• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR M1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR M1"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (M1), SUKU BUNGA SBI (Sertifikat Bank Indonesia), NILAI TUKAR (KURS) TERHADAP TINGKAT

INFLASI PADA BANK UMUM.

Siti Nurul Zahra

Universitas Trilogi

1.Latar Belakang

Negara dengan sistem keuangan yang kuat dan modern, telah memiliki perubahan paradigma tentang uang dan cara pengalokasiannya. Hal ini sangat diperlukan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Sektor yang memiliki peranan aktif dalam pembangunan ekonomi pada suatu negara adalah sektor perbankan. Sektor ini diharapkan dapat berkembang dengan pesat guna menghadapi era persaingan global serta perkembangan investasi pada pasar keuangan Indonesia. (Aditya, 2013:421-435).

(2)

peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua negara adalah inflasi. Dampak terhadap inflasi yang selalu meningkat akan terhambat pertumbuhan perekonomian negara.

Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga barang secara umum dan terusmenerus. Kenaikan yang bersifat dua atau tiga jenis barang tidak dapat dikatakan inflasi. Mungkin dapat terjadi kenaikan harga selama priode tertentu dan kenaikan yang terjadi hanya sekali saja meskipun dalam presentase yang cukup besar, kecuali bila mengalami kenaikan yang meluas. Tahun 1997 tanda-tanda dimana awal terjadinya krisis perekonomian, saat itulah pertumbuhan ekonomian Indonesia bekisar pada 4,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya 7,8%. Pada tahun 1998 Indonesia mengalami inflasi yang sangat parah. Penyebab terjadinya inflasi di Indonesia pada saat itu terjadi krisis moneter dan nilai rupiah turun drastis dan pada saat itu juga Dollar naik lebih dari 100%. Akibatnya Indonesia gulung tikar dan tingkat pengangguran tinggi.(Goole Chrome). Jika suatu negara ingin mempertahankan laju inflasi yang rendah, tentunya pemerintah tersebut harus menekan kenaikan harga. Usaha untuk menekan harga ini dapat dilakukan dengan menekan laju kenaikan jumlah uang beredar misalnya dengan pembatasan pemberian kredit atau dengan menaikkan suku bunga pinjaman (tight money policy). Tetapi dampak yang ditimbulkan adalah akan terjadi kelesuan investasi, dan meningkatnya pengangguran yang pada akhirnya akan menurunkan Pendapatan Nasional. Salah satu kebijakan dalam pengendalian inflasi adalah kebijakan moneter. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang di ambil oleh bank Indonesia untuk memelihara dan mencapai stabilitas nilai mata uang yang beredar dan penetapan suku bunga. Kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah yaitu menggunakan pendekan uang primer (base money). Strategi kebijakan moneter base money meliputi pendekatan dengan penargetan besaran nilai tukar untuk menekan krisis ekonomi yaitu dengan melakukan kebijakan intervesi (spread) dan intervesi pasar valuta asing. Kebijakan moneter yang harus dilakukan di negara berkembang pada umumnya lebih berat dan sulit jika dibandingkan dengan negara-negara maju.

(3)

dalam ekspor dan impor. Kegiatan ini sangat mudah menimbulkan inflasi karena berfluktuasinya harga-harga bahan mentah yang diekspor, sehingga penerimaan dari kegiatan ekspor mengalami perubahan yang tidak teratur, adakalanya kenaikannya besar sekali dan adakalanya menjadi sangat merosot.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Tujuan bank Indonesia adalah mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Dalam hal ini, kestabilan nilai rupiah mempunyai dua dimensi, yaitu kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain (disebut dengan nilai tukar atau kurs rupiah). Dalam sistem ini nilai mata uang rupiah ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Karna bank Indonesia tidak menargetkan untuk mengarahkan perkembangan pada tingkat tertentu sasaran akhir bank Indonesia lebih diarahkan pada pencapaian laju inflasi sesuai kondisi perekonomian nasional.

Dalam sistem nilai tukar mengambang yang dianut saat ini, nilai tukar rupiah ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar valuta asing, dan karenanya Bank Indonesia tidak menargetkan atau berupaya untuk mengarahkan per-kembangan nilai rupiah pada tingkat tertentu. Untuk itu sasaran akhir Bank Indonesia lebih diarahkan pada pencapaian laju inflasi yang rendah sesuai dengan kondisi perekonomian nasional. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh dari JUB (M1), SBI, Nilai Tukar, Suku Bunga Deposito, terhadap inflasi di Indonesia.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh dari “ANALISIS

PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (M1), SUKU BUNGA (SBI), NILAI

TUKAR (KURS) TERHADAP TINGKAT INFLASI”.

2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam studi ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh JUB (M1) terhadap tingkat Inflasi di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh Suku Bunga (SBI) terhadap tingkat Inflasi di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar yang berpengaruh terhadap tingkat inflasi di Indonesia?

(4)

3.Tujuan Peneliatian

Tujuan dilakukannya penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap tingkat inflasi di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh Suku Bunga (SBI) terhadap tingkat inflasi di indonesia?

3. Untuk mengetahui pengaruh Nilai Tukar (KURS) Rupiah terhadap Dollar yang berpengaruh terhadap tingkat inflassi di Indonesia.

4.Manfaat Penelitian

Sebagaimana layaknya karya ilmiah ini, hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan berhubungan dengan obyek penelitian antara lain :

1. Bagi Peneliti

Peneliti ini merupakan implementasi dari ilmu ekonomi khususnya manajemen keuangan yang telah didapat dari proses belajar penulis sehingga menambah wawasan penulis mengenai bagaimana penerapan teori dengan praktek yang sebenarnya.

2. Bagi Universitas

Memberikan sumbangan informasi pihak lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan dapat menambah kepustakaan sebagai informasi bahan pembanding bagi penelitian lain serta sebagai wujud Darma Bakti kepada perguruan tinggi pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya jurusan Manajemen Keuangan.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau perluasan pandangan tentang pelajaran yang didapat dari bangku kuliah dan memperdalam pengetahuan terutama dalam bidang yang dikaji serta sebagai referensi ilmiah bagi para peneliti berikutnya.

4. Bagi investor

Adanya informasi tentang metode pengaruhnya jumlah uang beredar dan suku bunga, nilai tukar suku bunga depositi terhadap inflasi di Bank Indonesia diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor dalam mengambil keputuan ketika akan berinvestasi, agar investor tidak mengalami kerugian.

(5)

5. Landasan Teori

a.Teori Inflasi

Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga barang secara umum dan terus-menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh berbagai faktor, antaranya konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas yang memicu konsumsi bahkan spekulasi termasuk akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi merupakan variable makro ekonomi yang dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan masyarakat secara umum serta perusahaan pada khususnya. Inflasi pada level tertentu dibutuhkan untuk merangsang investasi.

Inflasi mengakibatkan pendapatan marjinal lebih tinggi daripada biaya marjinal, maka perusahaan memperoleh peningkatan keuntungan. Sebaliknya, apabila biaya marjinal akibat inflasi lebih tinggi daripada pendapatan marjinal, maka perusahaan akan mengalami kerugian. (Rahardja & Manurung, 2005). Sementara menurut Mankiw (2003) inflasi adalah kecenderungan harga untuk naik secara umum dan terus menerus dan merupakan sebuah fenomena moneter.

Ada cukup banyak definisi mengenai inflasi. Sejak awal 1970-an para ahli ekonomi mengartikannya sebagai naiknya tingkat harga umum secara terus menerus. Venieris dan Sebold dalam Anton Hermanto Gunawan (1991), mendefinisikan inflasi sebagai kecenderungan yang terus menerus dari tingkat harga umum untuk meningkat setiap waktu. Kenaikan harga umum yang terjadi sekali waktu saja, menurut definisi ini, tidak dapat dikatakan sebagai inflasi. Sedangkan menurut Ackley dalam Iswardono (1993), inflasi adalah suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang-barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi.

Sehingga menurut Venieris dan Sebold dalam Anton Hermanto Gunawan (1991) di dalam definisi inflasi tersebut tercakup tiga aspek, yaitu:

1. Adanya “kecenderungan” (tendency) harga-harga untuk meningkat, yang berarti mungkin

(6)

2. Peningkatan harga tersebut berlangsung “terus menerus” (sustained) yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, yakni akibat adanya kenaikan harga bahan baker minyak pada awal tahun saja misalnya.

3. Mencakup pengertian “tingkat harga umum” (general level of prices), yang berarti tingkat harga yang meningkat bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja.

Menurut Nopirin (1992), Jenis inflasi menurut sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu

Inflasi merayap (creeping inflation), Inflasi menengah (galloping inflation) dan Inflasi tinggi

(hyper inflation). Sedangkan, jenis inflasi menurut sebab terjadinya dibagi menjadi 2, yaitu Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation (Dernburg, 1994).

Jenis inflasi menurut asal dari inflasi dibagi menjadi (Boediono, 1995):

a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation).

Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaranbelanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panenan gagal dansebagainya.

b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).

Penularan inflasi dari luar negeri ke dalam negeri ini dapat mudah terjadi padanegaranegara yang perekonomi annya terbuka. Penularan inflasi ini dapat terjadi melalui kenaikan hargaharga baik itu impor maupun ekspor baik secara demand inflation maupun cost inflation.

b.Jumlah Uang Beredar (JUB)

Uang beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan penduduk). Kuantitas uang sebagai jumlah dolar yang dipegang publik dan kita mengasumsikan Bank Sentral AS mengendalikan jumlah uang beredar dengan meningkatkan atau menurunkan jumlah uang dollar dalam sirkulasi melaui operasi pasar terbuka. Jumlah Uang Beredar tidak hanya ditentukan oleh kebijakan bank Sentral, tetapi juga oleh pelaku rumah tangga (yang memegang uang) dan bank (di mana uang disimpan).

(7)

Rekening giro adalah rekening simpanan bank umum yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu – waktu.

Simpanan uang tunai dikatakan dalam bentuk tabungan atau saving deposit atau deposit berjangka atau time deposit pada bank penarikannya tidak dapat dilakukan sewaktu –waktu. Penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai perjanjian seperti satu bulan atau tiga bulan. Dalam melakukan pembayaran tidak dapat dilakukan langsung seperti uang kartal dan uang giro. Dalam melakukan pembayaran harus menunggu rekening tabungan atau deposito berjangka saat jatuh tempo.

Dengan demikian uang yang telah disimpan dalam rekening tabungan atau deposito berjangka adalah uang Kuasi. Bank Indonesia mendefinisikan uang beredar dapat didevinisikan dalam arti Sempit (M1) dan dalam arti Luas (M2).

1. (M1) merupakan uang beredar dalam arti Sempit, meliputi uang kartal yang di pegang masyarakat dan uang giro (berdenominasi Rupiah).

2. (M2) merupakan uang beredar dalam arti Luas. Terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.

Kita mulai dengan mengingat bahwa jumlah uang beredar meliputi mata uang asing di tangan publik dan deposito di bank-bank yang bisa digunakan rumah tangga untuk bertransaksi, seperti rekening koran. Dapat ditulis :

M = C + D

Yaitu, dengan M menyatakan jumlah uang beredar, C mata uang asing, dan D rekening giro (demand deposit).

c.Hubungan Jumlah Uang Beredar (M1) dan Pengaruh Terhadap Inflasi.

Nilai uang ditentukan oleh supply dan demand terhadap uang. Jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank Sentral, sementara jumlah uang yang diminta (money demand) ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain tingkat harga rata-rata dalam perekonomian. Jumlah uang yang diminta oleh masyarakat untuk melakukan transaksi, bergantung pada tingkat harga barang dan jasa yang tersedia. Semakin tinggi tingkat harga, semakin besar jumlah uang yang diminta.

(8)

kembali seimbang dengan jumlah uang yang diedarkan. Penjelasan yang menggambarkan bagaimana tingkat harga ditentukan dan berubah seiring dengan perubahan jumlah uang beredar disebut teori Kuantitas Uang (quantity theory of money).

Berdasarkan teori ini, jumlah uang yang beredar dalam suatu perekonomian menentukan nilai uang, sementara pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan sebab utama terjadinya inflasi. Secara umum, teori kuantitas uang menggambarkan pengaruh jumlah uang beredar terhadap perekonomian, dikaitkan dengan variabel harga dan output. Hubungan antara jumlah uang beredar, output, dan harga dapat ditulis dalam persamaan matematis sebagai berikut:

M x V = P x Y

Dimana P adalah tingkat harga, Y adalah jumlah output, M adalah jumlah uang beredar, P x Y adalah nominal, dan V adalah Velocity of Money (perputaran uang). Persamaan ini disebut sebagai persamaan kuantitas (quantity equation). Velocity of money (perputaran uang) mengukur tingkat dimana uang bersirkulasi dalam perekonomian atau dapat dikatakan mengukur kecepatan perpindahan uang dari satu orang ke orang lainnya.

d.Suku Bunga SBI

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan system diskonto. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikan maupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI. Metode lelang penerbitan SBI dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu melalui Variable Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia) dan dengan Fixed Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia). Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI adalah Bank Umum dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI di pasar perdana sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar sekunder (Heru, 2010).

(9)

Metode lelang penerbitan SBI dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu melalui Variable Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia) dan dengan Fixed Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia).

Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI rate (sukubunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan olehBank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudianyang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. Definisi BI rate sendiri menurut Bank Indonesia adalah suku bunga instrumentsinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan, kecuali ditetapkan berbeda oleh RapatDewan Gubernur bulanan dalam triwulan yang sama (www.bi.go.id).

(10)

e.Hubungan Suku Bunga SBI Dan Pengaruh Terhadap Inflasi

Hubungan suku bunga SBI dan inflasi dijelaskan dengan menggunakan hipotesa, Zulverdi (1998), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat suku bunga SBI dan tingkat inflasi yang diperkirakan tingkat suku bunga SBI juga dipengaruhi inflasi atau dengan kata lain tingkat inflasi mempunyai pengaruh atau efek terhadap tingkat suku bunga SBI sebagai sasaran. Tingkat suku bunga SBI cenderung akan meningkat pada saat inflasi yang diperkirakan meningkat. Kegiatan transaksi ekonomi lebih banyak di sektor keuangan ini dibandingkan dengan sektor riil.Selanjutnya diketahui pula bahwa, tingkat suku bunga SBI mempunyai hubungan dengan tingkat inflasi.

f. Nilai Tukar (Kurs)

Menurut Hamdy (2008) nilai tukar adalah harga mata uang lokal terhadapmata uang asing. Jadi, nilai tukar merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Nilai Tukar (Kurs) adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat ini atau di kemudian hari antara mata uang dua negara atau wilayah. Kurs sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasarsaham maupun di pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang Asing khususnya Dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

g.Hubungan Nilai Tukar (Kurs) terhadap Inflasi

Perubahan nilai tukar ini perlu dicermati lebih seksama bagaimana kejutan nilai tukar akan mempengaruhi perekonomian dan inflasi. Perubahan nilai tukar ini tentunya akan berimplikasi terhadap karakteristik fluktuasi nilai tukar dan pengaruhnya terhadap perekonomian terbuka. Rupiah mendapatkan tekanan-tekanan depresiatif yang sangat besar diawali dengan krisis nilai tukar. Nilai tukar rupiah secara simultan mendapat tekanan yang cukup berat karena besarnya capital outflow akibat hilangnya kepercayaan investor asing terhadap prospek perekonomian Indonesia. Tekanan terhadap nilai tukar tersebut diperberat lagi dengan semakin maraknya kegiatan. sehingga sejak krisis berlangsung nilai tukar mengalami depresiasi hingga mencapai 75 persen.

(11)

6.Metode Penelitian a.Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan

variabel independen. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Sedangkan variabel independen (bebas) adalah

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen.

1. Tingkat Inflasi ( INF) dilambangkan sebagai variabel tidak bebas (dependent variable).

2. Jumlah Uang Beredar (M1) dilambangkan sebagai variabel bebas (independent variable). 3. Suku Bunga SBI (SBI Rate) dilambangkan sebagai variabel bebas (independent

variable).

4. Nilai Tukar Rp/US$ (KURS) dilambangkan sebagai variabel bebas (independent variable).

b.Difinisi Operasional

Definisi operasional dari masingmasing variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah Uang Beredar (M1) Variabel ini merupakan jumlah uang beredar di masyarakat dalam arti sempit (M1) meliputi uang kartal dan uang giral. Variabel ini dinyatakan dengan satuan milyar.

2. Suku Bunga SBI

Variabel ini dalam kebijakan moneter merupakan instrument moneter dalam pengendalian tingkat inflasi. Suku Bunga SBI tersebut akan menyerap kelebihan uang primer yang ada di masyarakat. Variabel ini dinyatakan dalam persen.

3. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Variabel ini merupakan nilai tukar rupiah terhadap dollar karena mekanisme penukaran valas tersebut. Variabel ini dinyatakan dengan satuan Rupiah per Dollar.

4. Tingkat Inflasi Variabel ini merupakan hasil dari tingkat harga barang jasa. Variabel ini dinyatakan dengan satuan persen.

(12)

c.Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif untuk menganalisa pengaruh jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah terhadap dollar terhadap tingkat inflasi. Data-data yang diperoleh terdiri dari data sekunder. Data sekunder bersumber dari Bank Indonesia (BI). Data tersebut memiliki fungsi sebagai ukuran dari masing-masing variabel.

7.Populasi dan Sampel a.Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengaruhnya jumlah uang beredar,

suku bunga dan nilai tukar rupiah yang berpengaruh terhadap tingkat inflasi pada Bank

Indonesia (BI).

b.Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan non-parametrik

menggunakan model Regresi Linier Berganda sehingga dapat dianalisis mengenai pengaruh

jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah terhadap dollar terhadap tingkat

inflasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Bank Indonesia

periode 2006-2011. Data diambil dari situs resmi Bank Indonesia.

c.Metode Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Regresi Linier Berganda. ini terdapat beberapa tahap pengujian yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas, autokorelasi dan uji multikolinearitas.

8.Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah data yang bersifat normal (Modul Ekonometrika I, 2005). Dapat dilihat dari nilai probabilita nilai JarqueBerra dengan kriteria sebagai berikut:

• Jika hasil dari probabilita Jarque-Berra < 5% (0.05) maka, Ha diterima (signifikan),

artinya data bersifat tidak normal (residual berdistribusi tidak normal).

• Jika hasil dari probabilita Jarque-Berra > 5% (0.05) maka, Ha ditolak (tidak signifikan),

(13)

b.Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang signifikan diantara dua atau lebih variabel independent dalam model regresi. Multikolinearitas dibedakan atas dua yaitu:

a. Multikolinearitas Sempurna Suatu Multikolinearitas dikatakan sempurna apabila nilai Multiko-linearitas lebih kecil dari angka 0,8, sehingga hal tersebut tidak terdapat Multikolinearitas.

b. Multikolinearitas Tidak SempurnaSuatu Multikolinearitas dikatakan tidak sempurna apabila nilai Multiko-linearitas lebih besar dari angka 0,8, sehingga hal tersebut terdapat Multikolinearitas.

c.Uji Autokorelasi

Autokorelasi yaitu suatu keadaan dimana kesalahan pengangguan dari periode tertentu (ut) berkorelasi dengan kesalahan penganggu dari periode sebelumnya (fit-1). Pada kondisi ini kesalahan penganggu tidak bebas tetapi satu sama lain berhubungan. Bila kesalahan penganggu periode t dengan t-1 berkorelasi maka terjadi kasus korefasi serial sederhana tingkat pertama (first order autocorrelation).

Dengan adanya autokorelasi akan mengakibatkan uji statistik menjadi tidak tepat, dan untuk mendeteksinya dapat dilakukandengan dua cara yaitu uji Durbin Watson / DW Test dan Lagrange Multiplier / LM Test, dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan menggunakan uji LM. Ada beberapa kriteria dalam mengambil keputusan terdapat autokarelasi atau tidak dalam suatu model, yakni:

• Obs* R-squared < 0,05, maka dikatakan terdapat autokorelasi.

(14)

9.Pengujian Hipotesis a. Uji-T (Uji Individu)

Uji-T digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel independent signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan T-hitung / Tstatistik dengan T-tabel pada taraf signifikan a = 0,05.

• Jika t-statistik > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. (artinya variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Disamping itu, uji-T ini dapat juga dihitung dengan melihat probabilita masing-masing variabel)

• Jika probabilita > a = 0,05, maka variabel independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent.

• Dan apabila probabilita < a = 0,05 maka variabel independent memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent.

b.Uji F (Uji Serentak)

Uji F adalah uji yang digunakan untuk membuktikan keberadaan pengaruh yang berarti dari variabel-variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikatnya dalamsebuah analisa regresi (Gujarati, 1993: 81).Kriteria yang digunakan dalam uji F adalah sebagai berikut: 1. Jika F statistik < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak signifikan), artinya secara

bersamasama tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Jika F statistik > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (signifikan), artinya secara

bersama-sama ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

c.Uji Koefisien Determinasi (R2)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nilai tukar (kurs) dolar Amerika (US$/Rp), inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan jumlah uang beredar M 2

Hal ini menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar antara dolar AS dan rupiah, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan uang primer

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh inflasi, nilai tukar, suku bunga SBI, dan jumlah uang beredar (M2) terhadap dana pihak ketiga yang disalurkan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa hubungan yang terbentuk antara nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dengan jumlah uang

Abstrak: Tesis ini menganalisa pengaruh tingkat suku bunga SBI, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah, pertumbuhan ekonomi, produk domestik bruto (PDB) dan pengeluaran pemerintah

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan variabel jumlah uang beredar, suku bunga dan nilai

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa hubungan yang terbentuk antara nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dengan jumlah uang

Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar rupiah (kurs), dan jumlah uang yang beredar secara simultan berpengaruh