• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis variabel ekonomi yang mempengaruhi jumlah uang beredar di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis variabel ekonomi yang mempengaruhi jumlah uang beredar di Indonesia"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VARIABEL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI

JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh : SAFITRI DAMAYANTI

106084002759

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ANALISIS VARIABEL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI JUMLAH

UANG BEREDAR DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Safitri Damayanti

106084002759

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Fahmi Wibawa, SE., MBA

NIP. 19690203 200112 1003

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Hari ini Jum’at Tanggal 3 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah

dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Safitri Damayanti NIM: 106084002759

dengan judul skripsi “ANALISIS VARIABEL EKONOMI YANG

MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA”.

Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka

skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 September 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Drs. Lukman M. Si M. Hartana I. Putra M.Si Ketua Sekretaris

(4)

Hari ini Rabu Tanggal Lima Belas Desember Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Safitri Damayanti NIM: 106084002759 dengan judul

Skripsi “ANALISIS VARIABEL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI

JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Desember 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Fahmi Wibawa, SE, MBA

Ketua Sekretaris

Dr. Yahya Hamja, SE, MM M. Hartana I. Putra M.Si

Penguji Ahli I Penguji Ahli II

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Safitri Damayanti

NIM : 106084002759

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang

merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan

merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang

lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi

dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi

baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian

hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 6 Desember 2010

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

a. Nama : Safitri Damayanti

b. Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 24 Februari 1988

c. Agama : Islam

d. Alamat : Komp. Dep-Kes Blok C2/11 RT. 002/011

Sawah Lama Ciputat Tangerang Selatan 15413

e. Telepon : 021 940 71231 / 0857 15800 588

f. Email : damayanti.safitri@yahoo.com

Pendidikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan (Ekonomi Pembangunan).

Sawah Lama Ciputat Tangerang Selatan 15413

Pengalaman Organisasi

(7)

ANALISIS VARIABEL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA

By : Safitri Damayanti

ABSTRACT

Money supply plays an important role in modern economics. Therefore, its growth and condition must be well monitored. Money supply itself has a close relationship to inflation, that is, a routine economic problem in developing countries. This research has an objective to analyze the influence of some economic variables on money supply (broad money) in the period of 2005.1-2009.12, by using ECM. It analyzes the influence of Gross Domestic Products (GDP), exchange rate between US dollar and rupiah, interest rate of Sertifikat Bank Indonesia (SBI) and base money on money supply in short and long run. The result shows that, in short run, Gross domestic products, exchange rate and base money have a positive and significant influence on money supply. And interest rate show insignificant influence on money supply. In the long run, just base money show significant influence on money supply.

(8)

ANALISIS VARIABEL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA

Oleh : Safitri Damayanti

ABSTRAK

Uang Beredar memainkan peran penting dalam ekonomi modern. Oleh karena itu, pertumbuhan dan kondisinya harus dipantau dengan baik. Uang beredar itu sendiri memiliki hubungan dekat dengan inflasi, yaitu masalah ekonomi rutin di negara-negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel ekonomi terhadap jumlah uang beredar (uang beredar dalam arti luas) pada periode 2005.1-2009.12, dengan menggunakan ECM. Hal ini menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar antara dolar AS dan rupiah, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan uang primer berdasarkan jumlah uang beredar dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam jangka pendek, Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar dan uang primer memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar. Dan tingkat suku bunga (SBI) menunjukan pengaruh yang tidak signifikan terhadap jumlah uang beredar. Dalam jangka panjang, hanya uang primer yang menunjukan pengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar.

(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim…

Alhamdulillahirabbilalamin…

Segala puji dan rasa syukur hanyalah milik Allah SWT, yang memiliki

segala keagungan, maha pencipta semua yang ada di langit dan di bumi, sumber

semua ilmu pengetahuan, serta maha pembuka pintu rahmat bagi semua

hamba-hambaNya, sehingga nikmat terbesarpun telah penulis rasakan akan

keagunganNya, izinNya dan atas semua kemudahan yang telah dibukakan bagi

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam

senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi yang

menjadi suri teladan bagi seluruh umat, segenap keluarga, sahabat, pengikutnya

yang senantiasa istiqomah di jalan Allah.

Setelah melalui proses dan dengan segala usaha, Alhamdulillah penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul, “ANALISIS VARIABEL

EKONOMI YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI

INDONESIA”

Dalam skripsi ini, terkadang penulis menghadapi hambatan yang memang

menjadi bagian dari suatu perjuangan untuk mencapai sebuah tujuan, namun

penulis menyadari bahwa ini merupakan proses yang harus dijalani. Oleh karena

itu banyak pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis sehingga

(10)

Atas segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa

terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara

langsung maupun tidak langsung, secara spiritual maupun materil. Ucapan terima

kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tuaku, Tri Wiyarto dan Siti Munarsih, skripsi ini penulis

persembahkan untuk kalian, terima kasih telah membesarkan penulis

dengan penuh kesabaran, memberikan kasih sayang yang tulus, dukungan,

motivasi serta doa yang tidak pernah putus. I love you ma, pak, doaku

selalu menyertai kalian, semoga Allah membalas semua kesabaran mama

dan bapak. Allah sayang mama dan bapak.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis yang secara tidak langsung mengajarkan penulis bagaimana

menjadi seorang ekonom yang baik, serta mendoakan penulis menjadi

seorang wartawan yang baik.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM., selaku Dosen Pembimbing I, yang

telah meluangkan waktu, pikiran dan ilmunya dengan segala

profesionalitas dan kesabaran dalam membimbing sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik. Semoga segala kebaikan dan ketulusan

yang bapak berikan menjadi amal shaleh.

4. Bapak Fahmi Wibawa, SE., MBA., selaku Dosen Pembimbing II, yang

telah berkenan memberikan bimbingan dan tambahan ilmu. Semogal ilmu

(11)

5. Bapak Drs. Lukman, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

6. Ibu Utami Baroroh, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.

8. Seluruh staf dan dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

9. Keluarga tercinta, terima kasih karena selama ini telah memberikan

penulis dukungan, semangat, pelajaran, nasehat, serta materi yang

mungkin penulis belum bisa membalasnya. Semoga Allah selalu

melindungi kalian, amin.

10.Sahabat-sahabat terbaik, terima kasih telah menjadi teman setia, yang

selalu ada untuk menghibur dan memberikan semangat penulis dalam

menghadapi segala cobaan hidup. Kalian anugerah terindah selama ini,

terima kasih atas kebersamaan selama ini. Dan seluruh teman-teman IESP

angkatan 2006, senang bisa berjuang bersama kalian. Tetap semangat..

11.Dan semua pihak yang turut membantu, yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih sangat jauh untuk mencapai

kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun

(12)

Akhirnya penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat, baik kepada penulis maupun kepada semua pihak yang berkesempatan

membaca skripsi ini.

Jakarta, 6 Desember 2010

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Uji komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi... iv

Surat Pernyataan ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... vii

Abstrak ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel………... xvii

Daftar Gambar ………. xviii

Daftar Lampiran……… xix

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

(14)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS ... 7

A. Jumlah Uang Beredar ... 7

1. Pengertian Uang ... 7

2. Fungsi Uang ... 8

3. Bentuk Uang ... 8

4. Permintaan Uang ... 10

5. Penawaran Uang ... 15

6. Jenis Uang Beredar ... 16

B. Pendapatan Nasional ... 18

C. Nilai Tukar ... 26

D. Tingkat Suku Bunga ... 29

E. Uang Primer ... 31

F. Kebijakan Pengendalian Jumlah Uang Beredar ... 34

G. Kajian Sebelumnya... 37

H. Kerangka Pemikiran ... 41

(15)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Ruang Lingkup Penelitian... 45

B. Metode Penentuan Sampel ... 45

C. Metode Pengumpulan data ... 45

D. Metode Analisis Data ... 46

E. Operasional Variabel Penelitian ... 56

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 60

B. Hasil Analisa ... 70

1. Hasil Uji Stasioneritas ... 70

2. Hasil Uji Derajat Integrasi ... 72

3. Hasil Uji Kointegrasi ... 73

4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 74

a. Hasil Uji Normalitas ... 74

b. Hasil Uji Liniearitas ... 76

c. Hasil Uji Multikolinearitas ... 76

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 78

(16)

5. Hasil Uji Error Correction Model (ECM) ... 80

C. Intepretasi ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan... 89

B. Implikasi dan Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan M2, PDB, KURS dan SBI di Indonesia 3

Periode 2005.1-2009.1

Tabel 2.1 Kajian Sebelumnya 41

Tabel 3.1 Uji Durbin-Watson 55

Tabel 4.1 Hasil Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller Test 71

Pada Tingkat Level

Tabel 4.2 Hasil Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller Test 73

Pada Tingkat First Difference

Tabel 4.3 Hasil Uji Kointegrasi 74

Tabel 4.4 Hasil Uji Ramsey RESET Test 76

Tabel 4.5 Hasil Uji Correlation Matrix 77

Tabel 4.6 Hasil Uji White Heteroskedasticity 78

Tabel 4.7 Hasil Uji Durbin-Watson 79

Tabel 4.8 Hasil Langrange Multiple Test 80

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Circular Flow Ekonomi Dua Sektor 26

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian 44

Secara Keseluruhan

Gambar 4.1 Perkembangan Jumlah Uang Beredar (M2) 63

di Indonesia Tahun 2005-2009

Gambar 4.2 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) 65

di Indonesia Tahun 2005-2009

Gambar 4.3 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar/ 66

Kurs di Indonesia Tahun 2005-2009

Gambar 4.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga (SBI) 68

Tahun 2005-2009

Gambar 4.5 Perkembangan Uang Primer di Indonesia 69

Tahun 2005-2009

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Variabel Penelitian 99

Lampiran 2 Hasil Uji Stasioner Pada Tingkat Level 102

Lampiran 3 Hasil Uji Derajat Integrasi Pada Tingkat First Difference 105

Dan Hasil Uji Kointegrasi

Lampiran 4 Hasil Uji Asumsi Klasik 108

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan ekonomi merupakan tahapan proses yang mutlak dilakukan

oleh suatu bangsa untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

seluruh rakyat bangsa tersebut. Pembangunan ekonomi suatu negara tidak dapat

hanya dilakukan dengan berbekal tekad yang membaja dari seluruh rakyatnya

untuk membangun, tetapi lebih dari itu harus didukung pula oleh ketersediaan

sumber daya baik sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya

modal produktif. Dengan kata lain, tanpa adanya daya dukung yang cukup kuat

dari sumber daya produktif, maka pembangunan ekonomi mustahil dapat

dilaksanakan dengan baik dan memuaskan (Zilal Hamzah, 2006:21).

Pada banyak negara dunia berkembang, yang umumnya memiliki tingkat

kesejahteraan rakyat yang relatif masih rendah, mempertinggi tingkat

pertumbuhan ekonomi memang sangat mutlak diperlukan untuk mengejar

ketertinggalan di bidang ekonomi dari negara-negara industri maju. Oleh karena

masih relatif lemahnya kemampuan partisipasi swasta domestik dalam

pembangunan ekonomi, mengharuskan pemerintah untuk mengambil peran

sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi nasional (Lily Prayitno,

2002:47).

Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan sektor

(21)

dianggap mampu untuk memecahkan berbagai masalah ekonomi. Masyarakat

secara positif masih memiliki pemahaman bahwa kebijakan pemerintah atas

sektor moneter dan perbankan memiliki kekuatan yang lebih dari apa yang secara

efektif dapat tercapai melalui instrumen tersebut, akibatnya timbulah anggapan

sektor moneter dan sektor perbankan mempunyai fungsi yang mampu

memberikan pelayanan bagi berlangsungnya sektor riil, kegiatan investasi,

kegiatan produksi, kegiatan distribusi, maupun konsumsi (Iman Murtono,

2003:56.

Efektifitas pengendalian moneter di Indonesia dalam beberapa tahun

terakhir dirasakan semakin berkurang. Masalah ini tidak terlepas dari

perkembangan sistem operasi dan instrumen pasar uang yang semakin pesat dan

kompleks, serta semakin besar dan cepatnya arus lalu lintas modal sehingga

fluktuasi uang beredar menjadi tidak stabil (Hadi Sasana, 2006:32).

Sebagimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia

sebagai bank sentral Indonesia mempunyai fungsi mengawasi atau mengendalikan

supply uang (jumlah uang beredar). Kebijakan tersebut bertujuan menyediakan

jumlah uang yang cukup demi mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang mantap

serta mengatur atau membatasi jumlah uang yang beredar agar tidak berlebihan

atau kekurangan dari yang dibutuhkan aktivitas ekonomi masyarakat sehingga

dapat menghindari masalah inflasi atau deflasi.

Indonesia sebagai penganut perekonomian terbuka, proses

pemintaan-penawaran uang selain dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu perilaku bank-bank

(22)

serta neraca pembayaran sebagai faktor eksternal. Faktor eksternal tersebut

merupakan kendala dalam proses penawaran uang. Fenomena ini mengarahkan

pada pendekatan yang menganggap bahwa penawaran uang tidak sepenuhnya

dipengaruhi oleh otoritas moneter, melainkan juga dipengaruhi oleh semua

partisipan di pasar uang dan pasar kredit. Permintaan uang pada perekonomian

terbuka akan sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan, nisbah perdagangan

melalui nilai tukar, suku bunga internasional dan pengaruh dari kecenderungan

meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang waktu dari

suatu negara (Dhani Agung Darmawan. 2005: 2).

Tabel 1.1

Perkembangan M2, PDB, KURS, dan SBIdi Indonesia Periode 2005.1 -2009.1

Sumber: Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, Bank Indonesia

Tabel 1.1 menunjukan adanya peningkatan M2 dari periode 2005.1 –

2009.1. Peningkatan M2 ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan negara

yang bersumber dari penerimaan hasil migas akibat tingginya harga minyak

dunia. Tingkat suku bunga SBI pada awal 2006 menunjukan peningkatan. Hal ini

(23)

uang tersebut untuk meningkatkan neraca pembayaran pada tahun 2005 yang

mengalami penurunan akibat melonjaknya harga minyak serta pertumbuhan impor

yang tinggi. Hal ini juga terlihat dari nilai tukar yang melemah pada awal tahun

2006 yaitu sebesar Rp. 9395.

Indonesia, sebagaimana halnya negara berkembang lainnya, menghadapi

berbagai hambatan struktural dalam perekonomiannya, yaitu hambatan pada

valuta asing, dan juga hambatan finansial. Sektor swasta yang belum kuat

menyebabkan peran anggaran pemerintah menjadi sangat menentukan dalam

kegiatan investasi. Di sisi lain, nilai tukar adalah harga mata uang negara asing

dalam satuan mata uang domestik. Penentuan nilai tukar ini di dasarkan pada teori

kesamaan tingkat bunga atau dikenal dengan interest rate parity theory. Teori ini

menyatakan bahwa pasar persaingan sempurna, biaya yang harus dibayar untuk

memperoleh dana yang tercermin dalam tarif bunga cenderung sama di setiap

negara. Apabila terjadi perbedaan harga dana antara satu negara dengan negara

lain, maka dana akan cenderung mengalir dari negara yang tarif bunganya lebih

rendah ke negara lain yang tarif bunganya lebih tinggi. Demikian juga dalam

kegiatan pembayaran utang luar negeri. Melemahnya nilai tukar akan merubah

posisi cadangan devisa dan mempengaruhi posisi jumlah uang beredar di

Indonesia.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk

menganalisis pengaruh variabel-variabel ekonomi yaitu pendapatan nasional

(PDB), nilai tukar, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan uang

(24)

“Analisis Variabel Ekonomi Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar di

Indonesia (periode 2005.1-2009.12)”.

B. Perumusan Masalah

Banyak faktor yang bisa menyebabkan naik turunnya jumlah uang beredar

di Indonesia, baik dalam arti luas (M2) maupun dalam arti sempit (M1). Namun

dalam penelitian ini penulis hanya mencoba untuk mengambil variabel

pendapatan nasional, nilai tukar, tingkat suku bunga SBI dan uang primer dimana

penulis ingin menganalisis :

1. Bagaimana pengaruh jangka pendek pendapatan nasional, nilai tukar,

tingkat suku bunga SBI dan uang primer terhadap jumlah uang beredar

dalam arti luas (M2) di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh jangka panjang pendapatan nasional, nilai tukar,

tingkat suku bunga SBI dan uang primer terhadap jumlah uang beredar

(25)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Menganalisis pengaruh jangka pendek pendapatan nasional, nilai

tukar, tingkat suku bunga SBI dan uang primer terhadap jumlah uang

beredar dalam arti luas (M2) di Indonesia.

2. Menganalisis pengaruh jangka panjang pendapatan nasional, nilai

tukar, tingkat suku bunga SBI dan uang primer terhadap jumlah uang

beredar dalam arti luas (M2) di Indonesia.

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan penulis & pembaca lainnya tentang pengaruh

yang ditimbulkan dari pendapatan nasional, nilai tukar, tingkat suku

bunga SBI dan uang primer terhadap jumlah uang beredar di

Indonesia.

2. Bagi penulis, untuk menerapkan teori-teori yang telah diterima di

perkuliahan khususnya mengenai mata kuliah ekonomi makro.

3. Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai salah satu masukan dan bahan pertimbangan dalam

menentukan langkah-langkah dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan

dengan pengambilan keputusan dalam mengatasi permasalahan

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Jumlah Uang Beredar

1. Pengertian Uang

Dari sudut pandang ekonomi, uang (money) merupakan aset yang dapat

digunakan untuk transaksi. Menurut Samuelson (2001), uang adalah segala

sesuatu yang bersifat sebagai media pertukaran atau alat pembayaran yang

diterima secara umum.

Menurut Sadono Sukirno (2004:267), uang diciptakan dalam

perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar menukar dan

perdagangan. Maka uang didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui oleh

masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar

menukar/perdagangan. “Disetujui” dalam definisi adalah terdapat sepakat di

antara anggota-anggota masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda

sebaga alat perantaraan dalam kegiatan tukar menukar, dimana benda itu harus

memenuhi syarat-syarat berikut :

 Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu

 Mudah dibawa-bawa

 Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya

(27)

 Jumlahnya terbatas (tidak berlebihan)

 Bendanya mempunyai mutu yang sama

2. Fungsi Uang

Uang memiliki empat fungsi (Dombusch dan Fischer dalam Asfia Murni,

2006:154), yaitu sebagai berikut:

a) Satuan Hitung (Unit of Account), artinya uang dapat menentukan satuan

ukur yang sama terhadap semua barang.

b) Alat pembayaran dalam transaksi (Medium of Exchange), artinya dapat

berfungsi sebagai alat tukar sehingga uang amat mempermudah dan

mempercepat kegiatan pertukaran dalam perekonomian.

c) Penyimpan nilai (Store of Value), artinya uang dapat digunakan untuk

menyimpan nilai dari kekayaan yang dimiliki.

d) Standar pembayaran pada masa yang datang (Standart of Deferred

Payment), artinya uang juga dapat digunakan untuk pembayaran yang

mungkin terjadi pada masa mendatang, misalnya pembayaran gaji

pegawai, dapat diterima di akhir atau di awal bulan. Contoh lain transaksi

utang piutang yang dapat diselesaikan beberapa tahun kemudian.

3. Bentuk Uang

Sesuai dengan tuntutan perkembangan ekonomi maka bentuk-bentuk uang

(28)

a) Uang Komoditas (Commodity Money), yaitu uang dalam bentuk barang.

Pada awalnya uang dapat berbentuk apa saja asalkan dapat diterima masyarakat

secara umum. Misalnya berupa tembakau, bulu-bulu burung, atau berupa logam

mulia, emas, perak, dan lain sebagainya. Pada umumnya uang komoditas nilai

nominalnya sama dengan nilai intrisiknya (nilai komoditasnya). Contoh uang

ringgit emas, nilai nominalnya sama dengan nilai emas untuk membuat uang

tersebut. Semakin berkembangnya aktivitas ekonomi masyarakat, uang komoditas

mengalami kesulitan dalam penggunaannya, dan dalam menemukan bahan

bakunya, lalu muncul uang fiat.

b) Uang fiat (fiat money atau token money) adalah komoditas yang diterima

sebagai uang, namun nilai nominalnya jauh lebih besar dari nilai komoditas itu

sendiri (nilai intrinsiknya atau intrinsic value-nya).

Contoh yang paling mudah adalah uang kertas Rp.100.000,00. Nilai nominal uang

kertas tersebut adalah jauh lebih tinggi dari nilai kertasnya.

Kegiatan jual beli dalam jumlah yang sangat besar dan dilakukan jarak jauh

sangat tidak memungkinkan terjadinya transaksi bila hanya mengandalkan uang

fiat . Untuk mengatasi kesulitan itu muncul uang dalam bentuk near money atau

uang giral.

c) Uang giral adalah uang bank yang apabila digunakan untuk transaksi

hanya bisa dengan menggunakan cek (demand deposit). Namun tidak semua

pelaku ekonomi mau menerimanya, karena tidak bersifat liquid sempurna.

Sementara uang komoditas dan uang fiat bersifat liquid sempurna. Artinya untuk

(29)

d) Near Money dapat diartikan sebagai uang hampir liquid sempurna.

Artinya jenis uang ini dalam penggunaannya harus ditukarkan atau dicairkan

terlebih dahulu. Contoh kartu ATM, kartu kredit (credit card), deposito dan buku

tabungan.

4. Permintaan Uang

Teori permintaan uang berkaitan dengan faktor-faktor yang menyebabkan

timbulnya permintaan uang.

Teori permintaan akan uang sebenarnya dapat dijelaskan dengan

menggunakan teori tentang alokasi sumber daya ekonomi yang sifatnya terbatas.

Pada prinsipnya dengan sumber ekonomi yang terbatas, manusia harus memilih

alokasi yang memberikan kepuasan yang sebesar-besarnya di mana prinsip

ekonomi berperan (dengan pengorbanan yang kecil untuk mendapatkan kepuasan

yang maksimal). Apabila akan memperbanyak konsumsi misalnya, maka jumlah

kekayaan (yang terdiri dari pendapatan dan kekayaan lainnya) akan semakin kecil.

Demikian juga jika mereka ingin memiliki salah satu bentuk kekayaan lebih

banyak, maka dengan sendirinya pemilihan bentuk kekayaan yang lainnya akan

menjadi sedikit. Mereka akan selalu mencari keseimbangan antara keuntungan

dan kerugian dari kepemilikan sesuatu bentuk kekayaan. Kekayaan dapat

berwujud dalam bentuk uang, surat berharga, deposito atau barang (Dhani Agung

Darmawan; 2005:6).

Permintaan Uang Klasik

Teori-teori permintaan uang klasik tercermin dari Irving Fisher dan teori

(30)

mengapa seseorang / masyarakat menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan

dari pada uang, yaitu sebagai alat tukar. Karenanya jumlah uang yang diminta

berbanding proposional dengan tingkat output atau pendapatan. Bila tingkat

output meningkat, maka permintaan uang meningkat, begitu juga sebaliknya.

Jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat bukanlah semata-mata nilai

nominalnya, tetapi juga daya belinya, yaitu nilai nominal dibandingkan dengan

tingkat harga (real money balances) (Asfia Murni; 2006:156).

(M/P)d = k.Y

di mana :

(M/P)d = permintaan uang riil

M = nilai nominalnya

P = tingkat harga

Y = pendapatan atau output

k = proporsi permintaan uang terhadap pendapatan atau output

Karena hanya berfungsi sebagai alat tukar, maka uang bersifat netral

(money netrality), dalam arti uang hanya mempengaruhi tingkat harga. Pendapat

tersebut dinyatakan dalam persamaan kuantitas uang oleh Irving Fisher sebagai

berikut :

M x V = P x T atau MV = PT

di mana :

(31)

V = velositas uang

P = tingkat harga umum

T = jumlah unit transaksi

Dengan demikian:

Jumlah uang beredar x Velositas = Harga x Transaksi

Velositas uang merupakan konsep yang menunjukan berapa kali dalam

setahun uang berputar di dalam sebuah perekonomian. Dalam jangka pendek,

kecepatan uang beredar dianggap tetap.

Versi berikutnya dari teori kuantitas (Quantity Theory) adalah teori yang

dikemukakan Alfred Mashall yang kemudian dikenal dengan teori Cambridge.

Teori Cambridge menitikberatkan pada fungsi uang sebagai alat tukar umum

(medium of exchange) dan penyimpan nilai (store of value). Kekayaan dalam

bentuk uang juga mengorbankan kemungkinan dari return yang didapatkan jika

kekayaan tersebut diwujudkan dalam surat-surat berharga atau barang. Teori

Cambridge lebih menekankan pada permintaan uang dengan volume transaksi

yang direncanakan (dalam hal ini untung ruginya), dan permintaan uang juga

dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, besarnya kekayaan, dan ekspetasi masa

depan (Dhani Agung Darmawan, 2005:9).

Permintaan Uang Keynes

Teori moneter Keynes berbeda dengan teori klasik. Perbedaan tersebut

dapat terlihat dalam buku General Theory of Employment, Interest and Money

(32)

exchange) tetapi juga sebagai penyimpan nilai (store of value) yang kemudian

dikenal sebagai teori liquidity preference. Keynes memasukan unsur-unsur

ketidakpastian (uncertainty) dan harapan (expectation), tetapi lebih dititikberatkan

pada tingkat suku bunga (Insukrindo dalam Dhani Agung Darmawan, 2005:10).

Keynes menyebutkan adanya tiga motif memegang uang, yakni motif

transaksi (transactions motive), motif berjaga-jaga (precautionary motive) and

motif spekulasi/mencari keuntungan (speculation motive).

1) Motif Transaksi (Transactions Motive)

Permintaan uang untuk transaksi dalam teori Keynes adalah sama dengan

permintaan uang dalam teori Klasik. Masyarakat memegang uang (holding

money) dalam rangka mempermudah kegiatan sehari-hari. Permintaan uang untuk

transaksi berhubungan positif dengan tingkat pendapatan, bila pendapatan

meningkat, maka kebutuhan uang untuk transaksi meningkat.

2) Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)

Hal lain yang juga memotivasi orang memegang uang adalah persiapan

untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan dan atau tak terduga, misalnya

sakit atau mengalami kecelakaan. Permintaan uang untuk berjaga-jaga juga

berhubungan positif dengan pendapatan. Jika pendapatan meningkat, permintaan

uang untuk berjaga-jaga juga meningkat.

Karena permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga berhubungan

searah dengan tingkat pendapatan, maka hubungannya dapat diekspresikan

(33)

Mt = f(Y)

di mana :

Mt = permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga

Y = pendapatan

3) Motif Spekulasi/ Mendapatkan Keuntungan (Speculation Motive)

Sesuai dengan namanya, motif memegang uang adalah untuk memperoleh

“keuntungan” yang mungkin didapat seandainya individu pemegang uang

meramal kejadian dimasa depan dengan benar. Masyarakat yang memegang uang

akan selalu membuat pilihan antara memegang uang atau menggunakan uang

tersebut untuk membeli surat-surat berharga seperti surat pinjaman, saham dan

sebagainya. Dalam melaksanakan pilihan, tingkat pendapatan yang akan diperoleh

dari surat-surat berharga tersebut sangat penting peranannya. Para pemegang uang

akan bersedia menggantikannya dengan surat-surat berharga tersebut apabila

memberikan tingkat pendapatan yang tinggi, begitupun sebaliknya. Jika

permintaan uang untuk dua tujuan sebelumnya lebih ditentukan oleh tingkat

pendapatan nasional atau pendapatan masyarakat, maka tujuan spekulasi

permintaan uang ditentukan oleh tingkat bunga (Boediono, 1994).

Msp = f(i)

di mana :

Msp = permintaan uang untuk spekulasi

(34)

Permintaan Uang Friedman

Teori Friedman mengenai permintaan uang menyerupai teori Keynes

mengenai beberapa motivasi mengapa orang memegang uang. Ia menyatakan

bahwa pada prinsipnya uang merupakan suatu bentuk kekayaan. Untuk itu

Friedman mengaplikasikan teori tentang permintaan aset terhadap teori

permintaan uangnya.

Teori Friedman diawali dengan suatu pendapat bahwa uang, seperti aset

lainnya, memberikan suatu keuntungan bagi pemegangnya. Kendala dari

memegang aset adalah tingkat kekayaan dan opportunity cost dari memegang

uang adalah tingkat pengembalian yang didapat dari memegang aset selain uang.

Bila tingkat pengembalian aset-aset ini meningkat, maka tingkat permintaan uang

akan turun. Tingkat pengembalian aset-aset ini terdiri dari dua komponen, tingkat

bunga serta harga pasar yang berubah-ubah yang dapat menghasilkan suatu

capital gain (loss).

Friedman (1956) menyebutkan bahwa permintaan uang ditentukan juga

oleh wealth pemegangnya, disamping tingkat pendapatan (dalam hal ini

digunakan permanent income), tingkat suku bunga, inflasi dan faktor-faktor

lainnya.

5. Penawaran Uang

Penawaran uang (money supply) (Asfia Murni, 2006:158) merupakan

jumlah uang yang tersedia dalam kegiatan ekonomi suatu negara atau disebut juga

dalam jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang

(35)

Uang beredar merupakan salah satu indikator penting dalam proses

pengambilan kebijakan ekonomi. Hal ini disebabkan segala kegiatan ekonomi

seperti produksi, konsumsi, dan investasi selalu melibatkan uang. Perkembangan

dan pergerakan uang beredar harus benar-benar diperhatikan karena sering

dikaitkan dengan pergerakan tingkat suku bunga, perubahan harga, dan tingkat

pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu uang berperan penting dalam

perekonomian dan jumlah uang beredar harus diatur supaya sesuai dengan

kapasitas ekonomi, yaitu supaya tidak berlebihan dan tidak kekurangan.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia menyatakan bahwa: Kebijakan moneter adalah kebijakan

yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mencapai dan

memelihara kestabilan stabilitas nilai rupiah, yang dilakukan antara lain melalui

pengendalian jumlah uang beredar dan /atau suku bunga.

6. Jenis Uang Beredar

Menurut Solikin dan Suseno (2002), uang yang beredar merupakan

kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik atau masyarakat, yang

terdiri dari uang kartal (currency), uang giral (demand deposit), dan uang kuasi

(quasi money). Sistem moneter adalah otoritas moneter (bank sentral) dan bank

umum, dimana Bank Indonesia sebagai bank sentral merupakan lembaga yang

mengeluarkan dan mengedarkan uang kartal, sedangkan bank umum

mengeluarkan dan mengedarkan uang giral serta uang kuasi.

Uang kartal dan uang giral dapat digunakan secara langsung oleh

(36)

yang disimpan dalam rekening tabungan dan deposito berjangka atau bank

simpanan yang tidak bisa ditarik sewaktu-waktu.

Masyarakat pada umumnya lebih mengenal masalah uang kartal sebagai

uang tunai yang terdiri dari uang kertas dan uang logam. Sementara contoh uang

giral adalah cek dan bilyet giro. Sedangkan uang kuasi meliputi (Dhani Agung

Darmawan, 2005:5):

 Tabungan (saving deposit) adalah simpanan yang penarikannya hanya

dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat

ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. (Uang

sepenuhnya tidak likuid).

 Deposito berjangka (time deposit) adalah simpanan yang penarikannya

hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian. (Uang

yang kehilangan untuk sementara fungsinya sebagai alat tukar)

 Rekening valuta asing milik swasta domestik (Aktiva yang hanya dapat

memenuhi fungsi uang sebagai penyimpan daya beli).

Secara lebih ringkas, penawaran uang yang ada di Indonesia saat ini (Asfia

Murni. 2006:158) adalah :

a) Penawaran uang dalam arti sempit (narrow money), diberi simbol M1,

merupakan jumlah uang beredar yang sering digunakan untuk keperluan

transaksi, yang terdiri dari:

1) Uang koin/logam dan uang kertas yang biasa disebut uang kartal.

2) Uang giral atau uang bank, yaitu deposito yang terdapat di bank-bank

(37)

Dimana : M1 = uang dalam arti sempit

C = currency, uang kartal

DD = Demand deposit, uang giral

b) Penawaran uang dalam arti luas (broad money), diberi simbol M2, yang

terdiri dari M1 (uang logam, uang kertas, dan uang giral/cek) ditambah

dengan uang kuasi/near money. Near money adalah rekening tabungan dan

kekayaan lain yang ditukarkan/dicairkan dalam waktu dekat. Contohnya

deposito yang ditukar menjadi uang kontan atau liquid, tanpa kehilangan

nilainya.

Total penawaran uang atau jumlah uang beredar

M2 = M1 + Near Money

M2 = M1+ TD + SD

Dimana: M2 = uang dalam arti luas

M1= uang dalam arti sempit

TD = time deposits (deposito berjangka)

SD = saving deposits (saldo tabungan)

Semua uang yang beredar dipandang sebagai liquiditas perekonomian,

yaitu alat yang dapat memperlancar kegiatan ekonomi.

B. Pendapatan Nasional

Pengertian Pendapatan Nasional

Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro

adalah nilai output nasional yang dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu

(38)

periode tertentu. Sebab, besarnya output nasional dapat menunjukan beberapa hal

penting dalam sebuah perekonomian (Prathama, 2008:223).

Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal

tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga

kerja, barang modal, uang dan kemampuan kewirausahaan) digunakan untuk

memproduksi barang dan jasa. Semakin besar pendapatan nasional suatu negara,

semakin baik efisien alokasi sumber daya ekonominya.

Yang kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang

produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara. Alat ukur yang disepakati

tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output per

kapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah

penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output per kapita makin

besar, tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi. Sementara itu, alat ukur

tentang produktivitas rata-rata adalah output per tenaga kerja. Makin besar

angkanya, makin tinggi produktivitas tenaga kerjanya.

Yang ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang

masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Jika

sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka

perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatan. Jika

sebagian besar output nasional berasal dari sektor pertanian (ekstraktif), maka

perekonomian tersebut bermasalah dengan masalah ketimpangan struktur

produksi. Dalam arti, perekonomian harus memodernisasikan diri, dengan

(39)

pertanian yang dianggap sebagai sektor ekonomi tradisional dengan sektor

industri yang dianggap sebagai sektor ekonomi modern.

Produk Domestik Bruto (PDB) di negara-negara berkembang merupakan

konsep yang paling sering dipakai untuk pendapatan nasional.

Menurut Sadono Sukirno (2004:61) Produk Domestik Bruto (PDB) adalah

nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara dalam suatu tahun

tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi milik warga negaranya dan

milik penduduk di negara-negara lain. Biasanya dinilai menurut harga pasar dan

dapat didasarkan kepada harga yang berlaku dan harga tetap.

Perhitungan Pendapatan Nasional

Ada lima konsep perhitungan yang digunakan untuk melihat

perkembangan ekonomi antara lain sebagai berikut (Ace Partadiredja; 1994).

a) National Income Account, menghitung jumlah produk/pendapatan nasional

yang dihasilkan suatu negara.

b) Input-Output Account, menghitung jumlah pembelian (input) dan

penjualan (output) setiap sektor ekonomi.

c) Balance of Payment Account, menghitung semua penerimaan dan

pengeluaran suatu negara dengan negara-negara lain melalui

ekspor-impor, aliran/arus dana yang terjadi :

d) Flow of Funds account, menghitung arus transaksi pinjam-meminjam

(40)

e) National Balance Sheet atau Capital Account, menghitung kekayaan

(aktiva) dan utang (pasiva) semua unit kesatuan ekonomi atau

sektor-sektor ekonomi.

Ada tiga metode perhitungan pendapatan nasional, yaitu metode output

(output approach), metode pendapatan (income approach), dan metode

pengeluaran (expenditure approach) (Prathama, 2008:229).

a) Metode output (Output Approach) atau metode produksi

Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan

oleh suatu perekonomian. Cara penghitungannya adalah dengan cara

menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor ekonomi

selama satu periode tertentu. Yang dijumlahkan adalah nilai tambah (value added)

yang diciptakan oleh tiap sektor yang ada dalam perekonomian.

NT = NO-NI

di mana :

NT = nilai tambah

NO= nilai output

NI = nilai input antara

b) Metode Pendapatan (Income Approach)

Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai

total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.

Fungsi produksi adalah hubungan antara tingkat output dengan faktor-faktor

(41)

Q = f(L,K,U,E)

di mana :

Q = output

L = tenaga kerja

K = barang modal

U = uang/finansial

E = kemampuan entrepreneur atau kewirausahaan

Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal

adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan

bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas

seluruh faktor produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).

PN = w + i + r + π

di mana :

w = upah/gaji (wages/salary)

i = pendapatan bunga (interest)

r = pendapatan sewa (rent)

π = keuntungan (profit)

c) Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)

Dalam teori ekonomi makro pelaku yang menyelenggarakan kegiatan

ekonomi adalah masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat pelaku ekonomi

dapat dibagi dalam empat kelompok dan masing-masing mempunyai peranan dan

(42)

1) Households atau Rumah Tangga Konsumen (RTK)

 Sebagai pemilik atau pemasok sumber daya atau faktor produksi

yang diperlukan kelompok pelaku ekonomi lainnya.

 Sebagai pemakai barang dan jasa yang dihasilkan oleh kelompok

masyarakat lainnya seperti : produsen, pemerintah, dan luar negeri.

2) Bussineses atau Rumah Tangga Produsen (RTP)

 Sebagai penghasil atau pemasok barang-barang hasil produksi

kelompok masyarakat lainnya.

 Sebagai pemakai faktor produksi/sumber daya dari RTK.

 Sebagai pemakai input dan output dari RTLN.

3) Government Sector, Rumah Tangga Negara (RTN)

 Sebagai penghasil barang public.

 Sebagai pemakai faktor produksi dari RTK dan dari luar negeri

(RTLN).

 Sebagai pemakai hasil produksi dari RTP dan RTLN.

4) Foreign sector, Rumah tangga Luar Negeri (RTLN)

 Sebagai penghasil barang dan jasa yang dibutuhkan kelompok

(43)

 Sebagai pemasok faktor produksi yang dibutuhkan kelompok

pelaku ekonomi lainnya.

 Sebagai pemakai barang dan jasa yang dihasilkan RTP

 Sebagai pemakai faktor produksi yang dimiliki RTK.

Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total

pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Ada beberapa jenis

pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian:

1) Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)

2) Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)

3) Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)

4) Ekspor Neto (Net Export)

PDB = C + G + I + (X-M) di mana:

C = konsumsi rumah tangga

G = konsumsi/pengeluaran pemerintah

I = Investasi

X = ekspor

M = impor

Dalam mengamati hubungan pendapatan nasional dengan peredaran uang

perlu diasumsikan bahwa permintaan uang adalah sama dengan penawaran uang,

(44)

Md = Ms

Pendapatan perekonomian sama dengan pengeluarannya karena setiap

transaksi melibatkan dua pihak: pembeli dan penjual. Cara lain untuk melihat

kesetaraan pendapatan dan pengeluaran adalah melalui aliran sirkuler.

Aliran ini menjelaskan semua transaksi antara rumah tangga dan

perusahaan dalam sebuah perekonomian sederhana. Dalam perekonomian ini

rumah tangga membeli barang dan jasa dari perusahaan; pengeluaran ini mengalir

melalui pasar barang dan jasa. Perusahaan kemudian menggunakan uang yang

mereka terima dari penjualannya untuk membayar upah pekerja, sewa tanah, dan

sisanya menjadi keuntungan pemilik perusahaan; pendapatan ini mengalir melalui

pasar faktor produksi. Dalam perekonomian ini uang mengalir dari rumah tangga

ke perusahaan dan kemudian kembali ke rumah tangga.

Gambar 2.1. Model Circular Flow ekonomi dua sektor

RTK RTP

Pembayaran Faktor Produksi

Faktor Produksi

(45)

C. Nilai Tukar/Kurs (Exchange Rate)

Valuta asing (foreign exchange) adalah semua mata uang negara yang

dapat digunakan untuk kegiatan perekonomian suatu negara dengan negara lain.

Nilai tukar adalah harga dari sebuah mata uang menurut mata uang lain (misalnya

harga Rupiah per Dollar).

Menurut Sadono Sukirno (2000:197), kurs (nilai tukar) valuta asing

merupakan masalah suatu nilai yang menunjukan mata uang dalam negeri yang

diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing.

Menurut Endri (2007:74), kas atau sering disebut dengan kurs adalah

jumlah atau harga uang domestik dari mata uang luar negeri (asing). Kurs ini

dipertahankan sama di semua pasar melalui arbitrase. Arbitrase valuta asing

adalah pembelian mata uang asing bila harganya rendah dan menjualnya bila

harganya tinggi. Suatu penurunan dalam nilai mata uang dalam negeri terhadap

mata uang asing disebut dengan depresiasi. Sedangkan kenaikan nilai mata uang

dalam negeri terhadap mata uang asing disebut apresiasi.

Menurut Mankiw (2005:492), exchange rate atau kurs adalah tingkat

dimana negara-negara melakukan pertukaran dipasar dunia.

Menurut Boediono (1993:43), perdagangan antar negara dimana

masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka

perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya yang kemudian

(46)

Kenaikan harga valuta asing (artinya kenaikan nilai tukar) disebut

depresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, oleh

karenanya nilai relatif dari mata uang dalam negeri menurun, sehingga

barang-barang atau produk luar negeri dan perjalanan ke luar negeri menjadi lebih mahal.

Sebaliknya jatuhnya harga mata uang asing merupakan apresiasi mata uang dalam

negeri. Mata uang asing menjadi lebih murah, karenanya nilai relatif mata uang

dalam negeri naik, maka produk luar negeri dan perjalanan ke luar negeri menjadi

lebih murah (Edalmen, 1999:11).

Permintaan terhadap valuta asing (Foreign Exchange Demand)

(Foreign Exchange Demand) timbul apabila penduduk suatu negara

membutuhkan barang yang diproduksi negara lain. Artinya bila terjadi permintaan

masyarakat terhadap produk luar negeri, maka permintaan terhadap valuta asing

meningkat. Kenaikan permintaan terhadap valuta asing sangat ditentukan oleh

faktor-faktor diantaranya: nilai tukar atau harga mata uang asing (kurs), tingkat

pendapatan, tingkat bunga relatif, selera, ekspetasi, dan kebijakan pemerintah

(Asfia Murni, 2006:244).

Penawaran terhadap valuta asing (Foreign Exchange Supply)

(Foreign Exchange Supply) terjadi apabila negara lain mengimpor barang

dan jasa atau terjadi ekspor. Semakin besar ekspor suatu negara, maka supply

valuta asing akan meningkat. Sebab terjadi peningkatan capital inflow. Sama

halnya dengan konsep permintaan, supply dari valuta asing sangat ditentukan oleh

(47)

barang impor, selera dan ekspetasi serta kebijakan pemerintah (Asfia Murni,

2006:245).

Pasar valuta asing pada dasarnya merupakan jaringan kerja dari perbankan

dan lembaga keuangan dalam melayani masyarakat untuk membeli (permintaan)

dan menjual (penawaran) valuta asing.

Seperti jenis pasar lainnya, pasar valuta asing tidak bebas dari intervensi

pemerintah. Bank sentral secara teratur ikut serta dalam transakti keuangan

internasional yang disebut intervensi valuta asing (foreign exchange intervention)

dalam usaha mempengaruhi nilai tukar. Dalam persetujuan keuangan

internasional saat ini, yang disebut managed float regineI atau dirty float, nilai

tukar berfluktuasi dari hari ke hari, tetapi bank sentral berusaha untuk

mempengaruhi nilai tukar dengan membeli atau menjual mata uang.

Ada dua tipe berintervensi valuta asing yang dapat dilakuakan oleh bank

sentral (Hadi Sasana, 2006:38). Pertama, yang disebut dengan unstrerilized

foreign exchange intervention dimana bank sentral melakukan pembelian atau

penjualan mata uang domestik untuk mempengaruhi base money. Pembelian mata

uang domestik oleh bank sentral dan penjualan valuta asing yang sesuai dalam

pasar valas mengarah pada penurunan yang sama dalam cadangan internasional

dan base money. Sebaliknya, penjualan mata uang domestik akan menaikan

cadangan internasional dan base money. Kedua, yang disebut dengan strerilized

foreign exchange intervention. Jika bank sentral tidak ingin mempengaruhi base

money dengan menjual atau membeli mata uang domestik, bank sentral dapat

(48)

menyeimbangkan dalam pasar obligasi pemerintah. Sehingga posisi uang primer

tidak berubah. Penentuan kurs valuta asing ini dapat dilakukan dalam dua sistem,

yaitu (Hadi Sasana, 2006:38):

1). Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)

Yaitu sistem penentuan nilai valuta asing oleh otoritas moneter (bank

Sentral) dengan menetapkan nilai valuta asing tersebut, dimana nilai tersebut tidak

diubah dalam jangka waktu yang lama.

2). Kurs Berubah Bebas (Flexible Exchange Rate)

Dalam pasar bebas, perubahan kurs dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan dan

penawaran valuta asing berasal dari adanya transaksi debit dan kredit (ekspor dan

impor) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: harga, pendapatan, dan

tingkat suku bunga.

D. Tingkat Suku Bunga (Sertifikat Bank Indonesia/SBI)

Menurut Mankiw (2005:157), tingkat bunga adalah harga yang

menghubungkan masa kini dan masa depan serta merupakan variabel paling

penting diantara variabel-variabel makro ekonomi. Atau harga pasar yang

mentransfer sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan hasil

tabungan dan biaya peminjaman (Mankiw, 2005:494)

Menurut Boediono (1994:75), pengertian dasar teori tingkat bunga yaitu

harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat suku

(49)

apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dengan satu rupiah nanti.

Hutang piutang timbul karena terjadi pertukaran semacam ini. Pembeli dari satu

rupiah nanti adalah debitur. Sedangkan penjual dari satu rupiah sekarang yang

sekaligus juga pembeli dari satu rupiah nanti adalah kreditur. Debitur harus

membayar kepada kreditur harga dan pertukaran tersebut dan harga ini adalah

bunga yang dibayar debitur dan diterima oleh kreditur.

Dalam perhitungan tingkat suku bunga, biasanya digunakan persentase

(%) dari jumah yang dipinjam atau ditanamkan seseorang. Hal ini sesuai dengan

pendapat Paul A Samuelson dan William D Nordhous (1990:414) bahwa suku

bunga merupakan penerimaan (dalam rupiah) dan setiap rupiah yang dipinjamkan

pertahun sebagai imbalan atas uang yang dipinjamkan.

Sertifikat Bank Indonesia/SBI (SK Direksi BI No.31/67/KEP/DIR

tertanggal 23 juli 1998) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu

pendek dengan sistem diskonto. Tingkat bunga SBI menjadi perhatian banyak

pihak karena bunga SBI ini dijadikan patokan oleh perbankan nasional untuk

menentukan tingkat suku bunganya. Selain itu, bunga SBI juga mencerminkan

pengetatan dan pelonggaran moneter yang dilakukan Bank Indonesia.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pertama kali diterbitkan pada tahun 1970

dengan sasaran utama menciptakan instrumen yang diperdagangkan antar bank

pada tahun 1971. Setelah bank-bank diizinkan menerbitkan sertifikat deposito

(50)

Sejalan dengan perubahan pendekatan kebijakan moneter pemerintah

terutama setelah diregulasi perbankan 1 juni 1983 maka Bank Indonesia kembali

menerbitkan SBI sebagai instrumen dalam melakukan kebijakan operasi terbuka,

terutama untuk tujuan kontraksi moneter BI (1999).

Perubahan-perubahan suku bunga sangat mempengaruhi lembaga-lembaga

keuangan dalam menambah atau mengurangi peminjamannya. Dalam masa resesi,

bank sentral akan menurunkan tingkat bunga yang akan menggalakan bank-bank

umum meminjam dan menambah cadangannya. Pertambahan cadangan tersebut

seterusnya akan menggalakan mereka memberi pinjaman dan menciptakan uang

giral baru, sehingga akan menambah penawaran uang (Sadono Sukirno dalam

Hadi Sasana, 2006:36).

E. Uang Primer

Menurut Boediono (1994:88), uang primer atau uang inti atau reserve money

atau base money atau high-powered money merupakan “inti” dari proses

penciptaan uang, baik bagi penciptaan uang kartal maupun uang giral.

Uang inti dapat didefinisikan sebagai (Boediono, 1994:89):

 Saldo rekening Koran (giro) milik bank-bank umum atau masyarakat pada

Bank Indonesia, ditambah

 Uang tunai yang dipegang baik bank-bank umum maupun masyarakat

umum.

(51)

Di mana:

H = Uang inti; K = Uang kartal; R = Cadangan (reserve) bank-bank

umum.

Beberapa sebab lain uang inti tercipta, antara lain melalui (Boediono,

1994:90) :

1) Defisit APBN yang dibiayai dengan pencetakan uang baru.

2) Kredit langsung Bank Indonesia kepada badan-badan resmi

tertentu (misalnya: Bulog, Pertamina)

3) Kredit Likuiditas Bank Indonesia kepada bank-bank umum (dalam

rangka kredit prioritas).

Pelipat Uang (money Multiplier)

Penciptaan uang kartal dilakukan oleh Bank Sentral, Apabila uang inti

tersebut berbentuk uang kartal, maka jelas ini langsung menjadi satu unsur dari

uang beredar. Jadi apabila karena suatu hal (misalnya, ekspor meningkat, deficit

APBN, dan sebagainya), uang inti di masyarakat bertambah maka sebagian akan

menjadi uang kartal, dan uang kartal yang ditimbulkan akan langsung menambah

jumlah uang beredar. Sedangkan penciptaan uang giral dan uang kuasi oleh Bank

(52)

1) Melalui Transformasi

Penciptaan uang terjadi saat seseorang menyetor uang kartal ke BPUG

untuk dimasukkan ke dalam rekening giro, atau ke dalam deposito

berjangka, atau tabungan.

2) Melalui Substitusi

Penciptaan uang terjadi apabila BPUG membeli surat-surat berharga

dan membukukan harga surat berharga tersebut ke dalam rekening giro

atau deposito atas nama yang bersangkutan (yang memiliki surat

berharga).

3) Melalui Pemberian Kredit

Penciptaan uang terjadi saat BPUG memberikan pinjaman/kredit

kepada nasabahnya dan kemudian membukukannya ke dalam rekening

giro nasabah yang bersangkutan.

Dari sisi penawaran, yang mempengaruhi jumlah penawaran uang ditentukan

oleh dua faktor (Boediono, 1994:97) :

 Besarnya jumlah uang inti yang tersedia;

 Besarnya koefisien pelipat uang, yang ditentukan oleh:

a). Persentase dari uang beredar yang dipegang oleh masyarakat dalam

bentuk uang kartal. Angka ini sebenernya mencerminkan kehendak

atau kecenderungan masyarakat mengenai berapa bagian dari

(53)

b). Persentase “jaminan” (berapa uang tunai atau inti) yang dipegang

bank-bank umum bagi saldo rekening giro milik masyarakat yang

dikelola mereka (Giro Wajib Minimum/GWM). Persentase ini

dipengaruhi oleh cash ratio atau reserve requitment yang

diwajibkan oleh bank sentral. Dan reserve adjustment yang

merupakan besarnya reserve yang ingin dipegang bank di atas

jumlah wajib tertentu (tergantung pada keputusan bank).

F. Kebijakan Pengendalian Jumlah Uang Beredar

Salah satu fungsi penting bank sentral adalah untuk mengawasi atau

mengendalikan supply uang (jumlah uang beredar). Kebijakannya bertujuan

sebagai berikut:

1) Menyediakan jumlah uang yang cukup demi mewujudkan

pertumbuhan ekonomi yang mantap.

2) Mengatur atau membatasi jumlah uang yang beredar agar tidak

berlebihan atau kekurangan dari yang dibutuhkan aktivitas

ekonomi masyarakat sehingga dapat menghindari masalah inflasi

atau deflasi.

Pada dasarnya setiap kebijakan bank sentral mempunyai dua sasaran yaitu

sebagai berikut:

1) Memperbanyak jumlah uang yang beredar apabila terjadi kelesuan

kegiatan ekonomi. Pelaksanaannya melalui kebijakan uang longgar

(54)

2) Memperkecil jumlah uang yang beredar apabila terjadi inflasi.

Pelaksanaannya melalui kebijakan uang ketat (tight money policy).

Dalam menjalankan fungsi ini, bank sentral dapat menentukan

kebijakan-kebijakan sebagai berikut (Sadono Sukirno. 2004:310) :

a) Kebijakan moneter kuantitatif (quantitative monetary policy),

tujuannya untuk mempengaruhi jumlah penawaran uang.

b) Kebijakan moneter kualitatif (qualitative monetary policy), tujuan

untuk mengatur jenis-jenis pinjaman dan uang giral yang diciptakan.

Dalam menjalankan kebijakan moneter kuantitatif, bank sentral mempunyai

tiga instrumen utama yaitu sebagai berikut (Asfia Murni, 2006:27):

1). Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation Policy)

Kebijakan ini dijalankan oleh pemerintah dengan cara menjual atau

membeli surat-surat berharga seperti obligasi ke/dari masyarakat

melalui bank-bank umum (commercial bank). Penjualan surat-surat

berharga seperti obligasi dilakukan pemerintah jika di masyarakat

terjadi kelebihan jumlah uang beredar terutama dalam bentuk uang

giral yaitu pada masa inflasi. Sebaliknya jika di masyarakat terjadi

kekurangan jumlah uang beredar atau pada masa resesi, pemerintah

akan membeli kembali obligasi-obligasi yang pernah ditawarkan ke

(55)

2). Kebijakan Tingkat Bunga Diskonto (Rediscount Rate Policy)

Kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk

mengontrol jumlah uang beredar (JUB) dengan cara menaikkan atau

menurunkan tingkat bunga dan atau tingkat diskonto. Yang dimaksud

dengan tingkat bunga diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan

oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum terhadap penjualan

surat-surat berharga yang likuiditasnya tinggi. Tingkat bunga akan dinaikkan

apabila kondisi ekonomi mengalami inflasi. Namun apabila

perekonomian dalam keadaan resesi, tingkat bunga diturunkan.

3). Cadangan Minimum (Reserve Requirement Policy)

Kebijakan ini ditujukan bagi perbankan/lembaga-lembaga keuangan

bank yang ada di bawah pengawasan Bank Sentral. Adalah kebijakan

yang mengatur besarnya tingkat cadangan minimal bank yang secara

tidak langsung juga mengatur besarnya kelebihan cadangan yang dapat

disalurkan dalam bentuk kredit ke masyarakat.

Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif biasanya dibedakan dalam dua

jenis, yaitu:

1). Pengawalan pinjaman secara terpilih

Kebijakan ini dilakukan dengan menentukan jenis-jenis pinjaman mana

yang harus dikurangi atau digalakkan.

(56)

Dalam melaksanakan kebijaksanaan ini bank sentral mengadakan

pertemuan langsung dengan bank-bank perdagangan untuk meminta

mereka melakukan langkah-langkah tertentu.

G. Kajian Sebelumnya

Studi tentang jumlah uang beredar banyak dilakukan di Indonesia dan di

negara lain, di mana antara studi terdahulu dan studi berikutnya memiliki

koherensi. Studi tersebut dapat digunakan sebagai referensi bagi kajian-kajian di

masa yang akan datang.

1. Nilawati (2000)

Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh pengeluaran pemerintah,

cadangan devisa dan angka pengganda uang terhadap perkembangan jumlah uang

beredar di Indonesia periode 1992-1998. Hasil analisis dengan menggunakan

model analisa regresi berganda (multiple regression) menunjukan peningkatan

cadangan devisa dan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan jumlah uang

beredar. Sedangkan untuk angka pengganda uang hanya angka pengganda uang

dalam hal ini MM1 saja yang signifikan terhadap jumlah uang beredar.

2. Lily Prayitno dan Heny Sandjaya (2002)

Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah

uang beredar di Indonesia sebelum dan sesudah krisis: Sebuah Analisis

Ekonometrika. Penelitian ini menggunakan analisa regresi dengan model log

untuk menganilisa pengeluaran pemerintah, cadangan devisa, serta angka

(57)

untuk periode periode sebelum krisis (1990-1997), sesudah krisis (1997-1999) dan

secara keseluruhan (19990-1999).

Sebelum krisis hasil menunjukan bahwa pengeluaran pemerintah secara

signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar (M2): cadangan

devisa tidak signifikan terhadap jumlah uang beredar: sedangkan angka

pengganda uang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah uang

beredar. Sesudah krisis, pengeluaran pemerintah secara signifikan berpengaruh

positif terhadap jumlah uang beredar sedangkan cadangan devisa dan money

multiplier tidak signifikan. Untuk seluruh waktu analisa, pengeluaran pemerintah

dan cadangan devisa berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap jumlah

uang beredar sedangkan angka pengganda uang tidak sinifikan.

3. Dini Hariyanti (2002)

Penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

uang beredar. Model yang dipakai adalah model permintaan uang dengan fungsi

biaya kuadrat tunggal dengan estimasi ECM (error correction model). Variabel

yang digunakan yaitu pendapatan nasional, jumlah uang beredar, suku bunga

dalam negeri dan nilai tukar yang menemukan bahwa jumlah uang beredar di

Indonesia dapat menerangkan dengan baik fenomena dari variabel tingkat suku

bunga, tingkat pendapatan dan tingkat nilai tukar. Disini jumlah uang beredar

dalam jangka panjang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional, nilai tukar

Gambar

Gambar 4.5 Perkembangan Uang Primer di Indonesia
Tabel 1.1 Perkembangan M2, PDB, KURS, dan SBI di Indonesia
Gambar 2.1.  Model Circular Flow ekonomi dua sektor
Tabel 2.1 Kajian Sebelumnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

2.9.5 Jika ruang lingkup yang ditambahkan mempunyai metoda atau sistem yang sama dengan ruang lingkup yang telah diakreditasi, Sekretariat KAN hanya akan melakukan

Adapun penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian program pendidikan Strata Satu jurusan manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu

difficulties in comprehending texts adopted from Hello Magazine faced by the second year students of SMK Diponegoro Salatiga. The model

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Dari hasil penelitian disarankan adanya penelitian lanjutan pada variabel minat peserta didik, sarana dan prasarana pendukung production based training dan pembuatan batik

P4 Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, mari kita bersyukur atas kehadiran Yesus, Sang Putera Kudus di tengah dunia ini. Prmpn Mari kita bersyukur atas penyertaan Allah

Aspek yang terdapat pada realisasi kecerdasan spiritual pengurus.. GERMUSA terletak pada tiga jenis aspek yaitu aspek

Kotler dan Keller (2012) mengemukakan bahwa kepuasan adalah konsep yang jauh lebih luas dari hanya sekedar penilaian kualitas layanan, namun juga dipengaruhi oleh