• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam pembangunan ekonomi dapat diamati dan dianalisis.2 Dengan cara tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya.

Indonesia sebagai negara berkembang yang perhatian utamanya yaitu pada pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan, yang keduanya dianggap sama pentingnya namun untuk diwujudkan secara bersamaan sangat sulit untuk dicapai, terlebih apabila hanya berfokus pada salah satunya saja pasti akan membuat sebuah trade off yang mengorbankan lainnya. Pembangunan ekonomi suatu negara bisa dikatakan membawa dampak positif atau bahkan negatif bagi sebuah negara, dampak yang sering terjadi yaitu ketimpangan antar wilayah atau antar daerah. Ketimpangan

2 Arsyad Lincolin, Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima, (UPP STIM YKPN Yogyakarta:

2010), hal. 7

(2)

antar wilayah atau daerah ini sering terjadi dan memeberikan permasalahan serius terutama pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah lain.

Ketimpangan pendapatan merupakan masalah yang dihadapi oleh berbagai negara baik negara berkembang maupun negara maju sekalipun.

Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya suatu ketimpangan yang terjadi, serta solusi dari tingkat kesulitan yang dialami.3 Ketimpangan di negara berkembang telah menjadi topik utama sebagai bahan dasar dalam menentukan arah kebijakan yang telah terjadi. Hal ini dimaksudkan karena terjadinya tendensi bahwa dengan ketentuan-ketentuan pembangunan yang memprioritaskan pertumbuhan ekonomi sudah banyak menimbulkan maraknya tingkat disparitas dalam masyarakat.

Secara teoritis, tingginya pertumbuhan ekonomi nantinya akan beresiko terhadap perbedaan distribusi pendapatan dalam suatu wilayah.

Ketimpangan atau disparitas pendapatan itu erat kaitannya dengan pemerataan dalam hal penyaluran pendapatan yang diberikan oleh masing- masing masyarakat dalam satu daerah atau negara.4 Apabila ketimpangan pendapatan semakin meningkat maka distribusi pendapatan masyarakat suatu daerah akan mengalami timpang atau ketidakmerataan. Hal itu menimbulkan adanya disekuilibrium (gap) yang semakin melebar antara masyarakat baik dari kelompok kaya dengan pendapatan tinggi maupun

3 M.L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 5

4 Amri, “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan : Panel Data 8 Provinsi di Sumatera,” Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Teknologi (EMT), 1(1) 2017, hal. 1–11.

(3)

kelompok miskin dengan pendapatan rendah.

Ketimpangan pendapatan terjadi tidak hanya pada daerah perkotaan yang cakupannya besar dan luas. Akan tetapi terjadi pada lingkup yang tidak terlalu besar yaitu provinsi DIY Yogyakarta. Padahal provinsi D.I.

Yogyakarta hanya memiliki 5 daerah yang terbagi atas 4 kabupaten dan 1 kota justru merupakan wilayah dengan tingkat ketimpangan pendapatan tertinggi di Indonesia.

Fakta ini berdasarkan Gambar ketimpangan pendapatan sebagai berikut:

Gambar 1.1

Daftar 10 provinsi dengan Ketimpangan Pendapatan tertinggi di Indonesia tahun 2021

Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/21 Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ketimpangan tingkat

(4)

pengeluaran antar penduduk Indonesia paling kaya dan miskin telah mengalami perbaikan. Ini terlihat dari angka rasio gini yang sebesar 0,381 pada September 2021. Yogyakarta masih menjadi provinsi dengan rasio gini tertinggi di Indonesia. Rasio gini di provinsi kesultanan ini melampaui rata- rata ketimpangan nasional, yaitu mencapai 0,436. Ketimpangan terbesar selanjutnya berasal dari Jakarta negara dengan indeks 0,411. Kemudian disusul Gorontalo sebesar 0,409, Jawa Barat 0,406, dan Papua 0,396.

Sementara provinsi dengan ketimpangan terendah berasal dari Bangka Belitung. Rasio gini di Bangka Belitung hanya 0,247. Nilai rasio gini berada di antara 0 hingga 1. Semakin tinggi rasio gini, maka semakin tinggi ketimpangan.

PDRB Perkapita merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan. Perbedaan tinggi rendahnya PDRB per kapita yang dimiliki tiap kab/kota pada provinsi menyebabkan terjadinya ketidakmerataan. Hal ini diindikasikan dapat menyebabkan ketimpangan. Menurut Sukirno, PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya.1 Oleh karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut.

PDRB Perkapita sebagai indikator tingkat kesejahteraan penduduk suatu wilayah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik di Indonesia terlihat adanya perbedaan laju pertumbuhan PDRB diantara provinsi-provinsi yang

(5)

terdapat di Pulau Jawa dan Bali. Dilihat dari nilainya, terlihat bahwa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berada di peringkat terbawah diantara enam provinsi lainnya. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam lima tahun terakhir tumbuh 5,23% per tahun. Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masih tergolong lambat dibandingkan provinsi lainnya di pulau Jawa dan Bali.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memiliki hubungan negatif dengan ketimpangan pendapatan, yang artinya semakin tinggi nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maka semakin rendah tingkat ketimpangan pendapatan. Begitu juga sebaliknya.5 Tingginya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan keberhasilan suatu wilayah atau daerah dalam mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dan yang tersedia, sehingga dapat mengurangi ketimpangan pendapatan.

Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), faktor terduga yang mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan adalah Indeks Pembangunan Manusia. Indeks pembangunan manusia menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Nilai IPM yang tinggi mengindikasikan pembangunan manusia yang baik, salah satunya pendidikan, dimana pendidikan formal yang semakin tinggi akan

5 Hartono dkk, “Pengaruh produk domestik regional bruto (pdrb) dan upah minimum kota (UMK) terhadap penyerapan Tenaga Kerja”, INOVASI, 14 (1) 2018, hal. 36

(6)

meningkatkan produktifitas dan pendapatan.6 Maka dengan demikian, IPM dan distribusi pendapatan saling berhubungan.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik bahwa pemerataan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau dikenal Human Development Index (HDI) di Pulau Jawa dan Bali terdapat perbedaan IPM

antar provinsi di wilayah ini. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi di Indonesia diketahui bahwa IPM antar provinsi di wilayah Jawa dan Bali mengalami peningkatan. Terutama DIY Yogyakarta pada tahun 2019 dengan poin 68,22, pada 2020 dengan poin 68,92 dan terus meningkat pada 2021 sebesar 69,47.

Perbedaan ini dapat menjadikan IPM sebagai salah satu alat untuk mengukur ketimpangan pendapatan. Terdapat tiga indikator yang menjadi komposisi sebagai perbandingan pengukuran IPM yakni, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan standar kehidupan dimana ketiga ini saling mempengaruhi satu sama lain. Jadi, untuk meningkatkan IPM pemerintah harus memperhatikan ketiga unsur tersebut disamping itu perlu juga diperhatikan faktor-faktor pendukung lainnya, seperti kesempatan kerja, infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi.

Ketimpangan pendapatan dan kemiskinan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ketimpangan distribusi pendapatan merupakan masalah utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan distribusi pendapatan

6 Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima. (UPP STIM YKPN Yogyakarta, 2010), hal. 83

(7)

antara kelompok berpenghasilan tinggi dan rendah, dan jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan atau di bawah garis kemiskinan. Atau ketimpangan pendapatan yang terjadi di perkotaan dan perdesaan, salah satunya adalah kesempatan kerja di industri primer, dimana wilayah perkotaan lebih melimpah dari pada pedesaan. Seperti yang ungkapkan oleh Arsyad, tidak tercapainya pengurangan yang berarti pada angka kemiskinan mengakibatkan ketimpangan dalam distribusi pendapatan di Negara berkembang semakin meningkat.7 Oleh sebab itu, penurunan kemiskinan sangat diperlukan, agar ketimpangan pendapatan di masyarakat semakin rendah.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I. Yogyakarta) mencapai 168.820 orang pada September 2021. Jumlah ini menurun 6,3%

dari Maret 2021 yang sebanyak 158.580. Penurunan jumlah penduduk miskin ini juga diikuti dengan turunnya tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan D.I. Yogyakarta menjadi 11,91% pada September 2021 dari 12,8% pada Maret 2021. Ini pertama kalinya tingkat kemiskinan kembali di bawah 12% sejak awal pandemi Maret 2020. Pada Maret 2020, tingkat kemiskinan di provinsi ini tercatat sebesar 12,28%. Tingkat kemiskinan meningkat menjadi 12,8% pada September 2020 dan tidak berubah pada Maret 2021. Tingkat kemiskinan terendah D.I. Yogyakarta tercatat pada September 2019 sebesar 11,44%. Jika dibandingkan dengan provinsi di

7 Arsyad, Lincolin. Ekonomi Pembangunan. ….,

(8)

Jawa lainnya, D.I. Yogyakarta merupakan provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi. Jawa Tengah di posisi kedua dengan 11,25% dan Jawa Timur ketiga dengan 10,59%.

Alasan pengambilan objek penelitian provinsi DIY Yogyakarta diantaranya adalah salah satu provinsi dengan tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan tertinggi di Indonesia. Padahal DIY Yogyakarta merupakan provinsi yang tidak terlalu luas. D.I. Yogyakarta hanya memiliki 5 daerah yang terbagi atas 4 kabupaten dan 1 kota justru merupakan wilayah dengan tingkat ketimpangan pendapatan tertinggi. Ketimpangan distribusi pendapatan yang dibiarkan secara terus menerus tersebut akan membawa pengaruh yang merugikan, yang mendominasi pengaruh yang menguntungkan, seperti dapat mengakibatkan adanya kecemburuan sosial antar daerah dan mengganggu kestabilan perekonomian.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui apakah PDRB perkapita, indeks pembangunan manusia, dan kemiskinan berpengaruh terhadap ketimpangan distribusi pendapatan secara parsial maupun bersama- sama. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh PDRB Perkapita, Indeks Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Provinsi D.I.

Yogyakarta Tahun 2010 - 2021”.

B. Identifikasi Masalah

Dilihat dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan mengklasifikasi masalah sebagai berikut :

(9)

1. Yogyakarta masih menjadi provinsi dengan rasio gini tertinggi di Indonesia, melampaui rata-rata ketimpangan nasional, yaitu mencapai 0,436.

2. Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masih tergolong lambat dibandingkan provinsi lainnya di pulau Jawa dan Bali, dalam lima tahun terakhir tumbuh 5,23% per tahun.

3. Skor IPM di D.I. Yogyakarta tercatat meningkat 0,65% dibandingkan pada 2020 yang sebesar 86,61. Skor IPM di D.I. Yogyakarta bahkan berada di atas rata-rata nasional yang sebesar 72,29 pada tahun lalu.

4. Tingkat kemiskinan terendah D.I. Yogyakarta tercatat pada September 2019 sebesar 11,44%. Jika dibandingkan dengan provinsi di Jawa lainnya, D.I. Yogyakarta merupakan provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi.

C. Keterbatasan Masalah

Dilihat dari latar identifikasi masalah di atas, maka peneliti akan membatasi masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini menganalisis variabel yang dapat mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010 - 2021 yaitu PDRB perkapita, indeks pembangunan manusia, dan kemiskinan berdasarkan teori oleh Sjafrizal mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan.

2. Penelitian ini hanya mengukur seberapa besar pengaruh PDRB perkapita,

(10)

indeks pembangunan manusia, dan kemiskinan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010 – 2021 secara parsial maupun simultan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah PDRB perkapita, indeks pembangunan manusia, dan kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010 - 2021?

2. Apakah PDRB perkapita berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010 - 2021 ? 3. Apakah indeks pembangunan manusia berpengaruh signifikan

terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi D.I.

Yogyakarta tahun 2010 - 2021?

4. Apakah kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010 - 2021 ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka peneliti dapat memaparkan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan antara PDRB perkapita, indeks pembangunan manusia, dan kemiskinan terhadap

(11)

ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010 - 2021.

2. Untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan antara PDRB perkapita terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi D.I.

Yogyakarta tahun 2010 - 2021.

3. Untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan antara indeks pembangunan manusia terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010 - 2021.

4. Untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan antara kemiskinan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi D.I.

Yogyakarta tahun 2010 - 2021.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian adalah : 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para akademisi khususnya mahasiswa dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada bidang ekonomi syariah tentang PDRB perkapita, indeks pembangunan manusia, dan kemiskinan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Pemerintah/pengambil kebijakan Ekonomi Makro

Diharapkan dapat menjadikan masukan bagi Pemerintah atau

(12)

pengambil kebijakan Ekonomi Makro dalam perumusan kebijakan atau pengambilan keputusan terkait pengaruh PDRB perkapita, indeks pembangunan manusia, dan kemiskinan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan, sehingga Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia dan khususnya di Provinsi D.I. Yogyakarta berjalan dengan tepat.

b. Bagi Akademik

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan keilmuan khususnya di bidang Pertumbuhan Ekonomi dan sebagai bahan referensi serta tambahan pustaka pada perpustakaan UIN SATU Tulungagung.

c. Bagi Peneliti lain

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti dalam bidang ekonomi syariah khusunya mengenai pengaruh PDRB perkapita, indeks pembangunan manusia, dan kemiskinan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan.

G. Penegasan Istilah

Supaya mudah dipahami dan untuk memudahkan pembahasan selanjutnya, maka terlebih dahulu penulis akan mengemukakan pengertian beberapa istilah kunci dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut :

1. Penegasan Konseptual

a. PDRB Perkapita merupakan indikator pertumbuhan ekonomi yaitu

(13)

suatu proses kenaikkan output nasional suatu periode tertentu terhadap periode sebelumnya. PDRB per kapita dapat dijadikan sebagai salah satu indikator guna melihat keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah.8

b. Indeks Pembangunan Manusia adalah capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak.9

c. Kemiskinan adalah adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan.10

d. Ketimpangan Distribusi Pendapatan merupakan Ketimpangan distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapatan antara masyarakat atau daerah yang maju dengan daerah yang tertinggal.11

2. Penegasan Operasional

Secara operasional penelitian ini secara kuantitatif yang berfokus pada pengaruh PDRB perkapita, indeks pembangunan manusia, dan kemiskinan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi D.I.

8 BPS, Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2014-2018, (Jakarta: BPS, 2019), hal. 11

9 Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalteng 2017, (Lampung: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2017), hal.29

10 Subandi, Ekonomi Pembangunan, (Yogyakarta: Alfabeta 2012), hal.78.

11 M.L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan…, hal. 6

(14)

Yogyakarta tahun 2010 - 2021. Ketimpangan distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapatan antara masayarakat atau daerah yang maju dengan daerah yang tertinggal. Naik turunnya ketimpangan distribusi pendapatan disebabkan oleh beberapa faktor.

Dalam penelitian ini adalah PDRB perkapita, indeks pembangunan manusia, dan kemiskinan. PDRB merupakan nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah.

Adapun indeks pembangunan manusia untuk mengukur capaian pembangunan manusia berbasis kualitas hidup. Sedangkan kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan.

H. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini disusun menjadi tiga bagian yaitu : bagian awal, bagian utama dan bagian akhir.

1. Bagian Awal

Terdiri dari Halaman Sampul Depan, Halaman Judul, Halaman Persetujuan, Halaman Pengesahan, Motto, Halaman Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran, dan Abstrak.

2. Bagian Utama

Bagian ini terdiri dari lima bab yaitu:

Bab I Pendahuluan Diuraikan menjadi beberapa sub bab yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan

(15)

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup keterbatasan penelitian, penegasan istilah dan sistematika pembahasan.

Bab II Landasan Teori yang membahas semiua variabel yang didasarkan pada teori dan kajian penelitian terdahulu, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.

Bab III Metodologi Penelitian yang mencakup beberapa sub bab yaitu jenis penelitian, populasi, sampling dan sampel penelitian, sumber data, variabel dan skala pengukurannya, teknik pengumpulan data dan instrument penelitian, serta analisis data.

Bab IV Hasil penelitian (yang berisi deskripsi data dan pengujian hipotesis). Dalam bab ini dijelaskan mengenai hasil penelitian yang selanjutnya pada bab kelima akan dibahas mengenai pembahasan dari hasil penelitian tersebut.

Bab V Pembahasan data penelitian dan hasil analisis data. Di bab ini akan diuraikan secara lengkap mengenai hasil penelitian dan akan disimpulkan bab keenam.

BAB VI Penutup. Kesimpulan dan saran atau rekomendasi.

3. Bagian Akhir

Terdiri dari Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran, dan Daftar Riwayat Hidup.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka mengendalikan usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan terhadap masyarakat serta untuk menjaga kelestarian lingkungan sesuai

Dalam kenyataan teologi Natural, alasan yang lebih mendasar dari pengalaman langsung bagiamana manusia dapat mengetahui Tuhan secara langsung dengan intuisi atau pengamatan

Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya

245 TK MARDIRINI 1 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 246 TK MARDIRINI 2 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 247 TK MARDISIWI MRANGGEN KECAMATAN MRANGGEN 248 TK MARGO UTOMO

Maka karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan memiliki sikap sesuai aspek dan karakteristik OCB dalam bekerja karena kepuasan yang tinggi akan mendorong

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan berkah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PENGARUH KUALITAS NILAI

Berdasarkan hasil uji coba dari operasi date implementasi SQL dari database Nilai Mahasiswa dapat disimpulkan sebagai berikut: 1). Operasi date yang digunakan

Analisis curah hujan bulan Juni 2021 pada umumnya adalah 5 - 300 mm, sedangkan jumlah curah hujan tertinggi sebesar 562.5 mm dengan 7 hari hujan terjadi di