• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI ARUS TEMBUS KABEL PENGHANTAR PEMANAS PADA UNTAI FASSIP-01

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISASI ARUS TEMBUS KABEL PENGHANTAR PEMANAS PADA UNTAI FASSIP-01"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

113 KARAKTERISASI ARUS TEMBUS KABEL PENGHANTAR PEMANAS

PADA UNTAI FASSIP-01 Edy Sumarno1, Sudarno1, Mulya Juarsa1

1) Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir -BATAN, Kawasan Puspiptek Gd. 80 Serpong Tangerang Selatan Banten

Telp.021-7560912/Fax.021-7560913 Kode pos 1315 Email:edy-sumarno@batan.go.id

ABSTRAK

KARAKTERISASI ARUS TEMBUS KABEL PENGHANTAR PEMANAS PADA UNTAI FASSIP-01. Untai FASSIP-01 merupakan sebuah peralatan eksperimen dimana aliran fluidanya dapat bergerak secara alamiah karena adanya beda temperatur. Untai uji FASSIP- 01 menggunakan empat buah pemanas, daya setiap pemanasnya sebesar 5 kW. Kabel penghantar untuk daya sebesar ini harus memenuhi persyaratan arus tembus maksimal dan tahanan isolasi yang telah ditentukan. Walaupun bahan-bahan isolasi yang digunakan cukup baik dan mempunyai tahanan isolasi yang tinggi, tetapi masih ada tempat-tempat yang lemah pada lapisan isolasinya.Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan karakteristik arus tembus kabel penghantar yang digunakan pada untai FASSIP-01. Metode yang digunakan adalah dengan cara memberikan tegangan pada kabel penghantar mulai dari 0,5 kV s/d 5 kV, lalu dilakukan pencatatan hasil pengukuran arus tembus. Variasi tegangan 0,5 s/d 5 kV dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih akurat sedangkan tegangan yang cukup tinggi digunakan untuk menentukan kekuatan bahan isolasi kabel penghantar. Hasil pengukuran arus tembus sebesar 0,193 mA s/d 2,270 mA, linear terhadap tegangan inputnya. Berdasarkan perhitungan tahanan isolasi diperoleh sebesar 2.500 kOhm,lebih tinggi dari tahanan isolasi minimal yang dipersyaratkan sebesar 242 kOhm.

Kata kunci: pemanas, kabel penghantar, arus tembus, untai FASSIP-01 ABSTRACT

CHARACTERIZATION FLOW THROUGH HEATER CABLE CONDUCTOR ON THE LOOP FASSIP-01. Loop FASSIP-01 was an experimental apparatus in which the fluid flow can move naturally because of the temperature difference. Loop FASSIP-01 using four heaters, the heating power of 5 kW each. Conductor cables for the power of this magnitude should meet the requirements of the current maximum translucency and insulation resistance is predetermined. Although the insulating materials used is quite good and has a high insulation resistance, but there are still places that are weak in research insulation material.

The research objective is to get a current characteristic translucent conductive wires used in the loop FASSIP-01. The method used is by applying a voltage to the conductive wires ranging from 0.5 kV until 5 kV, and also recorded the current measurement results translucent. Voltage variation of 0.5 until 5 kV intended to obtain more accurate data, while a high enough voltage is used to determine the strength of the cable insulation material conductive. The measurement results translucent flow of 0.193 mA until 2.270 mA, linear with respect to the input voltage. Based on calculations obtained insulation resistance of 2,500 kOhm, higher than the required minimum insulation resistance of 242 kOhm.

Key words: heating, cable conductor, flow-through, loop FASSIP-01

PENDAHULUAN

Mengacu dari kejadian pada reaktor Fukushima Daiichi, kegagalan sistem pendingin darurat yang disebabkan oleh terendamnya genset sebagai pembangkit daya, oleh gelombang air laut. Hal ini mengakibatkan pompa pendingin gagal menjalankan fungsinya untuk melakukan pendinginan pada teras reaktor. Akibatnya panas peruluhan di dalam teras terakumulasi sehingga memicu terjadinya pelelehan teras (core meltdown) sehingga berimbas juga terhadap kerusakan pada bejana tekan reaktor. Sehingga, peneltian dan pengembangan pada bidang termohidrolika reaktor perlu dilakukan agar kejadian tersebut tidak terulang kembali, kejadian kegagalan dari manajemen termal pada PLTN dan reaktor riset perlu dilakukan ke dasar hukum alam dengan cara menghilangkan dan mengurangi

(2)

114

peralatan bantu yang digunakan. Adapun metode untuk perlakuan terhadap termal disebut sistem fassip (passive system).

Untai FASSIP-01 merupakan sebuah peralatan eksperimen dimana aliran fluida pada sistem tersebut aliran fluidanya dapat bergerak dengan sendirinya karena adanya perbedaan temperatur. Sirkulasi alamiah merupakan kemampuan fluida untuk bersikulasi secara berkesinambungan yang disebabkan oleh perbedaan kerapatan densitas fluida.Efek berkurangnya kerapatan fluida pada daerah panas akan menimbulkan daya dorong keatas sedangkan efek kerapatan fluida pada daerah yang dingin akan menimbulkan gaya gravitasi [1].

Salah satu komponen utama dalam untai FASSIP-01 adalah digunakannya pemanas sebagai sumber panas pada sistem ini. Untuk mendapatkan panas yang sesuai dengan yang dibutuhkan pada aliran yang digunakan pada untai FASSIP-01 memerlukan beberapa pemanas sebagai sumber panasnya. Agar pemanas tersebut dapat berfungsi dan bekerja sesuai fungsinya maka membutuhkan kabel penghantar listrik yang dihubungkan antara pemanas dengan sumber listrik yang berasal dari PLN

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan data pengukuran karakterisasi pengukuran arus tembus kabel penghantar yang digunakan pada untai FASSIP-01. Adapun metode yang digunakan adalah dengan cara memberikan variasi tegangan pada kabel penghantar mulai dari 0.5 kV,1 kV,1.5 kV, 2 kV, 2.5 kV, 3 kV, 3.5 kV, 4 kV, 4.5 kV dan 5 kV, dan selanjutnya dilakukan pencatatan data hasil pengukuran. Variasi pengukuran dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat sedangkan tegangan yang cukup tinggi digunakan untuk menentukan kekuatan bahan isolasi kabel penghantar. Walaupun bahan- bahan isolasi yang digunakan cukup baik dan mempunyai tahanan isolasi yang tinggi, tetapi masih ada tempat-tempat yang lemah pada lapisan isolasinya. Untuk itu maka pada kabel penghantar yang digunakan perlu dilakukan karakterisasi dan apabila hasil pengukuran menghasilkan nilai lebih rendah dari syarat minimum yang sudah ditentukan maka kabel penghantar tersebut kurang baik dan tidak dibenarkan untuk digunakan.

TEORI

Kabel penghantar adalah merupakan suatu peralatan pokok dalam instalasi kelistrikan yang berfungsi untuk menyalurkan energi listrik dari peralatan satu ke peralatan- peralatan lain yang menggunakan energi listrik, dan kabel penghantar merupakan peralatan yang paling rentan dalam hal keamanan instalasi. Apabila kita perhatikan dalam media elektronik dan media lainnya maka sering terjadi kebakaran rumah atau gedung yang di akibatkan oleh terjadinya hubungan pendek arus listrik (hubung singkat). Hal ini terjadi karena sambungan kabel yang kurang baik ataupun buruknya kualitas isolasi kabel, serta pemakaian yang tidak mengikuti aturan standar PLN. Oleh karena itu diperlukan kehati- hatian dalam hal pemilihan kabel yang digunakan. Sedangkan untuk mengantisipasi kerusakan isolasi kabel, diperlukan pengetahuan tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan isolasi suatu kabel yang digunakan.

Untuk mendapatkan mutu kabel penghantar yang baik dan agar sesuai dengan yang dikehendaki maka perlu dilakukan pengujian yang lebih mendalam mengenai kualitas kabel penghantar yang digunakan, terutama untuk kabel-penghantar dengan tegangan rendah yang aplikasinya langsung digunakan pada suatu instalasi eksperimen pada untai FASSIP- 01. Untuk memilih dan mengaplikasikan suatu jenis kabel penghantar ke dalam sistem tenaga listrik bukan suatu hal yang mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan mengenai jenis isolasi dan komponen penyusun kabel penghantar tersebut [2].

Bahan isolasi merupakan bahan yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan sehingga antara penghantar tersebut tidak terjadi lompatan listrik atau percikan listrik bila diberikan tegangan [3]. Pada umumnya, kegagalan suatu peralatan listrik (termasuk kabel penghantar) pada saat digunakan, hampir sebagian besar dikarenakan karena kegagalan isolasinya dalam menjalankan fungsinya sebagai isolator [4].

Mekanisme kegagalan bahan isolasi terdiri dari beberapa jenis sesuai fungsi penerapan teganganya. Adapun jenis-jenis kegagalan suatu isolasi kabel diakibatkan oleh kegagalan instristik, adalah suatu kegagalan yang diakibatkan oleh jenis dan suhu bahan (dengan menghilangkan pengaruh luar seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong-kantong udara).

Kegagalan elektromekanik, adalah kegagalan yang disebabkan oleh adanya perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi sehingga timbul tekanan

(3)

115 listrik pada bahan. Sedangkan kegagalan yang diakibatkan oleh kegagalan streamer adalah kegagalan yang terjadi sesudah suatu banjiran (avalence). Sebuah elektron yang memasuki band conduction di katoda akan bergerak menuju anoda dibawah pengaruh medan memperoleh energi antara benturan dan kehilangan energi pada waktu benturan. Jika lintasan bebas cukup panjang maka tambahan energi yang diperoleh melebihi pengionisasi latis (latice). Akibatnya dihasilkan tambahan elektron pada saat terjadi benturan. Kegagalan termal adalah kegagalan yang diakibatkan karena terjadinya akibat adanya percepatan pembangkitan panas di suatu titik dalam bahan melebihi laju kecepatan pembuangan panas keluar. Akibatnya terjadi keadaan tidak stabil sehingga pada suatu saat bahan mengalami kegagalan. Kegagalan erosi adalah kegagalan yang disebabkan zat isolasi padat yang tidak sempurna, karena adanya lubang-lubang atau rongga dalam bahan isolasi padat tersebut.

Lubang/rongga akan terisi oleh gas atau cairan yang kekuatan gagalnya lebih dari kekuatan zat padat [5].

PVC atau Polivinil Klorida termasuk dalam jenis polimer termoplastik/resin termoplastik. Untuk penggunaan pada tegangan rendah, PVC banyak digunakan sebagai isolasai dan jaket pada kabel. Karena PVC adalah bahan termoplastik, PVC tidak dapat menahan panas yang terlalu tinggi. Pada suhu tinggi PVC dapat meleleh bahkan hangus atau plasticizersnya menguap sehingga PVC menjadi rapuh. Hal tersebut dapat mengakibatkan kegagalan terhadap isolasi kabel. Karena alasan tersebut kabel dengan isolasi PVC jarang digunakan di tempat yang mendapatkan panas secara berlebihan. Kabel PVC pada saat terbakar akan menghasilkan gas klorin dalam jumlah yang cukup besar.

Sehingga hal tersebut merupakan masalah yang sangat penting pada pengunaan kabel dengan isolasi PVC [6].

Bahan isolasi yang ideal adalah bahan isolasi yang tidak memiliki elektron bebas sama sekali. Akan tetapi, proses produksi pembuatan bahan isolasi untuk setiap produsen tidak sama sehingga hampir seluruhnya bahan isolasi kabel penghantar yang diproduksi tidak homogen. Semakin banyak elektron bebas dalam bahan isolasi, maka semakin besar arus tembus yang dihasilkan.

Adapun untuk mengetahui standar harga minimal hasil pengukuran tahanan isolasi suatu peralatan dapat dihitung menggunakan rumus pendekatan sebagai berikut [7]:

Q K V R

1000 2

(1) dengan,

R = Tahanan isolasi minimal V = Tegangan kerja

Q = Tegangan alat ukur 1000 = Bilangan tetap

K = Faktor keamanan (K=2,5) METODOLOGI

Alat dan Bahan

Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan karakterisasi kabel penghubung Untai FASSIP-01 menggunakan Electrical Safety Tester GW INSTEK GPI-825 peralatan ini dapat digunakan untuk melakukan pengukuran arus tembus dan tahanan isolasi pada kabel penghubung. Gambar 1 memperlihatkan alat Electrical Safety Tester GW INSTEK GPI-825 yang digunakan dalam pengukuran penelitian ini.

(4)

116

Gambar 1 Electrical Safety Tester GW INSTEK GPI-825 peralatan yang digunakan untuk mengukur besaran arus tembus dan tahanan isolasi kabel penghantar pada Untai FASSIP-

01 [8].

Metode Pengukuran

Pengukuran tahanan isolasi atau arus tembus untuk perlengkapan listrik dapat dilakukan dengan alat Electrical Safety Tester GW INSTEK GPI-825 yang pada saat melakukan pengukuran, kabel penghubung yang akan diuji tidak dialiri oleh arus listrik.

Secara umum bahan isolasi yang digunakan sebagai pelindung dalam saluran listrik antara penghantar yang satu dengan yang lainnya harus memenuhi syarat yang telah ditentukan.

Besaran nilai tahanan isolasi pada kabel penghantar listrik ditetapkan paling sedikit adalah 1000 kali tegangan kerjanya. Apabila nilai hasil pengukuran lebih rendah dari syarat minimal yang sudah ditentukan, maka kabel penghubung tersebut kurang baik dan tidak dibenarkan untuk digunakan.

Perhitungan tahanan isolasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus 1 jika menggunakan tegangan sebesar 220 Volt, dan tegangan alat ukur sebesar 0,5 kV maka besaran tahanan isolasinya adalah sebesar 242 kOhm.

Prinsip pengukuran Alat Electrical Safety Tester GW INSTEK GPI-825 sama dengan Ohm Meter, yaitu memberikan tegangan dari alat ukur ke isolasi kabel penghubung, dan karena nilai resistance isolasi ini cukup tinggi maka diperlukan tegangan yang cukup tinggi pula agar arus tembus dapat mengalir pada bahan uji. Tegangan pengukuran yang digunakan tergantung pada tegangan kerja dari kabel isolasi yang diukur. Spesifikasi dari Alat Electrical Safety Tester GW INSTEK GPI-825 dapat bekerja dengan baik pada temperatur antara 15oC hingga 35oC dan kelembaban (RH ≤ 75%) sementara spesifikasi lainnya adalah sebagai berikut [7]:

1. Untuk Arus Tembus.

Voltage regulation : 15%

Voltage range : 0.100 5.00kV

Voltage accuracy : ± 3% of reading ± 3 counts Current cut-off range : 0.3mA100mA

Current accuracy : ± 3% of reading ± 2 counts 2. Tahanan isolasi.

DC Voltage : 500V/1000V

Resistance range : 12000MΩ

Resistance Accuracy : 1500MΩ : ±5% of reading 5012000MΩ: ± 10% of reading

Bahan yang dipergunakan adalah kabel penghubung pemanas dengan spesifikasi tipe SPLN-42 Eterna NYM 2x1,5 mm2 300/500V dengan panjang 6 meter. Metode dalam penentukan karakteristiknya adalah dengan cara memberikan tegangan listrik pada kabel penghantar tersebut secara bertahap dari 0.5 kV,1 kV,1.5 kV, 2 kV, 2.5 kV, 3 kV, 3.5 kV, 4 kV, 4.5 kV dan 5 kV, dan selanjutnya dilakukan pencatatan arus tembusnya. Metode pengukuran tersebut diulang kembali dengan variasi waktu dengan durasi dari 10 detik, 20

(5)

117 detik, 30 detik, 40 detik, 50 detik, 60 detik, 90 detik dan 180 detik. Variasi waktu pengukuran adalah untuk mendapatkan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untai FASSIP-01 menggunakan empat buah pemanas sehingga daya maksimal sebesar 20.kW (setiap pemanas memiliki daya 5 kW). Data hasil pengukuran karakterisasi kabel penghubung yang dilakukan dengan variasi tegangan dan variasi waktu dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengukuran dilakukan dengan durasi waktu mulai dari 10 detik s/d 180 detik, dari hasil pengukuran tidak terlihat adanya pengaruh nilai bersaran arus tembus hasil pengukuran kabel penghantar. Sementara variasi tegangan dari 0,5 kV s/d 5 kV dari hasil pengukuran arus tembus menunjukan adanya kenaikan tegangan, dimana semakin besar tegangan yang diberikan maka semakin besar pula arus tembus pada isolasi kabel penghantar tersebut. Besar dan kecilnya arus yang dapat melewati penghantar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor bahan yang diuji seperti ketebalan bahan tersebut, lalu jenis bahan yang digunakan, serta proses pada saat bahan tersebut dibuat. Faktor yang juga dapat mempengaruhi adalah saat dilakukan pengujian terhadap bahan yang diuji adalah karena adanya korona dan perbedaan suhu, tekanan, serta kelembaban. Data pengukuran dimensi kabel penghantar dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Pengukuran Dimensi Kabel

Uji Dimensi Kabel NYM 2x1,5

(mm)

Diameter Kabel 8,9

Tebal Selubung Luar 1,03

Tebal Isolasi Dalam Hitam 0,8

Biru 0,8

Diameter Tembaga 1,4

Tabel 1 menunjukkan ketebalan isolasi dalam dan selubung luar kabel penghantar yang diuji ada perbedaan setelah dilakukan pengujian dimensi kabel penghantartersebut.

Walaupun terdapat perbedaan yang tidak cukup besar, nilai tersebut tetap berpengaruh terhadap nilai arus tembus yang dihasilkan.

Untuk mengetahui pengaruh perbedaan durasi pengambilan data pada arus tembus terhadap tegangan dibuat grafik berdasarkan variasi durasi waktu, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.

0 1 2 3 4 5

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Arus Tembus,I(mA)

Tegangan,V(kV) Arus Tembus dt = 10det

I = 0,45188V- 0,03467 R2=0,99919

(a) Durasi 10 detik

0 1 2 3 4 5

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Arus Tembus dt = 20 detik

I = 0,46242V-0,06467 R2= 0,99958

Arus Tembus,I(mA)

Tegangan,V(kV)

(b) Durasi 20 detik

(6)

118

0 1 2 3 4 5

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Arus Tembus dt = 30 detik

I = 0,46513V-0,0528 R2 = 0,99981

Arus tembus,I(mA)

Tegangan,V(kV)

(c) Durasi 30 detik

0 1 2 3 4 5

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Arus tembus dt = 40 detik

I = 0,45855V-0,032 R2= 0,99974

Arus Tembus,I(mA)

Tegangan,V(kV)

(d) Durasi 40 detik

0 1 2 3 4 5

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Arus Tembus dt = 50 detik

I = 0,46012V- 0,02333 R2 = 0,99971

Arus Tembus,I(mA)

Tegangan,V(kV)

(e) Durasi 50 detik

0 1 2 3 4 5

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Arus Tembus dt = 60 detik

I = 0,46121V- 0,0333 R2 = 0,99939

Arus Tembus,I(mA)

Tegangan,V(kV)

(f) Durasi 60 detik

0 1 2 3 4 5

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Arus Tembus dt = 90 detik

I = 0,46897V - 0,04267 R2= 0,99913

Arus Tembus,I(mA)

Tegangan,V(kV)

(g) Durasi 90 detik

0 1 2 3 4 5

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Arus tembus dt = 180 detik

I = 0,45552V - 0,02067 R2 = 0,99974

Arus Tembus,I(mA)

Tegangan,V(kV)

(h) Durasi 180 detik

Gambar 2. Grafik Tegangan terhadap Arus Tembus penghantar Untai FASSIP-01 pada berbagai variasi waktu

Berdasarkan Gambar 2(a) s/d 2(h) semua grafik menunjukkan garis yang linear dan mempunyai nilai ketepatan penyebaran data yang sangat baik yaitu R2 berkisar 99,9% hal ini menunjukkan bahwa data yang didapat hasil pengukuran yang dilakukan sangat baik.

Sementara slope kemiringan yang didapat dari hasil pengukuran berkisar antara 0,45 hingga 0,46 dan kisaran ini boleh dianggap sama. Arus tembus pada grafik tersebut di atas dapat dicari atau diprediksi melalui metode analisis regresi dengan persamaan regresi. Untuk mengetahui seberapa besar nilai tahanan isolasi minimal dan nilai arus tembus minimal maka perlu dilakukan perhitungan menggunakan persamaan 1.

(7)

119 Hasil perhitungan tahanan isolasi minimal yang dipersyaratkan adalah sebesar 242 kOhm. Sedangkan hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan bahwa besaran nilai tahanan isolasi untuk tegangan 0,5 kV menghasilkan tahanan isolasi sebesar 2.500 kOhm sehingga nilai ini jauh diatas nilai yang disyaratkan. sehingga kabel penghantar yang digunakan pada FASSIP-01 masih layak dan baik untuk digunakan.

Pengukuran tahanan isolasi menggunakan tegangan arus searah (DC) sebesar 0,5 kV atau lebih. Hal ini dilakukan agar dapat mengalirkan arus yang cukup besar dalam tahanan isolasi. Di samping untuk menentukan besarnya tahanan isolasi, nilai tegangan ukur yang tinggi tersebut juga untuk menentukan kekuatan bahan isolasi dari kabel penghantar yang digunakan.

KESIMPULAN

Dari hasil karakterisasi terhadap arus bocor diperoleh sebesar 0,193 mA s/d 2,270 mA linier terhadap variasai tegangan input 0,5 kV s/d 5 kV. Durasi waktu pengukuran dilakukan variasi dari 10 detik, 20 detik, 30 detik, 40 detik, 50 detik, 60 detik, 90 detik dan 180 detik ternyata tidak memberikan dampak terhadap besaran nilai arus tembus yang dihasilkan. Hasil perhitungan tahanan isolasi minimal adalah sebesar 242 kOhm. Sedangkan hasil pengukuran sebesar 2.500 kOhm nilai ini menunjukkan tahanan isolasi yang dihasilkan lebih tinggi dari yang dipersyaratkan, sehingga dapat disimpukan bahwa kabel penghantar yang digunakan layak digunakan sebagai kabel penghantar untuk pemanas pada untai PASSIP-01.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir atas pembiayaan, sarana dan fasilitas dalam penelitian menggunakan dana DIPA tahun 2015-2016.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vikas Jain. A.K. Nayak, P.K. Vijayan, D.Saha, R.K. Sinka, “Experimental investigation on the flow instability behavior of a multi chanel boiling natural circulation loop at low-pressures, Experimental Thermal and Fluid” Scince 34 (2010) p.776-787.

2. Gill, Paul, “Electrical Power Equipment Maintenance and Testing Second Edition,” CRC Press, New York, 2009.

3. Tobing, Bonggas, L, “Dasar Teknik Tegangan Tinggi,” PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.

4. Arismunandar, Artono, “Teknik Tegangan Tinggi,” Pradnya Paramita, Jakarta, 1975.

5. Anonim.”Panduan Praktikum Teknik Tegangan Tinggi: Peralatan Eks Jepang UGM-EL 041,” Laboratorium Tegangan Tinggi Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta, 2000.

6. Wikipedia, “Polivinyl Cloride”. <http:// en.

Wikipedia.org\wiki\Polivinyl_Cloride.htm>

7. USER MANUAL, “Electrical Safety Tester GW INSTEK GPI-825”

WWW.artisantg, 1997

8. http://evimuzayana.blogspot.co.id/2015/12/megger-mega-ohm-meter-a.html.

9. Thue,William A,”Electrical Power Cable Enginering” Marcel Dekker.inc 1999.

10.

Lampiran 1.

Hasil pengukuran kabel penghantar pemanas Untai FASSIP-01

No. Tegangan ( kV)

Arus (mA) durasi

10 detik

Arus (mA) durasi

20 detik

Arus (mA) durasi

30 detik

Arus (mA) durasi

40 detik

Arus (mA) durasi

50 detik

Arus (mA) durasi

60 detik

Arus (mA) durasi

90 detik

Arus (mA) durasi

180 detik 1 0,500

0,180 0,220 0,220

0,180 0,220 0,180

0,180 0,220 0,180

0,220 0,180 0,220

0,220 0,220 0,220

0,220 0,220 0,220

0,220 0,220 0,220

0,220 0,220 0,220 2 1,000 0,400 0,400 0,400 0,430 0,430 0,430 0,430 0,430

(8)

120

0,400

0,400 0,400

0,400 0,400

0,430 0,430

0,430 0,430

0,430 0,430

0,430 0,430

0,430 0,430 0,430 3 1,500

0,650 0,650 0,650

0,620 0,620 0,650

0,650 0,650 0,650

0,650 0,650 0,650

0,650 0,650 0,650

0,650 0,650 0,650

0,680 0,680 0,680

0,650 0,650 0,650

4 2,000 0,870

0,840 0,870

0,870 0,870 0,870

0,870 0,870 0,870

0,900 0,900 0.900

0,870 0,870 0,870

0,870 0,870 0,870

0,900 0,900 0.900

0,900 0,900 0.900

5 2,500 1,090

1,090 1,090

1,090 1,090 1,090

1,090 1,120 1,090

1,090 1,120 1,090

1,120 1,120 1,120

1,090 1,090 1,090

1,120 1,120 1,120

1,120 1,120 1,120 6 3,000

1,300 1,300 1,300

1,300 1,300 1,300

1,330 1,330 1,330

1,330 1,330 1,330

1,330 1,330 1,330

1,370 1,370 1,370

1,330 1,330 1,330

1,330 1,330 1,330

7 3,500 1,520

1,520 1,520

1,550 1,550 1,550

1,550 1,580 1,550

1,580 1,580 1,580

1,550 1,580 1,550

1,580 1,580 1,580

1,580 1,580 1,580

1,580 1,580 1,580

8 4,000 1,770

1,770 1,770

1,770 1,770 1,770

1,800 1,800 1,800

1,830 1,800 1,800

1,800 1,800 1,800

1,800 1,830 1,830

1,830 1,830 1,830

1,800 1,800 1,800 9 4,500

2,020 2,020 2,020

2,020 2,020 2,020

2,050 2,050 2,050

2,020 2,020 2,020

2,050 2,050 2,050

2,050 2,050 2,050

2,080 2,080 2,080

2,020 2,020 2,020 10 5,000 2,240

2,240 2,240

2,270 2,270 2,270

2,300 2,270 2,270

2,270 2,270 2,270

2,300 2,300 2,300

2,270 2,270 2,270

2,330 2,330 2,330

2,270 2,270 2,270

Gambar

Gambar 1  Electrical Safety Tester GW INSTEK GPI-825 peralatan yang digunakan untuk  mengukur besaran arus tembus dan tahanan isolasi kabel penghantar pada Untai
Tabel  1  menunjukkan  ketebalan isolasi  dalam dan  selubung  luar kabel penghantar  yang  diuji  ada  perbedaan  setelah  dilakukan  pengujian  dimensi  kabel  penghantartersebut
Gambar 2. Grafik Tegangan terhadap Arus Tembus penghantar Untai FASSIP-01  pada berbagai variasi waktu

Referensi

Dokumen terkait

Rinaldi Nur Ikhsan, 2013 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu... Faktor-faktor

Dalam hal anak angkat yang dilakukan secara adat Sasak pada masyarakat Kecamatan Sembalun, dalam pengertian mengenai anak angkat pada masyarakat adat Sasak adalah pengambilan anak

[r]

Analisis potensi bahaya pada tapak, berkaitan dengan zona bandara dalam hal ini adalah mengenai KKOP dan jalur terbang Pesawat terbang yang berkaitan dengan lalu lintas udara

Dalam hal inilah maka sumber daya lokal perlu mendorong kemandirian diri sendiri (dan tentu saja dengan dukungan pemerintah). Apabila ada program dari pemerintah, maka komunitas

Seluruh teman- teman saya di Jurusan Fisika angkatan 2010 yang selalu memberikan semangat kepada saya dalam penyelesaian skripsi ini. Seluruh adik-adik saya di