• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Menopause 1. Pengertian

Menopause merupakan fase terakhir, dimana perdarahan haid seorang

wanita berhenti sama sekali (Yatim, 2001).

Menurut Medicastore (2004) menopause adalah suatu masa peralihan

dalam kehidupan wanita, dimana ovarium (indung telur) berhenti menghasilkan

sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti, dan pembentukan

hormon wanita (estrogen dan progesteron) berkurang.

Seseorang disebut menopause jika tidak lagi menstruasi selama 12 bulan

atau satu tahun. Hal ini umumnya terjadi ketika perempuan memasuki usia 48

tahun hingga 52 tahun (BKKBN, 2006).

Menurut Nasional Institutes of Health, Amerika Serikat seperti yang

dikutip oleh Mangoenprasodjo (2004), menopause merupakan tahap akhir proses

biologi yang dialami wanita berupa penurunan produksi hormon seks wanita yaitu

estrogen dan progesteron dari indung telur.

2. Tahap-tahap menopause

Tahap-tahap dalam menopause menurut Mangoenprasodjo (2004)

meliputi:

(2)

Masa 3 hingga 10 tahun datangnya menopause. Seorang wanita akan

mulai mengalami gejala-gejala berikut ini:

1) Haid tidak teratur.

2) Gangguan psikis (mudah tersinggung dan marah, mudah lelah, tegang).

3) Disertai nyeri otot dan sendi, depresi dengan sakit kepala atau migren.

4) Hot flushes atau gejolak panas diseluruh tubuh pada saat haid.

5) Pelupa, kurang percaya diri, susah tidur.

b. Perimenopause

Masa peralihan dengan rentang 1 sampai 2 tahun sebelum dan sesudah

menopause. Pada masa ini wanita mengalami gejala berikut:

1) Gejala vasomotorik (semburan panas/hot flushes, keringat malam,

berdebar-debar).

2) Gejala psikologis (mudah lupa, gelisah, sulit konsentrasi dan mengambil

keputusan, serta libido menurun).

3) Gejala traktus urogenitalis (tidak bisa menahan kencing).

4) Gejala kulit (kulit kering, berjerawat, rambut rontok).

5) Osteoporosis, penyakit kardiovaskuler dan demensia.

c. Pascamenopause

Adalah tahap atau sebagian besar penderitaan akibat menopause telah

(3)

1) Alat kelamin mengecil.

2) Jaringan lemak berkurang.

3) Otot panggul mengendur dan mengecil.

4) Lemak bawah kulit buah dada berkurang.

Tahap-tahap menopause dapat digambarkan sebagai berikut :

(Prawirohardjo, 2005) Pramenopause Pascamenopause Menopause estrogen gonadotropin 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55

Umur (dalam tahun)

Gambar 1. Tahap-tahap menopause

3. Rata-rata usia menopause

Dari hasil studi retrospektif dan cross-sectional diketahui bahwa umur

rata-rata seorang wanita memasuki masa menopause menurut Yatim (2001)

adalah sebagai berikut :

a. Pada wanita Eropa (ras Kaukasia) adalah umur 47, 49-50, 2 tahun.

b. Pada wanita ras Negro adalah umur 49, 31 tahun.

c. Pada wanita ras Melanesia adalah umur 47, 3 tahun.

(4)

4. Faktor-faktor yang mempercepat atau memperlambat wanita memasuki menopause

Faktor-faktor yang mempercepat atau memperlambat wanita memasuki

menopause menurut Yatim (2001) yaitu :

a. Umur sewaktu mendapat haid pertama kali (menarch).

Beberapa penelitian menemukan hubungan antara umur pertama mendapat

haid pertama dengan umur sewaktu memasuki menopause. Semakin muda

umur sewaktu mendapat haid pertama kali, semakin tua umur memasuki

menopause.

b. Kondisi kejiwaan dan pekerja.

Ada peneliti yang menemukan pada wanita yang tidak menikah dan bekerja,

umur memasuki menopause lebih muda dibanding dengan wanita sebaya yang

tidak bekerja dan menikah.

c. Jumlah anak.

Meskipun kenyataan ini masih kontroversial, ada peneliti yang menemukan,

makin sering melahirkan, makin tua baru memasuki masa menopause. Tapi

kenyataan ini lebih terjadi pada golongan ekonomi berkecukupan

dibandingkan dengan golongan masyarakat ekonomi kurang mampu.

d. Penggunaan obat-obat Keluarga Berencana (KB).

Karena obat-obat KB memang menekan fungsi hormon dari indung telur,

kelihatannya wanita yang menggunakan pil KB lebih lama baru memasuki

masa menopause.

(5)

Wanita perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia menopause

dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.

f. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.

Dari penelitian yang masih sedikit dilakukan, kelihatannya wanita yang

tinggal di ketinggian lebih dari 2000-3000 m dari permukaan laut lebih cepat

1-2 tahun memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang

tinggal di ketinggian < 1000 m dari permukaan laut.

g. Sosio-ekonomi.

Seperti juga usia pertama kali mendapat haid, menopause juga kelihatannya

dipengaruhi oleh faktor status sosio-ekonomi.

h. Menopause yang terlalu dini dan menopause yang terlambat.

Umur rata-rata perempuan Inggris memasuki menopause pada umur 45 tahun

sebanyak 4,3 persen dan umur 54 tahun sebanyak 96,4 persen sudah

memasuki menopause. Sedangkan pada menopause terlalu dini, ditemukan

adanya penurunan fungsi kelenjar indung telur mulai umur 30-45 tahun.

5. Gejala menopause

Gejala-gejala yang umum terjadi pada wanita premenopause menghadapi

menopause menurut Rebecca (2006) yaitu:

a. Gejala-gejala fisik meliputi:

1) Rasa panas (hot flushes) pada wajah, leher dan dada yang berlangsung

(6)

2) Berkeringat dimalam hari.

3) Jantung berdebar-debar (detak jantung meningkat/mengencang).

4) Susah tidur.

5) Sakit kepala.

6) Keinginan buang air kecil menjadi lebih sering.

7) Tidak nyaman ketika buang air kecil.

8) Ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air kecil (inkontinensia).

b. Gejala-gejala psikologis:

1) Mudah tersinggung.

2) Depresi.

3) Cemas.

4) Suasana hati (mood) yang tidak menentu.

5) Sering lupa.

6) Susah berkonsentrasi.

c. Gejala-gejala seksual:

1) Kekeringan vagina, mengakibatkan rasa tidak nyaman selama

berhubungan seksual.

2) Menurunnya libido.

6. Dampak menopause

Sebagian besar wanita di Indonesia tidak mengetahui dampak yang bisa

(7)

yang menganggap menopause itu gejala yang alami. Padahal saat memasuki masa

tidak haid itu lagi, wanita bisa saja menjadi rentan terhadap penyakit fisik seperti

“hot flushes”, sakit kepala, sakit sendi dan otot, sakit punggung, vagina

mengering sehingga mengakibatkan rasa nyeri sewaktu senggama, pengeroposan

tulang, dan penyakit jantung. Penyakit fisik tersebut dapat berdampak pada segi

biologis wanita tergantung dari berat ringannya gejala fisik yang dialami.

Menopause juga berdampak pada segi psikologis wanita, karena

kebanyakan wanita menganggap sebagai datangnya usia lanjut, pudarnya daya

pikat fisik dan seksual, bahkan pikiran yang menganggap usia lanjut adalah

anggota masyarakat yang tidak produktif yang hanya menciptakan beban dalam

hidup. Hal ini menyebabkan wanita merasa murung, merasa tidak disayangi,

mudah tersinggung, dan marah (Mangoenprasodjo, 2004).

Dampak psikologis diatas juga berdampak pada kehidupan sosialnya

dimana akan mengakibatkan kesulitan berhubungan dengan orang lain. Menurut

Yatim (2001), gangguan dalam hubungan sosial dapat berupa curiga berlebihan,

kurang berkonsentrasi, dan tidak mampu memberikan keputusan.

Selain dampak-dampak tersebut, menurut Nugraha (2007) ada juga

perubahan yang kadang terjadi selama menopause yaitu pada gairah seksual

wanita pada masa menopause. Gairah seksual tersebut dapat bertambah dan

menurun. Pengurangan gairah seksual sering disebabkan oleh karena adanya

anggapan bahwa sejak menopause identitas kewanitaan mereka berkurang,

apalagi perubahan fisik disekitar organ intim dimana vagina terasa kering dan

(8)

menghindari hubungan intim. Hal itu tentu saja mengecewakan pasangannya,

tidak jarang pasangannya dalam hal ini suami mencari kepuasan di luar.

Sebaliknya gairah seks yang meninggi disertai rasa kesepian dan kecewa

karena ditinggalkan oleh suami yang tetap sibuk dan tidak mengerti bahwa

istrinya sedang menghadapi masa yang rawan, ditambah rasa sepi ditinggalkan

oleh anak-anak yang sudah besar yang tidak terlalu membutuhkan perhatian lagi,

dapat mendorong wanita usia menopause mencari kepuasan pada pria lain atau

memiliki pria lain. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan di Jakarta oleh

sebuah media massa bahwa faktor utama wanita mencari pria lain selain suami

adalah kesepian (22%), disusul rasa kecewa terhadap suami (14%), selanjutnya

faktor-faktor lain seperti iseng, mencari kepuasan bercinta, mencari variasi, sering

bertemu ditempat kerja, dan lain-lain. Apalagi adanya faktor bahwa wanita diusia

menopause umumnya telah menyelesaikan ambisi dan cita-cita mereka serta tidak

mungkin untuk hamil, membuat mereka lebih leluasa untuk memiliki pria lain.

Tentu saja semua ini tergantung pada status ekonomi, moral, serta sejauh mana

keharmonisan hubungan dengan pasangan mereka dalam menikmati kehidupan

seksualnya.

7. Pilihan terapi dalam menghadapi menopause

Beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan dalam menghadapi

menopause menurut Nirmala (2003) yaitu:

a. Terapi hormon

Terdiri dari terapi sulih hormon (TSH) dan terapi sulih hormon alami

(9)

mengalami menopause. TSH adalah terapi pemberian estrogen dengan tujuan

melindungi tulang dan jantung wanita yang sudah menopause. Sedang TSHA

merupakan terapi yang mengandung progesteron alami. Wanita yang

menggunakan hormon alami dianjurkan untuk melakukannya di bawah

pengawasan dokter, karena berdasarkan survai Women’s Health Initiative,

akibat buruk TSHA ternyata lebih besar dibandingkan manfaatnya. TSHA

ternyata dapat meningkatkan resiko kanker payudara, penyakit jantung,

stroke, dan penyumbatan pembuluh darah.

b. Naturopati

Pengobatan naturopati dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara

lain pengaturan pola makan, pemberian suplemen dengan dosis tertentu,

pengaturan aktivitas.

c. Aromaterapi

Aromaterapi adalah sistem perawatan dan penatalaksanaan kesehatan

dengan menggunakan minyak esensial yang diperoleh dari saripati tumbuhan

aromatik, contohnya Rose, Geranium, Lavender, Rosemary, dan lain-lain.

d. Akupuntur

Khususnya bagi wanita menopause, akupuntur dapat mengurangi

gejolak panas, mengatasi depresi, cepat marah dan rasa cemas.

(10)

Gizi memainkan peran yang penting bagi wanita menopause dalam

menjaga kesehatan, karena wanita pada masa menopause kehilangan hormon

estrogen. Untuk menggantikannya, ia perlu mengkonsumsi makanan yang

mengandung fitoestrogen yang tergantung dalam banyak bahan makanan

seperti serealia (beras merah), biji-bijian (wijen), buah-buahan (stroberi,

jeruk), kacang-kacangan (kedelai, kacang hijau), dan sayuran (buncis,

brokoli).

f. Pengendalian emosi

Dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan seperti menikmati pijitan,

mandi air hangat dengan shower, mendengarkan musik, dan olah nafas.

g. Olahraga

Olahraga bermanfaat bagi wanita-wanita dalam tahun-tahun

menopause. Menurut Susan Lark seperti yang ditulis oleh Nirmala (2003),

bahwa olahraga membantu meringankan bahwa mencegah banyak gejala

menopause seperti “hot flushes” dan mengucurnya keringat pada malam hari,

penipisan dan iritasi vagina serta saluran kencing, depresi, insomnia,

osteoporosis, dan meningkatnya faktor resiko kardiovaskuler (yang berkaitan

dengan jantung).

B. Pengetahuan 1. Pengertian

(11)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan terdiri dari enam tingkatan

yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

(12)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di

sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Misalnya : dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan

hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan

masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari

kasus yang diberikan.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

(13)

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria

yang telah ada.

3. Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003).

4. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2002) ada berbagai macam cara untuk mencari

atau memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu:

a. Cara tradisional

Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai

orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode

ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara

penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain : 1) Cara coba-coba salah,

2) Kekuasaan atau otoritas, 3) Pengalaman pribadi, 4) Melalui jalan pikir.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian.

Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala

alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan

(14)

C. Kecemasan

1. Pengertian kecemasan

Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu respon

emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak

terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran

sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak teridentifikasi (Kaplan dan Sadock,

1999).

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai

keluhan fisik. Kedaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan

maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat menimbulkan reaksi tubuh

yang akan terjadi secara berulang, seperti rasa kosong di perut, sesak nafas,

jantung berdebar, keringat banyak, sakit kepala dan rasa mau buang air

kecil/besar. Perasaan ini disertai perasaan ingin bergerak untuk lari menghindari

hal yang dicemaskan (Stuart dan Sundeen, 1998).

2. Fungsi adaptif dari kecemasan

Kaplan dan Sadock (1999) menyatakan bahwa kecemasan sebagai suatu

sinyal peringatan, kecemasan dapat dianggap sebagai emosi yang sama seperti

ketakutan. Kecemasan memperingatkan adanya ancaman eksternal dan internal.

Pada tingkat yang lebih rendah kecemasan memperingatkan ancaman akan cedera

pada tubuh, rasa takut, keputusasaan, kemungkinan hukuman, atau frustasi dari

(15)

pada keberhasilan atau status seseorang dan akhirnya ancaman pada kesatuan atau

keutuhan seseorang. Kecemasan akan mengarahkan seseorang untuk mengambil

langkah yang diperluakan untuk mencegah ancaman atau meringankan akibatnya.

3. Penyebab kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) teori yang dikembangkan untuk

menjelaskan terjadinya kecemasan adalah :

a. Faktor predisposisi (faktor pendukung)

1) Teori psikoanalitik

Dalam pandangan psikoanalitik kecemasan adalah konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id

mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan

superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh

norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari

dua elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah

mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2) Teori interpersonal

Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan

takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.

Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang

dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan

kecemasan yang berat.

(16)

Menururt pandangan perilaku kecemasan merupakan produk

frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap

kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan

dari dalam untuk menghindari kepedihan.

4) Teori keluarga

Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan

merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang

tindih dalam gangguan kecemasan dan antara gangguan kecemasan dan

depresi.

5) Teori biologi

Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur

kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator

(GABA) dan endorfin juga memainkan peran utama dalam mekanisme

biologis berhubungan dengan kecemasan.

b. Faktor presipitasi (faktor pencetus)

Beberapa faktor pencetus yang dapat menyebabkan terjadinya

kecemasan menurut Stuart dan Sundeen (1998) antara lain :

1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan

fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapisitas untuk melakukan

(17)

2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,

harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

4. Tingkat kecemasan

Stuart dan Sundeen (1998) membagi kecemasan menjadi 4 tingkat, yaitu :

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada serta meningkatkan

lahan persepsinya. Kecemasan seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa

menit atau beberapa jam. Respon dari kecemasan ringan seperti: sesekali

nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka

berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah,

menyelesaikan masalah secara efektif, dan tidak dapat duduk dengan tenang.

b. Kecemasan sedang

kecemasan ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan seperti ini

biasanya terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari. Respon dari

kecemasan sedang seperti: sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar

tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan

perasaan tidak enak.

c. Kecemasan berat

kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

(18)

spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Seseorang memerlukan banyak

pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Kecemasan seperti

ini biasanya terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. Respon

kecemasan berat seperti: nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi

sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, dan perasaan ancaman

meningkat.

d. Panik

Pada tingkat panik ini lahan persepsi telah terganggu sehingga

individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan

apa-apa walaupun telah diberi pengarahan. Panik biasanya berlangsung dalam

waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

Respon panik seperti: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada,

pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis,

agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali dan

persepsi kacau.

5. Rentang respon kecemasan

RENTANG RESPON KECEMASAN

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan sedang Berat Panik Gambar. 2 Rentang respon kecemasan

(19)

6. Respon terhadap kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon terhadap kecemasan antara lain:

a. Respon fisiologis

1) Kardiovaskuler, meliputi : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah

meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, denyut nadi menurun.

2) Pernapasan, meliputi : napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada,

pembengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah.

3) Neuromuskuler, meliputi :tremor, insomnia, reflek meningkat, reaksi

kejutan, mata berkedip-kedip, gelisah, wajah tegang, kaki goyah,

kelemahan umum.

4) Gastrointestinal, meliputi : kehilangan nafsu makan, menolak makan, mual,

diare, rasa tidak nyaman pada abdomen.

5) Traktus urinarius, meliputi : tidak dapat menahan kencing, sering

berkemih.

6) Kulit, meliputi : wajah kemerahan, berkeringat pada telapak tangan, gatal,

rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat.

b. Respon perilaku

Respon perilaku terhadap kecemasan meliputi : gelisah, ketegangan fisik,

tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan

personal, melarikan diri dari masalah, dan menghindari.

(20)

Respon kognitif terhadap kecemasan meliputi : perhatian terganggu,

konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan

berfikir, bidang persepsi menurun, bingung, dan takut cedera atau kematian.

d. Respon afektif

Respon afekif terhadap kecemasan meliputi : mudah terganggu, tidak

sabar, gelisah, tegang, nervus, ketakutan, teror, dan gugup.

D. Kerangka teori Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: - Pendidikan - Pengalaman - Sosial-Ekonomi Kecemasan menopause

Faktor yang mempengaruhi: - Ancaman terhadap

integritas seseorang - Ancaman terhadap

sistem diri seseorang Pengetahuan menopause Tingkat kecemasan: - Ringan - Sedang - Berat - Panik

Gambar.3 Skema kerangka teori (Notoatmodjo, 2003 dan Stuart & Sundeen, 1998).

E. Kerangka konsep

Variabel bebas Variabel terikat Kecemasan wanita menghadapi menopause Tingkat pengetahuan

tentang menopause

(21)

F. Variabel penelitian

1. Variabel bebas (Variabel independen) dalam penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan tentang menopause.

2. Variabel terikat (Variabel dependen) dalam penelitian ini adalah kecemasan

wanita menghadapi menopause.

G. Hipotesis

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menopause dengan tingkat

Gambar

Gambar 1. Tahap-tahap menopause  3.  Rata-rata usia menopause

Referensi

Dokumen terkait

Pemasangan drain dengan cairan drainage berupa darah sekitar 100 ml sebagai upaya untuk mengembalikan darah yang banyak hilang saat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi teh hitam kemasan cup terhadap kadar hemoglobin pada mahasiswa semester

dengan Zulaikha. Burhan itu adalah cinta ilahi yang memenuhi seluruh totalitas wujudnya. Cinta ilahi itu telah menjadi perhatian.. penuh hatinya sehingga tidak

yang satu dengan yang lainnya sehingga sering terjadi deferensiasi produk, Biasanya pembeli baru mendlihnya setelah mengadakan pertimbang- an yang masak, dan setelah harga

Penelitian menemukan bahwa tidak ada masalah berarti yang mengganggu kehidupan seksual pada pasutri setelah pasca operasi vasektomi, kehidupan seksual tetap

Dari sekian banyak langkah yang telah ditempuh seperti, perbaikan infrastruktur jalan, perbaikan fasilitas (kendaraan umum), merperketat pemberian izin (Surat Izin Mengemudi), serta

[r]

[r]