• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENAFSIRAN TERM ṬALḤIN DALAM AL-QUR AN (KAJIAN TAFSIR QS. AL-WĀQI AH/ 56: 27-29)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STUDI PENAFSIRAN TERM ṬALḤIN DALAM AL-QUR AN (KAJIAN TAFSIR QS. AL-WĀQI AH/ 56: 27-29)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENAFSIRAN

TERM ṬALḤIN DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR QS. AL-WĀQI’AH/ 56: 27-29)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ahmad Syaekhudin NIM: 11150340000184

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(2)
(3)

iii

STUDI PENAFSIRAN TERM ṬALḤIN DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR QS. AL-WĀQI’AH/ 56: 27-29)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ahmad Syaekhudin NIM: 11150340000184

Di bawah Bimbingan

Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI., MA.

NIP. 19780424 201503 1 001

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(4)
(5)

dc

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul STUDI PENAFSIRAN TERM ṬALHIN DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR QS. AL-WĀQI’AH/56: 27-29) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal19 Juli 2021.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 9 Agustus 2021 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag. Aktobi Ghozali, MA.

NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19730520 200501 1 003 Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Moh. Anwar Syarifuddin, MA. Dr. Abd. Moqsith Ghazali, MA.

NIP. 19720518 199803 1 003 NIP. 19710607 200501 1 002 Pembimbing,

Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI., MA.

NIP. 19780424 201503 1 001

(6)
(7)

vii

(8)
(9)

ix ABSTRAK

Ahmad Syaekhudin: Studi Penafsiran Term Ṭalḥin dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 27-29)

Skripsi ini membahas tentang keistimewaan yang terdapat dalam al- Qur’an, kandungan yang terdapat didalamnya adalah nama-nama yang diistimewakan dalam ayat al-Qur’an. Penelitian ini bermaksud memberikan pandangan tafsir untuk mencari konteks dan manfaat yang terkandung dalam Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 29 yang dikaji secara keseluruhan rangkaian Qs.

Al-Wāqi’ah/ 56: 27-29. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research) dengan pendekatan tafsir maudhu’i, selanjutnya menerapkan pendekatan deskriptif analisis dalam penelitian ini.

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari kitab tafsir Māfātih al-Ghaib (Fakhrudin al-Razi) dan al-Jawāhir (Tantawi Jauhari) yang selaras dengan corak tafsir ilminya untuk mencapai tujuan penulis dalam memberikan hakikat dan konteks ayat berdasarkan keilmuan sang penafsir al-Qur’an sehingga didapatkan konklusi yang tepat, serta kandungan gizi dan manfaat yang terkandung dalam term Ṭalḥin.

Dalam penelitian ini penulis menemukan bahwa alasan Allah SWT menempatkan term Ṭalḥin yang mempunyai arti buah Pisang pada Qs. Al- Wāqi’ah/ 56: 29 adalah sebagai perumpamaan balasan untuk orang-orang golongan kanan dimana pohon pisang (surga) yang dimaksud sangat langka, mahal dan juga makanan lezat di dunia pada saat ayat ini diturunkan, serta manfaat gizi yang banyak bagi manusia jika mengkonsumsinya.

Kata Kunci: Al-Wāqi’ah, Ṭalḥin, Konteks Ayat, Tafsir al-Qur’an

(10)
(11)

xi

KATA PENGANTAR

ِمْيِحهرلا ِنَْحْهرلا ِهللَّا ِمْسِب

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat, petunjuk, cahaya ilmu dan taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada nabi akhir zaman yakni nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, tabi’in, dan semua penerus ajarannya. Semoga kelak termasuk umat yang diakui serta mendapat syafaat darinya. Skripsi berjudul: “Studi Penafsiran Term Ṭalḥin dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 27-29)”

merupakan karya ilmiah penulis yang diajukan guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis akan selalu menerima dengan senang hati segala bentuk saran, kritik dan koreksi demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini bagi para pembacanya. Pada dasarnya proses skripsi ini, tidak terlepas dari sumbangsih maupun dukungan berbagai pihak yang turut memberikan andil, baik secara materil maupun immateril. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan rasa syukur serta terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Amani Burhanudin Lubis, Lc, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(12)

xii

3. Dr. Eva Nugraha, MA., selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dan Fahrizal Mahdi Lc, MIRKH., selaku Sekretaris jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

4. Muslih, MA., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan masukan kepada penulis selama studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI., MA., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan ruang serta waktu luangnya dalam membimbing, mengarahkan serta memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan tepat waktu.

6. Seluruh dosen fakultas Ushuluddin, terkhusus dosen jurusan Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir yang sabar dan ikhlas berbagi ilmu, wawasan serta pengalaman kepada penulis selama proses studi berlangsung di kampus tercinta ini.

7. Segenap pimpinan dan staff Perpustakaan Nasional Indonesia, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas serta rujukan-rujukan sebagai sumber referensi penulis.

8. Kepada K.H Dedi Anwar Muhtadin M.Pd., selaku pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Nurul Islam Tasikmalaya beserta jajarannya yang turut serta memberikan ilmu serta dukungan kepada penulis.

9. Kepada Organisasi Primordial Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (Himalaya) Jakarta, yang telah memberikan kontribusi dan fasilitas selama perkuliahan penulis berlangsung.

10. Kepada UKM Kelompok Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan (KMPLHK) RANITA terutama angkatan 15 yakni

(13)

xiii

teman seperjuangan Japro, Lombeh, Nabe, Mase, Lukindo, Oreore, Uwawe, Lampos, Mabel, Yipyip, Cawet, Mity, Lakosa, Cendai, Cebin, dan Buken yang telah memberikan pengalaman lika-liku hidup dalam dunia perkampusan dan dunia pemasyarakatan.

11. Teman-teman seperjuangan, angkatan 2015 jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir terkhusus kelas D yang telah memberi bumbu perkuliahan semakin nikmat dengan berbagai pandangan dan pendapatnya.

12. Segenap KKN GAMMA 37 UIN Jakarta yang mengajarkan arti turun ke lapangan dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda dan dengan waktu yang sangat singkat yakni satu bulan penuh akan tetapi itu sangat bermakna dengan berbagai kegiatan yang dilakukan.

13. Dunia lapangan pekerjaan: Pizza Hut Delivery (Pondok Indah), Litbang KOMPAS, PT. GRAB Indonesia, serta beberapa event Nasional maupun Internasional yang telah memberikan pelajaran arti menyambung hidup di kota metropolitan ini.

Terakhir, Kepada kedua orangtua saya Bapak Mohamad Husen dan Ibu Ening Hanivah yang tidak pernah henti-hentinya memberikan dukungan serta do’a-do’a terbaik selama menempuh pendidikan penulis di kampus ini dan untuk kakak Nurul Fatimah dan adik-adik tercinta Siti Salma Fauziah, Ana Luthfiana Husni dan Ahmad Rizieq Husen yang memberikan do’a, motivasi serta mengingatkan agar selalu semangat, pantang menyerah dan kerja keras selama penyelesaian skripsi ini. Semoga dengan terselesaikannya skripsi ini dapat menjadi salah satu hal membanggakan dan menjadi contoh yang baik bagi adik-adik penulis agar selalu semangat dalam menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(14)

xiv

Jakarta, 04 Agustus 2021

Ahmad Syaekhudin

(15)

xv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Penulisan transliterasi Arab-latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan kebudayaan RI No. 150 tahun 1987 dan No.

0543b/U/1987. Secara garis besar uraiannya sebagai berikut:

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Nama

ا alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب ba b be

ت ta t te

ث tsa ṡ es (dengan titik di atas)

ج jim j je

ح ha ḥ ha (dengan titik di bawah)

خ kha kh ka dan ha

د dal d de

ذ zal ż zet (dengan titik di atas)

ر ra r er

ز zai z zet

س sin s es

ش syin sy es dan ye

ص sad ṣ es (dengan titik di bawah)

(16)

xvi

ض dad ḍ de (dengan titik di bawah)

ط ta ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ za ẓ zet (dengan titik di

bawah)

ع ‘ain ‘ koma terbalik (di atas)

غ gain g ge

ف fa f ef

ق qaf q ki

ك kaf k ka

ل lam l el

م mim m em

ن nun n en

و wau w wa

ه ha h ha

ء hamzah ̕ apostrof

ي ya y ye

B. Vokal

Vokal adalah bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

1. Vokal tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

(17)

xvii

َ---

-- fathah a a

ِ---

-- kasrah i i

ُ---

-- ḍammah u u

2. Vokal rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

َ-- -

ي fathah dan ya ai a-i

َ-- -

و fathah dan wau au a-u

Contoh:

kataba

َ ََبَتَك

yażhabu

َ َ بَهْذَي

fa’ala

ََلَعَ ف

su’ila

ََلِئ س

żukira

َ ََرِك ذ

haula

ََلْوَه

kaifa

ََفْيَك

C. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Nama

(18)

xviii

ا fathah dan alif ā a dan garis di atas

ي fathah dan ya ā a dan garis di bawah

ي kasrah dan ya ī i dan garis di atas

و ḍammah dan wawu ū u dan garis di atas

Contoh:

ََلاَق

َ

- qāla

ىَمَر

َ

- ramā

ََلْيِق

َ

- qīla

َ لْو قي

َ

- yaqūlu

D. Ta Marbutah

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua:

1. Ta marbutah hidup

Ta marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah /t/.

2. Ta marbutah mati

Ta marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah /h/.

Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

لاَفْطَلأاَ ةَضْوَر

َ

- rauḍah al-aṭfāl

(19)

xix

لاَفْطَلأاَ ةَضْوَر

َ

- rauḍatul aṭfāl

َ ةَنيِدَلما

َ ةَرَوَ ن لما

َ

- al-Madīnah al-Munawwarah

ةَحْلَط

َ

- ṭalḥah

E. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

ََنَّ بَرا

َ

- rabbanā

ََلَّزَ ن

َ

- nazzala

َرِبلا

َ

- al-birr

َرجَلحا

َ

- al-hajj

َْمَّعَ ن

َ

- na´ama

F. Kata sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan arab dilambangkan dengan huruf لا namun dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah.

(20)

xx

1. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

2. Kata sandang yang diikuti huruf qamariah

Kata sandang yang diikuti huruf qamariah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.

Baik diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sandang.

Contoh:

َِنْيَدَّسلا

َ

- al-ṣadaini

َِْيَنْرَقلا

َ

- al-qarnaini

َِدْيِدَلحا

َ

- al-hadid

G. Hamzah

Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh:

ََنْو ذ خَْتَ

َ

- taˋkhużūna

َ ءْوَّ نلا

َ

- an-nau´

(21)

xxi

َ ئْيَش

َ

- syai´un

H. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi´il, isim maupun harf, ditulis terpisah, hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazimnya dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh:

َِقِزاَّرلاَ ْيَْخََو َلَََاللهََّنِإَو

ََْي

َ

wa innallāha lahuwa khair arrāziqīn

wa innallāha lahuwa khairurrāziqīn

ََناَزْ يِلماَوََلْيَكلااو فْوَأَف

َ

fa aufu al- kaila wal mīzāna

fa auful kaila wal mīzāna

لْيِلَلخاَ مْيِهاَرْ بِإ

َ

ibrāhīm al-khalīl

ibrāhīmul khalīl

َِاللهَِمْسِب اَهَسْر مَواَهَرَْمَ

َ

bismillāhi majrēhā wa mursahā

I. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa yang berlaku dalam EYD, diantaranya: huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat.

Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan

(22)

xxii

huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh:

ََلْو سَرَّلاِاٌَدَّمَ مَُاَمَو

َ

wa mā muḥammadun illā rasūl

َْيِذَّلَلَِساَّنلِلََعِض وَ ٍتْيَ بََلَّوَاََّنِا

َ ةَكَراَب مَةَّكَبِب

inna awwala baitin wuḍi’a linnāsi lallażī bi bakkata

mubārakatan

َ ناَءْر قلْاَِهْيِفََلِزْن اَْيِذَّلاََناَضَمَر رْهَش

َ

syahru ramaḍāna al-lażī unzila

fihi al-qur’ānu

Penggunaan huruf kapital Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain, sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak tidak digunakan.

Contoh:

naṣrun minallāhi wa fatḥun qarīb

َ بْيِرَقٌَحْتَ فَوَِاللهََنِمٌرْصَن

lillāhi al-amru jamī’an

َ ا عْ يَِجَ رْمَلأْاَِهِلِل

wallāhu bikulli sya’in alīm.

َ مْيِلَعٍَئْيَشَِهل كِبَ اللهَو

J. Tajwid

Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Ilmu Tajwid. Karena itu, peresmian pedoman transliterasi Arab Latin (versi Internasional) ini perlu disertai dengan pedoman tajwid.

(23)

xxiii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN ... iii LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH ... v LEMBAR PERNYATAAN ... vii ABSTRAK ... ix KATA PENGANTAR ... xi PEDOMAN TRANSLITERASI ... xv DAFTAR ISI ... xxiii DAFTAR TABEL ... xxvii DAFTAR GAMBAR ... xxix BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Pembatasan Masalah ... 6 D. Rumusan Masalah ... 7 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7 F. Kajian Pustaka ... 7 G. Metode Penelitian ... 10 H. Sistematika Penulisan ... 12 BAB II KEISTIMEWAAN KANDUNGAN AL-QUR’AN ... 15 A. Al-Qur’an sebagai Pedoman ... 15 B. Kandungan Isi Al-Qur’an ... 16 1. Aqidah ... 16 2. Ibadah dan Muamalah ... 17 3. Akhlak ... 19 4. Hukum... 20 5. Sejarah/Kisah Umat Masa Lalu ... 21

(24)

xxiv

6. Ilmu Pengetahuan dan Sains ... 21 C. Buah-buahan dalam Al-Qur’an ... 22 1. Kurma ... 23 2. Anggur ... 24 3. Delima ... 25 4. Labu ... 26 5. Tin dan Zaitun ... 27 6. Pisang ... 28 BAB III ṬALḤIN DALAM AL-QUR’AN DAN PENDAPAT PARA MUFASSIR ... 33

A. Tafsir Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 27-29 ... 33 1. Surat Al-Wāqi’ah dalam Al-Qur’an ... 33 2. Penamaan Surat Al-Wāqi’ah ... 34 3. Asbābun Nuzūl Ayat ... 35 4. Isi dari Surat Al-Wāqi’ah ... 35 5. Teks Ayat dan Terjemahan Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 27-29 .. 37 6. Tafsir Lengkap Kemenag ... 37 B. Pengertian Ṭalḥin ... 38 1. Balaghah ... 38 2. Mufradat Lughawiyyah ... 38 C. Penafsiran para Ulama tentang Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 27-29 . 39 1. Māfātih Al-Ghaib (Fakhrudin al-Razi) ... 39 2. al-Jawāhir (Tantawi Jauhari) ... 41 BAB IV HAKIKAT, KONTEKS DAN MANFAAT TERM ṬALḤIN DALAM QS. AL-WĀQI’AH/ 56: 29 ... 43

A. Hakikat Ṭalḥin dalam Al-Qur’an ... 43 B. Konteks Ṭalḥin menurut para Mufassir ... 44 C. Temuan Sains tentang Ayat Pisang ... 50

(25)

xxv

1. Kandungan Gizi Buah Pisang ... 50 2. Manfaat Mengkonsumsi Buah Pisang ... 52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55 A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA ... 57

(26)
(27)

xxvii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Komposisi Gizi Berbagai Jenis Buah Pisang Tiap 100 Gram Bagian yang Dimakan ... 51

(28)
(29)

xxix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Wilayah Hijaz dulu ... 47 Gambar 4.2 Wilayah Hijaz 1916-1923 ... 48 Gambar 4.3 Wilayah Thaif... 48 Gambar 4.4 Wilayah Pegunungan Al-Hada ... 49 Gambar 4.5 Wilayah Pegunungan Asir ... 49

(30)
(31)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan bacaan sempurna dan mulia, hal ini karena tidak ada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis dan baca selama lima ribu tahun yang lalu dapat menandingi al-Qur’an. Tidak ada bacaan yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan tidak dapat menulis aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh anak-anak, remaja dan dewasa. Tiada bacaan melebihi al-Qur’an dalam perhatian yang diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum tetapi ayat demi ayat baik segi waktu dan saat turunnya, maupun sampai kepada sebab-sebab serta turunnya.1

Al-Qur’an mengajarkan sebuah kesadaran bahwa pengetahuan merupakan sebuah karunia dari Allah SWT sang maha pencipta yang telah menciptakan manusia dan alam semesta. Sebagai kitab diturunkan paling akhir, al-Qur’an memberi petunjuk (Hudan) kepada umat manusia sampai akhir zaman. Sehingga al-Qur’an senantiasa menuntun setiap perkembangan peradaban umat manusia di setiap zaman yang berbeda.2

Menurut M. Quraish Shihab dalam bukunya Mukjizat dalam al- Qur’an, pada umumnya kemukjizatan al-Qur’an dibagi menjadi dua segi, yaitu pertama, segi isi atau kandungan dan yang kedua segi bahasa.

Berkenaan dengan isi, al-Qur’an yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sejak lima belas abad yang lalu, menimbulkan pengaruh yang demikian besar dalam kehidupan manusia, didalamnya banyak mengandung ayat-

1 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1998), 3.

2 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Penciptaan Jagat Raya:

Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, Cet. I (Jakarta: Kemenag RI, 2010), 27.

(32)

2

ayat ilmiah yang diakui kebenarannya oleh ilmu pengetahuan modern dewasa ini.3 Gaya bahasa dalam al-Qur’an tidak ada yang dapat menandingi, ilmu yang tinggi hingga akhir zaman menjadi bukti nyata atas Firman Ilahi. Al-Qur’an bukan buku Sains, namun banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara mendalam dalam ayat-ayatNya, untuk memahami keajaiban ilmiah al-Qur’an pertama kita harus melihat tingkatan sains ketika kitab suci ini diturunkan.4

Fenomena dan kecenderungan kehidupan dunia saat ini memang sangat dipengaruhi oleh pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan segala dampaknya baik bernilai positif maupun negatif.

Hal itu pula yang telah mendorong terjadinya arus globalisasi yang mengalir demikian derasnya, serta membuahkan berbagai implikasi yang demikian luas di semua aspek kehidupan manusia serta bangsa-bangsa di dunia.5

Al-Qur’an disebut juga sebagai ayat Qauliyah (tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang tertulis) mengajak manusia untuk merenungkan alam semesta (tafakur alam) sebagai tanda kekuasaan Allah SWT (ayat Kauniyah). Fazlur Rahman dalam bukunya mengungkapkan bahwa alam semesta beserta segala proses kausalnya merupakan pertanda (ayat) atau bukti yang terpenting mengenai Penciptanya.6 Ayat-ayat Kauniyah yang dibicarakan dalam al-Qur’an terdapat 750 (tujuh ratus lima puluh) ayat,7 begitu banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk mempelajari ayat

3 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Gaib (Bandung: PT.Mizan Pustaka, 2008), 50.

4 Harun Yahya, Al-Qur’an dan Sains (Bandung: Dzikra, 2004), 88.

5 Abdul Mujib, Mukjizat Al-Qur’an dan Sunnah (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), 7.

6 Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur’an, terj. Anas Masyudin (Bandung: Pustaka, 1996), 99.

7 Imron Rossidy, Fenomena Flora dan Fauna dalam Perspektif Al-Qur’an (Malang:

UIN-MALANG Press, 2008), 39.

(33)

3

Kauniyah yang dimaksud utamanya agar manusia bisa lebih mengenal Tuhan yang mereka sembah yakni Allah SWT.

Manusia sebagai Khalifah fil ardhi termasuk sebagai aktor ayat Kauniyah yang mana selalu bersinggungan dengan ayat Kauniyah yang lainnya. Bumi sebagai tempat tinggal manusia, dan elemen lain seperti angin, tanah, hewan, tumbuhan serta material alam lainnya merupakan ciptaan Allah SWT yang harus selalu direnungkan. Salah satu unsur alam yang terpenting dalam keberlangsungan hidup manusia adalah tumbuh- tumbuhan. Hal ini, karena tumbuh-tumbuhan berperan besar terhadap proses pengolahan oksigen (udara), sehingga manusia dapat bernapas dengan hasil oksigen yang dikeluarkan tumbuhan. Akan tetapi, manusia sering lupa dan tidak sadar akan peran yang amat penting dari tumbuh- tumbuhan tersebut.

Tumbuhan merupakan organisme eukariota multiseluler (makhluk hidup yang memiliki banyak sel), makhluk hidup tertua ini sudah ada sejak 550.000.000 tahun yang lalu, selama lebih dari seratus juta tahun yang lalu tumbuhan hijau hidup di air sebagai alga dan barulah sekitar 420.000.000 tahun kemudian muncul ke darat. Sejak itu tumbuhan mulai berevolusi dengan cepat serta mengembangkan struktur yang lebih rumit dibandingkan dengan alga, yakni membentuk berbagai sel, jaringan dan organ.8 Tumbuh- tumbuhan merupakan dunia yang berdiri sendiri dalam artian tanpa butuh campur tangan manusia mereka bisa hidup. Akan tetapi sebaliknya, manusia tidak bisa bertahan hidup yang lama tanpa adanya tumbuhan.

Ilmuwan masih terus mempelajarinya, setiap hari mereka melakukan loncatan jauh dalam menyingkap karakteristiknya. Para ilmuwan telah

8 Estiti B hidayat, Anatomi Tumbuhan Berbiji (Bandung: Penerbit ITB Bandung, 1995), 4.

(34)

4

membagi tumbuh-tumbuhan menjadi beberapa jenis berdasarkan sifat anatominya, reproduksinya, atau lingkungannya (ekosistemnya).9

Al-Qur’an menggunakan kata tumbuh-tumbuhan sebagai bukti kekuasaan Allah SWT dan perumpamaan untuk menyampaikan suatu hikmah, sebagaimana dalam Qs. Ibrahim/ 14: 24-26,10 Qs. al-An’am/ 6:

99,11 dan Qs. al-Ra’d/ 13: 3-4.12 Selain itu, ada beberapa tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang disebutkan secara jelas namanya dalam al-Qur’an.

Penyebutan itu tidak lain pasti ada maksud dan tujuan mulia yang Allah SWT letakkan disana.

Keterangan terkait ilmu pengetahuan yang dinyatakan dalam al- Qur’an terkadang sulit dipahami ketika kita kurang memiliki ilmu pengetahuan. Padahal al-Qur’an sebagai gudang ilmu yang dapat digali untuk mengembangkan pengetahuan manusia tentang alam semesta serta menambah keimanan kita kepada Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi ini.13

Terdapat salah satu ayat dalam al-Qur’an yang sangat menarik untuk dipaparkan yang mana menjadi tugas manusia di bumi untuk memanfaatkan akal pikiran, penalaran dan sebagainya agar memahami secara mendalam tentang kebesaran Allah SWT atas sesuatu. Dan dengan begitu sebagai

9 Ahmad Yusuf al-Hajj, Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunnah, jilid 3 (Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2009), 91.

10 (“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah SWT telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, ...”)

11 (“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh- tumbuhan itu tanaman yang menghijau...”)

12 (...”Kami melebihkan sebahagian tanaman-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah SWT) bagi kaum yang berfikir...”)

13 Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis Al-Qur’an (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), 7.

(35)

5

seorang muslim, akan menjadi salah satu indikator untuk selalu memperkuat keyakinan dan menambah keimanan.

Mengangkat dari kajian secara ilmiah dan akademik, penulis akan menjelaskan term Ṭalḥin yang disebutkan dalam al-Qur’an hanya satu kali yakni terdapat dalam Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 29. Hal ini menjadi bukti bahwa tafsir dari Ṭalḥin adalah buah yang sangat istimewa dan wajib di kupas tuntas karena sangat penting dibahas untuk mengungkapkan bahwa al- Qur’an bukan hanya sebuah teks, melainkan menjadi dasar kehidupan bagi para pembacanya. Dan konteks yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Studi Penafsiran Term Ṭalḥin dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Qs. Al- Wāqi’ah/ 56: 27-29)”.

B. Identifikasi Masalah

Terdapat dalam bukunya Husaini Usman dan Purnomo, Identifikasi masalah dijabarkan dengan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu objek dalam situasi tertentu dapat dikenali sebagai suatu masalah14, sebagaimana yang kita ketahui al-Qur’an sebagai kitab suci umat muslim memberikan tanda tanya besar dengan ayat-ayat yang di rasa masih memiliki tafsir yang umum dan itu sangat menarik untuk dikaji lebih dalam lagi.

Kita lihat banyak pendapat dari pengertian mukjizat al-Qur’an, ayat- ayat yang mengungkapkan untuk menjaga lingkungan, tumbuh-tumbuhan dan isi dunia. Serta nama-nama yang memberikan keunikan al-Qur’an untuk diungkapkan keistimewaannya. Dari hal ini, penulis tertarik membahas masalah ini dengan alasan:

14 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), 18.

(36)

6

1. Salah satu pembuktian bahwa mukjizat dari al-Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan itu sendiri.

2. Membuktikan bahwa al-Qur’an dan sains tidak bertentangan dan berjalan selaras.

3. Masih minimnya literasi tentang term Ṭalḥin yang diambil dari tafsir Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 29.

4. Informasi yang terkandung dalam al-Qur’an masih banyak yang harus digali dan dikembangkan, diantaranya bagian dalam setiap teks yang tertulis yang dituangkan dengan tafsiran yang bermanfaat bagi berlangsungnya kehidupan manusia. Dalam hal ini fokus manfaat dari buah pisang bagi kehidupan manusia.

5. Kajian ini adalah sudut pandang tafsir yang meningkatkan marwah keilmuan yang sangat beragam.

Oleh karena itu, dengan mengambil fokus Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 29 tentang pisang yang bersusun-susun, konteks dari ayat ini serta kandungan gizi dan manfaatnya bagi manusia. Penulis mampu menjawab hal-hal yang menjadi masalah pada poin-poin tertera di atas.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian bentuknya apapun tentunya harus memiliki fokus agar terciptanya kejelasan dan ketuntasan dalam penelitian tersebut, dari penjelasan latar belakang di atas banyak persoalan dalam penelitian ini dan penulis memfokuskan penulisan ini hanya kepada hakikat term dan konteks dari ayat Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 29 yang ditunjang dengan kajian keseluruhan Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 27-29. Sumber utama tafsir diambil dari kitab tafsir Māfātih al-Ghaib karya Fakhrudin al-Razi dan al-Jawāhir karya Tantawi Jauhari, juga pandangan sains dari kandungan gizi dan manfaat yang terkandung dalam buah pisang bagi manusia.

(37)

7

D. Rumusan Masalah

1. Apa hakikat Ṭalḥin dalam al-Qur’an?

2. Bagaimana Konteks term Ṭalḥin menurut para mufassir?

3. Apa kandungan gizi dan manfaat yang terkandung dalam term Ṭalḥin?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian haruslah mempunyai tujuan yang jelas, begitu pula dengan permasalahan yang saya ambil dalam penulisan tugas akhir ini, mengingat masalah-masalah yang telah penulis kemukakan diatas maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui hakikat Ṭalḥin dan pemaknaannya secara utuh.

2. Mengungkap konteks term Ṭalḥin menurut para mufassir.

3. Mengetahui kandungan gizi dan manfaat yang terkandung dari arti Ṭalḥin itu sendiri.

Penulisan ini juga memiliki manfaat, yakni sebagai berikut:

1. Memberikan pengetahuan dari hakikat dan makna term Ṭalḥin secara utuh.

2. Memberikan pengetahuan konteks ayat yang tidak tertulis pada ayat al-Qur’an.

3. Memberikan pengetahuan kandungan gizi dan manfaat yang terdapat dalam term Ṭalḥin jika dikonsumsi oleh para pembaca.

F. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini dimaksudkan sebagai salah satu kebutuhan ilmiah yang berguna memberi kejelasan dan batasan informasi yang digunakan melalui khazanah pustaka, terutama berkaitan dengan tema yang penulis

(38)

8

bahas.15 Tafsir al-Qur’an yang dilakukan oleh beberapa ulama beserta pakarnya telah berlangsung sejak zaman klasik sampai kontemporer, dari tafsir sederhana yang bisa diterima khalayak umum seperti tafsir Jalalain hingga tafsir yang digunakan negara Indonesia sendiri dengan instansi yang bertanggung jawab Kementerian Agama yang menamakan tafsirnya dengan sebutan tafsir Kemenag RI, serta ada juga tafsir yang berbentuk buku karya- karya tokoh barat, artikel dan tafsir berbentuk skripsi.

Dalam kajian yang penulis lakukan ada beberapa rujukan sebelum masuk kepada ruang kosong yang belum dibahas diantaranya seperti dalam jurnal karya Liliek Harianie A.R dan M. Djamhuri dengan judul Kleoterapi Endoskopi Getah Pohon Pisang Serta Manfaatnya Dalam Menyembuhkan Luka (Kajian Surat al-Wāqi’ah/ 56: 25-33) menyajikan bagaimana dasyatnya efek dari getah pisang yang mengandung berbagai nutrisi dalam proses cepatnya penyembuhan luka pada makhluk hidup yang di contohkan dengan uji coba pada Tikus.16

Sudut pandang kajian secara umum yang menyasar tentang buah dan tumbuhan ada skripsi dari Tutik Maclihah dengan judul Buah-buahan dalam al-Qur’an (Kajian Tematik) yang menjelaskan secara umum buah-buahan yang disebutkan dalam al-Qur’an serta manfaatnya.17 Ada juga skripsi dari Apriadi Fauzan dengan judul Tumbuh-tumbuhan dan Buah-Buahan dalam al-Qur’an yang hanya memaparkan klasifikasi buah-buahan yang ada di dunia dan di surga.18 Dan ada pula skripsi yang menjelaskan tentang

15 Ahmad Muhajir, “Hadits-Hadits Tentang Mustajabnya Doa Orang Tua, Musafir, dan Orang yang di Dzolimi; Studi Ma’ani Hadis” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010), 5.

16 Liliek Harianie A.R dan M. Djamhuri. “Kleoterapi Endoskopi Getah Pohon Pisang Serta Manfaatnya Dalam Menyembuhkan Luka (Kajian Surat Al-Wāqi’ah : 25- 33),” El-Qudwah: LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, (April 2006): 10-13.

17 Tutik Maclihah, “Buah-Buahan Dalam Al-Qur’an (Kajian Tematik)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2016).

18 Apriadi Fauzan, “Tumbuh-tumbuhan dan Buah-buahan dalam Al-Qur’an”

(Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015).

(39)

9

anatomi dan morfologi buah dalam al-Qur’an yang cenderung menitikberatkan dalam hal sains nya secara umum yang ditulis dalam skripsinya Khariruddin yang berjudul Morfologi dan Anatomi Buah dalam al-Qur’an.19

Dilihat dalam penelitian dalam satuan nama buahnya dalam al-Qur’an penulis menemukan skripsi dari Zulfadli dengan judul Kurma dalam al- Qur’an (Kajian Tafsir Tahlili terhadap Qs. Maryam/ 19: 25-26) yang menjelaskan segudang manfaat kurma bagi tubuh dan membantu mempermudah proses Kelahiran.20 Juga skripsi dari Latifatun Nafisah dengan judul Pohon Bidara dalam al-Qur’an Studi Penafsiran Term Sidr (Kajian Tematik Tafsir al-Misbah dan Tafsir Ibnu Katsir) yang menjelaskan spesifik term Sidr (Pohon Bidara) dengan batas cakupan dalam kitab tafsir al-Misbah dan Ibnu Katsir saja.21 Dan juga skripsi dari Nur Aliah Binti Muid dengan judul Zaitun Menurut al-Qur’an dan Manfaatnya Bagi Kesehatan yang menjelaskan seputar manfaatnya dari buah Zaitun.22

Berbagai kajian yang penulis baca dan teliti al-Qur’an memberikan informasi tentang Tumbuhan dan Buah-buahan seperti yang penulis paparkan di atas. Ada kajian ayat yang sama dengan jurnal dari Liliek Harianie A.R dan M. Djamhuri. Akan tetapi, jika dilihat dari pembahasan buah pisang secara spesifik dan konteks dari ayat masih belum ada, dan perbedaan penelitian yang penulis ambil dengan jurnal Liliek adalah dengan

19 Khariruddin, “Morfologi dan Anatomi Buah dalam Al-Qur’an” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015).

20 Zulfadli, “Kurma dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tahlili terhadap QS.

Maryam/19: 25-26” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2015).

21 Latifatun Nafisah, “Pohon Bidara dalam Al-Qur’an Studi Penafsiran Term Sidr (Kajian Tematik Tafsir al-Misbah dan Tafsir Ibnu Katsir)” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2020).

22 Nur Aliah Binti Muid, “Zaitun Menurut Al-Qur’an dan Manfaatnya Bagi Kesehatan” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2015).

(40)

10

mengupas konteks dari ayat ini serta dilengkapi kandungan gizi dan manfaatnya.

Berangkat dari hal itu, penulis menemukan ruang dalam mengembangkan khazanah keilmuan Islam yang membahas secara detail tentang buah pisang arti term Ṭalḥin pada Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 29 dengan konteks yang terkandung di dalamnya, serta memaparkan kandungan gizi dan manfaat jika dikonsumsi oleh manusia. Dengan ini, penulis berharap dapat mendeskripsikannya dalam bahasan mengenai Studi Penafsiran Term Ṭalḥin dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Qs. Al-Wāqi’ah/ 56: 27- 29).

G. Metode Penelitian

Metode Penelitian ini, penulis menguraikan penelitian dengan beberapa metode, diantaranya: metode pendekatan, metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan metode analisis data.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis ambil adalah studi pustaka yang bersifat eksploratif, yakni berusaha untuk mengembangkan penelitian yang sudah ada sebelumnya dengan fokus pada Qs. al-Wāqi’ah/ 56: 29 beserta konteksnya.

2. Metode Pendekatan a. Pendekatan Qur’ani

Objek studi dalam kajian ini adalah ayat-ayat al-Qur’an. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode ini dengan menjadikan al-Qur’an sebagai sumber utama serta kitab-kitab tafsir sebagai sumber penunjang dalam usaha memahami ayat yang dikaji. Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan metode Maudhū’i. Adapun prosedur kerja dari metode ini, yakni: menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang satu masalah atau tema yang bertujuan sama untuk

(41)

11

kemudian melakukan penalaran (analisa) terhadap isi kandungan al-Qur’an menurut cara dan syarat tertentu untuk menerangkan makna-maknanya dan mengeluarkan unsur-unsurnya, dan menghubungkan antara yang satu dengan yang lainnya dengan korelasi yang bersifat komprehensif.23

b. Pendekatan Ilmu Sains

Pendekatan kedua ini yang menurut penulis adalah kunci dari penelitian ini yang mana diambil dari aspek ilmu Sains yang berfokus pada nutrisi dan kandungan apa yang terkandung pada buah pisang, yaitu dengan membaca literatur-literatur ilmu kesehatan yang valid (terpercaya) dan berkaitan dengan penelitian ini.24

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang penulis gunakan menggunakan penelitian kepustakaan (library research), yakni dengan menelaah berbagai macam referensi dan literatur yang terkait dengan penelitian skripsi ini. Studi ini menyangkut ayat-ayat al-Qur’an dan tentunya al-Qur’an sebagai sumber utama dengan mengambil tafsir Māfātih al-Ghaib (Fakhrudin al-Razi) dan al-Jawāhir (Tantawi Jauhari). Sedangkan rujukan yang bersifat sekunder diambil dari kitab-kitab tafsir lainnya, buku-buku keislaman dan sains serta artikel-artikel yang membahas tentang Ṭalḥin.

4. Metode Pengolahan dan Analisis data

Agar data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pembahasan yang akurat, maka penulis menggunakan metode pengolahan dan analisis data yang bersifat kualitatif. Adapun langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

23 Abdul Muin Salim, Mardan dan Ahmad Abu Bakar, Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’i (Makassar: Pustaka al-Zikra, 2011), 45.

24 Zulfadli, “Kurma dalam Al-Qur’an.” 14.

(42)

12

a. Metode Pengolahan Data

Sebagaimana yang saya ketahui dengan melihat rujukan skripsi Zulfadli, dalam mengolah data ada beberapa langkah yang harus ditempuh agar terciptanya keefisienan dan tingkat validitas yang terpercaya, diantaranya:

1) Collecting Data, mengumpulkan data sebanyak mungkin yang berkaitan dengan penelitian.

2) Displaying Data, mengecek ulang semua data yang telah dikumpulkan.

3) Reducing Data, menyeleksi data-data yang telah di cek ulang.

4) Reliable Data, menguji validitas data yang sudah diseleksi, dan 5) Conclusing Data, menyimpulkan semua data yang telah dihimpun

yang kemudian dimasukkan dalam penelitian.

b. Metode Analisis Data

Adapun analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1) Deduktif, yaitu suatu metode yang penulis gunakan dengan bertitik tolak pada pengetahuan yang bersifat umum, kemudian dianalisis untuk ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

2) Komparatif, yang suatu metode yang penulis gunakan dengan menggunakan atau melihat beberapa pendapat kemudian membandingkan dan mengambil yang kuat dengan jalan mengkompromikan beberapa pendapat tersebut.25

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari 5 bab, masing-masing terdiri dari sub-sub bab dan disusun secara sistematis antara lain:

Bab Pertama adalah Pendahuluan. Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah,

25 Zulfadli, “Kurma dalam Al-Qur’an,” 15.

(43)

13

Tujuan Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian dan juga Sistematika Penulisan.

Bab Kedua, penulis memaparkan al-Qur’an sebagai pedoman, isi kandungan serta tinjauan umum tentang nama-nama dan buah-buahan dalam al-Qur’an.

Bab ketiga, dikhususkan dalam menganalisis teks ayat dari Qs. al- Wāqi’ah/ 56: 27-29, Asbābun Nuzūl, penjelasan surat al-Wāqi’ah serta memaparkan berbagai pendapat para ulama tafsir mengenai ayat ini.

Bab keempat, menjelaskan bagaimana hakikat term Ṭalḥin dalam Qs.

al-Wāqi’ah/ 56: 29, alasan Allah SWT dari penyimpanan term Ṭalḥin pada ayat ini serta kandungan gizi dan manfaat yang terkandung didalamnya yang berguna bagi manusia.

Bab kelima merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

(44)
(45)

15 BAB II

KEISTIMEWAAN KANDUNGAN AL-QUR’AN A. Al-Qur’an sebagai Pedoman

Makhluk yang paling mulia dan sempurna di dunia ini adalah manusia. Manusia itu merupakan hamba Allah SWT yang diberi nafsu dan akal, dengan adanya nafsu itu maka pada manusia timbul bermacam-macam keinginan. Untuk dapat memenuhi keinginan itu manusia menggunakan nafsu dan akal pikiran dengan berbagai cara, nafsu ini dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat negatif, demikian pula halnya akal bisa bersifat positif dan negatif.

Kemampuan manusia dalam memahami hal tersebut sangat terbatas, oleh karena itu diperlukan semacam bantuan dengan beberapa petunjuk yang tersedia agar terciptanya pemikiran yang dikembangkan untuk dapat dimanfaatkan di kemudian harinya. Untuk mengendalikan hal ini, Allah SWT menurunkan agama dan mengutus para Nabi dan Rasul-Nya serta menurunkan kitab suci al-Qur’an yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan agama Islam sebagai petunjuk dan rahmat bagi manusia di dunia dan akhirat.1

Sebagaimana firman Allah SWT Qs. al-Nahl ayat 9 dan 44;

َ ِلْيِبَّسلاَ دْصَقَِههلِلاَىَلَعَو

َْوَلَوٌَۗرِٕىۤاَجَاَهْ نِمَو

ََْيِعَْجََاَْم كىهدََلَََء ۤاَش َ ࣖ

“Allahlah yang menerangkan jalan yang lurus dan di antaranya ada (jalan) yang menyimpang. Jika Dia menghendaki, tentu Dia memberi petunjuk kamu semua (ke jalan yang benar).” (Qs. al-Nahl/ 16: 9)

1 Ahmad Hamid, Sekelumit Kandungan Isi Al-Qur’an (Aceh: Syiah Kuala University Press,2015), 5.

(46)

16

َِلََرْكِهذلاََكْيَلِآَاَنْلَزْ نَاَوَ ِۗر برزلاَوَِتهنِهيَ بْلِبِ

ََّلَعَلَوَْمِهْيَلِاََلِهز نَاَمَِساَّنلِلََِهيَب ت

ََنْو رَّكَفَ تَ يَْم ه

“(Kami mengutus mereka) dengan (membawa) bukti-bukti yang jelas (mukjizat) dan kitab-kitab. Kami turunkan al-Żikr (al-Qur’an) kepadamu agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.” (Qs. al- Nahl/ 16: 44)

B. Kandungan Isi Al-Qur’an

Isi kandungan al-Qur’an secara garis besar yaitu meliputi:

1. Aqidah

Tidak asing rasanya dengan kata aqidah bagi seorang mukmin karena hal dasar inilah yang menjadi dasar dalam keimanan seseorang, dalam Al- Quran juga dijelaskan dengan tersirat maupun tersurat untuk menjadi petunjuk bagi yang mengimani-Nya. Jika dilihat dari segi bahasa (etimologis) aqidah berasal dari bahasa arab

ََدَقَع

yang bermakna ikatan, sangkutan atau menyimpulkan sesuatu.2

Secara istilah (terminologis), beberapa ulama mengemukakan sebagai berikut: menurut Hasan Al-Banna ‘aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa menjadi keyakinan yang bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.3 Adapun Abu bakar Jabir al-Jazairy berpendapat aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.

2 Ohan Sujana, Fenomena Aqidah Islamiyah Berdasarkan Quran dan Sunnah (Jakarta: Media Dakwah, 1994), 8.

3 Ohan Sujana, Fenomena Aqidah Islamiyah ..., 10-13

(47)

17

Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esaan Allah. Orang yang tidak meyakini ke-Maha Esaan Allah SWT berarti ia kafir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain Allah SWT dinamakan musyrik.

Dalam akidah islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila seseorang yang mengaku berakidah/beriman dia hanya mengimani Allah saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman saja.

Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah SWT, iman kepada Rasul-Rasul Allah SWT, iman kepada hari akhir, dan iman kepada Qada’ dan Qadar. Diantaranya ayat yang menjelaskan tauhid adalah Qs. al-Ikhlas/ 112: 1-4 sebagai berikut:

َ ٌدَحَاَ ههلِلاََو هَْل ق

َ ههلِلَا

َ دَمَّصلا

َ ْدَلْو يََْلََوَْدِلَيََْلَ

ٌَدَحَاَا و ف كَهَّلَْن كَيََْلََو َ

ࣖ َ

"Katakanlah (Muhammad SAW.), Dialah Allah, Yang Maha Esa.

Allah SWT tempat meminta segala sesuatu. (Allah SWT) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (Qs. al-Ikhlas/ 112: 1-4)

2. Ibadah dan Muamalah

Kata ibadah

(ةدابع)

secara etimologi yakni merendahkan diri serta tunduk. Adapun secara terminologi ada beberapa definisi dengan tujuan yang sama pula, seperti:

(48)

18

a. Ibadah adalah taat kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah- Nya sebagaimana perintah yang telah diturunkan kepada para Rasul- Nya untuk disebarkan kepada umat-Nya.

b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah SWT, yaitu dengan tingkatan tunduk yang sangat tinggi yang ditambah dengan rasa kecintaan (mahabbah) yang tinggi pula.4

Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, firman Allah SWT:

َِنْو د بْعَ يِلَ َّلاِاََسْنِْلااَوََّنِْلْاَ تْقَلَخَاَمَو

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Qs. al-Żāriyāt/ 51: 56)

Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: ibadah mahḍah dan ghairu mahḍah. Ibadah mahḍah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah ditentukan, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahḍah artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT, misalnya: silaturrahim, bekerja dengan niat ikhlas, menuntut ilmu, dan sebagainya.

Selain beribadah kepada Allah SWT karena kesadaran manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia juga memiliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama manusia lainnya. Maka al-Qur’an tidak hanya memberikan ajaran tentang ibadah sebagai wujud kebutuhan manusia terhadap Allah SWT. tetapi juga mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan lain manusia dengan hubungannya dalam kehidupan. (Misalnya: silaturrahim, jual beli, utang

4 Karman, Materi Al-Qur’an (Jakarta: Hilliana Press, 2014), 23.

(49)

19

piutang, sewa menyewa, dan kegiatan lain dalam kehidupan bermasyarakat.

Kegiatan dalam hubungan antar manusia ini disebut dengan muamalah.

Dalam al-Qur’an banyak ditemukan ajaran tentang tata cara bermuamalah, antara lain:

َِبَْم تْ نَ ياَدَتَاَذِاَآْو نَمهاََنْيِذَّلاَاَهر يَٓهيٰ

َْو ب تْكاَفَىًّمَسرمٍَلَجَاَ ٓهلِٰاٍَنْيَد

ََْم كَنْ يَّ بَْب تْكَيْلَوَ ۗ

َِتاَك ه

َ ٌٌۢب

َ ِلْدَعْلِبِ

....

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar....” (Qs. al-Baqarah/ 2: 282)

3. Akhlak

Menurut bahasa akhlak berasal dari kata

ٌَق ل خ

atau

ٌَقْل خ

yang berarti budi, yaitu sesuatu yang tersimpan dalam hati, sangat halus sulit diketahui orang lain namun memiliki kekuatan yang sangat besar terhadap tingkah laku perbuatan manusia,

ٌَقَْل خ

artinya perbuatan-perbuatan lahir.

Menurut istilah, akhlak adalah tingkah laku lahiriah yang diperbuat oleh seseorang secara spontan sebagai cerminan hati seseorang yang menciptakan hubungan baik antar pribadi dengan pribadi lainnya dan masyarakat dengan sesamanya.5

Akhlak merupakan satu pokok penting dalam ajaran Islam, sehingga Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya beliau adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia. Nabi Muhammad saw. adalah model dan suri tauladan bagi umat dalam bertingkah laku dengan akhlak mulia (karimah). Al-Qur’an merupakan

5 Karman, Materi Al-Qur’an, 5.

(50)

20

sumber ajaran tentang akhlak mulia itu. Dan beliau merupakan manusia yang dapat menerapkan ajaran akhlak dari al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian beliau. Sehingga wajarlah ketika Aisyah ra. ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlak beliau, lalu Aisyah ra. menjawab dengan menyatakan adalah beliau akhlak (al-Qur’an).

Ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi Muhammad SAW antara lain adalah:

ََههلِلاََرَكَذَوََرِخهْلااََمْوَ يْلاَوََههلِلاَاو جْرَ يََناَكَْنَمِهلٌَةَنَسَحٌَةَوْس اَِههلِلاَِلْو سَرَِْفَِْم كَلََناَكَْدَقَل

َ

ا ْيِْثَك

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah SWT.”

(Qs. al-Ahzab/ 33: 21) 4. Hukum

Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah- kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia.

Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak.

Al-Qur’an sumber hukum ajaran Islam banyak memberikan ketentuan-ketentuan hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum baik secara global (mujmal) maupun terperinci (tafṣil).

Beberapa ayat-ayat al-Qur’an yang berisi ketentuan hukum antara lain adalah:

ََم كْحَتِلَ ِهقَْلحِبَِ َبهتِكْلاَ َكْيَلِآَاَنْلَزْ نَآََّنَِّا

ََْيِنِٕى ۤاَخْلِهلَْن كَتَ َلاَوَۗ ههلِلاََكىهرَآَاَِبَِ ِساَّنلاََْيَب

َا مْيِصَخ

(51)

21

“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad saw.) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah Swt. kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat.” (Qs. al-Nisa/ 4: 105) 5. Sejarah/Kisah Umat Masa Lalu

Terdapat pada kamus umum bahasa indonesia karangan W.J.S Poerwadinata mengatakan sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu.6 al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu.

Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah SWT.

َِۗباَبْلَْلااَ ِلٰو ِهلاٌَةَْبِعَْمِهِصَصَقَِْفََِناَكَْدَقَل

ََتَْنِكهلَوَىهَتَْفر يَا ثْ يِدَحََناَكَاَمَ

َْيِذَّلاََقْيِدْص

ََْحَرَّوَى د هَّوٍَءْيَشَِهل كََلْيِصْفَ تَوَِهْيَدَيََْيَب

ََنْو نِمْؤر يٍَمْوَقِهلَ ة

“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Yusuf/ 12: 111)

6. Ilmu Pengetahuan dan Sains

Ilmu pengetahuan merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-Qur’an. Kata ‘ilm terdapat sebanyak 105 kali, tetapi jika dilihat dari kata jadiannya disebutkan lebih dari 744 kali.7 Banyak ayat yang

6 Fazlur Rahman, Islam, Terj. Senoaji Saleh, cet.II (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 49.

7 Manna’ Khalil al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Cet. III (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2008), 3.

(52)

22

memberikan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. Allah SWT yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.

Al-Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu diisyaratkan pada saat ayat al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yaitu Qs.

al-‘alaq/ 96: 1-5;

َ َقَلَخَْيِذَّلاََكِهبَرَِمْسِبَِْأَرْ قِا

َ ٍقَلَعَْنِمََناَسْنِْلااََقَلَخ

َ مَرْكَْلااََكربَرَوَْأَرْ قِا َ

ََمَّلَعَْيِذَّلا

َ ِمَلَقْلِبِ

َْۗمَلْعَ يََْلََاَمََناَسْنِْلااََمَّلَع

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha mulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (Qs.

al-‘alaq/ 96: 1-5)

Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah untuk membaca. Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses belajar untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan. Ini mengindikasikan bahwa al-Qur’an menekankan betapa pentingnya membaca dalam upaya mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.

C. Buah-Buahan dalam Al-Qur’an

Isi kandungan al-Qur’an terdiri dari Aqidah, Ibadah dan Muamalah, hukum, sejarah, akhlak dan Ilmu Pengetahuan. Sebagaimana kita ketahui al-Qur’an dari sisi Ilmu Pengetahuan salah satunya membicarakan tentang makhluk hidup. Alangkah indahnya al-Qur’an menyebutkan berbagai macam nama-nama hewan dan tumbuhan yang tentunya didalamnya terdapat ibrah yang Allah SWT maksudkan agar umat-Nya selalu

(53)

23

mengingat-Nya dengan ditandai nama-nama tersebut. Seperti yang kita ketahui nama-nama hewan dijadikan sebuah nama surat seperti al-Baqarah (Sapi Betina), Hūd (Hud), al-Nahl (Lebah), al-Naml (Semut), al-Ankabūt (Laba-laba), dan al-Fiil (Gajah). Dan masih banyak lagi nama hewan yang disebutkan yang terdapat dalam ayat al-Qur’an yang bisa kita ambil kisahnya sebagai pelajaran untuk selalu mengingat Allah SWT.

Tidak kalah menarik juga buah-buahan/tumbuh-tumbuhan yang disebutkan dalam al-Qur’an, banyak buah-buahan yang disebutkan dalam al-Qur’an, bahkan sebagian nama buah dijadikan sarana bersumpah oleh Allah SWT diketahui kemudian bahwa tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan itu menyimpan berbagai keajaiban, baik keajaiban penciptaan maupun manfaatnya. Para ahli juga mengungkapkan misteri yang melingkupi semua itu, dimana hal itu yang membuktikan bahwa al-Qur’an tidak memberikan informasi secara asal-asalan tanpa makna didalamnya. Keberadaan tumbuhan di muka bumi ini tidak datang secara tiba-tiba, melainkan Allah SWT yang mengatur segalanya dengan penciptaan-Nya yang mendatangkan manfaat bagi bumi yang kita duduki ini.8 Beberapa buah- buahan yang disebutkan dalam al-Qur’an:

1. Kurma

Kurma merupakan buah atau makanan pokok di kawasan Arab sejak ditemukan beribu tahun yang lalu. Kurma diyakini berasal dari sekitar teluk Persia dan diberdayakan sejak zaman Mesopotamia sampai Mesir kuno, mungkin 4000 tahun SM.9 Kurma dikenal dengan nama al-Nakhl (

لخنلا

( ,

al-Nankhiil (

ليخنلا

(, al-Nakhlah (

ةلخنلا

(, dan al-Nakhlan (

َ لاخنلا

( dalam kitab

8 Munir, Hadis-hadis tentang Tumbuh-tumbuhan Klasifikasi dan Kegunaan (Makassar, Alauddin University Press, 2013), 7.

9 Sunardi, Nabi saja Suka Buah (Solo: Aqwamedika, 2008), 67.

(54)

24

Mu’jam Al-Mufahras li al-Fāẓ al-Qur’ān al-Karīm, kurma terdapat dalam al-Qur’an berjumlah 20 kali yang tersebar di 16 surat.10

Salah satu ayatnya terdapat pada Qs. Maryam/ 19: 25-26;

َ ِكْيَلَعَْطِقهس تَِةَلْخَّنلاَ ِعْذِِبَِ ِكْيَلِآَْيِهز هَو

َ ر َاًّيِنَجَا بَط

َ ْيِل كَف

ََ قَوَِْبَِرْشاَو

َاَّمِاَف َا نْ يَعَْيِهر

َْرَذَنَْ ِهنِّآَِْلْو قَ فَ ا دَحَاَِرَشَبْلاََنِمََّنِيَرَ ت

ََ يْلاََمِهلَك اَْنَلَ فَا مْوَصَِنهْحَّرلِلَ ت َاًّيِسْنِاََمْو

Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (Qs. Maryam/ 19: 25-26) 2. Anggur

Anggur adalah bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa India atau Persia, Anggur. Sedangkan bahasa Arabnya adalah ‘inab karam, dan zabib.

Kata ‘inab disebutkan dalam al-Qur’an.11 Dalam al-Qur’an Anggur sendiri disebutkan dengan jumlah 14 kali.12 Salah satu ayatnya terdapat pada Qs.

al-Mu’minun/ 23: 19;

ََنْعَاَّوٍَلْيَِّنََّْنِهمَ ٍتههنَجَهِبَْم كَلََنَّْأَشْنَاَف

ََّوٌَةَْيِْثَكَ هِكاَوَ فَاَهْ يِفَْم كَلٍَ با ََنْو ل كَْتََاَهْ نِم

“Lalu dengan (air) itu, Kami tumbuhkan untukmu kebun-kebun kurma dan anggur; di sana kamu memperoleh buah-buahan yang banyak dan sebagian dari (buah-buahan) itu kamu makan.” (Qs. al- Mu’minūn/ 23: 19)

10 Muhammad Fuad Abdul Baqi’, Mu’jam Al-Mufahras li al-Fāẓ al-Qur’ān al- Karīm (Beirut: Dar Al-Marefah, 2009), 863.

11 Sunardi, Nabi saja...., 34

12 Devi Setya, “Detikfood, 2019,” Di akses, 16 Februari, 2021, https://food.detik.com/info-kuliner/d-4460889/masya-allah-6-buah-ini-tercatat-dalam- alquran

Gambar

Tabel 4.1 Komposisi Gizi Berbagai Jenis Buah Pisang Tiap 100 Gram  Bagian yang Dimakan ...........................................................
Gambar 4.1 Wilayah Hijaz dulu ..........................................................
Gambar 4.1 Wilayah Hijaz dulu  Sumber: Ihram.co.id (dari Republika.co.id) 8
Gambar 4.2 Wilayah Hijaz 1916-1923  Sumber: Encyclopedia of the school of Ahl al-Bayt 9
+3

Referensi

Dokumen terkait

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id.. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

[r]

1. Tidak melampirkan spesifikasi teknis barang X-RAY MULTIMETER. Tidak Melampirkan/tidak memiliki Dukungan Pabrikan/Distributor/Agen resmi untuk barang X-RAY

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi atas pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan atau menilai kemampuan perusahaan

Siswa secara berkelompok diminta untuk mengingat kembali salah satu ukuran badan teman sekelompoknya, kemudian siswa diminta untuk membuat pola busana dengan ukuran yang

‘IBRAH KISAH NABI MUSA AS DAN RELEVANSINYA DALAM KONTEKS INDONESIA (Penafsiran QS Al Qashash [28] 15 28 dalam Tafsir Al Misbah, Tafsir Al Azhar dan Tafsir al Sya’rawi) SKRIPSI

Hasil dari penelitian ini kepuasan pada pimpinan tidak berpengaruh pada kinerja tenaga penjual, sehingga dapat disimpulkan meskipun kinerja tenaga penjual meningkat

Materi Dakwah yang disampaikan para Ulama di Kecamatan Anjir Pasar tentang zakat pertanian tidak terlepas dari hukum-hukumnya serta bagian- bagiannya, seperti