• Tidak ada hasil yang ditemukan

TREE PARK BSD APARTMENT & SOHO BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TREE PARK BSD APARTMENT & SOHO BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Tahap Pesiapan

Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan didalamnya, maka makin banyak pula pemikiran-pemikiran guna menyelesaikan masalah dalam suatu proyek. Diperlukan metode-metode yang cocok dalam menyelesaikan masalah didalam suatu proyek. Pengambilan metode yang digunakan juga harus mempertimbangkan banyak aspek yang akhirnya dipilih metode yang paling efisien dan pas yang digunakan dalam menyelesaikan proyek tersebut. Pada bab ini, akan diuraikan beberapa metode umum yang digunakan oleh kontraktor untuk menyelesaikan beberapa unit pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan struktur.

5.1.1 Pekerjaan Persiapan Material Proyek

Pelaksanaan pekerjaan terdiri dari pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, dan pekerjaan struktur. Pekerjaan struktur sendiri terbagi atas dua berdasarkan letaknya terhadap tanah yaitu

substructure dan upperstructure. Pekerjaan substructure pada dasarnya adalah pekerjaan

struktur yang berada di bawah level permukaan tanah. Pekerjaan ini menuntut perhatian lebih pada batasan tanah dan air yang ada. Sedangkan pekerjaan upperstructure menuntut perhatian pada siklus pekerjaan yang tipikal dan bekerja pada ketinggian yang cukup tinggi.

(2)

Proses Approval material Review design Mobilisasi alat-alat berat

Perijinan dan surat-surat yang berkaitan dengan pembangunan proyek Survey utilitas di area proyek

Site installation 5.1.2 Persiapan Lapangan

Pekerjaan persiapan lapangan Secara umum dapat digambarkan pada flowchart berikut ini :

Gambar 5.1Diagram Pekerjaan Persiapan

1. Pelaksanaan identifikasi elemen struktur berdasarkan : a. Volume

b. Waktu Pelaksanaan c. Model Struktur

d. Aspek pendukung pelaksanaan ( kondisi site )

2. Perencanaan urutan pelaksanaan pekerjaan dan zoning kerja, dengan berbagai pertimbangan yang ada sehingga diperoleh target kerja yang efektif dan efisien. Pertimbangan dapat dilihat dari volume pengecoran dan disesuaikan dengan schedule pelaksanaan dengan detail perhitungan dapat dilihat pada metode struktur.

3. Penentuan jumlah material per zone (bekisting, pembesian dan beton) berdasarkan metode dan zone kerja yang telah dibagi.

(3)

Bekisting

Pembesian

Pengecoran

4. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran untuk menentukan lokasi elemen struktur dengan bantuan alat theodolite dan waterpass.

5. Pekerjaan koordinasi dan perijinan tidak dapat ditinggalkan dalam proses pelaksanaan pada tahap persiapan sebab proses ini sangat vital dalam hal legalitas pelaksanaan proyek sehingga dalam pelaksanaan pembangunannya proyek tidak akan terganggu.

Setelah pekerjaan pengukuran lalu dilanjutkan dengan pekerjaan struktur, dimana struktur dirancang sedemikian rupa agar mampu secara keseluruhan dalam memikul beban, baik yang bereaksi secara vertikal maupun horizontal. Pekerjaan struktur meliputi pekerjaan :

1. Pekerjaan Pembesian

2. Pekerjaan Pemasangan Bekisting 3. Pekerjaan Pengecoran

4. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting 5. Perawatan beton/curing

5.2 Pekerjaan Bekisting Sampai Pengecoran

Inilah gambar flowchart pada pengerjaan bekisting :

(4)

5.2.1 Pekerjaan Bekisting Kolom

Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan pembuatan cetakan beton segar yang sesuai dengan bentuk dan dimensi rencana. Bekisting umumnya terdiri atas perancah dan cetakan beton.

Bekisting Kolom Langkah pelaksanaan :

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan bekisting kolom. b. Buat ukuran yang sesuai pada plywood serta holo sebagai pengikatnya di las pada

holo tersebut

c. Buat panel bekisting pada bahan plywood dan kaso/balok kayu, sesuai gambar kerja

d. Haluskan dan ratakan permukaan panel bekisting. e. Bersihkan lokasi yang akan dipasang bekisting.

f. Oleskan minyak pada bekisting sebelum panel bekisting dipasang.

g. Pasang panel bekisting kolom sesuai dengan gambar kerja menggunakan tower

crane.

h. Perkuat panel bekisting dengan cara merakit sisi-sisi panel dengan tie rod beserta wing nut.

i. Pasang besi penyangga yang dikaitkan dengan lantai, untuk menyokong panel bekisting dan mengatur posisi.

j. Periksa ukuran posisi kolom.

k. Periksa ketegaklurusan kolom dengan menggunakan paku yang digantung menempel pada panel bekisting.

l. Bekisting siap di pakai hingga 5 kali, karena pada proyek kami ada beberapa kolom dengan ukuran yang sama

(5)

m. Buat penandaan dilantai untuk posisi kolom pada tanda yang telah dibuat agar posisi kolom bekisting sesuai garis tanda (marking).

n. Buat tanda-tanda perhentian pengecoran.

Gambar 5.3 Pemasangan Bekisting dan Pelepasan Bekistisng

5.2.2 Pekerjaan Bekisting Balok Langkah pelaksanaan :

a. Tentukan as, elevasi dan kedudukan balok yang sesuai dengan gambar kerja. b. Buat panel bekisting untuk dinding balok dan bodeman dari bahan plywood dan

balok kayu, dimensi panel bekisting harus sesuai dengan gambar kerja. c. Pasang perancah (scaffolding/ pipe support) pada jalur atau as balok. d. Pasang bekisting untuk bodeman.

e. Pasang panel dinding balok pada dua sisi, sambung antara panel dinding dan panel bodeman harus rapat.

f. Pasang skoor dan klos untuk kekuatan dinding balok, jarak skoor harus sesuai dengan gambar.

(6)

h. Pasang plywood sambungan antar plywood harus rapat serta siku terhadap dinding balok.

i. Pasang pipa penyangga yang dikaitkan dengan lantai, untuk menyokong panel bekisting dan mengatur posisi.

j. Periksa ukuran bekisting.

k. Periksa ketegaklurusan kolom dengan menggunakan theodolite. l. Buat tanda-tanda pengecoran

Gambar 5.4 Bekisting Balok 5.2.3 Pekerjaan Bekisting Pelat/Lantai

Langkah-langkah pelaksanaan :

a. Tentukan as, elevasi dan kedudukan lantai harus sesuai dengan gambar kerja. b. Pasang aluma sistem diatas horry beam

(7)

c. Pemasangan plywood bekisting pelat

Gambar 5.6 Pelaksanaan Bekisting Plat d. Pasang perancah scaffolding/ pipe support pada jalur as lantai

Gambar 5.7 Perancah 5.2.4 Pekerjaan Bekisting Tangga Manual

a. Pasang perancah sebagai tumpuan bekisting dengan ketinggian sesuai elevasi tangga, kemudian pasang bekisting

b. Bekisting terbuat dari plywood

(8)

5.2.5 Pekerjaan Bekisting Tangga Preecast

a. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan, pada tangga preecast menggunakan baja dan holo unttuk penjepitnya.

b. Potong baja serta holo sesuai gambar rencana. c. Untuk penggabungannya menggunakan las listrik.

d. Cetakan tangga preecast siap di gunakan untuk berkali-kali.

Gambar 5.9 Pemasangan Bekisting Tangga Preecast

5.2.6 Pekerjaan Bekisting Shearwall

Shearwall direncanakan dengan sediaan bekisting sebanyak 1 lantai. Sehingga dapat dilakukan pengecoran 1 kali per lantai. Pada proyek kami terdapat 4SW dimana SW1 dan 2 berhadapan dan berbentuk U dimana lubang tersebut di manfaat kan sebagai core lift dengan lebar 40 cm. Sedang kan SW4 dan 3 terletak pada tiap ujung

(9)

Pelaksanaan pekerjaan shearwall dengan tahapan sebagai berikut: a. Pemasangan mounting ring/angkur pada dinding shearwall.

Gambar 5.10 Pemasangan Angkur pada Shearwall

b. Perakitan lantai/ platform climbing, jarak antar climbing bracket sesuai posisi angkur pada dinding shearwall.

Gambar 5.11 pemasangan Climbing bracket

c. Pemasangan tali climbing untuk mengangkat platform, posisi tali harus seimbang.

(10)

d. Pengangkatan platform climbing, dengan bantuan tower crane dan dilakukan

adjustment agar perletakan sesuai posisi angkur pada dinding shearwall.

e. Penempatan platform climbing.

Gambar 5.13 Penempatan Platform Climbing f. Angkat bekisting shearwall dengan bantuan tower crane.

g. Menempatkan bekisting dinding shearwall pada sisi dalam/ luar dan mengatur kelurusannya dengan push pull.

(11)

h. Setelah bekisting siap kemudian dilakukan pengecoran shearwall.

Gambar 5.15 Pengecoran Shearwall

5.3 Pekerjaan Pembesian

5.3.1 Pekerjaan Pembesian Kolom

Pelaksanaan pembesian kolom dilakukan pada tempat terpisah dan setelah kolom selesai dirakit kemudian diangkut dengan tower crane untuk dipasang pada tempatnya. Tulangan yang digunakan dalam tulangan kolom adalah :

a. Untuk tulangan pokok digunakan tulangan D22

b. Untuk tulangan begel/sengkang digunakan tulangan D10 c. Besi yang digunakan besi ulir

Untuk tahap pelaksanaan sendiri, kolom dikerjakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Marking sepatu kolom sebagai tempat batas bekisting.

(12)

b. Stek-stek untuk kolom dibersihkan dan dirapihkan. c. Siapkan tulangan kolom sesuai dengan gambar.

d. Siapkan tulangan kolom dengan menggunakan beugel/sengkang dengan jarak 10 cm, harus lebih rapat dibandingkan pada daerah lapangan dengan jarak 20 cm, hal ini disebabkan karena gaya geser semakin besar pada daerah tumpuan.

e. Angkat tulangan kolom yang sudah dirakit dengan tower crane dan ditempatkan pada posisi kolom yang akan dibuat.

f. Pasang besi kolom kedalam stek besi yang sudah ada, Selanjutnya disambung dengan stek kolom dengan overlap di sesuaikan dengan spesifikasi atau dapat diamankan pada posisi 40 D.

Gambar 5.17 Pemasangan besi kolom dan stek kolom

g. Ikat tulangan kolom yang lama dan tulangan kolom yang baru dipasang dengan menggunakan sengkang.

h. Untuk penyambungan tulangan kolom dilakukan berselang-selang, artinya sebagian dari tulangan kolom disambung pada lantai bawah dan diatasnya

(13)

Gambar 5.18 Pemasangan besi tulangan kolom 5.3.2 Pekerjaan Pembesian Balok

Fungsi balok adalah untuk mentransfer beban vertikal secara horizontal mulai dari lantai dasar sampai pelat lantai selanjutnya. Pada balok tulangan yang digunakan adalah tulangan pokok menggunakan tulangan D19 pada basement 2 sampai lantai 20 sedangkan pada lantai 21 sampai 37 menggunakan D22 dan untuk tulangan begel/sengkang menggunakan tulangan D10.

Pelaksanaan pembesiaan pada balok dilakukan sebagai berikut :

a. Semua tulangan balok akan dipasang diambil dengan tower crane dari bagian pemotongan dan pembengkokan, kemudian diletakkan diatas bekisting lantai. b. Siapkan tulangan yang dibutuhkan dalam balok yang akan dibuat dan masukkan

sengkang dalam tulangan tersebut.

c. Masukan balok kayu yang melintang diantara balok yang menumpu pada bagian bekisting dari plat lantai.

(14)

d. Rakit tulangan balok dengan menggunakan sengkang yang diikat dengan kawat. e. Lepaskan balok kayu penyokong tulangan, sehingga tulangan akan turun kedalam

bekisting

f. Pada tulangan pokok bawah, tulangan tersebut diletakkan diatas beton decking yang berfungsi untuk menentukan tebal selimut beton.

5.3.3 Pekerjaan Pembesian Pelat/Lantai

Pemasangan tulangan lantai/ pelat besi yang digunakan adalah untuk pelat basement 2 menggunakan besi D25 ketebalan basment 2 sendiri adalah 2 m. Untuk pelat lantai dasar sampai 37 adalah besi ulir dan untuk penulangan pelat lantai basement 1 dan 2, besi yang digunakan adalah besi ulir, tulangan yang dipergunakan dalam penulangan pelat lantai dasar sampai 37 adalah tulangan D10.

Pelaksanaan pemasangan tulangan pelat dilaksanakan sebagai berikut :

a. Pasang terlebih dahulu tulangan utama dengan jarak sesuai gambar bestek dengan jarak antar tulangan 40 cm, lalu berikan tulngan sekunder pada tulangan utama yang di bawah pada daerah lapang sehingga jaraknya menjadi lebih pendek yaitu 20 cm, sedangkan pada daerah tumpuan kiri dan kanan tulangan sekunder berada pada di atas balok.

(15)

Gambar 5.20 Pemasangan besi tulangan pelat lantai

b. Antara tulangan atas dan tulangan bagian bawah dipasang besi cakar ayam, yang berfungsi untuk menjaga kestabilan posisi tulangan agar tidak berhimpit pada waktu pengecoran.

c. Untuk menjaga agar permukaan pelat tetap rata, maka dipasang tahu beton dengan tinggi 2,5 cm diatas bekisting.

5.3.4 Pekerjaan Pembesian Tangga Manual

a. Pasang tulangan dengan menggunakan D13 jarak 15 cm dengan lebar pinggang D10 dengan jarak 20 cm.

(16)

5.3.5 Pekerjaan Pembesian Tangga Preecast

a. Pasang tulangan sesuai gambar rencana menggunakna D16

Gambar 5.22 Pembesian tangga

b. Letakan beton deking di dasar cetakan selanjutnya letakan tulangan yang telah jadi tersebut ke dalan cetakan

Gambar 5.23 Pemasangan bekisting tangga

c. Tutup cetakan dan rekatkan mengguanakan tie rod dan wing nut. 5.3.6 Pembesian Shearwall

a. Pabrikasi dilakukan di lain tempat dengan tempat pengecoran Shearwall

b. Potong besi untuk SW1, SW2, SW3, SW4 menggunakan besi yang sesuai gambar rencana

(17)

5.4 Pekerjaan Pengecoran

5.4.1 Pekerjaan Pengecoran Kolom

Sebelumnya Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, harus dilakukan inspeksi pekerjaan untuk memastikan cetakan dan besi tulangan telah terpasang sesuai rencana. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada pekerjaan pengecoran adalah sebagai berikut:

 Setiap pekerja harus memakai pakaian pelindung, sepatu safety, helm, dan pelindung mata jika diperlukan.

 Ketepatan ukuran dan elevasi harus diperhatikan dan dicheck.

 Zona pengecoran harus direncanakan dan ukurannya ditentukan

Delay diakibatkan oleh cuaca panas, atau angin yang kencang, sehingga beton

mengeras lebih cepat. Juga diakibatkan oleh keterlambatan pengiriman karena kurangnya perencanaan atau hal lain yang tidak bisa dihindari. Untuk mencegah

delay maka tenaga kerja, peralatan, dan cuaca dalam keadaan terkendali

 Jangan menambahkan air pada beton untuk memudahkan pelaksanaan cor. Jika terpaksa gunakanlah campuran air dan semen.

(18)

Adapun bagan proses pelaksanaan pengecoran seperti gambar dibawah ini.

Gambar 5.27 Flow chart Pekerjaan pengecoran

Cara pelaksanaan pengecoran adalah sebagai berikut:

a. Pengecoran elemen vertikal dan horizontal pada proyek kami menggunakan alat bantu TC dan bucket cor. Pada volume pekerjaan kecil digunakan alat bantu TC dan Bucket cor. Pada pengecoran pile cap yang berada pada elevasi ground floor, jika volume pengecoran kecil digunakan cara pengecoran langsung dari truk mixer. Khusus pada pengecoran bored pile, digunakan alat bantu TC dan bucket cor.

b. Pada permukaan miring, pengecoran mulailah dari level terendah dan gunakanlah moncong untuk menaburkan beton di permukaan miring.

c. Beton yang akan dicor harus langsung ke tempat yang jadi posisi akhirnya. Mulailah dari pojok bekisting.

(19)

Gambar 5.25 Pengecoran beton segera ke beton lama

e. Untuk mencegah segregasi, cek beton jangan terlalu basah atau kering, beton diaduk dengan baik, jika menjatuhkan beton secara vertikal jangan lebih dari 2 m.

f. Pemadatan beton dilakukan dengan cara digetarkan, untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam beton, sehingga beton memadat memenuhi bekisting.

g. Internal vibration dilakukan dengan menggunakan poker, yang dimasukkan ke dalam beton.

h. Masukkan vibrator secara vertikal, masukkan kira-kira sejarak 15 cm setelah pemadatan yang telah terlebih dulu dilakukan, diamkan sekitar 5 sampai 15 detik. Angkat vibrator pelan pelan dengan kecepatan sekitar 7.5 cm/detik.

i. Usahakan jari-jari pengaruh vibrator saling overlapping sehingga semua beton bisa terpadatkan dan manjangkau lapisan di bawah yang sedang dipadatkan

Gambar 5.26 Pemadatan Beton

j. Initial finishing ditandai dengan genangan air yang tampak di permukaan beton. Proses final finishing tidak bisa dilaksanakan jika kondisi ini belum tampak. Menghilangkan

Vibrator (poker)

(20)

genangan air dapat dilakukan dengan menggunakan sapu biasa. Jangan mengeringkan air permukaan tersebut dengan cara mencampurkan semen, karena akan membuat permukaan beton menjadi jelek dan lemah

k. Final finishing terdiri dari dua proses Floating yaitu Bullfloat, dilakukan dengan alat

penggaruk yang didorong, ini adalah proses pertama, power or hand float adalah proses

floating manggunakan tangan dimana ini adalah proses akhir floating

l. Dilakukan untuk membuat permukaan beton yang keras, rata, dan lembut. Biasanya dilakukan 3 kali proses

Gambar 5.27 Cara finishing permukaan beton Pengecoran Kolom

Sebelum pelaksanaan pengecoran dimulai maka pihak pengawas harus mengadakan pengecekan apakah pemasangan pembesian dan penulangan telah sesuai dengan perencanaan dan sebelum diadakan pengecoran lantai dari kolom tersebut dibersihkan dari kotoran-kotoran dengan menggunakan air compressor.

Langkah pengecoran :

a. Siapkan concrete bucket dengan TC untuk menyalurkan campuran beton.

b. Pada ujung concrete bucket disambung dengan karet tremie yang gunanya untuk menyalurkan campuran beton ke bekisting kolom.

c. Padatkan beton dengan alat vibrator dan dibantu dengan memukul-mukul dinding bekisting dengan palu karet hingga agregat beton tidak terperangkap diatas pembesian. d. Kolom dicor sampai ketinggian yang telah ditentukan dan dilanjutkan terus menerus

(21)

Gambar 5.28 Pengecoran Kolom 5.4.2 Pekerjaan Pengecoran Balok

Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu ditentukan selimut beton yang akan dicor, yaitu pada bagian bawah tulangan dipasang beton decking dan pada atasnya dipasang besi pelat yang tingginya telah diukur dengan theodolit. Setelah lantainya dibersihkan dari kotoran-kotoran dan bila semua lantai telah dibersihkan maka pengecoran dapat dilakukan.

Langkah-langkah pengecoran :

a. Siapkan concrete bucket yang nanti di angkat dengan bantuan TC. b. Salurkan campuran beton kebekisting kolom.

c. Padatkan beton dengan alat vibrator agar udara dalam adukan beton bisa keluar serta agregat beton tidak terperangkap..

(22)

5.4.3 Pekerjaan Pengecoran Pelat/ Lantai

Pengecoran lantai/ pelat dilakukan bersamaan dengan pengecoran balok. Untuk mengatur tinggi/ tebal pelat agar rata menggunakan patokan-patokan yang dipasang pada tulangan kolom, yang diukur dengan waterpass sehingga didapatkan tebal plat yang rata.

Langkah-langkah pengecoran :

a. Siapkan concrete bucket yang telah di isi campuran beton angkat dengan bantuan TC.

b. Selama pengecoran berlangsung lakukanlah pemadatan dengan menggunakan vibrator.

c. Untuk sambungan pelat yang lama dengan yang baru, maka pada bagian pelat yang lama dibersihkan dan dirapikan kemudian dilapisi dengan lem beton.

d. Terakhir lakukanlah pengaturan tinggi/ tebal pelat.

e. Untuk pengecoran pelat lantai yang tidak sama tingginya, maka pada pembesian pelat diberi batas siku berukuran 25x25 mm yang dipasang dan dilas pada tulangan lantai seluas ruangan yang dimaksudkan, sehingga pengecoran dapat dibatasi.

(23)

5.4.4 Pekerjaan Pengecoran Tangga Manual

a. Cor Tangga secara hati-hati, jangan menumpuk beton di satu lokasi. Ratatakan beton dan finish permukaan sesuai shop drawing

b. Cor tangga secara hati-hati, jangan menumpuk beton di satu lokasi. c. Gunakan vibrator agar udara yang terperangkap dalam beton bisa keluar

5.4.5 Pekerjaan Pengecoran Tangga Preecats

a. Cor Tangga secara hati-hati, jangan menumpuk beton di satu lokasi. Ratatakan beton dan finish permukaan sesuai shop drawing (Floor Hardener/ finish struktur yang nantinya akan dipasang keramik)

b. Cor tangga secara hati-hati, jangan menumpuk beton di satu lokasi. c. Gunakan vibrator agar udara yang terperangkap dalam beton bisa keluar

d. Setelah mengeras buka cetakan tangga preecast letakan tangga yang telah di buka pada gamar kerja dengan bantuan TC.

(24)

5.4.6 Pekerjaan Pengecoran Shearwall

a. Setelah bekisting siap kemudian dilakukan pengecoran shearwall.

Gambar 5.31 Pengecoran Shearwall

b. Jika usia beton telah cukup, bongkar bekisting dan lakukan kembali climbing untuk bekisting shearwall diatasnya.

5.5 Pemberhentian Pengecoran

Pekerjaan balok dan pelat merupakan pekerjaan dengan jumlah volume yang sangat besar. Untuk melaksanakan pengecoran dengan volume yang besar, kemungkinan penghentian pengecoran beton dapat dilakukan untuk pelat pada kondisi gaya lintang sama dengan nol, begitu juga dengan balok atau dapat dilakukan pada tengah-tengah bentang. Pada penyambungan kembali beton yang baru dengan beton yang lama dengan menggunakan bahan pengikat yaitu bondcrete (lem beton).

5.6 Pembongkaran Bekisting

Bekisting harus dibongkar sedemikian rupa sehingga dapat menjamin dari struktur-struktur yang dicetak yaitu dengan memperhatikan mutu beton telah mencapai kekuatan yang cukup memikul beratnya sendiri dan beban yang bekerja padanya. Pembongkaran ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pengawas lapangan. Pembongkaran dari bekisting yang mendukung harus dimulai dari lokasi yang lendutannya paling besar (pada

(25)

bagian tengah lantai). Ketika pembongkaran bekisting beban-beban harus serata mungkin agar tidak menimbulkan kejutan pada bagian struktur.

Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari direksi jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

- Bagian sisi balok 48 jam

- Balok tanpa beban konstruksi 7 hari - Balok dengan beban konstruksi 21 hari - Pelat lantai atau atap 21 hari

- Kolom 6 jam

- Shearwall 48 jam

Dengan persetujuan direksi cetakan beton dapat dibongkar lebih awal asal benda uji yang kondisinya perawatanya sama dengan beton sebenarnya telah mencapai kekuatan 75% dari kekuatan pada umur 28 hari.

5.7 Perawatan Beton

Setelah pengecoran selesai maka beton yang baru memerlukan perawatan, maksudnya untuk menjaga agar tidak kehilangan zat cair pada saat pengikatan awal terjadi, dan mencegah pengupan air dari beton pada umur awal beton yang dapat menimbulkan keretakan dan penurunan kualitas pada beton tersebut. Pemeliharaan beton ini dilakukan dengan sistem curing. Adapun beberapa tahapan pada saat curing, diantaranya adalah :

a. Curing dilakukan untuk menjaga kadar air beton tidak cepat kering sehingga proses

pemadatan beton tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Curing dilakukan langsung setelah proses finishing. Curing dilakukan dengan menambahkan air pada permukaan beton/Mencegah kehilangan air dari beton. Pancuran air harus perlahan untuk mencegah kerusakan permukaan beton.

(26)

b. Curing dapat juga dengan menutup beton dengan plastik dan mengaplikasikan curing compound.

c. Cuaca panas mengakibatkan beton lebih cepat kehilangan cairan, sehingga proses

pemadatan terjadi terlalu cepat. Tindakan pencegahan dilakukan jika suhu melebihi 32°C, kelembaban rendah, kecepatan angin tinggi dan sianar matahari menyengat.

d. Untuk mencegah kerusakan akibat hujan, harus memperkirakan cuaca jika akan terjadi

hujan, menyediakan alat pelindung seperti burlap dan plastik, melakukan mixing dan pengiriman beton pada waktu yang tepat yaitu ketika tidak hujan. Ketika hujan mulai turun, lindungi beton yang baru dituang secepat mungkin, pastikan semua permukaan beton terlindungi, jangan menambahkan semen kepermukaan beton.

e. Setelah hujan reda, mengaplikasikan curing compound secepatnya bersamaan dengan

proses beton mengeras, memperbaiki permukaan yang cacat dan membentuk permukaan beton jika diperlukan, membuang bagian beton jika ada bagian yang dikhawatirkan rusak karena kadar air bertambah, sehingga beton menjadi lemah.

Gambar

Gambar 5.1 Diagram Pekerjaan Persiapan
Gambar 5.2  Diagram Pekerjaan Bekisting Sampai Pengecoran
Gambar 5.3  Pemasangan Bekisting dan Pelepasan Bekistisng
Gambar 5.4 Bekisting Balok  5.2.3  Pekerjaan Bekisting Pelat/Lantai
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA AKIDAH AKHLAK MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIO. VISUAL DI MTS NEGERI BANDUNG TAHUN

1) Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada keberagaman (bermacam-macam) jawaban masalah yang dibuat siswa dengan benar, sedang dalam pengajuan masalah

setiap Negara Pihak yang memiliki klaim yurisdiksinya sesuai dengan Pasal 7, ayat 1, sub-ayat (b), atau ayat 2, sub-ayat (b), untuk mengundang Komite Palang Merah Internasional untuk

DKK (2007: 5.22) metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode

Selvia, Lena. ‘’ Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada bupati Ponorogo tahun 2015 siswa-siswi kelas XII SMA Negeri 1 Ponorogo’’. Skripsi, Pendidikan Pancasila dan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, penelitian ini menunjukkan bahwa Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Equity to Total Assets Ratio (EAR

Shalawat beriring salam saya haturkan kepada junjungan umat sepanjang zaman Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang memberikan tauladan terindah sehingga

Tetes tebu ( molase ) merupakan hasil samping dari pabrik gula, selain digunakan sebagai bahan baku pembuatan zat additive yang biasa dikenal sebagai fitcin,