PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII SMAN 10
MAROS
Nurlina
Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : nurlina.nasar [email protected]
ABSTRAK
Guru mempunyai tugas dan kewajiban untuk menciptakan generasi penerus yang mempunyai kemampuan dan kecakapan, serta mampu bersaing dan menghadapi lingkungan masyarakat kelak. Adapun beberapa faktor penyebab rendahnya hasil belajar secara umum adalah tidak adanya motivasi belajar yang tinggi, Penggunaan metode yang kurang tepat dan monoton minimnya buku materi pelajaran PAI dan BP serta kurangnya penggunaan media pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model problem based learning dan Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI dan BP pada peserta didik kelas XII SMAN 10 Maros. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (action research) yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XII SMAN 10 Maros tahun ajaran 2022/2023 dengan jumlah 20 orang. Data yang diperoleh berupa hasil tes belajar setiap siklus, lembar observsi kegiatan guru. Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XII. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata belajar peserta didik dari 52,95 pada siklus 1 dan meningkat pada 84 pada siklus II.
Kata Kunci : Problem Based Learning, Hasil Belajar, PAI
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses mutlak yang harus dilalui manusia. Sejak di dalam kandungan kemudian dilahirkan ke dunia, menjalani kehidupannya sampai akhir hayatnya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan proses sepanjang hayat dan mempunyai peran penting dalam peningkatan kesejahteraan hidup. Dengan demikian pendidikan merupakan salah satu tolok ukur yang digunakan dalam mengukur kesejahteraan hidup seseorang
Pendidikan Agama Islam yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.
Menurut Gagne (2019: 9) Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Dengan demikian kurikulum tersebut diharapkan dapat mempermudah proses pembelajaran. Proses pembelajaran mempunyai tujuan agar peserta didik dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Dalam upaya mencapai kompetensi tersebut diperlukan peran seorang guru.
Penerapan model pembelajaran di SMA Negeri 10 Maros masih menggunakan model ceramah dan penugasan, sehingga interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, dan interaksi antara guru dan peserta didik sangat kurang. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik cenderung pasif dan bosan. Berdasarkan hasil observasi awal di kelas XII SMAN 10 Maros pada mata pelajaran PAI dan BP pada materi Indahnya membangun mahligai rumah tangga didapatkan data banyaknya nilai peserta didik yang tidak mencapai KKM yang telah ditentukan 78, yaitu sebesar 90% atau 18 peserta didik, sedangkan yang mencapai KKM sebesar 10% atau 2 peserta didik dari jumlah keseluruhan 20 peserta didik dengan perolehan nilai rata- rata sebesar 59,25. Dalam proses pembelajaran banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan KBM (kegiatan belajar mengajar) agar konsep dan materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para peserta didik dan mencapai hasil maksimal sesuai KKM yang telah ditentukan.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terlebih berkaitan dengan pergantian kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 2013 guru berperan utama dalam penyelenggaraan pembelajaran. Guru harus bisa menyampaikan materi pembelajaran dengan model pembelajaran yang bervariasi. Salah satunya adalah dengan mengubah model pembelajaran yang ada menjadi lebih kreatif, menarik, dan menyenangkan. Salah satu model yang dapat menjadi referensi guru adalah model pembelajaran problem based learning.
Model problem based learning merupakan Pembelajaran berbasis masalah, yaitu sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas mereka menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
Problem Based Learning adalah menyajikan berbagai situasi permasalahan yang
batu pijakan untuk melakukan kegiatan investigasi serta penyelidikan (Arends (2007:43)). Problem Based Learning yakni pendekatan pembelajaran yang megarah pada pelibatan siswa dalam mengatasi masalah belajar dengan praktik nyara yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. ( Boud: 2010: 285)..
Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa problem based learning merupakan suasana pembelajaran yang diarahkan untuk memecahkan suatu permasalahan. serta menggunakan sumber daya pembelajaran yang sesuai Dengan demikian, akan terjadi pertukaran pengetahuan dan menambah daya ingat peserta didik yang berkemampuan rendah.
Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XII SMAN 10 Maros.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Action Research (Penelitian Tindakan). Menurut Suharsimi Arikunto (2010) penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah subjek yang menjadi sasaran yaitu peserta didik, bertujuan memperbaiki situasi pembelajaran di kelas agar terjadi peningkatkan kualitas pembelajaran.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2011:9) menyatakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian (action research) yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dan memiliki rangkaian “riset- tindakan-riset-tindakan-riset- tindakan”, yang dilakukan dalam rangkaian untuk memecahkan masalah.
Menurut arikunto suharsimi dkk (2019:16) dalam peneliian ini terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaa, pelaksanaan, pengamatan dan Refleksi. Adapun desain untuk masing-masing tahap adalah:
Gambar 3.1 Model siklus penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Arikunto,2019) Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini diambil melalui instrumen Observasi, dan tes tertulis, dan dokumentasi. Selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model problem based Learning berlangsung. Lembar Observasi yang digunakan yaitu lembar observasi keterlaksanaannya pembelajaran saat melaksanakan model problem based learning di setiap akhir siklus dilaksanakan tes tertulis yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik. Setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan model PBL
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rata-rata, dan persentase.
1. Rata-rata
Rata-rata digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam satu siklus dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan membandingkan rata-rata skor hasil belajar masing-masing siklus dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
X = Nilai Rata-rata hasil Belajar Siswa pada setiap Siklus N = Banyaknya siswa
∑x1 = Jumlah skor seluruh siswa 2. Persentase
Persentase digunakan untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar peerta didik dari siklus 1 ke siklus II dengan menggunakan rumus:
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑎
𝑏× 100%
Keterangan:
a = Selisih skor rata-rata hasil belajar siswa pada 2 siklus b = Skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus sebelumnya
Hasil belajar peserta didik dianalisis secara kuantitatif, sedangkan skala nilai yang digunakan adalah rentang nilai 10 sampai dengan 100, Menurut Arikunto (2019:45) analisis data dimaksudkan untuk mengetahui ketuntasan
𝑦 =𝑥 + 𝑥 + 𝑥 … + 𝑥
𝑛 = 𝑋1
𝑛
belajar peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Perolehan Nilai setiap peserta didik melalui tes hasil belajar secara tertulis diolah dengan rumus:
a. Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal
Rumus untuk menghitung persentase ketuntasan belajar adalah:
𝑝 = 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑇𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 × 100%
(𝑍𝑎𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐴𝑞𝑖𝑏, 2018: 41) b. Rerata hasil belajar Siswa
Rumus menghitung nilai rata-rata adalah sebagai berikut:
𝑥 = 𝑥
𝑁× 100%
Dalam penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi yang sesuai, digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu Observasi, Tes Tertulis dan Dokumentasi.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada pretest sebelumnya terdapat 2 atau (10%) orang peserta didik yang dapat menjawab soal dengan dengan nilai diatas KKM, sedangkan 18 atau orang menjawab soal dengan nilai dibawah KKM yang dikategorikan tidak tuntas. Hal ini menunjukkan peserta didik belum memahami dan mengerti tentang materi Pernikahan Dalam Islam.
Selama proses penelitian, peneliti melihat masih banyaknya peserta didik bingung dengan cara pembelajaran yang dibawakan oleh peneliti yang mengakibatkan peserta didik kurang berpartisipasi dalam proes pembelajaran.
Dalam hasil tes Siklus I yang dilakukan, bahwa peserta didik yang mendapat nilai kurang dari 78 adalah 8 peserta didik sedangkan peserta didik yang mendapat nilai dari 78 adalah 12 peserta didik. Dengan kata lain, secara individu peserta didik yang tuntas belajarnya ada 12 peserta didik. secara klasikal kelas XII hanya mendapatkan nilai rata-rata 68, hal ini belum mencapai batas ketuntasan belajar, hal ini ditunjukkan dengan hasil ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal sebesar 60% dari batas ketuntasan yang sudah ditentukan yaitu 80 % dari peserta didik harus mendapatkan nilai 78. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama islam dan budi pekerti materi pernikahan dalam islam dengan menggunakan model
problem based learning pada peserta didik kelas XII SMA NEGERI 10 MAROS mengalami peningkatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model problem Based learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Tes hasil belajar dilaksanakan pada akhir pembelajaran tiap siklus pada setiap pertemuan. Peserta didik diberi soal evaluasi berupa pertanyaan hasil belajar, selama penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pada tiap siklus. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1
Ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal
No Nama Peserta Didik Pretes Siklus 1 Siklus II
1 AP 50 82 84
2 AR 45 82 84
3 FI 32 38 78
4 FT 78 86 88
5 GS 79 92 95
6 HS 70 85 88
7 IN 44 46 82
8 MR 55 84 86
9 MA 33 40 79
10 FB 40 82 85
11 NP 75 86 88
12 NR 75 86 88
13 NZ 74 84 86
14 NY 75 88 90
15 NV 40 45 80
16 SY 40 82 84
17 RY 40 45 79
18 SR 44 48 80
19 SN 40 46 80
20 SJ 30 35 78
Jumlah 1.059 1.362 1.682
Rata-Rata 52,95 68 84
Berdasarkan tabel hasil belajar peserta didik diatasterjadi peningkatan yang memuaskan, yaitu peserta didik mencapai rata-rata yakni 84 dan mencapai persentase 100% , hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar dengan menggunakan model problem based Learning pada siklus II sudah mengalami peningkatan dari siklus I,sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II ini sudah sangat meningkat dan dibuktikan dengan adanya hasil post tes pada siklus II.
Tabel 1.2
Perbandingan Nilai rata-rata kelas Hasil Evaluasi Pra Siklus I, Siklus II Evaluasi Nilai Jumlah
Siswa
Persentase Tuntas / Tidak Tuntas
Pra Siklus 30-79 20 10% Tidak Tuntas
Siklus I 35-92 20 60 % Tidak Tuntas
Siklus II 78-95 20 100 % Tuntas
Selain peningkatan jumlah ketuntasan siswa, penggunaan model problem based learning juga meningkatkan nilai rata-rata kelas. Hal ini dapat dilihat pada tabel perbandingan nilai rata-rata kelas sebelum dilakukan Tindakan, siklus I, dan Siklus II.
Tabel 1.3
Perbandingan Nilai-rata-rata hasil evaluasi, Pra siklus, siklus I dan Siklus II
Evaluasi Nilai Rata-Rata
Pra Siklus 52,95
Siklus i 68
SiklusII 84
Berdasarkan hasil Analisa data, diperoleh hasil belajar peserta didik menunjukkan peningkatan pada setiap siklus. Sebelum diterapkan model problem based learning persentase siswa yang tuntas atau mendapatkan nilai ≥78 adalah 10% atau 2 peserta didik.
Setelah diterapkan model problem Based learning hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan, yaitu pada siklus I persentase oeserta didik yang tuntas atau yang memiliki nilai ≥ 78 sebanyak 60 %dan pada siklus II meningkat lagi sebanyak 100 %. Jumalah peserta didik yang tuntas pada pra siklus sebanyak 2 peserta didik, siklus I sebanyak 12 peserta didik, Siklus II sebanyak 20 peserta didik.
Demikian juga nilai Rata -rata kelas sebelum diterapkan model problem Based Learning adalah 52,95. Tetapi setelah di terapkan model Problem Based learning nilai rata-rata kelas menunjukkan peningkatan, yaitu pada siklus I dengan nilai 68 sedangkan pada siklus II dengan nilai 84.
Bertambahnya jumlah peserta didik yang tuntas dan meningkatnya rata- rata kelas setelah diterapkan model problem based learning dapat memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik untuk menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan para peserta didik sehingga memudahkan dalam
memahami materi, serta menjadikan materi pelajaran lebih mudah dipahami dan tidak mudah dilupakan.
Keberhasilan penelitian Tindakan kelas ini tidak terlepas dari peran guru yang secara kontinyu memperbaiki kemampuannya dalam menerapkan model problem based learning dan memperbaiki metode pengajarannya. Model problem based learning ini memiliki keunggulan diantaranya:
1. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Problem Based learnig menekankan keaktifan peserta didik terlibat dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya pembelajaran khusus bagaimana menemukan dan memecahkan masalah.
2. Meningkatkan kecakapan kolaboratif, problem based learning mendukung peserta didik dalam bekerja menyelesaikan masalah secara Bersama.
3. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber problem based learning memberikan kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, alokasi waktu , dan sumber lain untuk menyelesaikan tugas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 10 Maros tahun pelajaran 2022/2023 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI pada materi pernikahan dalam islam pada kelas XII SMA. Hal ini bisa dilihat dari hasil peningkatan nilai dibawah ini.
Pada siklus 1 peserta didik yang nilainya diatas KKM sebanyak 12 peserta didik atau 60% dan Nilai yang dibawah KKM sebanyak 8 peserta didik atau 40%.
Pada Siklus II peserta didik yang nilainya diatas KKM sebanyak 20 peserta didik atau 100%. Kenaikan Hasil belajar tersebut juga dapat meningkatkan nilai rata- rata kelas. Nilai rata-rata kelas meningkat dari pra siklus sebesar 52,95, siklus 1 dengan nilai rata-rata 68 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 84.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. (2007). Learning to Teach Sevents Edition. New York: The. Mc Graw Hill Compainies. dari https://meenta.net/problem-based- learning/
David Boud. (2010). Problem Based Learning in Education for the Professions. Higher Education Research and Development Society of Australia. dari https://meenta.net/problem-based-learning/
Nensy Rerung1, Iriwi L.S. Sinon2, Sri Wahyu Widyaningsih,(2017) Penerapan Model pembelajaran Problem based learning (PBL) umtuk meningkatkan hasil belajar peserta didik SMA pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 06 (1)(2017) 47-55
Emia Rokhmawati. (2022). Penerapan PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi larangan berbuat zina. Vol. 2 Juli 2022
Adawiah Robiatul. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan Aktivitas Siswa. Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Fatah Jakarta Utara). Jakarta.
Archambault, J. (2008). The Effectof Developing Kinematics Concept graphically Prior to Introducing Algebraic Problem Solving Techniques.
Action Research Required for the Master of natural Science Degree with Concentration in Physics: Arizona State University.
Pribadi, Benny A.. (2019). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Dian Rakyat. Purwanto, Ngalim. 2016. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya Purwanto. 2016. Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ramayulis, (2006). Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta, Kalam Mulia.
(2005). Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Kalam Mulia Arifin, Zainal. (2015). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik,Prosedur.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. (2019). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabe