ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, SUKU BUNGA (SBI)
DAN JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), TERHADAP NILAI
HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTI DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)
(Periode 2006-2011)
Di susun oleh:
Rachmat Kurniadi
NIM: 107084003634
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Rachmat Kurniadi
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Januari 1989
3. Alamat : Jl. Wijaya kusuma ujung Rt 011/01 no.44
Pondok Aren, Tangerang Selatan 15221
4. Telepon : 08999842184
II. PENDIDIKAN
1. TK Darunnajah, Jakarta Selatan tahun 1996
2. SD 04, Jakarta Selatan tahun 1996-2002
3. SMPN 235, Jakarta Selatan tahun 2001-2004
4. SMA N 87 Jakarta Selatan tahun 2004-2007
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun2007-2013
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Mulyadi Syaiful Anam
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Februari 1955
3. Ibu : Siti Suripah
ABSTRACT
The purpose of this research to analyze the effect of exchange rate, interest rate of SBI, and money supply on property sector composite value (NHSprop). The data which use in this research is time series data in Indonesia since 2006.1 – 2011.12. by using OLS (Ordinary Least Square) method.
The result shows that exchange rate and interest rate of (SBI) have a negative and significant effect on property sector composite value (NHSprop) in Indonesia Stock Exchange. Meanwhile money supply has no significant effect on property sector composite value (NHSprop) in Indonesia Stock Exchange.
vii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh nilai tukar, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar terhadap nilai harga saham sektor properti (NHSprop) di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series yaitu tahun 2006.1 – 2011.12 dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar dan suku bunga (SBI) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai harga saham sektor properti(NHSprop) di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai harga saham sektor properti (NHSprop) di Bursa Efek Indonesia.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga (SBI), dan Jumlah Uang
Beredar (JUB) Terhadap Harga Saham Sektor Properti di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2006-2011”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada
henti-hentinya kepada penulis. Ibuku yang tak henti-hentinya berdoa untuk Anaknya
serta segala kebijakannya sebagai „‟menteri keuangan‟‟ yang sangat
membantu dan Ayahku yang selalu sabar menanti dan sangat sabar
menghadapi semua tantangan demi anak-anaknya.
2. Keluargaku yang telah menyemangati dan memberikan banyak inspirasi
dalam menyelesaikan skripsi ini. Ika Nurlaila sebagai penyumbang utama
kegiatan touring (thanks buat doa dan materinya,hehehe), Iis mulyani (thanks
atas supportnya), Tri Sufriani (terima kasih banget atas doa, support dan
ix
lucu), Rajib Maulana atas kritik dan sarannya serta pertanyaannya „‟Bola
yang menang mana‟‟, Riska Nurhidayah yang selalu bantu jaga rumah selagi
gw kuliah hahaha, Yahya Rhomadhoni yang selalu care bukain gw pintu
pager, M. Fikri Abdillah dan Dimo Agil Aliansyah (baik-baik dah nyantren
ditunggu kepulangannya) dan yang terakhir special buat Ade Fadillah yang
sudah menanggung kita semua, luv you all.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Lukman, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
serta selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia memberikan
waktunya yang sangat berharga untuk membimbing penulis selama menyusun
skripsi ini.
5. Bapak M. Hartana I. Putra, SE, MSi., selaku dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia memberikan waktunya yang sangat berharga untuk
membimbing penulis selama menyusun skripsi ini.
6. Ibu Utami Baroroh, M.Si., selaku Sekretaris Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
8. Terima kasih kepada Putri Wulandari atas dukungan dan kesabarannya
selama kuliah maupun dalam pembuatan skripsi ini semoga selalu diridhai
Allah Swt dan diberikan kebaikan dunia dan akhirat.
9. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang
telah memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis khususnya Syamsul
“Pangeran” Bahri, Irfan “Item” Fahmidan Heri “Begal‟‟ Handoko.
10. Seluruh teman-teman Katana 601 thanks Bro selalu ngajak jalan.
11. Dan seluruh jajaran orang-orang terdekat yang tak mungkin disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 25 Mei 2013
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...
Lembar Pengesahan Skripsi ...
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ...
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ...
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...
Daftar Riwayat Hidup ... v
Abstract ... vi
Abstrak ... vii
Kata Pengantar .. ... viii
Daftar Isi ... xi
Daftar Tabel ... xv
Daftar Gambar ... xvi
Daftar Lampiran ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah . ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
A. Tinjauan Umum Pasar Modal …. ... 14
1. Pengertian Pasar Modal ... 14
2. Manfaat Pasar Modal ... 16
B. Tinjauan Umum Indeks Harga Saham …. ... 17
1. Pengertian Indeks Harga Saham ... 17
2. Jenis-Jenis Indeks Harga Saham ... 18
3. Motif Investor Memegang Saham ... 20
4. Fungsi Indeks Harga Saham ... 21
5. Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham/Indeks Saham ... 21
C. Tinjauan Umum Nilai Tukar Rupiah …. ... 23
1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah ... 23
2. Perubahan Nilai Tukar Rupiah ... 27
3. Mekanisme Penentuan Nilai Tukar Melalui ... Analisis Demand dan Supply di Pasar Valuta Asing ... 28
D. Tinjauan Umum Suku Bunga SBI …. ... 29
1. Pengertian Suku Bunga SBI ... 29
2. Macam-Macam Suku Bunga ... 31
3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ... 32
xiii
E. Tinjauan Umum Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar ... 33
1. Sejarah Uang ... 33
2. Pengertian Uang ... 34
3. Fungsi Uang ... 35
4. Jenis Uang ... 36
5. Pengertian Jumlah Uang Beredar ... 36
6. Teori Kuantitas Uang ... 37
7. Teori Penawaran dan Permintaan Uang ... 37
F. Keterkaitan Antar Variabel …. ... 39
1. Nilai Tukar Rupiah dengan Nilai Harga Saham Sektor Properti ... 39
2. Suku Bunga SBI dengan Nilai Harga Saham Sektor Properti ... 41
3. Jumlah Uang Beredar (JUB) dengan Nilai Harga Saham Sektor Properti ... 42
G. Hasil-hasil penelitian terdahulu…. ... 43
H. Kerangka Pemikiran ... 52
I. Hipotesis ... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... A. Ruang Lingkup Penelitian ... 57
B. Metode Penentuan Sampel ... 57
D. Metode Analisis Data ... 59
E. Uji Asumsi Klasik ... 60
F. Analisis Statistik … ... 67
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... A. Sejarah Singkat Objek Penelitian ... 72
1. Indeks Harga Saham Sektor Properti ... 72
2. Nilai Tukar Mata Uang ... 75
3. Suku Bunga SBI ... 77
4. Jumlah Uang Beredar (JUB) ... 79
B. Hasil dan Pembahasan ... 81
1. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 81
2. Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) ... 86
C. Interpretasi Ekonomi ... 91
1. Nilai Tukar Mata Uang ... 91
2. Suku Bunga SBI ... 92
3. Jumlah Uang Beredar (JUB) ... 93
BAB V PENUTUP ... A. Kesimpulan ………. ... 94
B. Saran ………. ... 96
Daftar Pustaka ...98
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Data Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (JUB) dan
Pertumbuhan Harga Saham Sektor
Properti Tahun 2006-2011………...………… 6
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ……… 50
3.1 Operasional Variabel ……….…….. 71
4.1 Laju Pertumbuhan Harga Saham Sektor Properti Tahun 2006-2011……….…….………….. 74
4.2 Tabel Rata-rata Nilai Tukar Rupiah Tahun 2006-2011 …….. 76
4.3 Tabel Rata-rata Suku Bunga SBI Tahun 2006-2011 ……….. 78
4.4 Tabel Rata-rata Jumlah Uang Beredar (JUB) Tahun 2006-2011 ……… 80
4.5 Hasil Uji Linearitas …………...……….. 82
4.6 Hasil Uji Normalitas ……….……….. 82
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ……….. 83
4.8 Hasil Korelasi Uji Multikolinearitas …….……….. 85 4.9 Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Breusch-Godfrey ………. 86
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Grafik Sektor Properti ………...…….. 5 2.1 Mekanisme Penentuan Nilai Tukar Melalui Analisis
Demand dan Supply di Pasar Valuta
Asing……….………...……… 28
2.2 Kerangka Pemikiran ………..….……. 54 4.1 Grafik Pertumbuhan Harga Saham Sektor Properti
Tahun 2006-2011 ………... 74
4.2 Grafik Nilai Tukar Mata Uang Tahun 2006-2011…….……... 76
4.3 Grafik Suku Bunga SBI Tahun 2006-2011……….…….. 78
4.4 Grafik Jumlah Uang Beredar (JUB)
Tahun 2006-2011…………...……….……….. 80
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Penelitian ……….………...…...… 101 2 Uji Linearitas……….………...….….…... 102 3 Uji Normalitas …………...……... 103 4 Uji Heteroskedastisitas ……….…………..……... 104
5 Uji Multikolinieritas ………...…... 105
6 Uji Autokorelasi ……….... 105
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi suatu negara dewasa ini tak bisa dilepaskan dari pasar
modal yang diatur oleh suatu negara, meningkatnya perekonomian suatu negara
dapat diindikasikan dengan meningkatnya pula volume perdagangan dalam pasar
modal begitu juga dengan menurunnya perekonomian suatu negara dapat dilihat
dari pasar modal itu sendiri atau dengan kata lain pasar modal menjadi suatu
pandangan dari meningkat atau menurunnya perekonomian suatu negara sehingga
membuat pasar modal menjadi instrumen penting untuk suatu negara dalam rangka
meningkatkan perekonomiannya.
Pasar modal merupakan suatu sarana bagi pelaku usaha untuk memperoleh
dana untuk melakukan ekspansi perusahaannya dari investor yang memiliki dana
lebih sehingga investor tersebut masuk ke pasar modal untuk memperoleh
keuntungan dari dana lebihnya sehingga menimbulkan imbal balik yang positif
antara para pelaku usaha dengan para investor. secara umum pasar modal
merupakan tempat bagi perusahaan dalam membiayai kegiatan perusahaannya
(Thobarry, 2009:18).
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang
2 yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha,
ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi
sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi (Yogi Permana, 2009:1).
Sedangkan menurut (Sugeng, 2010) pasar modal merupakan tempat
bertemunya para pemodal dan pencari modal. Sedangkan pasar modal itu sendiri
memiliki tiga tujuan; pertama, mempercepat proses perluasan pengikutsertaan
masyarakat dalam kepemilikan saham perusahaan. Kedua, pemerataan pendapatan
bagi masyarakatdan ketiga, meningkatkan pertisipasi masyarakat dalam
menghimpun dana secara produktif.
Aktivitas dalam pasar modal pada dasarnya mencerminkan suatu keadaan
ekonomi suatu negara yang dilihat dari gabungan saham atau yang biasa disebut
indeks harga saham gabungan (IHSG). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator
pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks
adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang
tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 emiten. Sekarang ini jumlah emiten
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sudah mencapai 396 emiten. Seiring dengan
perkembangan dan dinamika pasar, IHSG mengalami periode naik dan turun.Pada
tanggal 9 Januari 2008, IHSG di Bursa Efek Indonesia mencapai level tertinggi
sepanjang sejarah pasar modal Indonesia yaitu ditutup pada level 2.830,263 (Bursa
Selain indeks harga saham gabungan, Sekarang ini PT Bursa Efek Indonesia
memiliki 11 jenis indeks harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan,
salah satu indeks yang dimiliki oleh Bursa Efek Indonesia adalah indeks sektoral
yang merupakan subsektor dari Indeks harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks
sektoral pertama kali diperkenalkan pada tanggal 2 januari 1996 dengan nilai awal
indeks adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28
desember 1995. Indeks sektoral secara garis besar terbagi menjadi 3 sub bagian
yaitu primer yang meliputi pertanian dan pertambangan, sekunder yang meliputi
industri dasar kimia, aneka industri dan industri barang konsumsi, dan tersier yang
meliputi properti, transportasi, keuangan dan perdagangan, jasa dan investasi
(Bursa Efek Indonesia, 2010:5).
Salah satu indeks sektoral yang dimiliki PT. Bursa Efek Indonesia terdapat
indeks sektoral properti. Indeks sektoral properti merupakan gambaran untuk
menunjukkan apakah terjadi penurunan atau peningkatan peran sektor properti
tersebut terhadap perekonomian Indonesia dewasa ini.
Menurut (Thobarry, 2009:19), bagi kalangan masyarakat yang memiliki dana
dan berminat untuk investasi, pasar modal menjadi suatu alternatif untuk
menanamkan dananya yang salah satunya adalah dalam bentuk saham. Saham
properti bisa menjadi pilihan yang tepat dalam kondisi perekonomian saat ini
karena return yang akan diterima oleh investor cukup tinggi sehingga menjadi
4 Sejak krisis ekonomi tahun 1998, banyak perusahaan pengembang mengalami
kesulitan karena memiliki hutang yang didominasi oleh dolar Amerika dalam
jumlah yang besar, yang telah dipinjamnya pada saat sebelum krisis ekonomi guna
membangun properti. Krisis ekonomi menyebabkan bunga kredit melonjak hingga
50% sehingga pengembang mengalami kesulitan untuk membayar cicilan
kreditnya (dalam bentuk dolar Amerika). Tunggakan hutang dalam jumlah yang
besar, menurunkan kinerja keuangan perusahaan, yang kemudian berdampak pada
respon investor di pasar modal sehingga mempengaruhi harga pasar saham
(Almas, 2007:15).
Meningkatnya harga saham properti dan tetap menjadi primadona selepas
krisis salah satunya disebabkan oleh makin banyaknya masyarakat yang sadar jika
harga tanah cenderung naik. Bertambahnya jumlah penduduk juga alasan semakin
banyaknya masyarakat yang menginvestasikan dananya dalam pasar properti
karena menyebabkan demand meningkat dan supply tanah bersifat tetap sehingga
harga properti akan selalu naik seiring bertambahnya jumlah penduduk (Suyanto,
2007).
Dalam perkembangannya sektor properti memiliki siklus yang unik dimana
pertumbuhan tertinggi selalu berkesudahan dengan krisis ekonomi contohnya
diawal tahun 1997 industri properti mencapai pertumbuhan yang signifikan namun
tak lama kemudian krisis ekonomi pada tahun 1998 menghancurkan sendi-sendi
ekonomi tak terkecuali dalam industri properti, begitu juga diakhir tahun 2007
pada tahun 2008 krisis kembali meruntuhkan pondasi ekonomi hal ini yang
membuat para investor harus memperhitungkan keadaan variabel makro agar
tingkat keuntungan sesuai yang diharapkan dan hal ini juga membuat sektor
properti selalu menarik untuk dikaji dan lebih jelasnya mengenai pertumbuhan
properti dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini:
Gambar 1.1 Grafik Sektor Properti
Sumber: Bursa Efek Indonesia
Selain volatilitas harga saham yang tinggi, sektor properti juga sangat
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara makro. Dampak krisis global bisa
saja akan kembali mempengaruhi bisnis properti Indonesia seperti yang terjadi
pada tahun 1998. Kekhawatiran ini mulai muncul sejak tahun 2003 ketika ekspansi
1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000 2,000,000 2,200,000 2,400,000 2,600,000
2006 2007 2008 2009 2010 2011
6 bisnis properti begitu tinggi. Pembangunan ruko, apartemen, mal dan pusat
perbelanjaan mengalami perkembangan yang signifikan, tak hanya di Jakarta
namun juga di beberapa kota besar lainnya. Pada perkembangannya, membaiknya
kondisi ekonomi membuat pertumbuhan bisnis properti nasional khususnya sejak
2003 menjadi sangat tinggi. Nilai kapitalisasi proyek properti nasional melonjak,
dan puncaknya tahun 2005 nilai kapitalisasinya mencapai Rp 91,01 Triliun atau
meningkat hampir sepuluh kali dibandingkan dengan nilai kapitalisasi tahun 2000
yang sebesar Rp. 9,51 Triliun.
Tabel 1.1
Berikut data mengenai nilai tukar rupiah, suku bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (JUB) dan pertumbuhan harga saham sektor properti tahun
2006-2011
Pertumbuhan sektor properti pada 2006 masih dalam tren membaik, meskipun
daya beli masyarakat menurun pascakenaikan harga BBM di Oktober 2005. Dalam
periode pelaku ekonomi masih melakukan penyesuaian terhadap dampak kenaikan
harga BBM tersebut, pertumbuhan sektor properti pada 2006 masih tumbuh
sebesar 9%, Kinerja perekonomian tersebut banyak dipengaruhi peran kuat
stimulus fiskal dan dampak positif peningkatan harga komoditas primer dunia.
Ekspansi perekonomian pada 2006 banyak bertumpu pada konsumsi pemerintah
dan ekspor, sementara secara sektoral ditopang kelompok sektor primer dan
kelompok sektor jasa. Konsumsi Pemerintah meningkat tinggi dibandingkan 2005
antara lain disumbang pengeluaran bantuan langsung tunai (BLT). Secara sektoral,
peningkatan pertumbuhan tercatat pada sektor pertanian, sektor pengangkutan dan
komunikasi serta sektor bangunan.
Sementara itu pada pertumbuhan sektor properti tercatat pertumbuhan pada
tahun 2006 mencapai yang tertinggi pada tingkat 9,0% dan mulai mengalami
penurunan signifikan akibat krisis global yang mengakibatkan penurunan pada
sector property menjadi 7,05% pada tahun 2009 dan kembali mengalam penurunan
sebesar 0,5% pada tahun 2010 menjadi 7,0%. Penurunan ini tidak terlepas dari
imbas dari krisis global yang terjadi di Amerika serikat. Disaat terjadi krisis global
membuat pasar properti global memburuk. Memburuknya pasar global tersebut
berpengaruh negatif di pasar modal dalam negeri. Memburuknya kondisi ekonomi
8 sektor properti. Setelah tahun 2009 saham properti cenderung mengalami
peningkatan, hal ini terlihat dengan total perdagangan pada tahun 2010 mencapai
2.110.775 milyar dan pada tahun 2011 saham properti juga mengalami
peningkatan menjadi 2.492.910 milyar. Peningkatan tersebut tak terlepas dari
makin membaiknya perekonomian di Indonesia.
Nilai tukar rupiah mulai kembali pada tren menguat sejak triwulan II 2009
ditopang perbaikan persepsi risiko terhadap emerging market dan kondisi
fundamental domestik yang tetap terjaga. Optimisme akan pemulihan ekonomi
global yang disertai dengan terjaganya kondisi fundamental domestik mendorong
terus naiknya pasokan valas dari investor asing di pasar keuangan domestik. Selain
itu, neraca transaksi berjalan yang tetap surplus semakin mendukung tren
penguatan rupiah. Berbagai perkembangan tersebut mengakibatkan rupiah ditutup
pada level Rp9.425 pada akhir tahun 2009 atau terapresiasi 18,4% dibandingkan
dengan akhir Maret 2009.
Selama tahun 2010, nilai tukar rupiah menguat cukup signifikan terutama
disebabkan oleh derasnya aliran masuk modal asing. Pergerakan nilai tukar rupiah
juga ditopang oleh keseimbangan interaksi permintaan dan penawaran valuta asing
di pasar domestik serta fundamental perekonomian domestik yang kuat. Nilai
tukar rupiah mulai mengalami apresiasi sejak awal tahun dan mencapai level Rp
9.163 per dolar AS atau menguat secara rata-rata sebesar 3,8% dibandingkan
dengan akhir tahun 2009. Secara point-to-point rupiah terapresiasi sebesar 4,4%
Tahun 1983 dapat dipandang sebagai salah satu langkah awal modernisasi
bidang moneter di Indonesia dengan dilepaskannya sistem pengendalian secara
langsung dalam mengendalikan jumlah uang beredar seperti penetapan suku bunga
simpanan, kredit perbankan dan lain-lain. Sebagai otoritas moneter, Bank
Indonesia kemudian menerapkan sistem pengendalian moneter atau jumlah uang
beredar secara tidak langsung, Seperti mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) dan surat berharga pasar uang (Aulia Pohan,2008:96). Peningkatan suku
bunga membuat investor lebih berminat kepada Sertifikat Bank Indonesai (SBI)
sehingga membuat permintaan saham menurun. Menurunnya permintaan tersebut
akan membuat harga saham menurun. Sebaliknya disaat Suku Bunga SBI
diturunkan maka investor lebih berminat menanamkan dana mereka ke surat
berharga penyertaan (saham) sehingga permintaan akan saham tertentu akan
meningkat sehingga meningkatkan harga saham tersebut. Hal ini terlihat pada
tahun 2010 dan 2011 dimana suku bunga (SBI) berada dititik terendah dalam lima
tahun namun harga saham properti mengalami kenaikan yang signifikan pada
tahun tersebut, kenaikan saham properti dan rendahnya suku bunga (SBI)
menggambarkan antara harga saham properti dan suku bunga (SBI) memiliki
hubungan yang negatif.
Berdasarkan data dan penjelasan diatas maka peneliti melihat bahwa ternyata
ada 3 faktor yang setidaknya yang mempengaruhi nilai harga saham khususnya
10 sangat berkaitan dengan nilai harga saham pasar modal. Maka penulis melakukan
penelitian ini mengenai “Analisis pengaruh nilai tukar, suku bunga SBI dan
Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap nilai harga saham sektor properti di Bursa
Efek Indonesia Periode 2006-2011”.
B. Perumusan Masalah
Perkembangan harga saham sektor properti di Indonesia sangat menjanjikan
dimana return yang di dapat investor cukup tinggi pada sektor ini karena properti
merupakan hal mutlak yang harus dipengaruhi oleh masyarakat. Pertumbuhan
yang tinggi pada harga saham sektor properti tak lepas dari peran Bank Indonesia
selaku bank sentral untuk menjalankan tugasnya dengan baik yaitu menjaga
variabel-variabel makro seperti nilai tukar, SBI dan JUB (jumlah uang beredar)
agar tetap bergerak dalam posisi yang menjanjikan dalam melakukan investasi dan
memberikan informasi yang transparan kepada para investor sehingga para
investor dapat dengan mudah menganalisis dan memprediksi dalam menanamkan
dananya pada harga saham sektor properti di Indonesia, ketika harga saham
mengalami peningkatan maka secara otomatis mampu mengangkat pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
Berfluktuatifnya harga saham sektor properti terjadi karena banyak faktor,
baik faktor domestik seperti keamanan dalam negri maupun faktor dari negara lain
seperti krisis di Amerika Serikat yang berimbas kepada perdagangan saham
selaku otoritas moneter seperti menjaga nilai tukar rupiah, suku bunga (SBI),
maupun JUB (jumlah uang beredar) untuk membuat perekonomian tetap bergairah
sehingga perubahan variabel-variabel tersebut mampu mempengaruhi harga
saham.
Atas dasar penjelasan di atas dalam penelitian ini penulis mencoba mencari
variabel-variabel yang mempengaruhi harga saham sektor properti berdasarkan
variabel-variabel dinamis yaitu nilai tukar, suku bunga SBI dan JUB (jumlah uang
beredar) yang dimana penulis ingin mengetahui secara detail dan pasti:
1. Seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah, suku bunga (SBI) dan jumlah
uang beredar (JUB) terhadap harga saham sektor properti secara
bersama-sama?
2. Seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah terhadap harga saham sektor
properti?
3. Seberapa besar pengaruh suku bunga SBI terhadap harga saham sektor
properti?
4. Seberapa besar pengaruh jumlah uang beredar (JUB) terhadap harga saham
12
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah secara
berikut:
1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah, suku bunga SBI
dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap harga saham sektor properti secara
bersama-sama?
2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah terhadap harga
saham sektor properti?
3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh suku bunga (SBI) terhadap harga
saham sektor properti?
4. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah uang beredar (JUB)
terhadap harga saham sektor properti?
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, manfaat yang menjadi prioritas penulis adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Pemerintah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pemerintah dan penentu kebijakan
dapat menggunakan dan mengkaji penelitian itu sebagai salah satu masukan
dalam menentukan suatu kebijakan dalam upaya mencari jalan keluar dari
setiap permasalahan dalam sisi moneter agar tetap kondusif khususnya dalam
2. Bagi Investor dan Pelaku Bisnis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan suatu informasi
yang sedikit banyak berguna bagi para investor dan pelaku bisnis dalam
menanamkan dananya pada saham sektor properti.
3. Bagi Akademisi / Peneliti
Diharapkan dengan adanya penelitian ini menjadi tambahan referensi
mahasiswa dalam membuat karya ilmiah dan bagi para peneliti berikutnya
diharapkan dapat menyempurnakan kekurangan yang ada pada penelitian ini.
4. Bagi Penulis
Penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan atau menerapkan teori-teori
yang telah diterima khususnya teori-teori ekonomi moneter yang telah
diperoleh dari perkuliahan dan menambah wawasan tentang pengaruh yang
ditimbulkan dari nilai tukar rupiah, suku bunga (SBI) dan jumlah uang beredar
(JUB) terhadap harga saham sektor properti.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal
Menurut Darmaji dan Hendy (2006:1), pasar modal adalah pasar untuk
berbagi instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik
dalam bentuk utang, ekuitas, instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya.
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan mauun institusi lain
dan sarana bagi kegiatan investasi.
Menurut Deddy (2010:2) pasar modal adalah salah satu penggerak
perekonomian suatu negara. Karena pasar modal merupakan sarana pembentuk
modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan
partisispasi masyarakat dalam penggerakan dana guna menujang pembiayaan
pembangunan nasional. Selain itu, pasar modal juga merupakan representasi
untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan disuatu negara. Karena hampir
semua industri disuatu Negara terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang
sedang mengalami peningkatan (Bullish) atau mengalami penurunan (Bearish)
terlihat dari naik turunnya harga-harga saham yang tercatat yang tercermin
Thobarry (2009) menyatakan bahwa pasar modal merupakan tempat
kegiatan perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Selain
itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpunan dana masyarakat
secara langsung dengan cara menanamkan dana ke dalam perusahaan yang
sehat dan baik pengelolaannya. Fungsi utama pasar modal adalah sebagai
sarana pembentukan modal dan akumulasi dana bagi pembiayaan suatu
perusahaan atau emiten. Dengan demikian pasar modal merupakan salah satu
sumber dana bagi pembiayaan pembangunan nasional pada umumnya dan
emiten pada khususnya di luar sumber‐sumber yang umum dikenal, seperti
tabungan pemerintah, tabungan masyarakat, kredit perbankan dan bantuan luar
negeri.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang
mempunyai fungsi sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana
bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor).
Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan
usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal
menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi (Yogi, 2009:1).
Witjaksono (2010) menyatakan Bursa efek utama adalah suatu institusi
yang terpusat yang mempertemukan kekuatan permintaan dan penawaran atas
efek. Di sini proses transaksi jual beli diatur secara rapi dengan menggunakan
16 efek yang akan diperdagangkan di bursa harus memenuhi kebijakan pencatatan
(listingpolicy) yang dikeluarkan oleh pengelolanya.
Berdasarkan definisi diatas, pasar modal merupakan tempat kegiatan
perusahaan mencari dana untuk digunakan untuk pengembangan usaha,
ekspansi, penambahan modal kerja dan sarana bagi masyarakat serta untuk
berinvestasi serta akumulasi dana jangka panjang yang diatur secara rapi
dengan menggunakan peraturan sistematis yang dikeluarkan oleh pengelolanya
dengan tujuan untuk meningkatkan partisispasi masyarakat dalam penggerakan
dana guna menujang pembiayaan pembangunan nasional.
2. Manfaat Pasar Modal
Menurut Tjiptono dan Hendy (2001:2) manfaat keberadaan pasar modal, yaitu:
a. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal
b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi
c. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah
d. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik
e. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai
prospek
f. Alternatif investasi yang memberikan profesi keuntungan dengan resiko
yang bias diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi
g. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol
sosial
h. Sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten
B. Tinjauan Umum Indeks Harga Saham 1. Pengertian Indeks Harga Saham
Indeks Harga Saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan
harga saham, indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan
indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang
aktif atau sedang lesu (BEI).
Menurut (Supranto, 2004:113) indeks merupakan suatu angka yang dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan
antara kegiatan yang sama dalam dua waktu yang berbeda.
Menurut Witjaksono (2010) Indeks Harga Saham Gabungan atau
Composite Stock Price Index (IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan
untuk mengukur kinerjakerja saham yang tercatat di suatu bursa efek.
Berdasarkan definisi diatas, indeks harga saham adalah suatu indikator
yang menunjukkan pergerakan harga saham, indeks berfungsi sebagai indikator
trend pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat
di suatu bursa efek dan dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan
18
2. Jenis-Jenis Indeks Harga Saham
Menurut Tjiptono dan Hendy (2001:7-9) di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
terdapat lima indeks harga saham, yaitu indeks individual, indeks harga saham
sektoral, indeks LQ 45, indeks harga saham gabungan (IHSG), dan indeks
syariah atau Jakarta islamic indeks (JII).
a. Indeks Individual
Indeks individual ini menggunakan indeks harga masing-masing saham
terdapat harga dasarnya. Perhitungan indeks ini menggunakan prinsip yang
sama dengan IHSG, yaitu:
BEJ memberi angka dasar IHSI 100, ketika saham diluncurkan pada pasar
perdana dan berubah sesuai dengan perubahan pasar.
b. Indeks Harga Saham Sektoral
Indeks harga saham sektoral ini menggunakan semua saham yang
termasuk dalam masing sektor. Perhitungan harga dasar
masing-masing sektor didasarkan pada kurs/harga akhir setiap saham tanggal 28
Desember 1995. Indeks ini mulai diberlakukan tanggal 2 Januari 1996. Di
BEJ indeks sektoral terbagi atas Sembilan sektor, yaitu:
1) Sektor-sektor Primer (Ekstraktif)
(a) Pertanian
(b) Pertambangan
2) Sektor-sektor Sekunder (Industri Manufaktur)
(c) Industri dasar dan kimia
(d) Aneka industry
(e) Industri barang konsumsi
3) Sektor-sektor Tersier (Jasa)
(f) Properti dan real estate
(g) Transportasi dan infrastruktur
(h) Keuangan
(i) Perdagangan, jasa dan investasi.
c. Indeks LQ 45
Indeks LQ 45 merupakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas
perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan
februari dan agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks
tersebut akan selalu berubah.
d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
IHSG ini menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen
perhitungan indeks. Tanggal 10 agustus 1982 ditetapkan sebagau hari dasar
(nilai indeks = 100). Berikut penghitungan Indeks Harga Saham Gabungan:
Nilai Pasar = Jumlah saham tercatat x harga terakhir
IHSG = x 100
20 e. Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index (JII)
JII ini merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEJ bekerja
sama dengan Danareksa Investment Management. Indeks ini merupakan
indeks yang mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau indeks yang
berdasarkan syariat Islam.
3. Motif investor memegang saham.
Pada dasarnya, ada keuntungan yang diperoleh oleh investor dengan
membeli atau memiliki saham yaitu (Darmaji dan Hendy, 2001:8)
1. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan oleh perusahaan
penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. dividen yang
dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash devidend) yaitu
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen uang tunai dalam jumlah
rupiah tertentu untuk setiap saham
2. Capital again
Capital again merupakan selisih anatar harga jual dan harga beli.
Misalnya investor membeli saham tersebut dengan harga persaham Rp 3000
dan menjual kembali dengan harga persaham Rp 3500 maka investor
3. Saham bonus (jika ada)
Saham bonus adalah saham yang dibagikan perusahaan kepada para
pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih
antara harga jual terhadap harga nominal saham pada saat perusahaan
melakukkan penawaran umum dipasar perdana.
4. Fungsi Indeks Harga Saham
Menurut Iskandar (2003:89) berpendapat bahwa Indeks harga saham
merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Di
pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi, yaitu:
a) Sebagai indikator trend pasar
b) Sebagai indikator tingkat keuntungan
c) Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio
d) Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif
e) Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Sebagai salah satu instrumen ekonomi, volatilitas harga saham disuatu
bursa effek dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu lingkungan mikro dan
22 1. Lingkungan mikro
Lingkungan mikro yang mempengaruhi fluktuasi harga saham adalah:
a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan, rincian kontrak,
produk baru, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi,
laporan keamanan produk, keamanan produk dan laporan penjualan
b) Pengumuman pendanaan seperti utang dan ekuitas
c) pengumuman badan direksi manajemen
d) Pengumuman penggabungan pengambil-alihan diversifikasi
e) Pengumuman investasi seperti ekspansi pabrik
f) Pengumuman ketenagakerjaan seperti kontrak baru, pemogokan dan
lain-lain.
2. Lingkungan makro
Lingkungan makro yang mempengaruhi volatilitas harga saham adalah:
a) Pengumuman dari pemerintah, seperti: perubahan suku bunga tabungan
dan deposito, kurs, inflasi dan lain-lain.
b) Pengumuman hukum seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan.
c) Pengumuman industri sekuritas.
d) Gejolak sosial politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga
mempengaruhi terhadap harga saham.
C. Tinjauan Umum Nilai Tukar Rupiah 1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah
Rayun (2007:4) menyatakan bahwa nilai tukar mata uang (exchange rate)
atau sering disebut kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang
lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian
terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan
maupun variabel-variabel makro-ekonomi yang lainnya.
Menurut Thobarry (2009:46) kurs merupakan salah satu harga yang
terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian
besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel‐variabel makro ekonomi
yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar
mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan
moneter, nilai tukar mata uang di definisikan sebagai harga dimana mata uang
asing diperjual belikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut
berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang.
Valuta asing (foreign exchange) adalah semua mata uang Negara yang
dapat digunakan untuk kegiatan perekonomian suatu Negara dengan Negara
lain. Misalnya mata yang Amerika serikat berupa US $, mata uang Yen dari
Jepang, dan lain sebagainya. Setiap valuta asing tersebut mempunyai harga
tertentu dalam mata uang suatu Negara lain. Misalnya US $ dengan Rp, $1=Rp
24 menggambarkan berapa banyak suatu mata uang harus dipertukarkan untuk
memperoleh satu unit mata uang lain. Istilah lain rasio pertukaran tersebut
adalah nilai tukar (exchange rate) atau kurs valuta asing (Asfia, 2006).
Menurutnya nilai kurs valuta asing dari waktu ke waktu dapat mengalami
perubahan. Perubahan-perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari kekuatan
permintaan dan penawaran dalam pasar valuta asing dan juga dapat ditentukan
oleh pemerintah.
Pasar valuta asing pada dasarnya merupakan jaringan kerja dari perbankan
dan lembaga keuangan dalam melayani masyarakat untuk membeli
(permintaan) dan menjual (penawaran) valuta asing (Asfia, 2006).
a. Permintaan terhadap valuta asing (Foreign Exchange Demand)
Hal ini timbul apabila penduduk suatu Negara membutuhkan barang
yang diproduksi negara lain. Artinya bila terjadi permintaan masyarakat
terhadap produk luar negeri, maka permintaan terhadap valuta asing
meningkat. Kenaikan permintaan terhadap valuta asing sangat ditentukan
oleh faktor-faktor di antaranya:
(1) Nilai tukar atau harga mata uang asing
(2) Tingkat pendapatan
(3) Tingkat bunga relative
(4) Selera
(5) Ekspektasi, dan
Apabila yang berubah itu hanya harga valuta asing (nilai tukar), maka
perubahan permintaan terhadap valuta asing hanya akan bersifat movement
along demand curve, artinya pergerakan hanya terjadi disepanjang kurva
permintaan yang sudah ada. Tetapi bila yang berubah selain dari kurs,
misalnya pendapatan, ekspektasi atau yang lainnya, maka kurva permintaan
terhadap valuta asing untuk keperluan barang impor dan keperluan spekulasi
akan bergeser, bisa ke kiri dan bisa ke kanan. Tergantung kondisi
perubahannya.
b. Penawaran terhadap valuta asing (Foreign Exchange Supply)
Hal ini terjadi apabila Negara lain mengimpor barang dan jasa atau
terjadi ekspor. Semakin besae ekspor suatu Negara, maka supply valuta
asing akan meningkat. Sebab terjadi peningkatan capital inflow. Sama
halnya dengan konsep permintaan, supply dari valuta asing sangat ditentukan
oleh berbagai faktor, antara lain:
(1) Perubahan kurs/ harga valuta asing
(2) Harga/ biaya produksi barang impor
(3) Selera dan ekspektasi, serta
(4) Kebijakan pemerintah.
Apabila yang berubah hanya kurs, perubahan terhadap supply valuta asing
hanya bergerak sepanjang kurva supply yang ada atau bersifat movement along
26 impor, hal ini akan mendorong terjadinya pergeseran kurva supply bisa ke kiri
atau ke kanan tergantung kondisi perubahan dari faktor-faktor tersebut.
Sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara sangat berpengaruh sekali
dalam menentukan pergerakan nilai tukar. Seperti misalnya negara Indonesia
yang sebelum tanggal 14 Agustus 1997 menerapkan sistem nilai tukar
mengambang terkendali, maka laju depresiasi sangat ditentukan oleh pemegang
otoritas moneter, sehingga ketika Bank Indonesia melepas kendali nilai tukar
menyebabkan nilai tukar akan segera mengikuti hukum pasar dan
pengaruh-pengaruh dari luar. Untuk mengurangi tekanan terhadap rupiah, upaya lain yang
telah dilakukan Bank Indonesia adalah pengembangan pasar valas domestik
antar bank melalui band intervensi. Dengan band intervensi, nilai tukar
diperkenankan berfluktuasi dalam kisaran band yang telah ditetapkan. Apabila
valuta asing diperdagangkan melebihi band yang telah ditetapkan maka Bank
Indonesia segera melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar pada
posisi semula (Wibowo dan Suhendra, 2010:2).
Berdasarkan definisi diatas, nilai tukar mata uang kurs merupakan harga
mata uang terhadap mata uang lainnya dan merupakan salah satu harga yang
terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian
besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel‐variabel makro ekonomi
lembaga keuangan dalam melayani masyarakat untuk membeli (permintaan)
dan menjual (penawaran) valuta asing.
2. Perubahan Nilai Tukar Rupiah
Naik turunnya nilai tukar mata uang pada waktu dilakukan transaksi valuta
asing, dapat terjadi dengan berbagai cara yaitu secara resmi yamg biasa
dilakukan oleh pemerintah di suatu negara yang menganut sistem managed
floating exchange rate atau bisa juga karena terjadinya tarik menarik antara
penawaran dan permintaan di dalam pasar (market mechanism). Sedangkan
perubahan nilai tukar mata uang dapat disebabkan oleh empat hal yaitu
depresiasi, apresiasi, devaluasi, dan revaluasi (Rayun, 2007:28).
a. Depresiasi (depreciation) merupakan penurunan harga mata uang nasional
terhadap mata uang asing akibat terjadinya tarik-menarik antara supply dan
demand di dalam pasar.
b. Apresiasi (appreciation) merupakan peningkatan harga mata uang nasional
terhadap mata uang asing akibat terjadinya tarik-menarik antara supply dan
demand di dalam pasar.
c. Devaluasi (devaluation) merupakan penurunan harga mata uang nasional
terhadap mata uang asing yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah di
suatu negara.
d. Revaluasi (revaluation) merupakan peningkatan harga mata uang nasional
28
3. Mekanisme Penentuan Nilai Tukar Melalui Analisis Demand dan Supply di Pasar Valuta Asing
Gambar 2.1
Kurs Kurs Sv Kurs
Sv
9500 A B Sv E1
Sv1
9000 E E E
8500 Dv1 E1
Dv Dv Dv
0 Q* Qs 0 Q* Q1b Qs 0 Q* Q1c Q
Keterangan Gambar 2.1 (Thobarry, 2009):
1. Gambar A menunjukkan kurs pada tingkat Rp 9.000
2. Gambar B menunjukkan terjadi perubahan/kenaikan kurs sebagai akibat
dari adanya kenaikan permintaan terhadap barang impor. Naiknya impor
akan mendorong kenaikan permintaan terhadap Dollar dari Q* menjadi Q1b
dan kurva permintaan terhadap valuta asing bergeser ke kanan dari kurva
Dv menjadi kurva Dv1, sehingga kurs naik mencapai Rp 9.500. kondisi ini
dapat diartikan melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar. Gejala
melemahnya nilai tukar rupiah karena kekuatan pasar disebut depresiasi.
3. Gambar C menunjukkan terjadinya perubahan/penurunan kurs sebagai
akibat tingginya ekspor. Sebab dengan naiknya ekspor akan menambah
supply dollar dari Q* menjadi Q1c dan kurva supply dollar bergeser dari
kurva Sv menjadi kurva Sv1, akibatnya kurs turun mencapai Rp 8.500.
Kondisi ini dapat diartikan menguatnya nilai mata uang rupiah terhadap
dolar. Gejala menguatnya nilai tukar rupiah karena kekuatan pasar disebut
apresiasi.
D. Tinjauan Umum Suku Bunga SBI 1. Pengertian Suku Bunga SBI
Menurut Case dan Fair (2004:167), bunga adalah biaya yang dibayarkan
oleh seseorang peminjam kepada pemberi pinjaman atas penggunaan dananya.
Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga pinjaman tahun yang dinyatakan
sebagai persentase dari pinjaman; persentase itu sama dengan jumlah bunga
yang diterima pertahun dibagi dengan jumlah pinjaman.
Suku bunga (Interest Rate) Menurut Herman Darmawi (2006:181), tingkat
bunga adalah harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh dan
dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
Menurut Yogi (2009:3) Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
merupakan suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk mengontrol
30 mengakibatkan masyarakat cenderung membelanjakan uangnya yang pada
akhirnya bias berdampak pada kenaikan harga-harga barang, yang salah satu
faktor pemicu inflasi dengan menaikan bunga SBI berarti bank-bank dan
lembaga keuangan akan terdorong untuk membeli SBI. Adanya bunga yang
tinggi dalam SBI membuat bank dan lembaga keuangan menikmatinya, ini
otomatis akan memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk produknya.
Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor.
Investasi pada produk bank seperti deposito/tabungan jelas lebih kecil
resikonya atau dapat dikatakan investasi bebas resiko oleh karena itu investor
akan menjual sahamnya dan dananya serentak akan berdampak pada penurunan
harga saham. Selain itu dampak dari tingkat suku bunga bank yang tinggi juga
berdampak pada bunga pinjaman modal kerja perusahaan. Ini artinya
penambahan pengeluaran perusahaan jika ini terjadi maka kondisi fundamental
perusahaan akan terganggu. Hal ini didukung oleh Wibowo dan Suhendra
(2010:4) bahwa tingkat suku bunga digunakan pemerintah untuk
mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dan jumlah uang yang
beredar dalam masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan
diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang
tinggi. Dengan demikian suku bunga yang tinggi diharapkan berkurangnya
jumlah uang yang beredar sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan
bunga adalah beban biaya yang dinyatakan dengan persentase tertentu dalam
rangka peminjaman uang untuk jangka waktu tertentu.
Tujuan penerbitan SBI adalah sebagai alat pemerintah untuk melakukan
kontraksi pasar dalam primary market dan sebagai secondary reserve dan
trading instrument dalam secondary market (untuk situasi tingkat suku bunga
turun). Jadi SBI menurut Prakarsa dan Kusuma (2008:3) adalah salah satu
instrument investasi yang menarik bagi investor mengingat instrument ini
diterbitkan oleh Bank Indonesia yang merupakan lembaga keuangan milik
negara.
Berdasarkan definisi diatas, suku bunga SBI merupakan suku bunga yang
dikeluarkan oleh bank sentral untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat
dan mengendalikan tingkat harga yang bertujuan sebagai alat pemerintah untuk
melakukan kontraksi pasar dalam primary market dan sebagai secondary
reserve dan trading instrument dalam secondary market (untuk situasi tingkat
suku bunga turun) dan menjadi salah satu instrument investasi yang menarik
bagi investor mengingat instrument ini diterbitkan oleh Bank Indonesia yang
merupakan lembaga keuangan milik negara.
2. Macam-Macam Suku Bunga
Menurut Samuelson (2004:318), suku bunga dapat dibedakan berdasarkan
satuan uang. Suku bunga yang dibedakan berdasarkan satuan uang dapat
32 1. Suku bunga nominal
Suku bunga nominal adalah suku bunga yang diukur dari pendapatan
dalam uang pertahun peruang yang diinvestasikan. Suku bunga nominal
(suku bunga uang) adalah suku bunga yang diukur dengan uang.
2. Suku bunga riil
Suku bunga riil adalah suku bunga yang dikoreksi karena inflasi yang
dihitung sebagai suku bunga nominal dikurang tingkat inflasi. Sebagai
contohnya, anggap suku bunga suatu negara adalah 8% pertahun sedangkan
inflasi 3 % pertahun. Maka kita dapat mengetahui kurs riil negara tersebut
yaitu 8%-3% = 5%.
3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/9/PBI/2002 tentang Operasi
Pasar Terbuka sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/4/PBI/2004 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/10/PBI/2002
tentang Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya
disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Lelang
SBI adalah penjualan SBI yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka
pelaksanaan kebijakan moneter (Bank Indonesia).
Tujuan dari penerbitan SBI yaitu mempengaruhi jumlah uang beredar.
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia berkewajiban memelihara kestabilan
di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI
diterbitkan dan dijual untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut (Bank
Indonesia).
4. Dampak Suku Bunga SBI Terhadap Indek Saham
Salah satu mekanisme transmisi kebijakan moneter dalah suku bunga SBI.
Selanjutnya perubahan suku bunga tersebut akan memberikan pengaruh
terhadap suku bunga tabungan dan deposito bank-bank umum yang ditawarkan
kepada masyarakat penabung dan pada suku bunga kredit yang dibebankan oleh
bank kepada debiturnya (Pohan, 2008:19-20).
Selain itu, Perubahan suku bunga mengalami kenaikan maka akan
membuat investor akan lebih memilih untuk mengalihkan dananya kedalam
surat berharga atas unjuk yang di terbitkan oleh bank Indonesia tersebut. Bila
suku bunga mengalami kenaikan maka investor akan lebih memilih untuk
mengalihkan dananya kedalam surat berharga atas unjuk yang diterbitkan oleh
bank Indonesia tersebut. Kondisi ini dapat berdampak pada aktivitas
perdagangan saham di bursa efek (Prakarsa dan Kusuma, 2008:308).
E. Tinjauan Umum Pertumbuhan Jumlah Uang beredar 1. Sejarah Uang
Pada peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhan secara mandiri.
34 orang lain. Masing-masing individu memenuhi kebutuhan makannya secara
mandiri. Dalam periode yang dikenal sebagai periode prabarter ini manusia
belum mengenal transaksi perdagangan atau kegiatan jual beli.
Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin
maju, kegiatan dan interaksi antar manusiapun meningkat tajam/ ketika itulah
masing-masing individu muai tak mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Bisa
dipahami karena ketika seseorang menghabiskan waktunya seharian bercocok
tanam pada saat bersamaan tentu ia tidak akan bisa memperoleh garam atau
ikan, menenun pakaian sendiri atau kebutuhan lain.
Pertukaran barter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada
waktu bersamaan (double coincidense of wants) dari pihak-pihak yang
melakukan pertukaran ini. Namun semakin beragam dan kompleks kebutuhan
manusia semakin sulit menciptakan situasi double concidense of wants ini.
Itulah sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima semua pihak.
Alat tukar tersebut yang kemudian disebut uang. Pertama kali uang dikenal
dalam peradaban sumeria dan babylonia (Edwin Nasution et al, 2006).
2. Pengertian Uang
Menurut Samuelson (2001), uang adalah segala sesuatu yang bersifat
sebagai alat pertukaran atau alat pembiayaan yang diterima secara umum.
Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2006:267), uang didefinisikan sebagai
benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk
Menurut Asfia Murni (2006), uang adalah segala sesuatu yang diterima
masyarakat secara umum dan dapat dipercaya sebagai alat pembayaran yang
sah untuk keperluan transaksi, sebagai satuan hitung, dan sebagai alat
penyimpan nilai.
3. Fungsi Uang
Dalam ilmu ekonomi peranan atau fungsi uang dibedakan menjadi 4 jenis
(Sadono Sukirno, 2006), yaitu:
1. Fungsi uang sebagai alat tukar
Dengan adanya uang, kegiatan tukar-menukar akan jauh lebih mudah
dijalankan kalau dibandingkan dengan perekonomian yag bertransaksi
dengan menggunakan barter. Sehingga uang yang dipakai pada masyarakat
digunakan untuk bertransaksi mengganti sistem barter.
2. Fungsi uang sebagai satuan hitung
Penggunaan uang dalam masyarakat bersumber dari kesanggupannya
untuk bertindak sebagai satuan nilai. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
satuan nilai adalah satuan ukuran yang menentukan besarnya nilai dari
berbagai jenis barang dengan adanya uang. Nilai suatu barang dapat dengan
mudah dinyatakan yaitu dengan menunjukkan jumlah uang yang diperlukan
untuk memperoleh barang tersebut.
3. Fungsi uang sebagai pembayaran tertunda
tukar-36 ekonomi akan merasa yakin bahwa pembayarannya yang ditunda itu adalah
sesuai dengan yang diharapkan.
4. Fungsi uang sebagai penyimpan nilai
Uang bisa digunakan sebagai alat penyimpanan nilai. Maksudnya adalah
penggunaannya memungkinkan kekayaan orang disimpan dalam bentuk
uang.
4. Jenis uang
Terdapat dua jenis uang yang beredar dalam masyarakat yaitu:
1. Uang Giral
Jenis uang ini biasanya diterbitkan oleh bank umum yang diatur oleh
perundangan-undangan seperti surat utang, deposito dan sebagainya.
2. Uang Kartal
Uang kartal adalah uang yang dikeluarkan dan diterbitkan oleh
pemerintah berupa uang logam dan uang kertas baik yang memiliki nilai
intrinsik maupun yang memiliki nilai nominal (Asfia, 2006:158).
5. Pengertian Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar dapat dibedakan menjadi dua pengertian yaitu dalam
arti sempit dan dalam arti luas.
1. Pengertian jumlah uang beredar dalam arti sempit
Uang dalam arti sempit adalah uang yang dalam peredarannya ditambah
dengan uang giral yang dimiliki oleh perseorangan, perusahaan dan badan
2. Pengertian uang dalam arti luas
Uang dalam arti luas adalah mata uang yang dalam peredaraannya
ditambah dengan uang giral dan uang kuasi yang terdiri dari tabungan,
deposito, valas milik swasta dalam negeri.
6. Teori Kuantitas Uang
Menurut teori kuantitas uang oleh Alfred Marshal yang isinya jika
perubahan uang beredar akan mengakibatkan perubahan harga secara
proporsional.
Menurut Boediono (2005:23) teori marshal dapat dituliskan sebagai berikut:
M = kPT atau M = Kpy
Penjelasan:
M : jumlah uang beredar
K : besarnya uang tunai yang dipegang masyarakat
P : harga umum
T atau Y: jumlah produk setengah jadi dan jadi
Persamaan diatas menjelaskan jika laju uan beredar diketahui oleh
besarnya uang yang dipegang masyarakat, jumlah produksi dan tingkat harga.
7. Teori Penawaran dan Permintaan Uang
Teori permintaan uang berkaitan dengan faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pertumbuhan uang dan teori penawaran uang sangat berkaitan
38 a. Teori Permintaan Uang
Menurut Asfia Murni (2006:156), merujuk pada pandangan ekonomi
klasik fungsi uang hanyalah sebagai alat tukar, oleh sebab itu jumlah uang
yang diminta berbanding proporsional dengan tingkat produk atau
pendapatan nasional. Bila tingkat produk nasional meningkat permintaan
uang untuk transaksi dipandang sebagai nilai likuiditas (L) dalam arti riil
yang ada ditangan masyarakat. Sementara L merupakan nilai nominal uang
(Md) dibagi dengan tingkat harga (P) dan jika diformulasikan adalah sebagai
berikut:
L = kY L = Md/P=kY
Penjelasan:
L : permintaan riil
Md : nilai nominal pendapatan
P : tingkat harga
Y : produk nasional
b. Teori Penawaran Uang
Teori penawaran uang menjelaskan bahwa uang terdiri dari M1 dan M2
yang keduanya tersedia dalam rangka kegiatan ekonomi suatu negara.
1.) Penawaran uang (M1)
Penawaran uang M1 merupakan jumlah uang yang digunakan untuk
a.) uang logam dan uang kertas yang secara umum disebut uang kartal
b.) uang giral yaitu deposito yang dikeluarkan oleh bank umum.
2.) penawaran uang (M2)
Penawaran uang M2 terdiri dari M1 ditambah dengan rekening
tabungan dan kekayaan lain yang ditukarkan atau dicairkan dalam waktu
dekat (Asfia Murni, 2006:158).
F. Keterkaitan Antara Variabel
1. Nilai Tukar Rupiah dengan Nilai Harga Saham (Sektor Properti)
Jika mata uang suatu negara terapresiasi (rupiah menguat) atau
terdepresiasi (rupiah melemah) terhadap mata uang lainnya, oleh pasar hal ini
dapat di interpretasikan bahwa tingkat perekonomian suatu negara membaik
ataupun memburuk. Keadaan ini pada akhirnya akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran sehingga akan mempengaruhi harga saham tersebut
(Tegarif dan Hartono, 2008:306-307).
Fluktuasi nilai tukar akan mempengaruhi pendapatan dari perusahaan,
begitu juga kepada perusahaan dan lembaga sektor keuangan (Herman dan
darmawi, 2006). Karena nilai tukar mempengaruhi pendapatan perusahaan
maka jelas akan berdampak kepada kesehatan suatu perusahaan. Kesehatan
perusahaan tersebut akan berdampak kembali kepada harga saham yang
40 Kurs rupiah yang terdepresiasi akan mengakibatkan biaya yang akan
ditanggung perusahaan akan semakin besar sehingga akan menekan tingkat
keuntungan yang diperoleh perusahaan khususnya perusahaan yang hanya
mengandalkan bahan baku dari luar negeri, dan juga akan dapat menimpa
perusahan yang hanya mengandalkan pinjaman luar negeri dalam bentuk dollar
US untuk membiayai operasi perusahaan, hal tersebut akan dapat menurunkan
harga saham perusahaan yang diperjualbelikan di pasar modal dan secara
otomatis akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selain itu,
berdasarkan pendekatan analisis fundamental menjelaskan bahwa harga saham
baik saham sektor keuangan maupun sektor lainnya akan terbentuk dan
dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan.(Abdul halim,
2005:21).
Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat
mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri, khususnya pasar modal.
Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dolar misalnya, akan memberikan
dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri,
terutama dalam hal persaingan harga. Apabila hal ini terjadi, secara tidak
langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan, karena
menurunnya nilai impor dibandingkan dengan nilai ekspor. Seterusnya, akan
berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia yang meningkat karena
lebih besar ekspor dariada impor yang selanjutnya menimbulkan dampak positif
2. Suku Bunga SBI dengan Nilai Harga Saham (Sektor Properti)
Berbagai informasi yang masuk di pasar modal maupun kejadian-kejadian
yang tidak berhubungan dengan pasar modal dapat mempengaruhi volatilitas
atau naik turunnya harga saham. Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik internal maupun eksternal. Pengaruh-pengaruh eksternal seperti
pergerakan tingkat suku bunga begitu juga dengan pergerakan indeks saham
luar negeri dipercaya telah menjadi faktor dominan yang mempengaruhi IHSG.
Sedangkan faktor internal lebih dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa dalam
negeri seperti ekspektasi rasional investor serta pengaruh dari pergerakan
variabel-variabel ekonomi makro lainnya seperti nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika. Tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar
(money supply).
Salah satu mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah suku bunga SBI.
Selanjutnya perubahan suku bunga tersebut akan memberikan pengaruh
terhadap suku bunga tabungan dan deposito bank-bank umum yang ditawarkan
kepada masyarakat penabung dan pada suku bunga kredit yang dibebankan oleh
bank kepada debiturnya (Pohan, 2008:19-20). Ketika suku bunga yang
ditetapkan Bank Indonesia rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang
lebih rendah karena suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan
aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat. Sedangkan
42 Dengan meningkatnya suku bunga kredit maka akan mempengaruhi permintaan
akan kredit properti (subprime mortgage).
Disaat suku bunga SBI meningkat akan membuat suku bunga tabungan
meningkat didunia perbankan. Meningkatnya suku bunga tabungan dan
deposito akan membuat investor akan berduyun-duyun mengalihkan dananya
dari pasar modal ketabungan karena memberikan tingkat pengembalian hasil
yang lebih tinggi dan resiko rendah (Herman Darmawi, 2006:116). Bunga yang
tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor .investasi pada
produk bank seperti deposito / tabungan jelas lebih kecil resikonya atau dapat
dikatakan investasi bebas resiko oleh karena itu investor akan menjual
sahamnya dan dananya serentak akan berdampak pada penurunan harga saham.
Selain itu dampak dari tingkat suku bunga bank yang tinggi juga berdampak
pada bunga pinjaman modal kerja perusahaan. Ini artinya penambahan
pengeluaran perusahaan jika ini terjadi maka kondisi fundamental perusahaan
akan terganggu (Yogi, 2009:3).
3. Jumlah Uang Beredar (JUB) dengan Nilai Harga Saham (Sektor Properti)
Perkembangan jumlah uang beredar (JUB) di Indonesia dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain kegiatan luar negri, sektor pemerintah, sektor swasta
domestik, maupun sektor lainnya. Strategi pengendalian jumlah uang beredar
(JUB) dirumuskan berdasarkan instrumen kebijakan moneter, sesorang yang
memiliki uang maka dengan mudah mampu memenuhi kebutuhannya dalam