• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. mendorong meningkatnya pencemaran pencemaran yang terjadi, di daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. mendorong meningkatnya pencemaran pencemaran yang terjadi, di daerah"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan suatu negara, bangsa, daerah, atau wilayah yang sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri dan transportasi, akan mendorong meningkatnya pencemaran – pencemaran yang terjadi, di daerah berkembang kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara disamping industri dan kegiatan perekonomian lainnya. Laju pembangunan di bidang transportasi juga didukung dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor.

Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan makhluk hidup dan keberadaan benda – benda lainnya, sehingga udara merupakan sumberdaya alam yang harus dilindungi di kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal ini berarti bahwa pemanfaatannya harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Untuk mendapatkan udara sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan maka pengendalian pencemaran udara sangat penting dilakukan.

Pencemaran udara diartikan dengan turunnya kualitas udara sehingga udara mengalami penurunan mutu dalam penggunaannya yang akhirnya tidak dapat digunakan lagi sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya, pencemaran udara selalu terkait dengan sumber yang menghasilkan pencemaran udara yaitu sumber yang bergerak (umumnya kendaraan bermotor) dan sumber yang tidak bergerak

(2)

2 (umumnya kegiatan industri) sedangkan pengendaliannya selalu terkait dengan serangkaian kegiatan pengendalian yang bermuara dari batasan baku mutu udara, dengan adanya tolok ukur baku mutu udara maka akan dapat dilakukan penyusunan dan penetapan kegiatan pengendalian pencemaran udara. Penjabaran kegiatan pengendalian pencemaran udara nasional merupakan arahan dan pedoman yang sangat penting untuk pengendalian pencemaran udara di daerah.

Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kondisi udara maka perlu dilakukan pemantauan. Pemantauan merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan tanpa diikuti oleh aktivitas pemantauan tidak akan berarti. Tidak ada yang dapat mengetahui apakah pendugaan dampak benar terjadi dan aktivitas pengelolaan lingkungan telah dilakukan. Hasil pemantauan merupakan bahan utuk melakukan evaluasi atas kebijakan yang telah diambil oleh pengambil keputusan, apakah perlu perbaikan atau penyempurnaan.

Adanya perubahan – perubahan yang berkenan dengan kualitas lingkungan akan dapat terdeteksi dan diindentifikasi melalui upaya pemantauan lingkungan, sehingga timbulnya kemerosotan kualitas lingkungan yang mengarah pada keadaan kritis dapat diketahui secara dini dan tindakan pencegahan dan perbaikan segera dapat dilakukan. Oleh karena itu pemantauan lingkungan merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan merupakan alat kontrol bagi setiap perubahan komponen lingkungan. Usaha – usaha yang akan dilakukan lebih menitikberatkan pada jenis – jenis dampak negatif dan meningkatkan dampak positifnya.

(3)

3 Pemantauan lingkungan atau environmentlal monitoring menurut defenisi United Staters Enviromental Protection Agency ( US – EPA ) adalah suatu proses pengukuran atau pengumpulan data lingkungan ( US – EPA, 2012 ). Pengukuran atau pengumpulan data tersebut dilakukan menurut proses standar tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolok ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus tertentu.

Pemantauan kualitas ambien menyangkut pemantauan terhadap komponen lingkungan seperti air, udara, dan tanah pada lingkungan bebas, dan pada laporan ini komponen lingkungan yang di bahas yaitu pemantauan kualitas udara ambien di empat lokasi yaitu kawasan perkantoran, transportasi, pemukiman, industri / rumah sakit di kabupaten dan kota di Provinsi Jambi.

1.2.Tujuan

Pelaksanaan kegiatan Pengalaman Praktek Kerja Mahasiswa atau PKPM bertujuan untuk :

1. Mengetahui hasil uji sampel udara ambien di Provinsi Jambi.

2. Membandingkan hasil uji sampel kualitas udara ambien dengan standar baku mutu

(4)

4 1.3.Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penyelenggaraan kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ( PKPM ) Politeknik Pertanian Universitas Andalas Negeri Payakumbuh antara lain:

1. Memperoleh ilmu mengenai pemantauan kualitas udara yang tidak didapatkan selama kegiatan perkuliahan di kampus selain itu mampu mengaitkan pengetahuan akademik dengan pengetahuan di lapangan serta menghimpun data untuk penyelesaian laporan Tugas Akhir.

2. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis yang tepat terhadap permasalahan yang ditemukan di tempat magang

3. Bisa melihat langsung kelapangan

4. Meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa sesuai kompetensinya agar dapat mengetahui tentang pemantauan kualitas udara ambien

(5)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Udara Ambien dan Kualitas Udara

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Adanya kegiatan makhluk hidup menyebabkan komposisi udara alami berubah. Jika perubahan komposisi udara alami melebihi konsentrasi tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhui fungsinya, maka udara tesebut sudah dikatakan tercemar.

Kualitas udara ambien ini merupakan tahap awal dalam memahami dampak negatif dari pencemaran udara terhadap lingkungan, dimana kualitas udara ambien ditentukan oleh :

1. Kualitas emisi cemaran dari sumber cemaran

2. Proses transportasi, konversi dan penghilangan cemaran di atmosfer, dimana kualitas udara ambien akan menentukan dampak negatif cemaran udara terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat seperti tumbuhan, hewan, material dan yang lainnya (Setyowati, 2009).

Pengukuran kualitas udara ambien bertujuan untuk mengetahui konsentrasi zat pencemar yang ada di udara. Data hasil pengukuran tersebut sangat diperlukan

(6)

6 untuk berbagai kepentingan, diantaranya untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di suatu daerah atau untuk menilai keberhasilan program pengendalian pencemaran udara yang sedang dijalankan. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid, maka dari mulai pengambilan contoh udara (sampling) sampai dengan analisis di laboratorium harus menggunakan peralatan, prosedur dan operator yang dapat dipertanggungjawabkan ( Sutardi, 2008).

Mutu udara ambien adalah kadar zat, energi atau komponen lain yang ada di udara bebas. Status mutu udara ambien adalah keadaan mutu udara di suatu tempat pada saat dilakukan inventarisasi. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi atau komponen yang ada atau yang ada unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien ( Sukino, 2011 ).

2.2. Pencemaran Udara

Menurut Henry C. Perkins, 1974, dalam bukunya Air Pollution, pencemaran udara adalah hadirnya satu atau beberapa kontaminan didalam udara atmosfir di luar, seperti antara lain oleh debu, busa, gas, kabut, bau-bauan, asap ataupun uap dalam kuantitas yang banyak, dengan berbagai sifat maupun lama berlansungnya di udara tersebut, hingga dapat menimbulkan ganguan – ganguan terhadap kehidupan manusia tumbuhan atau hewan maupun benda, atau tanpa alasan jelas sudah dapat mempengaruhui kelestarian kehidupan organisme maupun benda.

Rusaknya atau semakin sempitnya lahan hijau atau pepohonan di suatu daerah juga dapat memperburuk kualitas udara di tempat tersebut. Semakin banyak

(7)

7 kendaraan bermotor dan alat-alat industri yang mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan akan semakin parah pula pencemaran udara yang terjadi. Untuk itu diperlukan peran serta pemerintah, pengusaha dan masyarakat untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi ( Utomo, 2013 ).

Menurut Kristanto, 2002 pencemaran udara berdasarkan asal dan kelanjutan perkembangannya dapat dibedakan menjadi:

a. Pencemaran Udara Primer

Pencemaran udara primer yaitu semua pencemar diudara yang ada dalam bentuk yang hampir tidak berubah, sama seperti saat dibebaskan dari sumbernya sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Pencemar udara primer, yang mencakup 90% dari pencemar udara seluruhnya, umumnya berasal dari sumber-sumber yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti dari industri ( cerobong asap industri ) di mana dalam industri tersebut terdapat proses pembakaran yang menggunakan bahan bakar minyak/ batu bara. Proses peleburan/ pemurnian logam, dan juga hasil dari sektor transportasi ( mobil, bus, sepeda motor, dan lainnya ). Dari seluruh pencemaran primer tersebut, sumber pencemar yang utama berasal dari sektor transportasi, yang memberikan andil sebesar 60% dari pencemaran udara total.

b. Pencemaran Udara Sekunder

Pencemaran udara sekunder adalah semua pencemar di udara yang sudah berubah karena reaksi tertentu antara dua atau lebih kontaminan / polutan. Umumnya polutan lain yang ada diudara. Reaksi-reaksi yang menimbulkan polutan sekunder

(8)

8 diantaranya adalah reaksi fotokimia dan reaksi oksida katalis. Pencemaran sekunder yang terjadi melalui reaksi fotokimia, minsalnya oleh pembentukan ozon, yang terjadi antara molekul-molekul hidrokarbon yang ada di udara dengan NOX melalui

pengaruh sinar ultra violet dari matahari. Sebaliknya pencemar sekunder yang terjadi melalui reaksi-reaksi oksida katalis diwakili oleh polutan-polutan berbentuk oksida gas yang terjadi di udara karena adanya partikel-partike logam di udara yang berfungsi sebagai katalisator.

2.1.1. Sulfur Dioksida (SO2)

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak bewarna, yaitu sulfur dioksida ( SO2 ) dan sulfur trioksida ( SO3 ). Kedua jenis

gas ini dikenal dengan SOX. Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam

dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan – bahan yang tidak mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlahnya relatif tidak dipengaruhui oleh jumlah oksigen yang teredia. Walaupun udara tersedia dalam jumlah cukup, SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar ( Kristanto, 2002 ).

Mekanisme pembentukan SOx , dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai

berikut :

S + O2 SO2

(9)

9 SO3 biasanya diproduksi dalam jumlah kecil selama pembakaran, disebabkan

reaksi pembentukan SO3 berlansung sangat lambat dan pada suhu yang relatif rendah

( 200°c ), tetapi kecepatan reaksi akan meningkat dengan meningkatnya suhu.

Adanya SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin jika konsentrasi uap air

sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah yang cukup, biasanya SO3 dan air

akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat H2SO4 dengan reaksi sebagai

berikut :

SO3 + H2O H2SO4

Oleh karena itu komponen normal yang terdapat di dalam atmosfer bukan SO3

melainkan H2SO4 . tetapi jumlah H2SO4 atmosfir ternyata lebih tinggi daripada yang

dihasilkan dari pada emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga

berasal dari mekanisme lainnya. Setelah berada di atmosfir, sebagian SO2 akan

diubah menjadi SO3 ( kemudian menjadi H2SO4 ) oleh proses- proses fotolitik dan

katalitik. Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 di pengaruhui beberapa faktor

termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar matahari, dan jumlah bahan katalitik yang tersedia.

Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil dari aktivitas manusia, dan kebanyakan dalam bentuk SO2., dua pertiga dari jumlah sulfur

di atmosfir berasal dari berbagai sumber alam, seperti vulkano, dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Gas H2S oleh pembusukan bahan organik, letusan gunung

berapi, dan sedikit akibat industri. Jumlah SO2 karena oksidasi H2S adalah 80%,

sedangkan 20% sisanya adalah hasil ulah manusia dari penggunaan bahan bakar yang mengandung belerang, pencairan logam non-ferro, kilang miyak, dari sejumlah 20% tersebut 16% diantaranya diakibatkan oleh pembakaran zat-zat yang mengandung belerang seperti minyak bumi dan batu bara ( Kristanto, 2002 ).

(10)

10 Perbandingan antara konsentrasi H2SO4 dan SO2 di pengaruhui oleh beberapa

faktor diantaranya adalah jumlah uap air di udara, selang waktu dimana kontaminan sulfur terdapat di udara, jumlah partikel katalitik yang terdapat di udara, intensitas matahari, jumlah pengendapan ( Kristanto, 2002 ).

SO2 jika bereaksi dengan kabut yang berisi uap air akan membentuk asam sulfat.

Kedua zat ini berbahaya bagi kehidupan manusia disamping juga menimbulkan korosi pada logam. Senyawa belerang tersebut juga mengancam kehidupan di air karena menyebabkan pH air menjadi rendah ( kristanto, 2002 ).

Pencemaran SOx menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan iritasi mata, serta berbahaya terhadap kesehatan manula dan penderita penyakit pernafasan. Selain berpengaruh terhadap kesehatan manusia, pencemaran SOx juga berbahaya bagi kesehatan hewan dan dapat merusak tanaman (Santoso, 2010).

Tabel 1. Pengaruh SO2 terhadap kesehatan manusia

Konsentrasi (ppm)

Pengaruh

3 – 5 Jumlah minimum yang dapat diteksi baunnya

8 – 12 Jumlah minimum yang segera mengakibatkan iritasi pada tenggorokan 20 Jumlah minimum yang mengakibatkan iritasi pada mata, jumlah

minimum yang segera mengakibatkan batuk, jumlah maksimum yang diperkenankan untuk kontak waktu lama.

50 – 100 Jumlah maksimum yang diperkenankan untuk kontak dalam waktu singkat ( 30 menit ).

400 - 500 Berbahaya walaupun kontak singkat. Sumber : ekologi industri . Kristanto, P. 2002

Beberapa metode dapat digunakan untuk mengurangi dan mengendalikan emisi SO2 diantaranya adalah penggunaan bahab bakar bersulfur rendah, substitui

(11)

11 sumber energi lain untuk bahan bakar, menghilangkan sulfur dari bahan bakar sebelum pembakaran, menghilangkan Sox dari gas buang ( Kristanto, 2002 ).

2.1.2. Nitrogen Dioksida (NO2)

Nitrogen oksida ( NOX) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer yang

terdiri dari gas nitrik oksida ( NO ) dan nitrogen dioksida ( NO2 ). Walaupun bentuk

nitrogen oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini yang paling banyak ditemui sebagai polutan udara. Nitrik oksida merupakan gas yang tidak bewarna dan tidak berbau, sebaliknya nitrogen dioksida mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam ( Fardiaz, 1992 ).

Oksida yang lebih rendah, yaitu NO, terdapat di atmosfir dalam jumlah lebih besar dari pada NO2 . pembentukkan NO dan NO2 mencakup reaksi antara nitrogen

dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, kemudian reaksi selanjutnya antara NO dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2 melalui reaksi berikut :

N2 + O2 2 NO

2 NO + O2 2 NO2

Udara terdiri dari sekitar 80% volume nitrogen dan 20% volume oksigen. Pada suhu kamar kedua gas ini hanya sedikit mempunyai kecendrungan untuk bereaksi satu sama lain. Pada suhu yang lebih tinggi ( diatas 1210° C ) keduanya dapat bereaksi membentuk nitrik oksida dalam jumlah tinggi sehingga mengakibatkan polusi udara ( Fardiaz, 1992 ).

(12)

12 Jumlah NO yang terdapat di udara dalam keadaan ekuilibirium dipengaruhi oleh suhu pembakaran, selang waktu gas hasil pembakaran terdapat pada suhu tersebut dan jumlah oksigen yang tersedia.

Dari seluruh jumlah NOx yang dibebaskan ke atmosfir, jumlah terbanyak

adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak menjadi masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi akibat aktivitas manusia karena jumlahnya yang meningkat hanya pada daerah–daerah tertentu ( Kristanto, 2002 ).

Berdasarkan kecepatan emisi NO dapat diketahui bahwa waktu tinggal rata-rata NO2 di atmosfir kira – kira 3 hari, sedangkan waktu tinggal NO rata – rta 4 hari.

Dari waktu tinggal ini dapat diketahui bahwa proses – proses alami, termasuk reaksi fotokimia, mengakibatkan hilangnya NO tersebut. Produk akhir dari pencemaran NOx dapat berupa asam nitrat yang kemudian diendapkan sebagai garam – garam nitrat di dalam air hujan atau debu ( Kristanto, 2002 ).

Salah satu reaksi ini juga terjadi di atmosfir tetapi peranannya mungkin sangat kecil di dalam menentukkan jumlah asam nitrat di atmosfir, reaksi tersebut adalah :

2 NO2 + H2O HNO3 + HNO2 atau

(13)

13 Kemungkinan lain pembentukkan HNO3 di dalam udara tercemar adalah menyangkut

reaksi dengan ozon. Pada konsentrasi NO2 maksimum, O3 memegang peranan

penting, dan memungkin terjadi tahap- tahap reaksi sebagai berikut :

O3 + NO2 NO3 + O2

NO2 + NO2 N2O5

N2O5 + H2O 2 HNO3

Kedua bentuk NOx , yaitu NO dan NO2 sangat brbahaya terhadap manusia.

Hasil penelitian aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun dibandingkan NO. Pada konsentrasi normal yang

dijumpai di atmosfir, NO tidak mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya, tetapi konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat mengelami oksidsi menjadi NO2

yang lebih beracun. NO2 bersifat racun, terutama terhadap paru – paru. Pemberian

sebanyak 5 ppm NO2 selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan sedikit

kesulitan dalam bernafas ( Kristanto, 2002 ).

Emisi NO2 dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NO2

yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NO2 buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak,

gas, dan bensin. Kadar NO2 di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari

tergantung dari intensitas sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor (Santoso, 2010).

(14)

14 2.1.3. Oksidan (O3)

Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat

sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar matahari. Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia, reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitik NO2 (Santoso,2010).

Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor. Oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil

tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen tergantung

dari jumlah molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon

menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat didaerah panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik oleh ozon didaerah ultraviolet dan inframerah digunakan dalam metode-metode analitik.

(15)

15 Tabel 2. Pengaruh O3 Terhadap kesehatan manusia

Konsentrasi ( ppm )

Lama terpapar

Dampak yang ditimbulkan < = 0.3 8 jam Iritasi mata dan hidung

0.3 – 1 2 jam Reaksi seperti tercekik atau kelesuan

1 -2 2 jam Sakit dada, sakit kepala, kehilangan koordinasi, serta sulit ekspresi dan gerak

Dampak Pencemaran O3 adalah:

1. Pengaruh Pencemaran O3 Terhadap Manusia

Oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu proses pernafasan normal, selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata. Beberapa gejala yang dapat diamati pada manusia yang diberi perlakuan kontak dengan ozon, sampai dengan kadar 0,2 ppm tidak ditemukan pengaruh apapun, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kontak dengan ozon pada kadar 1,0 – 3,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan edema pulmonari. Pada kadar di udara ambien yang normal, peroksiasetilnitrat (PAN) dan Peroksiabenzoilnitrat (PbzN) mungkin menyebabkan iritasi mata tetapi tidak berbahaya bagi kesehatan.

2. Pengaruh Pencemaran O3 Terhadap Lingkungan

Polusi udara mempunyai dampak negatif terhadap perubahan iklim, emisi/ paparan zat berbahaya tidak hanya mencemari udara yang hirup tetapi lebih jauh juga berdampak pada munculnya efek rumah kaca, yang mengakibatkan peningkatan temperatur rata-rata di planet kita. Semakin banyak kendaraan bermotor dan semakin

(16)

16 banyak industri yang menjadi sumber pencemaran udara maka berarti lebih banyak juga akibat yang ditimbulkan yang mengarah pada pemanasan global (global warming). Salah satu senyawa penyebab efek rumah kaca yaitu akibat keberadaan ozon di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global. Dampak dari pemanasan global adalah peningkatan suhu rata- rata bumi, pencairan es dikutub, perubahan iklim regional dan global, perubahan siklus hidup flora dan fauna.

2.3.Faktor Yang Mempengaruhui Kualitas Udara

Penyebaran bahan pencemar di udara di pengaruhui oleh faktor - faktor meteorologi adalah:

a. Suhu Udara

Suhu udara dapat mempengaruhui konsentrasi bahan pencemar di udara sesuai dengan cuaca tertentu. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi bahan pencemar menjadi rendah sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar semakin tinggi.

b. Kelembaban

Kelembaban udara juga mempengaruhui konsentrasi pencemar di udara pada kelembapan yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan pencemar di udara, menjadi zat lain yang tidak berbahaya atau menjadi pencemar sekunder.

(17)

17 Tekanan udara tertentu dapat mempercepat atau menghambat terjadinya terjadinya suatu reaksi kimia antara pencemar dengan zat pencemar di udara atau zat – zat yang ada di udara, sehingga pencemar udara dapat bertambah atau berkurang.

d. Angin

Angin adalah udara yang bergerak, akibat pergerakkan udara maka akan terjadi suatu proses penyebaran yang dapat mengakibatkan pengenceran dari bahan pencemaran udara, sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu dari sumber akan mempunyai kadar berbeda, demikian juga halnya dengan arah dan kecepatan angin mempengaruhui kadar bahan pencemar setempat.

e. Keadaan Awan

Keadaan awan dapat mempengaruhui keadaan cuaca udara, termasuk juga banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi. Kedua hal ini dapat mempengaruhui reaksi kimia pencemaran udara dengan zat – zat yang ada di udara.

f. Sinar Matahari

Sinar matahari dapat mempengaruhui kadar bahan pencemar di udara karena adanya sinar matahari tersebut maka beberapa pencemar diudara dapat dipercepat atau diperlambat reaksinya dengan zat – zat lain di udara sehingga kadarnya dapat berbeda menurut banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi. Demikan juga banyaknya panas matahari yang sampai kebumi dapat mempengaruhui kadar pencemar di udara.

(18)

18 g. Curah hujan

Hujan merupakan suatu partikel air di udara yang bergerak dari atas jatuh kebumi. Dengan adanya hujan maka bahan pencemar berupa gas tertentu dapat diserap kedalam partikel air. Begitu pula partikel debu baik yang inert maupun partikel debu yang lain dapat ditangkap dan menempel pada partikel air dan dibawa jatuh kebumi, dengan demikian bahan pencemar dalam bentuk partikel dapat berkurang akibat jatuhnya hujan ( Riski, 2013 ).

2.3. Alat Pengukur Kualitas Udara

Passive Sampler merupakan peralatan untuk sampling yang digunakan untuk mengambil sampel dari udara ambien. Prinsip kerjanya tidak membutuhkan power listrik karena bersifat pasif dimana alat ini berbentuk bulat dan didalamnya terdapat kertas filter yang sudah diberi cairan khusus dari bahan kimia yang fungsinya untuk menangkap gas yang ada di udara sekeliling. Setelah sampling kemudian passive sampler tersebut dianalisa di laboratorium kualitas udara ( LAPAN 2015 ).

Menurut LAPAN kriteria lokasi pemilihan sampling sebagai berikut:

a. Letakkan peralatan di daerah dengan gedung/ bangunan yang rendah dan saling berjauhan.

b. Secara umum, tidak boleh ditempatkan di sekitar sumber daya alam: gunung berapi, sumber air panas, emisi geotermal, peternakan dan aktivitas pertanian.

(19)

19 c. Sampling tidak boleh dilakukan di area puncak pegunungan yang berhubungan dengan efek angin lokal, serta di area lembah dan cekungan yang menjadi tempat pembentukan udara stagnan.

d. Apabila pemantauan bersifat kontiniu, maka pemilihan lokasi harus mempertimbangkan perubahan kondisi peruntukan pada masa datang.

(20)

20 III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Metode Pelaksanaan PKPM

Pelaksanaan kegiatan PKPM ini dilaksanakan pada 16 Maret 2015 sampai dengan 13 Juni 2015. Lokasi pelaksanaan kegiatan PKPM di Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jambi.

3.2. Alat dan Bahan Tabel 3. Alat dan bahan

No Alat dan Bahan Fungsi

1 Passive Sampler Untuk pemantauan kualitas udara ambien

2 Tabung Passive sampler

Sebagai tempat untuk menyimpan passive sampler sebelum dan sesudah dilakukan sampling.

3 Sangkar passive sampler

Sebagai tempat untuk menyimpan passive sampler sebelum dan sesudah dilakukan sampling.

4 Plastik press Tempat penyimpanan botol sampel

5 Perlengkapan surat perintah jalan dan surat pemantauan

Sebagai bukti telah melakukan pemantauan kualitas udara ambien di Provinsi Jambi

6 Kawat Untuk menyangkutkan passive sampler

7 Tang Untuk memotong kawat yang

menyangkutkan passive sampler

8 Label Untuk memberi tanda pada passive

sampler

(21)

21 3.3. Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan pemantuan kualitas udara meliputi seluruh kegiatan Pemasangan passive sampler dan Pengambilan passive sampler yang menyangkut proses pengelolaan composting dan aspek teknis dilapangan. Kegiatan disesuaikan dengan jadwal yang dilakukan serta berdasarkan jadwal rencana pemasangan dan pengambilan passive sampler.

Pelaksanaan kegiatan pengambilan alat sampel udara ( passive sampler ) ini dilaksanakan pada 30 Maret 2015 sampai dengan 2 April 2015. Lokasi pelaksanaan kegiatan pengambilan alat sampel udara ( passive sampler ) yaitu di Kabupaten Sarolangun, Merangin, Kerinci dan Kota Sungai Penuh.

Cara Kerja:

A. Persiapan Passive Sampler

Sebelum melakukan Pemasangan passive sampler perlu dilakukan persiapan, Menurut Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( 2015 ) persiapan yang perlu dilakukan adalah :

1. Pencucian Tabung passive sampler

 Cuci tabung dengan menggunakan air yang dicampur dengan typol, kemudian bilas dengan aquades.

(22)

22  Selanjutnya dikeringkan secara alami, letakkan tabung – tabung tersebut di atas meja yang telah dialasi kertas penyerap (tissu) dengan posisi menutup (bagian terbuka di sebelah bawah).

2. Pencucian Passive sampler

 Lepas rangkaian passive sampler dan cuci menggunakan ultrasonic cleaner, kemudian bilas dengan aquades.

 Selanjutnya dikeringkan secara alami, letakkan passive sampler di atas meja yang telah dialasi kertas (tissu) dengan menggunakan pinset dalam posisi menutup dan di atasnya di tutup dengan tissu agar tidak terkontaminasi debu.

3. Semua passive sampler dan tabung passive sampler diberi tanda dengan memberi label bertuliskan SO2, NO2,dan O3

4. Pencucian filter whatman

 Masukkan filter ke dalam plastik press, lalu ditambahkan aquabides dan dipress, di kocok – kocok kemudian airnya dibuang. Ulangi sampai 3 kali.

 Selanjutnya di bilas dengan methanol, di kocok – kocok dan dibuang cairannya.

 Keringkan dalam oven selama kurang lebih 30 menit pada suhu 50o.

(23)

23 5. Pembuatan Larutan Penyerap

Larutan kimia yang digunakan berbeda – beda untuk masing – masing parameter. Solution ditambahkan pada filter dan akan bereaksi dengan udara yang melewatinya. Parameter yang terserap dalam filter akan larut dalam aquades saat ekstraksi. Kemudian hasil ektraksi di analisa dan akan terbaca konsentrasi dari masing – masing parameter.

 Untuk parameter SO2 diberi larutan NaOH

 Untuk parameter NO2 diberi larutan NaOH dan NaI

 Untuk parameter O3 diberi larutan K2CO3 dan NaNO2

a. Cara pembuatan larutan penyerap SO2

 Timbang 0,5 gram NaOH (Natrium Hidroksida p.a ).

 Masukkan dalam labu ukur 50 ml, ditambah sedikit aquades dan dikocok hingga NaOH larut.

 Kemudian di tambahkan Methanol sampai tanda batas, di kocok hingga homogen.

b. Cara pembuatan larutan Penyerap NO2

 Timbang 0,44 gram NaOH (Natrium Hidroksida p.a ) dan 3,95 gram NaI (Natrium Iodida p.a )

 Masukkan dalam labu ukur 50 ml, ditambah sedikit aquades dan kocok hingga NaOH dan NaI larut.

 Kemudian ditambahkan methanol sampai tanda batas, dikocok hingga homogen.

(24)

24 c. Cara Pemberian larutan penyerap O3

 Timbang 0,25 gram K2CO3 (Kalium Karbonat) dan 0,25 gram

NaNO2 (Natrium Nitrit)

 Masukkan dalam labu ukur 50 ml, ditambah sedikit aquades dan dikocok hingga K2CO3 dan NaNO2 larut.

 Tambahkan 1 ml Gliserol dan 15 ml methanol.

 Kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda batas, dikocok hingga homogen.

6. Pemasangan Filter Teflon dan Filter Whatman pada snap

 Pasang filter kasa stainless steel pada snap cap yang berlubang  Pasang Filter Teflon pada snap cap (yang berlubang) yang telah

tertutup kasa stainless steel

 Pasang Filter Whatman pada snap bawah dan tutup dengan ring

 Teteskan larutan penyerap dengan pipet mikro pada Filter Whatman.

 Pasang ring di atas filter, kemudian filter diberi 50 µl solution (larutan penyerap) menggunakan pipet mikro.

 Pasang snap kasa lalu masukkan ke dalam tabung dan ditutup rapat, passive sampler siap digunakan.

(25)

25 B. Pemasangan Passive Sampler

Cara kerja:

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan 2. Tentukan lokasi pemasangan sampel udara

3. Pasangkan label pada alat sangkar passive sampler

4. Pasangkan alat sampel udara ini dengan cara mengantungkannya pada tonggak atau tiang menggunakan kawat.

5. Pemasangan alat sampel udara tersebut selama dua minggu C. Pembukaan Alat Passive Sampler

Cara Kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Ambil alat pengukur sampel udara ( passive sampler ) yang berisi absorban filter yang tergantung dengan cara memotong kawat yang menyangkutkan passive sampler

3. Buka tutup sangkar passive sampler itu dengan cara memutar tutupnya 4. Ambil absorban filter untuk dilakukan pemeriksaan, absorban filter O3

Masukkan kedalam botol sampel warna hijau, S02 Masukkan kedalam botol

sampel warna merah, N02 masukkan kedalam botol sampel warna putih lalu

(26)

26 5. Setelah itu masukkan botol yang berisikan absorban filter tersebut kedalam

plastik dan tutup plastik pres, dan pasang kembali tutup sangkar passive sampler tersebut.

6. Pengambilan Sampel ini dilakukan pada daerah perkantoran, perumahan, industri/ rumah sakit, transportasi pada setiap kabupaten / kota di Provinsi Jambi.

3.4. Jenis Data

1. Waktu pemasangan dan pembukaan alat passive sampler 2. Titik koordinat pemasangan alat passive sampler

3. Lokasi / tempat pemasangan alat passive sampler 4. Hasil uji kualitas udara ambien ( O3 , SO2 , NO2 )

Perhitungan :

1 ppb SO2 = 0,001 ppm SO2 = 2260 µg/m3 1 ppb NO2 = 0,001 ppm = 1880 µg/m3 1 pbb O3 = 0,001 ppm = 1960 µg/m3 ( Sumber BLHD Provinsi Jambi ) 5. Persiapan passive sampler

(27)

27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Magang a. Sejarah

Sejarah legal atau formal BLHD Provinsi Jambi selaku lembaga yang mengkoordinasikan pengendalian dampak lingkungan di Provinsi Jambi berdiri sejak tahun 1998, yaitu setelah dikeluarkannya KEPRES No. 77 tahun 1994 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Diatur lebih lanjut melalui keputusan Menteri Dalam Negeri (KEPMENDAGRI) No. 98 tahun 1996 tentang pedoman pembentukan, organisasi, dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah dan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.9 tahun 1996 tersebut atas diperkuat lagi dengan keputusan Menteri Dalam Negeri No.99 tahun 1998 tanggal 7 Juli 1998 Pembentukan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Jambi.

Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi yang sebelumnya adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) berpedoman pada KEPRES dan KEPMENDAGRI tersebut, maka dengan peraturan daerah (PERDA) Provinsi Jambi No. 6 tahun 1998 tanggal 19 Oktober disahkan pembentukan organisasi dan tata kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Provinsi Daerah Tingkat 1 jambi No. 6 tahun 1998. Kemudian di era reformasi terjadilah restrukturisasi organisasi sehingga mengalami perubahan struktur oragnisasi yang dituangkan PERDA Provinsi Jambi No. 5 tahun

(28)

28 2000 dan dijabarkan uraian tugas dalam keputusan Gubernur Jambi No.230 tahun 2001 tentang uraian tugas dan fungsi satuan-satuan organisai pada Lembaga Teknis Daerah provinsi Jambi. Kemudian pada bulan Januari tahun 2009 disahkanlah nama baru menjadi BLHD (Badan Lingkungan Hidup Daerah) berdasarkan peraturan Daerah PERDA No.15 tahun 2008. Peratutan Daerah (PERDA) tersebut dibentuk berdasarkan atas Peraturan Pemerintah (PP) No. 41 tahun 2007.

Untuk menjamin kualitas lingkungan hidup diperlukan pembinaan dan pengawasan dalam pengolahan lingkungan hidup, untuk itu diperlukan pengukuran kualitas lingkunagan hidup. Dalam rangka meningkatkan pelayanan dalam pengukuran kualitas diperlukan adanya Unit Pelayanan Teknis.

b. Struktur Organisasi Instansi

Struktur organisai dilampirkan pada lampiran no 2 c. Visi Misi Instansi.

1. Visi Badan Lingkungan Hidup

Mewujudkan BLHD Provinsi Jambi Yang Handal dan Proaktif Dalam Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup Menuju Jambi Emas Tahun 2015 “

2. Misi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sesuai dengan fungsi dan visi yang ingin diwujudkan, maka misi BLHD Provinsi Jambi adalah sebagai berikut :

(29)

29 1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik serta mengembangkan

kapasitas kelembagaan yang bertanggung jawab dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup

2. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang bersifat kooperatif dan berkesinambungan

3. Mewujudkan pengelolaan SDA yang berlandaskan prinsip-prinsi konservasi, rehabilitasi dan pemulihan yang benar

4. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan lingkungan 5. Mengembangkan sistem informasi dan teknologi sebagai dasar pengelolaan

lingkungan

d. Sasaran Yang Dicapai Badan Lingkungan Hidup

Sasaran yang ingin dicapai dalam perencanaan strategis Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi periode 2011-2015 yaitu :

1. Meningkatkan kapabilitas institusi dan aparatur

2. Meningkatkan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup

3. Meningkatkan koordinasi berkelanjutan lintas sektoral lingkungan hidup 4. Meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan stakeholder yang

terlibat dalam pengelolaan sumber daya alam agar menerapkan prinsip-prinsip konservasi, rehabilitasi dan pemulihan yang benar.

(30)

30 e. Urian Tugas Bidang Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran

Lingkungan

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Jambi No 28 tahun 2013 Pasal 88 dan Pasal 89 Tugas Bidang Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan adalah:

A. Uraian tugas pada Bidang Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan

1. Bidang Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan dibidang pengendalian kerusakan dan pengendalian pencemaran. 2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang

Pengendalaian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan mempunyai fungsi : a. Penyusunan rumusan kebijakan pelaksanaan dibidang Pengendalian

Kerusakan Lingkungan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

b. Pelaksanaan koordinasi pelaksanaan dibidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

c. Pelaksanaan fungsi teknis dibidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

d. Pelaksanaan pemantauan kualitas Lingkungan dan Pengawasan pencemaran lingkungan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan

3) Bidang Pengendalian Kerusakan Dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan terdiri dari:

(31)

31 a. Sub Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan

b. Sub Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

4) Masing-masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepada Kepala Bidang.

B. Sub Bidang Pengendaalian perusakan lingkungan Pasal 88

1. Sub Bidang Pengendalian kerusaan dan lingkungan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang Pengendalian Pengendalian Kerusakan Lingkungan

2. Untuk melaksanakan tugas sebagaiman dimaksud pada ayat (1), Bidang kerusakan Lingkungan Mempuyai Tugas :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan

b. Penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan

c. Pelaksanaan fungsi teknis perlindungan, pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui pemantaun dan

pengawasan pada bidang keanekaragaman hayati pengendalian kerusakan lahan, kerusakan ekosistem perairan darat dan perairan pesisir dan laut.

d. Pelaksanaan fungsi teknis pengelolaan kualitas air

e. Pelaksanaan analisis, evaluasi dan pelaporan Sub Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan

(32)

32 f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan

B. Sub Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Pasal 89

1). Sub Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan mempunyai tugas menyipakan bahan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan dibidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

2). Untuk melaksanakan tugas sebagai dimaksud pada ayat (1) pada Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan mempunyai fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijkan Pengendalian Pencemaran Lingkungan. b. Penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan c. Pelaksanaan fungsi teknis Pengendalian Pencemaran Lingkungan melalui

pemantauan dan pengawasan meliputi pengelolaan pencemaran air dan udara pada industri dan nonindustri dan juga pengendalian pencemaran udara sumber bergerak

(33)

33 4.2. Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambien se Provinsi Jambi

4.2.1. Dasar Hukum Pemantauan Kualitas Udara

1. Persetujuan Kepala BLHD Provinsi Jambi di atas Nota Dinas nomor ND-48/BLHD-3/III/2015 tanggal 26 Maret 2015 tentang Mohon Persetujuan untuk dan menandatangani Kegiatan pengambilam Alat pemantuan kualitas udara ambien di Provinsi Jambi untuk Triwulan I Tahun 2015.

2. Surat Perintah Tugas Kepala BLHD Provinsi Jambi Nomor 433/SPT/BLHD-3/2015 tanggal 26 Maret 2015 untuk melaksanakan pengambilan alat pemantau kualitas udara ambien di Kabupaten dan Kota Provinsi Jambi

4.2.2. Analisa Sampel

Pemantauan Kualitas udara ambien yang dilakukan di Provinsi Jambi menggunakan alat passive sampler, alat ini di pasang pada kawasan perkantoran, transportasi, perindustrian/ RS, pemukiman, karena di tempat ini banyak aktivitas masyarakat yang menimbulkan dampak terhadap pencemaran udara, alat ini dipasaang secara tergantung, alat pemantauan udara ini di pasang selama dua minggu setelah itu passive sampler itu diambil dan dikirim ke labor LAPAN untuk di analisa.

Data yang perlu dicatat saat pemasangan dan pengambilan sampel yaitu lokasi dan titik pengambilan sampel, tanggal dan waktu pemasangan dan pengambilan passive sampler tersebut.

(34)

34 a. Pemantauan Kualitas Udara di Kota Jambi

Dibawah ini merupakan hasil pemantauan kualitas udara ambien di Kota Jambi

Tabel 4: Data Pemantauan Kualitas Udara di Kota Jambi

No Kawasan Tempat SO2 (µg/m3) NO2 (µg/m3) O3 (µg/m3) 1 Perkantoran Kantor BLHD Kota Jambi 0,595 24,380 9,869 2 Transportasi Terminal Rawasari 1,027 26,014 13,185 3 Pemukiman Perumnas Kota Baru 0,891 26,328 10,570 4 Industri/RS Pabrik Saimen / bakery 1,737 12,628 14,275

Rata – Rata 1,062 22,337 11,975

Standar Baku mutu 365

(µg/m3)

150 (µg/m3)

50 (µg/m3)

Sumber : Laporan kegiatan pemantauan kualitas udara ambien BLHD Provinsi Jambi,2015

Dilihat dari tabel 4 hasil pemantauan terhadap parameter SO2 pada nilai

ambang batas tertinggi berada di kawasan industri pabrik Saimen (bakery) yaitu 1.737 µg/m3 ini disebabkan dari kegiatan pembakaran saat pembuatan roti bakery ( Kue ). Penyebab pencemaran udara SO2 adalah pembakaran bahan bakar pada

sumbernya seperti pembakaran menggunakan arang, minyak, gas, pembakaran menggunakan kayu dan juga dari proses – proses industri dan sebagainya.

Sedangkan dilihat dari parameter NO2 pencemaran pada nilai ambang batas

tertinggi adalah di kawasan pemukiman perumnas Kota Baru yaitu 26.328 µg/m3 ini disebabkan karena aktifitas sehari hari masyarakat perumnas Kota Baru seperti pembakaran yang dilakukan saat memasak, pencemaran dari kendaraan bermotor, dan pembuangan sampah. Karena pencemaran gas NO2 dipengaruhui oleh kepadatan

(35)

35 pembakaran dan kebanyakaran pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, pembakaran saat produksi, pembuangan sampah, sebagian besar emisi NO2 buatan

manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.

Dan dilihat dari parameter O3 pada nilai ambang batas tertinggi adalah di

kawasan industri pabrik Saimen ini disebabkan karena selama proses pembuatan roti bakery yang menimbulkan pencemaran O3

Dari semua parameter pemantuan udara yang dilakukan di kota jambi rata – rata hasil pemantuan yang tertinggi adalah parameter NO2 karena di Kota Jambi ini

aktivitas manusia yang menyebabkan pencemaran NO2 seperti banyaknya kendaraan

bermotor.

Dari hasil pemantauan kualitas udara di Kota Jambi dan dibandingkan dengan standar baku mutu ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara SO2, NO2, O3 maka hasil

pemantauan udara di Kota Jambi masih memenuhui standar baku mutu

b. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Muaro Jambi

Berikut ini merupakan hasil pemantauan kualitas uadara ambien di Kabupaten Muaro Jambi.

(36)

36 Tabel 5: Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Muaro Jambi

No Kawasan Tempat SO2 (µg/m3) NO2 (µg/m3) O3 (µg/m3) 1 Perkantoran BLHD Kab. Muaro Jambi 2,368 18,165 22,262 2 Transportasi Simp. Tugu III Sengeti 1,842 32,325 18,765 3 Pemukiman RT. 16 Kel. Sengeti No. 101 0,527 18,542 18,924 4 Industri/RS RSUD Ahmad Ripin 1,981 14,863 21,885

Rata – Rata 1,679 20,974 20,459

Standar Baku mutu 365

(µg/m3)

150 (µg/m3)

50 (µg/m3)

Sumber : Laporan kegiatan pemantauan kualitas udara ambien BLHD Provinsi Jambi,2015

Dilihat dari tabel 5 hasil pemantauan udara untuk parameter SO2 pada nilai

ambang batas tertinggi adalah di kawasan perkantoran BLHD Kabupaten Muaro Jambi yaitu 2.368 µg/m3 ini disebabkan karena banyak kendaraan bermotor yang menimbulkan pencemaran SO2 dikawasan perkantoran tersebut.

Dan dilihat dari parameter NO2 pencemaran yang tertinggi terdapat dikawasan

transportasi yang dipasang di Simp. Tugu III Sengeti yaitu 32.325 µg/m3 pencemaran ini disebabkan karena aktifitas kendaraan di sekitar kawasan transportasi simp. Tugu III sengeti sehingga kadar NO2 disana tinggi dibandingkan dengan kawasan

pemantuan lainnya di Kabupaten Muaro Jambi.

Dilihat dari parameter O3 pencemaran pada nilai ambang batas tertinggi

adalah di kawasan perkantoran BLHD Kabupaten Muaro Jambi dibandingkan dengan kawasan pemantuan lainnya di Kabupaten Muaro jambi.

Dari semua parameter pemantauan udara yang dilakukan di Kabupaten Muaro Jambi rata – rata hasil pemantuan yang tertinggi adalah parameter NO2 20.974 µg/m3

(37)

37 karena di Kabupaten Muaro Jambi ini banyak aktivitas manusia yang menyebabkan pencemaran NO2 seperti banyaknya kendaraan bermotor.

Dari hasil pemantauan kualitas udara di kabupaten Muaro Jambi dan dibandingkan dengan standar baku mutu ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara SO2, NO2, O3 maka

hasil pemantauan udara di Kabupaten Muaro Jambi masih memenuhui standar baku mutu.

c. Pemantauan Kualitas udara di Kabupaten Batang Hari

Dibawah ini merupakan hasil pemantauan udara ambien di Kabupaten Batang Hari

Tabel 6. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Batang Hari

No Kawasan Tempat SO2 (µg/m3) NO2 (µg/m3) O3 (µg/m3) 1 Perkantoran Kantor Bupati 5,942 31,998 17,630

2 Transportasi Terminal 3,836 65,965 14,774

3 Pemukiman Perumahan Mayang Mangurai 0,731 14,356 22,324 4 Industri/RS Industri Tahu 0,807 22,740 15,988

Rata – Rata 2,829 33,765 17,679

Standar baku mutu 365

(µg/m3)

150 (µg/m3)

50 (µg/m3) Sumber : Laporan kegiatan pemantauan kualitas udara ambien BLHD Provinsi

Jambi,2015

Dilihat dari tabel 6 hasil pemantauan udara untuk parameter SO2 pada nilai

ambang batas tertinggi adalah di kawasan perkantoran Bupati Kabupaten Btang Hari yaitu 5.942 µg/m3 ini disebabkan karena banyak kendaraan bermotor di sekitar kawasan kantor Bupati Batang Hari , yang menimbulkan pencemaran SO2.

(38)

38 Dan dilihat dari parameter NO2 pencemaran pada nilai ambang batas tertinggi

adalah di kawasan transportasi yang dipasang di Terminal yaitu 32.325 µg/m3 pencemaran ini disebabkan karena aktifitas kendaraan bermotor di sekitar kawasan transportasi terminal sehingga kadar NO2 disana tinggi dibandingkan dengan kawasan

pemantauan lainnya di Kabupaten Batang Hari. sumber utama NO2 yang dihasilkan

manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, pembakaran saat produksi, pembuangan sampah, sebagian besar emisi NO2 buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.

Dilihat dari parameter O3 pencemaran pada nilai ambang batas tertinggi

adalah di kawasan perumahan Perumahan Mayang Mangurai yaitu 22.324 µg/m3 dibandingkan dengan kawasan pemantuan lainnya di Kabupaten Batang Hari.

Dari semua parameter pemantauan udara yang dilakukan di Kabupaten Batang Hari rata – rata hasil pemantauan yang tertinggi adalah parameter NO2 33.765 µg/m3

karena di Kabupaten Batang Hari ini banyak aktivitas manusia yang menyebabkan pencemaran NO2 seperti di Kabupaten Batang Hari banyak kendaraan bermotor.

Dari hasil pemantuan kualitas udara di kabupaten Muaro Jambi dan dibandingkan dengan standar baku mutu ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara SO2, NO2, O3 maka

hasil pemantuan udara di Kabupaten Batang Hari masih memenuhui standar baku mutu.

(39)

39 d. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Tanjab Barat

Berikut ini merupakan hasil pemantauan kualitas udara ambien di Kabupaten Tanjab Barat

Tabel 7. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Tanjab Barat

No Kawasan Tempat SO2 (µg/m3) NO2 (µg/m3) O3 (µg/m3) 1 Perkantoran Komplek Perkantoran Tungkal 0,595 9,869 9,869 2 Transportasi Terminal Kota Tungkal 1,027 13,185 13,185 3 Pemukiman BTN Manunggal Tungkal 0,891 10,570 10,570 4 Industri/RS Gudang Kopra/Kelapa 1,737 14,275 14,275

Rata – Rata 1,062 22,337 11,975

Standar baku mutu 365

(µg/m3)

150 (µg/m3)

50 (µg/m3) Sumber : Laporan kegiatan pemantauan kualitas udara ambien BLHD Provinsi

Jambi,2015

Dilihat dari Tabel 7 dari semua parameter yang diamanti SO2, NO2, O3

Pencemaran yang tertinggi yaitu terdapat di kawasan industri yang alat passive sampler ini di pasang di gudang Kopra / kelapa hal ini disebabkan karena aktivitas dari kegiatan industri tersebut seperti keluar masuknya kendaraan di kawasan tersebut yang menimbulkan pencemara udara SO2, NO2, O3.

Dari hasil pemantauan kualitas udara di kabupaten Tanjab Barat dan dibandingkan dengan standar baku mutu ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara SO2, NO2, O3 maka

hasil pemantauan udara di Kabupaten Tanjab Barat masih memenuhui standar baku mutu.

(40)

40 e. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Tanjab Timur

Berikut ini merupakan hasil pemantauan kualitas udara ambien di Kabupaten Tanjab Timur.

Tabel 8. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Tanjab timur

No Kawasan Tempat SO2 (µg/m3) NO2 (µg/m3) O3 (µg/m3) 1 Perkantoran BLH Kab Tanjab Timur 1,462 18,742 19,637 2 Transportasi Terminal Bayangan 1,685 14,399 17,391 3 Pemukiman Rumah Dinas Bupati Tanjab

Timur 1,742 8,768 24,539

4 Industri/RS RSUD Nurdin Hamzah Tanjab

Timur 0,731 9,746 18,651

Rata – Rata 1,405 12,914 20,055

Standar baku mutu 365

(µg/m3)

150 (µg/m3)

50 (µg/m3) Sumber : Laporan kegiatan pemantauan kualitas udara ambien BLHD Provinsi

Jambi,2015

Dilihat dari tabel 8 pencemaran udara terhadap parameter yang dipantau hasil yang tertinggi terdapat di kawasan Pemukiman yang alat passive sampler ini di pasang pada Rumah Dinas Bupati Tanjab Timur ini disebabkan karena aktivitas masyarakat di sekitar kawasan pemukiman tersebut yang menimbulkan dampak terhadap pencemaran udara seperti aktivitas kendaraan bermotor, pembuangan sampah, dan aktivitas rumah tangga. Dan rata – rata pemantauan kualitas udara di Kabupaten Tanjab Timur hasil pemantauan yang tertinggi pada parameter O3 di

bandingkan dengan parameter lainnya.

Dari hasil pemantauan kualitas udara di Kabupaten Tanjab Timur dan dibandingkan dengan standar baku mutu ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara SO2, NO2, O3 maka

(41)

41 hasil pemantauan udara di Kabupaten Tanjab Timur masih memenuhui standar baku mutu.

f. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Tebo

Dibawah ini merupakan hasil pemantauan kualitas udara ambien di Kabupaten Tebo

Tabel 9. Pemantauan Kualitas udara di Kabupaten Tebo

No Kawasan Tempat SO2 (µg/m3) NO2 (µg/m3) O3 (µg/m3) 1 Perkantoran Kantor LH Kab. Tebo 1,949 18,497 18,473

2 Transportasi Terminal 2,809 19,716 20,292

3 Pemukiman Griya Tebo Indah 0,689 12,919 15,602

4 Industri/RS RSU Tebo 1,394 9,144 17,156

Rata – Rata 1,710 15,069 17,881

Standar baku mutu 365

(µg/m3)

150 (µg/m3)

50 (µg/m3) Sumber : Laporan kegiatan pemantauan kualitas udara ambien BLHD Provinsi

Jambi,2015

Dilihat dari tabel 9 pencemaran udara dari semua parameter SO2, NO2, O3

yang dipantau pencemaran udara yang paling tertinggi terdapat di kawasan transportasi hal ini disebabkan karena aktivitas masyarakat di sekitar kawasan transportasi dan juga karena aktivitas lalu lalang kendaran bermotor di kawasan tersebut yang menimbulkan dampak pencemaran di kawasan tersebut. Dan rata – rata hasil pemantauan kualitas udara di Kabupaten Tebo hasil pemantauan tertinggi pada parameter O3 di bandingkan dengan parameter lainnya.

Dari hasil pemantauan kualitas udara di Kabupaten Tebo dan dibandingkan dengan standar baku mutu ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 41

(42)

42 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara SO2, NO2, O3 maka hasil

pemantuan udara di Kabupaten Tebo masih memenuhui standar baku mutu

g. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Bungo

Dibawah ini merupakan hasil pemantauan kualitas uadara ambien di Kabupaten Bungo

Tabel 10. Hasil Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Bungo

No Kawasan Tempat SO2 (µg/m3) NO2 (µg/m3) O3 (µg/m3) 1 Perkantoran KLH Bungo 0,372 20,979 14,647 2 Transportasi Terminal 1,860 36,369 15,570

3 Pemukiman Perumnas Rimbo Tengah 0,841 25,256 18,640 4 Industri/RS Industri Batu Bata 2,185 15,273 21,942

Rata – Rata 1,315 24,469 17,700

Standar baku mutu 365

(µg/m3)

150 (µg/m3)

50 (µg/m3) Sumber : Laporan kegiatan pemantauan kualitas udara ambien BLHD Provinsi

Jambi,2015

Dilihat dari tabel 10 pemantauan kualitas udara pada nilai ambang batas tertinggi adalah parameter SO2 yaitu 2.185 µg/m3 yang dipantau di kawasan industri

batu bata pencemaran ini ditimbulkan dari proses pembakaran batu bata tersebut.

Dilihat dari parameter NO2 pencemaran pada nilai ambang batas tertinggi

adalah di kawasan transportasi terminal Kabupaten Bungo hal ini disebabkan karena padatnya aktivitas kendaraan bermotor di terminal Kabupaten Bungo.

Dilihat dari Parameter O3 pencemaran pada nilai ambang batas tertinggi

adalah di kawasan industri batu bata hal ini disebabkan karna asap yang ditimbulkan oleh proses pembakaran batu bata.

(43)

43 Rata – rata hasil pemantauan kualitas udara yang tertinggi yaitu parameter NO2 hal ini disebabkan karena aktivitas kendaraan bermotor dan proses pembakaran

batu bata dan asap yang ditimbulkannya.

Dari hasil pemantauan kualitas udara di Kabupaten Bungo dan dibandingkan dengan standar baku mutu ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara SO2, NO2, O3 maka hasil

pemantauan udara di Kabupaten Bungo masih memenuhui standar baku mutu.

h. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Merangin

Dibawah ini merupakan hasil pemantauan kualitas udara ambien di Kabupaten Merangin

Tabel 11. Hasil Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Merangin

No Kawasan Tempat SO2 (µg/m3) NO2 (µg/m3) O3 (µg/m3) 1 Perkantoran Kantor LH Merangin 0,749 17,272 12,805 2 Transportasi Terminal Pasar atas 1,784 40,245 10,488

3 Pemukiman Perumahan 1,100 9,165 15,290

4 Industri/RS RSUD Kol. Abunjani 2,243 26,940 16,701

Rata – Rata 1,469 23,406 13,821

Standar baku mutu 365

(µg/m3)

150 (µg/m3)

50 (µg/m3) Sumber : Laporan kegiatan pemantauan kualitas uadra ambien BLHD Provinsi

Jambi,2015

Dilihat dari tabel 11. Hasil pemantauan udara untuk parameter SO2 pada nilai

ambang tertinggi yaitu 2.243 µg/m3 adalah dikawasan Rumah Sakit Kol.Abunjani hal ini disebabkan karena aktivitas rumah sakit yang menimbulkan pencemaran SO2

(44)

44 Dilihat dari hasil pemantauan kualitas udara dilihat dari parameter NO2

pencemaran pada nilai ambang batas tertinggi yaitu 40.245 µg/m3 pada kawasan transportasi terminal pasar atas hal ini disebabkan karena aktivitas kendaraan bermotor dan aktivitas masyarakat disekitar kawasan transportasi pasar atas di Kabupaten Merangin.

Dilihat dari parameter O3 pencemaran pada nilai ambang batas tertinggi

adalah di kawasan RSUD Kol. Abunjani yaitu 16.701 µg/m3 dibandingkan dengan kawasan pemantauan lainnya di Kabupaten Merangin hal ini ditimbulkan dari aktivitas rumah sakit.

Rata – rata hasil pemantauan kualitas udara yang tertinggi yaitu parameter NO2 hal ini disebabkan karena aktivitas kendaraan bermotor dan aktivitas

masyarakat.

Dari hasil pemantauan kualitas udara di Kabupaten Merangin dan dibandingkan dengan standar baku mutu ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara SO2, NO2, O3 maka

hasil pemantauan udara di Kabupaten Merangin masih memenuhui standar baku mutu.

i. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Sarolangun

Dibawah ini merupakan hasil pemantauan kualitas udara ambien di Kabupaten Sarolangun

(45)

45 Tabel 12. Hasil Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Sarolangun

No Kawasan Tempat SO2 (µg/m3) NO2 (µg/m3) O3 (µg/m3) 1 Perkantoran Kantor BLH Kab. Sarolangun 0,734 12,831 18,065 2 Transportasi Terminal sarolangun 1,313 43,669 17,903

3 Pemukiman Perumahan 1,742 10,945 16,013

4 Industri/RS SPBU 4,797 26,856 17,885

Rata – Rata 2,146 23,575 17,467

Standar baku mutu 365

(µg/m3)

150 (µg/m3)

50 (µg/m3) Sumber : Laporan kegiatan pemantauan kualitas udara ambien BLHD Provinsi

Jambi,2015

Dilihat dari tabel 12. Hasil pemantauan udara untuk parameter SO2 pada nilai

ambang batas tertinggi yaitu 4.797 µg/m3 adalah dikawasan SPBU Kabupaten Sarolangun hal ini disebabkan karna aktivitas atau kegiatan SPBU tersebut dan juga disebabkan keluar masuknya kendaraan di sekitar kawasan tersebut.

Dilihat dari hasil pemantauan kualitas udara dilihat dari parameter NO2

pencemaran pada nilai ambang batas tertinggi yaitu 43.669 µg/m3 pada kawasan transportasi terminal Sarolangun hal ini disebabkan karena aktivitas kendaraan bermotor dan aktivitas masyarakat disekitar kawasan terminal di Kabupaten Sarolangun.

Dilihat dari parameter O3 pencemaran pada nilai ambang batas tertinggi

adalah di kawasan Kantor BLH Kabupaten Sarolangun yaitu 18.065 µg/m3 dibandingkan dengan kawasan pemantauan lainnya di Kabupaten Sarolangun

Rata – rata hasil pemantauan kualitas udara yang tertinggi yaitu parameter NO2 hal ini disebabkan karena aktivitas kendaraan bermotor dan aktivitas

(46)

46 Dari hasil pemantauan kualitas udara di Kabupaten Sarolangun dan dibandingkan dengan standar baku mutu ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara SO2, NO2, O3 maka

hasil pemantauan udara di Kabupaten Sarolangun masih memenuhui standar baku mutu.

j. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Kerinci

Dibawah ini merupakan hasil pemantauan kualitas udara ambien di Kabupaten Kerinci

Tabel 13. Hasil Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Kerinci

No Kawasan Tempat SO2 (µg/m3) NO2 (µg/m3) O3 (µg/m3) 1 Perkantoran Koramil Gunung Kerinci 1,431 21,112 14,753 2 Transportasi Desa Sulak Gedang 2,222 49,512 13,365 3 Pemukiman Kemantan Tinggi 0,865 11,524 12,683 4 Industri/RS PTPN VI Kayu Aro Pabrik Teh

Kayu Aro 3,770 20,729 23,869

Rata – Rata 2,072 25,719 16,168

Standar baku mutu 365

(µg/m3)

150 (µg/m3)

50 (µg/m3) Sumber : Laporan kegiatan pemantauan kualitas udara ambien BLHD Provinsi

Jambi,2015

Dilihat dari tabel 13 Hasil pemantauan udara untuk parameter SO2 pada nilai

ambang batas tertinggi yaitu 3.072 µg/m3 adalah dikawasan industri PTPN VI Kayu Aro Pabrik Teh Kayu Aro hal ini disebabkan karna aktivitas atau kegiatan pabrik tersebut tersebut dan juga disebabkan keluar masuknya kendaraan di sekitar kawasan tersebut.

(47)

47 Dilihat dari hasil pemantuan kualitas udara dilihat dari parameter NO2

pencemaran pada nilai ambang batas tertinggi yaitu 49.512 µg/m3 pada kawasan transportasi Desa Sulak Gedang hal ini disebabkan karena aktivitas kendaraan bermotor dan aktivitas masyarakat disekitar kawasan transportasi Desa Sulak Gedang.

Dilihat dari parameter O3 pencemaran pada nilai ambang batas tertinggi

adalah di kawasan industri PTPN VI Kayu Aro Pabrik Teh Kayu Aro yaitu 23.869 µg/m3 dibandingkan dengan kawasan pemantauan lainnya di Kabupaten Kerinci, hal ini disebabkan karena asap pabrik teh tersebut.

Rata – rata hasil pemantauan kualitas udara di Kabupaten Kerinci yang tertinggi yaitu parameter NO2 hal ini disebabkan karena aktivitas kendaraan

bermotor, aktivitas masyarakat dan asap pabrik teh.

Dari hasil pemantauan kualitas udara di Kabupaten Kerinci dan dibandingkan dengan standar baku mutu ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara SO2, NO2, O3 maka hasil

(48)

48 k. Pemantauan Kualitas Udara di Kota Sungai Penuh

Dibawah ini merupakan hasil pemantauan kualitas udara ambien di Kota Sungai Penuh

Tabel 14. Hasil Pemantauan Kualitas Udara di Kota Sungai Penuh

No Kawasan Tempat SO2 (µg/m3) NO2 (µg/m3) O3 (µg/m3) 1 Perkantoran Kantor Pertenakan Kota Sungai

Penuh 2,169 30,612 18,210

2 Transportasi UPTD Terminal 2,444 42,456 19,859 3 Pemukiman Pemukiman Penduduk Desa

Kota Pudung 1,370 12,562 17,832

4 Industri/RS PLTD Koto Lolo 22,857 89,774 4,984

Rata – Rata 7,210 43,851 15,221

Standar baku mutu 365

(µg/m3)

150 (µg/m3)

50 (µg/m3) Sumber : Laporan kegiatan pemantuan kualitas udara ambien BLHD Provinsi

Jambi,2015

Dilihat dari tabel 14 Hasil pemantauan udara untuk parameter SO2 yang

tertinggi yaitu 22.857 µg/m3 adalah dikawasan industri PLTD Koto Lolo hal ini disebabkan karna aktivitas atau kegiatan pabrik tersebut tersebut dan juga disebabkan keluar masuknya kendaraan di sekitar kawasan tersebut.

Dilihat dari hasil pemantauan kualitas udara dilihat dari parameter NO2

pencemaran pada nilai ambang batas tertinggi yaitu 89.774 µg/m3 pada dikawasan industri PLTD Koto Lolo hal ini disebabkan karena aktivitas kendaraan bermotor dan aktivitas masyarakat disekitar dikawasan industri PLTD Koto Lolo ini disebabkan saat disel di PLTD itu hidup yang mengakibatkan pencemaran NO2

(49)

49 Dilihat dari parameter O3 pencemaran yang pada ambang batas tertinggi

adalah di kawasan transportasi UPTD Terminal yaitu 19.859 dibandingkan dengan kawasan pemantauan lainnya di Kota Sungai Penuh ini.

Rata – rata hasil pemantuan kualitas udara yang paling tinggi yaitu parameter NO2 hal ini disebabkan karena aktivitas kendaraan bermotor, aktivitas masyarakat

Dari hasil pemantuan kualitas udara di Kota Sungai Penuh dan dibandingkan dengan standar baku mutu ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara SO2, NO2, O3 maka hasil

(50)

50 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil rata –rata pemantauan kualitas udara ambien menggunakan passive

sampler berturut turut adalah : SO2 2,178 µg/m3 < O3 16,399 µg/m3

< NO2 24,401 µg/m3, dan hasil tersebut masih memenuhi standar baku mutu

yang telah ditetapkan.

2. Hasil pemantauan kualitas udara ambien rata – rata Provinsi Jambi terhadap parameter dan kawasan yang dipantau adalah:

SO2 = Perkantoran 1,699 µg/m3, transportasi 1,986 µg/m3, pemukiman

1,035µg/m3, industri 4,021 µg/m3.

NO2 = Perkantoran 21,724 µg/m3, transportasi 36,062 µg/m3, pemukiman

16,063 µg/m3, industri 23,756 µg/m3.

O3 = Perkantoran 16,02 µg/m3, transportasi 15,888 µg/m3, pemukiman 16,672

µg/m3, industri 17,055 µg/m3

3. Hasil pemantauan kualitas udara ambien rata –rata Provinsi Jambi pada kawasan yang dipantau adalah: Transportasi yang tertinggi pada parameter NO2 36,062 µg/m3 dan yang terendah pada parameter SO2 1,986 µg/m3,

Industri/ RS yang tertinggi pada parameter NO2 23,756 µg/m3 dan yang

terendah pada parameter SO2 4,021 µg/m3, Pemukiman yang tertinggi pada

parameter O3 16,672 dan yang terendah pada parameter SO2 1,035µg/m3,

Perkantoran yang tertinggi pada parameter NO2 21,724 µg/m3 dan yang

(51)

51 4. Hasil pemantauan parameter SO2 yang tertinggi yaitu di Kota Sungai Penuh

pada kawasan Industri PLTD Koto Lolo 22,857 µg/m3 sedangkan yang terendah yaitu di Kabupaten Bungo pada kawasan Perkantoran 0,372 µg/m3. Hasil Pemantauan pada parameter NO2 yang tertinggi yaitu di Kota Sungai

Penuh pada kawasan Industri PLTD Koto Lolo 89,774 µg/m3 sedangkan yang terendah di Kabupaten Tebo pada pada kawasan Rumah Sakit Umum Tebo 9,144 µg/m3. Hasil pemantauan parameter O3 yang tertinggi di Kabupaten

Tanjab Timur pada kawasan Pemukiman 24,539 µg/m3 sedangkan yang terendah di Kota Sungai Penuh pada kawasan Industri PLTD Koto Lolo 4,984 µg/m3

5.2. Saran

1. Sebaiknya dalam melakukan Pemantuan kualitas udara ini dibuatkan SOP nya

2. Sebaiknya dibuatkan tentang cara pelaksanaan pemasangan dan pemgambilan passive sampler

3. Sebaiknya pemasangan passive sampler di pasang di tempat yang terbuka 4. Dalam proses pengambilan passive sampler sudah baik dan ditingkatkan

(52)

52

DAFTAR PUSTAKA

Ardi. 2014. Laporan Kegiatan Pemantuan Kualitas Lingkungan. Jambi. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jambi.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara .Kanisius. Yogyakarta.

Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. LPPM universitas Kristen PETRA dan Andi. Yogyakarta.

LAPAN. 2015. Teknik Pemantauan Deposisi Kering dengan Passive Sampler dan Analisanya. Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( Poer Point )

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Riski, A. 2013. Faktor yang mempengaruhui kualitas uadara.

https://www.scribd.com/doc/53061936/KUALITAS-UDARA-AMBIEN-CO di download pada tanggal 25 Juni 2015

Santoso, A. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap

Kesehatan. http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF parameter di download pada tangga 20 April 2015

Setyowati, S. 2009. Pencemaran Udara Ambien. http://www.chem-istry.

org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/pencemaranudara- ambien/ di download pada tanggal 15 April 2015.

Sukirno. 2011. Pengertian Pencemaran Udara. http://pengertian-pencemaranudara. html di download pada tanggal 15 April 2015

Sutardi, T. 2008. Teknik Pengukuran Udara Ambien. http://tiki

print_article.php.htm di download pada tanggal 15 April 2015 Utomo,G.R. 2013. Pengantar Pencemaran Udara. http://www.pencemaran_udara.

Gambar

Tabel 4: Data Pemantauan Kualitas Udara di Kota Jambi
Tabel 6. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Batang Hari
Tabel 7. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Tanjab Barat
Tabel 8. Pemantauan Kualitas Udara di Kabupaten Tanjab timur
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dan berkaca dari kisah Nehemiah, maka saya menyimpulkan bahwa salah satu kriteria yang harus ada dalam diri seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki relasi yang baik dengan

Tingkat awareness petugas terkait dengan Tuberkulosis sudah tinggi yaitu 86,5 % memiliki health awareness tinggi.Tingkat stigma petugas 65,4% masih memiliki

Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, menugaskan kepada dosen-dosen yang tercantum dalam Lampiran Surat Tugas ini, untuk menjadi Dosen – Dosen

Menurut Fontana (2009, p18) inovasi adalah keberhasilan ekonomi berkat adanya pengenalan cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentransformasi input menjadi output

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa konsep yang tepat untuk digunakan dalam etika bisnis islam untuk mengangkat nilai-nilai moral sesuai ajaran syariat islam adalah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya gangguan disosiatif yang dialami oleh tokoh Frank dalam novel In The Miso Soup karya Ryu Murakami.. Manfaat penelitian ini

Penemuan utama dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian neuromuskular electrical stimulation (NMES) selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali per minggu mendampingi latihan

Pada metode transportasi langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung kecepatan produksi berdasarkan peramalan permintaan, kemudian menghitung jumlah mesin yang dapat