• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budidaya Perikanan

Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan dalam arti luas, semua usaha membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan itu masih hidup liar di alam atau yang sudah dibuatkan tempat tersendiri, dengan adanya campur tangan manusia. Jadi, pengertian budidaya tidak hanya memelihara ikan dikolam, tambak, empang, akuarium, sawah, dan sebagainya.

Secara luas pengertian ini juga mencakup kegiatan mengusahakan komoditi perikanan di danau, sungai, waduk, ataupun di laut. Kegiatan usaha budidaya perikanan meliputi persiapan tempat usaha budidaya, pemasukan benih, pemberian pakan dan obat-obatan, dan panen (Rahardi, 2000).

Salah satu contoh ikan hasil budidaya adalah ikan gurami. Ikan gurami adalah

salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dipilih petani untuk dipelihara atau

dibudidayakan. Keunggulan gurami bagi petani antara lain ikan ini dapat

berkembang biak secara alami, mudah dipelihara karena bersifat pemakan apa saja

dan dapat hidup di air tergenang. Selain itu, harganya relatif mahal. Habitat asli

gurami adalah rawa dataran rendah yang berair dalam. Ikan ini bersifat sangat

peka terhadap suhu rendah dan memiliki organ pernapasan tambahan sehingga

dapat mengambil oksigen dari luar air. Atas dasar informasi tersebut maka usaha

pemeliharaan ikan gurami akan lebih produktif jika dilakukan di daerah dataran

rendah yang beriklim panas (Jangkaru, 1998).

(2)

Selain ikan gurami, ikan lele juga dapat dibudidayakan. Ikan lele mempunyai potensi yang cukup baik untuk dibudidayakan karena kecepatan pertumbuhannya cukup tinggi, dapat memanfaatkan berbagai jenis makanan dengan mudah, dan dapat dipelihara dengan kepadatan yang tinggi, tidak terlalu susah dalam pembudidayaannya dan yang penting pula adalah dagingnya mengandung kadar protein yang cukup tinggi serta rasa dagingnya yang cukup gurih dan lezat (Simanjuntak, 1996).

Namun dalam usaha pembudidayaan ikan selalu ada masalah yang timbul.

Demikian juga dalam usaha pembudidayaan ikan lele. Masalah pengadaan benih secara terus menerus masih merupakan hambatan. Selain itu kebiasaan ikan lele yang suka menggali lubang pada sisi tanah untuk mencari jalan keluar ke alam bebas dan melompat dari kolam ke atas permukaan terutama pada saat hujan turun malam hari sehingga mengakibatkan hilangnya ikan lele tersebut juga menjadi masalah bagi petani lele karena akan menimbulkan kerugian pada usaha budidayan (Simanjuntak, 1996).

Ikan nila juga merupakan salah satu jenis ikan yang dapat dibudidayakan di kolam air tawar. Nila dapat dikatakan berprospek yang cerah karena sudah dikenal lama.

Sejak diperkenalkan tahun 1970, ikan ini terus berkembang dan semakin popular di masyarakat. Hal ini wajar saja karena ikan nila tergolong ikan yang murah untuk dibudidayakan.

Tujuan budidaya perikanan untuk mendapatkan produksi perikanan yang lebih

baik atau lebih banyak dibandingkan dengan hasil dari ikan yang hidup di alam

(3)

secara liar. Untuk memenuhi tujuan itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha budidaya ini. Faktor-faktor tersebut antara lain:

- Penyediaan benih

- Pembuatan tempat pemeliharaan - Kondisi air

- Pakan

- Pengendalian penyakit

2.1.1. Penyediaan Benih

Benih yang baik sangat penting untuk mendapatkan produksi yang sangat tinggi.

Benih tersebut harus sudah cukup umur untuk dilepas, ukurannya sudah memenuhi syarat, dan sehat, serta persentase kematiannya rendah, berwarna cerah dan pergerakannya lincah (Soekartawi, 1989).

2.1.2. Pembuatan Tempat Pemeliharaan

Bentuk tempat pemeliharaan tidak menjadi soal, bisa kolam, empang, tambak, keramba, tong, atau bahkan drum. Luas tempat yang disediakan untuk membesarkan harus sesuai dengan jumlah populasi yang ditebarkan. Jangan sampai tempat itu terlalu sesak oleh ikan atau tempatnya terlalu besar sehingga menghabiskan biaya. Perencanaan yang matang mengenai pembangunan tempat pemeliharaan sangatlah penting. Tempat pemeliharaan merupakan aset yang berharga untuk berproduksi.

Ikan dapat hidup baik di kolam yang dangkal dengan kedalaman antara 30-50 cm.

Namun akan lebih baik apabila ikan dipelihara di kolam yang lebih dalam dengan

kedalaman antara 75-150 cm, karena ikan akan lebih leluasa dan dapat bertumbuh

(4)

menjadi besar. Untuk kolam tanah 1 x 1m dapat menampung 100-150 ekor ikan yang berukuran panjang 3-5 cm atau ikan sebesar dua jari. Apabila ikan mencapai berat 90-100 gram / ekor maka jumlah ikan dalam kolam harus dikurangi sampai kira-kira 50% (Soekartawi, 1989).

2.1.3. Kondisi Air

Arus air sangat membantu pertukaran air dalam keramba, membersihkan timbunan sisa-sisa metabolisme ikan, dan membawa oksigen terlarut yang sangat dibutuhkan ikan. Usaha pembesaran ikan dapat dilakukan pada dataran rendah sampai agak tinggi sampai dengan 500 m dari permukaan laut (dpl). Sumber air tersedia sepanjang tahun dengan kualitas air tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jaring pada saat surut terendah, kekuatan arus 20–40 cm/detik.

Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan adalah pH air antara 6,5–8,6, suhu air berkisar antara 25–30ºC. Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l, kadar garam air 0–

28 ppt, dan amoniak (NH3) kurang dari 0,02 ppm (Soekartawi, 1989).

2.1.4. Pakan

Peranan pakan sangat penting untuk meningkatkan produksi. Bila pakan yang diberikan hanya seadanya, maka produksi yang dihasilkan tentu sedikit.

Kandungan gizi pakan lebih berperan dibanding jumlah pakan yang diberikan.

Jenis pakan yang baik berupa pelet yang mengandung 25% protein. Selain itu juga

dapat diberikan pakan tambahan berupa dedak halus, ampas tahu atau bahan

makanan lain yang mudah diperoleh. Pemberian pakan per hari harus, yaitu

sebanyak 3-5% dari berat tubuh ikan (Soekartawi, 1989).

(5)

2.1.5. Pengendalian Penyakit

Ikan dapat diserang berbagai macam penyakit. Demikian juga dalam pembudidayaan, bahkan penyakit tersebut dapat menyerang dalam jumlah yang lebih besar dan dapat menyebabkan kematian ikan. Oleh karena itu, pencegahan penyakit dan penanggulangan merupakan aspek budidaya yang penting salah satunya adalah dengan cara pemberian kapur (dolomit) pada kolam dengan dosis 10-25 gr/m

2

. Tujuannya adalah untuk membasmi bibit-bibit penyakit yang masih terdapat di dasar kolam dan meningkatkan pH air ( Soekartawi, 1989).

Faktor-faktor produksi mempengaruhi besar kecilnya produksi usaha budidaya perikanan. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli benih, pupuk, dan obat-obatan, upah tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi lainnya (Soekartawi, 1989).

Istilah faktor produksi sering juga disebut dengan “korbanan produksi”, karena faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Dalam Bahasa Inggris, faktor produksi ini disebut dengan “input”. Macam faktor produksi atau input ini, berikut jumlah dan kuantitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produk (output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan factor relationship (FR). Dalam rumus matematis, FR ini ditulis dengan :

Y = f( 𝑋

1

, 𝑋

2

, 𝑋

3

,…Xn)

(6)

Dimana :

Y = Produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X X = Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y

(Soekartawi, 1994)

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan hasil maksimum. Dikatakan efisien harga jika nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisien ekonomi jika usaha pertanian tersebut mencapai efisien teknis dan sekaligus mencapai efisiensi harga (Rahardi, 2000).

Bagi pengusaha yang terjun dalam dunia perikanan atau para investor yang menginvestasikan modalnya untuk usaha perikanan perlu mengetahui sifat-sifat komoditi ikan. Hal ini penting karena tidak dapat dipungkiri bahwa setiap penjualan pasti mengharapkan untung dalam usahanya. Dengan mengetahui sifat ikan, budidaya dan pasca panennya dengan sebaik-baiknya maka akan dapat dihindari kesulitan dan tidak menderita kerugian. Sifat-sifat komoditi perikanan antara lain :

a. Tidak tergantung musim

Berbeda dengan budidaya tanaman, misalnya sayuran, dalam budidaya ikan tidak memperlihatkan musim penghujan atau kemarau. Sewaktu-waktu dapat dilakukan pembenihan asal syarat-syarat untuk kehidupan ikan terpenuhi.

Demikian juga pada saat panen, dapat dilakukan bila ikan telah mencapai

ukuran yang diinginkan.

(7)

b. Dipengaruhi jarak lokasi usaha ke konsumen

Jauh dekatnya lokasi usaha dengan konsumen sangat mempengaruhi harga komoditi ikan. Semakin jauh jarak tersebut, semakin mahal harga ikan di tangan konsumen karena adanya pengaruh tata niaga.

c. Mudah rusak

Tubuh semua jenis ikan mengandung protein dan air yang cukup tinggi serta pH tubuh yang mendekati netral, sehingga bisa dijadikan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk dan mikroorganisme.

d. Resiko tinggi

Ikan memiliki sifat mudah rusak, apabila dalam pemasarannya tidak cepat sampai ke tangan konsumen, akan menyebabkan kerugian pada pengusaha ikan.

e. Perputaran modal cepat

Umumnya waktu yang dibutuhkan dari masa pemijahan sampai ke masa panen tidak terlalu lama. Hal ini tergantung jenis ikan yang dibudidayakan, bahkan bagi orang-orang yang mengusahakan benihnya saja, dalam waktu 1-2 bulan modal bisa kembali. Hal ini tergantung pada kesuburan kolam, ukuran ikan yang diharapkan, teknik pemeliharaan. Biasanya untuk ukuran 500-600 gr/ekor pemanenan dapat dilakukan selama kurang lebih 6 sampai 9 bulan pemeliharaan. Sedangkan untuk ikan lele dapat dipanen pada umur 4 bulan.

Sehingga dengan demikian perputaran modalnya cukup cepat yaitu berkisar

antara 4-6 bulan. Pemanenan di kolam dapat dilakukan dengan pengeringan air

hingga tersisa di kemalir (parit kolam) yang untuk selanjutnya dapat ditangkap

dengan diseser (Sri, dkk, 2005).

(8)

2.2. Nilai Gizi Ikan

Ikan merupakan bahan pangan yang mengandung protein tinggi yang sangat dibutuhkan oleh manusia karena selain mudah dicerna, juga mengandung asam amino dengan pola hampir sama dengan asam amino yang terdapat dalam tubuh manusia. Ikan juga mengandung mineral seperti K,Ca, P, S, Mg, Cl, dan mineral lain yang diperlukan tubuh. Berdasarkan hasil penelitian, daging ikan memiliki komposisi nilai gizi seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Nilai Gizi Ikan

Komposisi Jumlah Kandungan (%)

Air 60-80

Protein 18-30

Lemak 0,1-0,2

Karbohidrat 0,0-1,0

Vitamin dan Mineral 5,35 Sumber :Buku Agribisnis Perikanan, 2001

Ikan lebih dianjurkan untuk dikonsumsi dibandingkan dengan daging binatang terutama bagi penderita kolesterol dan gangguan tekanan darah ataupun jantung.

Ikan merupakan salah satu sumber protein yang baik bagi kesehatan manusia.

Menurut para ahli gizi, bahwa kecukupan protein terutama pada masa

pertumbuhan akan mempengaruhi tingkat kecerdasan, sehingga kekurangan

protein dapat berakibat terganggunya pertumbuhan otak. Oleh karena itu apapun

kondisinya, kecukupan protein khususnya pada anak-anak, harus tetap terjamin

(Sri, dkk, 2005).

(9)

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara masukan produksi (input) dan produksi (output). Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel terikat (dependent), dan yang lain disebut variabel bebas (independen). Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi yang memperlihatkan pengaruh input yang digunakan dengan output yang dihasilkan.

Sebelum data dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut, data yang diperoleh harus terlebih dulu ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural (Ln). Bentuk persamaaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut:

LnY = ln bo + b

1

ln X

1

+ b

2

ln X

2

+ b

3

ln X

3

+ u ln e (Soekartawi, 1994).

Dimana :

Y = Produksi ikan

X

1

= Penggunaan benih (ekor) X

2

= Penggunaan Pakan (kg) X

3

= Tenaga Kerja (Orang) bo = Intersep

b

1

…bn = Koefisien regresi u = Faktor pengganggu

Dengan menyelesaikan persamaan tersebut maka akan diperoleh besaran

parameter penduga. Pada model fungsi produksi Cobb-Douglas nilai parameter

(10)

penduga sekaligus menunjukkan besaran elastisitas masing-masing faktor input terhadap output (Soekartawi, 1995).

Kelebihan dari fungsi produksi Cobb-Douglas:

1. Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah penerapannya.

2. Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang digunakan.

3. Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang dikaji.

(Soekarwati,1993).

2.3.2. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:

TR = Y x Py Dimana :

TR = Total Penerimaan

Y = Hasil Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Hasil Produksi

Dalam menghitung penerimaan usahatani, beberapa hal perlu diperhatikan :

- Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produksi

pertanian itu dapat dipanen secara serentak

(11)

- Hati-hati dalam menghitung penerimaan karena produksi mungkin dijual beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi penjualan dan produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda-beda. Jadi disamping frekuensi penjualan yang perlu diketahui juga harga jual pada masing-masing penjualan tersebut.

- Bila penelitian usahatani ini menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir. Pemilihan waktu setahun terakhir ini biasanya sering dipakai oleh para peneliti untuk memudahkan perhitungan (Soekartawi, 1995).

2.3.3. Biaya Usahatani

Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk membudidayakan ikan, dari persiapan sampai panen. Biaya produksi ini bisa dibedakan antara biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi. Besarnya biaya tetap dapat dihitung dengan rumus berikut:

FC = Σ X x Px Dimana :

FC = Biaya tetap

X = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap Px = Harga input

Biaya variabel dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

(12)

VC = Σ X x Px Dimana :

VC = Biaya variabel

X = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya variabel Px = Harga input

Karena total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC), maka dapat dituliskan sebagai berikut :

TC = FC + VC

2.3.4. Optimalisasi

Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi yaitu bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut secara seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi maka pengertian efisien dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu : a. Efisiensi teknis yaitu jika faktor produksi yang digunakan menghasilkan

produksi maksimum.

b. Efisiensi harga/alokatif yaitu jika nilai dari produk margin sama dengan harga faktor produksi.

c. Efisiensi ekonomi yaitu jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan efisiensi harga (soekartawi, 1993).

(Soekartawi, 1993).

Pengertian “efisiensi” sangat relatif. Dalam tulisan disajikan disini, efisiensi

diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk

mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian dapat terjadi

kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM)

(13)

untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut, atau dapat dituliskan dengan :

NPM = Px Dimana :

NPM : Nilai Produk Marginal Px : Harga Input

(Soekartawi, 1993)

2.4. Kerangka Pemikiran

Sistem usaha budidaya perikanan yang dilaksanakan di daerah penelitian merupakan sistem usaha budidaya dengan menggunakan media kolam. Setiap petani ikan dalam menyelenggarakan usaha budidayanya berusaha agar hasil produksi (panen) dari usaha budidayanya tinggi. Besarnya produksi yang akan dihasilkan dipengaruhi oleh input produksi yang terdiri dari pakan, benih, dan tenaga kerja.

Untuk menghasilkan produksi (panen) dari suatu usaha budidaya, petani ikan mengeluarkan biaya produksi. Biaya produksi mutlak dikeluarkan oleh seorang petani ikan dalam suatu proses produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani ikan dalam proses produksi yang besarnya biaya tersebut bergantung kepada komponen biaya yang dikeluarkan berdasarkan jumlah benih, pakan, dan tenaga kerja serta sarana produksi yang lainnya.

Setelah penyediaan faktor-faktor input produksi terpenuhi, maka proses budidaya

perikanan dapat dilakukan oleh petani ikan. Para petani ikan berusaha membuat

usaha budidayanya seefisien mungkin agar memperoleh keuntungan maksimal.

(14)

Dengan menggunakan konsep optimalisasi dalam penggunaan input produksi, petani ikan diharapkan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Optimalisasi input produksi disini artinya adalah bagaimana petani dapat menemukan

kombinasi input produksi yang baik sehingga diperoleh produksi yang maksimal sesuai dengan ketersediaan inputnya tersebut.

Dari hasil produksi ikan yang diperoleh dapat dilihat apakah penggunaaan input produksi sudah optimal. Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan :

= Menyatakan mempengaruhi

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Optimalisasi Penggunaan Input Pada Usaha Budidaya Perikanan

Input Produksi Budidaya Perikanan

Biaya Input Produksi Harga

input

Budidaya

Hasil Produksi Bididaya Perikanan

Optimalisasi

(15)

2.5. Hipotesis Penelitian

1. Faktor produksi yang digunakan dalam usaha budidaya perikanan di daerah penelitian berpengaruh nyata terhadap produksi.

2. Penggunaan input produksi pada daerah penelitian belum optimal.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat optimalisasi di daerah penelitian

adalah biaya benih, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja serta penggunaan

benih, pakan, dan tenaga kerja.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Optimalisasi Penggunaan            Input Pada Usaha Budidaya Perikanan

Referensi

Dokumen terkait

Faktor eksternal yang berupa peserta didik yang belum beradaptasi, pendekatan scientific yang masih sulit dilakukan, materi yang tidak sampai mendalam, sarana prasarana yang

Karakter morfologi tanaman jeruk berdasarkan sampel yang digunakan untuk analisis kluster desa Doda dan Lempe terlihat ada perbedaan dan juga terdapat beberapa

Fitur yang dimiliki oleh aplikasi Scanformation yaitu: (1) menampilkan informasi produk elektronik yaitu terdiri dari gambar, nama, harga, dan spesifikasi produk; (2)

Berdasarkan analisis tingkat resiko tsunami, daerah dengan resiko sangat tinggi dan tinggi terdapat di dua wilayah pesisir utara yaitu Kecamatan Alok dan Magepanda dengan

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang pemisahan lembaga pengawas dari Bank Sentral (BI) dengan

Dalam liputan di lapangan juru kamera berkoordinasi dengan reporter saat liputan, sehingga gambar yang di ambil sesuai naskah yang di buat reporter..

dilakukan oleh segenap pengurus dan ustadh di Lembaga Kursus Al- Qur’an Al-Falah, maka pada tahun 1992 – 1996 M, terdapat penambahan.. program baru yakni bahasa Arab dan

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder karena mengambil data laporan keuangan dan laporan Net Profit Margin (NPM), Return On Invesment