehingga materi pelajaran tidak terserap dengan baik oleh siswa.

3. Menilai Hasil Pembelajaran

Tugas guru yang ke tiga adalah menilai hasil pembelajaran. (Ditjen PMPTK, 2008:5) menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna untuk menilai peserta didik maupun dalam pengambilan keputusan lainnya.

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, yaitu melalui Penilaian Acuan Normatif (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP). PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu bergantung pada jumlah soal yang diberikan atau penilaian yang dimaksudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Selain itu, PAP adalah cara penilaian dimana nilai yang diperoleh siswa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin pada soal-soal tes yang

(53)

dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa.

4. Melakukan Tugas Tambahan

Kemudian tugas guru yang keempat adalah melaksanakan tugas tambahan yang diberikan kepadanya. Tugas-tugas tambahan guru dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu tugas struktual dan tugas khusus. Tugas struktual adalah tugas tambahan berdasarkan jabatan dan struktur organisasi sekolah. Sementara tugas khusus adalah tugas tambahan yang bertugas untuk menangani masalah sekolah.

v. Definisi dari Tugas Utama Seorang Guru

Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru adalah sebagai berikut :

1. Mendidik

Ahmadi (1986:90) “ mendefinisikan bahwa”, Mendidik adalah membantu anak dalam mencapai kedewasaan. Mendidik adalah proses membuat tunas berkembang baik dan menjadi besar. Karena mengawali pendidikan anak dengan proses yang benar adalah awal perjalanan. Awal yang baik pendidikan dini adalah setengah dari perjalanan hidup anak dimasa depan. Mendidik adalah mengajak (memotivasi, mendukung, membantu, menginspirasi, dst) orang lain untuk melakukan tindakan positif yang bermanfaat bagi

(54)

dirinya dan orang lain (lingkungan). 2. Mengajar

Usman ( 1994: 3) “mengemukakan bahwa”, mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pelajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar. Tardif (dalam Adrian 2004) mendefinisikan, mengajar adalah any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the leaner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal pendidik) dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.

Zamroni (2000:74) “mengemukakan bahwa”, mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.

3. Membimbing

Dri Atmaka “ mengemukakan bahwa”, Membimbing jika ditinjau dari segi sisi, maka membimbing berkaitan dengan norma dan tata tertib. Dilihat dari segi prosesnya, maka mendidik dapat

(55)

dilakukan dengan menyampaikan atau mentransfer bahan ajar yang berupa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan menggunakan strategi dan metode mengajar yang sesuai dengan perbedaan individual masing-masing siswa. Lalu kalau dilihat dari strategi dan metode yang digunakan, maka membimbing lebih berupa pemberian motivasi dan pembinaan.

4. Mengarahkan

E. Mulyasa(2003:53) “berpendapat bahwa”, Mengarahkan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh instruktur atau pembina atau guru kepada peserta didik agar dapat mengikuti apa yang kita perintahkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

5. Melatih

Ahamdi (1977: 109) “berpendapat bahwa”, Melatih bila ditinjau dari segi isi adalah berupa keterampilan atau kecakapan hidup (life skills). Bila ditinjau dari segi prosesnya, maka melatih dilakukan dengan menjadi contoh (role model) dan teladan dalam hal moral dan kepribadian. Sedangkan bila ditinjau dari strategi dan metode yang dapat digunakan, yaitu melalui praktik, kerja, simulasi, dan magang.

6. Menilai

(BSNP 2007: 9), penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara

(56)

sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Jadi penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memperoleh informasi untuk dijadikan sebagai pengambil keputusan tentang hasil belajar peserta didik.

Nana Sudjana (1995: 3) “menyatakan bahwa” penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment interpretasi dan judgment merupakan tema penilaian yang mengaplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu.

Jadi menilai adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

7. Mengevaluasi

Evaluasi yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Evaluation adalah proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan program telah dicapai (Ground;1985).

Evaluasi juga dapat diartikan sebagai proses menilai suatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang

(57)

di evaluasi. Sebagai contoh evaluasi proyek, kriterianya adalah tujuan dari penggunaan proyek tersebut, apakah tercapai atau tidak, apakah sesuai dengan rencana atau tidak, jika tidak mengapa terjadi demikian, dan langkah-langkah apa yang ditempuh selanjutnya. Hasil dari kegiatan evaluasi adalah bersifat kualitatif. Sudjono (1996) “mengemukakan bahwa”, evaluasi pada dasarnya adalah merupakan penafsiran atau interpretasi yang bersumber pada data kuantitatif sedang data kualitatif merupakan hasil pengukuran.

Suharsimi A.(2004) “berpendapat bahwa” evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.

Sedangkan Suke Silverius (1999:39) “berpendapat bahwa”, evaluasi hasil belajar dan umpan balik menjelaskan batasan istilah lain dari evaluasi yakni :

a. Evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan (Stufflenbeam).

b. Penentuan kesesuaian antara penampilan (untuk kerja) dan tujuan.

c. Pertimbangan professional atau suatu proses yang memungkinkan seseorang membuat perimbangan tentang daya tarik atau nilai sesuatu.

Gambar

Tabel 3.1 : Populasi Nama Kepala Sekolah Dan Guru SD Inpres Bangkowa
Tabel 3.2  : Sampel Nama Kepala Sekolah Dan Guru SD Inpres Bangkowa
Tabel 3.3 Interprestasi rxy
Tabel 4.0 : Skor responden

Referensi

Dokumen terkait

BOGOR 2012.. Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Aplikasi Bahan Finishing Pelarut Air dan Pelarut Minyak pada Lima Jenis Kayu Rakyat adalah benar-benar

Opini publik tersebut keliru, karena mengabaikan 2 fakta sejarah, yaitu fakta bahwa pada sekitar 150 tahun yang lalu (1860an), ketika Jepang memulai modernisasi

Tesis utamanya adalah analisa tindakan ( operari ) manusia yang konkret yang menyatakan sifatnya secara penuh sebagai subjektivitas pribadi yang unik dan tidak dapat

Sesuai dengan hasil penjajakan / observasi awal terhadap kinerja kebijakan Bupati tentang pengangkatan tenaga honorer yang memiliki tujuan untuk meningkatkan

Kepala program keahlian memiliki kemampuan kewirausahaan yang ditunjukkan antara lain dengan adanya naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sebagai

Seperti yang disebutkan sebelumnya, penelitian ini membahas kekerasan simbolik terhadap karakter homoseksual dalam novel Andrei Aksana yang berjudul Lelaki Terindah

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa penambahan dosis probiotik berbeda memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap efisiensi pakan dan

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa persepsi kontrol perilaku tidak berpengaruh terhadap pemilihan MKJP karena terdapat faktor lain yang mempengaruhi pemilihan MKJP