• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan (Ifada & Kurniawan, 2011). Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang terbebas dari rekayasa atau kebohongan dan berisi informasi sesuai dengan fakta yang sebenarnya terjadi. Dalam pelaporan keuangan yang menjadi salah satu poin utama yaitu informasi laba yang menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu, juga sebagai tolak ukur bagi para investor yang digunakan untuk mengambil keputusan pada saat akan berinvestasi di suatu perusahaan. Investor dan kreditor sebagai pengguna laporan keuangan dapat menggunakan informasi laba dan komponennya untuk membantu dalam hal mengevaluasi kinerja perusahaan, memperkirakan laba atau keuntungan jangka panjang, memprediksi laba dimasa yang akan mendatang, memperkirakan resiko investasi atau pinjaman perusahaan.

Dari penjelasan tersebut diperlukannya manajemen laba.

Manajemen laba merupakan tindakan manajemen berupa intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pribadi dan meningkatkan nilai perusahaan. Praktik manajemen laba (earnings managements) cenderung dilakukan oleh manajer yang mengakibatkan

timbulnya perilaku menyimpang. Secara konseptual, apa yang dilakukan oleh manajer masih bisa diterima jika masih dalam ruang lingkup akuntansi, dengan kata lain jika manajemen laba yang dilakukan manajer merupakan suatu

(2)

“permainan” yang diungkapkan dalam laporan keuangan dengan mengikuti metode dan prinsip akuntansi yang sesuai dengan prosedur yang dibutuhkan, maka tindakan tersebut tidak dikategorikan sebagai kecurangan (Sulistyanto 2008:44).

Manajer memiliki alasan yang dasar ketika melakukan manajemen laba.

Secara teori dijelaskan bahwa harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh laba, resiko dan spekulasi (Sulistyanto 2008:41). Oleh karena itu, perusahaan yang labanya terus meningkat dari tahun ke tahun secara tetap memiliki resiko bahwa perusahaan tersebut akan mengalami penurunan yang lebih besar dari persentase kenaikan laba. Hal inilah yang mendorong banyak perusahaan mengelola laba sebagai bentuk upaya dalam mengurangi resiko.

Dalam 10 tahun terakhir, fenomena praktik manajemen laba terus berkembang pesat dibanyak perusahaan sebagai alat untuk rekayasa, mempercantik dan mengolah laporan keuangan perusahaan sehingga menimbulkan masalah serta kerugian yang dirasakan berbagai pihak. Manajemen laba memiliki tujuan mendasar yaitu mendapatkan keuntungan berupa laba. Laba merupakan selisih antara pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan pada suatu periode dengan beban-beban yang terjadi selama periode tersebut (Indra Kusuma

& Mertha, 2021).

Manajemen laba pernah terjadi pada perusahaan manufaktur yaitu PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Ketidakseimbangan ini terjadi pada tahun 2007 hingga tahun 2009, dimana laba yang diperoleh senilai Rp 15.767 juta naik menjadi Rp 37.485 juta pada tahun 2008 dan naik menjadi Rp 37.823 juta pada tahun 2009,

(3)

3

tetapi harga saham malah turun dari Rp 649 ke Rp 389 dan berakhir pada nilai Rp 329 ppada tahun 2009. Hal yang sama terjadi pada tahun 2010 hingga tahun 2011.

Kasus manajemen laba yang baru juga terjadi di PT. Tiga Pilar Sentosa Food Tbk pada laporan keuangan tahun buku 2017 disajikan ulang pada tahun 2020, termasuk laporan keuangan 2018 dan 2019 yang kala itu belum dilaporkan.

Perusahaan membukukan rugi bersih Rp 5.23 triliun sepanjang 2017, pada laporan keuangan yang telah di-restatement tersebut. Jumlah ini lebih besar Rp 4.68 triliun dari laporan keuangan versi sebelumnya yang hanya rugi Rp 551.9 miliar.

Hal ini membenarkan dugaan Ernst & Young Indonesia dan membuktikan bahwa adanya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen lama perusahaan tersebut, yaitu dengan cara menaikkan laba (menurunkan rugi) yang dilaporkan dari laba (rugi) yang sesungguhnya sehingga rugi yang dialami oleh perusahaan terlihat lebih kecil. Manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan ini bertujuan untuk menjaga nilai perusahan sehingga tidak jatuh dimata para stakeholders, tetapi justru terjadi dalam kasus ini adalah perusahaan mengalami penurunan nilai perusahaan yang signifikan.

Manajemen laba sangat erat kaitannya dengan tingkat keuntungan. Hal ini dikarenakan laba yang diperoleh suatu entitas sering dijadkan sebagai tolak ukur bagi pengguna informasi laporan keuangan. (Muliadi, 2020) menjelaskan bahwa para pengguna laporan keuangan sering menjadikan laba sebagai alat ukur keberhasilan suatu entitas. Hal inilah yang menyebabkan suatu entitas memiliki keinginan untuk melaporkan tingkat laba yang lebih tinggi. Informasi yang diberikan pihak manajemen kepada pemilik belum tentu mencerminkan kondisi

(4)

keuagan yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan pemilik perusahaan.

Perusahaan manufaktur memiliki kesulitan yang lebih dalam mengelola laba dibandingkan dengan jenis perusahaan lainnya, karena proses pencatatan akuntansi pada perusahaan manufaktur lebih kompleks. Perusahaan manufaktur harus menyiapkan laporan biaya produksi dengan perhitungan biaya.

Perilaku manajer yang melakukan praktik manajemen laba dapat diminimalisir dengan menerapkan mekanisme good corporate governance (Guna

& Herawaty, 2010). Salah satu kunci keberhasilan setiap perusahaan adalah menerapkan tata kelola perusahaan (good corporate governance) yang baik dalam seluruh operasionalnya sehingga perusahaan dapat terus tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan yang semakin ketat. Untuk membangun system tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) yang baik maka perlu berpegang dengan falsafah yaitu

bekerja untuk menghasilkan yang terbaik, kesuksesan bisa diraih dengan kerja keras, cerdas dan kooperatif dalam bekerja, juga biarkan perusahaan tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan (going concern).

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa good corporate governance yang baik adalah dimana terdapat adanya satu konsep yang berkaitan

dengan struktur perusahaan, pembagian kerja, dan pembagian tanggung jawab kerja dari setiap bagian perusahaan. Menerapkan good corporate governance dengan baik dapat mencegah kesalahan dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang menguntungkan, yang secara otomatis dapat meningkatkan nilai

(5)

5

yang tercermin dalam kinerja perusahaan. Para investor sering mengabaikan informasi mengenai laba, dan hal ini membuka peluang bagi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba. Penerapan tata kelola perusahaan (good corporate governance) yang baik juga diharapkan dapat meminimalkan konflik

kepentingan dan bahkan membantu menyeimbangkan kepentingan perusahaan yang berbeda untuk memberikan manfaat global bagi bisnis tersebut. Semua hal tersebut akan tercapai jika ada kesamaan visi dalam menjalankan segala aktivitas yang ada di perusahaan.

Selain yang telah dijelaskan diatas, salah satu prinsip yang dianut dalam proses pelaporan keuangan pada manajemen laba juga dapat dilakukan dengan prinsip konservatisme. Prinsip konservatisme akuntansi itu sendiri adalah prinsip pengakuan, menilai asset dan laba yang dilakukan dengan hati-hati.

Konservatisme merupakan prinsip yang erat kaitannya dengan proses pelaporan keuangan dimana dijelaskan bahwa konservatisme adalah respons hati-hati yang berhubungan dengan ketidakpastian yang melekat dalam bisnis juga untuk mempertimbangkan resiko pada perusahaan (Muliadi, 2020). Secara teoritis konservatisme akuntansi ialah suatu tindakan yang memiliki tujuan untuk mencegah investor merasa dirugikan namun pada praktiknya hal ini dihindari karena memberikan penurunan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian (Helmi, 2015) dijelaskan bahwa di dalam ketidakpastian dan resiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralannya dapat diperbaiki.

(6)

Konservatisme akuntansi menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya yang mungkin terjadi. Hal ini dapat berimplikasi terhadap kemampuan manajemen untuk mengurangi kemungkinan melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan akibat dari adanya asimetri informasi.

Adapun berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu yang menjadi acuan peneliti yaitu penelitian yang dilakukan (Prabaningrat & Widanaputra, 2015) membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara Good Corporate Governance dan konservatisme akuntansi terhadap manajemen laba yang di

dukung oleh penelitian (Guna & Herawaty, 2010) bahwa terdapat pengaruh mekanisme good corporate governance dengan manajemen laba. Sedangkan hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan (Sari, 2019) yang menjelaskan bahwa Good Corporate Gocernance dan konservatisme akuntansi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Dan hasil penelitian (Nurdiansyah, 2018) yang membuktikan bahwa Good Corporate Governance dan konservatisme akuntansi berpengaruh negative terhadap

manajemen laba.

Dari perbandingan hasil penelitian terdahulu terjadi ketidak konsistenan hasil, adapun yang mendasari penelitian ini adalah pesatnya praktik manajemen laba serta kinerja manajer yang merupakan hal penting dan perlu diperhatikan oleh pihak eksternal perusahaan baik para investor, kreditur, pemerintah dan masyarakat dalam membuat keputusan, Serta untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Dari pemaparan fenomena tersebut, penelitian ini melibatkan

(7)

7

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2020.

Penelitian ini merupakan replika dari penelitian (Prabaningrat and Widanaputra 2015) dengan menambahkan salah satu aspek dewan komisaris yang independen. Dengan harapan hasil survey tersebut akan dapat digenerelisasikan dengan penambahan dewan komisaris independen. Hal ini karena dewan komisaris independen memegang peranan penting dalam pengawasan dan pengendalian perusahaan.

Berdasarkan uraian pembahasan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul pengaruh Good Corporate Governance yaitu peran kepemilikan institusional, peran kepemilikan manajerial, peran komite audit dan dewan komisaris independen terhadap manajemen laba. Serta pengaruh konservatisme akuntansi terhadap manajemen laba.

Oleh karena itu penulis termotivasi mengambil judul “PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KONSERVATISME AKUNTANSI

TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2018 HINGGA 2020”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi masalah dalam beberapa pokok permasalahan, yaitu:

1. Masih kurangnya transparansi bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan.

2. Masih belum baiknya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manager

(8)

3. Masih kurang baiknya good corporate yang mempengaruhi kinerja perusahaan.

4. Masih kurangnya tanggungjawab manajemen mengenai keseimbangan kekuasaan antara mabager, pemegang saham, dewan komisaris serta auditor 5. Masih kurangnya cara meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang

saham,

6. Masih kurangnya perlakuan kewajaran yang samaantara pemegang saham minoritas dan asing.

1.3 Batasan dan Rumusan Masalah 1.3.1 Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah maka perlunya batasan masalah yang difokuskan pada Pengaruh Good Corporate Governance dan Konservatisme Akuntansi terhadap Manajemen Laba sebagai berikut:

1. Dimana periode penelitian ini diambil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Periode penelitian ini adalah 2018 sampai tahun 2020, karena diharapkan pada waktu sekarang akan muncul hal-hal yang lebih baru dan lebih relevan.

3. Menggunakan metode purposive sampling yang mengandalkan penilaian sendiri ketika memilih angka populasi.

1.3.2 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas maka rumusan masalah terdiri dari:

1. Bagaimana pengaruh kepemilikan Institusional terhadap manajemen laba.

2. Bagaimana pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba.

(9)

9

3. Bagaimana pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba.

4. Bagaimana pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba.

5. Bagaimana Konservatisme Akuntansi dapat mempengaruhi tingkat manajemen laba.

6. Bagaimana pengaruh simultan good corporate governance dan konservatisme akuntansi terhadap manajemen laba.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perrmasalahan yang dikemukakan dalam rumusan masalah , maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap manajemen laba

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba

5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap manajemen laba

6. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh good corporate governance dan konservatisme terhadap manajemen laba.

(10)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis karna sangat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang good corporate governance dan konservatisme akuntansi terhadap manajemen laba.

b. Bagi penelitian selanjutnya, penulis berharap penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai topik yang sama.

c. Bagi perkembangan ilmu akuntansi, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat sebagai literatur dalam penelitian selanjutnya dan menambah ilmu pengetahuan akuntansi.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Bagi pengguna laporan keuangan (manager) diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat mempertimbangkan keputusannya dalam melakukan investasi.

b. Bagi investor, diharapkan dapat menggunakan informasi dari laporan keuangan dengan baik untuk menanamkan modalnya pada suatu perusahaan.

(11)

11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1Teori Agensi (Keagenan)

Teori agensi biasa disebut sebagai teori keagenan. Teori keagenan sebagai grand theory dalam penelitian ini merupakan dasar yang digunakan untuk

memahami Corporate governance. Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Sudut pandang teori keagenan adalah dasar yang digunakan untuk memahami permasalahan good corporate governance dan manajemen laba. Teori agensi digunakan untuk menjelaskan laporan keuangan yang menjadi akibat pemisah kepemilikan dan kepengelolaan perusahaan (Sulistyanto, 2008). Hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (direktur) menunjuk orang lain (agen) dalam memberikan layanan jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen.

Sehingga dalam hal ini terjadi pemisahan antara pemilik dan pengelola. Dalam model keagenan dirancang suatu system di mana kedua belah pihak berpartisipasi, sehingga diperlukan kesepakatan kerjasama antara pemilik (principal) dan manajemen (agen) (Ulistianingsih, 2017).

Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai titik temu antara pemilik (principal) dan manajemen (agen) perusahaan. Demikian dalam hal ini, teori keagenan berfungsi untuk meminimalkan konflik antara manajemen dan principal

(12)

(pemegang saham), yaitu dengan menerapkan good corporate governance dengan aspek kepemilikan manajemen, kepemilikan perusahaan, auditor independen dan komite audit dan melalui akuntabilitas. Menurut Nurdiansyah (2018) Jika konflik antara agen dan principal berkurang, manajemen laba juga akan ditekan.

Dijelaskan dalam Jensen dan Meckling (1976), Jensen (1986), Weston dan Brigham (1994), bahwa masalah keagenan dapat terjadi dalam 2 bentuk hubungan, yaitu: (1) antara pemegang saham dan manager, dan (2) antara pemegang saham dan kreditur. Artinya jika suatu perusahaan perorangan yang dikelola sendiri oleh pemiliknya, dapat diasumsikan bahwa manajer tersebut akan mengambil tindakan yang mungkin untuk memperbaiki kesejahteraannya, terutama diukur dalam bentuk peningkatan kekayaan dan juga dalam bentuk fasilitas eksekutif. Tetapi jika manajer mempunyai porsi sebagai pemilik dan mengurangi kepemilikannya dengan menjual sebagian saham perusahaan kepada pihak luar, maka pertentangan bisa timbul segera.

2.1.2 Teori Stakeholder

Teori pemangku kepentingan (stakeholder theory) mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang bertindak hanya untuk mendapatkan keuntungannya sendiri, tetapi harus memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan (pemegang saham, kreditur, konsumen, pemasok, pemerintah, analitik,serta pihak lain yang bersangkutan). Dengan demikian maka keberadaan perusahan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan stakeholder kepada perusahaan (Ghozali & Chariri, 2014). Pemangku kepentingan pada prinsipnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

(13)

13

penggunaan sumber daya yang digunakan perusahaan.

Informasi yang diterima oleh para stakeholder termasuk para pemilik perusahaan melalui laporan keuangan merupakan isyarat atau sinyal yang dinerikan oleh manajer perusahaan (Indra Kusuma & Mertha, 2021)

Menurut (Sulistyanto, 2008) manajer sebagai pengelola perusahaan umumya lebih memahami informasi tentang suatu perusahaan dibandingkan dengan pihak lain, sehingga laporan keuangan yang seharusnya menjadi sarana informasi antara manajer dengan berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan dapat dimanfaatkan oleh manajer sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan sesaat bagi manajer. Laporan keuangan tidak hanya disiapkan atau disajikan kepada pemangku kepentingan (stakeholder), tetapi juga digunakan untuk pengambilan keputusan perusahaan itu sendiri, seperti keputusan operasi, laba, dan investasi.

Penyajian laporan keuangan haruslah tepat sesuai akidah-akidah tertentu yang harus dipenuhi agar menjadi informasi yang baik dan berguna bagi setiap orang yang membutuhkannya.

2.1.3 Manajemen Laba

a. Definisi manajemen laba

Menurut (Florencia & Susanty, 2019) manajemen merupakan tindakan oportunistik manajemen dalam memilih kebijakan akuntansi dengan tujuan meningkatkan laba, mengurangi laba atau meratakan laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Manajemen laba adalah kemampuan pihak manajemen dalam memanipulasi kebijakan-kebijakan yang tersedia dalam mengambil kebijakan yang sesuai sebagai upaya mencapai tingkat laba yang diinginkan perusahaan.

(14)

Manajemen laba adalah cara yang dilakukan pihak manajemen untuk kepentingan pribadinya dengan merubah pelaporan keuangan perusahaan sesuai keinginannya.

Menurut (Sulistyanto, 2008) manajemen laba pada dasarnya adalah upaya untuk memanipulasi angka-angka dalam laporan keuangan dengan merekayasa metode dan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan.

Upaya yang dilakukan manager ketika merekaya laba adalah untuk memperoleh keuntungan, yaitu dengan mempengaruhi laporan keuangan.

Misalnya dengan menyembunyikan, menunda, atau mengubah informasi dalam laporan keuangan. Terdapat banyak metode yang dapat digunakan oleh manajer, seperti mempercetpat pencatatan penjualan periode yang akan dating dengan penjualan periode berjalan. Hal ini dilakukan ketika penjualan mengalami penurunan sedangkan perusahaan tentu mengharapkan penaikan. Selain itu,, jika penjualan mengalami hasil yang tetap seperti pada periode sebelumnya,tetapi perusahaan berharap dapat peningkatkan penjualan, maka manager tentu akan melakukan rekayasa laporan keuangan agar memperoleh labaseperti yang diharapkan perusahaan. Hal ini akan terus dilakukan sampai perusahaaan merasa tidak dapat lagi melanjutkan aktivitas rekayasa misalnya saat hal ini diketahui oleh pihak pemeriksa. Singkatnya dijelaskan oleh (Sulistyanto, 2008) bahwa manajemen laba merupakan perilaku digunakan manajer sebagai permainan dalam menentukan bear kecilnya laba, karena standar akuntansi memberikan beberapa model dan prosedur alternative yang dapat digunakan. Untuk meminimalisir rekayasa manajemen laba tersebut maka digunakan suatu system tata kelola perusahaan (good corporate governance) .

(15)

15

b. Indikator manajemen laba yaitu:

1. Manajemen akrual, yang merupakanwewenang para manager perusahaan yang berkaitan dengan aliraan kas dan laba

2. Perubahan aktiva, digunakan untuk mengubah pola akuntansi. Hal itu dikarenakan ada aktiva yang masih bisa digunakan dan habis factor umur 3. Penerapan kebijakan akuntansi, ini merupakan keeputusan manager keuangaan

. seperti menerapkan lebih awal atau menggeser periode lebih lama.

c. Cara menerapkan manajemen laba yaitu:

1. Mengubah metode akuntansi, metode tahun ini bias saja berbeda dengan metode sebelumnya karena ada data yang memang ingin diubah. Biasanya metode perhitungan yang diubah ada di depresiasi aktiva atau asset. Dengan memilih rumus yang sesuai.

2. Mengatur kebijakan akuntansi, hal yang diatur dalam hal ini adalah kebijakan perkiraan akuntansi. Atau dengan kata lain, manajemen membuat estimasi akuntansi sendiri.

3. Menggeser periode pendapatan atau biaya, hal ini berkaitan dengan keputusan perusahaan. Biasanya dilakukan dengan mempercepat atau menunda pengeluaran, budget iklan, ataupun menunda pengiriman tagihan putang.

2.1.4 Good Corporate Governance a. Definisi Good Corporate Governance

Good corporate governance adalah suatu system,proses, dan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemangku kepentingan, dalam artian hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi dem

(16)

tercapainya tujuan perusahaan (Aziz, 2016). Good corporate governance diasumsikan sebagai system pengendalian internal perusahaan yang tujuan utamanya adalah untuk mengelola resiko yang signifikan untuk mencapai tujuan bisnisnya dengan menjaga asset perusahaan dan meningkatkan investasi pemegang saham jangka panjang. Good corporate governance mendorong terbentuknya system manajemen professional,transparan dan berkelanjutan (Nurdiansyah, 2018). Good corporate governance bertujuan untuk mengelola hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan signifikan dalam strategi bisnis dan untuk memastikan bahwa setiap kesalahan dapat diperbaiki. Jika kinerja daripada good corporate internal baik,maka kinerja perusahaan akan baik begitu pula sebaliknya.

b. Indikator Corporate Governance yaitu:

a. Fairness (Kewajaran)

Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam.

b. Disclosure dan Transparancy (Tranparansi)

Hak pemegang saham, yang harus diberi informasi benar dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan mendasar atas perusahaan memperoleh bagian keuntungan perusahaan.Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta

(17)

17

pemegang kepentingan.

c. Accountability (Akuntanbilitas)

Tanggung jawab manajemen melaui pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan antara manajer, pemegang saham, dewan komisaris, dan auditor merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan pemegang saham.

d. Responsibility (Responsibilitas)

Pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan.

c. Tujuan utama Good Corporate Governance yaitu:

a. Melindungi hak dan kepentingan para pemegang saham.

b. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders non pemegang saham.

c. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.

d. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja Dewan Pengurus atau Board Of Director dan manajemen perusahaan.

e. Meningkatkan mutu hubungan Board Of Director dengan manajemen senior perusahaan.

d. Manfaat Corporate Governance:

Menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia,2001) penerapan corporate governance dalam perusahaan akan membawa beberapa

(18)

manfaat antata lain:

a. Mudah untuk meningkatkan modal b. Rendahnya biaya modal

c. Meningkatkan kinerja bisnis dan kinerja ekonomi d. Memberi pengaruh positif pada harga saham 2.1.5 Konservatisme Akuntansi

a. Definisi Konservatisme Akuntansi

Dalam pembuatan laporan keuangan dikenal sebuah konsep yang dinamakan konservatisme. Menurut (Savitri, 2016) konservatisme adalah konsep yang mengakui beban dan kewajiban sesegera mungkin meskipun ada ketidakpastian tentang hasilnya, namun hanya mengakui pendapatan dan aset ketika sudah yakin akan diterima. Konservatisme merupakan reaksi hati-hati untuk menghadapi ketidakpastian dalam mencoba memastikan bahwa keidakpastian dan resiko pada suatu bisnis telah dipertimbangkan. Konservatisme dapat dijelaskan dari sudut pandang teori keagenan. Menurut (Sari, 2019) dijelaskan bahwa Konservatisme adalah tidak mengantisipasi laba tetapi mengantisipasi semua kerugian. Menurut teori keagenan, manajer (agent) memiliki tindakan kesempatan untuk memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan saham, debt holders, dan pihak lainnya (principal).

Menurut (Agustina et al., 2015) konservatisme sering dikatakan sebagai prinsip yang pesimis dikarenakan pendapatan yang diakui belakangan daripada beban. Namun ada juga yang mengatakan konservatisme sebagai prinsip yang membantu perusahaan untuk mengantisipasi agar tidak terlalu optimis,

(19)

19

dikarenakan setiap spekulasi perusahaan tidak selalu dapat berjalan lancar.

Teori keagenan muncul akibat adanya konflik kepentingan antara pihak agen dan prinsipal yang berimplikasi pada pelaporan kualitas laba perusahaan.

Sehingga diperlukan konservatisme akuntansi sebagai mekanisme pengendalian konflik kepentingan tersebut. Dari beberapa kesimpulan peneliti mengambil kesimpulan bahwa perilaku konservatisme akuntansi akan menguntungkan dalam kontrak antara pihak luar maupun pihak dalam perusahaan. Konservatisme akuntansi dapat membatasi tindakan manajer untuk membesar-besarkan manajemen laba serta memanfaatkan informasi yang asimetri sehingga dapat mengurangi konflik yang terjadi antara manajemen dan para pemegang saham.

b. Indikator konservatisme akuntansi

Pengaruh konservatisme akuntansi dapat diukur melalui banyak faktor, diantaranya ukuran perusahaan, resiko perusahaan, intensitas modal, pajak, resiko litigasi, debt covenant, komite audit, dan kepemilikana manajerial

c. Manfaat konservatisme akuntansi

1. Dapat membatasi manajer untuk membesar-besarkan laba

2. Menghindari perilaku oportunistik manajer berkaitan dengan kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media kontrak.

(20)

2.2 Penelitian Terdahulu

Table 2. 1 Penelitian Terdahulu

NO PENULIS / TAHUN

JUDUL PENELITIAN

TEKNIK

ANALISA DATA HASIL 1 1.IGAA

Prabaningrat 2.A.A.GP.

Widanaputra (2015)

Pengaruh good corporate governance dan konservatisme akuntansi pada manajemen laba pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 hingga 2012.

metode purposive sampling

Terdapat pengaruh signifikan secara statistik antara Good Corporate Governance dan konservatisme akuntansi terhadap manajemen laba

3 Meiry

Lian Sari (2019)

Pengaruh Konservatisme akuntansi dan good corporate governance terhadap earnings management pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.

metode purposive sampling,

Data Sekunder

Good Corporate Gocernance dan konservatisme akuntansi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba

4 Anissa Aorora (2018)

Pengaruh Good Corporate

Governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016

analisis regresi setelah dilakukan pengujian asumsi klasik

kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba.

Kepemilikan

institusional, komisaris independen, komite audit dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba

5 M. Miftah Ramadhan (2019)

Pengaruh good corporate governance dan

konservatisme akuntansi

terhadap manajemen laba

( Studi Empiris Pada Perusahaan

Manufaktur

Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2017 )

Judgement sampling

digunakan sebagai metode sample

tidak terdapat pengaruh signifikan secara statistik antara Good Corporate Governance terhadap manajemen laba. Dan terdapat pengaruh signifikan sectra statistik antara konservatisme akuntansi terhadap manajemen laba

6 Wahyu Nurdiansyah (2018)

Pengaruh Good Corporate Governance dan

Analisa regresi berganda.

Mengguna-kan

variable kepemilikan institusional dan komite audit

(21)

21

konservatisme

akuntansi terhadap manajemen laba.

Studi kasus pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2013- 2016

data

sekunder yang diperoleh di www.idx.co.id

berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, dan variable kepemilikan manajerial berpengaruh negative signifikan terhadap manajemen laba.

7 Anggraeni Ulistianingsih (2017)

Pengaruh Good Corporate governance, konservatisme akuntansi dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2015-2016)

Metode purposive sampling, uji hipotesis analisa statistic deskriptif dan analisis statistic inferensial

good

corporate governance yang diukur

menggunakan indeks skoring

tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Konservatisme akuntansi berpengaruh negative terhadap manajemen laba, sementara itu ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

8 M. Riandipta Afdalika (2015)

Pengaruh good corporate governance dan konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba (studi

empiris pada

perusahaan

manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia 2011-2013)

Metode kuantitatif Hasil penelitian adalah kepemilikan manajerial dan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kualitas laba, sedangkan konservatisme akuntansi berpengaruh negative terhadap kualitas laba.

Sumber: 1.IGAA Prabaningrat 2.A.A.GP. Widanaputra (2015), dll

2.3 Kerangka Konseptual

Sugiyono (2017:128) menyatakan bahwa kerangka konsep akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu antara variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkan penjelasan uraian teoritis yang dikemukakan di awal mengenai variabel penelitian yang digunakan, berikut ini disajikan kerangka dari penelitian

2.3.1 Pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba

Kepemilikan institusional berkaitan erat dengan pelaporan keuangan karena

(22)

mencerminkan kemampuan pemegang saham institusional dalam mempengaruhi kinerja manajemen laba. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang signifikan (lebih dari 5%) menunjukkan bahwa mereka dapat mengendalikan manajemen. Dengan demikian, hubungan kepemilikan institusional bertindak sebagai tindakan pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen (Aziz, 2016).

2.3.2 Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba

Kepemilikan manajerial berkaitan erat dengan manajemen laba karena kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi manajemen dalam memutuskan kebijakan mana yang akan digunakan perusahaan dan juga dapat dipengaruhi manajemen dalam pengambilan keputusan. Selain itu, kepemilikan manajerial juga dapat mempengaruhi manajemen dalam menenkan metode akuntansi yang akan digunakan dalam manajemen keuangan (Prabaningrat & Widanaputra, 2015).

2.3.3 Pengaruh dewan komisaris independen terhadap manajemen laba Dewan komisaris independen berasal dari luar perusahaan yang diharapkan dapat berperan membantu dalam memantau kinerja manajemen dan mencegah manajemen melakukan manajemen laba. Semakin tinggi proporsi dewan komisaris independen dalam perusahaan, maka semakin besar tindakan perusahaan terhadap manajemen laba bersifat efektif.

2.3.4 Pengaruh komite audit terhadap manajemen laba

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melaksanakan tugas berupa mengawasi pengelolaan perusahaan yang juga

(23)

23

diharapkan dapat mengurangi perilakau manajemen terkait dengan praktik manajemen laba.

2.3.5 Pengaruh konservatisme akuntansi terhadap manajemen laba

konservatisme akuntansi adalah konsep yang mengakui beban dan kewajiban sesegera mungkin meskipun ada ketidakpastian tetang hasilnya, namun hanya mengakui pendapatan dan asset ketika sudah yakin diterima. Dengan konservatisme maka praktek mengenai manajemen laba akan dapat ditekan.

2.3.6 Pengaruh good corporate governance dan konservatisme akuntansi terhadap manajemen laba.

Tata kelola perusahaan yang baik tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik dalam segi laporan keuangan yang disajikan begitupula dengan konservatisme akuntansi yang jika diterapkan dengan baik maka akan menekan tingkat manipulasi manajemen laba.

Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dibuatlah kerangka konseptual sebagai berikut:

H2 H3

H4

H5 Kepemilikan Manajerial

(X2)

Dewan Komisaris Independen (X3) (X2)

Komite Audit (X4)

Konservatise Akuntansi (X5)

Manajemen Laba

(Y) Kepemilikan Institusional

(X1)

H1

H6

Gambar 2 1Kerangka Konseptual

(24)

2.4 Hipotesis

H1 : kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba H2 : kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba H3 : dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap manajemen

laba

H4 : komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba . H5 : konservatisme akuntansi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba H6 : good corporate governance dan konservatisme akuntansi berpengaruh

signifikan terhadap manajemen laba.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hasil penelitian terdahulu terkait dengan variabel kompensasi eksekutif dan kepemilikan saham eksekutif yang dilakukan oleh Mayangsari (2015) menyatakan hasil

Penelitian tentang komunikasi matematis dalam menyelesaikan masalah sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya oleh Astuti & Leonard (2015),

Penelitian terdahulu sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti lain dalam mengevaluasi penjadwalan waktu dan biaya proyek dengan metode analisis konsep nilai hasil/ earned

Beberapa peneliti terdahulu telah membuktikan bahwa adanya pengaruh Kemandirian belajar, Motivasi Belajar dan Kebiasaan Belajar siswa terhadap Prestasi belajar diantaranya

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas & Aris (2018), Permatasari & Astuti (2018), Agusti (2013), serta Kurniasih & Rohman (2014) membuktikan bahwa

Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu mengenai kepatuhan Wajib Pajak, diantaranya penelitian yang memiliki hasil sejenis yang dilakukan

5 Dari hasil yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai manajemen laba dengan variabel Asimetri Informasi, Reputasi Auditor, dan

Dari hasil yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai manajemen laba dengan variabel kepemilikan manjerial, kepemilikan