Rika Raeti, 2015
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini peneliti akan memaparkan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan permasalahan yang ditemukan di kelas VIII B SMP Negeri 1 Tanjungsiang. Adapun dasar dari pemilihan metode ini adalah untuk menjawab masalah yang ada di lapangan, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan baik. Isi dari bab III ini terdiri dari lokasi dan subyek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Menurut Nasution (dalam Murron, 2013, hlm. 35) lokasi penelitian menunjukan pada tempat atau lokasi sosial dimana penelitian dilakukan, yang dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan yang diobservasi. Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah SMP Negeri 1 Tanjungsiang yang beralamat di Jl. Raya Tanjungsiang Km. 32, Kabupaten Subang.
Pada penelitian ini yang mejadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B, yang berjumlah 33 orang siswa. Pemilihan siswa kelas VIII B didasarkan pada pertimbangan bahwa di dalam kelas tersebut terdapat masalah yang memerlukan tindakan dan perbaikan. Permasalahan yang terdapat di kelas tersebut adalah rendahnya ecoliteracy ditandai dengan rendahnya kesadaran siswa dalam hal menjaga kebersihan kelas.
B. Desain Penelitian
mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Langkah selanjutnya adalah perencanaan, tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut adalah gambar desain penelitian model Kemmis dan Taggart sebagai berikut.
Gambar 3.1
Model spiral dari Kemmis dan Taggart Wiriaatmadja (2012, hlm. 66)
Adapun langkah-langkah penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Refleksi awal
Berdasarkan hasil refleksi awal dapat dilakukan pemfokusan masalah yang selanjutnya akan dirumuskan menjadi masalah penelitian dan tujuan penelitian.
2. Perencanaan
Penyusunan perencanaan dilakukan berdasarkan refleksi awal yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Arikunto,dkk (2009, hlm. 18) dalam tahap penyusunan rancangan, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
Berdasarkan analisis masalah yang diperoleh ketika melaksanakan observasi awal, peneliti dan guru mitra menyusun serangkaian rencana kegiatan sebagai berikut:
a. Menentukan kelas yang akan menjadi subjek penelitian dengan mempertimbangkan beberapa hal diantaranya sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.
b. Melakukan pengamatan pra penelitian terhadap kelas yang akan digunakan sebagai subjek penelitian
c. Meminta kesediaan guru mitra atau teman sejawat untuk menjadi kolaborator dan observer peneliti.
d. Menentukan waktu penelitian
e. Menyusun RPP yang akan digunakan saat proses pembelajaran dalam kegiatan penelitian.
f. Merencanakan sistem penilaian yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat mengukur peningkatan ecoliteracy melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar IPS.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Tahap ini merupakan implementasi dari perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
Tindakan dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Adapun langkah-langkah pada tahapan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh peneliti dan guru mitra yaitu tindakan yang sesuai dengan RPP yang telah disusun. b. Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar IPS yakni melakukan
kegiatan belajar mengajar baik didalam atau diluar kelas, menggunakan media pembelajaran dan pembuatan produk dari daur ulang sampah.
c. Melakukan pengamatan secara teliti baik saat proses pembelajaran ataupun diluar pembelajaran untuk melihat perubahan sikap siswa dalam menjaga kebersihan.
d. Menggunakan instrumen penelitian yang telah dibuat sebagai alat observasi untuk melihat dan mencatat aktivitas siswa ketika guru memanfaatkan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar IPS.
e. Melakukan diskusi balikan dengan guru mitra berdasarkan hasil pengamatan. f. Melakukan pengolahan dan analisis data dari hasil tindakan yang telah
dilakukan.
4. Pengamatan (Observasi)
Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Kegiatan pengamatan ini berfungsi untuk mendokumentasikan implikasi tindakan yang diberikan pada subjek penelitian yakni kelas VIII B SMP Negeri 1 Tanjungsiang. Dalam tahapan ini peneliti mencatat kekurangan dalam setiap tindakan yang dilakukan sebelumnya untuk dilakukannya perbaikan pada pertemuan selanjutnya.
(istirahat). Pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan. lembar observasi tersebut meliputi:
a. Fokus aktivitas peserta didik di kelas yaitu dengan pemanfaatan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar IPS
b. Kegiatan siswa pada saat istirahat, bagaimana kesadaran mereka saat membuang sampah dan mengurangi jumlah sampah dengan cara membawa botol minum dan makanan dari rumah.
c. Catatan Lapangan dan wawancara dengan siswa sebelum dan setelah tindakan Lembar observasi berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di kelas maupun diluar kelas (Istirahat) dan memberikan solusi sebagai tindakan awal untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa.
5. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Refleksi biasanya dibantu dengan adanya diskulsi antara peneliti dengan patner sehingga membarikan dasar perbaikan rencana pada tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Siklus akan kembali ke tahap perencanaan, jika pada siklus pertama tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Kembali membuat perencanaan ulang untuk menerapkan model pembelajaran, dan hal tersebut terus berlangsung selama belum mencapai hasil yang diinginkan.
Refleksi bertujuan untuk mengetahui perubahan sebagai akibat dari tindakan yang telah dilakukan. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi adalah sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan diskusi balikan dengan guru mitra setelah tindakan dilaksanakan.
C. Metode Penelitian
Metode yang dipilih oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2010, hlm. 11) yang mengemukakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Dari pernyataan diatas, PTK dilakukan untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi ketika proses belajar mengajar berlangsung. Jika ditemukan permasalahan maka PTK ini bertujuan untuk perbaikan atas masalah yang terjadi. Sejalan dengan hal itu, Kemmis (dalam Hopkins, 2011, hlm.87) menyatakan bahwa
Penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk penyelidikan reflesksi diri yang dilaksanakan oleh partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dalam: a) praktik-praktik sosial dan pendidikan mereka sendiri, b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik ini, dan c) situasi yang melingkupi pelaksanaan prkatik-praktik tersebut. Penelitian ini akan benar-benar memberdayakan jika dilaksanakan oleh para partisipan secara kolaboratif meskipun ia tak jarang dilaksanakan oleh individu-individu, dan terkadang bekerjasama dengan ‘orang luar’. Dalam pendidikan, penelitian tindakan dilaksanakan sebagai usaha pengembangan kurikulum berbasis sekolah, pengembangan rofesional, program-program pengembangan sekolah, pengembangan kebijakan dan perencanaan sistem.
Berdasarkan pemaparan para ahli diatas, peneliti memahami bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh peneliti (guru) bersama dengan guru mitra untuk berkolaborasi merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan (tratment) yang dilakukan dalam suatu siklus untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam pembelajaran dan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Dalam hal ini guru dapat mencoba suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
suatu program atau kegiatan. Kemudian karakteristik dari PTK menurut Kunandar (2008, hlm. 58-60) diantaranya:
1. On the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah ril atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti)
2. Problem solving oriented (Berorientasi pada pemecahan masalah) 3. Improvement oriented (berorientasi pada peningkatan mutu)
4. Ciclic (siklus). Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi.
5. Action Oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.
6. Pengkajian terhadap dampak tindakan.
7. Specifics contextual. Aktivitas PTK dipacu oleh ermsalahan-permasalahan praktis yang dihadpi oleh guru dalam PBM di kelas.
8. Participatory (Collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. Hal ini diperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK.
9. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
10. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dalam beberapa siklus yang terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan
(observation), dan refleksi (refleksion) dan selanjutnya diulang kembali dalam
beberapa siklus.
Adapun manfaat PTK menurut Kunandar (2008, hlm. 68) dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktis.
1. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek.
2. Manfaat praktis dari pelaksanaan PTK antara lain:
a. Merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara rutin merupakan wahana pelaksanakan inovasi pembelajaran.Oleh karena itu, guru perlu selalu mecoba untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan pendekatan, metode, maupun gaya pembelajaran sehingga dapat melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas. b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan guru melakukan
PTK, maka guru telah melakukan implementasi kurikulum dalam tataran praktis, yakni bagaimana kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kratif, efektif, dan menyenangkan.
D. Fokus Penelitian
Untuk mempermudah dan menghindari salah tafsir dalam penelitian ini, maka di bawah ini terdapat beberapa definisi yang akan menjelaskan secara rinci mengenai konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini.
Holilah (2014, hlm 31) menyatakan bahwa ecoliteracy merupakan kompetensi untuk memahami sistem alam (natural system) yang memungkinkan kehidupan di muka bumi terus berlangsung (sustainable). Dalam hal ini kehidupan manusia di muka bumi akan terus berlangsung jika manusia tersebut bisa memahami sistem alam dengan bekerkasama menjaga kelestarian lingkungan dan dengan cara melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak merusak alam. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Capra (dalam Keraf, 2013) bahwa:
Melek ekologi atau ecoliteracy adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan manusia yang sudah mencapai tingkat kesadaran tinggi tentang pentingnya lingkungan hidup. Ecoliteracy adalah singkatan dari
Eco berasal dari kata bahasa Yunani, oikos artinya rumah tangga, atau
dalam pemahaman luas berarti alam semesta, bumi tempat tinggal semua kehidupan, habitat atau rumah tempat tinggal kehidupan. Eco kemudian secara umum dipahami dan digunakan untuk kata lingkungan hidup.
Ecological merupakan kata sifat dalam bahasa Inggris untuk kata ecology. Literacy dalam bahasa Inggris artinya melek huruf. Kata itu
menggambarkan keadaan orang yang tidak lagi buta huruf, orang yang sudah tahu membaca dan menulis. Dalam pengertian luas, istilah tersebut berarti keadaan dimana orang sudah paham atau tahu tentang sesuatu.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, peneliti dapat memperoleh gambaran bahwa ecoliteracy adalah suatu keadaan dimana manusia sudah memahami arti pentingnya lingkungan hidup, pentingnya menjaga dan pentingnya merawat ekosistem sebagai tempat tinggal dan tempat berlangsungnya kehidupan.
Adapun dalam penelitian ini peneliti memanfaatkan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar IPS. Dalam praktiknya penerapan dapat berupa penggunaan barang-barang yang tidak terpakai sebagai media pembelajaran, menggunakan sumber belajar dari lingkungan sekitar, pembelajaran di luar kelas, dan pemberian tugas untuk membuat sebuah karya dari barang-barang daur ulang. Menurut Kurniawati (2010) dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni
learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk
menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan
learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui
pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru. Untuk itu, dengan pemanfaatan lingkungan sekitar siswa sebgai sumber belajar IPS diharapkan. mampu menerima informasi dan pengetahuan secara menyeluruh dan bermakna mengenai materi pembelajaran serta dapat meningkatkan motivasi siswa karena pembelajaran dikemas secara menarik. Selain itu tujuan utama dari pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar IPS ini adalah meningkatkan ecoliteracy dalam diri siswa
E. Instrumen Penelitian
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi merupakan perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa selama pelaksanaan tindakan dalam pemanfaatan lingkunan sekitar siswa sebagai sumber belajar IPS. Lembar observasi yang disusun memuat 5 indikator yang telah peneliti kembangkan yaitu mengembangkan empati terhadap segala bentuk kehidupan (developing empathy
for all forms of life), mempraktikan keberlangsungan hidup sebagai tindakan
kelompok mayarakat (embracing sustainability as a community practice), membuat sesuatu yang tidak terlihat menjadi terlihat (making the invisible
visibel), mengantisipasi dampak tidak terduga (anticipating unintended consequences), dan memahami bagaimana kehidupan alam berlangsung
(understanding how nature sustains life). Adapun pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada peningkatan ecoliteracy khususnya dalam menjaga kebersihan kelas. Pengisian setiap lembar observasi dilakukan dengan menggunakan tanda
check list () pada salah satu kolom yang telah disediakan. Kriterianya yaitu baik, cukup, kurang. Selain itu, lembar observasi juga berfungsi untuk melihat kesesuaian antara perencanaan dengan keterlaksanaan di dalam kelas dan untuk melihat peningkatan ecoliteracy selama proses pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belaja IPS. Berikut di bawah ini, instrumen observasi siswa:
Tabel 3.1
Pedoman Observasi Ecoliteracy Siswa
Kelas :
Hari/Tanggal :
Siklus ke- :
Indikator Aspek yang Diamati
Skala Nilai
empathy for all
forms of life) Melaksanakan
piket harian tanpa paksaan yang diamati Membersihkan sepatu ketika masuk ke kelas Mempraktikan Keberlangsungan Hidup Sebagai Tindakan Kelompok Mayarakat (Embracing sustainability as a community practice) Menegur teman yang membuang sampah sembarangan dengan sopan Jika memenuhi seluruh aspek yang diamati Jika memenuhi sekurang-kurangnya dua aspek yang diamati Jika hanya memenuhi satu aspek yang diamati Mengingatkan teman untuk membuang sampah pada tempatnya Mengajak teman membawa tempat makan atau minum agar mengrangi sampah Membuat Sesuatu yang Tidak Terlihat Menjadi Terlihat (Making the invisible visibel) Mengetahui bahaya penggunaan plastik dan
sterofoam memenuhi Jika
keterangan: B = Baik = 3 C = Cukup = 2 K = Kurang = 1 Total Skor = 12 15-11 = Sudah terbiasa 10-6 = Kadang-kadang 5-1 = Belum terbiasa 2. Pedoman Wawancara
Lembar wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pembelajaran IPS dengan menafaatkan lingkungan sekitar untuk meningkatkan
ecoliteracy. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara
untuk mengetahui pendapat siswa dan guru mengenai pembelajaran IPS dengan menggunakan metode inkuiri berbasis pengalaman sosial siswa. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang dibuat oleh peneliti.
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara Untuk Siswa (Pra Penelitian)
Responden :
Tempat :
Hari/Tanggal :
No. Daftar Pertanyaan Jawaban
1. Apakah masih banyak siswa yang membuang sampah sembarangan? 2. Bagaimana sikap kamu
membuang sampah sembarangan?
3 Apakah jajanan yang
kamu beli
menggunakan plastik atau sterofom?
4 Menurut kamu dengan
membawa tempat
makan atau minum yang bisa digunakan berulang-ulang dapat mengurangi sampah? 5. Jika sampah berserakan
di kelas apakah guru
menegur untuk
membersihkannya?
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara Untuk Siswa (Pasca Penelitian)
Responden :
Tempat :
Hari/Tanggal :
No. Daftar Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pendapatmu mengenai
pembelajaran IPS dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar?
sikap ecoliteracy?
3 Pada saat pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar IPS manakah yang membuat sikap ecoliteracy kamu bertambah?
4 Apa perbedaan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar IPS dengan pembelajaran yang biasa dilakukan?
5 Kesulitan apa yang kamu peroleh ketika pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar IPS dilaksanakan?
Tabel 3.4
Pedoman Wawancara Untuk Guru (Pra Penelitian)
Responden : Tempat :
Hari/Tanggal :
No. Daftar Pertanyaan Jawaban
1. Apakah Bapak mempersiapkan perencaan pembelajaran (RPP) terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pembelajaran ? 2. Apakah Bapak mempersiapkan
metode dan media
sebelum pelaksanaan pembelajaran ?
3. Bagaimana sikap Bapak dalam
menanggapi siswa yang
membuang sampah
sembarangan?
4. Bagaimana pendapat Bapak menanggapi semakin banyak penggunaan plastik dan sterofom pada jajanan di sekolah?
5. Bagaimana pendapat Bapak apabila kegiatan belajar menggunakan pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar IPS?
Tabel 3.5
Pedoman Wawancara Untuk Guru (Pasca Penelitian)
Responden :
Tempat :
Hari/Tanggal :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Melihat rendahnya ecoliteracy yang dimiliki oleh siswa menurut Bapak apakah pemanfaatan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar IPS tepat untuk digunakan ?
dalam kegiatan mengajar sesuai dengan tahapan pemanfaatan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar IPS ?
3. Apakah selama kegiatan
pembelajaran berlangsung siswa menunjukkan adanya peningkatan indikator-indikator ecoliteracy? 4. Menurut pendapat Bapak, apa yang
menjadi kekurangan penelitian dalam pemanfatan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar IPS dalam rangka meningkatkan ecoliteracy? 5. Bagaiamana komentar Bapak
mengenai penelitian ecoliteracy dengan pemanfaatan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar IPS?
3. Studi Dokumentasi
Pengumpulan sejumlah dokumen yang berkaitan dengan pembelajaran IPS. Studi dokumen yang diambil oleh peneliti adalah berupa kurikulum dan pedoman pelaksanaannya, silabus, RPP, tugas siswa, buku teks yang digunakan oleh siswa saat pembelajaran serta foto atau rekaman dalam proses belajar pembelajaran. Dokumentasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar IPS berlangsung dan bagaimana cara penerapannya. Alat yang menunjang untuk studi dokumentasi yaitu kamera.
4. Catatan Lapangan
dalam catatan lapangan yang kemudian digunakan sebagai bahan refleksi dan analisis.
Tabel 3.6
Pedoman Catatan Lapangan
Hari/Tgl/Bulan : Kelas/Sekolah : Mata Pelajaran :
Waktu :
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikuntoro, 1996, hlm. 145). Observasi yang peneliti lakukan ialah mengamati di sekitar lingkungan kelas baik subjek yang akan diteliti maupun keadaan kebersihan di setiap meja siswa . Observasi dilakukan dari mulai peneliti masuk ruangan kelas hingga proses belajar mengajar selesai.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu dan memiliki relevasi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas (Kunandar, 2008, hlm. 157). Wawancara dilakukan kepada beberapa subjek penelitian dan guru untuk mengetahui adanya peningkatan ecoliteracy melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2011, hlm. 326). Misalnya dokumen yang berkaitan dengan siswa, guru maupun sekolah seperti daftar hadir siswa, daftar nilai siswa dan sebagainya. Dokumentasi bertujuan untuk mengungkap fakta atau kenyataan pada saat pelaksanaan tindakan.
4. Catatan Lapangan
G. Teknik Analisis data
Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 246), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Langkah-langkah analisis data diantaranya:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi (Sugiyono, 2011, hlm. 249). Pada tahap ini peneliti menyeleksi beberapa data yang didapatkan dari lapangan kemudian ditulis dalam bentuk deskripsi yang lebih rinci.Data yang sudah direduksi memberikan gambaran yang akurat mengenai hasil pengamatan di lapangan.
2. Penyajian Data
Untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan dengan mudah maka harus dibuat dalam berbagai bentuk data menjadi sebuah tabel, bagan, diagram, dan charts. Hal ini diperlukan agar mempermudan dan cepat memahami. Dengan menyajikan data maka akan memudahkan untuk memahamiapa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya, berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2011, hlm. 249).
3. Verifikasi Data
kesimpulan-kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi merupakan tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan dengan peninjauan kembali sebagai upaya untuk menguji kebenaran, dan kecocokannya. Menurut Hopkins (dalam Wiraatmadja, 2010, hlm. 168) untuk menguji derajat keterpercayaan atau derajat kebenaran penelitian, ada beberapa bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, yaitu :
b. Triangulasi yaitu kegiatan untuk memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis yang diperoleh peneliti dengan menggunakan sumber lain yakni dengan membandingkan kebenaran data dengan sumber lain atau hasil peneliti lain.
c. Audit Trail dilakukan dengan cara mendiskusikan kebenaran data beserta prosedur pengumpulannya dengan guru untuk memperoleh data dengan validasi yang tinggi