Oleh :
ARSAT NIM. 110 500 050
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
2015
Oleh :
ARSAT NIM. 110 500 050
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
2015
Oleh :
ARSAT NIM. 110 500 050
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
2015
Nama : Arsat
NIM : 110 500 050
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan : Manajemen Pertanian
Lulus ujian pada tanggal... Agustus 2015 Pembimbing,
Sri Ngapiyatun,SP,MP NIP.197708272001122002
Penguji I,
Roby, SP, MP NIP. 196611252005051009
Penguji II,
Riama Rita Manullang, SP,MP NIP. 197011162000032002
Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nur Hidayat , SP, MSc NIP. 197210252001111001
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. M. Masrudy, MP NIP. 196008051988031003
Bimbingan SRI NGAPIYATUN.
Yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu dalam budidaya tanaman pisang, hama yang paling banyak menyerang adalah hama ulat daun pisang.
Ulat ini dapat menyebabkan gagal panen pisang dan untuk itu dalam penelitian ini dilakukan pembuatan pestisida nabati dari daun sirsak, tembakau dan serai untuk mengendalikan hama ulat daun pisang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pestisida nabati dari daun sirsak, tembakau dan serai, dengan cara aplikasi pada ulat daun pisang.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda selama kurang lebih 1 bulan sejak tanggal 25 Januari sampai 25 Februari 2015, meliputi persiapan alat dan bahan, pembuatan pestisida nabati, aplikasi pada hama ulat dan pengambilan data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pestisida nabati yang paling efektif untuk membunuh hama ulat daun pisang adalah perlakuan P1 (pestisida nabati dari tembakau), yaitu pada hari ke-2 aktifitas ulat sudah melemah, serta pada hari ke-3 ulat berubah warna menjadi kuning dan pada hari ke-4 ulat sudah terlihat ada yang mati dan pada hari ke-6 semua ulangan pada perlakuan P1 ulat sudah mati semua
Kata Kunci : Daun sirsak, tembakau , serai dan ulat daun pisang.
merupakan anak ke dua dari 5 bersaudara pasangan bapak Kasim dan ibu Arbayah.
Pada tahun 1999 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 001 di Desa Tanah Merah Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara dan lulus pada tahun 2004.
Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri-1 Tana Lia dan lulus pada tahun 2007. Melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri-1 Tana Lia dan lulus pada tahun 2010.
Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda jurusan Menejemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
Pada tanggal 03 Maret sampai 03 Mei 2015 mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Yudha Wahana Abadi di Desa Merapun Kecamatan Kelai Kabupaten Berau Kalimantan Timur sebagai syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Diploma III.
menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul Uji Efektivitas Pestisida Nabati Dari Daun Sirsak, Tembakau, Dan Serai Terhadap Hama Ulat Daun Pisang (Erionata Thrax L.)
Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Sri Ngapiyatun, SP, MP selaku dosen pembimbing kariya ilmiah saya 2. Bapak Roby, SP, MP dan Ibu Riama Rita Manulang SP, MP selaku dosen
pengguji I dan II.
3. Bapak Nur Hidayat, SP, M. Sc selaku ketua program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
4. Bapak Ir. Masrudy, MP selaku ketua jurusan Manajemen Pertanian.
5. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah ini yaitu seluruh mahasiswa Budidaya Tanaman Perkebunan yang memberi motifasi kepada penulis.
7. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis Samarinda,... 2014
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
I. PENDAHULUAN 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pestisida Nabati... 3
B. Tumbuhan Yang Digunakan Sebagai Pestisida Nabati... 5
1. Daun Sirsak (Annona Nuricata L.)... 5
2. Tembakau (Nicitiana Tabacum L.)... 7
3. Serai (Andropogan Nardus L.)... 9
C. Tinjauan Umum Ulat Pisang... 10
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian... 13
B. Alat Dan Bahan... 13
C. Prosedur Kerja... 13
D. Pemberian Perlakuan... 15
E. Aplikasi Pestisida Nabati Ke Ulat Daun Pisang... 15
F. Pengambilan Data... 16
G. Analisis Data... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil... 17
B. Pembahasan... 19
V. KEIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 22
B. Saran... 22 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Pengamatan Rata-Rata Hari Keberapa Ulat Mati Pada Perlakuan P0, P1, P2, Dan P3... 28
2. Tembakau Kering... 8 3. Batang Serai Yang Sudah Dibersihkan... 10
Tembakau, Dan Serai... 25 2. Dokumentasi Penelitian... 28
I. PENDAHULUAN
Dalam budidaya tanaman pisang untuk menghasilkan produksi yang tinggi, petani menggalami kendala yaitu masalah hama dimana para petani umumnya menggunakan pestisida kimia, pestisida kimia reaksinya cepat namun menimbulkan kerugian salah satunya merusak lingkungan, seperti pencemaran lingkungan kontaminasi air, tanah, udara dalam jagka panjang terjadi kontaminasi terhadap manusia dan kehidupan lainnya. Kerugian lainnya perkembangan serangga menjadi resisten, ataupun toleran terhadap pestisida, dan dapat mengancam kesehatan bagi penggunanya (Novizan, 2002).
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengunaan pestisida nabati, pengunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya lebih murah dan relatif mudah dibuat dibandingkan penggunaan pestisida sintetis atau kimia (Murtidjo, 2003).
Menurut Sunarjono (2002), ada banyak jenis hama yang menyerang tanaman pisang baik berupa ulat, kutu maupun sarangga. Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman pisang diantaranya ulat pengulung daun (Erionota Thrax) berwarna putih. Disebut ulat pengulung daun karena daun permukaan atas digulung kedalam. Ulat ini menggulung daun hanya untuk melindungi tubuhnya. Untuk dapat mengulung, tapi daun pisang dapat menjadi sobek.
Dalam penelitian ini akan dibuat pestisida dari berbagai tanaman yaitu daun tembakau, daun sirsak dan serai, dimana menurut literatur ketiga tanaman ini dapat membasmi hama ulat. Pestisida nabati adalah pestisida yang ramah lingkungan secara umum pestisida nabati dapat diartikan sebagai suatu pestisida
yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas karena terbuat dari bahan alami maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.
Pestisida nabati bersifat ’’pukul dan lari’’ (hit and run), yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat mengurai dialam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi.
Pengunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan mengangap tabu pengunaan pestisida sintetis, tetapi merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengunaan tidak hanya tergantung pada pestisida sintetis. Tujuan lainnya adalah agar pengunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan diharapkan dapat dikurangi (Novizan, 2002).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas pestisida nabati dari daun sirsak, tembakau dan serai yang paling cepat dalam membunuh hama ulat.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada pemerhati lingkungan bahwa daun sirsak, tembakau, dan serai dapat digunakan sebagai pestisida nabati untuk membasmi hama ulat ditanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pestisida Nabati
Menurut Kardinan (2000), pestisida nabati secara umum diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan.
Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami atau nabati maka jenis petisida ini bersifat mudah terurai (biodergradable) didalam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relative aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residumnya mudah hilang. Pestisida bersifat “pukul dan lari” (hit and run), yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang dialam.
Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residun pestisida dan aman untuk dikomsusi.
Menurut Purwanigsih (2000), pestisida nabati dapat dibuat dengan menggunakan teknologi tinggi dan dapat dikerjakan dalam skala industri.
Namun dapat pula dikerjakan dengan mengunakan teknologi sederhana oleh kelompok tani atau perorangan. Pestisida nabati yang dibuat secara sederhana dapat berupa larutan hasil perasan, ekstrak, dan rebusan sebagai tanaman atau tumbuha, yakni berupa akar, umbi, batang, daun, biji, dan buah.
Apabila dibandingkan dengan pestisida kimia, pengunaan pestisida nabati relatip lebih murah dan aman serta mudah dibuat dalam sehari.
Sedang menurut Hadisuwito (2007), pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangga, hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal dan per 10 hari.
Dibanding pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya.
Namun, apabila tidak dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan kuas penyaput (pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya, alat tersebut dicelupkan ke dalam ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman. Supaya penyemprotan pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian tanaman di mana jasad sasaran berada. Apabila sudah mencapai batas ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan hama seteliti mungkin. Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan pengendalian (Hadisuwito, 2007).
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan. Pestisida nabati sudah lama digunakan oleh petani.
Misalnya, penggunaan tembakau, daun gamal dan daun sirsak sebagai pestisida nabati sudah dipraktekkan tiga abad yang lalu. Petani di Perancis pada tahun 1690 telah menggunakan perasan daun tembakau,daun gamal dan daun sirsak untuk mengendalikan hama sejenis ulat daun pisang. Pada waktu itu, penggunaan pestisida nabati menjadi tumpuan pengendalian hama. Tidak hanya daun tembakau dan daun gamal, daun sirsak pun jenis tanaman lain yang digunakan sebagai insektisida, misalnya : bubuk piretrum (bunga krisan), tanaman Derris (akar tuba), biji familia Lily dan akar Ryania (Anonim, 2003).
B. Tumbuhan yang Digunakan Sebagai Pestisida Nabati 1. Daun Sirsak (Annona muricata L.)
Tanaman sirsak termasuk tanaman tahunan dengan sistematika sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Class : Dicotyledonae Ordo :Polycarpiceae Famili : Anonnaceae Genus : Annoa
Species :Annona muricata L.
Untuk tumbuh dan berkembang, setiap tanaman memerlukan syarat tertentu. Kondisi lingkungan yang menguntungkan dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetatif dan generatif sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik menghasilkan buah dalam jumlah banyak, dan buah berkualitas baik.
Tempat yang baik bagi tanaman sirsak dimulai dari daratan rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Mulai dari dataran tinggi sangat basah sampai daratan rendah yang kering, asal memiliki
permukaan air tanah yang dangkal dengan curah hujan antara 1500 – 3000 m per tahun. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan
berkisar antara 25 – 32 C. Jenis tanah tidak menjadi masalah karena tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan PH yang
dikehendaki tanaman antara 5–7. Waktu tanam yang paling baik adalah menjelang musim hujan,,sekitar bulan Maret–April. (Radi 1997).
a. Deskripsi Tumbuhan
Sirsak merupakan pohon dengan tinggi dapat mencapai sekitar 8 m. Batang berkayu, bulat, dan bercabang. Daun tunggal bulat telur atau lenset, ujung runcing tapi rata, panjang antara 6–18 cm, lebar 2–6 cm, dan berwarna hijau kekuningan, ukuran kelopak kecil, dan berwarna kuning keputihan atau kuning muda. Buah majemuk bulat telur, panjang 15–35 cm, diameter 10–15 cm, dan berwarna hijau biji bulat telur, keras, dan berwarna hitam. Akar tunggang. Perbanyakan dengan biji.
Tanaman sirsak dapat tumbuh hampir disemua tempat sampai ketingian sampai sekitar 900 m dpl (Kardinan, 2000).
b. Bagian tumbuhan yang digunakan
Buah yang mentah, biji, daun, dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Selain itu, bijinya mengandung minyak antara 42 -45 % (Kardinan, 2000).
c. Kandungan aktif
Buah yang mentah, biji, daun, dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Selain itu, bijinya mengandung minyak antara 42 -45 % (Kardinan, 2000)
d. Hama yang dikendalikan
Daun dan bijinya dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, repellent (penolak serangga), dan anti feedant (penghambat makanan) dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut. Ekstrak daun
sirsak dapat dimanfaatkan untuk menangulangi hama belalang dan hama-hama lainnya (Kardinan, 2000).
Gambar 1. Daun sirsak 2. Tembakau (Nicitiana tabacum L.)
a. Deskripsi tumbuhan
Tembakau merupakan semak semusim dan tingginya dapat mencapai 2 m. Batang berkayu, bulat, berbulu, diantara sekitar 2 cm, dan warna hijau. Daun tunggal, berbulu, bulat telur, tapi rata, ujung runcing pangkal tumpul, panjang 20–50 cm, dan lebar 5–30 cm. Tangkai daun panjang 1-2 cm dan berwarna hijau keputih-putihan. Bungga majemuk dan tumbuh diujung batang. kelompok bunga berbulu, pangkal berlekatan, dan ujung terbagi lima. Tangkai bunga berbulu dan berwarna hijau. Buah kotak, berbentuk bulat telur, berwarna hijau ketika masih muda, dan berwarna coklat setelah tua. Biji kecil dan berwarna coklat. Akar tunggang. Perbanyakan dilakukan dengan biji. Tanaman tembakau tumbuh baik pada ketinggian 1-1.200 m dpl (Kardinan, 2000).
b. Bagian tumbuhan yang digunakan
Umum yang digunakan adalah daunnya, tetapi agar lebih praktis dalam pengelolannya banyak petani yang mengunakan batangnya juga.
Daun dapat digunakan langsung dalam keadaan segar dengan menghaluskan terlebih dahulu. Cara lainnya adalah dengan mengeringkannya terlebih dahulu lalu dihaluskan menjadi bentuk tepung (Kardinan, 2000).
c. Kandungan aktif
Tembakau mengandung bahan beracun yang disebut nikotin.
Konsentrasi nikotin tertinggi terdapat pada ranting dan tulang daun.
(Kardinan, 2000).
d. OPT yang dikendalikan
Tembakau dapat bersipat repellen (penolak serangga) fungisida;
akarisida yang bekerja secara racun kontak, perut, dan penapasan;
serta bersifat sistemik. Tembakau juga dapat mengendalikan beberapa penyakit tanaman nematoda (Kardinan, 2000).
Gambar 2. Tembakau Kering
3. Serai (Andropogan nardus L.) 1. Deskripsi tumbuhan
Serai merupakan tumbuhan herbal menahun dan merupakan jenis rumput-rumputan dengan tinggi antara 50 – 100 cm, daun tunggal berjumbai, panjang sekitar 1 m, lebar 1,5 cm, tapi keras dan tajam, tulang daun sejajar, permukaan atas dan bawah berambut, serta berwarna hijau muda. Batang tidak berkayu, beruas-ruas pendek, dan berwarna putih. Bunga majemuk, terletak dalam satu tangkai, dan berwarna putih. Buah pipih dan berwarna putih kekuningan. Biji bulat panjang berwarna coklat. Akar serabut. Perbanyakan dengan pemisahan tunas atau anakan (Kardinan, 2000).
Menurut Kardinan (2005), tanaman serai wangi memiliki kandungan selain dapat dimanfaatkan sebagai pestisida dapat juga digunakan sebagai ramuan obat-obatan karena serai wangi mempunyai kandungan yang disebut dengan minyak sitronela dapat digunakan sebagai pengusir serangga, selain digunakan sebagai pengusir serangga adah berbagai industri mamanfaatkan minyak sitronela sebahai bahan baku untuk membuat sabun, sampo, pasta gigi, dan pestisida nabati.
2. Bagian tumbuhan yang digunakan
Untuk ramuan insektisida nabati, daun dan batang serai dihaluskan lalu dicampur dengan pelarut. Sementara untuk pengendalian hama gudang maka bagian tumbuhan ini digunakan dalam bentuk abu, yaitu dengan cara dibakarkan (Kardinan, 2000).
3. Kandungan aktif
Serai mengandung minyak asiri yang terdiri dari senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, metil heptenon, dan dipentana (Kardinan, 2000).
4. Hama yang dikendalikan
Campuran abu daun serai dapat membunuh serangga hama gudang dan menghanbat pelekatan telur. Abu daun serai mengandung sekitar 49% silika (SiO2) yang bersifat sebagai penyebab desikasi pada tubuh serangga, yaitu apabila serangga terluka maka serangga akan terus-menerus kehilangan cairan tubuhnya (Kardinan, 2000)
Gambar 3. Batang Serai Yang sudah di Bersihkan C. Tinjauan Umum Ulat Pisang
Menurut Hasyim dan Nakamura (2003), ulat daun pisang dapat kita klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda
Class : Insecta (binatang berkulit lunak) Ordo : Lepidoptera (binatang tidak berkaki)
Famili : Haeperiidae (kaki digunakan untuk merayap) Genus : Erionata
Spesies : Ethrax L.
Tubuh ulat daun pisang terbagi atas tiga bagian besar, yakni kepala dan dada, badan. Sedangkan persentasenya adalah 36-49% bagian kepala, daging keseluruhan 24-41% dari seluruh berat badan, tergantung juga dari jenis ulatnya. Jumlah ulat di pohon pisang seluruh dunia di perkirakan sebanyak 343 spesies yang potensial secara komersil. Dari jumlah itu 110 spesies termasuk di dalam famili Haeperiidae. Ulat di golongkan ke dalam filum arthropoda dan merupakan filum terbesar dalam kingdom Animalia.
Telur berwarna kuning cerah yang kemudian berubah menjadi kuning. Telur diletakkan secara tunggal atau berkelompok di bawah permukaan daun.
Telur menetas dalam 5 sampai 8 hari. Telur Ethraxl. Larva yang baru menetas berwarna kelabu, hijau dan akan berubah menjadi hijau pucat.
Larva ditutupi dengan rambut halus pendek dan zat tepung putih, yang berasal dari sisa metabolisme larva. Larva Ethraxl. Kepalanya berwarna coklat gelap-hitam. Panjang larva sekitar 2 inci. Periode larva berlangsung selama 25 sampai 30 hari (Martin, 1993).
Pupa berwarna coklat muda panjang dan ramping yang ditutupi dengan zat tepung putih. Pupa Ethraxl. Pupa terdapat dalam batas-batas daun yang menggulung. Siklus hidup pupa sekitar 10 hari. Ngengat dewasa ditandai dengan kepala besar dan dilengkapii antena dengan ujung bengkok.
Sayap depan berwarna coklat tua dengan tiga tambalan tembus kuning yang menonjol dan lebar sayap sekitar 3 inci (75 mm). Sayap belakang berwarna coklat gelap.
Gejala serangan ulat masih muda memotong daun mulai dari tepi secara miring, lalu digulung sehingga membentuk tabung kecil. Gejala Serangan Ethraxl ulat memakan daun di dalam gulungan, apabila daun didalam gulungan habis maka ulat akan pindah dan membentuk gulungan daun yang lebih besar Pada tingkat serangan tinggi, daun habis dan tinggal pelepah yang penuh dengan gulungan (Hasyim dan Nakamura, 2003).
Menurut Sarwani (2008), pengendalian sebagai berikut :
1. Secara mekanik dengan mengumpulkan telur maupun ulat untuk dimusnahkan dan juga dengan memangkas daun yang terserang kemudian di bakar.
2. Secara biologi dengan penggunaan musuh alami seperti parasitoid dan predator.
3. Secara kimiawi dengan insektisida yang berbahan aktif Kuinalfos dan Triklorfon atau insektisida yang bersifat sistemik.
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda selama kurang lebih 1 bulan sejak tanggal 25 Januari sampai 25 Februari 2015, meliputi persiapan alat dan bahan, pembuatan pestisida nabati, aplikasi pada hama ulat dan pengambilan data.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, toples, gunting, belender, ember, saringan kain tipis, alat tulis, karet gelang , kain kasa, baskom, pengaris, gelas beaker yang berukuran 1 l pengaduk,dan kamera.
Bahan yang di gunakan dalam peneltian ini adalah daun sirsak, tembakau, serai, air dan sabun colek.
C. Prosedur Kerja 1. Persiapan Bahan
a. Persiapan bahan pestisida nabati
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati adalah daun sirsak, daun tembakau dan daun serai, dipersiapkan selama 2 hari sebelum pembuatan pestisida nabati.
b. Ulat daun pisang
Ulat daun pisang dikumpulkan dan diambil satu hari sebelum aplikasi pestisida nabati, dengan cara ulat diambil bersama dengan daun kemudian dimasukkan ke dalam toples dan di tutup dengan kain kasa serta diikat dengan karet gelang.
c. Tempat aplikasi ulat daun pisang
Tempat aplikasi ulat daun pisang adalah menggunakan toples tembus pandang dan kemudian toples di tutup menggunakan kain kasa dengan tujuan agar udara bisa bebas keluar masuk dan tidak mempengaruhi pernafasan ulat daun pisang tersebut.
2. Prosedur Kerja
a. Pembuatan pestisida nabati
Dalam pembuatan pestisida nabati ini menggunakan 3 macam ramuan yaitu :
1. Ramuan satu menggunakan tembakau
a) Menyiapkan bahan yaitu tembakau 20 g, 2 g sabun colek dan 1 l air bersih.
b) Memasukkan 20 g tembakau, 2 g sabun colek dan air bersih
secukupnya ke dalam blender kemudian haluskan kurang lebih 5 menit
c) Setelah selesai diblender tembakau yang telah dihaluskan bersama sabun colek dipindah ke gelas beaker yang berukuran 1 l lalu ditambah lagi dengan air hingga mencapai 1 l kemudian diaduk sampai rata, kemudian diendapkan selama satu malam.
2. Ramuan dua menggunakan daun sirsak
a) Menyiapkan bahan daun sirsak 50 lembar, 7,5 g sabun colek dan 2,5 l air bersih.
b) Memasukkan daun sirsak sebanyak 50 lembar, 7,5 g sabun colek dan air bersih secukupnya ke dalam blender kemudian haluskan kurang lebih 5 menit
c) Setelah selesai diblender daun sirsak yang telah dihaluskan bersama sabun colek dipindah ke baskom, lalu ditamabah lagi dengan air hingga 2,5 l
d) Kemudian endapkan selama satu malam.
3. Ramuan tiga menggunakan serai
a) Menyiapkan bahan batang serai sebanyak 2 kg, 2 g sabun colek dan 2 l air bersih.
b) Menumbuk 2 kg batang serai sampai hancur lalu dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air 2 l kemudian ditambah dengan sabun colek sebanyak 2 g lalu diaduk hingga merata. adonan didiamkan selama satu malam esok harinya baru di gunakan
D. Pemberian Perlakuan
Pemberian perlakuan dalam penelitian ini ada empat perlakuan yaitu : P0 : Kontrol (tanpa pemberian pestisida nabati ).
P1 : Pestisida nabati yang terbuat dari tembakau.
P2: Pestisida nabati yang terbuat dari daun sirsak.
P3: Pestisida nabati yang terbuat dari serai.
E. Aplikasi Pestisida Nabati Ke Ulat Daun Pisang
1. Setelah pestisida nabati selesai dibuat kemudian besoknya diaplikasikan langsung ke ulat daun pisang, dengan cara mengambil daun (bahan makanan ulat), sesuai dengan daun yang dimakan kemudian daun dipotong persegi empat dengan panjang : 9,5 cm dan lebar : 8,8 cm, setiap perlakuan diulang sebanyak 8 kali ulangan.
2. Setelah itu daun dimasukkan (dicelupkan) ke dalam pestisida nabati
± 2 menit, kemudian daun dikering anginkan selama ± 2 menit lalu daun
dimasukkan dalam toples tembus pandang. Setelah itu daun diberi ulat daun sesuai perlakuannya yaitu P0, P1, P2 dan P3.
3. Setelah itu toples ditutup menggunakan kain kasa dan diikat dengan karet gelang. Tujuan menggunakan kain kasa agar ulat dapat bernafas dengan bebas.
4. Setelah itu dilakukan pengamatan yang dilakukan setiap hari dengan variabel pengamatan yaitu aktivitas ulat, warna ulat dan pada hari keberapa ulat akan mati.
F. Pengambilan Data
Data yang di amati dalam penelitian ini yaitu : 1. Aktivitas ulat
2. Perubahan warna ulat
3. Ulat mati pada hari ke berapa.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan akan ditampilkan dalam bentuk tabel perbandingan sebelum dan sesudah ada perlakuan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pengamatan Aktivitas Ulat
Berdasarkan dari hasil pengamatan aktivitas ulat selama 13 hari dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 25 pada tabel 2 pengamatan aktivitas ulat.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perubahan aktivitas pada ulat yang awalnya lincah berangsur-angsur melemah hingga mati.
Dari pengamatan ke-4 perlakuan dapat dilihat bahwa aktivitas ulat yang paling cepat mengalami perubahan aktivitas ulat dari lincah hingga mati yang paling cepat terdapat pada perlakuan P1 (pestisida nabati yang terbuat dari daun tembakau) yaitu pada hari ke-1 aktivitas ulat lincah dan pada hari ke-4 ulat sudah ada yang mati. Sedangkan perlakuan yang paling lambat aktivitasnya terdapat pada perlakuan Po (kontrol/tanpa perlakuan) yaitu pada hari ke-13 yang terakhir ulat mati.
2. Pengamatan Warna Ulat
Berdasarkan hasil dari pengamatan warna ulat selama 13 hari dapat dilihat pada halaman 26 tabel 3 pengamatan warna ulat.
Dari hasil penelitian selama 13 hari pada ke-4 perlakuan yaitu P0, P1, P2 dan P3, terdapat perubahan pada warna ulat dari hari ke-1 sampai hari ke-13. Perubahan warna yang paling cepat pada ulat yaitu terdapat pada perlakuan p1 yaitu Pestisida dari Tembakau dalam waktu 4 hari ulat sudah berubah warna dari warna putih menjadi warna hitan.
Sedangkan perlakuan yang paling lama mengalami perubahan warna
terdapat pada perlakuan Po (tanpa perlakuan pestisida nabati) yaitu perubahan warna ulat dari putih menjadi kuning memerlukan waktu 13 hari.
3. Pengamatan Ulat Mati Pada Hari Keberapa
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 13 hari dari ke-4 perlakuan yaitu P0, P1, P2, dan P3, pestisida nabati yang paling cepat mematikan ulat adalah perlakuan P1 pestisida dari tembakau. Sedangkan perlakuan yang paling lama mematikan ulat yaitu terdapat pada perlakuan Po (dapat dilihat pada halaman 27 pada tabel 4).
Tabel 1. Pengamatan rata-rata hari keberapa ulat mati pada perlakuan P0, P1, P2, dan P3
Perlakuan Rata-Rata Hari Mati Ulat
P0 10,12
P1 4,75
P2 6,8
P3 8,6
Dari tabel 4 pada lampiran halaman 27 dapat dilihat bahwa pestisida nabati yang paling cepat membunuh/mematikan ulat adalah perlakuan P1 yaitu perlakuan dari pestisida nabati dari tembakau yang dapat mematikan hama ulat dengan rata-rata 4,75 hari dan perlakuan yang paling lama mati terdapat pada perlakuan P0 yaitu ulat mati rata-rata pada hari ke-10,12 hari. Lebih jelasnya dapat kita lihat pada daftar lampiran pada tabel 4 halaman 27 tabel 4 pengamatan hari keberapa ulat mati.
B. Pembahasan
1. Pengamatan aktivitas ulat
Pengamatan penelitian aplikasi pestisida nabati pada hama ulat yang dilakukan setiap hari selama 13 hari. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ke-4 perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan pestisida yang cepat reaksinya dan mengurangi aktivitas ulat ialah terdapat
pada perlakuan P1 yaitu pestisida nabati dari tembakau. Dimana sifat dari kandungan tembakau sangat tidak disukai ulat karena tembakau mengandung nikotin yang sangat tinggi.
Menurut Kardinan (2000), bahwa daun tembakau mengandung bahan racun yang disebut nikotin, konsenterasi nikotin tertinggi terdapat pada ranting dan tulang daun. Tembakau dapat bersifat repplent (penolak serangan), fungisida, akarisida, yang bekerja secara racun kontak perut, pernafasan serta bersifat sistemik.
2. Pengamatan Perubahan Warna Ulat
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa selama pengamatan yang dilakukan pada perubahan warna ulat menunjukkan bahwa perubahan warna ulat yang sangat cepat terdapat pada perlakuan P1 yaitu pestisida nabati dari tembakau. Selama pengamatan berlangsung bahwa ulat sangat cepat mengalami perubahan warna karena pestisida dari tembakau memiliki kandungan nikotin yang sangat berbahaya sehingga jika terhirup atau mengenai kulit akan mengpengaruhi kondisi ulat sehingga berpengaruh pada perubahan warna dan aktivitas ulat sehingga akhirnya ulat akan mati. Dimana nikotin memiliki rasa yang pahit dan bau yang menyengat sehingga tidak disukai ulat, sifat dari nikotin mengurangi nafsu makan ulat sehinga ulat dengan cepat mati.
Menurut Novizan (2002), bahwa nikotin murni sangat beracun bagi mamalia dan dapat dikatagorikan sebagai racun yang sangat berbahaya.
Penetrasi melalui kulit, mata atau termakan bisa berakibat fatal.
3. Pengamatan Hari Keberapa Ulat mati
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada hari keberapa ulat mati dari ke-4 perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan pestisida yang paling cepat membunuh hama ulat terdapat pada perlakuan P1 yaitu pestisida yang terbuat dari tembakau. Dimana tembakau mengandung nikotin yang dapat mematikan ulat. Menurut Novizan (2002) bahwa nikotin merupakan alkoloid yang berasal dari daun tembakau (Nicotinia tembacum). Dan tembakau kering mengandung 2-8% nikotin, kandungan nikotin terbesar terdapat pada ranting dan tulang daun. Daun tembakau dapat digunakan dalam bentuk irisan segar atau tepung yang dibuat dari daun yang kering.
dari beberapa jenis tanaman yang dapat dipakai sebagai insektisida botani, nikotin adalah bahan yang sangat mudah diekstrak dengan pelarut air Formulasi yang mulai diperdagangkan mengandung 40% nikotin sulfat.
Nikotin merupakan racun sulfat bereaksi sangat cepat.
Nikotin dapat pula bertindak sebagai racun kontak untuk mengendalikan beberapa jenis ulat perusak daun dan serangga penghisap bertubuh lunak seperti aphid, thrips, dan kutu daun. Air rendaman daun tembakau sering dipakai langsung untuk mengendalikan hama tanpa melalui peroses ekstraksi yang rumit. Walaupun tingkat racunnya lebih rendah, air rendaman daun tembakau ini cukup beracun bagi serangga lunak. Racun nikotin bersifat sistemik yang dapat diserap dan ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman yang telah disemprot. Karena itu bubuk atau serbuk tembakau dapat ditempatkan di daerah perakaran agar dapat diserap oleh akar. Selain sebagai insektisida, Nikotin dapat dilaporkan sebagai pengendalian serangan jamur (fungisida). Dan dalam
penelitian ini dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan Pestisida Nabati yang paling efektif untuk membunuh hama ulat daun pisang adalah perlakuan P1 (mengunakan pestisida nabati dari tembakau). Yaitu dapat dilihat pada hari ke-4 sudah terlihat ulat ada yang mati.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pestisida nabati yang paling efektif untuk membunuh hama ulat daun pisang adalah perlakuan P1 (pestisida nabati dari tembakau), yaitu pada hari ke-2 aktivitas ulat sudah melemah, serta pada hari ke-3 ulat berubah warna menjadi kuning pada hari ke-4 ulat sudah terlihat ada yang mati pada hari ke-6 semua ulangan pada perlakuan P1 ulat sudah mati semua.
B. Saran
Untuk pengendalian hama ulat daun pisang dianjurkan lebih baik mengunakan petisida nabati yang terbuat dari tembakau karena sangat efektif untuk membunuh hama ulat daun pisang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Kriteria Pestisida Nabati. Agro Tirta Kencana, Jakarta.
Hasyi m dan Nakamura. 2003. Pestisida Nabati dan Insektisida Biologi.Agromedia Swadaya, Bogor.
Hadisuwito, 2007. Pestisida Nabati Dan Insektisida Biologi. Agromedia Swadaya, Bogor.
Kardinan. A. 2000. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kardinan. A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Paduh Potensi PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Martin. 1993. Pembuat Pestisida Nabati. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Murtidjo. 2003. Pembuatan Pestisida Nabati. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Purwaningsih. 2000. Teknologi Pembuatan Pestisida Nabati. Penebar Swadaya, Jakarta
Radi. J. 1997. Sirsak Budidaya Dan Pemampaatannya. Kanisius. Jakarta.
Satuhu. S. Dan Supriyadi, A. 2003. Pisang Budidaya, Pengolahan, Dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwani. 2008. Budidaya Tanaman Pisang. Agromedia Swadaya. Jakarta.
Sutanto. 2002. Budidaya Tanaman Pisang. Swadaya, Jakarta.
Sunarjono. H. 2002. Budidaya Pisang Dengan Bibit Kultur Jasingan. Penebar Swadaya, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Hasil Pemberian Perlakuan Pestisida Nabati Dari Daun Sirsak, Tembakau, Dan Serai
Tabel 2. Pengamatan Aktivitas Ulat
Perlakuan Aktivitas Ulat Awal
Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Po u1 L L L L L L LM L L L LM LM LM M
u2 L L L L L L LM L LE L M
u3 L L L L LM L L L L L LM LM LM M
u4 L L L L LM L L L LM LM LM M
u5 L L L L L L LM L LM LM M
u6 L L L LM L L L LM L LM M
u7 L L L L L LM M
u8 L L L LM L L L LM M
P1 u1 L L LM LM M
u2 L L L L LM M
u3 L L L LM LM M
u4 L L L L LM M
u5 L L L LM LM M
u6 L L L LM M
u7 L L L L LM LM M
u8 L L L LM M
P2 u1 L L L L L L L M
u2 L L L L L L L M
u3 L L L L L L L L LM M
u4 L L L LM LM LM M
u5 L L LM LM LM LM M
u6 L L L L L M
u7 L L LM LM LM M
u8 L L L LM LM LM LM LM M
P3 u1 L L L L L LM LM LM M
u2 L L L L L L LM LM LM LM M
u3 L L L LM LM LM M
u4 L L L L L L L LM LM M
u5 L L L L L L L L LM LM LM M
u6 L L L L L L L L LM LM M
u7 L L L L L L L LM LM LM M
u8 L L L LM LM M
Keterangan : L = Lincah, LM = Lemah dan M = Mati
Tabel 3 Pengamatan Warna Ulat
Perlakuan Aktivitas Ulat Awal
Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Po u1 P P P HI HI HI K K K K K K K K
u2 P P P HI HI HI K K K K K
u3 P P P P K K K K K K K K K K
u4 P P P P K K K K K K K KM
u5 P P P HI HI K K K K K KM
u6 P P P K K K K K K K KM
u7 P P P H HI K KM
u8 P P P K K K K K KM
P1 u1 P P P K H
u2 P P P K K H
u3 P P P K K H
u4 P P P K K H
u5 P P P K K H
u6 P P P K H
u7 P P P K K K H
u8 P P P K H
P2 u1 P P HI HI HI HI HI H
u2 P P HI HI HI HI HI H
u3 P P HI HI HI HI HI HI K H
u4 P P P K K K H
u5 P P P HI K K H
u6 P P HI HI HI H
u7 P P P K K H
u8 P P P K K K K K H
P3 u1 P P P HI HI P K K H
u2 P P P K K K K K K K H
u3 P P P K K K H
u4 P P P HI HI P K K K H
u5 P P P HI HI P K K K K K H
u6 P P P K K K K K K K H
u7 P P P HI HI P K K K K H
u8 P P P K K H
Keterangan : P = Putih, HI = Hijau, K = Kuning dan H = Hitam
Tabel 4 Pengamatan haru keberapa Ulat Mati
Keterangan : H= Hidup dan M= Mati
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
H H H H H H H H H H H H M
H H H H H H H H H M
H H H H H H H H H H H H M
H H H H H H H H H H M
H H H H H H H H H M
H H H H H H H H H M
H H H H H M
H H H H H H H M
H H H M
H H H H M
H H H H M
H H H H M
H H H H M
H H H M
H H H H H M
H H H M
H H H H H H M
H H H H H H M
H H H H H H H H M
H H H H H M
H H H H H M
H H H H H M
H H H H H M
H H H H H H H M
H H H H H H H M
H H H H H H H H H M
H H H H H M
H H H H H H H H M
H H H H H H H H H H M
H H H H H H H H H M
H H H H H H H H H M
H H H H M
8 JUMLAH
Rata-RATA
55 8,8
JUMLAH 69
u8 HIDUP 8
81 10.12
38 4,75
4
7 9 6 6 6 6
8,6 8 10
6 9 11 10 10 5 4 5 5 5 5 4 6
7 13 10 13 11 10 10 6
u8 HIDUP
u5 HIDUP
u6 HIDUP
u7 HIDUP
RATA-RATA
u2 HIDUP
u3 HIDUP
u4 HIDUP
u8 HIDUP
P3 u1 HIDUP
u6 HIDUP
u7 HIDUP
u2 HIDUP
u3 HIDUP
u4 HIDUP
P2 u1 HIDUP
u5 HIDUP
u6 HIDUP
u7 HIDUP
u5 HIDUP
HIDUP
u4 HIDUP
P1 u1 HIDUP
u8 HIDUP
perlakuan Aktifitas Ulat Awal Hari
Po u1 HIDUP
JUMLAH Rata-RATA
JUMLAH Rata-RATA
HARI MATI ULAT
u5 HIDUP
u6 HIDUP
u7 HIDUP
u2 HIDUP
u3 HIDUP
u4 HIDUP
u2 HIDUP
u3
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Proses Penimbangan Serai Yang Digunakan Sebagai Pestisida Nabati
Gambar 2. Peroses Pembuatan Pestisida Mengunakan Serai Dengan Cara Ditumbuk
Gambar 3. Proses Penimbangan Sabun Colek Sebagai Campuran Pestisida Nabati
Gambar 4. Proses Pembelenderan Pestisida Tembakau Dengan Campuran Sabun Colek
Gambar 5. Proses Pemotongan Daun Sirsak Dimasukan Kedalam Belender
Gambar 6. Daun Sirsak Yang Dihaluskan Dituang Kedalam Gelas Beaker
Gambar 7. Persiapan Toples Sebagai Media Tempat Pengaplikasian Hama Ulat
Gambar 8. Pemotongan Kain Kasa Sebagai Media Pemutup Mulut Toples
Gambar 9. Pestisida Dari Tembakau Hasil Pengendapan Selama 1 Malam Senelum Diaplikasikan Ke Ulat
Gambar 10. Pestisida Dari Daun Sirsak Hasil Pengendapan Selama 1 Malam Sebelum Diaplikasikan Ulat
Gambar 11. Pestisida Dari Daun Serai Hasil Pengendapan Selama 1 Malam Sebelum Diaplikasikan Ulat
Gambar 12. Pengambilan Hama Ulat Daun Pisang Sehari Sebelum Diberikan Perlakuan
Gambar 13. Persiapan Alat Penelitian
Gambar 14. Pemberian Perlakuan Pestisida Dengan Mengunakan Bahan Daun Pisang Sebagai Makanan Dari Hama Ulat