• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sama juga dijelaskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sama juga dijelaskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian

Perjanjian atau perikatan secara etimologi adalah ikatan. Menurut R.

Setiawan, perjanjian yaitu salah satu orang mengikat dirinya kepada orang lain atau saling mengikatkan dirinya kepada satu orang lain atau lebih.

10

Hal yang sama juga dijelaskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) pasal 1313 yang berbunyi: persetujuan merupakan suatu perbuatan dengan satu pihak orang atau beberapa pihak yang saling mengikatkan dirinya terhadap satu pihak atau beberapa pihak. Jadi secara terminologi perjanjian atau perikatan dapat diartikan sebagai perbuatan dimana seseorang mengikatkan dirinya kepada seorang atau beberapa lain.

11

Dalam undang-undang ITE, definisi perjanjian / kontrak elektronik hanya memiliki batasan umum. Perjanjian elektronik berdasarkan ayat 17 Pasal 1 "UU ITE" diartikan sebagai kesepakatan yang dicapai antara dua pihak melalui sistem elektronik. Sementara itu, yang dimaksud sistem elektronik merupakan serangkaian perangkat dan program elektronik dengan fungsi menyiapkan, mengumpulkan, memproses, menganalisis,

10 R. Setiawan. 1987. Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya. Bandung. Penerbit Bina Cipta.

Hal. 49

11 Titik Triwulan Tutik, 2008, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta, Penerbit Kencana, hal, 221.

(2)

menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirim dan / atau mendistribusikan informasi elektronik.

Di dalam proses perjanjian para pihak harus saling beri’ktikad baik dalam menunaikan prestasinya hal tersebut telah dijelaskan dala UU ITE pada pasal 17 ayat (2) yaitu “para pihak yang melakukan transaksi elektronik wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi atau pertukaran elektronik selama kegiatan transaksinya berlangsung.”

Mengenai keabsahan perjanjian / kontrak elektronik itu sendiri, hanya dirumuskan secara tersirat dalam "UU ITE". Pasal 18 (1) "UU ITE"

mengatur bahwa transaksi elektronik yang terdapat dalam kontrak elektronik mengikat para pihak. Setelah dianalisa, rumusan dalam pasal ini mengacu pada dalil bahwa jika transaksi elektronik secara hukum (menurut undang-undang) telah dicapai sebelum lahirnya perjanjian / kontrak elektronik, maka perjanjian / kontrak elektronik dinyatakan sah (menurut hukum) sebagaiamana yang dikenal dalam KUH Perdata.

Seperti yang telah disebutkan diatas, jenis perjanjian ini secara garis besar serupa dengan perjanjian konvensional. Dengan demikian, apabila perjanjian arisan sistem elektronik tersebut memenuhi persyaratan hukum perjanjian maka dapat dikatakan perjanjian tersebut sah.

2. Syarat Sah Perjanjian

Menurut Mahainis Abdul Hay, suatu perjanjian terjadi apabila ada kata

sepakat dan pernyataan sebelah menyebelah. Kata sepakat adalah hal hal

(3)

pokok yang kerap terjadi baik lisan ataupun tulisan. Sedangkan kata sebelah menyebelah yaitu jika satu pihak menawarkan suatu perjanjian kepihak lawan dan pihak lawan menyetejuinya yang telah dipernyatakan sebelumnya. Lalu pada pasal 1320 KUHPerdata menyebutkan syarat sah perjanjian yaitu: “untuk sahnya persetujuan-persetujuan diperlukan 4 syarat:

a) Sepakat mereka yang mengikat dirinya b) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c) Suatu hal tertentu

d) Suatu sebab yang halal”

Dalam pasal tersebut tidak mensyaratkan untuk melakukan suatu perjanjian harus dengan bentuk tertulis, jika ke empat syarat tersebut terpenuhi maka sah untuk melakukan suatu perjanjian. Namun jika didalam suatu perjanjian terdapat cacat kehendak atau tidak cakap hukum maka perjanjian atau perikatan tersebut bisa dibatalkan. Lalu untuk objek yang tidak dapat ditentukan atau klausanya tidak halal maka suatu perjanjian akan batal demi Hukum. Hal ini sesuai dengan assas konsensualisme yang mana suatu perjanjian lahir dari tercapainya suatu kata sepakat.

Untuk mengetahui suatu perjanjian perlu diketahui apakah telah

tercapai kata sepakat atau belum. Pengertian kata sepakat adalah suatu

pernyataan kehendak yang disetujui antara kedua belah pihak. Perjanjian

harus dianggap dilahirkan pada saat melakukan penawaran, menerima

(4)

jawaban yang ada dalam surat perjanjian, sehingga pada saat itu diangggap sebagai lahirnya kata sepakat

Sifat yang harus ada dalam perjanjian yaitu sifat yang bisa menetukan atau yang menyebabkan suatu perjanjian tercipta. Seperti perjanjian antara para pihak dan objek perjanjian, sedangkan sifat bawaan dalam suatu perjanjian secara diam diam melekatkan perjanjian, sehingga menjamin tidak cacat dalam benda yang dijual atau bisa disebut juga Naturalia.

12

Lalu untuk perjanjian yang ditegaskan oleh para pihak seperti ketentuan-ketentuan mengenai domisili para pihak, hal yang diperjanjian secara tegas merupakan sifat yang melekat dalam perjanjian adalah Aksidentalia.

3. Jenis-jenis Perjanjian

Menurut Sutarno, perjanjian dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya:

a) Perjanjian Timbal balik

Perjanjian timbal balik adalah peranjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian. Maksudnya Pihak penjual berkewajiban menyerahkan barang yang dijual dan berhak mendapat pembayaran dan pihak pembeli berkewajiban membayar dan hak menerima barangnya.

b) Perjanjian sepihak

12 Ibid

(5)

Perjanjian sepihak adalah kesepakatan yang dicapai hanya dengan menanggung kewajiban kepada satu pihak. Misalnya, perjanjian hibah.

Dalam hibah ini, kewajiban hanya menjadi milik orang yang memberikan hadiah, yaitu pemberian hadiah, dan penerima tidak memiliki kewajiban.

c) Perjanjian dengan percuma

Perjanjian dengan percuma adalah perjanjian menurut hukum terjadi keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah dan pinjam pakai yang terdapat dalam pasal 1666 dan 1740 KUHPerdata

d) Perjanjian Konsensuil, riil dan formil

Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang dianggap sah apabila telah terjadi kesepakatan antara pihak yang membuat perjanjian. Sedangkan perjanjian riil adalah perjanjian yang membutuhkan kata sepakat dan barang yang di janjikan harus diserahkan kepada pihak lain. Terakhir perjanjian formil merupakan perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi dalam undang-undang perjanjian formil harus dibuat dengan bentuk tertulis berupa akta yang dibuat oleh notaris.

e) Perjanjian bernama atau khusus dan perjanjian tak bernama

Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah dijelaskan dalam KUHPerdata Buku ke tiga Bab V sampai dengan Bab XVIII.

Misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa, hibah dan lain - lain.

Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara

khusus dalam undang-undang. Misalnya kegiatan pembiayaan seperti

(6)

sewa guna usaha, perjanjian agen dan distributor serta perjanjian kredit.

13

Di dalam UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, perjanjian yang dilarang dibagi menjadi tiga belas jenis, sebagaimana disajikan berikut ini:

1) Perjanjian oligopoli, yaitu perjanjian yang dibuat antara pelaku usaha dengan pelaku usaha lainnya untuk secara bersama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa.

2) Perjanjian penetapan harga, yaitu perjanjian yang dilakukan oleh satu pelaku usahna dengan pelaku usaha lainnya yang menjadi pesaing sehat untuk menetapkan harga atau suatu barang yang akan dijual kepada konsumen atau pelanggan dalam satu pasar yang sama. Pengecualian dari ketentuan diatas adalah:

a) Suatu perjanjian yang usahanya patungan, dan

b) Suatu perjanjian yang didasarkan pada undang-undang yang berlaku.

3) Perjanjian dengan harga berbeda, yaitu perjanjian para pelaku usaha mengakibatkan pembeli dengan pembeli lainnya membayar dengan harga yang berbeda untuk barang atau jasa yang dibeli.

13 Sutarno. 2003. Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank. Bandung. Penerbit Alfabeta. Hal 82

(7)

4) Harga yang lebih rendah dari harga pasar, yaitu kesepakatan antara peserta niaga dengan pesaing niaga untuk menetapkan harga yang lebih rendah dari harga pasar, kesepakatan ini dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

5) Perjanjian bersyarat, yaitu kesepakatan yang dicapai antara pelaku niaga dengan pelaku niaga lainnya, yang menyatakan bahwa penerima barang dan / atau jasa tidak akan menjual atau menambah barang dan / atau jasa yang diterimanya.

6) Perjanjian pembagian wilayah, yaitu perjanjian yang dibuat antara pelaku usaha dengan pelaku usaha persaingnya yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa.

7) Perjanjian boikot adalah perjanjian yang dilarang antara pelaku komersial dan pelaku komersial pesaing, dengan tujuan untuk mencegah pelaku komersial lain menjalankan bisnis yang sama untuk tujuan pasar domestik dan luar negeri.

8) Perjanjian kartel, yaitu perjanjian yang dibuat antara pelaku usaha dengan pelaku usaha persaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang mengakibatkan persaiangan tidak sehat

9) Trust agreement, yaitu kesepakatan yang dicapai antara pelaku

usaha dengan pelaku usaha lainnya, melalui pembentukan

(8)

perusahaan patungan atau perusahaan besar untuk bekerja sama, dengan tetap menjaga kelangsungan hidup masing-masing perusahaan anggota.

10) Perjanjian oligopsony yaitu kesepakatan yang dicapai antara pelaku niaga dengan pelaku niaga lainnya untuk secara bersama- sama melakukan pengendalian pembelian atau penerimaan bahan guna mengendalikan harga komoditas dan / atau jas di pasar bersangkutan.

11) Perjanjian integrasi vertikal, yaitu kesepakatan yang dicapai antara pelaku usaha dengan pelaku usaha lainnya yang bertujuan untuk mengendalikan produksi berbagai produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan / atau jasa tertentu.

12) Perjanjian tertutup, yaitu perjanjian yang dibuat oleh para pelaku usaha yang mmebuat perjanjian dengan menerima barang atau jasa serta menyuplai barang atau jasa tersebut kepada pihak dan atau pada tempat tertentu.

13) Perjanjian dengan pihak asing, yaitu perjanjian yang dicapai antara pelaku niaga dengan pihak asing lainnya yang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan perilaku monopoli dan / atau persaingan tidak sehat.

Menurut Salim H.S, di antara berbagai perjanjian tersebut di

atas, jenis atau divisi yang paling mendasar adalah divisi

berdasarkan nama, yaitu kontrak nominaat dan kontrak innominaat.

(9)

Dari kedua kesepakatan tersebut lahir jenis kesepakatan lain, seperti bentuk, sumber, serta hak dan kewajiban. Misalnya, perjanjian penjualan, perjanjian persetujuan, obligor, dan lain sebagainya

14

4. Asas-Asas Perjanjian

Asas-asas didalam hukum perjanjian yang dibuat oleh para pihak memuat beberapa asas yaitu:

15

a) Asas kebebasan berkontrak

Asas kebebasan berkrontrak yaitu asas yang disimpulkan dalam KUHPerdata yang terdapat dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Maksud dari klausul di atas secara umum, bebas membuat perjanjian atau tidak, bebas membuat perjanjian dengan siapa pun, bebas menentukan bentuk dan ketentuannya, dan bebas menentukan bentuknya, yaitu dalam bentuk tertulis atau tidak tertulis dan sebagainya.

b) Asas Konsensualisme

adalah suatu perjanjian dengan kata sepakat tanpa adanya tindakan hukum lain di luar kesepakatan formal.

c) Asas I’tikad baik

Orang yang membuat kesepakatan harus melakukannya dengan itikad baik. Pengertian subjektif dapat diartikan sebagai kejujuran

14 Salim H.S. 2006. Hukum Kontrak. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika. Hal. 27-32

15 A. Qiram Syamsudin Meliala. 2005 Pokok-Pokok Hukum Perjanjian besera Perkembangannya.

Yogyakarta. Penerbit Liberty. Hal. 20

(10)

seseorang, yaitu kejujuran seseorang dalam kurum waktu melakukan perbuatan hukum. Sedangkan dalam arti obyektif, keikhlasan bermakna bahwa pelaksanaan suatu perjanjian hukum harus didasarkan pada kepatuhan terhadap pedoman atau segala sesuatu yang dianggap pantas dalam masyarakat.

d) Asas Pacta sun Servanda

Asas yang terkait dengan perjanjian yang mengikat dalam perjanjian. Perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak sesuai dengan hukum mengikat kedua belah pihak yang membuat perjanjian, dan perjanjian itu berlaku efektif menurut hukum. Tujuan asas dalam perjanjian ini tidak lebih dari untuk mendapatkan kepastian hukum bagi para pihak yang bersepakat.

e) Asas berlakunya suatu perjanjian

Suatu perjanjian yang hanya berlaku bagi para pihak yang membuat

perjanjian tersebut atau tidak berlaku bagi orang ketiga, keculi

perjanjian tersebut telah diatur dalam Undang-Undang, contohnya

perjajian antar keluarga. Asas yang berlaku dalam suatu perjanjian

diatur dalam Pasal 1315 KUH Perdata yang berbunyi: menetapkan

prinsip berlakunya suatu perjanjian, yang menyatakan: "Secara umum,

tidak ada yang dapat mengikat dirinya sendiri atau meminta persetujuan

atas namanya sendiri”

(11)

5. Wanprestasi dalam Perjanjian

Wanprestasi adalah tidak melaksanakan atau tidak memenuhi kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam suatu perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur.

16

Bentuk dari tidak memenuhi suatu perikatan perjanjian terbagi menjadi 4 bagian diantaranya adalah:

a) Tidak memenuhi prestasi sama sekali b) Terlambat memenuhi prestasi

c) Memenuhi prestasi tetapi tidak sempurna

d) Melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban atau isi perikatan

17

Menurut Prof. Subekti, wanprestasi yang dilakukan oleh debitur dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

1. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi atau diperjanjikan

2. Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjiannya tidak boleh dilakukan

18

16 Salim H.S, 2008, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta, Sinar Grafika, hlm 180

17 Komariah, 2019, Hukum Perdata, Malang, UMM Press, hlm 127

18 Ricardo Simanjuntak, 2006, Teknik Perancangan Kontrak Bisnis, Jakarta, PT Gramedia hlm.

183-184

(12)

Dalam sebuah perjanjian, fakta telah terjadi wanprestasi merupakan hal yang sangat penting bagi pihak yang dirugikan untuk mencari bukti bahwa telah terjadi wanprestasi, karena tanpa adanya pembuktikan tidak ada alasan bagi pihak yang dirugikan untuk meminta ganti rugi yang telah dideritanya.

19

Hal tersebut telah daitur dalam pasal 1243 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUHPer) berbunyi:

“penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah diwajibkan, bila debitur walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atua dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan.

20

Wanprestasi dalam suatu perjanjian sangatlah penting bagi pihak yang dirugikan karena untuk mengetahui kapan seseorang yang merugikan dikatan lalai atau tidak memenuhi prestasinya maka dalam hal itu harus diperhatikan tenggang pelaksanaan pemenuhan prestasi yang harus di dilaksanakan oleh seorang yang merugikan dan pada saat terjadi wanpreastasi dapat memilih diantara beberapa gugatan terhadapa seseorang yang merugikan, apakah menuntut pemenuhan perjanjian atau pemenuhan perjanjian yang ditambah dengan biaya kerugian yang dialami oleh kreditur atau menuntut pembatalan perjanjian melalui hakim.

19 Abdul Rasyid Saliman, 2007, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus, Jakarta, Prenada Media Grup, hlm 33

20 Prof. R Subekti, 2014, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, PT Balai Pustaka, hlm 325

(13)

B. Tinjauan Umum Tentang Arisan Online 1. Pengertian Arisan Online

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arisan yaitu suatu kegiatan yang mengumpulkan uang atau barang yang nilainya sama oleh sekelompok orang kemudian diundi agar bisa menentukan siapa yang memperoleh uang atau barang yang sudah dikumpulkan, undiannya dalam sebuah pertemuan dalam beberapa periode sampai semua anggotanya memperoleh uang atau barang yang sudah dikumpulkan.

21

Menurut sosiologis, arisana merupakan pola sosialisasi di lingkup masyarakat atau keluarga, teman maupun kerabat dekat. Karena arisan merupaka kegiatan yang membutuhkan lebih dari satu individu.

Dalam prakteknya arisan dilakukan sekelompok orang yang mengumpulkan uang atau barang secara teratur pada tiap periode yang sudah disepakati oleh semua anggita arisan, setelah uang terkumpul maka ada pengundian dimana salah satu dari kelompok itu akan memenangkan arisan tersebut. Penentu pemenang dilakukan dengan cara pengundian namun ada juga sekolompok arisan yang menetukan pemenangnya dengan menggunakan sistem perjanjian.

Pada perkembangan globalisasi saat ini praktik dan kebiasaan sebagian besar dilakukan menggunakan media sosial seperti halnya arisan yang dapat digunakan dengan menggunakan elektronik. Dalam perkembangan yang telah mengalami kemajuan, arisan memiliki berbagai

21 Kamus Besar Bahasa Indonesia

(14)

macam yang awalnya hanya suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat dan untuk berkumpul dalam mengundi arisan namu pada saat ini banyak masyarakat yang mengikuti arisan secara online dengan menggunakan elektronik.

Arisan online adalah arisan yang berbasis online dengan menggunakan elektronik, aplikasi online serta jaringan internet agar bisa terhubung ke para anggota arisan yang dilakukan oleh beberapa pihak dengan cara pemutaran uang, jumlah uang yang dikeluarkan setiap periode oleh setiap anggota dalam kegiatan arisan sama, maka jika ada salah satu orang yang menyerah dan tidak mampu membayar maka akan mempengaruhi anggota lainnya. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan kegiatan arisan sangat menguntungkan, tetapi dalam kegiatannya tidak akan lepas dari peran hukum terutama dalam hukum perdata yang mengatur tentang perjanjian/perikatan, didalam suatu perjanjian/perikatan masing masing ada satu hak dan kewajiban.

2. Pihak-Pihak Arisan Online serta Manfaat Arisan

Arisan online, sama halnya dengan transaksi jual beli yang sering dilakukan di dunia nyata, yang dilakukan oleh beberapa pihak yang sedang tidak tatap muka secara langsung melainkan dengan berhubungan dengan adanya jaringan internet. Dalam ini pihak yang sangat berpengaruh dalam kegiatan transaksi arisan online sebagai berikut:

a) Owner arisan

(15)

Adalah satu pihak yang ditunjuk oleh peserta arisan dan telah disepakati oleh peserta arisan untuk mengatur jalannya kegiatan arisan dalam sebuah perjanjian

b) Peserta arisan

Adalah seluruh anggota yang telah sepakat dan telah terikat dengan siatu perjanjian untuk mengadakan kegiatan arisan

c) Bank

Adalah penyalur transaksi untuk menyimpan uang oleh owner arisan dan anggota arisan karena transaksi dalam kegiatan arisan online peserta dan owner tidak bertatap muka secara langsung dikarenakan lokasi yang berbeda maka dalam hal itu pembayaran dilakukan melalui perantara bank.

d) Media sosial

Adalah media online yang para penggunanya dengan mudah membagikan, menciptakan serta berpartisipasi dengan mudah menggunakan blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual.

Media sosial menggunakan teknologi web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif berupa teks. Beberapa situs media sosial yang sangat populer hingga saat ini yaitu, instagram, whatsapp, facebook, line, dan twitter.

Kegiatan arisan telah menjadi Gaya hidup masyarakat umum yang

nominalnya dari puluhan ribu hingga puluhan juta dan diadakan dari tingkat

RT hingga bertempat di hotel berbintang. Banyak yang berpendapat

(16)

bahwasannya kegiatan arisan tidak produktif dan membuang waktu.

Padahal kegiatan arisan tersebut sebagai ajang berkumpul serta banyak manfaat positif yang dapat dipetik dari kegiatan arisan yaitu, diantaranya:

a) Memperluas jaringan serta mempunyai kesempatan untuk melakukan sosialisasi

b) Mendapatkan kepastian yang jelas nilainya yang berupa uang atau barang

c) Sebagai sarana untuk memasarkan sesuatu atau ajang promosi d) Sarana untuk berlatih menabung

e) Bisa saling bertukar informasi

f) Menumbuhkan rasa setia kawan karena saling tolong-menolong dalam membentuk melakukan kerja sama dalam mengumpulkan uang iuran arisan dan meringankan beban terhadap anggota arisan.

3. Jenis-Jenis Arisan Online

Perkembangan arisan dari masa ke masa banyak mengalami perubahan. Sesuai dengan perkembangannya banyak kegiatan arisan yang dilakukan oleh masyarakat diantaranya kegiatan arisan uang dan kegiatan arisan barang.

22

1. Arisan Uang, jenis arisan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan nominal tergantung kesepatan para peserta arisan. Sebelum uang terkumpul pada awal kegiatan arisan diadakan undian untuk

22 Hilman Adi Kusuman. 1990. Hukum Perjanjian Adat, Bandung. Penerbit PT Citra Adiya Bakti.

Hal. 85

(17)

menetukan nomor urut anggota yang berhak mendapatkan uang tersebut. arisan uang dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

a) Arisan biasa

Adalah arisan yang telah disepakati dari awal untuk pemenang arisan di awal mendapatkan pinjaman tanpa bunga, sedangkan pemenang di akhir yang memberi pinjaman tanpa bunga.

b) Arisan Tembak

Arisan tembak atau sering disebut juga sebagai arisan lelang, arisan jenis ini juga sudah banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Pada dasarnya arisan tembak pemenangnya dipusatkan pada tingkat kebutahan anggotanya.Artinya dapat dipastikan pemenangnya adalah anggota yang sedang membutuhkan uang.

23

c) Arisan sistem gugur

Adalah sekelompok orang yang menyetorkan dana secara periodic dalam jangka waktu tertentu, dimana anggota yang telah putus atau memperoleh arisan tidak diwajibkan untuk membayar tagihan. Mekanismenya, pengelola mengumpulkan sejumlah orang dan menetapkan nominal setoran perbulan dalam jangka waktu. Misal arisan dengan iuran Rp. 500.000,- selama 36 perbulan. Pengundiannya dapat dilakukan setiap bulan atau empat bulan sekali.

23 Macam-Macam Arisan yang menguntungkan, https://www.futuready.com/artikel/all-about- money/macam-macam-arisan-yang-menguntungkan/, diakses pada tanggal 22 Juni 2020

(18)

d) Arisan Sistem Menurun

Adalah merujuk pada nominal yang tidak sama dengan para anggota yang lain

e) Arisan online

Adalah mempunyai resiko paling tinggi karena rawan penggelapan

f) Arisan lotre

Adalah arisan yang menggunakan system kocok menggunakan dadu atau kertas.

2. Arisan barang, banyak jenis barang yang bisa dijadikan arisan barang oleh masyarakat. Seperti: gula, minyak dan alat rumah tangga lainnya. Contoh: sekelompok arisan didaerah rumah saya mengadakan arisan gula dan minyak goreng dengan jangka waktu kurang lebih 10 bulan dengan satu kali bayar kepada owner seharga Rp. 100.000,-

3. Arisan spiritual, adalah arisan dengan nominal uang, tetapi perolehannya dari kegatan arisan tersebut bukan uang melainkan suatu barang yang dapat meningkatkan keimanan serta ketaqwaan kepada Allah SWT. Yaitu, memperoleh hewan qurban atau tiket menunaikan ibadah haji/umroh

4. Arisan berantai, Seperti yang sering kita temui fotokopi-fotokopi di

ATM, di Tempat-tempat umum biasanya memang sengaja di tinggal,

ada sistem kerjasama dengan ikhlas memberikan transfer senilai

(19)

uang , dan kita harus jujur, kalau mau mengikuti program itu harus mentransfer ke 4 orang dulu rekening yang tertera disana, setelah nanti kita gabung kita keluarkan 1 nama member terdahulu diantara 4 nama itu, lalu memasukkan nama kami dalam akun anggota terbaru, jika ingin mendapatkan transfer dari orang lain silahkan sebarkan fotokopi dan sebagainya biasanya nominal sistem arisan ini antara 20.000 s/d 50.000, saat ini Arisan berantai ini pun mengikuti perkembangan teknologi sudah ada yang membuat script nya di website, dan mereka masing- masing menamai programnya, ada yang menggunakan Bank tertentu dll, Banyak yang bilang konsep Arisan Berantai ini adalah gagasan dari seorang Perencana Keuangan bernama Safir Senduk.

24

4. Alat Bukti dalam Arisan Online

Alat bukti arisan online merupakan alat untuk membuktikan jika didalam suatu kegiatan perjanjian terjadi wanprestasi atau prestasinya tidak di laksanakan oleh kedua belah pihak. Alat bukti yang sah dalam perkara perdata telah diatur dalam pasal 1866 KUHPerdata dan pasal 164 Herzien Inlandsch Reglement (HIR) yaitu Surat, Saksi, Persangkaan, Pengakuan, dan Sumpah.

Alat bukti tertulis merupakan salah satu alat bukti dalam perkara perdata, Adapun alat bukti tertulis elektronik yang sah yaitu kertas struk

24 Jenis-jenis arisan https://www.kaskus.co.id/thread/51fa2bfc1acb17756a000005/jenis--- jenisarisan/ diakses pada tanggal 22 Juni 2020

(20)

bukti transaksi yang telah dicetak oleh mesin Automatic Teller Machine (ATM). Hal ini telah disinggung dalam pasal 5 Ayat (1) UU ITE yaitu:

“Informasi eletronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

Adapun alat bukti transaksi elektronik yang diatur dalam UU ITE terdapat dalam pasal 5, pasal 6 dan pasal 44 yang berbunyi sebagai berikut:

a) Pasal 5 (2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia. (3) Jika sistem elektronik yang digunakan sesuai dengan ketentuan undang- undang ini, informasi elektronik dan / atau dokumen elektronik dinyatakan sah. (4) Ketentuan mengenai informasi elektronik dan / atau dokumen elektronik pada ayat (1) tidak berlaku untuk:

Surat yang dikeluarkan secara tertulis menurut undang-undang;

dan b. Surat dan dokumen yang harus dibuat dalam bentuk akta notaris atau akta perjanjian bersama yang dibuat oleh notaris sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b) b) Pasal 6 Jika terdapat ketentuan selain yang ditentukan dalam

Pasal 5 ayat (4) yang mensyaratkan informasi dalam bentuk

tertulis atau asli, informasi elektronik dan / atau arsip elektronik

dianggap sah selama dianggap valid. Dapat mengakses,

(21)

menampilkan konten yang terkandung di dalamnya, dan memastikan integritasnya, serta dapat menjelaskan situasinya.

c) Pasal 44 Alat bukti penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan menurut ketentuan Undang-Undang ini adalah sebagai berikut: a. alat bukti yang dimaksud sebagaimana ketentuan Perundang-undangan; dan b. Informasi dan / atau alat bukti elektronik lainnya berupa dokumen elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 1 dan 4, serta Pasal 5 ayat (1), (2), dan (3).

Namun menurut pasal 5 ayat (4) dijelaskan bahwa tidak semua alat bukti yang berbentuk elektronik dapat dikategorikan sebagai alat bukti yang sah dalam beberapa hal yaitu: a) surat yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan b) surat beserta dokumen pendukungnya yang menurut Undang-undang tersebut harus dibuat dalam bentuk akta oleh notaris dibuat oleh pejabat yang mengeluarkan akta tanah

C. Tinjauan Tentang Upaya untuk Menekan Potensi Wanprestasi 1. Ketentuan dalam Menekan Potensi Wanprestasi

Perjanjian hakikatnya merupakan perbuatan hukum masyarakat

untuk saling mengikatkan dirinya satu sama lain. Sebagai sarana saling

mengikatkan diri satu sama lain, perjanjian mempersyaratkan terjadinya

kata sepakat dari para pihak. Kata sepakat dalam perjanjian dapat dilihat

(22)

sebagai prasyarat dasar yang pada hakikatnya tidak bermakna formalitas tetapi menganung makna yang jauh lebih esensial.

Didalam kata sepakat mengandung makna dari masing-masing pihak untuk saling meyakinkan, saling menepati janji. Kata sepakat juga terkandung makna adanya kepastian hukum. Dalam konteks perjanjian, kepastian hukum hakikatnya merupakan jaminan yaitu apa yang telah disepakati bersama dalam perjanjian dan dapat terlaksana sesuai dengan janji para pihak. Adanya jaminan memberikan manfaat dan keuntungan untuk para pihak. Dengan demikian makna dari kata sepakat yaitu adanya jaminan yang saling bermanfaat bagi para pihak.

Adapun kata sepakat mengandung makna keinginan para pihak untuk saling megikatkan diri yang akan menimbulkan kepercayaan bahwa perjanjian akan dipenuhi oleh masing-masing pihak.

Kesepakatan Kesepakatan juga menjadi faktor penting dalam pembentukan kontrak / kesepakatan, biasanya dinyatakan dengan kesepakatan dan disertai tanda tangan sebagai bukti kesepakatan atas segala sesuatu yang tertuang dalam kesepakatan tersebut.

Kesepakatan dapat dibuat dalam 2 bentuk yaitu, kesepakatan secara tertulis dan kesepatan secara lisan, menurut Sudikno Mertokusomo terdapat 5 (lima) cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak diantaranya:

25

25 Sutikno Mertokusumo, 1987, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta,Penerbit Liberty Yogyakarta, hal 7

(23)

a) Bahasa yang sempurna dan tertulis b) Bahasa yang sempurna secara lisan

c) Bahasa yang tidak sempurna asal diterima oleh pihak lawan d) Bahasa isyarat kausal dapat diterima oleh pihak lawannya

e) Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima oleh pihak lawan

Perjanjian dapat dibuat secara tertulis maupun lisan oleh kedua belah pihak. Kedua cara tersebut tetap memiliki kekuatan mengikat para pihak dan tetap menimbulkan hak dan kewajiban dari para pihak yang saling mengikat. Namun hal ini harus diperhatikan dalam hak pembuktiannya yang telah diatur dalam pasal 1866 KUHPerdata yang sudah dijelaskan sebelumnya. Jika perjanjiannya dilakukan secara tertulis lebih mudah dalam membuktikannya meskipun ada alternatif lain dalam membuktikan jika perjanjiannya dibuat secara lisan.

Menurut hasanuddin Rahmat perjanjian sebaiknya dilakukan dalam bentuk tertulis dengaan beberapa alasan yaitu:

26

a) Perjanjian tertulis adalah alat untuk menunjukkan perjanjian tersebut memenuhi persyaratan hukum perjanjian

b) Perjanjian tertulis dapat digunakan sebagai alat untuk saling memantau para pihak dalam melaksanakan perjanjian atau melakukan wanprestasi

26 Hasanuddin Rahmad,2000, Legal Drafting, Bandung, Citra Aditya Bakti, hal. 2

(24)

c) Perjanjian tertulis sengaja dibuat agar lebih mudah mengajukan ganti rugi kepada pihak yang merasa dirugikan.

Para pihak yang telah mencapai kata sepakat harus memenuhi beberapa syarat-syarat, syarat tersebut dibedakan menjadi dua macam yaitu, syarat formal dam syarat materil. Syarat formil dalam memenuhi kata sepakat dalam suatu perjanjian diantaranya:

27

a) Identitas para pihak pada saat membuat perjanjian b) Kewenangan para pihak dalam mencapai kesepakatan

c) Kecakapan para pihak sudah sesuai dengan hukum atau belum d) Objek yang dijanjikan

e) Kehalalan objek yang dijanjikan

f) Waktu dan tempat para pihak melakukan perjanjian

g) Alat bukti para pihak dalam mencapai kesepakatan sebagai bukti penyelesaian sengketa.

Sedangkan syarat materill dalam memenuhi kata sepakat dalam suatu perjanjian diantaranya:

28

a) Kejelasan para pihhak dalam menyampaikan keinginan masing- masing

b) Keinginan para pihak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku

27 Isdian Anggraieny dan Sholahuddin Al-Fatih, Kata Sepakat Dalam Perjanjian dan Relevansinya Sebagai Upaya Pencegahan Wanprestasi, Surabaya, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 5 Nomor 1, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Surabaya

28 Ibid

(25)

c) Perjanjian tidak tersesat, tidak dipaksa, tidak tertipu dan tidak diberikan karena penyalagunaan keadaan

d) Menerima dan mempercayai pihak lain dalam perjanjian sesuai dengan kemauan

e) Kedua belah pihak dengan jelas menyatakan bahwa mereka setuju dengan semua isi perjanjian.

2. Sanksi Wanprestasi

Jika debitur melakukan wanprestasi dalam suatu perjajiannya maka sanksi atau hukuman yang diterima oleh debitur dibedakan menjadi 4 (empat) bagian diantaranya:

29

a) Dipaksa untuk memenuhi perikatan

b) Membayar kerugian yang diterima oleh kreditur

Menurut pasal 1246 KUHPerdata, ganti rugi yang dibebankan oleh debitur dibagi menjadi 2 (dua) bagian diantaranya:

1) Kerugian yang nyata diderita oleh kreditur disebut dengan damnun emergwns

2) Keuntungan yang harusnya diperoleh disebut lucrum cesans c) Pembatalan atau pemecahan perikatan

Tujuan pembatalan perjanjian yaitu kedua belah pihak kembali pada saat awal perjanjian. jika pada saat awal perjanjian suatu pihak menerima sesuatu dari pihak lain baik itu uang atau barang maka hal itu harus dikembalikan.

29 Komariah, 2019, Hukum Perdata, Malang, UMM Press Hal 127

(26)

d) Peralihan resiko

Hal tersebut telah diatur dalam Pasal 1237 ayat 2 KUHPerdata, yang dimaksud dengan resiko yaitu kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang yang menjadi objek perjanjian

e) Membayar biaya perkara kalau sampai diperkarakan di Pengadilan Dalam ketentuan pasal 181 Ayat (1) HIR dijelaskan bahwa “pihak yang dikalahkan wajib membayar biaya perkara”

Adapun debitur yang melakukan wanprestasi, kreditur dapat memilih tuntutan atau hukum sebagai berikut:

30

a) Perjanjiannya harus dipenuhi

b) Perjanjiannya harus dipenuhi dan membayar ganti rugi c) Membayar ganti rugi saja

d) Pembatalan perjanjian yang telah disepakati e) Pembatalan perjanjian dan membayar ganti rugi

30 Ibid

Referensi

Dokumen terkait

Berlainan dengan hubungan yang menyatakan hubungan perluasan pada kalimat majemuk setara yang memakai dan , hubungan perluasan memakai tetapi menyatakan bahwa

Kosmetik merupakan hal yang paling ditakuti sekaligus paling disukai dalam arti kosmetik merupakan hal yang paling disukai wanita apabila saat mengunakan kosmetik tidak

Secara umum hal yang menjadi hambatan dalam pengembangan pepaya Merah Delima, yaitu perbenihan yang belum mencukupi, hama penyakit yang komplek, penguasaan teknologi

Kesimpulan : Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan (1) Daya kecambah paling tinggi diperoleh pada perlakuan yang disimpan di ruang kamar dengan

Menyiapkan SDM Vokasi Abad 21” Jurusan PTBB FT UNY, 15 Oktober 2016 129 Berdasarkan hasil deskriptif yang telah disebutkan di atas, bahwa diantara ketiga perlakuan tidak

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata'ala atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

Mencermati hubungan kausalitas tersebut, dapat diintrepretasikan bahwa harga minyak goreng sawit di pasar dunia tidak dipengaruhi secara signifikan oleh harga

Dalam penelitian ini, pengkategorian otomatis artikel ilmiah dilakukan dengan menggunakan kernel graph yang diterapkan pada graph bipartite antara dokumen artikel