• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN GARBAGE MANAGEMENT PLAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LAUT PADA MV RIO CHOAPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN GARBAGE MANAGEMENT PLAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LAUT PADA MV RIO CHOAPA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

11

PENERAPAN GARBAGE MANAGEMENT PLAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LAUT

PADA MV RIO CHOAPA

1)Puji Astuti Amalia 2) Agus Rony Katili 3) Muhammad Alkhawarizmi

1)Teknika, Jurusan Kemaritiman, Politeknik Negeri Samarinda

2) Nautika, Jurusan Kemaritiman, Politeknik Negeri Samarinda

3) Nautika, Jurusan Kemaritiman, Politeknik Negeri Samarinda [email protected]

Abstrak: Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memberikan gambaran tentang metode penanganan sampah di atas kapal untuk menghindari terjadinya pencemaran di laut yang diakibatkan oleh sampah dari Kapal. Metode yang penulis gunakan adalah metode kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan observasi, dolumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih adanya crew kapal yang belum memahami tentang prosedur penanganan sampah di atas kapal. Dengan memberikan gambaran tentang metode penanganan sampah, para crew kapal Indonesia akan memiliki pengetahuan tentang penanganan sampah di kapal sesuai dengan garbage management plan sehingga dapat meminimalkan pencemaran laut.

Kata kunci: garbage management plan, pencemaran laut, pencegahan

PENDAHULUAN

Dalam perkembangan sekarang ini angkutan laut semakin berkembang dan memegang peranan penting dalam membantu kelancaran angkutan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain, mengingat jasa angkutan laut relatif lebih murah dibanding dengan angkutan lain. Dengan jasa angkutan laut maka perpindahan barang maupun penumpang dari suatu daerah ke daerah yang lain menjadi lebih mudah, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya kapal-kapal yang beroperasi di lautan. Hal itu dapat mempengaruhi lingkungan laut jika penanganan sampah di atas kapal tidak sesuai dengan prosedur dan penanganan yang telah ditetapkan.

Banyak anggapan bahwa laut merupakan tempat sampah yang ideal, baik untuk pembuangan sampah domestik maupun limbah industri.

Laut yang luas diperkirakan akan mampu menghancurkan atau melarutkan setiap bahan-bahan yang dibuang ke laut, tetapi laut juga mempunyai kemampuan daya urai yang terbatas, disamping itu ada beberapa bahan yang sulit terurai.

Dengan adanya penambahan sampah secara terus-menerus tanpa kontrol yang baik, dapat menyebabkan peningkatan pencemaran di laut.

Pencemaran laut memiliki dampak negatif terhadap kehidupan biota laut, sumber daya alam dan ekosistem laut serta kesehatan manusia. Pembuangan sampah secara

(2)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

12

langsung kelaut oleh kapal tentu akan mengakibatkan tercemarnya suatu perairan laut. Sehingga menyebabkan keseimbangan lingkungan terganggu dan membahayakan kehidupan organisme serta menurunnya nilai guna perairan tersebut. Dalam upaya menghindari pencemaran di laut oleh sampah dari kapal sehingga IMO (International MaritimeOrganization), mengeluarkan peraturan- peraturan yang ditegaskan di dalam Marpol 73/78 Annex V tentang pencegahan pencemaran oleh sampah yang terdiri dari 9 aturan. Selain itu Garbage Management Plan di atas kapal juga diperlukan dengan maksud menyediakan sebuah sistematis jalannya pelaksanaan dan kontrol sampah di atas kapal yang telah diatur dalam Marpol Annex V aturan 9.

Untuk mengurangi pencemaran laut oleh kapal, maka diperlukan pengetahuan dan kemampuan serta tanggung jawab dari seluruh crew kapal dalam hal tersebut. Antara lain mengikuti aturan-aturan tentang pembuangan sampah serta penggunaan peralatan dan fasilitas-fasilitas lain di atas kapal. Dengan mematuhi aturan-aturan tersebut, diharapkan dapat dicapai suatu lingkungan laut yang bersih dan bebas dari pencemaran. Selama penulis melaksanakan praktek di MV Rio Choapa, penulis merasa perlu untuk mencoba mencermati lebih lanjut mengenai upaya pencegahan pencemaran laut, sehingga penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Garbage Management Plan Sebagai Upaya Pencegahan Pencemaran Laut Pada MV Rio Choapa”.

Berdasarkan latar belakang dan pentingnya masalah dari yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan garbage management plan sebagai upaya pencegahan pencemaran laut pada MV Rio Choapa yang telah diatur didalam Marpol 1973/1978 Annex V ?

Berdasarkan pemaparan diatas maka, penulis mengkhususkan pembahasan masalah yaitu penerapan garbage management plan di atas kapal MV Rio Choapa dari 1 April 2020 sampai 30 Mei 2020.

Berdasarkan rumusan masalah yang ada dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis mengkhususkan pembahasan masalah yaitu penerapan garbage management plan di atas kapal MV Rio Choapa dari 1 April 2020 sampai 30 Mei 2020.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan garbage management plan sebagai upaya pencegahan pencemaran laut pada MV Rio Choapa yang telah diatur didalam Marpol 1973/1978 Annex V.

TINJAUAN PUSTAKA

Awak Kapal

Menurut UU RI No. 17 tahun 2008 tentang pelayaran, awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatan yang tercantum dalam buku sijil.

Bagi awak kapal untuk memperoleh suatu nilai disiplin dan keterampilan yang baik disuatu sistem maka haruslah ada dasar aturan atau regulasi yang mengatur bagaimana sistem itu seharusnya berjalan. Dalam hal ini peranan awak kapal dalam

(3)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

13

garbage management menerapkan aturan-aturan yang tercantum dalam MARPOL 1973.

Keterampilan seorang awak kapal dalam memaksimalkan suatu sistem atau suatu manajemen dalam hal ini dari aspek kebersihan dan mendukung garbage management, dapat dimulai dari memperhatikan hal-hal dan aturan sederhana seperti:

a. Memilah sampah berdasarkan jenisnya (kaca, plastik, makanan, dan kaleng).

b. Pemilihan tindakan yang akan dilakukan ketika sampah tersebut akan dibuang.

c. Kebijaksanaan dan pemahaman setiap awak kapal untuk

mendukung garbage

management pada kapal tersebut.

Pengertian Pencemaran Laut

a) Menurut Konvensi Hukum Laut III (United Nations Convention on the Law of the Sea = UNCLOS III) pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut termasuk muara sungai (estuaries) yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga dapat merugikan terhadap sumber daya laut hayati (marine living resources), bahaya terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan penggunaan laut secara wajar, memerosotkan kualitas air laut dan menurunkan mutu kegunaan dan manfaatnya.

b) Menurut Danusaputro (1980) pencemaran laut adalah suatu perubahan kondisi laut yang tidak menguntungkan, atau merusak yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing

sebagai akibat dari perbuatan manusia. Benda-benda asing itu dapat berupa sisa-sisa industri, sampah kota, minyak bumi, sisa-sisa bioksida, dan sebagainya.

Garbage atau Sampah

Pengertian Garbage atau Sampah a) Menurut Marpol 73/78 Annex V,

garbage atau sampah adalah semua jenis sisa makanan, bahan-bahan buangan rumah tangga tetapi tidak termasuk ikan segar dan bagian-bagiannya yang terjadi selama pengoperasian normal kapal dan ada keharusan untuk disingkirkan dan dibersihkan secara terus-menerus atau secara berkala.

dibuang ke tempat sampah di kapal yang harus dipilah tempat pembuangan dan tidakannya setelah dibuang.

Jenis-jenis Garbage atau Sampah 1. Sampah perawatan adalah

bahan-bahan yang dikumpulkan oleh departemen deck dan mesin ketika merawat atau mengoperasikan kapal seperti kotoran-kotoran mesin, serpihan cat, sapuan deck, sisa cat atau majun.

2. Sampah makanan adalah bahan-bahan makanan yang bisa membusuk atau tidak membusuk seperti buah, sayuran, produk-produk susu, unggas, produk daging, sisa makanan, partikel makanan dan bahan-bahan lainnya yang

terkontaminasi oleh

sampah-sampah tersebut yang dihasilkan di atas kapal terutama didapur dan di ruang makan 3. Sampah plastik adalah material

padat yang mengandung

(4)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

14

bahan-bahan yang sangat penting seperti polimer, organik sintetis.

Plastik memiliki kandungan material,mulai dari yang keras dan rapuh sampai pada yang lunak dan elastis.

4. Sampah muatan adalah semua material yang telah menjadi sampah sebagai hasil pemakaian diatas kapal untuk pemadatan dan penanganan muatan.

5. Sampah operasional adalah semua sampah muatan, sampah hasil perawatan, dan residu muatan yang dianggap sebagai sampah.

Pengecualian Aturan Pembuangan Sampah

Aturan pembuangan sampah dapat dikecualikan jika :

a. Pembuangan sampah dari kapal dilakukan dengan maksud untuk menjaga keselamatan kapal dan segala sesuatu di atas kapal atau menyelamatkan jiwa di laut.

b. Pembuangan sampah sebagai akibat dari kerusakan yang dialami oleh kapal atau perlengkapannya dengan ketentuan bahwa semua tindakan pencegahan telah dilakukan sebelum dan setelah terjadinya kerusakan dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi terjadinya pembuangan sampah.

c. Hilangnya jaring penangkap ikan sintesis atau bahan sintesis tanpa disengaja karena keadaan tertentu dengan ketentuan bahwa semua tindakan pencegahan telah dilakukan untuk mencegah hilangnya jaring tersebut.

Pengertian Garbage Management Plan

Garbage Management Plan menurut penulis dari kesimpulan diatas adalah panduan lengkap yang terdiri dari prosedur tertulis untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah, dan membuang sampah yang dihasilkan di atas kapal sesuai peraturan yang diberikan dalam Lampiran V Marpol 1973/1978.

Masalah pencemaran lingkungan laut kian hari kian menarik perhatian berbagai pihak, baik instansi maupun perorangan bahkan sudah ketingkat Internasional. Ditingkat Internasional dibentuk suatu badan yang mengatur tentang masalah pencemaran laut yaitu IMO (Internasional Maritime Organization) organisasi ini dibentuk untuk mengatur dan menetapkan hukum dan ketentuan tentang pencemaran laut yang disebabkan dari kapal-kapal dan harus ditaati oleh seluruh negara.

Setiap kapal yang sedang beroperasi harus memenuhi persyaratan mengenai tata cara penanggulangan pencemaran dalam hal ini pencemaran yang disebabkan oleh sampah yang sesuai ditetapkan oleh IMO dalam Marpol 73/78 pada Annex V.

Sesuai dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran dan atau pengrusakan di laut pada pasal 1 ayat 2, pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat energy dan atau komponen lain kedalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga laut tidak sesuai lagi dengan mutu atau fungsinya.

Pencegahan pencemaran laut mempunyai maksud dan tujuan:

a) Pelaksanaan prosedur dan pelaksanaan kerja dengan benar

(5)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

15

b) Memelihara keutuhan ekosistem laut.

Dalam melaksanakan kegiatan di atas kapal khususnya mengenai prosedur penanganan limbah sampah, sering terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan Annex V tentang peraturan pencegahan pencemaran oleh sampah dari kapal harus sesuai dengan ketentuan yang membahas tentang:

a. Pembuangan sampah diluar daerah khusus

Ketentuan Annex V peraturan 3 menyatakan bahwa:

1. Pembuangan ke laut semua barang plastik, termasuk tali- tali sintetis, jaring ikan sintetis, tas plastik dan abu sisa pembakaran produk plastik yang mungkin mengandung racun atau residu logam berat adalah dilarang.

2. Pembuangan ke laut atas sampah berikut ini wajib dilakukan sejauh mungkin dari daratan terdekat, tetapi dalam keadaan bagaimanapun pembuangan ke laut itu dilarang jika jarak dari daratan yang terdekat kurang dari : a. 25 mil laut untuk material

penyekat, pengeras dan pembungkus yang dapat mengapung.

b. 12 mil laut untuk sampah makanan dan semua sampah lainnya termasuk produk kertas, kain, kaca, logam, botol, dan peralatan dapur.

3. pembuangan ke laut untuk sampah sebagaimana diuraikan dalam sub ayat (2)(a) dari peraturan ini dapat diijinkan apabila telah lolos melalui mesin penghancur atau pencacah dan dilakukan sejauh mungkin dari daratan, tetapi dalam hal ini dilarang karena jarak dari daratan terdekat kurang dari 3 mil laut.

Sampah yang telah dihancurkan atau dicacah tersebut wajib dapat melewati suatu saringan dengan lubang tidak lebih dari 25 mm.

b. Persyaratan khusus untuk pembuangan sampah.

Sampah berarti sesuatu hal yang karena kebutuhan sudah tidak digunakan dan perlu dibuang.

Kategori sampah yang dimaksud:

1. Plastik

Plastik memiliki sifat material mulai dari keras dan rapuh.

Semua plastik berarti sampah yang terdiri dari atau termasuk plastik dalam bentuk apapun, termasuk tali sintetis, jaring ikan sintetis, kantong sampah plastik dan abu insinerator dari plastik.

2. Limbah Makanan

Setiap zat makanan basi atau belum terjamah dan termasuk buah- buahan, sayuran, produk susu, unggas, produk daging dan sisa-sisa makanan yang dihasilkan di atas kapal.

3. Limbah Domestik

Semua jenis limbah yang dihasilkan dalam ruang akomodasi di atas kapal.

Sepertihalnya produk kertas, kain, kaca, logam, botol.

4. Minyak Goreng

Jenis minyak atau lemak hewani nabati yang digunakan atau dimaksudkan untuk digunakan untuk persiapan atau memasak makanan, tetapi tidak termasuk makanan itu sendiri yang dimasak menggunakan minyak ini.

5. Incinerator Abu

Abu yang dihasilkan dari incinerator kapal digunakan untuk pembakaran sampah

6. Limbah Operasional

(6)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

16

Limbah yang dihasilkan selama kegiatan-kegiatan pengoperasian kapal.

7. Residu Muatan

sisa-sisa muatan yang tetap di dek pada saat bongkar muat, termasuk muatan yang berlebih atau tumpahan dalam kondisi basah atau kering yang tudak mempunyai nilai jual

8. Bangkai Hewan

Tubuh setiap hewan yang telah mati selama pelayaran.

9. Alat Tangkap

Perangkat fisik yang dapat ditempatkan di dalam air atau di dasar laut dengan tujuan menangkap hasil laut. Seperti halnya menangkap ikan, cumi-cumi, udang lobster.

c. Fasilitas Penampungan

Berdasarkan ketentuan Annex V Peraturan 7 yang menyatakan tentang fasilitas penampungan, bahwa :

1. Pemerintah dari setiap pihak pada konvensi wajib memastikan ketentuan mengenai fasilitas penampungan sampah di Pelabuhan dan Terminal, tanpa menyebabkan keterlambatan Kapal, sesuai dengan kebutuhan kapal-kapal yang menggunakannya.

2. Pemerintah dari setiap pihak wajib memberitahukan kepada organisasi untuk menyampaikan kepada para pihak yang bersangkutan mengenai semua hal dimana fasilitas-fasilitas tersebut disediakan berdasarkan peraturan ini diduga tidak memadai.

Rencana manajemen sampah dan pencatatan penampungan sampah yang sesuai dengan amandemen Annex V Marpol 1978 peraturan 9 menyatakan bahwa:

1. Setiap kapal dengan panjang seluruh 12 meter atau lebih harus memasang plakat supaya anak buah kapal dan penumpang mengetahui persyaratan pada peraturan 3 dan 5 aturan ini.

2. Setiap kapal dengan berat kotor 400 ton keatas dan setiap kapal yang membawa 15 orang atau lebih harus membawa garbage management plan. Dilengkapi dengan prosedur tertulis dalam mengumpulkan, menampung, mengolah dan membuang sampah termasuk penggunaan peralatan.

Di Kapal juga ditentukan orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan rencana tersebut.

3. Setiap kapal yang mempunyai berat kotor 400 ton dan setiap kapal yang membawa 15 orang atau lebih di atas kapal dalam pelayaran pelabuhan dibawah yuridis dari bagian-bagian konvensi dan setiap ketentuan dan bagian yang terapung didalam melakukan eksplorasi dan exploitasi dilaut harus dilengkapi dengan garbage record book.

Sebuah garbage record book adalah salah satu bagian dokumen kapal/bagian dari log book juga harus dibuat dalam lampiran sesuai dengan Annex V :

1. Setiap operasi pembuangan atau kelengkapan dalam pembakaran sampah (incinerator) dilaporkan/dicatat di dalam garbage record book dan ditanda tangani oleh perwira yang bertanggung jawab dan dilengkapi dengan hari, tanggal, pada waktu pembakaran dan pembuangan.

Setiap kelengkapan dari bagian garbage record book harus ditandatangani oleh nahkoda.

(7)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

17

a. Agar melakukan pencatatan dalam setiap pembakaran di incinerator atau pembuangan yang disertai dengan menulis tanggal, waktu, dan posisi dari kapal. Jenis-jenis dari sampah dan perkiraan dimana dilakukan pembakaran atau pembuangan.

b. Sebuah garbage record book harus selalu tersimpan di atas kapal serta ditempatkan pada tempat yang mudah untuk dipakai apabila terjadi inspeksi pada setiap kapal. Dokumen ini harus bertahan sampai 2 tahun terhitung catatan/laporan akhir dibuat.

2. Pelaksanaan boleh dilakukan dengan syarat-syarat untuk garbage record book:

a. Setiap kapal didalam pelayaran minimal 1 jam selama durasi dimana mempunyai 15 orang atau lebih.

b. Platform (pengeboran) saat melakukan explorasi dan exploitasi dilaut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kapal MV Rio Choapa yang telah diatur didalam Marpol 1973/1978 Annex V untuk mencegah terjadinya pencemaran laut dimulai dari tanggal 1 Maret 2020 sampai 30 Mei 2020.

Metode penelititan yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode kulitatif. Metode kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode ilmiah untuk mengungkapkan suatu fenomena dengan cara mendeskripsikan data dan fakta melalui kata-kata secara menyeluruh terhadap subjek penelitian,

sehingga dapat membantu penulis untuk memahami penerapan garbage management plan sebagai upaya pencegahan pencemaran di laut pada MV Rio Choapa. Adapun yang menjadi Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Observasi, Studi Pustaka serta Dokumentasi.

Data yang diperoleh sebagai pendukung penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah observasi yang berkaitan dengan penerapan garbage management plan di kapal MV Rio Choapa.

2. Data Sekunder

Data sekunder dari penelitian ini yaitu teori-teori yang berkaitan dengan penerapan garbage management plan sebagai upaya pencegahan pencemaran laut di Kapal MV Rio Choapa.

Metode Analisis Data

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menganalisa dengan melaksanakan observasi langsung sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi selama penelitian. Untuk mempermudah pembaca, maka hasil dari tugas akhir ini disajikan dalam bentuk flow chart (bagian alir) kemudian dibahas menggunakan teks.

Metode penelititan ini adalah deskriptif. Data deskriptif merupakan salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gamnbaran lengkap tentang penerapan garbage management plan sebagai upaya pencegahan pencemaran laut pada MV Rio Choapa.

(8)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis selama melaksanakan praktek di MV Rio Choapa, penulis melihat masih kurang diterapkannya garbage management plan. Crew Kapal MV Rio Choapa menangani sampah di atas kapal tidak sesuai dengan aturan yang dibuat didalam Marpol 73/78 annex 5.

Penerapan garbage management plan di kapal MV Rio Choapa adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1 Bagan penerapan garbage management plan pada MV Rio

Choapa Pembahasan

Mengingat pentingnya garbage management plan maka tanggung jawab awak kapal dan prosedur untuk semua aspek penanganan dan penyimpanan sampah harus sesuai dengan aturan yang ada, prosedur untuk penanganan sampah yang dihasilkan oleh kapal MV Rio Choapa dapat dibagi menjadi empat langkah yaitu pengumpulan, pemprosesan, penampungan, dan pembuangan : 1. Pengumpulan

Prosedur-prosedur dalam pengumpulan sampah harus berdasarkan pada pertimbangan apakah dapat dan tidak dapat di buang ke laut. Namun penulis melihat masih adanya crew kapal yang mengumpulkan sampah dengan tidak mempertimbangkan apakah sampah tersebut dapat dan tidak dapat dibuang kelaut. Mereka mengumpulkan sampah tanpa membedakan jenis dan kategori dari sampah tersebut. Padahal di kapal sudah disediakan tempat-tempat sampah yang ditandai dengan jelas sesuai dengan jenis dan kategori dari sampah-sampah yang dihasilkan oleh kapal.

Tempat –tempat sampah di kapal MV Rio Choapa telah ditandai dan dibedakan dengan warna, bentuk, ukuran atau tempat.

Crew kapal seharusnya tahu mana sampah yang boleh dan tidak boleh dibuang dan dikumpulkan sesuai jenis dan kategorinya.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 4.2 Tempat Sampah 2. Pemprosesan

Pemprosesan sampah tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kapal, daerah pengoperasian, dan jumlah crew di atas kapal. Di atas kapal MV Rio Choapa dipasang incinerator untuk memudahkan pemprosesan sampah Pemprosesan

Penampungan

Pembuangan sampah kelaut atau fasilitas

penampungan di Pelabuhan Pengumpulan sampah

berdasarkan jenisnya

(9)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

19

di atas kapal dan harus ditunjuk awak kapal yang tepat untuk pengoperasiannya serta pada waktu yang tepat sesuai dengan dengan kebutuhan kapal. Ketersediaan incinerator untuk menerapkan garbage management plan di kapal MV Rio Choapa sudah sesuai dengan standar, namun tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Sampah-sampah yang telah dikumpulkan tidak diproses dengan alat yang telah disediakan.

Crew kapal menggunakan alat tersebut hanya ketika dalam pengawasan perwira. Dalam hal ini diperlukan tingkat kesadaran dan juga pemahaman dari crew kapal untuk menangani sampah dengan baik dan benar sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh Marpol 73/78 annex V.

Incenerator di kapal dominannya dirancang untuk

pembakaran sampah,

kotoran-kotoran minyak lumas dan kotoran bahan bakar. Pembakaran sampah plastik utamanya membutuhkan lebih banyak udara dan temperatur yang lebih tinggi supaya dapat hancur lebih sempurna. Alat ini paling tepat dan aman untuk pembakaran sampah plastik. Sisa abu pembakaran dari beberapa bahan plastik yang mengandung logam berat atau residu lainnya yang di dalamnya mengandung racun tidak boleh di buang ke laut. Abu seperti ini harus disimpan sedemikian mungkin di atas kapal dan dibuang pada fasilitas penampungan di pelabuhan dan pada saat kapal berada di pelabuhan penggunaan incenerator harus disetujui atau mendapat izin dari pihak yang berwenang. Tapi

umumnya pembakaran sampah di atas kapal ketika kapal berada di area pelabuhan atau dekat dengan daerah kota sebaiknya tidak dilakukan karena akan menambah polusi udara disekitar daerah tersebut.

a. Prinsip kerja incinerator :

1. Minyak kotor yang ditampung di dalam sludge tank dipanaskan dengan heater sampai suhu 60°C, sehingga air dan minyak kotor akan terpisah karena perbedaan berat jenis. Air akan berada di bawah dan minyak akan berada di atas, ini dikarenakan berat jenis air lebih tinggi daripada berat jenis minyak.

2. Kemudian minyak kotor ditransfer ke waste oil tank menggunakan sludge pump.

Minyak kotor dalam waste oil tank dipanaskan sampai 100°C.

Bertujuan agar air yang masih terdapat dalam minyak dapat dengan mudah dipisahkan, lakukan penceratan sesekali terhadap waste oil tank agar kandungan air yang akan dibakar serendah mungkin.

3. Sampah, majun, kertas dimasukkan ke dalam tempat penampungan di dalam ruang pembakaran.

4. Jalankan cooling fan dan akan ditandai dengan lampu pada panel akan menyala. Kemudian pre-purge akan berlangsung yang bertujuan untuk

membersihkan ruang

pembakaran dan memberikan udara bersih sebelum pembakaran.

5. Setelah pre-purge selesai dilanjutkan dengan pembakaran

(10)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

20

pertama kali menggunakan diesel oil dan waste oil secara bersama-sama. Setelah api pembakaran kelihatan maksimal, pindah posisi switch ke posisi waste oil burner maka

pembakaran hanya

menggunakan waste oil saja.

6. Pada akhir pembakaran ganti posisi burner dari waste oil pada posisi DO, ini bertujuan untuk membersihkan saluran pembakaran karena jika saluran pembakaran tidak dibersihkan maka pada saat incinerator akan digunakan kembali akan susah untuk dioperasikan.

b. Pengoperasian

Langkah-langkah pengoperasian incinerator adalah sebagai berikut:

1. Tidak membakar bahan yang tidak bisa terbakar misalnya kaca ataupun bahan yang mudah meledak saat pembakaran sehingga menyebabkan pembakaran terganggu

2. Tidak memasukkan bahan atau sampah basah sebelum incinerator dioperasikan.

3. Sampah yang dibakar tidak lebih dari 20 kg setiap melakukan pembakaran.

4. Panaskan waste oil tank sampai 100°C dan bahkan apabila minyak yang akan dibakar viskositasnya tinggi dan banyak mengandung air harus dipanaskan sampai 110°C.

5. Selama pemanasan dan setelah pemanasan lakukan drain air dari waste oil tank untuk memastikan hanya minyak yang masuk ke burner.

6. Bersihkan abu pada ruang pembakaran.

7. Bersihkan waste oil filter.

8. Lakukan pengecekan pada burner dan electrode, bila perlu bersihkan burner atur ulang jarak electrode sesuai dengan apa yang ada pada instruction manual book.

9. Cek tekanan udara dan tekanan minyak.

10. Pastikan waste oil pump bekerja secara normal.

11. Pada saat pembakaran, jaga temperatur pembakaran antara 900°C sampai 1000°C.

c. Faktor penunjang kinerja.

Ketika terjadi gangguan terhadap kinerja dari incinerator maka akan mempengaruhi terhadap kondisi tangki-tangki yang terdapat dalam kamar

mesin yang dapat

mengakibatkan terjadinya kelebihan kapasitas minyak kotor dan harus dibuang ke darat melalui kapal tongkang atau dengan mobil pengangkut minyak bekas di darat melalui international shore connection, hal ini dapat menambah biaya pengeluaran untuk membayar sewa yang sangat besar bagi perusahaan dan menambah kerugian bagi perusahaan.

Gangguan pada incinerator dapat terjadi akibat adanya penghambat terhadap proses pembakaran yang tidak terjadi secara sempurna atau dikarenakan pesawat-pesawat pendukung seperti pompa bahan bakar, burner, electrode, pemanas minyak dan lain sebagainya tidak bekerja dengan sempurna.

(11)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

21

Untuk kelancaran dari kinerja incinerator perlu diperhatikan beberapa hal yaitu:

1. Suhu dari waste oil settling tank antara 90 - 110°C

2. Filter dalam keadaan bersih 3. Tekanan bahan bakar 1.5 kg /

cm2.

4. Burner dapat bekerja dengan baik.

5. Fan dapat beroperasi dengan sempurna.

6. Pompa waste oil bekerja dengan baik.

7. Ruang pembakaran selalu dijaga kebersihannya.

8. Tangki sludge tidak mengandung banyak air.

9. Tidak terdapat kebocoran pada sistem.

d. Persyratan Keselamatan.

Berikut adalah beberapa persyratan keselamatan oleh desain dan konstruksi incinerator kapal. Suhu permukaan luar dari casing incinerator tidak melebihi 20°C di atas suhu normal, yaitu maksimum 60°C. Untuk memenuhi kondisi ini, dinding incinerator harus dilindungi dengan lapisan isolasi yang memadai dengan pendinginan atau seperti sistem double jacket dengan aliran udara. Untuk mencegah kemungkinan kejadian berbahaya (ledakan), manajemen sistem burner harus

cukup mendapatkan

pembersihan ruang pembakaran sebelum pengapian. Kondisi ini harus dicapai dengan perubahan udara di ruang pembakaran, tetapi tidak kurang dari 15 detik.

Tekanan negatif dalam ruang pembakaran harus diatur dengan

ukuran yang memadai untuk mencegah kebocoran gas panas ke dalam sistem operasi. Hal ini dapat dipenuhi oleh exhaust fan dengan kapasitas yang memadai.

Untuk menghindari

pembentukan dioskin, gas buang harus didinginkan sampai maksimum 350°C di dekat outlet ruang bakar. Hal ini dapat dicapai oleh udara hisap ke dalam saluran gas buang, yang mana membutuhkan kapasitas memadai dari exhaust fan gas buang.

e. Alat Keamanan.

Kontrol Selenoid dua katup pada bahan bakar utama dan garis tambahan linah cair setiap burner harus dipenuhi dalam penutupan dengan aman dalam kasus shut down. Kontrol suhu pembakaran, dengan sensor ditempatkan di ruang pembakaran harus tersedia dimana akan mematikan burner jika ruang pembakaran pada titik suhu maksimum. Switch tekanan negatif harus disediakan untuk memantau rancangan dan tekanan negatif dalam ruang pembakaran, yang harus mengaktifkan sebelum tekanan negatif naik ke tekanan atmosfer.

3. Penampungan.

Sampah yang tidak bisa dibuang ke laut harus ditampung di atas kapal dan tiap jenis sampah harus dipisahkan dan ditampung pada masing-masing tempatnya untuk dikembalikan ke pelabuhan. Tapi ini tergantung dari panjangnya perjalanan dan juga keberadaan fasilitas penampungan di pelabuhan dan

(12)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

22

sampah harus disimpan dengan cara yang baik supaya dapat mencegah zat-zat berbahaya, dan sampah yang mengandung bahan makanan harus dipisahkan dengan sampah yang tidak mengandung sampah makanan dan ditempatkan pada tempat penampungan yang ditandai dengan jelas pada tempat penyimpanan untuk mencegah pembuangan yang salah. Di kapal MV Rio Choapa telah melakukan penampungan dengan baik dan benar.

Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar 4.3 Penampungan Sampah 4. Pembuangan

Pembuangan sampah ke laut harus berdasarkan Annex V Marpol 73/78. Pembuangan ke fasilitas pelabuhan harus mendapat prioritas utama. Pembuangan sampah di kapal MV Rio Choapa telah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Marpol annex V. Crew di kapal tersebut memang tidak melakukan pemprosesan sampah dengan baik, namun mereka sangat memperhatikan pembuangan sampah baik langsung ke laut ataupun ke fasilitas penampungan di Pelabuhan.

Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab kurang berjalannya garbage management plan adalah sebagai berikut :

a. Manusia

1. Pengetahuan dan keterampilan crew kapal yang masih kurang.

2. Crew kapal yang kurang perduli akan pentingnya menangani sampah sesuai prosedur.

3. Kurangnya pengawasan dari perwira kapal dan pertemuan rutin yang membahas tentang garbage management plan.

4. Masih adanya crew kapal yang kurang memahami tentang peraturan penanganan sampah dengan garbage management plan sesuai dengan aturan yang ada.

b. Peralatan

1. Ketersediaan peralatan yang sesuai dengan standar namun tidak dipergunakan sebagaimana mestinya.

2. Ketersedian plakat-plakat tentang garbage management plan yang tidak dicermati dengan baik.

c. Ketersediaan prosedur dalam melakukan garbage management plan sesuai aturan didalam Marpol annex V tidak dilaksanakan dengan baik.

d. Kurangnya pelatihan dari perwira kepada crew kapal tentang garbage management plan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Setelah menganalisa uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini yaitu :

1. Sesuai dari data observasi selama penulis melakukan penelitian di atas kapal MV Rio Choapa mengenai penerapan garbage management plan dapat disimpulkan bahwa ada 4 tahapan dari penerapan garbage management plan di MV Rio Choapa. Adapun tahapan dari penerapan garbage management

(13)

Jurnal Maritim, Vol.11 No. 1 Juni 2021 ISSN: 2086-1419

23

plan ini adalah pengumpulan, pemprosesan, penampungan, dan pembuangan. Setelah itu jika ingin melakukan pembuangan sampah ke laut hendaknya dilakukan pencatatan dan selalu memperhatikan aturan pembuangan sampah yang telah di atur oleh Marpol 73/78 Annex V.

2. Setelah penulis melakukan pengamatan kesalahan-kesalahan yang dapat dilihat dari observasi yang tidak sesuai dengan peraturan adalah pengumpulan sampah yang tidak sesuai dengan jenis dan kategorinya, dan pada alat pemprosesan sampah tidak digunakan sebagaimana mestinya.

3. Penulis melihat kurangnya pengawasan dan pelatihan dari perwira sehingga menimbulkan kurangnya kesadaran dari crew kapal akan pentingnya penanganan sampah dengan garbage management plan yang telah diatur didalam Marpol 73/78 annex V.

DAFTAR RUJUKAN

Abdillah, Pius dan Danu Prasetya.

(2009). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Arloka.

ABS Garbage Management Manual.

(2012).

Afandi, Pandi. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia Teori Konsep dan Indikator.

Pekanbaru : Zanafa Publishing.

Baskoro, Wahyu. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.

Jakarta : Setia Kawan Press.

Danusaputro, Stephanus M. (1980).

Tata Lautan Nusantara Dalam Hukum dan Sejarahnya.

Bandung : Bina Cipta.

Hasibuan, Malayu. S. P. (2014).

Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Konvensi Hukum Laut III / United Nations Convention The Sea III.

Kusmiadi, Rahmat. (1995). Teori dan Teknik Perencanaan. Bandung : Ilham Jaya.

Marine Polution 1973/1978. (2013).

London : International Maritime Organization.

Mulyono, Dedy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda Karya.

Nazir, Mohammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Notosoedirdjo, Moeljono. (2005).

Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Dan Atau Perusakan Laut.

Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.

Rijaluzzaman, & Ismoyo, I.G. (1994).

Kamus Istilah Lingkungan.

Jakarta : Bina Rena Pariwara.

Gambar

Gambar 4.1 Bagan penerapan garbage  management plan pada MV Rio
Gambar 4.3 Penampungan Sampah  4.  Pembuangan

Referensi

Dokumen terkait