Dina Damayanti, 2012
Penerapan Metode Accelerated Learning dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Komunikasi Matematis
Komunikasi melalui interaksi sosial memiliki peranan penting dalam membina pengetahuan matematika siswa. Oleh karena itu, guru hendaknya mewujudkan komunikasi yang berbentuk interaksi sosial di kalangan siswa dengan siswa, siswa dengan guru dalam proses pembelajaran matematika. Dengan tindakan tersebut, guru dapat membantu siswa dalam meningkatkan dan memperbaiki pengetahuan matematis yang telah terbiasa sebelumnya.
Komunikasi dapat diartikan sebagai proses menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain baik secara langsung (lisan) maupun tidak langsung (melalui media). Abdulhak (Ansari, 2003: 13) menyatakan bahwa “Komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan melalui saluran tertentu dan untuk tujuan tertentu”. Sedangkan, Bean dan Bart (Ansari, 2003: 16) mengemukakan bahwa komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk pemecahan masalah; kemampuan siswa mengkonstruksi; menjelaskan fenomena dunia nyata: secara grafik, kata-kata atau kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara fisik.
Dari uraian tersebut, menjelaskan bahwa komunikasi matematis sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya Abdulhak (Ansari, 2003: 13) menyatakan bahwa dalam Ilmu Komunikasi dikenal tiga jenis komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi linear yang sering disebut juga dengan komunikasi satu arah (one-way communication). Komunikasi linear mengandung arti bahwa hubungan yang terjadi hanya satu arah karena penerima pesan hanya mendengar pesan dari pemberi pesan. Dalam proses pembelajaran berarti yang berperan aktif adalah guru sebagai penyampai pesan.
2. Komunikasi relasional dan interaktif yang disebut dengan Model Cybernetics. Komunikasi ini merupakan komunikasi dua arah yakni
terjadinya interaksi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Dalam proses pembelajaran berarti siswa berinteraksi dengan guru. Namun sangat bergantung pada pengalaman. Pengalaman akan menentukan apakah pesan yang dikirimkan diterima oleh penerima sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pemberi pesan.
3. Komunikasi konvergen yang bercirikan multi arah. Terjadinya interaksi antar penerima pesan serta interaksi antara penerima pesan dan pemberi pesan, yaitu interaksi antar siswa serta interaksi antara guru dan siswa.
Kelebihan dari komunikasi konvergen dibandingkan dengan komunikasi relasional yaitu untuk komunikasi relasional, apabila siswa mengalami kesulitan belajar maka kesulitan tersebut dikembalikan ke guru untuk ditanggulangi.
Sementara pada komunikasi konvergen, apabila siswa mendapatkan kesulitan belajar, maka permasalahan tersebut dipecahkan bersama-sama di lingkungan siswa, sehingga melahirkan saling pengertian di antara mereka dan permasalahan diharapkan dapat terselesaikan. Pada penelitian ini komunikasi yang dipakai adalah komunikasi konvergen, karena menggunakan unsur belajar berkelompok.
Baroody (Ansari, 2003: 21-26) menyatakan bahwa terdapat lima aspek komunikasi, yaitu :
1. Representasi (Representing)
Representasi adalah bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau ide, atau translasi dari model fisik ke dalam simbol atau kata- kata. Selain itu, penggunaan representasi dapat meningkatkan fleksibilitas dalam menjawab soal-soal matematika.
2. Mendengar (Listening)
Mendengar merupakan sebuah aspek yang sangat penting ketika berdiskusi. Dalam komunikasi diperlukan adanya pendengar dan pembicara.
Mendengar secara hati-hati terhadap pertanyaan teman dalam satu kelompok juga dapat membantu siswa mengonstruksi lebih lengkap pengetahuan matematika dan mengatur jawaban yang lebih efektif. Pentingnya mendengar secara kritis juga dapat mendorong siswa berpikir tentang jawaban pertanyaan sambil mendengar.
3. Membaca (Reading)
Membaca merupakan kemampuan yang kompleks, karena di dalamnya terkait aspek mengingat, memahami, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasikan, dan akhirnya menerapkan apa yang terkandung dalam bacaan.
4. Diskusi (Discussing)
Berdiskusi merupakan lanjutan dari membaca dan mendengar. Siswa akan mampu menjelaskan dengan baik dalam suatu diskusi apabila
mempunyai kemampuan membaca, mendengar, dan mempunyai keberanian memadai. Kegiatan diskusi merupakan sarana bagi seseorang untuk dapat mengungkapkan dan merefleksikan pikiran-pikirannya. Dalam konteks pembelajaran, diskusi merupakan bagian penting yang harus dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada siswa menjelaskan pikiran- pikirannya yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
5. Menulis (Writing)
Menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran dalam bentuk tertulis. Menulis adalah alat yang bermanfaat dari berpikir karena melalui berpikir siswa memperoleh pengalaman matematika sebagai suatu aktivitas yang kreatif.
Ansari (2003: 6) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengungkapkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah dengan representasi yang relevan. Berdasarkan NCTM, Ansari (2003: 6) mengemukakan bahwa representasi itu meliputi: (1) bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau ide, (2) translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam bentuk simbol atau kata-kata. Adapun contoh representasi menurut Cai, Lane, dan Jakabcsin (Ansari, 2003: 6) adalah (1) memunculkan model konseptual seperti gambar, diagram, tabel, dan grafik (aspek drawing), (2) membuat model matematis atau persamaan aljabar (aspek mathematical expression), dan (3) memberikan penjelasan secara logis dan benar atau argument verbal yang didasarkan pada analisis terhadap gambar dan konsep-konsep formal (aspek written texts).
Kemampuan komunikasi matematis yang diteliti adalah kemampuan komunikasi lisan dan tertulis yang diungkapkan melalui representasi sebagaimana yang diungkapkan Cai, Lane, Jakabcsin (Ansari, 2003: 6) yaitu aspek drawing, aspek mathematical expression dan aspek written texts. Adapun indikator yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
(1) Aspek written texts (menulis), yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan bahasa lisan, tulisan, konkret, grafik, dan aljabar.
Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan dan menulis tentang matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan generalisasi.
(2) Aspek drawing (menggambar), yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide-ide matematis. Atau sebaliknya, dari ide- ide matematis ke dalam gambar dan diagram.
(3) Aspek mathematical expression (ekspresi matematis), yaitu mengekspresikan konsep matematis dengan menyatakan peristiwa sehari- hari dalam bahasa atau simbol matematis.
B. Metode Accelerated Learning
Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran lebih baik berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Dave Meier (Marjohan, 2009) penulis buku dengan judul “The Accelerated Learning
Handbook”, menyatakan bahwa untuk percepatan pembelajaran maka diperlukan
keterlibatan total dalam pembelajaran itu sendiri.
Rose dan Nicholl (2009: 35) menyatakan bahwa “Accelerated Learning atau cara belajar cepat adalah kemampuan menyerap dan memahami informasi baru dengan cepat dan menguasai informasi tersebut”. Sementara itu, menurut Simaremare (2009: 7), “Accelerated Learning dapat diartikan sebagai proses belajar aktif, siswa telah mengetahui fakta-fakta mengenai dirinya, teknik-teknik belajar yang sesuai dengan preferensinya sehingga menghasilkan peningkatan dalam kecepatan dan kualitas belajar”.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Accelerated Learning adalah suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan belajar siswa sehingga siswa bisa belajar dan memahami materi lebih cepat serta membuat belajar lebih menyenangkan agar terjadi interaksi yang aktif antara siswa dengan guru sehingga pembelajaran berjalan efektif.
(1) Prinsip-prinsip Accelerated Learning
Accelerated Learning merupakan sebuah metode alternatif yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. Implementasi Accelerated Learning menurut Meier (Rahim, 2011:9) didasari oleh prinsip-prinsip penting, yaitu:
a. Belajar bukan merupakan proses yang bersifat pasif dalam menyimpan pengetahuan tapi proses aktif menciptakan pengetahuan.
b. Belajar yang berpusat pada aktivitas jauh lebih baik daripada belajar yang hanya menekankan pada aktivitas presentasi semata.
c. Keterlibatan total individu akan meningkatkan hasil belajar.
d. Kolaborasi di antara siswa akan meningkatkan hasil belajar.
e. Peristiwa belajar yang menekankan pada belajar aktivitas jauh lebih efektif dari pada belajar yang menekankan pada aktivitas presentasi.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, menurut Meier (Rahim, 2011: 10), implementasi Accelerated Learning mempunyai beberapa karakteristik utama, yaitu:
 Flexible – luwes
 Joyful – menyenangkan
 Multi-pathed – banyak cara
 Ends-centered – berpusat pada tujuan
 Collaborative – kerja sama
 Humanistic – manusiawi
 Multi-sensory- multi indrawi
 Activity-centered – berpusat pada aktivitas
 Mental/emotional – menggunakan mental emosional
 Result based – berdasar pada hasil
(2) Enam Langkah Dasar Metode Accelerated Learning
Rose dan Nicholl (2009: 94) mengemukakan enam langkah dasar metode Accelerated Learning yang kemudian dikenal dengan istilah MASTER, yaitu:
a) Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)
Langkah ini bertujuan untuk memotivasi pikiran siswa untuk siap belajar. Menjelaskan bahwa setiap siswa dapat belajar, hanya saja setiap siswa memerlukan waktu yang berbeda-beda untuk memahami materi yang diberikan. Memberitahukan kepada siswa manfaat bagi siswa mempelajari materi matematika yang akan dipelajari.
b) Acquiring the Information (Perolehan Informasi)
Informasi yang diberikan oleh guru hendaknya dibatasi pada informasi yang benar-benar mendasar. Guru menjelaskan materi secara garis besar atau gagasan inti dari materi yang diajarkan. Hal ini dilakukan untuk memancing siswa supaya mereka mencari dan menggali sendiri informasi-informasi selanjutnya. Setiap orang mempunyai cara sendiri dalam menyerap informasi yang didapatkannya. Rose dan Nicholl (2009: 130), menyebutkan bahwa pada pembelajaran Accelerated Learning terdapat tiga gaya belajar yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi siswa untuk belajar mencari informasi tersebut, yaitu:
1. Visual
Belajar melalui melihat sesuatu, seperti melihat gambar, diagram, grafik dan peta konsep. Putranti (2007) menyatakan bahwa siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting dalam belajarnya adalah mata/penglihatan, dalam hal ini metode yang digunakan guru sebaiknya dititikberatkan pada media atau dengan cara
menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.
2. Auditori
Belajar melalui mendengar sesuatu, seperti mendengar ceramah, kaset, diskusi dan debat. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan (Putranti, 2007).
3. Kinestetik
Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung, seperti melakukan kegiatan dan mengalami sendiri. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan gerakan, sentuhan dan melakukan (Putranti, 2007).
c) Searching Out the Meaning (Menyelidiki Makna)
Pada tahap ini, siswa dituntut untuk menganalisis, mengevaluasi dan memahami materi yang dipelajari, yaitu dengan cara guru memberikan sejumlah masalah atau pertanyaan yang mendorong siswa menemukan sendiri penyelesainnya.
d) Trigger the Memory (Memicu Memori)
Siklus memicu memori sangat penting dalam belajar. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya ingat para siswa, antara lain:
a. Guru mengajak siswa untuk mengulang butir-butir materi yang utama dengan cepat pada akhir setiap pelajaran.
b. Guru mengajak siswa untuk mengulang butir-butir kunci dengan cepat pada awal sesi pelajaran berikutnya.
c. Guru mengajak siswa untuk membuat catatan dengan menggunakan kata-kata sendiri atau daftar ringkas.
d. Mengorganisasikan apa yang telah dipelajari ke dalam kelompok- kelompok atau kategori-kategori yang jelas.
e. Menciptakan akronim (singkatan).
e) Exhibiting What You Know (Mempresentasikan)
Salah satu kelompok belajar diberi waktu untuk mempresentasikan apa yang telah mereka ketahui dan peroleh, sedangkan kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan mengungkapkan gagasan- gagasannya. Dengan demikian kesempatan siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis akan terbuka lebar dengan adanya keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran.
f) Reflecting How You’ve Learned (Merefleksikan)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu (Simaremare, 2009: 11). Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Menurut Meier (Simaremare, 2009: 11), ada empat tahap pembelajaran Accelerated Learning, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Tahap ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk siap belajar.
Tujuan dari tahap persiapan ini adalah menggugah minat siswa, memberi mereka perasaan positif mengenai pembelajaran. Adapun cara yang dapat dilakukan dalam tahap ini, antara lain:
 Memberi sugesti positif.
 Menyatakan manfaat dari materi yang akan diajarkan kepada siswa.
 Menyatakan tujuan yang jelas dan bermakna mengenai materi yang akan diajarkan.
 Menghilangkan atau mengurangi rintangan belajar.
 Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.
2. Tahap Penyampaian
Tahap ini dimaksudkan untuk mempertemukan siswa dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tujuan dari tahap ini adalah membantu siswa menemukan materi baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan dan cocok untuk semua gaya belajar.
Adapun cara yang dapat dilakukan dalam tahap ini, antara lain:
 Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan.
 Pengamatan terhadap fenomena dunia nyata.
 Variasi agar cocok dengan semua gaya belajar.
 Berlatih memecahkan masalah.
3. Tahap Pelatihan
Tahap ini merupakan intisari dari Accelerated Learning. Tanpa tahap penting ini, tidak ada pembelajaran. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Tujuan dari tahap ini adalah membantu siswa mengintegrasikan dan memadukan pengetahuan atau keterampilan baru dengan berbagai cara. Adapun cara yang dapat dilakukan dalam tahap ini, antara lain:
 Latihan belajar lewat praktik.
 Aktivitas pemecahan masalah.
 Mengajarkan kembali.
4. Tahap Penampilan Hasil
Tujuan dari tahap ini adalah memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Adapun cara yang dapat dilakukan, antara lain:
 Aktivitas penguatan lanjutan.
 Materi penguatan pascasesi.
 Pengarahan berkelanjutan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap penggunaan metode Accelerated Learning adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
 Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
 Guru menyampaikan tujuan dan manfaat dari materi yang akan diajarkan. (Mind)
 Guru memotivasi siswa supaya siap untuk belajar. (Mind)
 Guru melakukan tanya jawab dengan siswa sebagai upaya apersepsi.
(Trigger)
2. Tahap Penyampaian
 Guru menyajikan bagan gagasan inti atau peta konsep dari materi yang akan diajarkan. (Acquire)
 Guru menjelaskan secara garis besarnya dari materi yang akan
diajarkan. (Acquire) 3. Tahap Pelatihan
 Guru memberikan suatu permasalahan untuk diselesaikan siswa.
(Search out)
 Guru menuntun siswa untuk memulai kegiatan presentasi di depan
kelas. (Exhibit) 4. Tahap Penampilan Hasil
 Guru memberikan evalusi kepada siswa. (Search out)
 Guru menyuruh siswa untuk membuat rangkuman dari materi yang dipelajari setelah selesai proses pembelajaran. (Trigger)
 Guru merefleksi setiap akhir pembelajaran. (Reflection)
C. Keterkaitan Metode Accelerated Learning dengan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Indikator kemampuan komunikasi matematis yang telah diuraikan di atas secara teori dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menggunakan metode Accelerated Learning. Hal ini dikarenakan tahapan-tahapan pembelajaran
dalam metode Accelerated Learning yang meliputi; siswa dikondisikan untuk siap belajar, menuntut keaktifan siswa dalam membangun pemahamannya terhadap materi yang diberikan sehingga siswa mampu memahami sekaligus mengomunikasikannya sendiri, terjadi interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa untuk mengomunikasikan jawaban dan proses solusi, sehingga pada akhirnya siswa mampu membuat suatu kesimpulan tentang penyelesaian dari setiap permasalahan yang diberikan dengan menggunakan kata- kata sendiri. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembelajaran melalui metode Accelerated Learning berakibat pada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.
D. Metode Ekspositori
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi
pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.
Sanjaya (Junaidi, 2011) menyatakan bahwa “metode ekspositori merupakan metode pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach)”. Dalam hal ini, guru memegang peranan yang sangat dominan dalam
pembelajaran. Melalui metode ini, guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.
Terdapat prosedur-prosedur pelaksanaan dalam pembelajaran melalui metode ekspositori Sanjaya (Junaidi, 2011) yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam metode ekpositori, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sangat bergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan, yaitu:
a. Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
b. Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
c. Merangsang dan mengubah rasa ingin tahu siswa.
d. Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
2. Penyajian (Presentation)
Tahap penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Hal yang harus diperhatikan oleh guru
adalah bagaimana materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, di antaranya yaitu penggunaan bahasa, intonasi suara, menjaga kontak mata dengan siswa, serta menggunakan kemampuan guru untuk menjaga agar suasana kelas tetap hidup dan menyenangkan.
3. Korelasi (Correlation)
Tahap korelasi adalah langkah yang dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
4. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Sebab melalui langkah menyimpulkan, siswa dapat mengambil inti sari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan. Sehingga siswa tidak merasa ragu lagi akan penjelasan guru. Menyimpulkan dapat dilakukan dengan cara mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan, memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang diajarkan dan membuat pemetaan keterkaitan antar pokok-pokok materi.
5. Mengaplikasikan (Aplication)
Tahap aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori. Sebab melalui langkah ini guru akan dapat
mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di antaranya dengan membuat tugas yang relevan, serta dengan memberikan tes materi yang telah diajarkan untuk dikerjakan oleh siswa.
E. Studi yang Relevan
Hasil studi relevan yang peneliti temukan di lapangan mengenai metode Accelerated Learning diantaranya:
1. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan Simaremare (2009) menyatakan hasil belajar siswa pada sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII B SMP Negeri 2 Kaimana setelah dilakukan metode Accelerated Learning meningkat.
2. Hasil penelitian Rahim (2011) yang dilakukan di kelas IX SMP Negeri 29 Bandung yang menunjukkan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika menggunakan metode Accelerated Learning memiliki kemampuan penalaran adaptif yang lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional dan siswa merespons positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan metode Accelerated Learning.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan rumusan masalah sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah “Peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa pada kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Accelerated Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan metode ekspositori.”