• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat akan berdampak pada ketatnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat akan berdampak pada ketatnya"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian.

Persaingan bisnis yang semakin ketat akan berdampak pada ketatnya seleksi perusahaan yang tetap bertahan atau memenangkan persaingan. Terjadinya pergeseran kekuasaan pasar dari produsen ke konsumen, menyebabkan konsumen memiliki kekuatan untuk menentukan cara memenuhi kebutuhannya. Perusahaan harus sadar bahwa sebenarnya penghasilan (penjualan) yang diperoleh merupakan akibat dari kemampuannya dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan.

Kepuasan pelanggan merupakan jaminan atas loyalitas pelanggan kepada produk perusahaan di masa yang akan datang. Sehingga tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan dipengaruhi oleh tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction) yang dapat dicapai perusahaan dengan menciptakan nilai pelanggan (customer value) yaitu selisih antara pengorbanan dan manfaat yang diperoleh pelanggan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hansen, Mowen (2001 : 962) yang menyatakan bahwa “dalam dua dekade terakhir, kualitas menjadi dimensi kompetisi yang penting baik untuk perusahaan manufaktur maupun jasa”.

Dalam persaingan usaha yang semakin tajam, setidaknya ada tiga hal yang harus dicermati oleh perusahaan yang memasarkan produknya yaitu kesementaraan, keanekaragaman, dan inovasi.

(2)

Kesementaraan mengacu pada perubahan tren, produk yang telah usang, maupun selera konsumen yang berubah. Keanekaragaman berarti bahwa ada persaingan dari produk-produk lain yang menjadi kompetitor bagi produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan inovasi berarti lahirnya produk baru, teknologi baru, gaya hidup baru serta harapan baru. Dengan kata lain, kunci untuk meningkatkan daya saing adalah menghasilkan produk yang dapat memberikan nilai tambah baik dari segi manfaat maupun kualitas, sehingga pada akhirnya dapat menciptakan kepuasan pelanggan.

Bagi produsen, menciptakan produk berkualitas tinggi dengan harga yang bersaing bukan lagi pilihan, karena program perbaikan kualitas sudah menjadi main issue untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Kualitas telah menjadi dasar kompetisi dalam lingkungan bisnis kontemporer. Penekanan kualitas merupakan hal yang paling penting dikarenakan oleh dua alasan. Pertama, meningkatnya kesadaran pelanggan akan pentingnya kualitas produk dan jasa yang mereka pilih. Kedua, peningkatan kualitas mengarah pada peningkatan dan manfaat-manfaat yang terkait dengannya. Kualitas yang baik akan meningkatkan penjualan. Setiap perusahaan yang menerapkan program perbaikan kualitas perlu merencanakan, mengukur, mengawasi dan melaporkan kemajuan program tersebut.

Beberapa perusahaan masih memiliki asumsi bahwa semakin tinggi kualitas, semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan. Akibatnya harga jual juga semakin tinggi. Asumsi ini tidak selamanya benar jika perbaikan kualitas produk dilakukan dengan efektif dan efisien. Disamping itu, menghasilkan produk

(3)

berkualitas rendah justru akan menambah biaya karena akan memerlukan biaya ekstra untuk memperbaiki produk yang cacat. Selain meningkatkan penjualan, kualitas yang tinggi dapat memberikan nilai lebih terhadap kepuasan pelanggan yang mana dalam jangka panjang akan dapat memperluas market share.

Program perbaikan kualitas merupakan aktivitas yang membutuhkan biaya yang dikenal dengan istilah Biaya Kualitas. Biaya Kualitas didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam upaya meningkatkan kualitas produk atau mencapai standard kualitas yang telah ditetapkan. Besarnya biaya kualitas tergantung dari desain kualitas produk yang direncanakan. Informasi yang menyediakan data biaya kulitas secara lengkap disusun dalam bentuk laporan Biaya Kualitas atau tertera secara implisit dalam daftar biaya tanaman, daftar biaya penjualan, dan daftar biaya administrasi. Laporan Biaya Kualitas merupakan laporan keuangan interim yang dapat dijadikan parameter bisnis bagi perusahaan dan memberikan informasi penting bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan strategi perbaikan kualitas pada periode selanjutnya.

Untuk dapat bertahan dan bersaing dalam persaingan lokal dan internasional yang semakin ketat ini masalah biaya mendapat perhatian khusus. Untuk itu perlu dicermati antara biaya produksi dengan biaya kualitas mana yang lebih berpengaruh terhadap kinerja badan usaha yang umumnya diukur melalui tingkat pertumbuhan penjualan.

Besterfield (2003 : 173) mengemukakan bahwa “biaya kualitas yang terlalu tinggi menandakan ketidakefektifan manajemen yang pada akhirnya akan

(4)

mempengaruhi posisi persaingan perusahaan”. Oleh karena itu, manajemen perlu merencanakan dan mengendalikan biaya kualitas agar berada pada titik yang optimum. Ketidakefektifan perusahaan dalam memperlakukan biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas akan menimbulkan masalah bagi perusahaan. Perusahaan mungkin saja telah mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan dengan perbaikan kualitas dalam jumlah yang besar, namun kualitas yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan, akibatnya penjualan tidak meningkat.

Banyak upaya dilakukan oleh badan-badan usaha untuk dapat menekan biayanya seefisien mungkin, tetapi tidak jarang penekanan biaya tersebut mempunyai pengaruh buruk terhadap kualitas. Penerapan biaya kualitas juga dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Sejarah Perseroan diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan.

PTPN III mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao dengan areal konsesi seluas 166.909,94 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 88.287 ha, karet 45.327 ha dan kakao seluas 8.761 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri + inti, PTPN III juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 19.553,94 ha untuk tanaman kelapa sawit seluas 10.403,14 ha dan tanaman karet 9.150,80 ha.

(5)

Seperti halnya perusahaan-perusahaan lain, PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan mengikuti program perbaikan kualitas produk guna meningkatkan total penjualan perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan memiliki tujuan untuk menjadi terdepan dibidangnya dengan menghasilkan produk-produk yang bermutu internasional. Hasil produksi perusahaan telah menerima Indonesian Industries Standard (SII) Certificate, international quality certificate ISO 9001 : 2000 dan ISO 14001 : 1996.

Biaya-biaya yang termasuk komponen biaya kualitas tidak dilaporkan secara terpisah di dalam Laporan Biaya Kualitas. Akan tetapi, masih tergabung dalam daftar biaya tanaman, daftar biaya penjualan dan daftar biaya administrasi. Berikut ini adalah ringkasan data mengenai Biaya penjualan, Biaya administrasi, Pertumbuhan penjualan dalam setahun dimulai dari tahun 2001 – 2008:

Table 1.1

Daftar Biaya Produksi, Biaya Operasional, dan Pertumbuhan Penjualan PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Tahun 2001-2008

*Dalam ribuan rupiah Tahun * Biaya penjualan *Biaya Administrasi Pertumbuhan Penjualan 2001 42.183.214 221.007.879 - 2002 30.807.110 306.947.079 0,213 2003 51.158.840 376.223.272 0,157 2004 35.281.372 703.717.142 0,268 2005 45.285.832 396.788.874 0,103 2006 82.188.543 339.150.668 0,138 2007 79.504.613 624.953.159 0,49 2008 95.740.730 855.595.255 0,18

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dibandingkan tahun 2005 pada tahun 2006 terjadi peningkatan biaya penjualan dan biaya administrasi

(6)

oleh adanya beban rehabilitasi tanaman dan pabrik untuk optimalisasi produksi. Disamping itu penjualan juga mengalami pertumbuhan sebesar 13,8 % atau dari total penjualan tahun 2005 sebesar 2.334.949.125 menjadi 2.656.668.117. Merujuk pada paparan sebelumnya dan data diatas, bahwa biaya kualitas memiliki pengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan, maka peneliti tertarik untuk membahas dan meneliti lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh biaya kualitas terhadap tingkat pertumbuhan penjualan serta untuk mengetahui apakah dengan adanya biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan akan memberikan andil terhadap peningkatan pertumbuhan penjualan atau tidak. Dengan dasar hal tersebut diatas, dalam penelitian ini peneliti memilih judul “Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Pertumbuhan Penjualan Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. ”

B. Rumusan Masalah Penelitian.

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“Apakah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal baik secara simultan maupun parsial, berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan?”

(7)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan baik secara simultan maupun parsial.

D. Manfaat Penelitian.

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti adalah untuk menambah wawasan dan memperluas pola pikir secara ilmiah dalam bidang akuntansi terutama dalam memahami biaya kualitas serta menemukan solusi atas fenomena empiris mengenai biaya kualitas dan pengaruhnya terhadap tingkat pertumbuhan penjualan.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi, masukan dan pertimbangan bagi perusahaan yang membutuhkan dalam merencanakan, mengukur, dan menyusun laporan keuangan atas biaya-biaya yang terkait dengan program perbaikan kualitas di masa yang akan datang.

3. Bagi pembaca dan masyarakat luas, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi, referensi, perbandingan, dan juga sumbangan pemikiran bagi peneliti selanjutnya mengenai biaya kualitas dan pengaruhnya terhadap tingkat pertumbuhan penjualan.

Referensi

Dokumen terkait

LDR merupakan sensor cahaya, pada perancangan ini LDR digunakan sebagai pembanding sinar dari matahari untuk kemudian arduino akan menentukan posisi yang tepat agar

Berdasarkan pohon masalah dan pohon alternatif maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah penerapan problem solving dengan game

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis diberi kemudahan dan kelancaran dalam menyusun

Mesin pembagi adonan roti (dough divider) merupakan alat yang digunakan untuk proses membagi adonan menjadi potongan - potongan adonan yang sama ukuran dan

Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin ketat akan berdampak pada ketatnya persaingan bisnis dalam memberikan peluang besar kepada konsumen untuk mencari

Termotivasi dari fenomena dan ketidak konsistenan hasil penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini ke dalam skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH

Namun, sebanyak empat (57,1%) dari 7 orang yang merasa puas dengan rekan kerjanya mengatakan bahwa hubungan yang dekat dengan rekan kerja bisa saja hanya sebagai

1) Keterbatasan kemampuan infrastruktur pendukung teknologi informasi seperti: kapasitas penyimpanan data, permasalahan akses jaringan yang tidak stabil. 2) Perbedaan