BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Objek Penelitian
4. Jumlah Uang Beredar (JUB)
Beredar (JUB) JUB Statistik Indonesia,laporan Tahunan Bank Indonesia 2006-2011 Rasio
72
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Objek Penelitian
1. Indeks Harga Saham Sektor Properti
Saham merupakan surat berharga yang paling popular dan dikenal luas
dimasyarakat, baik negara maju maupun negara sedang berkembang. Saham
juga dapat diartikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang
atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham
berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah
pemilik yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan
tersebut (Darmaji dan Hendy, 2001:5).
Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada waktu
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar yaitu permintaan dan penawaran
pasar. Pergerakan harga saham dapat dilihat melalui indeks harga saham.
Dimana indeks harga saham merupakan indikator utama yang
menggambarkan pergerakan harga saham. Indek harga saham (IHS) dapat
dijadikan barometer kesehatan suatu negara.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk
memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai
perkembangan bursa, juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang
pergerakan harga saham. Sekarang ini PT Bursa Efek Indonesia memiliki 11
jenis indeks harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui
media cetak maupun elektronik (Iskandar, 2003:89).
Investasi dalam sektor properti biasanya bersifat jangka panjang dan
pertumbuhannya sangat sensitif terhadap variabel makro ekonomi, seperti
pertumbuhan ekonomi laju inflasi atau nilai tukar rupiah, namun variabel
makro seperti suku bunga dan juga memiliki peran yang signifikan terhadap
harga saham sektor properti.
Untuk itu menurut (Almas, 2007:20) para investor yang ingin
melakukan investasi di pasar modal harus melakukan analisis terhadap
saham yang ingin dibelinya karena mengharapkan keuntungan dari dana
yang ditanamkannya dengan memperhatikan variabel-variabel makro
ekonomi.
Dalam perkembangannya sektor properti memiliki siklus yang unik
dimana pertumbuhan tertinggi selalu berkesudahan dengan krisis ekonomi
contohnya diawal tahun 1997 industri properti mencapai pertumbuhan yang
signifikan namun tak lama kemudian krisis ekonomi pada tahun 1998
menghancurkan sendi-sendi ekonomi tak terkecuali dalam industri properti,
begitu juga diakhir tahun 2007 pertumbuhan industri properti mencapai
rekor terbaru dalam satu dekade namun pada tahun 2008 krisis kembali
meruntuhkan pondasi ekonomi hal ini yang membuat para investor harus
memperhitungkan keadaan variabel makro agar tingkat keuntungan sesuai
74
Tabel 4.1
Laju Pertumbuhan Harga Saham Sektor Properti Tahun 2006-2011
Tahun Total PertumbuhanHarga saham Properti(milyar) 2006 1.026.786 2007 2.430.874 2008 1.977.205 2009 1.605.056 2010 2.110.775 2011 2.492.910
Sumber: Data yang diolah
Gambar 4.1
Grafik Pertumbuhan Harga Saham Sektor Properti Tahun 2006-2011
Sumber: Data yang diolah 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000 2,000,000 2,200,000 2,400,000 2,600,000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 PROPERTI
Berdasarkan gambar diatas memperlihatkan bahwa pertumbuhan harga
saham sektor properti mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif. Pada
tahun 2007 merupakan periode puncak dari indeks harga saham sektor
properti mencapai 2.430.874 yang melonjak lebih dari 100% dari tahun
2006 namun pada tahun 2008 harga saham sektor properti mengalami
penurunan yang diakibatkan oleh krisis global dan penurunan harga saham
sektor properti berlanjut hingga tahun 2009 namun pada tahun 2010 harga
saham sektor properti mengalami kenaikan yang menunjukkan bahwa
kinerja ekonomi sudah membaik.
2. Nilai Tukar Mata Uang
Rayun (2007) menyatakan bahwa nilai tukar mata uang (exchange rate)
atau sering disebut kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang
lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam
perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi
neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makro-ekonomi yang
lainnya.
Valuta asing (foreign exchange) adalah semua mata uang Negara yang
dapat digunakan untuk kegiatan perekonomian suatu Negara dengan Negara
lain. Misalnya mata yang Amerika serikat berupa US $, mata uang Yen dari
Jepang, dan lain sebagainya. Setiap valuta asing tersebut mempunyai harga
tertentu dalam mata uang suatu Negara lain. Misalnya US $ dengan Rp,
$1=Rp 9.600, (artinya harga 1 US $ sama dengan Rp 9.600). harga tersebut
76 memperoleh satu unit mata uang lain. Istilah lain rasio pertukaran tersebut
adalah nilai tukar (exchange rate) atau kurs valuta asing (Asfia, 2006).
Berikut rata-rata nilai tukar rupiah tahun 2006-2011:
Tabel 4.2
Tabel Rata-rata Nilai Tukar Rupiah Tahun 2006-2011 Tahun Rata-rata nilai tukar
rupiah (rupiah) 2006 9.141 2007 9.163 2008 9.756 2009 10.356 2010 9.078 2011 8.774
Sumber data yang diolah Gambar 4.2
Grafik Nilai Tukar Mata Uang Tahun 2006-2011
Sumber data yang diolah 8,000 8,400 8,800 9,200 9,600 10,000 10,400 2006 2007 2008 2009 2010 2011 KURS
Berdasarkan gambar dan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS selalu mengalami perubahan. Pada tahun 2006
dan 2007 rupiah mengalami trend penguatan terhadap dollar AS namun
pada tahun 2008 dan 2009 nilai tukar rupiah mengalami trend pelemahan
dikarenakan kondisi ekonomi masih belum stabil akibat krisis global tetapi
pada tahun 2010 nilai rupiah terhadap dollar AS kembali mengalami trend
menguat yang menunjukkan semakin baiknya kinerja pada sektor moneter.
3. Suku Bunga SBI
Menurut Yogi (2009:3) Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
merupakan suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk
mengontrol peredaran uang di masyarakat, dengan kata lain pemerintah
melakukan kebijakan moneter. Peredaran uang yang terlalu banyak
dimasyarakat akan mengakibatkan masyarakat cenderung membelanjakan
uangnya yang pada akhirnya bias berdampak pada kenaikan harga-harga
barang, yang salah satu faktor pemicu inflasi dengan menaikan bunga SBI
berarti bank-bank dan lembaga keuangan akan terdorong untuk membeli
SBI.
Tujuan penerbitan SBI adalah sebagai alat pemerintah untuk melakukan
kontraksi pasar dalam primary market dan sebagai secondary reserve dan
trading instrument dalam secondary market (untuk situasi tingkat suku
bunga turun).
78 Berikut adalah rata-rata SBI dari tahun 2006-2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Tabel Rata-rata Suku Bunga SBI Tahun 2006-2011 Tahun Rata-rata SBI (%)
2006 11.97 2007 8.03 2008 9.39 2009 7.49 2010 6.57 2011 6.58
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 4.3
Grafik Rata-rata Suku Bunga SBI Tahun 2006-2011
Sumber data yang diolah
Berdasarkan gambar dan tabel memberikan gambaran bahwa nilai
rata-rata pertahun suku bunga SBI dari tahun 2006-2010 selalu mengalami
perubahan. Pada tahun 2006 suku bunga SBI mencatat kenaikan paling
6 7 8 9 10 11 12 13 2006 2007 2008 2009 2010 2011 SBI
tinggi dalam lima tahun terakhir namun pada tahun 2007 suku bunga SBI
mengalami penurunan tetapi mulai tahun 2008 suku bunga SBI selalu
mengalami penurunan hingga tahun 2010, hal ini diakibatkan oleh
pemerintah yang berusaha untuk menstabilkan moneter yang diakibatkan
oleh sentimen negatif para pelaku pasar terhadap dampak kenaikan harga
minyak dunia.
4. Jumlah Uang Beredar(JUB)
Pada peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhan secara mandiri.
Mereka memperoleh makanan dari berburu atau memakan buah-buahan.
Karena jenis kebutuhannya masih sederhana, mereka belum membutuhkan
orang lain. Masing-masing individu memenuhi kebutuhan makannya secara
mandiri. Dalam periode yang dikenal sebagai periode prabarter ini manusia
belum mengenal transaksi perdagangan atau kegiatan jual beli.
Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin
maju, kegiatan dan interaksi antar manusiapun meningkat tajam/ ketika
itulah masing-masing individu muai tak mampu memenuhi kebutuhan
sendiri. Bisa dipahami karena ketika seseorang menghabiskan waktunya
seharian bercocok tanam pada saat bersamaan tentu ia tidak akan bisa
memperoleh garam atau ikan, menenun pakaian sendiri atau kebutuhan lain.
Pertukaran barter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada
waktu bersamaan (double coincidense of wants) dari pihak-pihak yang
melakukan pertukaran ini. Namun semakin beragam dan kompleks
80 wants ini. Itulah sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima
semua pihak. Alat tukar tersebut yang kemudian disebut uang. Pertama kali
uang dikenal dalam peradaban sumeria dan babylonia (Edwin Nasution et
al, 2006). Berikut jumlah uang beredar (JUB) tahun 2006-2011:
Tabel 4.4
Tabel Jumlah Uang Beredar (JUB) tahun 2006-2011
Tahun JUB (milyar)
2006 15.163.734 2007 17.580.581 2008 20.458.862 2009 23.709.943 2010 26.634.685 2011 30.854.553 Sumber: data yang diolah
Gambar 4.4
Grafik Jumlah Uang Beredar (JUB) tahun 2006-2011
Sumber data yang diolah 14,000,000 16,000,000 18,000,000 20,000,000 22,000,000 24,000,000 26,000,000 28,000,000 30,000,000 32,000,000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 JUB
Berdasarkan gambar dan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah uang
beredar (JUB) bergerak dari tahun 2006-2011 secara fluktuatif namun tidak
mengalami pergerakan yang fundamental. Peningkatan tertinggi terjadi pada
tahun 2011 yang menunjukkan bahwa dampak dari krisis global sudah
mampu tertangani dengan baik oleh pemerintah.