• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMAMPUAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KECAMATAN SUNGGAL

KABUPATEN DELI SERDANG

SAMUEL K SILITONGA 130906124

Dosen Pembimbing: Fernanda Putra Adela, S.Sos.,M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih, anugerah, dan pertolongan-Nya yang memampukan penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dorongan, semangat, dan bantuan lain dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof Runtung Sitepu, SH, M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin S.Sos, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Warjio, MA, Phd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Fenanda Putra Adela, S.Sos, M.si.,selaku Dosen Pembimbing yang memberikan bimbingan, saran dan petunjuk sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(3)

6. Bapak dan Ibu dosen, pegawai tata usaha dan perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Jumana selaku kepala desa Paya Geli dan Bapak Hardi Ismanto yang telah membantu penulis dengan memberikan data, keterangan dan informasi yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini.

8. Kepada Kepala Dusun I-VII dan Masyarakat Desa Paya Geli yang telah membantu memberikan informasi kepada penulis.

9. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang tercinta, M.T Silitonga dan Dra. NR Marpaung, M.Pd. dan Kepada Saudara-saudara saya, Grenita Silitonga, SE., Devi N Silitonga, ST yang sudah memotivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada Sri Yanti Yuliana, SE yang saya sayangi yang sudah menemani saya bimbingan dan menemani saya ke Desa Paya Geli sehingga skripsi dapat selesai.

Medan, Agustus 2018

Penulis

Samuel K Silitonga

(4)

ABSTRAK

KEMAMPUAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KECAMATAN SUNGGAL

KABUPATEN DELI SERDANG By

Samuel K Silitonga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemerintah desa di desa Paya Geli, Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD). Untuk melihat kemampuan pemerintah desa dalam pengelolaan ADD maka penulis merujuk pada pengelolaan yaitu mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, serta dokumen dan arsip dengan menggunakan teknik analisis data dengan teknik kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan pemerintah Desa di Paya Geli, Kecamatan Sunggal ini sebenarnya dari segi aspek kemampuan dalam administratif itu sudah membaik dari tahun ke tahun, tetapi dari segi penentuan program kerja dalam penggunaan ADD itu masih minim. Permasalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni; (1) Masyarakat Desa Paya Geli telah mempercayai pihak pemerintah desa dalam segala urusan permerintah desa, dan (2) Pengawasan oleh tim pengawas belum maksimal, (3) Kurangnya sumber daya manusia di kantor desa Paya Geli juga merupakan faktor utama tidak maksimalnya kinerja aparat desa dalam bidang pengelolaan ADD.

Kata Kunci : Pengelolaan Alokasi Dana Desa

(5)

ABSTRACT

ABILITY OF VILLAGE GOVERNMENT IN MANAGEMENT OF VILLAGE FUND ALLOCATION (ADD) IN SUNGGAL SUBDISTRICT,

DELI SERDANG REGENCY By

Samuel K Silitonga

This study aims to determine the ability of village government in the village Paya Geli, District Sunggal in the management of Village Fund Allocation (ADD). To see the ability of village government in the management of ADD then the authors refers to the management of starting from the planning stage, implementation, reporting and accountability. The research method used in this research is descriptive, data collection technique is done through observation, interview, and document and archive by using data analysis technique with qualitative technique.

The results show that the ability of village government in Paya Geli, Sunggal district is actually in terms of administrative capabilities that have improved from year to year, but in terms of determining the work program in the use of ADD is still minimal. The problem is influenced by several factors namely;

(1) Paya Geli Villagers have trusted the village government in all affairs of the village government, and (2) The supervision by the supervisory team has not been maximized, (3) The lack of human resources in the village office of margolembo is also the main factor of the inadequate performance of village officials in the field Management of ADD.

Keywords: Village Fund Allocation Management

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Kerangka Teori ... 8

1.6.1 Teori Desa ... 8

1.6.1.1 Desa Dalam UU No 6 Tahun 2014 ... 12

1.6.1.2 Teori Alokasi Dana Desa ... 16

1.6.1.2.1 Tujuan Alokasi Dana Desa ... 17

1.6.1.3 Pengelolaan Keuangan Desa ... 18

1.6.2 Teori Kemampuan ... 22

1.7 Jenis Penelitian dan Metode ... 24

1.7.1 Lokasi Penelitian ... 24

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data ... 25

1.7.3 Teknik Analisis Data ... 26

1.7.4 Definisi Konseptual ... 26

1.8 Sistematika Penulisan ... 28

BAB II PROFIL DESA PAYA GELI KABUPATEN DELI SERDANG ... 30

2.1 Profil Desa Paya Geli ... 30

2.1.1 Kondisi Geografis ... 30

2.1.2 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan ... 31

2.1.3 Keadaan Penduduk ... 32

2.2 Keadaan Sosial ... 33

2.2.1 Pendidikan ... 33

(7)

2.2.3 Keagamaan ... 35

2.3 Kondisi Ekonomi ... 36

2.3.1 Sumber Mata Pencaharian ... 36

2.4 Bagan Struktur Pemerintahan Desa Paya Geli ... 37

BAB III KEMAMPUAN PEMERINTAH DESA DALAM ALOKASI DANA DESA DI DESA PAYA GELI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG ……… 39

3.1 Pengelolaan Dana Desa ... 39

3.1.1 Perencanaan dan Pelaksanaan ... 40

3.1.2 Pertanggungjawaban ... 42

3.2 Alokasi Dana Desa ... 43

3.2.1 Pembangunan Desa ... 44

3.2.2 Pemberdayaan Masyarakat ... 46

3.3 Pelaksanaan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Paya Geli ... 48

3.3.1 Penggunaan ADD di Desa Paya Geli ... 49

3.3.2 Pendapatan Desa Paya Geli ... 52

3.3.3 Pelaksanaan dan Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Paya Geli Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang ... 53

3.4 Aspek Kemampuan Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa ... 64

BAB IV PENUTUP ... 65

4.1 Kesimpulan ... 65

4.2 Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ... 31

Tabel 2.2 ... 32

Tabel 2.3 ... 33

Tabel 2.4 ... 34

Tabel 2.5 ... 35

Tabel 2.6 ... 35

Tabel 2.7 ... 36

Tabel 3.1 ... 52

Tabel 3.2 ... 53

Tabel 3.3 ... 56

Tabel 3.4 ... 61

(9)

DAFTAR GAMBAR

Bagan 2.1 ... 37 Gambar 3.1 ... 50

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Desa sebagaimana konstitusi sebelumnya menggunakan norma yang ada dalam Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah struktur pemerintahan terendah dibawah kabupaten. Desa menerima tugas perbantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota. Sebagai organisasi pemerintahan yang berada dalam sistem pemerintahan kabupaten/kota maka kedudukan desa sebagai local state government. Pemerintah Desa lebih banyak bertugas sebagai pelaksana pembangunan yang telah didesain oleh pemerintah diatasnya, mengerjakan proyek yang direncanakan meskipun seringkali kurang bermanfaat bagi masyarakat desa.

Sekarang ini regulasi tentang Desa telah diatur khusus, terbitnya UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa menegaskan desa bukan lagi local state government tapi desa sebagai pemerintahan masyarakat, hybrid antara self governing community dan local self government. Pemerintah mendorong, memberikan kepercayaan dan mendukung prakarsa dan tindakan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.1

Sangat jelas, bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan warganya dalam segala aspek, baik dalam pelayanan

(11)

(public good), pengaturan (public regulation), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Berkaitan dengan hal tersebut, pengembangan wawasan dan pengetahuan bagi para penyelenggara pemerintahan desa merupakan kegiatan yang semestinya menjadi prioritas utama. Sehingga pengembangan wawasan, pengetahuan, sikap dan keterampilan para penyelenggara pemerintahan senantiasa teraktualisasi seiring dengan perubahan yang terjadi. Meningkatnya kualitas kapasitas Pemerintahan Desa melalui pengembangan kapasitas Pemerintahan Desa akan memberikan peluang yang besar bagi terlaksananya segala bentuk kegiatan pembangunan desa secara efektif dan efesien. Sebagai konsekuensi logis adanya kewenangan dan tuntutan dari pelaksanaan otonomi desa adalah tersedianya dana yang cukup. Pembiayaan atau keuangan merupakan faktor essensial dalam mendukung penyelenggaraan otonomi desa, sebagaimana juga pada penyelenggaraan otonomi daerah 2 . Sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa “autonomy“ indentik dengan “auto money“, maka untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri desa membutuhkan dana atau biaya yang memadai sebagai dukungan pelaksanaan kewenangan yang dimilikinya.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan kewenangan tersebut, dalam UU No 6 Tahun 2014 desa diberikan sumber-sumber pendapatan yang berasal dari tujuh sumber, yaitu:

2 Sadu Wasistiono, Penyelenggaraan Otonomi Desa, (Bandung: Fokus Media, 2006), hlm. 107.

(12)

a. Pendapatan asli desa, terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa;

b. Alokasi APBN (Dana Desa);

c. Bagian dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) Kabupaten/kota, minimal sebesar 10% dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota;

d. Alokasi Dana Desa, yaitu bagian dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota diluar DAK (DAU dan DBH) sebesar 10%;

e. Bantuan keuangan dari APBD provinsi/kabupaten/kota;

f. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga;

g. Lain-lain pendapatan desa yang sah.3

Ketentuan pasal tersebut mengamanatkan kepada pemerintah kabupaten untuk mengalokasikan dana perimbangan yang diterima kabupaten kepada desa- desa yaitu dalam bentuk Alokasi Dana Desa (ADD) dengan memperhatikan prinsip keadilan dan menjamin adanya pemerataan. ADD adalah alokasi dana ke desa dengan perhitungan dari Dana Perimbangan yang diterima oleh Kabupaten sebesar 10% setelah dikurangi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK).4 Dasar hukum pengalokasian Dana Perimbangan ke Desa sesuai dengan amanat dari Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Pasal 72 ayat (4), jika hal tersebut tidak dilaksanakan maka sanksi tegas dinyatakan dalam Pasal 72 ayat (6), dimana

(13)

Pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi Dana Perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Dalam kaitannya dengan pemberian alokasi dana desa di Kabupaten Deli Serdang, pemerintah kabupaten telah memberikan petunjuk teknis mengenai proses penyaluran dan jumlah pagu anggaran setiap desa melalui Peraturan Bupati Nomor 257 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pembagian Penetapan Rincian dan Pedoman Teknis Penggunaan Dana Desa di Kabupaten Deli Serdang. Dalam peraturan tersebut telah diatur bahwa 90% dari pagu dana desa yang diterima kabupaten dibagi secara merata kepada seluruh desa sebagai alokasi dasar.

Sebesar 10% dari pagu dana yang diterima kabupaten dibagi, menggunakan rumus dengan variabel jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa dan indeks kesulitan geografis desa. Perhitungan besaran dana yang dimaksud di atas ditetapkan dengan bobot jumlah penduduk 25%, angka kemiskinan 35%, luas wilayah 10%, dan indeks kesulitan geografis 30%. Rumus yang sudah ditetapkan sebagai berikut:

DDx = (0,25*JP) + (0,35*AK) + (0,10*LW) + (0,30)*IKG) Keterangan:

DDx = Dana Desa setiap Desa.

JP = Rasio jumlah penduduk setiap Desa terhadap total penduduk Desa Kabupaten Deli Serdang.

AK = Rasio jumlah penduduk miskin Desa terhadap total penduduk miskin Desa Kabupaten Deli Serdang.

(14)

IKG = Rasio IKG setiap Desa terhadap total IKG Desa Kabupaten Deli Serdang.5

Didalam pengelolaan ADD di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang masih terdapat beberapa permasalahan. Pengelolaan yang dimaksud yaitu keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa dalam hal ini adalah ADD.

Permasalahan yang ditemukan yaitu pada kemampuan pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat pada penggunaan bantuan ADD.

Pada tahap pembahasan rencana penggunaan ADD yang dihadirkan hanya orang-orang tertentu saja sementara hasil dari pembahasan rencana penggunaan ADD tidak diinformasikan kepada masyarakat secara umum sehingga masyarakat bahkan tidak tahu bahwa desa mendapatkan bantuan dana yang besar dari pemerintah pusat yang demikian berimplikasi pada partisipasi masyarakat yang cenderung apatis pada kegiatan yang dilakukan oleh pengelola ADD.

Permasalahan yang lain dijumpai pada kemampuan pemerintah desa dalam perencanaan penggunaan ADD pada tahap pembuatan rencana kerja, pembuatan laporan penggunaan ADD sehingga dapat membuat keterlambatan pencairan dana untuk tahap selanjutnya. Dengan memperhatikan kondisi lapangan serta dukungan informasi yang penulis dapatkan dari masyarakat Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, maka untuk menyikapi kenyataan tersebut penulis tertarik

(15)

mengangkat permasalahan ini ke dalam penelitian ilmiah. Adapun judul yang diangkat yaitu:

“KEMAMPUAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG.”

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan usaha untuk menyatakan secara tersirat pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya, atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana proses aliran anggaran Alokasi Dana Desa di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimana Pelaksanaan asas-asas pengelolaan keuangan dalam penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang?

3. Bagaimana kemampuan pemerintah desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang?

(16)

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini, perlu adanya pembatasan masalah terhadap masalah yang akan dibahas agar hasil penelitian tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai yaitu suatu karya tulis yang sistematis dan tidak meluas. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan pemerintahan desa dalam pengelolaan alokasi dana desa di Desa Paya Geli Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun Anggaran 2018.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah dikemukakan penulis, maka dalam hal ini yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian adalah untuk memberikan deskripsi mengenai kemampuan pemerintah dalam pengelolaan ADD di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dan penerapan asas-asas pengelolaan keuangan desa yang baik dan benar.

1.5 Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian idealnya penelitian tersebut mampu memberi manfaat. Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Secara teoritis, penelitian ini sebagai bahan masukan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khsususnya ilmu politik. Dalam artian tujuan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai karya ilmiah bagi yang ingin mengkaji studi pengelolaan dana desa.

(17)

2. Secara akademis, penelitian inidiharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran guna menambah pengetahuan di Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Secara praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan input bagi Pemerintah Desa diseluruh Desa di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang atau pihak lain yang sedang dalam proses pembanguan desa.

1.6 Kerangka Teori

Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian perlu ada pedoman dasar berpikir, yaitu sebuah kerangka teori. Kerangka teori adalah berfungsi sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari segimana peneliti menyoroti masalah yang akan dipilih. Teori itu sendiri adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara meumuskan hubungan antar konsep. Adapun kerangka teori yang menjadi landasan berpikir penulis dalam penelitian ini adalah:

1.6.1. Teori Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, desa yang berarti tanah air, tanah asal, atautanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau village diartikan sebagai “a groups of hauses or shops in a country area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul

(18)

dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.

Pengertian Desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan pertanian.

Egon E. Bergel (1955: 121), mendefinisikan desa sebagai “setiap pemukiman para petani (peasants)”. Sebenarnya, faktor pertanian bukanlah ciri yang harus melekat pada setiap desa. Ciri utama yang terlekat pada setiap desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil.

Sementara itu Koentjaraningrat (1977) memberikan pengertian tentang desa melalui pemilahan pengertian komunitas dalam dua jenis, yaitu komunitas besar (seperti: kota, negara bagian, negara) dan komunitas kecil (seperti: band, desa, rukun tetangga dan sebagainya). Dalam hal ini Koentjaraningrat mendefinisikan desa sebagai “komunitas kecil yang menetap tetap di suatu tempat”.6 Koentjaraningrat tidak memberikan penegasan bahwa komunitas desa secara khusus tergantung pada sektor pertanian. Dengan kata lain artinya bahwa masyarakat desa sebagai sebuah komunitas kecil itu dapat saja memiliki ciri-ciri aktivitas ekonomi yang beragam, tidak di sektor pertanian saja.

Selanjutnya, menurut Paul H. Landis, seorang sarjana sosiologi perdesaan dari Amerika Serikat, mengemukakan definisi tentang desa dengan cara membuat tiga pemilahan berdasarkan pada tujuan analisis. Untuk tujuan analisis statistik, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500

(19)

orang. Untuk tujuan analisa sosial-psikologi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal diantara sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung kepada pertanian.7

Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa:

“Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal- usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.”8

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Pembentukan desa tidak semata-mata sesuai dengan keinginan perangkat desa yang berwenang mengatur keseluruhan kegiatan di desa, seperti halnya dengan pembentukan atau pendirian organisasi baru, pembentukan desa pun harus memenuhi aturan-aturan yang ada, berikut landasan hukum

7 Paul H. Landis, Pengantar Sosiologi Desa dan Pertanian, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1948), hlm.12-13.

8 H.A.W. Widjaja. Otonomi Desa. (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), hlm. 3.

(20)

pembentukan desa adalah UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa dan diatur lebih lanjut dalam PP No 43 Tahun 2014 yang telah direvisi menjadi PP No 47 Tahun 2015 tentang peraturan pelaksanaan UU No 6 Tahun 2014.

Dalam UU No 6 Tahun 2014 pembetukan desa harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan;

b. Jumlah penduduk sebagaimana diatur pada pasal 8 ayat (3) b;

c. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar wilayah;

d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa;

e. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung;

f. Batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota; dan

g. Sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan tersedianya dana operasional, penghasilan tetap,dan tunjangan lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.9

(21)

1.6.1.1 Desa Dalam UU No.6 Tahun 2014

Sebelum membahas lebih lanjut tentang pemerintah desa, lebih baiknya kita mengetahui pengertian pemerintah atau pemerintahan itu sendiri.

Pemerintahan adalah proses, cara, perbuatan memerintah yang berdasarkan demokrasi, gubernur memegang tampuk didaerah tingkat I, segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan Negara.10

Pemerintah Desa merupakan bagian dari pemerintah nasional, yang penyelenggaraanya ditujukan kepada desa.Pemerintahan desa adalah suatu proses dimana usaha-usaha masyarakat desa yang bersangkutan dipadukan dengan usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pemerintah desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dimaknai sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untukmengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat.11

10 Inu Kencana Syafi’I, Etika Pemerintahan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 97.

11 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

(22)

Dalam konteks UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah desa adalah kepala desa yang dibantu oleh perangkat desa lainnya dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam menjalankan tugasnya. Pada pasal 26 ayat (2) menyatakan, bahwa dalam melaksanakan tugas Kepala Desa berwenang:

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

d. Menetapkan Peraturan Desa;

e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

f. Membina kehidupan masyarakat Desa;

g. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

h. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuranMasyarakat Desa;

i. Mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

k. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;

l. Memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

(23)

n. Mewakili Desa didalam dan diluar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan

o. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.12

Berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh Kepala Desa, maka secara hukum memiliki tanggung jawab yang besar, oleh karena itu untuk efektif harus ada pendelegasian kewenangan kepada para pembantunya atau memberikan mandat. Oleh karena itu dalam melaksanakan kewenangannya, Kepala Desa diberikan sebagaimana ditegaskan pada pasal26 ayat (3) UU No 6 Tahun 2014, yaitu dalam melaksanakan tugas Kepala Desa berhak:

a. Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;

b. Mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;

c. Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;

d. Mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan; dan e. Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada

perangkat Desa.13

Patut disadari, bahwa disamping kewenangan dan hak yang dimiliki Kepala Desa memiliki kewajiban yang ditegaskan dalam UU No 6 Tahun 2014 pada pasal 26 ayat(4). Dalam melaksanakan tugas Kepala Desa berkewajiban:

12 UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 26 (2).

13 UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 26 (3).

(24)

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

c. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

d. Menaati dan menegakkan peraturan perundangundangan;

e. Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;

f. Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme;

g. Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di Desa;

h. Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;

i. Mengelola Keuangan dan Aset Desa;

j. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa;

k. Menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;

l. Mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;

m. Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa;

n. Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa;

o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; dan

(25)

p. Memberikan informasi kepada masyarakat Desa.14 1.6.1.2. Teori Alokasi Dana Desa

Melalui UU No.6 tahun 2014 tentang Desa, setiap desa diberikan keleluasaan untuk mengatur kewenangannya sendiri, baik kewenangan berdasarkan hak asal usul,kewenangan lokal berskala desa, dan kewenangan yang ditugaskan Pemerintah Pusat/ Provinsi/ Kab/Kota sesuai ketentuan perundang- undangan.

Dalam UU No. 6 Tahun 2014 Alokasi Dana Desa yang dikenal dengan ADD adalah alokasi dana ke desa dengan perhitungan dari Dana Perimbangan yang diterima oleh Kabupaten sebesar 10% setelah dikurangi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK). ADD dibagi kepada setiap Desa dengan mempertimbangkan: (1) kebutuhan penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa, (2) jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa, luas wilayah Desa, dan tingkat kesulitan geografis Desa.15

ADD adalah dana yang cukup signifikan bagi Desa untuk menunjang program-program Desa. Pengelolaan keuangan baik dari anggaran sampai realisasi harus melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan aparat Pemerintah Daerah.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah baik Pemerintah desa dan Pemerintah Kecamatan adalah kurangnya pengendalian terhadap pengelolaan Dana yang berasal dari ADD. Hal ini disebabkan karena minimnya sumber daya yang adadan kurangnya kontrol dari Pemerintah dan Masyarakat. Untuk itu perlu

14 UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 26 (4).

15 UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 72.

(26)

diketahui sejauh mana efektifitas pengelolaan ADD dan sejauh mana peran dari ADD dalam program Desa sehingga tujuan Pemerintah mengalokasikan Dana Pemerintah Pusat dan Daerah bisa membantu program desa dan tujuan pemerintah terwujud.

1.6.1.2.1 Tujuan Alokasi Dana Desa

Tujuan pemberian Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa antara lain meliputi:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki.

c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa serta dalam rangka pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari ADD dalam APBDesa sepenuhnya dilaksanakan oleh tim pelaksana Desa. Adapun penggunaan ADD terdiri atas:

1) Pelaksanaan kegiatan-kegiatan dan pembiayaannya bersumber dari ADD dalam APBDesa sepenuhnya dilaksanakan oleh tim pelaksana Desa

2) Penggunaan alokasi dana desa terdiri dari:

(27)

1. Belanja wajib / tunjangan ( Penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat Desa serta Tunjangan Kepala Desa dan sekretaris Desa non PNS)

2. Belanja operasional pemerintah desa dan BPD 3. Belanja penyelenggaraan pemerintahan desa 4. Belanja Pembangunan Desa

5. Belanja Pemberdayaan Masyarakat dan peningkatan Kapasitas Kepala desa dan perangkat Desa serta Pembinaan kemasyarakatan desa.

1.6.1.3 Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu. Pengelolaan ADD terintegrasi dengan APBDesa yang merupakan bagian pengelolaan keuangan desa. Berdasarakan Peraturan Mentri Dalam Negeri (Mendagri) No 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Didalamnya disebutkan tahapan-tahapan pengelolaan yaitu perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban.

1. Perencanaan

Menurut Sutarno (2004: 109), perencanaan diartikan sebagai perhitungan dan penentuan tentang apa yang dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu dimana menyangkut tempat, oleh siapa pelaku itu atau pelaksanaan tata cara mencapai tujuan tersebut. Dari pernyataan tersebut perencanaan dapat diartikan

(28)

sebagai pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemusatan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.

Pada prinsipnya perencanaan merupakan suatu proses yang tidak mengenal akhirnya dan untuk mencapai hasil yang memuaskan maka harus mempertimbangkan kondisi diwaktu yang akan datang. Pada hakekatnya perencanaan adalah sebuah proses yang penting dan menentukan keberhasilan suatu tindakan (Suharto, 2010: 71). Dengan demikian, kunci keberhasilan dalam pengelolaan atau manajemen tergantung dalam proses perencanaannya. Apabila jika gagal merencanakan maka kita merencanakan dikatakan bahwa perencanaan menunjuk pada kegiatan-kegiatan pelayanan yang dilakukan suatu instansi untuk mensejahterakan anggotanya.

Setiap perencanaan dibuat mengikuti tahapan tertentu. Tahapan tersebut biasanya berbeda-beda tergantung pada jenis perencanaan, tujuan perencanaan dan konteks perencanaan (Suharto, 2010: 75).

Dalam tahap perencanaan meliputi identifikasi masalah, penentuan tujuan dan penyusunan dan pengembangan rencana kegiatan (Suharto, 2010: 75).

Identifikasi masalah erat kaitannya dengan kebutuhan. Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kekurangan yang mendorong masyarakat untuk mengatasinya (Suharto, 2010: 76).

Penentuan tujuan dapat menjadi target yang menjadi dasar bagi pencapaian keberhasilan program. Selanjutnya penyusunan dan pengembangan rencana program, para perencana (stakeholders) bersama-sama menyusun pola

(29)

rencana intervensi dan komprehensif. Pola ini menyangkut tujuan-tujuan khusus, strategi-srategi, tugas-tugas dan prosedur yang ditujukan untuk membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan pemecahan masalah (Suharto, 2010: 78).

Berdasarkan penjelasan tentang konsep perencanaan, maka perencanaan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu cakupan tindakan atau kegiatan pelaku (Pengelola ADD) dengan maksud tujuan tertentu yakni untuk memecahkan masalah yang ada dan memberikan solusi secara nyata berupa program-program untuk memecahkan masalah tersebut. Perencanaan yang dimaksud dalam konteks ini adalah perencanaan yang dilakukan oleh Tim Pelaksana ADD di Kecamatan Sunggal dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa.

2. Pelaksanaan dan Penatausahaan

Menurut Rue dan Byars (2006: 6) Organizing is grouping activities, assigning activities an providing the authority necessary to carry out the activities (pengorganisasian merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan penugasan kegiatan-kegiatan penyediaan keperluan, wewenang untuk melaksanakan kegiatannya). Pelaksanaan atau Organizing dapat diartikan sebagai implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan.

Pelaksanaan atau pengorganisasian juga dapat diartikan sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya dan mengalokasikan sumber

(30)

daya serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan (Fattah, 2008: 71). Jadi setelah melaksanakan perencanaan maka langkah selanjutnya adalah pengorganisasian, dalam hal ini harus jelas siapa yang menjalankan dan yang dijalankan, agar semuanya berjalan dengan lancar. Tahap pelaksanaan program intinya menunjuk pada perubahan proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah. Penerapan kebijakan atau pemberian pelayanan merupakan tujuan, sedangkan operasi atau kegiatan-kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan (Suharto, 2010: 79).

Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa yang dalam pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada perangkat desa. Perangkat desa terdiri atas sekretariat desa, pelaksana kewilayahan dan pelaksana teknis.

Perangkat desa berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala desa. Sekretariat desa dipimpin oleh sekretaris desa dibantu oleh unsur staf sekretariat yang bertugas membantu kepala desa dalam bidang administrasi pemerintahan.

Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai satuan tugas kewilayahan. Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala desa sebagai pelaksana tugas operasional. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayarkan, dan mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam rangka

(31)

pelaksanaan APBDesa. Pencairan dana dalam rekening kas Desa ditandatangani oleh Kepala Desa dan Bendahara Desa.

3. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Menurut Arnos Kwaty dalam Hansen (2005:116) mengatakan:

“pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para pimpinan untuk mengoperasikan pusat-pusat pertanggungjawaban mereka.”

Dari konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur perencanaan dengan anggaran dan kegiatan dalam berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban yang harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan pengendalian periodik.

Berdasarkan pernyataan diatas pertanggungjawaban dalam penelitian ini adalah laporan-laporan berkala yang dilakukan oleh Kepala Desa sebagai Ketua Pelaksana ADD di Kecamatan Sunggal. Penyampaian laporan dilaksanakan melalui jalur struktural yaitu dari Tim Pelaksana Tingkat Desadan diketahui Kepala Desa ke Tim Pendamping Tingkat Kecamatan secara bertahap.

1.6.2 Teori Kemampuan

Istilah “kemampuan” mempunyai banyak makna, Jhonson dalam (Cece Wijaya, 1991:3) berpendapat bahwa “kemampuan adalah perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan”.

Sementara itu, menurut Kartono (1993:13) bahwa “kemampuan adalah segala

(32)

daya, kesanggupan, kekuatan dan keterampilan teknik maupun sosial yang dianggap melebihi dari anggota biasa.”16

Victor H. Vroom sebagaimana dikutip oleh Gibson Ivancevich dan Donnely dalam buku “Organisasi dan Managemen” memberikan batasan kemampuan sebagai potensi orang untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan.Mungkin kemampuan itu dimanfaatkan atau mungkin juga tidak.

Kemampuan seseorang berhubungan erat dengan kemampuan fisik dan kemampuan mental yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan pekerjaan atau bukan yang ingin dilaksanakan. Sedangkan Kartini Kartono (1983:31) memberikan pengertian lain mengenai kemampuan, yaitu segala daya, kesanggupan, kekuatan, keterampilan teknis dan sosial yang dianggap melebihi kemampuan anggota biasa lainnya.

Adapula pendapat lain menurut Akhmat Sudrajat adalah menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran yang mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki.17

Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok faktor yaitu:

a. Kemampuan Intelektual

16 Randi Arista, E- Jurnal Ilmu Pemerintahan studi Kemampuan Aparatur Desa, diakses pada tanggal 19 Mei 2018.

(33)

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental, berpikir, menalar dan memecahkan masalah.

b. Kemampuan Fisik

Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik serupa.18

1.7 Jenis Penelitian dan Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang yang dianggap berasal dari masalah sosial kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data secara spesifik dari para partisan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum menafsirkan makna dan data.19

1.7.1. Lokasi Penelitian

Adapun Lokasi yang ditentukan penulis untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian terhadap kemampuan pemerintah desa dalam pengelolaan alokasi dana desa yaitu di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang meliputi 17 desa/kelurahan yaitu Helvetia, Kampung Lalang,

18 Universitas Petra. Pengertian Kemampuan (ability). http://digilib.petra.ac.id diakses pada tanggal 14 Agustus 2018.

19 John W. Creswell, Research Design, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm 4-5.

(34)

Medan Krio, Mulyo Rejo, Paya Geli, Puji Mulyo, Purwodadi, Sei Beras Sekata, Sei Mencirim, Sei Semayang, SM Diski, Suka Maju, Sukajadi (Serba Jadi), Tanung Gusta, Tanjung Selamat, Telaga Sari, dan Tunggal Kanan (Sunggal Kanan). Namun desa yang akan diteliti hanya Desa Paya Geli karena menurut penulis desa tersebut memiliki beberapa pabrik dan pantas untuk diteliti bagaimana pemerintah desanya dapat mengatur alokasi dana yang diberikan oleh pemerintah pusat.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:

a. Wawancara

Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsungsecara lisan dan tulisan kepada Informan yang dianggapmemahami permasalahan yang diteliti. Adapun yang menjadiinforman dalam penelitian ini adalah:

1) Kepala Desa Paya Geli selaku orang yang bertanggung jawab di Desa Paya Geli.

2) Sekretaris Desa Paya Geli selaku koordinator kegiatan-kegitan di Desa Paya Geli.

3) Kaur pembangunan Desa Paya Geli selaku orang yang bertanggung jawab dalam hal kegiatan yang ada di desa.

4) Bendahara Desa Paya Geli selaku orang yang bertanggung jawab dalam pelaporan keuangan Desa.

(35)

5) Ketua BPDesa Paya Geli selaku pihak yang terlibat dalam musyawarah desa.

6) Masyarakat umum atau tokoh agama di Desa Paya Geli terdiri dari satu atau dua orang.

b. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian dilakukan dengan meneliti secara langsung ke instansi untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian.

c. Penelitian kepustakaan (library research)

Penelitian ini dilakukan mengumpulkan data serta mempelajari literatur- literatur yang ada berupa karya ilmiah, buku-buku,atau kepustakaan lain yang berhubungan erat dengan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.7.3. Teknik Analisis Data

Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

Keunggulan dari alat penelitian kualitatif adalah bahwa alat penelitian, dalam hal ini peneliti, dapat berbicara dan berpikir.20

1.7.4. Definisi Konseptual

Konsep adalah abtraksi yang dibentuk menggeneralisasikan hal-hal yang berisfat khusus.Kerangka konsep merupakan defenisi untuk menggambarkan

20 Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), hlm 67.

(36)

secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun alami. Untuk itu ada beberapa konsep yang diangkat dalampenelitian ini, yaitu:

a. Pemerintah desa berdasarkan UU No 6 Tahun 2014 tentang desa, Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

Pemerintah desa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemerintah desa di Desa Paya Geli.

b. Alokasi Dana Desa yang kemudian disebut ADD adalah dana responsivitas Negara untuk membiayai kewenangan desa dan memperkuat kemandirian desa. Ketentuan pasal tersebut mengamanatkan kepada Pemerintah Kabupaten untuk mengalokasikan dana perimbangan yang diterima Kabupaten kepada Desa-desa yaitu dalam bentuk ADD dengan memperhatikan prinsip keadilan dan menjamin adanya pemerataan. ADD adalah alokasi dana ke desa dengan perhitungan dari Dana Perimbangan yang diterima oleh Kabupaten sebesar 10% setelah dikurangi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK). ADD yang penulis maksudkan adalah ADD di Kabupaten Deli Serdang.

c. Kemampuan Pemerintah desa yang dimaksudkan yaitu kemampuan dalam pengelolaan ADD yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggung jawaban keuangan desa.

1) Perencanaan yang dimaksudkan adalah tahapan perencanaan penggunaan ADD yaitu pembuatan rencana kerja.

(37)

2) Pelaksanaan yang dimaksudkan yaitu tahapan penggunaan ADD.

3) Penatausahan yang dimaksud yaitu segala rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang milik desa yang diperoleh dari hasilpenggunaan ADD.

4) Pelaporan yang dimaksud yaitu upaya pengelola ADD untuk melaporkan setiap perkembangan kegitan yang sedang dijalankan atau telah diselesaikan kepada pendamping ataupun penanggungjawab ADD.

5) Pertanggung jawaban keuangan desa yang dimaksudkan penulis adalah pertanganggung jawaban penggunaan ADD sebagai bentuk laporan hasil dari penggunaan ADD.

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan agar proses penyusunan karya ilmiah lebih mudah dan terarah. Maka penulis membagi sistematika penulisan ini menjadi empat bab, yaitu:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada BAB I akan menguraikan danmenjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

(38)

BAB II: PROFIL DESA PAYA GELI KABUPATEN DELI SERDANG Pada BAB II ini akan menjelaskan profil Desa Paya Geli di Kabupaten Deli Serdang. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah bagaimana keadaan penduduk di Desa Paya Geli, dan juga menjelaskan tingkat pendidikan di desa tersebut.

BAB III: KEMAMPUAN PEMERINTAH DESA DALAM ALOKASI DANA DESA DI DESA PAYA GELI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

Pada BAB III ini akan menguraikan dan menjelaskan aliran Alokasi Dana Desa dan menguraikan hasil wawancara yang telah dilaksanakan oleh penulis di desa Paya Geli Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

BAB IV: PENUTUP

Pada BAB IV ini merupakan bab akhir yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya serta berisi kemungkinan adanya saran-saran yang peneliti peroleh setelah melakukan penelitian.

(39)

BAB II

PROFIL DESA PAYA GELI KABUPATEN DELI SERDANG

2.1 Profil Desa Paya Geli

2.1.1. Kondisi Geografis

Desa Paya Geli merupakan wilayah dataran rendah yang terletak pada ketinggian 25 m diatas permukaan laut, mempunyai iklim tropis dengan keadaan suhu rata-rata harian minimum 25°C dan maksimum 35°C, dan curah hujan rata- rata 2000-3000 mm tahun. Desa Paya Geli memiliki jarak 4 km dari ibu kota Kecamatan yaitu Sunggal dan terletak 35 km dari ibu kota Kabupaten yaitu Lubuk Pakam serta terletak 4 km dari ibu kota kecamatan yaitu Sunggal. Desa Paya Geli mempunyai luas wilayah sebesar 326 Ha yang menurut fungsinya paling dominan digunakan sebagai areal pemukiman. Selain itu penggunaan lahan juga digunakan untuk bangunan, perkarangan, persawahan, dan lainnya.

Ditinjau dari letak geografisnya Desa Paya Geli mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan jalan Medan-Binjai Kecamatan Sunggal.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sunggal Kanan Medan Krio Kecamatan Sunggal.

(40)

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lalang Sungai Sei Belawan Kecamatan Sunggal.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pujimulio Kecamatan Sunggal.

2.1.2 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan

Desa Paya Geli mempunyai wilayah sebesar 326 Ha yang menurut fungsinya paling pedoman digunakan sebagai areal pemukiman. Selain itu penggunaan lahan juga digunakan untuk bangunan, pekarangan, persawahan, dan lainnya. Distribusi luas dan penggunaan lahan di Desa Paya Geli dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Desa Paya Geli

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas(Ha) Persentase (%)

1 Pemukiman 268 82,3

2 Persawahan 4 1,2

3 Luas Pemakaman 2 0,6

4 Perkantoran 1 0,3

5 Sekolah 5 1,5

6 Lapangan Sepak Bola 1 0,3

7 Perkebunan 3 0.9

8 Jalan 42 12,9

Jumlah 326 100

(41)

Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling besar di Desa Paya Geli untuk areal pemukiman yaitu 82,3% dari luas wilayah keseluruhan.

Penggunaan lahan lainnya untuk jalan sebesar 12,9%, untuk sekolah dipergunakan lahan sebesar 1,5%, persawahan sebesar 1,2%, perkebunan sebesar 0,9%, pemakaman umum sebesar 0,6%. Penggunaan lahan paling sedikit untuk perkantoran dan lapangan sepakbola yang masing-masing sebanyak 0,3%.

2.1.3 Keadaan Penduduk

Masyarakat di Desa Paya Geli mayoritas memeluk Agama Islam dan Suku Jawa yang bermata pencaharian petani, buruh, pedagang dan karyawan. Keadaan jumlah penduduk Desa Paya Geli Tahun 2018 sebesar 21.265 Jiwa yang tergabung dalam 4.923 Kepala Keluarga.

Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Paya Geli dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah(jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 10.532 49,53

2 Perempuan 10.733 50,47

Jumlah 21.265 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Paya Geli, 2018

(42)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk terbanyak berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 10.733 dengan persentase 50,47%.

2.2 Keadaan Sosial 2.2.1 Pendidikan

Berikut adalah keadaan pendidikan masyarakat di Desa Paya Geli Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 2.3

Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Paya Geli

NO Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 TK / PAUD 173 6,70

2 SD / MI 786 30,57

3 SLTP / MTs 782 30,42

4 SLTA / MA 387 14,99

5 S1 / DIPLOMA 143 5,53

6 Putus Sekolah 267 11,79

7 Buta Huruf - -

Jumlah 2.583 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Paya Geli, 2018

Dari tabel di atas dapat diketahui tingkat pendidikan masyarakat di Desa Paya Geli paling banyak ditingkat Sekolah Dasar sebesar 30,57%. Dan terbesar berikutnya berada pada tingkat Sekolah Menengah Pertama sebesar 30,42%.

(43)

Terbesar berikutnya berada pada tingkat Sekolah Menengah Atas sebesar 14,99%.

Jumlah masyarakat yang putus sekolah dapat dikatakan cukup tinggi mencapai angka 11,79% dan terdapat paling banyak di Dusun III. Setelah saya wawancarai salah seorang warga di Dusun III untuk mempertanyakan mengapa bisa sampai putus sekolah dikarenakan kurang memiliki dana untuk sekolah.

2.2.2 Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan yang terdapat di Desa Paya Geli dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.4

Jumlah Lembaga Pendidikan Di Desa Paya Geli

NO Lembaga Pendidikan Jumlah (unit) Lokasi

1 Gedung TK / PAUD 11 Dusun I s/d VII

2 SD / MI 4 Dusun III, V, dan VII

3 SLTP / MTs 1 Dusun V

4 SLTA / MA - -

5 Perguruan Tinggi 1 Dusun IV

Sumber: Kantor Kepala Desa Paya Geli, 2018

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan di Desa Paya Geli masih ada yang kurang, yakni belum adanya gedung Sekolah Menengah Atas (SMA). Masyarakat di sana kalau sudah menginjak SMA akan bersekolah ke

(44)

Binjai atau bersekolah di Sunggal. Tetapi masih ada juga beberapa masyarakat yang putus sekolah dikarenakan kekurangan biaya.

2.2.3 Keagamaan

Berikut adalah data keagamaan di Desa Paya Geli pada Tahun 2018:

Tabel 2.5

Data Keagamaan Masyarakat Desa Paya Geli

No Agama Jumlah

1 Islam 18.144

2 Katolik 149

3 Kristen 2.646

4 Hindu 26

5 Budha 300

Jumlah 21.265

Sumber: Kantor Kepala Desa Paya Geli, 2018:

Tabel 2.6

Tempat Ibadah Di Desa Paya Geli

No Tempat Ibadah Jumlah

1 Masjid 10

2 Musholla 7

3 Gereja 2

4 Pura -

5 Vihara -

Jumlah 19

Sumber: Kantor Kepala Desa Paya Geli, 2018

(45)

2.3 Kondisi Ekonomi

2.3.1 Sumber Mata Pencaharian

Berikut ini adalah jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat Desa Paya Geli, yakni:

Tabel 2.7

Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Paya Geli

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)

1 Petani 74

2 Pedagang 422

3 PNS 134

4 Tukang 369

5 Guru 101

6 Bidan / Perawat 15

7 TNI / Polri 22

8 Pensiunan 117

9 Supir Angkutan 104

10 Buruh 341

11 Jasa Persewaan 20

12 Swasta 460

Jumlah 2179

Sumber: Kantor Kepala Desa Paya Geli, 2018

(46)

2.4 Bagan Struktur Pemerintahan Desa Paya Geli

Bagan 2.1

Struktur Oraganisasi Pemerintah Desa Paya Geli

Sumber: Kantor Kepala Desa Paya Geli, 2018

Adapun penyelenggara pemerintah di Desa Paya Geli terdiri dari:

1. Kepala Desa 2. Sekretaris Desa 3. Kaur Pemerintahan 4. Kaur Umum 5. Kaur Pembangunan 6. Kepala Dusun I

KEPALA DESA Jumana

SEKRETARIS DESA Fernando Nst

KAUR PEMERINTAHAN

Jia Khairunnisa

KAUR UMUM

Reza Al Fu’adi BENDAHARA

Hardi Ismanto

KAUR PEMBANGUNAN Nurman Suryono

KEPALA DUSUN I Sulaiman

S.Ag

KEPALA DUSUN II M. Syahril

KEPALA DUSUN

III Marwan

KEPALA DUSUN

IV Sumarman

KEPALA DUSUN V Ahmad

Fauzi

KEPALA DUSUN

VII Joni Sundawa KEPALA

DUSUN VI Parioni

(47)

8. Kepala Dusun III 9. Kepala Dusun IV 10. Kepala Dusun V 11. Kepala Dusun VI 12. Kepala Dusun VII

Adapun rincian tugas atau program kerja Desa Paya Geli antara lain:

I. Menyelenggarakan pemerintahan desa, pembangunan, dan pembinaan kepada masyarakat.

II. Membina perangkat desa dan administrasi kantor.

III. Menghadiri rapat koordinasi dan undangan yang dilaksanakan di Desa, Kecamatan Dan Pemerintah Kabupaten.

IV. Dalam penyelenggaraan program kerja kepala desa, dilaksanakan dengan: Kedudukan kepala desa adalah perangkat desa sebagai kepala pemerintahan yang berada dan bertanggungjawab kepada bupati melalui camat.

]

(48)

BAB III

KEMAMPUAN PEMERINTAH DESA DALAM ALOKASI DANA DESA DI DESA PAYA GELI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI

SERDANG

3.1 Pengelolaan Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang di peruntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggara pemerintahan, pelaksana pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat di desa tersebut.

Berangkat dari teori demikian, peneliti melaksanakan wawancarakan kepada Kepala Desa Paya Geli, Jumana dan berikut penjelasannya:

“Íya hal itu memang benar, kami mendapatkan transferan dana dari Kabupaten Deli Serdang yang dinamakan Alokasi Dana Desa. Dana itu diperuntukkan untuk menyelenggarakan kegiatan desa baik dalam hal pembangunan, pembinaan masyarakat dan juga pemberdayaan masyarakat. Dan juga dana itu digunakan untuk menggaji apartur-aparatur desa.”21

Anggaran dana tersebut bukan hanya digunakan untuk pembagunan desa, pembinaan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat saja, anggaran dana yang ditransfer tersebut juga diperuntukkan untuk menggaji para aparatur pemerintahan desa dan juga kepala dusun yang ada di Desa Paya Geli.

(49)

3.1.1 Perencanaan dan Pelaksanaan

Musrenbang adalah forum perencanaan (program) yang dilaksanakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa, bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan lainnya. Pemangku kepentingan lainnya sebagaimana yang dimaksud adalah BPD. Musrenbang yang bermakna akan mampu membangun kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan desa, dengan cara memotret potensi dan sumber-sumber pembangunan yang tidak tersedia baik dari dalam maupun luar desa.

Setiap tahun pada bulan Januari, biasanya di Balai Desa diselenggarakan musrenbang untuk menyusun Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa).

Penyusunan dokumen RKP Desa selalu diikuti dengan penyusunan dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), karena suatu rencana apabila tanpa anggaran sepertinya akan menjadi dokumen atau berkas belaka.

Kedua dokumen ini tidak terpisahkan, dan disusun berdasarkan musyawarah dan mufakat. RKP Desa dan APB Desa merupakan dokumen dan infomasi publik.

Pemerintah desa merupakan lembaga publik yang wajib menyampaikan informasi publik kepada warga masyarakat. Keterbukaan dan tanggung gugat kepada publik menjadi prinsip penting bagi pemerintah desa. RKP Desa ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa dan disusun melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) tahunan atau biasa disebut musrenbang Desa. Dokumen RKP Desa kemudian menjadi masukan (input) penyusunan dokumen APB Desa dengan sumber anggaran dari Alokasi Dana Desa (ADD),

(50)

Pendapatan Asli Desa (PA Desa), swadaya dan pastisipasi masyarakat, serta sumber-sumber lainnya yang tidak mengikat. Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan desa pembangunan Desa, Pemerintah Desa didampingi oleh pemerintah daerah kabupaten/ kota yang secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota untuk mengkoordinasikan pembangunan Desa.

Senada dengan hal itu, peneliti mengajukan pertanyaan terkait teori tersebut kepada Kepala Desa Paya Geli, Jumana yang menyatakan bahwa:

“Kami selaku aparatur pemerintahan di Desa Paya Geli ini memang selalu mengadakan musrenbang pada awal tahun. Istilahnya dalam setahun itu kami ibaratkan seperti dua semester, jadi tiap dua semester kami mengkaji ulang dan merencanakan kegiatan kedepannya. Dan memang benar kami mengundang satu atau dua warga setiap dusun, bukan hanya kepala dusun saja. Masyarakat tersebut nantinya sebagai saksi yang sah dalam kegiatan musrenbang itu. Pengundangan masyarakat tersebut bukan semata-mata hanya sebagai saksi, tetapi mereka juga nantinya yang akan menjadi perantara untuk menyampaikan kepada masyarakat lain bagaimana hasil dari musrenbang tersebut. Dan kami selaku aparatur desa juga mengundang mereka untuk mendengarkan keluhan mereka, seperti yang akhir-akhir ini kami dengar, mereka mengeluh tidak adanya aliran parit di beberapa gang di dusun mereka sehingga kerap terjadi banjir di kala hujan, dan juga rendahnya kondisi jalan dan akses jalan yang berlubang. Sehingga kami mencari solusi bersama untuk kenyamanan bersama.”22

Pembangunan desa mencakup bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka meliputi;

(51)

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk jangka waktu 6 tahun dan,

b. Rencana Pembagunan Desa Tahunan Desa atau biasa di sebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu satu tahun. Rencana pembangunan menengah Desa dan rencana kerja pemerintah Desa ditetapkan dengan peraturan Desa.

3.1.2 Pertanggungjawaban

Pelaporan yang dimaksud dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah penyampaian laporan realisasi/pelaksanaan APBDesa secara tertulis oleh Kepala Desa (Pemerintah Desa) kepada Bupati/Walikota sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang dipilah dalam dua tahap:

 Laporan Semester Pertama disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.

 Laporan Semester Kedua/Laporan Akhir disampaikan oleh Kepala Desa

kepada Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh Bendahara Desa Paya Geli, Hardi Ismanto yang menyatakan bahwa:

“Pelaporan keuangan desa ini harus bisa dipertanggungjawabkan kepala desa.

Karena dalam laporan ini akan disajikan rencana kerja dan pelaksanaan kegiatan desa dalam mengelola anggaran desa. Laporan ini kami buat sesuai dengan apa

(52)

yang sudah direncanakan setelah itu laporan pertanggungjawaban ini nantinya ditandatangani oleh kepala desa lalu diberikan kepada kecamatan. Setelah itu dari kecamatan lah laporan itu diberikan kepada bupati Deli Serdang. Dan terkadang laporan ini tidak siap tepat waktu karena kurangnya aparatur desa dan juga kurangnya SDM di desa ini yang dapat bekerja optimal karena tingkat pendidikan masyarakat desa di sini masih sedikit minim.”23

Laporan pertanggungjawaban ini sepenuhnya adalah tanggungjawab kepala desa. Karena pada dasarnya kepala Desa bertanggungjawab kepada rakyatnya namun dalam hal ini pertanggungjawaban disampaikan kepada Bupati melalui perwakilan Camat. Kepala desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggungjawaban kepada BPD. Disamping itu juga itu kewajiban bagi kepala desa untuk menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawaban kepada masyatakat desa.

3.2 Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa (ADD) diturunkan dengan tujuan untuk membantu desa atau memfasilitasi menjadi desa yang membangun sarana demi meningkatkan kinerja desa, adapun bertujuan memberikan modal untuk pembangunan BUMDES atau Badan Usaha Milik Desa, Pemberdayaan masyarakat, dan yang lainnya.

Alokasi Dana Desa berperan penting dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, karena Alokasi Dana Desa merupakan sumber Pendapatan Desa terbesar dari sumber pendapatan desa lainnya, hal ini dipengaruhi karena kurangnya Pendapatan Asli Desa (PAD). Untuk Desa Paya Geli sendiri tanpa

(53)

adanya ADD Pemerintahan Desa mungkin sulit menjalankan tugasnya secara optimal, oleh karena itu ADD sangat berperan penting dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Paya Geli. Hal ini diutarakan pula oleh Kepala Desa Paya Geli, Jumana yang mengatakan:

“Dengan adanya ADD kegiatan Pemerintahan Desa dapat berjalan baik. ADD juga bereperan sebagai pendorong peningkatan Pendapatan Asli Desa. Karena ADD jauh lebih banyak dari jumlah PAD di Desa Paya Geli.”24

3.2.1 Pembangunan Desa

Adapun program-program yang akan dilaksanakan pada poin pembangunan Desa adalah sebagai berikut :

I. Program peningkatan tertib administrasi penyelenggaraan pemerintahan desa, dilaksanakan dengan kegiatan :

a. Memberikan pelayanan administrasi secara secara cepat, tepat dan transparan.

b. Memberikan layanan komunikasi dan informasi kepada masyarakat.

c. Pengadaan papan informasi;

d. Penyelesaian renovasi balai desa;

e. Pembangunan Kantor BPD, PKK dan LPMD;

f. Pemeliharaan gedung kantor desa (kebersihan, pengecatan dan rehab kecil).

24 Wawancara dengan kepala desa pada 3 Agustus 2018 pukul 09.40 WIB.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

TENTANG : JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP.. JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA

Proses manajemen alokasi dana desa (ADD) yang dilakukan pemerintah Desa Baramamase harus dilakukan dengan memahami besaran alokasi dana desa, cara menyalurkan,

Pada minggu ke-10 didapatkan hasil untuk semua parameter pertumbuhan, hasil untuk perlakuan variasi dosis biofertilizer dengan nilai rerata tertinggi untuk

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan terhadap pukulan forehand drive tenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gula memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air, berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut, dan

[r]

Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana perimbangan yang diterima Kota Banjar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Pendapatan desa

Alokasi Dana Desa selanjutnya disebut ADD adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten Madiun untuk desa/kelurahan di Kabupaten Madiun, yang bersumber dari bagian