• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan teknologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan teknologi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat menyebabkan organisasi harus melakukan perubahan perusahan filosofi bisnis dan cara pengelolaan perusahaan (Mulyadi, 2002). Perusahaan yang dapat bertahan dan memenangkan persaingan yang semakin ketat saat ini harus dapat memastikan visi, misi dan tujuan organisasi yang tepat dan dapat berjalan dengan baik dalam menghadapi perkembangan persaingan usaha. Salah satu cara terbaik bagi perusahaan agar dapat memastikan tercapainya visi, misi dan tujuan organisasi adalah dengan melakukan pengukuran kinerja perusahaan secara berkala (Mulyadi, 2007).

Pengukuran kinerja perusahaan dapat memberikan gambaran efektifitas penggunaan sumber daya perusahaan dalam mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan. Ukuran kinerja perusahaan harus dapat memberikan gambaran apa yang diukur, bagaimana cara mengukurnya dan bagaimana hubungan ukuran-ukuran kinerja tersebut dengan visi, misi dan tujuan perusahaan (Matthews, 2011). Salah satu metode pengukuran kinerja yang dapat memberikan gambaran kinerja perusahaan secara menyeluruh adalah metode balanced scorecard.

Sejak ditemukan balanced scorecard pertama kali sebagai sistem penilaian kinerja perusahaan dan kemudian berkembang menjadi sebuah alat dalam penyusunan strategi jangka panjang telah banyak memengaruhi cara pengelolaan perusahaan (Kaplan dan Norton, 2001). Saat ini telah banyak

(2)

perusahaan-perusahan di Indonesia menggunakan pengukuran kinerjanya dengan mengadopsi metode balanced scorecard. Sistem penilaian kinerja balanced scorecard tidak hanya menggunakan ukuran keuangan saja tetapi juga ukuran non keuangan (Kaplan dan Norton, 1996).

Balanced scorecard memberikan gambaran kinerja perusahaan secara lebih menyeluruh dengan mengukur empat perspektif pengukuran: pembelajaran dan pertumbuhan, internal bisnis proses, pelanggan dan keuangan (Kaplan dan Norton, 1996). Perspektif internal bisnis proses dan pembelajaran pertumbuhan dalam pengukuran Balaced scorecard merupakan ukuran kinerja proses yang bertujuan meningkatkan nilai pelanggan (Kaplan dan Norton, 2001). Banyak perusahaan merespon perubahan lingkungan eksternal dan kebutuhan pelanggan dengan meningkatkan kualitas proses bisnis internalnya (Siha dan Saad, 2008).

Perspektif internal bisnis proses dan pertumbuhan dan pembelajaran diukur dari dua aspek yaitu aspek maturity level atau tingkat kematangan proses bisnis (Song dan Zhu, 2011) dan aspek Key Performance Indicator (KPI) atas masing-masing proses bisnis (Ljungberg, 2002). Tingkat kematangan proses bisnis merupakan sebuah konsep dalam ilmu manajemen organisasi yang menjelaskan bagaimana sebuah organsasi melakukan kegiatannya secara sistematis (Paulk et al, 1995). Tingkat kematangan proses bisnis di bagi dalam lima tingkatan: 1. Initial State, 2 Defined, 3. Repeatable, 4. Managed dan 5. Optimized (Harmon, 2003). Penilaian tingkat kematangan proses bisnis organisasi digunakan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi dan mengetahui posisi tingkat kematangan proses bisnis organisasi (Ibbs dan Kwak, 2000).

(3)

Keberhasilan perusahaan akan lebih ditentukan dari tingkat kematangan organisasi dalam melaksanakan proses bisnis internalnya dan cara perusahaan dalam melakukan pembelajaran secara lebih baik, komprehensif dan efisien (Paulk et al, 1995). Proses penilaian kinerja organisasi dengan menggunakan balanced scorecard pada perkembangannya juga dapat digunakan sebagai metode pengukuran kinerja perserorangan yang tampak dalam bentuk personal scorecard (Kaplan dan Norton, 2001). Proses penilaian kinerja perusahaan yang terintegrasi dengan penilaian karyawan kemudian dapat dijadikan dasar dalam pemberian imbalan kepada karyawan (Kaplan dan Norton, 2001).

Pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard dan didukung dengan penggunaan teknologi informasi yang terintegrasi dalam pengukuran kinerja perusahaan akan memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan (Mulyadi, 2007). Informasi pencapaian kinerja perusahaan yang diperoleh akan menjadi lebih cepat dan akurat. Para pemimpin dan pengambil keputusan dapat memonitor kinerja organisasi sampai pada tingkat unit kerja secara langsung. Informasi yang cepat dan akurat ini sangat membantu para pengambil keputusan dalam menentukan tindakan-tindakan yang harus diambil dalam pengelolaan perusahaan (Mulyadi, 2007).

Penggunaan teknologi informasi dalam penilaian lebih dahulu digunakan pada lingkungan pendidikan pada awal tahun 2000 (Flint, 2003). Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat memungkinkan penilaian kinerja perusahaan dilakukan secara online (Zimmerman dan Lear, 2003). Penilaian secara online adalah penilaian yang dilakukan dengan bantuan teknologi komputer

(4)

yang berbasis teknologi jaringan atau internet dengan menggunakan aplikasi seperti email, perangkat lunak berbasis jaringan, internet dan sistem komunikasi (Flint, 2003).

Pelaksanaan penilaian kinerja perusahaan secara online dilakukan secara lebih cepat, mudah dan lebih murah. Tim penilai (asesor) dan organisasi/tim yang dinilai (asesi) dapat melakukan komunikasi dan bertukar data secara lebih cepat dan mudah, hal ini dapat dimungkinkan apabila perusahaan telah memiliki dukungan teknologi informasi yang baik (Barnes dan Hinton, 2007). Sistem penilaian kinerja secara online saat ini telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Perkembangan teknologi informasi dan perubahaan peraturan menjadikan persaingan bisnis yang semakin terbuka. Tidak terkecuali pada industri tenaga listrik disektor pembangkitan, sejak dikeluarkannya keputusan presiden Republik Indonesia No.37 tahun 1992 tentang Usaha Penyediaan Tenaga Listrik oleh Swasta. Sejak saat itu presiden Republik Indonesia telah menghapuskan monopoli industri kelistrikan pada sektor pembangkitan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero.

Pada tahun 1995 PLN Persero mendirikan dua anak perusahan yang berge-rak dibidang pembangkitan yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali I yang saat ini bernama Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa Bali II yang saat ini bernama PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) sebagai strategi bisnis untuk mengantisipasi perusahaan pembangkit swasta atau Independent Power Producer (IPP). Pada tahun 1995 hanya ada 3 IPP di sistem kelistrikan Jawa Bali dengan kapasitas pembangkit 2615 Megawatt (MW) atau sekitar 7% dari total kapasitas

(5)

pembangkit yang ada di sistem kelistrikan Jawa Bali (www.djk.esdm.go.id, diakses 15 September 2016). Pada bulan Juli tahun 2015 kapasitas pembangkit IPP menjadi 20% dari total kapasitas pembangkit di Indonesia (www.djk.esdm.go.id, diakses 15 September 2016). Jumlah pembangkit IPP akan bertambah sebanyak 25000 MW dengan adanya program pemerintah untuk membangun pembangkit sebanyak 35.000 MW pada periode tahun 2015 sampai dengan 2019. Pertumbuhan IPP yang cepat akan menjadikan ancaman bagi PT PJB. Kapasitas pembangkit yang dikelola oleh PT PJB saat ini sebesar 11.347 MW.

Kecepatan PT PJB dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis menjadi semakin penting. PT PJB harus mampu merumuskan strategi perusahaan yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan bisnis. Saat ini PT PJB telah merumuskan strategi perusahaan dengan menggunakan rerangka balanced scorecard melalui empat perspektif yaitu: learning & growth, internal bisnis proses, pelanggan dan keuangan. Empat perspektif balanced scorecard kemudian dijabarkan kedalam proses penilaian kinerja yang menjadi ukuran kinerja organisasi. Proses penilaian kinerja PT PJB juga memanfaatkan teknologi informasi agar para pengambilan keputusan ditingkat unit bisnis maupun korporasi dapat memperoleh gambaran kinerja organisasinya secara cepat dan akurat.

PT PJB juga telah mengintegrasikan sistem penilaian kinerja organisasi yang digunakan dengan sistem penilaian kinerja individu karyawan dan berdampak langsung dalam pemberian insentif kinerja. Pelaksanaan penilaian

(6)

kinerja organisasi di PT PJB saat ini dilakukan online. Proses penilaian kinerja organisasi secara online baru pertama kali dilakukan secara penuh oleh PT PJB pada penilaian kinerja semester pertama tahun 2014 dan pada semester kedua tahun 2014 penilaian dilakukan secara langsung di unit kerja. Sebelum tahun 2014 PT PJB melakukan penilaian kinerja dengan cara melakukan kunjungan dan verifikasi langsung ke unit kerja yang menjadi objek penilaian kinerja (onsite).

Penggunaan teknologi informasi dalam penilaian kinerja akan memberikan keuntungan waktu dan biaya penilaian kinerja yang cepat dan rendah. Para manajer dan pengambil keputusan dapat memperoleh informasi dan posisi pencapaian kinerja organisasi di PT PJB secara real time melalui dashboard yang memberikan nilai dari indikator-indikator kunci dalam penilaian kinerja. Perubahan cara penilaian kinerja ini akan mengakibatkan perubahan dan permasalahan di berbagai aspek seperti: aspek infrastruktur teknologi informasi baik perangkat lunak maupun perangkat keras, metode pengukuran, sistematika pengukuran kinerja dan aspek perilaku dari para penilai maupun perilaku karyawan unit kerja yang menjadi objek penilaian.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan penelitian mengenai proses sistem penilaian kinerja organisasi secara online yang menggunakan rerangka balanced scorecard di PT PJB. Penilaian kinerja organisasi secara online di PT PJB baru dilaksanakan secara penuh disemester I dan II tahun 2015. Perubahan sistem penilaian kinerja organisasi dari onsite menjadi online yang masih baru di PT PJB menjadi topik penelitian yang menarik.

(7)

1.1. Rumusan Masalah

Penerapan balanced scorecard dalam penilaian kinerja di PT PJB dengan menggabungkan beberapa metode pengukuran tingkat kematangan dan penilaian indikator kunci dalam proses bisnis organisasi dengan memanfaatkan teknologi informasi yang baru dilaksanakan menyebabkan munculnya beberapa kendala:

1) Keterbatasan kemampuan infrastruktur pendukung teknologi informasi seperti: kapasitas penyimpanan data, permasalahan akses jaringan yang tidak stabil.

2) Perbedaan persepsi antar asesor dan asesor dengan asesi mengenai kriteria penilaian kinerja yang menggunakan tingkat kematangan proses bisnis.

3) Keterbatasan asesor dalam melakukan pembuktian hasil penilaian yang diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Perubahan cara penilaian kinerja yang dilakukan oleh PT PJB dari cara onsite menjadi secara online dengan tujuan memperoleh hasil yang lebih cepat, akurat dan menunjukkan gambaran kinerja yang sebenarnya saat penilaian dan dapat dilakukan setiap waktu harus tetap memperhatikan kendala-kendala yang terjadi. Kendala yang tidak teratasi akan memengaruhi kualitas data yang dihasilkan sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang dilakukan. Fokus penelitian ini adalah penerapan rerangka balanced scorecard dalam penilaian kinerja organisasi secara online di PT PJB.

(8)

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah maka pertanyaan penelitian ini adalah:

1. Mengapa PT PJB menerapkan rerangka balanced scorecard dalam penilaian kinerja organisasi?

2. Bagaimana penerapan rerangka balanced scorecard dalam penilaian kinerja organisasi yang dilakukan secara online di PT PJB?

1.4.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran alasan yang mendasari PT PJB dalam menerapkan rerangka balanced scorecard dalam penilaian kinerja organisasi.

2. Mendapatkan gambaran dan melakukan evaluasi penerapan balanced scorecard dalam proses penilaian kinerja organisasi yang dilakukan secara online di PT PJB dengan menganalisis aspek infrastuktur, sistematika penilaian kinerja organisasi yang menggunakan rerangka balanced scorecard, perilaku dan kompetensi tim asesor dan asesi. 1.5.Motivasi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran proses penilaian kinerja organisasi di PT PJB yang dilakukan secara online dan dapat membantu para pengambil keputusan di PT PJB dalam memperoleh gambaran kinerja organisasi yang objektif, akurat dan cepat sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mencapai target kinerja organisasi yang telah ditetapkan.

(9)

1.6 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak :

1) Bagi PT PJB.

Memberikan evaluasi dan saran perbaikan mengenai proses penilaian kinerja yang lakukan secara online oleh PT PJB dalam meningkatkan kinerja organisasi dan mencapai visi, misi dan tujuan PT PJB.

2) Akademisi

Menambah studi literatur mengenai penggunaan rerangka balanced scorecard sebagai penilaian kinerja organisasi yang dilakukan secara online dengan sistem yang berbasis teknologi informasi di dunia usaha.

1.7 Proses Penelitian

Berdasarkan buku Panduan Penulisan Tesis dan Kasus 2014, proses penelitian studi kasus. Tahapan dalam penelitian studi kasus dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1.1 Proses Penelitian Studi Kasus

(Sumber : Panduan Umum Penulisan Tesis, Program Maksi UGM, 2014 )

2.Tujuan Penelitian 3.Pondasi Teoritis

Penelitian Studi Kasus

4.Metode Penelitian Studi Kasus

5.Temuan dan Analisis 1.Pertanyaan

(10)

Pada tahap pertama penelitian adalah menentukan pertanyaan penelitian kemudian peneliti akan dapat menentukan tujuan dari penelitian. Langkah berikutnya adalah mencari landasan teoritis penelitian sekaligus menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Langkah terakhir adalah menganalisis temuan penelitian.

1.8 Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan secara mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan tentang teori-teori dasar yang digunakan sebagai dasar pembahasan masalah dan penelitian ini.

Bab III : Latar Belakang Kontekstual Objek Penelitian Studi Kasus

Bab ini menjelaskan secara deskriptif tentang objek penelitian dan aplikasi teori atau konsep yang diterapkan di dalam objek penelitian. Bab IV : Rancangan Peneltian Studi Kasus

Bab ini menjelaskan mengenai proses, teknik pengambilan dan metode analisis data penelitian.

(11)

Bab V : Pemaparan Temuan

Bab ini berisi uraian hasil temuan fakta-fakta penelitian di lapangan yang relevan dengan topik penelitian.

Bab VI : Ringkasan dan Pembahasan

Bab ini berisi penjelasaan hasil temuan penelitian di lapangan fakta-fakta yang dianalisis dengan metode penelitian yang telah dirancang agar dapat menjawab tujuan penelitian.

Bab VII : Simpulan dan Rekomendasi

Bab ini berisi simpulan dari analisis permasalahan, manfaat penelitian dan keterbatasan penelitian serta saran-saran untuk pengembangan penelitian berikutnya.

Gambar

Gambar 1.1 Proses Penelitian Studi Kasus

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan konsep arsitektur Thailand pada Vihara Vipassana Graha telah mengalami pergeseran dan penyederhanaan bentuk sedangkan makna yang terkandung dalam elemen-elemen

Berdasarkan pohon masalah dan pohon alternatif maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah penerapan problem solving dengan game

Gambar 3.16 Pembebanan Kuda- Kuda Trapesium Akibat Beban

LDR merupakan sensor cahaya, pada perancangan ini LDR digunakan sebagai pembanding sinar dari matahari untuk kemudian arduino akan menentukan posisi yang tepat agar

Menurut penduduk setempat, kata Usapi berasal dari nama kosambi yakni nama lokal untuk sejenis pohon (Schleichera oleosa) yang banyak tumbuh di daerah savana. Berdasarkan jenis

Merujuk pada paparan sebelumnya dan data diatas, bahwa biaya kualitas memiliki pengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan, maka peneliti tertarik untuk membahas dan

Penelitian ini menggunakan variabel terbagi menjadi dua yaitu variabel bebas (X) yaitu frekuensi promosi dan variabel terikat (Y) yaitu volume penjualan, sedangkan

Kesimpulan yang didapat adalah dengan sistem baru berupa jaringan nirkabel yang memiliki SSO, perusahaan dapat mengkoneksikan antar bagian-bagian dengan tempat yang terpisah