• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Naskah Akademis Pembatasan Kendar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Naskah Akademis Pembatasan Kendar"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TENTANG

PEMBATASAN KENDARAAN BERMOTOR PRIBADI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(2)

DEPARTEMEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS GAJAH MADA

2016 / 2017

NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TENTANG

PEMBATASAN KENDARAAN BERMOTOR PRIBADI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun oleh Kelompok 5

1. Ahmad Sri Bagas 15/378682/SP/26636 2. Amalia Dita Justiciasari 15/378683/SP/26637 3. Anggara Yoga Kus 15/384257/SP/26969 4. Disman S. Manasa 15/385689/SP/27037 5. M. Subhi Adzimi 15/381325/SP/26788 6. Novita Rahma 15/384279/SP/26991 7. Putri Intan Rengganis 15/381162/SP/26774 8. Putri Kusuma Devi 15/378701/SP/26655 9. Rafika Putri 15/378702/SP/26656 10. Aulia Noor Azizah 15/384258/SP/26970

Mata Kuliah : Parlemen

Dosen : Mada Sukmajati, Dr. Rer.Pol., SIP. MPP

Srie Djoharwinarlian, Dra. SU

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan naskah akademik tentang Pembatasan Kendaraan Bermotor Pribadi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Naskah akademik ini disusun sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Ganjil 2016/2017. Dengan menilik berbagai permasalahan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang menitikberatkan pada berbagai permasalahan lalu lintas salah satunya adalah kemacetan. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami mengharapkan segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga naskah akademik tentang Pembatasan Kendaraan Bermotor Pribadi di Daerah Istimewa Yogyakarta ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, November 2016

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... 3

DAFTAR ISI... 4

BAB 1 PENDAHULUAN... 5

A. LATAR BELAKANG...5

B. SASARAN... 6

C. IDENTIFIKASI MASALAH...6

D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK...7

E. METODE PENELITIAN...8

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS...11

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT..19

A. KONDISI HUKUM DAN STATUS HUKUM YANG ADA...19

B. KETERKAITAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LAIN...21

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS...23

A. LANDASAN FILOSOFIS...23

B. LANDASAN SOSIOLOGIS DAN LANDASAN YURIDIS...23

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN DAERAH ... 25

A. KETENTUAN UMUM...25

B. MATERI YANG AKAN DIATUR...26

BAB VI PENUTUP... 33

A. KESIMPULAN... 33

B. SARAN... 34

(5)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun. DIY selalu memiliki daya tarik baik dalam kancah lokal-nasional, dan tidak menutup kemungkinan dalam skala internasional sekalipun. DIY dengan segala keunikan budaya serta potensi di berbagai sektor kehidupan telah menarik minat masyarakat di luar Daerah Istimewa Yogyakarta untuk kemudian singgah maupun menetap di Yogyakarta.

Menyadari adanya keadaan tersebut, membawa dampak atas meningkatnya intensitas kendaraan bermotor yang tersebar di Yogyakarta. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta menunjukkan terjadinya kenaikan penggunaan kendaraan bermotor sebesar 7-10 persen pada 2015 dibanding tahun sebelumnya. Setiap bulan terdapat 7 ribu sepeda motor yang masuk ke Yogyakarta saat ini. Angka kenaikan penggunaan kendaraan bermotor tersebut diperkirakan akan terus bertambah setiap tahunnya.1

Nyatanya, kenaikan intensitas kendaraan bermotor khususnya kendaraan pribadi yang tidak sebanding dengan ketersediaan infrastruktur jalan untuk menampung jumlah kendaraan yang kemudian dapat dilihat baik dari segi lebar jalan, tingkat kepatuhan terhadap rambu-rambu lalu lintas, ketersediaan lahan parkir, maupun dari faktor lain yang membuat kemacetan terus-menerus merebak seperti virus yang belum dapat ditemukan obatnya. Permasalahan kemacetan telah menjadi PR besar bagi pemerintah selama beberapa tahun terakhir. Banyak penelitian yang telah dilakukan, banyak peraturan yang dibentuk baik yang telah diaplikasikan maupun yang masih dalam uji kelayakan. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut, pemerintah kemudian dituntut untuk segera dapat menemukan solusi yang dapat mengatasi permasalahan kemacetan secara tuntas. Bagaimana tidak, masyarakat sebagai pelaku (pengendara) seharusnya paham betul betapa dirinya juga menjadi pihak terdampak dalam permasalahan kemacetan. Selain itu, kemacetan telah menjadi sorotan oleh

1 Data kenaikan penggunaan kendaraan bermotor, diakses melalui:

(6)

berbagai pihak, yang dalam hal ini pemerintah-lah yang kemudian dibebani dengan kewajiban serta tanggung-jawab besar dalam menentukan langkah yang tepat.

Dari sekian banyak langkah yang telah ditempuh seperti, perbaikan infrastruktur jalan, perbaikan fasilitas (kendaraan umum), merperketat pemberian izin (Surat Izin Mengemudi), serta manajemen lalu lintas lainnya, kami mengambil langkah yang sebelumnya telah diterapkan oleh pemerintah yakni penerapan batas minimum penggunaan kendaraan pribadi mobil dan motor, penambahan tarif parkir, penambahan pajak kendaraan bermotor, ketentuan asuransi kendaraan pribadi, ketentuan plat nomor kendaraan, dan pembatasan kuota penjualan kendaraan pribadi. Langkah tersebut seharusnya dapat memberikan dampak besar dalam usaha untuk mengatasi permasalahan kemacetan, hanya saja perlu adanya pengkajian ulang untuk memperbaiki baik dalam tingkat regulasi, penerapan, maupun pengawasan dalam pelaksanaannya.

B. SASARAN

1. Tahap Persiapan : Mapping kerangka sumber informasi dan perolehan data serta perencanaan analisis.

2. Tahap Survei : Studi literatur teori dan aturan yang sudah ada.

3. Tahap Analisis Data : hasil data; penyelenggaraan bidang jalan; bidang sarana dan prasarana; jumlah kendaraan bermotor pribadi, dan bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor pribadi, pengemudi, penegak hukum, operasional manajemen, dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas.

C. IDENTIFIKASI MASALAH

(7)

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor pribadi.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan 3 pokok masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Permasalahan hukum apakah yang dihadapi sebagai alasan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor pribadi?

2. Apakah yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor pribadi?

3. Apakah ruang lingkup pengaturan yang akan diwujudkan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor pribadi?

D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK

Menyediakan dokumen naskah akademik tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor pribadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Naskah akademik ini disusun untuk merumuskan pokok – pokok pikiran yang akan menjadi bahan dan dasar bagi penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, tujuan penyusunan akademik dirumuskan sebagai berikut:

1. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor pribadi.

(8)

3. Merumuskan ruang lingkup pengaturan yang akan diwujudkan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor pribadi.

Naskah Akademik ini diharapkan :

a. Dapat memberikan pemahaman kepada pengambil kebijakan tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor pribadi dan tata cara penerapannya.

b. Dapat memberikan kerangka hukum (legal framework) bagi perumusan ketentuan dan pasal–pasal dari Raperda tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor pribadi.

E. METODE PENELITIAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK

1. Jenis Penelitian dalam Penyusunan Naskah Akademik

Dalam Lampiran I Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mengenai teknik penyusunan Naskah Akademik dijelaskan bahwa penyusunan Naskah Akademik merupakan kegiatan penelitian yang berbasis penelitian hukum atau penelitian lain. Apabila Naskah Akademik disusun berdasarkan penelitian hukum, maka metode yang dapat digunakan adalah metode yuridis normatif atau metode yuridis empiris yang dikenal pula dengan sebutan metode penelitian sosiolegal. Naskah Akademik ini disusun menggunakan metode penelitian hukum normatif.

Dalam penelitian hukum normatif, untuk mengkaji persoalan hukum dipergunakan bahan-bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan, bahan hukum sekunder dapat berupa makalah, dan buku-buku yang di tulis para ahli, dan bahan hukum tersier dapat berupa kamus bahasa hukum dan kamus bahasa Indonesia.

2. Metode Pendekatan

(9)

approach ),dan pendekatan kasus ( case approach). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsep, pendekatan analitis, pendekatan kasus, dan pendekatan historis.

3. Sumber Bahan Hukum

Dalam penelitian ini menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan huu berupa Peraturan Perundang-undangan. Bahan hukum sekunder adalah dokumen atau bahan hukum yang didapatkan dari rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, atau pendapat pakar hukum, makalah-makalah, jurnal ilmiah, dan hasil-hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini dan mendukung bahan hukum primer, termasuk di dalamnya kamus dan ensiklopedia. Sumber bahan hukum sebagai bahan pertimbangan maupun bahan perbandingan terhadap pembuatan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor.

4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum dikumpulkan dengan melakukan studi dokumentasi kepustakaan. Literatur didapatkan baik melalui internet maupun dokumen-dokumen lain untuk memenuhi sumber bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yaitu berupa Peraturan Perundang-undangan antara lain:

- UUD 1945 pasal 18 ayat (6)

- UUD 1945 pasal 18 ayat (5)

- PERDA DIY Nomor 5 Tahun 2004

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993 BAB I dan BAB II

- UU Nomor 28 Tahun 2009 pasal 1 ayat (10)

- PERDA DIY Nomor 3 Tahun 20011

- UU RI Nomor 13 Tahun 2012

- PERDA DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2015

(10)

- Undang-Undang No. 22 Tahun 2009

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 44 Tahun 1993

Bahan hukum sekunder menggunakan beberapa berita dari media massa seperti tribunnews, beritajogja, dan kompas. Selain itu juga menggunakan bahan hukum dari buku-buku seperti Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang-undangan di Indonesia dan Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia yang membantu dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor.

5. Teknik Analisis Bahan Hukum

(11)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

Seiring dengan perkembangan masa, terjadi pertambahan jumlah penggunaan kendaraan bermotor pribadi di wilyah Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti peningkatan jumlah pendatang, kemudahan dalam proses memiliki kendaraan bermotor hingga rendahnya pajak yang ditetapkan bagi pengendara kendaraan bermotor. Melihat pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang meningkat secara drastis dan signifikan berdampak pula pada tingkat kemacetan yang semakin tinggi.

Menurut data statistik pada tahun 2013 terdapat 1.396.967 kendaraan bermotor dan hingga awal tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar 305.365 kendaraan.2 Peningkatan volume kendaraan ini tentulah membawa kekhawatiran akan munculnya berbagi permasalahan di kemudian hari, mulai dari keamanan pengguna jalan, pemanfaatan fasilitas umum hingga masalah kemacetan. Dalam praktiknya, kemacetan yang terjadi saat ini tidak hanya terjadi pada momen-momen tertentu seperti pada waktu liburan panjang, namun kemacetan terjadi pula pada jam-jam sibuk di ruas jalan utama. Pada ruas-ruas jalan utama di Yogyakarta terjadi peningkatan kemacetan sebesar 7% setiap harinya. Dan diperkirakan akan terjadi peningkatan kemacetan sebesar 45% pada tahun 2023. 3

Melihat data statistik peningkatan volume kendaraan maka dapat dikatakan bahwa keadaan transportasi di Yogyakarta belumlah tertata dengan baik. Kemacetan yang terjadi disebabkan jumlah kendaraan pribadi yang tumbuh lebih cepat daripada lebar dan panjang jalan yang ada. Mengingat dari hasil survei kondisi transportasi perkotaan, sekitar 81% kendaraan lebih banyak diisi oleh kendaraan pribadi di mana sepeda motor menempati porsi paling banyak yakni 74%.4 Sementara itu, ruas jalan yang tersedia tidaklah mengalami

2 Tribun Jogja. (2014, Agustus 23). Inilah Data Pertambahan Jumlah Kendaraan di DIY dari

Tahun ke Tahun. Retrieved November 28, 2016, from Tribun Jogja:

http://jogja.tribunnews.com/2014/08/23/inilah-data-pertambahan-jumlah-kendaraan-di-diy-dari-tahun-ke-tahun

3 Gusti. (2013, Maret 6). Kemacetan di Ruas Jalan Kota Yogyakarta Bisa Capai 45 Persen .

Retrieved November 28, 2016, from UGM website: http://www.ugm.ac.id/id/post/page? id=5370

4 Sajarwo, G. (2013, Maret 8). Problem Kemacetan Ancam Kota Jogja. Retrieved

November 28, 2016, from Kompas.com:

(12)

pelebaran dan peningkatan (total panjang jalan 4.598,1 km). Tentunya masalah ini harus diselesaikan secara tepat, efektif dan efisien.

Keadaan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang tidak berbanding lurus dengan pertambahan ruas jalan di Yogyakarta sangat membutuhkan penanganan yang serius. Baru-baru ini pihak Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM melalui penelitinya, Iwan Puja Riyadi, membeberkan sebab kemacetan di Jogja. Menurut Iwan ada tiga sebabnya, yaitu ketidakadilan sosial, kedua minimnya fasilitas transportasi yang disediakan pemerintah, terakhir adalah belum adanya kesamaan pola pikir dari masyarakat dan para pemimpin untuk mengatasi kemacetan.5 Dalam proses penyelesaian masalah ini, terdapat beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diimplementasikan, diantaranya:

1. Penerapan batas minimum penggunaan kendaraan mobil dan motor 2. Kenaikan pajak kendaraan

3. Kenaikan tarif parkir kendaraan 4. Ketentuan asuransi kendaraan pribadi 5. Ketentuan plat nomor kendaraan

6. Pembatasan kuota penjualan kendaraan pribadi

Keenam rekomendasi kebijakan diatas diprediksi mampu mengurai masalah kemacetan dan jumlah kendaraan yang berlebihan. Penerapan batas kendaraan telah diterapkan oleh beberapa negara dan daerah, contohnya adalah di Singapura, Beijing dan DKI Jakarta. Model pembatasan kendaraan yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta diantaranya adalah penerapan zona 3 in 1, Electronic Road Pricing (ERP), penggunaan kendaraan pribadi dengan nomor ganjil atau genap, serta pembatasan usia kendaraan bermotor. Selain itu, dengan adanya kebijakan kenaikan besaran pajak kendaraan dan kenaikan tarif parkir kendaraan diharapkan akan menekan jumlah penggunaan kendaraan pribadi dan berdampak pada meningkatnya penggunaan transportasi umum sehingga mengurangi kemacetan yang terjadi. Begitu juga dengan ketentuan kendaraan yang boleh beroperasi sesuai dengan warna plat nomor juga diharapkan dapat mengurangi kemacetan.

Sesuai dengan tema besar yang diangkat yaitu tentang pembatasan penggunaan kendaraan bermotor di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka digunakan beberapa gagasan

5 Raya, J. (2015, November 27). Solusi Konkret Atasi Kemacetan di Jogja. Retrieved

(13)

penguat terhadap rancangan pembatasan kendaraan daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu diantaranya :

Kemacetan

Bentuk Upaya Pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi di Yogyakarta sangat penting dilakukan untuk mengatasi kemacetan dan mengendalikan tingginya pertumbuhan kendaraan pribadi. Dengan banyaknya jumlah kendaraan pribadi di Yogyakarta berdampak pada kemacetan di yang kian parah. Hal ini disebabkan oleh kapasitas jalan sudah tidak mencukupi untuk memenuhi pergerakan orang dan barang yang terus meningkat dari dalam kota maupun dari luar kota Jogja. Penambahan ruas jalan yang hanya sekitar 1 persen per tahun (Panjang jalan di Yogyakarta 7.650 km dan luas jalan 40,1 km atau 0,26% dari luas wilayah DIY) tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai sekitar 11 persen per tahun. Kondisi ini menyebabkan terganggunya kelancaran lalu lintas dan menimbulkan titik-titik kemacetan. Hampir semua ruas jalan arteri di Jogja sudah mengalami kemacetan. Tanah/ lahan di Jogja juga sudah sangat padat bangunan dan perumahan maka akan sulit untuk menambahan marka jalan / memperlebar badan jalan.

Daya tampung kendaraan kota sudah overload

Seperti yang diketahui jogja merupakan kota yang cukup padat selain karena menjadi pilihan bagi para pelajar untuk melanjutkan pendidikannya, jogja juga menyimpan sejumlah aset wisata yang banyak mnegundang kehadiran para wisatawan untuk bisa menikmati kota ini. Namun tanpa disadari hal ini sangat berpengaruh dengan terhadap kelancaran arus lalu lintas di daerah jogja sendiri. 136 universitas di Jogja dengan daya tampung mahasiswa yang beragam sudah cukup menjadi perhatian bagaimana padatnya kota ini jika dihiasi dengan semua kendaraan dari para perantau ditanah istimewa ini.

Pencemaran udara

(14)

karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kutipan diatas merupakan pernyataan yang menunjukkan bahwa keadaan udara yang ada disekitar kita khususnya di Jogja memang sudah terkontaminasi dengan zat-zat seperti Suspended Particulate Matter (SPM) yang sebagai manusia kita seharusnya tidak menghirup udara-udara tersebut.

Sudah banyaknya upaya/ kebijakan untuk mengurangi kemacetan

Telah banyak kebijakan yang dikeluarkan terkait dengan angkutan umum dan kendaraan pribadi, tetapi tetap saja kemacetan semakin parah. Titik pangkal kemacetan di Jogja disebabkan oleh bertambahnya jumlah kendaraan pribadi terutama mobil pribadi. Alih-alih mengurangi kemacetan, kebijakan tersebut seringkali menuai pro dan kontra. Bahkan tidak jarang dari kebijakan itu memunculkan permasalahan baru dikemudian harinya.

Fakta menyatakan jumlah pengguna kendaraan pribadi lebih banyak dibandingkan tidak menggunakan.

Tidak bisa dipungkiri bagaimana respon dari setiap orang tentang penggunaan kendaraan pribadi atau menggunakan angkutan umum. Dengan berbagai dalil tentunya kendaraan pribadi tetap menjadi pilihan utama oleh banyak orang dalam mengisi kesehariannya, sementara jika dilihat penggunaan kendaraan umum tentunya jauh lebih efisien dalam segala hal.

Kebijakan ini akan menghemat pemakaian BBM

(15)

Karena saat ini kita sering menjumpai fenomena gaya hidup masyarakat yang terlalu berlebihan. seperti contohnya remaja atau anak-anak SMA yang pergi kesekolah dengan membawa kendaraan pribadi seperti mobil atau motor meskipun jarak tempuh dari sekolah ke rumahnya cukup dekat. Ataupun kita juga sering melihat satu mobil yang hanya dikendarai oleh satu orang.

Maka penghematan BBM ini perlu dilakukan, agar generasi berikutnya juga masih bisa menikmati sumber daya ini. Mengingat bahwa BBM merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui.

Sementara itu, Dasar Hukum untuk penerapan pembatasan kendaraan pribadi adalah Undang-undang No 22 Tahun 2009 tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dalam pasal 133 ayat (1) dicantumkan bahwa: Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan Ruang Lalu Lintas dan mengendalikan pergerakan Lalu Lintas, diselenggarakan manajemen kebutuhan Lalu Lintas.

Dalam ayat (2) Manajemen kebutuhan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara:

 pembatasan Lalu Lintas Kendaraan perseorangan pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan tertentu;

 pembatasan Lalu Lintas Kendaraan barang pada koridor atau kawasan tertentu pada

waktu dan Jalan tertentu;

 pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan tertentu;

 pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Umum sesuai dengan klasifikasi fungsi

Jalan;

 pembatasan ruang Parkir pada kawasan tertentu dengan batasan ruang Parkir

maksimal; dan/atau

 pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Tidak Bermotor Umum pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan tertentu.

(16)

Secara khusus penerapan tata kelola pembatasan kendaraan pribadi memuat asas-asas / prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Kelestarian

Yang dimaksud dengan “asas kelestarian” adalah bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi. Kewajiban dan tanggung jawab itu ditunjukkan melalui upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup, yang diwujud dengan memfasilitasi identifikasi opsi-opsi pembangunan / upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan dengan alternatif rancangan / usulan yang lebih baik.

2. Keberlanjutan

Yang dimaksud dengan keberlanjutan adalah adanya kesinambungan antara kebijakan yang akan diambil dengan kebijakan sebelumnya baik itu dalam aspek perencanaan, penyelenggaraan ataupun pemanfaatan sumber daya sektor transportasi. Terkait dengan penerapan tata kelola pembatasan kendaraan pribadi, pendapatan yang diperoleh dari peningkatan pajak dan tarif parkir kendaraan harus dimanfaatkan kembali untuk peningkatan layanan sektor transportasi secara berkelanjutan.

3. Keserasian dan keseimbangan

Yang dimaksud dengan “asas keserasian dan keseimbangan” adalah bahwa pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem. Dalam hal ini penyelenggaraan-nya senantiasa dijiwai atau dipandu oleh nilai-nilai keseimbangan, keadilan dan kesetaraan berdasarkan kepentingan sosial. ekonomi dan kepentingan lingkungan hidup, baik untuk kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang, dan menyeimbangkan kepentingan pembangunan pusat dan daerah.

4. Manfaat

(17)

5. Keterpaduan

Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau menyinergikan berbagai komponen terkait. Dalam hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk:

- Memastikan bahwa penerapan dan pengembangan tata kelola pembatasan kendaraan pribadi sudah relevan untuk tercapainya pembangunan berkelanjutan.

- Memuat saling keterkaitan antara aspek biofisik, sosial, dan ekonomi untuk setiap pemanfaatan ruang.

- Terkait secara hierarkis dengan kebijakan di sektor tertentu dan wilayah (lintas batas) termasuk dengan sektor keuangan.

6. Kehati-hatian (pencegahan)

Yang dimaksud dengan “asas kehati-hatian atau pencegahan” adalah bahwa setiap usaha atau kegiatan harus disusun berdasarkan perencanaan yang matang sehingga dapat dilakukan antisipasi atau upaya untuk mencegah dan mengurangi kerusakan lingkungan. Upaya ini dilakukan mulai dari tahap perencanaan yaitu tentang pemilihan lokasi karena terkait dengan penataan ruang, pemilihan kegiatan atau usaha, pemilihan teknologi, proses produksi atau pelaksanaannya.

7. Pencemar membayar

Yang dimaksud dengan “asas pencemar membayar” adalah bahwa setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan. Dalam konteks transportasi adalah pengguna yang membayar.

8. Partisipatif

Yang dimaksud dengan “asas partisipatif” adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung. Azas ini dapat diwujudkan sebagai berikut:

(18)

- Terdokumentasi secara eksplisit segala masukan dan pertimbangan yang mengemuka di dalam proses penetapan penerapan tata kelola pembatasan kendaraan pribadi.

- Memiliki kejelasan informasi yang mudah dipahami, serta menjamin akses yang memadai untuk semua informasi serta fasilitas tata kelola pembatasan kendaraan pribadi yang dibutuhkan.

9. Tata kelola pemerintahan yang baik

Yang dimaksud dengan “asas tata kelola pemerintahan yang baik” adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.

Melalui berbagai alasan dan faktor-faktor yang telah dijabarkan diatas, maka dapat kita lihat bahwa pembatasan kendaraan bermotor pribadi di Yogyakarta sangatlah penting untuk diterapkan. Pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang tidak terkontrol tanpa diikuti dengan pelebaran ruas jalanan dapat menyebabkan kemacetan yang kian parah. Jika tidak ditangani dan diatur dengan tepat dan efisien maka tidak menutup kemungkinan beberapa tahun yang akan datang akan terjadi kemacetan total disebagian besar jalanan Yogyakarta. Dengan menerapkan pembatasan penggunaan kendaraan bermotor pribadi maka telah terlaksana satu kebijakan untuk membentuk tata kelola yang lebih baik dibidang transportasi di Yogyakarta.

(19)

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

A. KONDISI HUKUM DAN STATUS HUKUM YANG ADA

Peraturan Perundangan yang digunakan sebagai rujukan dalam menyusun Naskah Akademis Rancangan Peraturan Daerah DIY tentang Pembatasan Kendaraan Bermotor Pribadi di DIY, antara lain :

1. Dasar pembentukan Peraturan Daerah didasarkan pada ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 terutama seperti yang tertuang dalam Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 bahwa pemerintahan daerah berhak untuk menetapkan peraturan daerah dan peraturan-paraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan peraturan-peraturan lain.

Tentu saja landasan hukum konstitusional ini juga berlaku bagi Pemerintahan daerah bukan hanya di Provinsi, melainkan juga pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 juga menyebutkan bahwa pemerintah daerah dapat menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintah yang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat berdasarkan undang-undang.

2. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (PERDA DIY) Nomor 5 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas Jalan di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan bahwa seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan lalu lintas, maka perlu diadakan perencanaan, pengaturan, pengendalian, serta pengawasan terhadap lalu lintas jalan. Agar dapat mewujudkan kelancaran, keselamatan, dan keamanan terhadap seluruh pengguna jalan.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.

BAB I Pasal 1 ayat (1) : “ Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. “

(20)

Pasal 1 ayat (3) : “ Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. “

Pasal 1 ayat (9) : “ Kendaraan tidak bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh tenaga orang atau hewan. “

Pasal 1 ayat (12) : “ Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar mengemudikan kendaraan bermotor “.

BAB II Pasal 2 ayat (1) : “ Kendaraan bermotor dikelompokkan dalam beberap jenis, yaitu : a. sepeda motor ; b. mobil penumpang ; c. mobil bus ; d. mobil barang ; e. kendaraan khusus. “

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 ayat (10) tentang Pajak Daerah, bahwa Pajak Daerah ini merupakan kontribusi wajib pada daerah yang terutng oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

5. Peraturan Daerah Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

Sebagaimana yang tertuang dalam BAB II Pasal 2, bahwa Pajak Kendaraan Bermotor menjadi salah satu pajak yang masuk dalam pendapatan daerah.

BAB III Pasal 4 ayat (2) : “ Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Kendaraan Bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat.

(21)

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

Adanya pengaturan mengenai Keistimewaan DIY ini salah satunya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat (Pasal 5 ayat (1a)). Dan berdasarkan Pasal 5 ayat (3), kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat Yogyakarta, diwujudkan melalui berbagai kebijakan yang diorientasikan pada kepentingan masyarakat itu sendiri dan juga disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.

Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu daerah yang terkenal di Indonesia. Daerah yang dijuluki sebagai Kota Pelajar ini sesuai dengan namanya, terdapat banyak Sekolah dan juga Perguruan Tinggi yang banyak diminati. Oleh sebab itu, setiap tahun pasti Yogyakarta didatangi oleh para pelajar dari berbagai daerah di luar Yogyakarta, bahkan di luar Jawa untuk menempuh pendidikan di Kota ini.

Seiring dengan mobilisasi penduduk yang terjadi itu, diikuti pula dengan peningkatan penggunaan kendaraan pribadi terutama mobil maupun kendaraan roda dua. Akibatnya kemacetan tidak dapat dihindari, dan juga berbagai masalah lain seperti polusi udara, suara, serta kerusakan di beberapa ruas jalan.

7. Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Perda DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah

B. KETERKAITAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LAIN

Negara Indonesia yang demokratis menerapkan otonomi daerah pada berjalannya pemerintahan. Otonomi yang diberikan oleh pemerintah pusat memberi kelonggaran bagi tiap daerah dalam mengatur masyarakatnya. Namun dengan demikian, pemerintah pusat tetap harus mengontrol agar keduanya sinkron.

(22)

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki permasalahan dalam kemacetan dan jumlah kendaraan yang dinilai berlebih dinilai membutuhkan peraturan baru yang mengaturnya. Dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 44 tahun 1993, pemerintah daerah DIY menetapkan Perda pada tahun 2004 nomor 5 yang membahas tentang penyelenggaraan lalu lintas jalan.

Keduanya memiliki keterkaitan sehingga tidak terjadi tumpang tindih satu sama lain.

(23)

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. LANDASAN FILOSOFIS

Dalam pembentukan Peraturan Daerah yang bertujuan untuk menciptakan keteraturan dan keamanan di dalam kehidupan masyarakat harus memiliki landasan yang menjadi pandangan hidup dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pembentukan peraturan daerah ini bersumber dari Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 sebagai landasan yang menjadi pertimbangan pembentukan peraturan daerah. Peraturan Daerah yang berisi tentang pembatasan jumlah kendaraan bermotor pribadi yang bertujuan untuk mengurangi kemacetan di jalan raya dan mengurangi polusi udara, hal ini juga bertujuan untuk memberikan hak pejalan kaki dan pengguna sepeda sebagai warga negara yang berhak mendapatkan kenyamanan dan keamanan di jalan raya.

Dengan tujuan ini pembentukan peraturan daerah berlandasan keadilan bagi setiap warga negara untuk menikmati kenyamanan di jalan raya. Pembatasan kendaraan tidak membatasi hak setiap warga negara dalam memiliki atau menggunakan kendaraan tetapi peraturan pembatasan kendaraan ini memberikan hak – hak yang di miliki masyarakat atas keadilan dan kewajiban.

B. LANDASAN SOSIOLOGIS DAN LANDASAN YURIDIS

(24)

Pada tahun 2008, Walikota Yogyakarta sempat mengusungkan konsep Sego Segawe (Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe), yang diharapkan bisa menanam semangat untuk menggunakan sepeda untuk pergi ke sekolah dan bekerja bagi mereka yang jaraknya kurang dari 5 kilometer dan konsep tersebut disambut baik oleh masyarakat Kota Yogyakarta. Di samping itu dengan Sego Segawe juga menciptakan kota yang humanis, efisiensi energi, nyaman, bebas polusi, serta dapat berimplikasi pada penurunan penggunaan kendaraan bermotor, tetapi gagasan tersebut akhirnya dihapus pada tahun 2012. Untuk itu, apabila kita berkaca dengan antusiasnya masyarakat Yogyakarta dengan konsep Sego Segawe serta mengingat Provinsi Yogyakarta yang disebut sebagai Kota Pendidikan yang per tahunnya menerima pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia yang bisa berimplikasi kepada naiknya jumlah kendaraan, ada baiknya jika melakukan pengoptimalan penggunaan sepeda onthel di tingkat provinsi.

(25)

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

A. KETENTUAN UMUM

Menurut Adriana Grahani F, ketentuan umum dalam suatu naskah akademik memuat rumusan akademik mengenai batasan pengertian/definisi beserta alternatifnya dan singkatan serta akronim yang digunakan dalam peraturan.6

Beberapa hal yang relevan dicantumkan sebagai ketentuan umum dalam pembentukan Peraturan Daerah tentang Pembatasan Kendaraan Bermotor Pribadi diantaranya adalah :

a. Jarak Minimum Kendaraan adalah jarak paling pendek yang dapat ditempuh oleh pengguna kendaraan bermotor di Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Tempat Parkir adalah lahan yang digunakan untuk meletakan kendaraan bermotor dalam kurun waktu tertentu.

c. Tarif Pajak Kendaraan adalah biaya yang dikenakan secara paksa dan bersifat wajib bagi pengguna kendaraan bermotor.

d. Nilai Jual Kendaraan adalah besaran harga rata-rata pada masing-masing kendaraan guna mengetahui nilai/bobot/kualitas dari setiap kendaraan.

e. Plat Warna adalah papan nomor kendaraan yang dalam hal ini berwarna merah yang menunjukan bahwa kendaraan tersebut milik pemerintah.

f. CCTV adalah singkatan dari Closed Circuit Television yang merupakan suatu kamera kecil untuk memantau aktivitas baik disuatu ruang private maupun publik.

g. Koefisien adalah bilangan yang memuat variable dari suatu suku pada bentuk aljabar. h. Tekanan Gandar adalah satuan ukur muatan berat pada kendaraan bermotor.

i. Asuransi Kendaraan adalah jenis asuransi khusus kendaraan, dimana resiko yang kemungkinan terjadi pada kendaraan dialihkan kepada perusahaan asuransi.

6 Adriana Grahani F, “Pedoman Penyusunan Naskah Akademik”, diakses dari

(26)

B. MATERI YANG AKAN DIATUR

Materi pokok yang akan diatur adalah mengenai pembatasan jumlah kendaraan bermotor pribadi yang ada di Provinsi DIY. Pembagian materi pokok kedalam kelompok upaya mengurangi pembatasan kendaraan bermotor pribadi, yakni:

a. Pajak kendaraan bermotor

b. Tingkat kerusakan jalan atau pencemaran lingkungan c. Kepemilikan kendaraan bermotor

d. Tempat parkir yang disetujui oleh Dinas Perhubungan e. Sanksi bagi yang melanggar tempat parkir

f. Perlengkapan tempat parkir g. Tarif parkir

h. Pendapatan daerah

i. Ketentuan jarak minimum kendaraan bermotor dari tempat tinggal j. Asuransi kendaraan

k. Kuota penjualan kendaraan pribadi l. Ketentuan warna plat nomor kendaraan

Berikut adalah spesifikasi penetapan kebijakan yang dijadikan rekomendasi terkait dengan pembatasan kendaraan bermotor pribadi di Daerah Istimewa Yogyakarta :

1. Penetapan pajak kendaraan bermotor

Seperti yang telah tertuang dalam Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, bahwa salah satu jenis pajak daerah adalah Pajak Kendaraan Bermotor. Termasuk didalamnya adalah kendaraan pribadi seperti mobil dan motor. Penentuan tarif pajak ini juga telah diatur dalam Perda yang sama yaitu Perda DIY No 3 tahun 2011 pasal 7 ayat (1). Bahwasanya, penghitungan pajak Kendaraan Bermotor didasarkan pada Nilai jual kendaraan bermotor dan bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor ini.

(27)

berikut : a. Koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan oleh penggunaan kendaraan bermotor tersebut dianggap masih dalam batas toleransi ; b. Koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaan kendaraan bermotor tersebut dianggap melewati batas toleransi.

Selanjutnya dibahas lebih rinci di Pasal 7 ayat (13), bahwa bobot yang dimaksud diatas ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda, dan berat kendaraan bermotor.

b. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang dibedakan menurut solar, bensin, gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya, dan

c. Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri mesin kendaraan bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 (dua) taka tau 4 (empat) tak, dan isi silinder.

Semua penghitungan dasar pengenaan tarif pajak kendaraan bermotor ini dinyatakan dalam suatu tabel yang telah ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Yang setiap tahun juga akan dilakukan tinjauan kembali.

Khusus untuk Pajak kendaraan bermotor dari kepemilikan pribadi (seperti mobil) akan ditingkatkan sebesar 0,5% dari peraturan yang sebelumnya sehingga menjadi 2%. Yang mana sebelumnya ditetapkan sebesar 1,5% (satu koma lima persen) sesuai Pasal 9 Perda Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

Sedangkan untuk kepemilikan kendaraan bermotor roda empat yang kedua dan seterusnya akan dikenakan tarif secara progresif. Dalam Perda lama yaitu Pasal 10 ayat (2) disebutkan bahwa : a. kepemilikan kedua sebesar 2% ; b. kepemilikan ketiga 2,5% ; kepemilikan keempat 3% ; kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 3,5%.

(28)

Atau lebih lengkapnya bisa dilihat dalam tabel dibawah ini

Mobil kesebelas dan seterusnya akan ditambah 0,5 %. Hingga mobil ketujuh belas nantinya besar PKB senilai 10% dari Nilai Jual Kendaraan Bermotor.

2. Ketentuan tempat dan tarif parkir kendaraan

 Pengaturan tempat parkir kendaraan, akan diatur dalam beberapa poin berikut:

No Ketentuan Tempat Parkir Kendaraan

1. Tempat parkir yang di perbolehkan sebagai tempat parkir kendaraan adalah tempat parkir yang di setujui atau di perbolehkan oleh pemerintah daerah dalam hal ini dinas perhubungan.

2. Tempat parkir harus memiliki petugas parkir yang berasal dari pemerintah daerah atau dari tempat tertentu yang memiliki tempat parkir yang di perbolehkan pemerintah daerah.

3.

Apabilah di temukan kendaraan yang parkir tidak pada tempat yang di tentukan oleh pemerintah daerah maka akan di kenakan sanksi :

- Sanksi ringan berupa peringatan.

- Sanksi sedang berupa penggembokan kendaraan.

- Sanksi berat berupa penyitaan kendaraan dan denda sebesar Rp. 200.000 untuk motor dan Rp. 500.000 untuk mobil.

(29)

5. Tempat parkir yang di miliki oleh pemerintah daerah, tarif parkir harus langsung masuk ke kas daerah.

6. Tempat parkir yang di miliki oleh tempat tertentu, tarif parkir harus di serahkan ke daerah 50% sebagai pendapatan daerah.

7. Apabila ketentuan tersebut di langgar maka akan di kenakan denda sebesar Rp.5.000.000 bagi penyedia tempat parkir.

 Pengaturan tarif parkir kendaraan akan ditentukan dalam beberapa poin berikut :

No Ketentuan Tarif Parkir Kendaraan

1. Tarif parkir kendaraan roda 2 (motor) sebesar Rp.2.000 per jam.

2 Tarif parkir kendaraan roda 4 (mobil) sebesar Rp.4.000 per jam.

3. Seluruh tempat parkir yang telah di tentukan oleh pemerintah daerah dantempat parkir yang terdapat di Provinsi DIY harus mematuhi tarif parkir yang sudah di tentukan.

4. Tarif parkir harus masuk ke kas daerah sebagai pendapatan daerah.

5. Apabila ketentuan terebut di langgar maka akan di kenakan sanksi berupa pembayaran denda sebesar Rp.300.000

3. Ketentuan Jarak Minimum Penggunaan Kendaraan Mobil dan Motor

Pengaturan ini berlaku bagi setiap pengendara yang ingin bepergian menggunakan kendaraan pribadi bermotor, yang ditentukan berdasarkan jarak minimum tujuan :

(30)

1. Jarak minimum penggunaan kendaraan beroda 2 yaitu 5 kilometer daritempat tinggal.

2. Jarak minimum penggunaan kendaraan beroda 4 yaitu 7 kilometer dari tempat tinggal.

3. Apabila jarak tempat tinggal dengan tujuan kurang dari ketentuan, wargadiwajibkan untuk menggunakan sepeda.

4. Ketentuan Warna Plat Nomor Kendaraan Bermotor

Operasional kendaraan bermotor akan disesuaikan dengan warna plat nomor kendaraan.

No Ketentuan Plat Warna Kendaraan Bermotor

1.

Kendaraan yang menggunakan plat nomor warna merah hanya di perbolehkan menggunakan kendaraan hari senin – jumat pukul 05.00 – 19.00 ( pajak rendah ).

2. Kendaraan yang menggunakan plat nomor warna hitam di perbolehkan mengunakan kendaraan setiap hari ( pajak lebih tinggi ).

3. Apabilah ada ketentuan yang di langgar maka akan di lakukan penyitaankendaraan atau denda Rp. 500.000 yang masuk ke pendapatan daerah.

5. Ketentuan Asuransi Pemilik Kendaraan dan Asuransi Kendaraan

Pengaturan tentang asuransi oleh pemilik kendaraan dan mengenai asuransi kendaraan akan diatur sebagai berikut.

No Ketentuan Asuransi Pemilik Kendaraan dan Asuransi Kendaraan

1.

(31)

2. Asuransi pemilik kendaraan sebesar Rp.150.000 per bulan di bayar selama masih memiliki kendaraan tersebut.

3.

Kendaraan harus mendaftarkan asuransi kecelaakaan dan asuransi kerusakan pada badan asuransi yang di miliki pemerintah atau badan terkait.

4. Asuransi kendaraan sebesar Rp. 100.000 per bulan di bayar selama kendaraan tersebut masih dioperasionalkan.

5. Apabilah ketentuan tersebut di langgar maka akan di kenakan denda sebesar Rp. 500.000 bagi pemilik kendaraan.

6. Ketentuan Kuota Penjualan Kendaraan Baru dan Pendaftaran Kendaraan Baru

No Ketentuan Kuota Penjualan Kendaraan Baru dan Pendaftaran Kendaraan Baru

(32)

2. Untuk kendaraan roda 4 jumlah kendaraan baru yang boleh di perjualkansebanyak 10.000 unit kendaraan per tahun.

3. Kendaraan baru wajib di daftarkan di dinas perhubungan sebagai data pengguna kendaraan.

4.

Apabila ada ketentuan yang di langgar maka akan di kenakan sanksi berupa denda Rp. 30.000.000 bagi pemilik perusahaan penjual kendaran dan sanksi berupa denda Rp. 50.000 per bulan bagi pemilik kendaraan.

BAB VI

PENUTUP

(33)

Berdasarkan kajian-kajian yang telah dilakukan di BAB terdahulu, diperlukan adanya Peraturan Daerah yang baru terkait kenyamanan masyarakat Yogyakarta. Seiring dengan peningkatan volume kendaraan yang banyak memunculkan permasalahan baru seperti keamanan pengguna jalan, pemanfaatan fasilitas umum, dan yang terpenting adalah kemacetan. Sehingga untuk mengatasi masalah ini, akan dibentuk Peraturan Daerah tentang Pembatasan Kendaraan Bermotor di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai evaluasi atas Peraturan daerah yang sebelumnya.

Peraturan Daerah ini akan mengacu dari beberapa Peraturan Perundang-undangan terkait, antara lain :

1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (6)

2. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (PERDA DIY) Nomor 5 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas Jalan di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

5. Peraturan Daerah Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

7. Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Perda DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah

B. SARAN

(34)

berbagai kebijakan yang diorientasikan pada kepentingan masyarakat itu sendiri dan juga disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. Hal ini sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.Sehingga masyarakat Kota Yogyakarta dalam hal ini harus diikutsertakan dalam pengambilan keputusan oleh pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

(35)

Admin. (2016, Februari). Revitalisasi Sego Segawe. Retrieved November 28, 2016, from Netizenia.com: http://www.netizenia.com/2016/02/revitalisasi-sego-segawe.html

Adriana Grahani F. (2015, Juni). Pedoman Penyusunan Naskah Akademik. Retrieved Desember 6, 2016, from http://menulis-makalah.blogspot.co.id/2015/06/cara-menulis-footnote-catatan-kaki-yang.html

Gusti. (2013, Maret 6). Kemacetan di Ruas Jalan Kota Yogyakarta Bisa Capai 45 Persen . Retrieved November 28, 2016, from UGM website: http://www.ugm.ac.id/id/post/page? id=5370

Krisdianto, H. (2016, Oktober 3). Tahun 2016 Tercatat Ada 84 Ribu Kendaraan Baru di Yogyakarta. Retrieved November 27, 2016, from Tribunnews.com:

http://tribunnews.com/2016/10/03/tahun-2016-tercatat-ada-84-ribu-kendaraan-baru-di-yogyakarta

Raya, J. (2015, November 27). Solusi Konkret Atasi Kemacetan di Jogja. Retrieved November 28, 2016, from BeritaJogja: http://beritajogja.id/solusi-konkret-atasi-kemacetan-di-jogja.html

Sajarwo, G. (2013, Maret 8). Problem Kemacetan Ancam Kota Jogja. Retrieved November

28, 2016, from Kompas.com:

http://regional.kompas.com/read/2013/03/08/10421493/Problem.Kemacetan.Ancam.Kota.Jog ja

Suprapto. (2015, Juli 10). Inilah Cara Hitung Pajak Progresif Mobil di Jakarta. Retrieved November 27, 2016, from Wartakota Tribunnews.com: http://wartakota.tribunnews.com/2015/07/10/inilah-carahitung-pajak-progresif-mobil-di-jakarta

Tribun Jogja. (2014, Agustus 23). Inilah Data Pertambahan Jumlah Kendaraan di DIY dari Tahun ke Tahun. Retrieved November 28, 2016, from Tribun Jogja: http://jogja.tribunnews.com/2014/08/23/inilah-data-pertambahan-jumlah-kendaraan-di-diy-dari-tahun-ke-tahun

(36)

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (PERDA DIY) Nomor 5 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas Jalan di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Peraturan Daerah Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Perda DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah

Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, apabila sebuah perusahaan ingin berkembang untuk mencapai sebuah tujuan, maka suatu perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang kinerjanya maksimal atau

Bila dianalisis secara bersama-sama berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) mahasiswa Fakultas

Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswadapat menjelaskan prinsip komputer, dapat membuat algoritma dasar dan menuangkannya dalam program dengan menggunakan suatu bahasa

Tugas Akhir ini telah disetujui dan disahkan oleh Dewan Penguji Tugas Akhir Program Diploma III Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Menjalani profesi sebagai guru selama pelaksanaan PPL, telah memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa untuk menjadi seorang guru tidak hanya cukup dalam hal

Adapula teori Model Standar yang membahas semua interaksi selain gravitasi adalah teori tera yang berbentuk kelengkungan pada untingan serat utama khusus dengan grup kesetangkupan U

mengalami transformasi penuh dari ranah amal-karitas menjadi ranah pemberdayaan dan pembangunan. Dengan pengelolaan secara kolektif, zakat menjadi gerakan sosial- ekonomi untuk

Induktif : Metode induktif yaitu melakukan pengumpulan data dan analisa melalui pengamatan, wawancara, dokumentasi pada bangunan yang sejenis dengan pendataan