ANALISIS VARIABEL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI
JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh : SAFITRI DAMAYANTI
106084002759
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS VARIABEL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI JUMLAH
UANG BEREDAR DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Safitri Damayanti
106084002759
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Fahmi Wibawa, SE., MBA
NIP. 19690203 200112 1003
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hari ini Jum’at Tanggal 3 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Safitri Damayanti NIM: 106084002759
dengan judul skripsi “ANALISIS VARIABEL EKONOMI YANG
MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 September 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Drs. Lukman M. Si M. Hartana I. Putra M.Si Ketua Sekretaris
Hari ini Rabu Tanggal Lima Belas Desember Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Safitri Damayanti NIM: 106084002759 dengan judul
Skripsi “ANALISIS VARIABEL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI
JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Desember 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Fahmi Wibawa, SE, MBA
Ketua Sekretaris
Dr. Yahya Hamja, SE, MM M. Hartana I. Putra M.Si
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Safitri Damayanti
NIM : 106084002759
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan
merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi
baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 6 Desember 2010
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
a. Nama : Safitri Damayanti
b. Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 24 Februari 1988
c. Agama : Islam
d. Alamat : Komp. Dep-Kes Blok C2/11 RT. 002/011
Sawah Lama Ciputat Tangerang Selatan 15413
e. Telepon : 021 940 71231 / 0857 15800 588
f. Email : damayanti.safitri@yahoo.com
Pendidikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan (Ekonomi Pembangunan).
Sawah Lama Ciputat Tangerang Selatan 15413
Pengalaman Organisasi
ANALISIS VARIABEL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA
By : Safitri Damayanti
ABSTRACT
Money supply plays an important role in modern economics. Therefore, its growth and condition must be well monitored. Money supply itself has a close relationship to inflation, that is, a routine economic problem in developing countries. This research has an objective to analyze the influence of some economic variables on money supply (broad money) in the period of 2005.1-2009.12, by using ECM. It analyzes the influence of Gross Domestic Products (GDP), exchange rate between US dollar and rupiah, interest rate of Sertifikat Bank Indonesia (SBI) and base money on money supply in short and long run. The result shows that, in short run, Gross domestic products, exchange rate and base money have a positive and significant influence on money supply. And interest rate show insignificant influence on money supply. In the long run, just base money show significant influence on money supply.
ANALISIS VARIABEL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA
Oleh : Safitri Damayanti
ABSTRAK
Uang Beredar memainkan peran penting dalam ekonomi modern. Oleh karena itu, pertumbuhan dan kondisinya harus dipantau dengan baik. Uang beredar itu sendiri memiliki hubungan dekat dengan inflasi, yaitu masalah ekonomi rutin di negara-negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel ekonomi terhadap jumlah uang beredar (uang beredar dalam arti luas) pada periode 2005.1-2009.12, dengan menggunakan ECM. Hal ini menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar antara dolar AS dan rupiah, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan uang primer berdasarkan jumlah uang beredar dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam jangka pendek, Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar dan uang primer memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar. Dan tingkat suku bunga (SBI) menunjukan pengaruh yang tidak signifikan terhadap jumlah uang beredar. Dalam jangka panjang, hanya uang primer yang menunjukan pengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim…
Alhamdulillahirabbilalamin…
Segala puji dan rasa syukur hanyalah milik Allah SWT, yang memiliki
segala keagungan, maha pencipta semua yang ada di langit dan di bumi, sumber
semua ilmu pengetahuan, serta maha pembuka pintu rahmat bagi semua
hamba-hambaNya, sehingga nikmat terbesarpun telah penulis rasakan akan
keagunganNya, izinNya dan atas semua kemudahan yang telah dibukakan bagi
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam
senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi yang
menjadi suri teladan bagi seluruh umat, segenap keluarga, sahabat, pengikutnya
yang senantiasa istiqomah di jalan Allah.
Setelah melalui proses dan dengan segala usaha, Alhamdulillah penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul, “ANALISIS VARIABEL
EKONOMI YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI
INDONESIA”
Dalam skripsi ini, terkadang penulis menghadapi hambatan yang memang
menjadi bagian dari suatu perjuangan untuk mencapai sebuah tujuan, namun
penulis menyadari bahwa ini merupakan proses yang harus dijalani. Oleh karena
itu banyak pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis sehingga
Atas segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara
langsung maupun tidak langsung, secara spiritual maupun materil. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tuaku, Tri Wiyarto dan Siti Munarsih, skripsi ini penulis
persembahkan untuk kalian, terima kasih telah membesarkan penulis
dengan penuh kesabaran, memberikan kasih sayang yang tulus, dukungan,
motivasi serta doa yang tidak pernah putus. I love you ma, pak, doaku
selalu menyertai kalian, semoga Allah membalas semua kesabaran mama
dan bapak. Allah sayang mama dan bapak.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang secara tidak langsung mengajarkan penulis bagaimana
menjadi seorang ekonom yang baik, serta mendoakan penulis menjadi
seorang wartawan yang baik.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM., selaku Dosen Pembimbing I, yang
telah meluangkan waktu, pikiran dan ilmunya dengan segala
profesionalitas dan kesabaran dalam membimbing sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Semoga segala kebaikan dan ketulusan
yang bapak berikan menjadi amal shaleh.
4. Bapak Fahmi Wibawa, SE., MBA., selaku Dosen Pembimbing II, yang
telah berkenan memberikan bimbingan dan tambahan ilmu. Semogal ilmu
5. Bapak Drs. Lukman, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6. Ibu Utami Baroroh, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.
8. Seluruh staf dan dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
9. Keluarga tercinta, terima kasih karena selama ini telah memberikan
penulis dukungan, semangat, pelajaran, nasehat, serta materi yang
mungkin penulis belum bisa membalasnya. Semoga Allah selalu
melindungi kalian, amin.
10.Sahabat-sahabat terbaik, terima kasih telah menjadi teman setia, yang
selalu ada untuk menghibur dan memberikan semangat penulis dalam
menghadapi segala cobaan hidup. Kalian anugerah terindah selama ini,
terima kasih atas kebersamaan selama ini. Dan seluruh teman-teman IESP
angkatan 2006, senang bisa berjuang bersama kalian. Tetap semangat..
11.Dan semua pihak yang turut membantu, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih sangat jauh untuk mencapai
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun
Akhirnya penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat, baik kepada penulis maupun kepada semua pihak yang berkesempatan
membaca skripsi ini.
Jakarta, 6 Desember 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Lembar Pengesahan Skripsi ... ii
Lembar Pengesahan Uji komprehensif ... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi... iv
Surat Pernyataan ... v
Daftar Riwayat Hidup ... vi
Abstract ... vii
Abstrak ... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xiii
Daftar Tabel………... xvii
Daftar Gambar ………. xviii
Daftar Lampiran……… xix
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS ... 7
A. Jumlah Uang Beredar ... 7
1. Pengertian Uang ... 7
2. Fungsi Uang ... 8
3. Bentuk Uang ... 8
4. Permintaan Uang ... 10
5. Penawaran Uang ... 15
6. Jenis Uang Beredar ... 16
B. Pendapatan Nasional ... 18
C. Nilai Tukar ... 26
D. Tingkat Suku Bunga ... 29
E. Uang Primer ... 31
F. Kebijakan Pengendalian Jumlah Uang Beredar ... 34
G. Kajian Sebelumnya... 37
H. Kerangka Pemikiran ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45
A. Ruang Lingkup Penelitian... 45
B. Metode Penentuan Sampel ... 45
C. Metode Pengumpulan data ... 45
D. Metode Analisis Data ... 46
E. Operasional Variabel Penelitian ... 56
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 60
B. Hasil Analisa ... 70
1. Hasil Uji Stasioneritas ... 70
2. Hasil Uji Derajat Integrasi ... 72
3. Hasil Uji Kointegrasi ... 73
4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 74
a. Hasil Uji Normalitas ... 74
b. Hasil Uji Liniearitas ... 76
c. Hasil Uji Multikolinearitas ... 76
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 78
5. Hasil Uji Error Correction Model (ECM) ... 80
C. Intepretasi ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
A. Kesimpulan... 89
B. Implikasi dan Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 94
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan M2, PDB, KURS dan SBI di Indonesia 3
Periode 2005.1-2009.1
Tabel 2.1 Kajian Sebelumnya 41
Tabel 3.1 Uji Durbin-Watson 55
Tabel 4.1 Hasil Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller Test 71
Pada Tingkat Level
Tabel 4.2 Hasil Uji Akar Unit Augmented Dickey-Fuller Test 73
Pada Tingkat First Difference
Tabel 4.3 Hasil Uji Kointegrasi 74
Tabel 4.4 Hasil Uji Ramsey RESET Test 76
Tabel 4.5 Hasil Uji Correlation Matrix 77
Tabel 4.6 Hasil Uji White Heteroskedasticity 78
Tabel 4.7 Hasil Uji Durbin-Watson 79
Tabel 4.8 Hasil Langrange Multiple Test 80
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Circular Flow Ekonomi Dua Sektor 26
Gambar 2.2 Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian 44
Secara Keseluruhan
Gambar 4.1 Perkembangan Jumlah Uang Beredar (M2) 63
di Indonesia Tahun 2005-2009
Gambar 4.2 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) 65
di Indonesia Tahun 2005-2009
Gambar 4.3 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar/ 66
Kurs di Indonesia Tahun 2005-2009
Gambar 4.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga (SBI) 68
Tahun 2005-2009
Gambar 4.5 Perkembangan Uang Primer di Indonesia 69
Tahun 2005-2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Variabel Penelitian 99
Lampiran 2 Hasil Uji Stasioner Pada Tingkat Level 102
Lampiran 3 Hasil Uji Derajat Integrasi Pada Tingkat First Difference 105
Dan Hasil Uji Kointegrasi
Lampiran 4 Hasil Uji Asumsi Klasik 108
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan ekonomi merupakan tahapan proses yang mutlak dilakukan
oleh suatu bangsa untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
seluruh rakyat bangsa tersebut. Pembangunan ekonomi suatu negara tidak dapat
hanya dilakukan dengan berbekal tekad yang membaja dari seluruh rakyatnya
untuk membangun, tetapi lebih dari itu harus didukung pula oleh ketersediaan
sumber daya baik sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya
modal produktif. Dengan kata lain, tanpa adanya daya dukung yang cukup kuat
dari sumber daya produktif, maka pembangunan ekonomi mustahil dapat
dilaksanakan dengan baik dan memuaskan (Zilal Hamzah, 2006:21).
Pada banyak negara dunia berkembang, yang umumnya memiliki tingkat
kesejahteraan rakyat yang relatif masih rendah, mempertinggi tingkat
pertumbuhan ekonomi memang sangat mutlak diperlukan untuk mengejar
ketertinggalan di bidang ekonomi dari negara-negara industri maju. Oleh karena
masih relatif lemahnya kemampuan partisipasi swasta domestik dalam
pembangunan ekonomi, mengharuskan pemerintah untuk mengambil peran
sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi nasional (Lily Prayitno,
2002:47).
Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan sektor
dianggap mampu untuk memecahkan berbagai masalah ekonomi. Masyarakat
secara positif masih memiliki pemahaman bahwa kebijakan pemerintah atas
sektor moneter dan perbankan memiliki kekuatan yang lebih dari apa yang secara
efektif dapat tercapai melalui instrumen tersebut, akibatnya timbulah anggapan
sektor moneter dan sektor perbankan mempunyai fungsi yang mampu
memberikan pelayanan bagi berlangsungnya sektor riil, kegiatan investasi,
kegiatan produksi, kegiatan distribusi, maupun konsumsi (Iman Murtono,
2003:56.
Efektifitas pengendalian moneter di Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir dirasakan semakin berkurang. Masalah ini tidak terlepas dari
perkembangan sistem operasi dan instrumen pasar uang yang semakin pesat dan
kompleks, serta semakin besar dan cepatnya arus lalu lintas modal sehingga
fluktuasi uang beredar menjadi tidak stabil (Hadi Sasana, 2006:32).
Sebagimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia
sebagai bank sentral Indonesia mempunyai fungsi mengawasi atau mengendalikan
supply uang (jumlah uang beredar). Kebijakan tersebut bertujuan menyediakan
jumlah uang yang cukup demi mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang mantap
serta mengatur atau membatasi jumlah uang yang beredar agar tidak berlebihan
atau kekurangan dari yang dibutuhkan aktivitas ekonomi masyarakat sehingga
dapat menghindari masalah inflasi atau deflasi.
Indonesia sebagai penganut perekonomian terbuka, proses
pemintaan-penawaran uang selain dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu perilaku bank-bank
serta neraca pembayaran sebagai faktor eksternal. Faktor eksternal tersebut
merupakan kendala dalam proses penawaran uang. Fenomena ini mengarahkan
pada pendekatan yang menganggap bahwa penawaran uang tidak sepenuhnya
dipengaruhi oleh otoritas moneter, melainkan juga dipengaruhi oleh semua
partisipan di pasar uang dan pasar kredit. Permintaan uang pada perekonomian
terbuka akan sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan, nisbah perdagangan
melalui nilai tukar, suku bunga internasional dan pengaruh dari kecenderungan
meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang waktu dari
suatu negara (Dhani Agung Darmawan. 2005: 2).
Tabel 1.1
Perkembangan M2, PDB, KURS, dan SBIdi Indonesia Periode 2005.1 -2009.1
Sumber: Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, Bank Indonesia
Tabel 1.1 menunjukan adanya peningkatan M2 dari periode 2005.1 –
2009.1. Peningkatan M2 ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan negara
yang bersumber dari penerimaan hasil migas akibat tingginya harga minyak
dunia. Tingkat suku bunga SBI pada awal 2006 menunjukan peningkatan. Hal ini
uang tersebut untuk meningkatkan neraca pembayaran pada tahun 2005 yang
mengalami penurunan akibat melonjaknya harga minyak serta pertumbuhan impor
yang tinggi. Hal ini juga terlihat dari nilai tukar yang melemah pada awal tahun
2006 yaitu sebesar Rp. 9395.
Indonesia, sebagaimana halnya negara berkembang lainnya, menghadapi
berbagai hambatan struktural dalam perekonomiannya, yaitu hambatan pada
valuta asing, dan juga hambatan finansial. Sektor swasta yang belum kuat
menyebabkan peran anggaran pemerintah menjadi sangat menentukan dalam
kegiatan investasi. Di sisi lain, nilai tukar adalah harga mata uang negara asing
dalam satuan mata uang domestik. Penentuan nilai tukar ini di dasarkan pada teori
kesamaan tingkat bunga atau dikenal dengan interest rate parity theory. Teori ini
menyatakan bahwa pasar persaingan sempurna, biaya yang harus dibayar untuk
memperoleh dana yang tercermin dalam tarif bunga cenderung sama di setiap
negara. Apabila terjadi perbedaan harga dana antara satu negara dengan negara
lain, maka dana akan cenderung mengalir dari negara yang tarif bunganya lebih
rendah ke negara lain yang tarif bunganya lebih tinggi. Demikian juga dalam
kegiatan pembayaran utang luar negeri. Melemahnya nilai tukar akan merubah
posisi cadangan devisa dan mempengaruhi posisi jumlah uang beredar di
Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk
menganalisis pengaruh variabel-variabel ekonomi yaitu pendapatan nasional
(PDB), nilai tukar, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan uang
“Analisis Variabel Ekonomi Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar di
Indonesia (periode 2005.1-2009.12)”.
B. Perumusan Masalah
Banyak faktor yang bisa menyebabkan naik turunnya jumlah uang beredar
di Indonesia, baik dalam arti luas (M2) maupun dalam arti sempit (M1). Namun
dalam penelitian ini penulis hanya mencoba untuk mengambil variabel
pendapatan nasional, nilai tukar, tingkat suku bunga SBI dan uang primer dimana
penulis ingin menganalisis :
1. Bagaimana pengaruh jangka pendek pendapatan nasional, nilai tukar,
tingkat suku bunga SBI dan uang primer terhadap jumlah uang beredar
dalam arti luas (M2) di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh jangka panjang pendapatan nasional, nilai tukar,
tingkat suku bunga SBI dan uang primer terhadap jumlah uang beredar
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Menganalisis pengaruh jangka pendek pendapatan nasional, nilai
tukar, tingkat suku bunga SBI dan uang primer terhadap jumlah uang
beredar dalam arti luas (M2) di Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh jangka panjang pendapatan nasional, nilai
tukar, tingkat suku bunga SBI dan uang primer terhadap jumlah uang
beredar dalam arti luas (M2) di Indonesia.
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Menambah wawasan penulis & pembaca lainnya tentang pengaruh
yang ditimbulkan dari pendapatan nasional, nilai tukar, tingkat suku
bunga SBI dan uang primer terhadap jumlah uang beredar di
Indonesia.
2. Bagi penulis, untuk menerapkan teori-teori yang telah diterima di
perkuliahan khususnya mengenai mata kuliah ekonomi makro.
3. Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu masukan dan bahan pertimbangan dalam
menentukan langkah-langkah dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan
dengan pengambilan keputusan dalam mengatasi permasalahan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Jumlah Uang Beredar
1. Pengertian Uang
Dari sudut pandang ekonomi, uang (money) merupakan aset yang dapat
digunakan untuk transaksi. Menurut Samuelson (2001), uang adalah segala
sesuatu yang bersifat sebagai media pertukaran atau alat pembayaran yang
diterima secara umum.
Menurut Sadono Sukirno (2004:267), uang diciptakan dalam
perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar menukar dan
perdagangan. Maka uang didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui oleh
masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar
menukar/perdagangan. “Disetujui” dalam definisi adalah terdapat sepakat di
antara anggota-anggota masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda
sebaga alat perantaraan dalam kegiatan tukar menukar, dimana benda itu harus
memenuhi syarat-syarat berikut :
Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
Mudah dibawa-bawa
Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya
Jumlahnya terbatas (tidak berlebihan)
Bendanya mempunyai mutu yang sama
2. Fungsi Uang
Uang memiliki empat fungsi (Dombusch dan Fischer dalam Asfia Murni,
2006:154), yaitu sebagai berikut:
a) Satuan Hitung (Unit of Account), artinya uang dapat menentukan satuan
ukur yang sama terhadap semua barang.
b) Alat pembayaran dalam transaksi (Medium of Exchange), artinya dapat
berfungsi sebagai alat tukar sehingga uang amat mempermudah dan
mempercepat kegiatan pertukaran dalam perekonomian.
c) Penyimpan nilai (Store of Value), artinya uang dapat digunakan untuk
menyimpan nilai dari kekayaan yang dimiliki.
d) Standar pembayaran pada masa yang datang (Standart of Deferred
Payment), artinya uang juga dapat digunakan untuk pembayaran yang
mungkin terjadi pada masa mendatang, misalnya pembayaran gaji
pegawai, dapat diterima di akhir atau di awal bulan. Contoh lain transaksi
utang piutang yang dapat diselesaikan beberapa tahun kemudian.
3. Bentuk Uang
Sesuai dengan tuntutan perkembangan ekonomi maka bentuk-bentuk uang
a) Uang Komoditas (Commodity Money), yaitu uang dalam bentuk barang.
Pada awalnya uang dapat berbentuk apa saja asalkan dapat diterima masyarakat
secara umum. Misalnya berupa tembakau, bulu-bulu burung, atau berupa logam
mulia, emas, perak, dan lain sebagainya. Pada umumnya uang komoditas nilai
nominalnya sama dengan nilai intrisiknya (nilai komoditasnya). Contoh uang
ringgit emas, nilai nominalnya sama dengan nilai emas untuk membuat uang
tersebut. Semakin berkembangnya aktivitas ekonomi masyarakat, uang komoditas
mengalami kesulitan dalam penggunaannya, dan dalam menemukan bahan
bakunya, lalu muncul uang fiat.
b) Uang fiat (fiat money atau token money) adalah komoditas yang diterima
sebagai uang, namun nilai nominalnya jauh lebih besar dari nilai komoditas itu
sendiri (nilai intrinsiknya atau intrinsic value-nya).
Contoh yang paling mudah adalah uang kertas Rp.100.000,00. Nilai nominal uang
kertas tersebut adalah jauh lebih tinggi dari nilai kertasnya.
Kegiatan jual beli dalam jumlah yang sangat besar dan dilakukan jarak jauh
sangat tidak memungkinkan terjadinya transaksi bila hanya mengandalkan uang
fiat . Untuk mengatasi kesulitan itu muncul uang dalam bentuk near money atau
uang giral.
c) Uang giral adalah uang bank yang apabila digunakan untuk transaksi
hanya bisa dengan menggunakan cek (demand deposit). Namun tidak semua
pelaku ekonomi mau menerimanya, karena tidak bersifat liquid sempurna.
Sementara uang komoditas dan uang fiat bersifat liquid sempurna. Artinya untuk
d) Near Money dapat diartikan sebagai uang hampir liquid sempurna.
Artinya jenis uang ini dalam penggunaannya harus ditukarkan atau dicairkan
terlebih dahulu. Contoh kartu ATM, kartu kredit (credit card), deposito dan buku
tabungan.
4. Permintaan Uang
Teori permintaan uang berkaitan dengan faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya permintaan uang.
Teori permintaan akan uang sebenarnya dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori tentang alokasi sumber daya ekonomi yang sifatnya terbatas.
Pada prinsipnya dengan sumber ekonomi yang terbatas, manusia harus memilih
alokasi yang memberikan kepuasan yang sebesar-besarnya di mana prinsip
ekonomi berperan (dengan pengorbanan yang kecil untuk mendapatkan kepuasan
yang maksimal). Apabila akan memperbanyak konsumsi misalnya, maka jumlah
kekayaan (yang terdiri dari pendapatan dan kekayaan lainnya) akan semakin kecil.
Demikian juga jika mereka ingin memiliki salah satu bentuk kekayaan lebih
banyak, maka dengan sendirinya pemilihan bentuk kekayaan yang lainnya akan
menjadi sedikit. Mereka akan selalu mencari keseimbangan antara keuntungan
dan kerugian dari kepemilikan sesuatu bentuk kekayaan. Kekayaan dapat
berwujud dalam bentuk uang, surat berharga, deposito atau barang (Dhani Agung
Darmawan; 2005:6).
Permintaan Uang Klasik
Teori-teori permintaan uang klasik tercermin dari Irving Fisher dan teori
mengapa seseorang / masyarakat menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan
dari pada uang, yaitu sebagai alat tukar. Karenanya jumlah uang yang diminta
berbanding proposional dengan tingkat output atau pendapatan. Bila tingkat
output meningkat, maka permintaan uang meningkat, begitu juga sebaliknya.
Jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat bukanlah semata-mata nilai
nominalnya, tetapi juga daya belinya, yaitu nilai nominal dibandingkan dengan
tingkat harga (real money balances) (Asfia Murni; 2006:156).
(M/P)d = k.Y
di mana :
(M/P)d = permintaan uang riil
M = nilai nominalnya
P = tingkat harga
Y = pendapatan atau output
k = proporsi permintaan uang terhadap pendapatan atau output
Karena hanya berfungsi sebagai alat tukar, maka uang bersifat netral
(money netrality), dalam arti uang hanya mempengaruhi tingkat harga. Pendapat
tersebut dinyatakan dalam persamaan kuantitas uang oleh Irving Fisher sebagai
berikut :
M x V = P x T atau MV = PT
di mana :
V = velositas uang
P = tingkat harga umum
T = jumlah unit transaksi
Dengan demikian:
Jumlah uang beredar x Velositas = Harga x Transaksi
Velositas uang merupakan konsep yang menunjukan berapa kali dalam
setahun uang berputar di dalam sebuah perekonomian. Dalam jangka pendek,
kecepatan uang beredar dianggap tetap.
Versi berikutnya dari teori kuantitas (Quantity Theory) adalah teori yang
dikemukakan Alfred Mashall yang kemudian dikenal dengan teori Cambridge.
Teori Cambridge menitikberatkan pada fungsi uang sebagai alat tukar umum
(medium of exchange) dan penyimpan nilai (store of value). Kekayaan dalam
bentuk uang juga mengorbankan kemungkinan dari return yang didapatkan jika
kekayaan tersebut diwujudkan dalam surat-surat berharga atau barang. Teori
Cambridge lebih menekankan pada permintaan uang dengan volume transaksi
yang direncanakan (dalam hal ini untung ruginya), dan permintaan uang juga
dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, besarnya kekayaan, dan ekspetasi masa
depan (Dhani Agung Darmawan, 2005:9).
Permintaan Uang Keynes
Teori moneter Keynes berbeda dengan teori klasik. Perbedaan tersebut
dapat terlihat dalam buku General Theory of Employment, Interest and Money
exchange) tetapi juga sebagai penyimpan nilai (store of value) yang kemudian
dikenal sebagai teori liquidity preference. Keynes memasukan unsur-unsur
ketidakpastian (uncertainty) dan harapan (expectation), tetapi lebih dititikberatkan
pada tingkat suku bunga (Insukrindo dalam Dhani Agung Darmawan, 2005:10).
Keynes menyebutkan adanya tiga motif memegang uang, yakni motif
transaksi (transactions motive), motif berjaga-jaga (precautionary motive) and
motif spekulasi/mencari keuntungan (speculation motive).
1) Motif Transaksi (Transactions Motive)
Permintaan uang untuk transaksi dalam teori Keynes adalah sama dengan
permintaan uang dalam teori Klasik. Masyarakat memegang uang (holding
money) dalam rangka mempermudah kegiatan sehari-hari. Permintaan uang untuk
transaksi berhubungan positif dengan tingkat pendapatan, bila pendapatan
meningkat, maka kebutuhan uang untuk transaksi meningkat.
2) Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)
Hal lain yang juga memotivasi orang memegang uang adalah persiapan
untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan dan atau tak terduga, misalnya
sakit atau mengalami kecelakaan. Permintaan uang untuk berjaga-jaga juga
berhubungan positif dengan pendapatan. Jika pendapatan meningkat, permintaan
uang untuk berjaga-jaga juga meningkat.
Karena permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga berhubungan
searah dengan tingkat pendapatan, maka hubungannya dapat diekspresikan
Mt = f(Y)
di mana :
Mt = permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga
Y = pendapatan
3) Motif Spekulasi/ Mendapatkan Keuntungan (Speculation Motive)
Sesuai dengan namanya, motif memegang uang adalah untuk memperoleh
“keuntungan” yang mungkin didapat seandainya individu pemegang uang
meramal kejadian dimasa depan dengan benar. Masyarakat yang memegang uang
akan selalu membuat pilihan antara memegang uang atau menggunakan uang
tersebut untuk membeli surat-surat berharga seperti surat pinjaman, saham dan
sebagainya. Dalam melaksanakan pilihan, tingkat pendapatan yang akan diperoleh
dari surat-surat berharga tersebut sangat penting peranannya. Para pemegang uang
akan bersedia menggantikannya dengan surat-surat berharga tersebut apabila
memberikan tingkat pendapatan yang tinggi, begitupun sebaliknya. Jika
permintaan uang untuk dua tujuan sebelumnya lebih ditentukan oleh tingkat
pendapatan nasional atau pendapatan masyarakat, maka tujuan spekulasi
permintaan uang ditentukan oleh tingkat bunga (Boediono, 1994).
Msp = f(i)
di mana :
Msp = permintaan uang untuk spekulasi
Permintaan Uang Friedman
Teori Friedman mengenai permintaan uang menyerupai teori Keynes
mengenai beberapa motivasi mengapa orang memegang uang. Ia menyatakan
bahwa pada prinsipnya uang merupakan suatu bentuk kekayaan. Untuk itu
Friedman mengaplikasikan teori tentang permintaan aset terhadap teori
permintaan uangnya.
Teori Friedman diawali dengan suatu pendapat bahwa uang, seperti aset
lainnya, memberikan suatu keuntungan bagi pemegangnya. Kendala dari
memegang aset adalah tingkat kekayaan dan opportunity cost dari memegang
uang adalah tingkat pengembalian yang didapat dari memegang aset selain uang.
Bila tingkat pengembalian aset-aset ini meningkat, maka tingkat permintaan uang
akan turun. Tingkat pengembalian aset-aset ini terdiri dari dua komponen, tingkat
bunga serta harga pasar yang berubah-ubah yang dapat menghasilkan suatu
capital gain (loss).
Friedman (1956) menyebutkan bahwa permintaan uang ditentukan juga
oleh wealth pemegangnya, disamping tingkat pendapatan (dalam hal ini
digunakan permanent income), tingkat suku bunga, inflasi dan faktor-faktor
lainnya.
5. Penawaran Uang
Penawaran uang (money supply) (Asfia Murni, 2006:158) merupakan
jumlah uang yang tersedia dalam kegiatan ekonomi suatu negara atau disebut juga
dalam jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang
Uang beredar merupakan salah satu indikator penting dalam proses
pengambilan kebijakan ekonomi. Hal ini disebabkan segala kegiatan ekonomi
seperti produksi, konsumsi, dan investasi selalu melibatkan uang. Perkembangan
dan pergerakan uang beredar harus benar-benar diperhatikan karena sering
dikaitkan dengan pergerakan tingkat suku bunga, perubahan harga, dan tingkat
pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu uang berperan penting dalam
perekonomian dan jumlah uang beredar harus diatur supaya sesuai dengan
kapasitas ekonomi, yaitu supaya tidak berlebihan dan tidak kekurangan.
Berdasarkan Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia menyatakan bahwa: Kebijakan moneter adalah kebijakan
yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mencapai dan
memelihara kestabilan stabilitas nilai rupiah, yang dilakukan antara lain melalui
pengendalian jumlah uang beredar dan /atau suku bunga.
6. Jenis Uang Beredar
Menurut Solikin dan Suseno (2002), uang yang beredar merupakan
kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik atau masyarakat, yang
terdiri dari uang kartal (currency), uang giral (demand deposit), dan uang kuasi
(quasi money). Sistem moneter adalah otoritas moneter (bank sentral) dan bank
umum, dimana Bank Indonesia sebagai bank sentral merupakan lembaga yang
mengeluarkan dan mengedarkan uang kartal, sedangkan bank umum
mengeluarkan dan mengedarkan uang giral serta uang kuasi.
Uang kartal dan uang giral dapat digunakan secara langsung oleh
yang disimpan dalam rekening tabungan dan deposito berjangka atau bank
simpanan yang tidak bisa ditarik sewaktu-waktu.
Masyarakat pada umumnya lebih mengenal masalah uang kartal sebagai
uang tunai yang terdiri dari uang kertas dan uang logam. Sementara contoh uang
giral adalah cek dan bilyet giro. Sedangkan uang kuasi meliputi (Dhani Agung
Darmawan, 2005:5):
Tabungan (saving deposit) adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. (Uang
sepenuhnya tidak likuid).
Deposito berjangka (time deposit) adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian. (Uang
yang kehilangan untuk sementara fungsinya sebagai alat tukar)
Rekening valuta asing milik swasta domestik (Aktiva yang hanya dapat
memenuhi fungsi uang sebagai penyimpan daya beli).
Secara lebih ringkas, penawaran uang yang ada di Indonesia saat ini (Asfia
Murni. 2006:158) adalah :
a) Penawaran uang dalam arti sempit (narrow money), diberi simbol M1,
merupakan jumlah uang beredar yang sering digunakan untuk keperluan
transaksi, yang terdiri dari:
1) Uang koin/logam dan uang kertas yang biasa disebut uang kartal.
2) Uang giral atau uang bank, yaitu deposito yang terdapat di bank-bank
Dimana : M1 = uang dalam arti sempit
C = currency, uang kartal
DD = Demand deposit, uang giral
b) Penawaran uang dalam arti luas (broad money), diberi simbol M2, yang
terdiri dari M1 (uang logam, uang kertas, dan uang giral/cek) ditambah
dengan uang kuasi/near money. Near money adalah rekening tabungan dan
kekayaan lain yang ditukarkan/dicairkan dalam waktu dekat. Contohnya
deposito yang ditukar menjadi uang kontan atau liquid, tanpa kehilangan
nilainya.
Total penawaran uang atau jumlah uang beredar
M2 = M1 + Near Money
M2 = M1+ TD + SD
Dimana: M2 = uang dalam arti luas
M1= uang dalam arti sempit
TD = time deposits (deposito berjangka)
SD = saving deposits (saldo tabungan)
Semua uang yang beredar dipandang sebagai liquiditas perekonomian,
yaitu alat yang dapat memperlancar kegiatan ekonomi.
B. Pendapatan Nasional
Pengertian Pendapatan Nasional
Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro
adalah nilai output nasional yang dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu
periode tertentu. Sebab, besarnya output nasional dapat menunjukan beberapa hal
penting dalam sebuah perekonomian (Prathama, 2008:223).
Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal
tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga
kerja, barang modal, uang dan kemampuan kewirausahaan) digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa. Semakin besar pendapatan nasional suatu negara,
semakin baik efisien alokasi sumber daya ekonominya.
Yang kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara. Alat ukur yang disepakati
tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output per
kapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah
penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output per kapita makin
besar, tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi. Sementara itu, alat ukur
tentang produktivitas rata-rata adalah output per tenaga kerja. Makin besar
angkanya, makin tinggi produktivitas tenaga kerjanya.
Yang ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Jika
sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka
perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatan. Jika
sebagian besar output nasional berasal dari sektor pertanian (ekstraktif), maka
perekonomian tersebut bermasalah dengan masalah ketimpangan struktur
produksi. Dalam arti, perekonomian harus memodernisasikan diri, dengan
pertanian yang dianggap sebagai sektor ekonomi tradisional dengan sektor
industri yang dianggap sebagai sektor ekonomi modern.
Produk Domestik Bruto (PDB) di negara-negara berkembang merupakan
konsep yang paling sering dipakai untuk pendapatan nasional.
Menurut Sadono Sukirno (2004:61) Produk Domestik Bruto (PDB) adalah
nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara dalam suatu tahun
tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi milik warga negaranya dan
milik penduduk di negara-negara lain. Biasanya dinilai menurut harga pasar dan
dapat didasarkan kepada harga yang berlaku dan harga tetap.
Perhitungan Pendapatan Nasional
Ada lima konsep perhitungan yang digunakan untuk melihat
perkembangan ekonomi antara lain sebagai berikut (Ace Partadiredja; 1994).
a) National Income Account, menghitung jumlah produk/pendapatan nasional
yang dihasilkan suatu negara.
b) Input-Output Account, menghitung jumlah pembelian (input) dan
penjualan (output) setiap sektor ekonomi.
c) Balance of Payment Account, menghitung semua penerimaan dan
pengeluaran suatu negara dengan negara-negara lain melalui
ekspor-impor, aliran/arus dana yang terjadi :
d) Flow of Funds account, menghitung arus transaksi pinjam-meminjam
e) National Balance Sheet atau Capital Account, menghitung kekayaan
(aktiva) dan utang (pasiva) semua unit kesatuan ekonomi atau
sektor-sektor ekonomi.
Ada tiga metode perhitungan pendapatan nasional, yaitu metode output
(output approach), metode pendapatan (income approach), dan metode
pengeluaran (expenditure approach) (Prathama, 2008:229).
a) Metode output (Output Approach) atau metode produksi
Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan
oleh suatu perekonomian. Cara penghitungannya adalah dengan cara
menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor ekonomi
selama satu periode tertentu. Yang dijumlahkan adalah nilai tambah (value added)
yang diciptakan oleh tiap sektor yang ada dalam perekonomian.
NT = NO-NI
di mana :
NT = nilai tambah
NO= nilai output
NI = nilai input antara
b) Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai
total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
Fungsi produksi adalah hubungan antara tingkat output dengan faktor-faktor
Q = f(L,K,U,E)
di mana :
Q = output
L = tenaga kerja
K = barang modal
U = uang/finansial
E = kemampuan entrepreneur atau kewirausahaan
Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal
adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan
bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas
seluruh faktor produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).
PN = w + i + r + π
di mana :
w = upah/gaji (wages/salary)
i = pendapatan bunga (interest)
r = pendapatan sewa (rent)
π = keuntungan (profit)
c) Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
Dalam teori ekonomi makro pelaku yang menyelenggarakan kegiatan
ekonomi adalah masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat pelaku ekonomi
dapat dibagi dalam empat kelompok dan masing-masing mempunyai peranan dan
1) Households atau Rumah Tangga Konsumen (RTK)
Sebagai pemilik atau pemasok sumber daya atau faktor produksi
yang diperlukan kelompok pelaku ekonomi lainnya.
Sebagai pemakai barang dan jasa yang dihasilkan oleh kelompok
masyarakat lainnya seperti : produsen, pemerintah, dan luar negeri.
2) Bussineses atau Rumah Tangga Produsen (RTP)
Sebagai penghasil atau pemasok barang-barang hasil produksi
kelompok masyarakat lainnya.
Sebagai pemakai faktor produksi/sumber daya dari RTK.
Sebagai pemakai input dan output dari RTLN.
3) Government Sector, Rumah Tangga Negara (RTN)
Sebagai penghasil barang public.
Sebagai pemakai faktor produksi dari RTK dan dari luar negeri
(RTLN).
Sebagai pemakai hasil produksi dari RTP dan RTLN.
4) Foreign sector, Rumah tangga Luar Negeri (RTLN)
Sebagai penghasil barang dan jasa yang dibutuhkan kelompok
Sebagai pemasok faktor produksi yang dibutuhkan kelompok
pelaku ekonomi lainnya.
Sebagai pemakai barang dan jasa yang dihasilkan RTP
Sebagai pemakai faktor produksi yang dimiliki RTK.
Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total
pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Ada beberapa jenis
pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian:
1) Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
2) Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
3) Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
4) Ekspor Neto (Net Export)
PDB = C + G + I + (X-M) di mana:
C = konsumsi rumah tangga
G = konsumsi/pengeluaran pemerintah
I = Investasi
X = ekspor
M = impor
Dalam mengamati hubungan pendapatan nasional dengan peredaran uang
perlu diasumsikan bahwa permintaan uang adalah sama dengan penawaran uang,
Md = Ms
Pendapatan perekonomian sama dengan pengeluarannya karena setiap
transaksi melibatkan dua pihak: pembeli dan penjual. Cara lain untuk melihat
kesetaraan pendapatan dan pengeluaran adalah melalui aliran sirkuler.
Aliran ini menjelaskan semua transaksi antara rumah tangga dan
perusahaan dalam sebuah perekonomian sederhana. Dalam perekonomian ini
rumah tangga membeli barang dan jasa dari perusahaan; pengeluaran ini mengalir
melalui pasar barang dan jasa. Perusahaan kemudian menggunakan uang yang
mereka terima dari penjualannya untuk membayar upah pekerja, sewa tanah, dan
sisanya menjadi keuntungan pemilik perusahaan; pendapatan ini mengalir melalui
pasar faktor produksi. Dalam perekonomian ini uang mengalir dari rumah tangga
ke perusahaan dan kemudian kembali ke rumah tangga.
Gambar 2.1. Model Circular Flow ekonomi dua sektor
RTK RTP
Pembayaran Faktor Produksi
Faktor Produksi
C. Nilai Tukar/Kurs (Exchange Rate)
Valuta asing (foreign exchange) adalah semua mata uang negara yang
dapat digunakan untuk kegiatan perekonomian suatu negara dengan negara lain.
Nilai tukar adalah harga dari sebuah mata uang menurut mata uang lain (misalnya
harga Rupiah per Dollar).
Menurut Sadono Sukirno (2000:197), kurs (nilai tukar) valuta asing
merupakan masalah suatu nilai yang menunjukan mata uang dalam negeri yang
diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing.
Menurut Endri (2007:74), kas atau sering disebut dengan kurs adalah
jumlah atau harga uang domestik dari mata uang luar negeri (asing). Kurs ini
dipertahankan sama di semua pasar melalui arbitrase. Arbitrase valuta asing
adalah pembelian mata uang asing bila harganya rendah dan menjualnya bila
harganya tinggi. Suatu penurunan dalam nilai mata uang dalam negeri terhadap
mata uang asing disebut dengan depresiasi. Sedangkan kenaikan nilai mata uang
dalam negeri terhadap mata uang asing disebut apresiasi.
Menurut Mankiw (2005:492), exchange rate atau kurs adalah tingkat
dimana negara-negara melakukan pertukaran dipasar dunia.
Menurut Boediono (1993:43), perdagangan antar negara dimana
masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka
perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya yang kemudian
Kenaikan harga valuta asing (artinya kenaikan nilai tukar) disebut
depresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, oleh
karenanya nilai relatif dari mata uang dalam negeri menurun, sehingga
barang-barang atau produk luar negeri dan perjalanan ke luar negeri menjadi lebih mahal.
Sebaliknya jatuhnya harga mata uang asing merupakan apresiasi mata uang dalam
negeri. Mata uang asing menjadi lebih murah, karenanya nilai relatif mata uang
dalam negeri naik, maka produk luar negeri dan perjalanan ke luar negeri menjadi
lebih murah (Edalmen, 1999:11).
Permintaan terhadap valuta asing (Foreign Exchange Demand)
(Foreign Exchange Demand) timbul apabila penduduk suatu negara
membutuhkan barang yang diproduksi negara lain. Artinya bila terjadi permintaan
masyarakat terhadap produk luar negeri, maka permintaan terhadap valuta asing
meningkat. Kenaikan permintaan terhadap valuta asing sangat ditentukan oleh
faktor-faktor diantaranya: nilai tukar atau harga mata uang asing (kurs), tingkat
pendapatan, tingkat bunga relatif, selera, ekspetasi, dan kebijakan pemerintah
(Asfia Murni, 2006:244).
Penawaran terhadap valuta asing (Foreign Exchange Supply)
(Foreign Exchange Supply) terjadi apabila negara lain mengimpor barang
dan jasa atau terjadi ekspor. Semakin besar ekspor suatu negara, maka supply
valuta asing akan meningkat. Sebab terjadi peningkatan capital inflow. Sama
halnya dengan konsep permintaan, supply dari valuta asing sangat ditentukan oleh
barang impor, selera dan ekspetasi serta kebijakan pemerintah (Asfia Murni,
2006:245).
Pasar valuta asing pada dasarnya merupakan jaringan kerja dari perbankan
dan lembaga keuangan dalam melayani masyarakat untuk membeli (permintaan)
dan menjual (penawaran) valuta asing.
Seperti jenis pasar lainnya, pasar valuta asing tidak bebas dari intervensi
pemerintah. Bank sentral secara teratur ikut serta dalam transakti keuangan
internasional yang disebut intervensi valuta asing (foreign exchange intervention)
dalam usaha mempengaruhi nilai tukar. Dalam persetujuan keuangan
internasional saat ini, yang disebut managed float regineI atau dirty float, nilai
tukar berfluktuasi dari hari ke hari, tetapi bank sentral berusaha untuk
mempengaruhi nilai tukar dengan membeli atau menjual mata uang.
Ada dua tipe berintervensi valuta asing yang dapat dilakuakan oleh bank
sentral (Hadi Sasana, 2006:38). Pertama, yang disebut dengan unstrerilized
foreign exchange intervention dimana bank sentral melakukan pembelian atau
penjualan mata uang domestik untuk mempengaruhi base money. Pembelian mata
uang domestik oleh bank sentral dan penjualan valuta asing yang sesuai dalam
pasar valas mengarah pada penurunan yang sama dalam cadangan internasional
dan base money. Sebaliknya, penjualan mata uang domestik akan menaikan
cadangan internasional dan base money. Kedua, yang disebut dengan strerilized
foreign exchange intervention. Jika bank sentral tidak ingin mempengaruhi base
money dengan menjual atau membeli mata uang domestik, bank sentral dapat
menyeimbangkan dalam pasar obligasi pemerintah. Sehingga posisi uang primer
tidak berubah. Penentuan kurs valuta asing ini dapat dilakukan dalam dua sistem,
yaitu (Hadi Sasana, 2006:38):
1). Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
Yaitu sistem penentuan nilai valuta asing oleh otoritas moneter (bank
Sentral) dengan menetapkan nilai valuta asing tersebut, dimana nilai tersebut tidak
diubah dalam jangka waktu yang lama.
2). Kurs Berubah Bebas (Flexible Exchange Rate)
Dalam pasar bebas, perubahan kurs dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan dan
penawaran valuta asing berasal dari adanya transaksi debit dan kredit (ekspor dan
impor) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: harga, pendapatan, dan
tingkat suku bunga.
D. Tingkat Suku Bunga (Sertifikat Bank Indonesia/SBI)
Menurut Mankiw (2005:157), tingkat bunga adalah harga yang
menghubungkan masa kini dan masa depan serta merupakan variabel paling
penting diantara variabel-variabel makro ekonomi. Atau harga pasar yang
mentransfer sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan hasil
tabungan dan biaya peminjaman (Mankiw, 2005:494)
Menurut Boediono (1994:75), pengertian dasar teori tingkat bunga yaitu
harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat suku
apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dengan satu rupiah nanti.
Hutang piutang timbul karena terjadi pertukaran semacam ini. Pembeli dari satu
rupiah nanti adalah debitur. Sedangkan penjual dari satu rupiah sekarang yang
sekaligus juga pembeli dari satu rupiah nanti adalah kreditur. Debitur harus
membayar kepada kreditur harga dan pertukaran tersebut dan harga ini adalah
bunga yang dibayar debitur dan diterima oleh kreditur.
Dalam perhitungan tingkat suku bunga, biasanya digunakan persentase
(%) dari jumah yang dipinjam atau ditanamkan seseorang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Paul A Samuelson dan William D Nordhous (1990:414) bahwa suku
bunga merupakan penerimaan (dalam rupiah) dan setiap rupiah yang dipinjamkan
pertahun sebagai imbalan atas uang yang dipinjamkan.
Sertifikat Bank Indonesia/SBI (SK Direksi BI No.31/67/KEP/DIR
tertanggal 23 juli 1998) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu
pendek dengan sistem diskonto. Tingkat bunga SBI menjadi perhatian banyak
pihak karena bunga SBI ini dijadikan patokan oleh perbankan nasional untuk
menentukan tingkat suku bunganya. Selain itu, bunga SBI juga mencerminkan
pengetatan dan pelonggaran moneter yang dilakukan Bank Indonesia.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pertama kali diterbitkan pada tahun 1970
dengan sasaran utama menciptakan instrumen yang diperdagangkan antar bank
pada tahun 1971. Setelah bank-bank diizinkan menerbitkan sertifikat deposito
Sejalan dengan perubahan pendekatan kebijakan moneter pemerintah
terutama setelah diregulasi perbankan 1 juni 1983 maka Bank Indonesia kembali
menerbitkan SBI sebagai instrumen dalam melakukan kebijakan operasi terbuka,
terutama untuk tujuan kontraksi moneter BI (1999).
Perubahan-perubahan suku bunga sangat mempengaruhi lembaga-lembaga
keuangan dalam menambah atau mengurangi peminjamannya. Dalam masa resesi,
bank sentral akan menurunkan tingkat bunga yang akan menggalakan bank-bank
umum meminjam dan menambah cadangannya. Pertambahan cadangan tersebut
seterusnya akan menggalakan mereka memberi pinjaman dan menciptakan uang
giral baru, sehingga akan menambah penawaran uang (Sadono Sukirno dalam
Hadi Sasana, 2006:36).
E. Uang Primer
Menurut Boediono (1994:88), uang primer atau uang inti atau reserve money
atau base money atau high-powered money merupakan “inti” dari proses
penciptaan uang, baik bagi penciptaan uang kartal maupun uang giral.
Uang inti dapat didefinisikan sebagai (Boediono, 1994:89):
Saldo rekening Koran (giro) milik bank-bank umum atau masyarakat pada
Bank Indonesia, ditambah
Uang tunai yang dipegang baik bank-bank umum maupun masyarakat
umum.
Di mana:
H = Uang inti; K = Uang kartal; R = Cadangan (reserve) bank-bank
umum.
Beberapa sebab lain uang inti tercipta, antara lain melalui (Boediono,
1994:90) :
1) Defisit APBN yang dibiayai dengan pencetakan uang baru.
2) Kredit langsung Bank Indonesia kepada badan-badan resmi
tertentu (misalnya: Bulog, Pertamina)
3) Kredit Likuiditas Bank Indonesia kepada bank-bank umum (dalam
rangka kredit prioritas).
Pelipat Uang (money Multiplier)
Penciptaan uang kartal dilakukan oleh Bank Sentral, Apabila uang inti
tersebut berbentuk uang kartal, maka jelas ini langsung menjadi satu unsur dari
uang beredar. Jadi apabila karena suatu hal (misalnya, ekspor meningkat, deficit
APBN, dan sebagainya), uang inti di masyarakat bertambah maka sebagian akan
menjadi uang kartal, dan uang kartal yang ditimbulkan akan langsung menambah
jumlah uang beredar. Sedangkan penciptaan uang giral dan uang kuasi oleh Bank
1) Melalui Transformasi
Penciptaan uang terjadi saat seseorang menyetor uang kartal ke BPUG
untuk dimasukkan ke dalam rekening giro, atau ke dalam deposito
berjangka, atau tabungan.
2) Melalui Substitusi
Penciptaan uang terjadi apabila BPUG membeli surat-surat berharga
dan membukukan harga surat berharga tersebut ke dalam rekening giro
atau deposito atas nama yang bersangkutan (yang memiliki surat
berharga).
3) Melalui Pemberian Kredit
Penciptaan uang terjadi saat BPUG memberikan pinjaman/kredit
kepada nasabahnya dan kemudian membukukannya ke dalam rekening
giro nasabah yang bersangkutan.
Dari sisi penawaran, yang mempengaruhi jumlah penawaran uang ditentukan
oleh dua faktor (Boediono, 1994:97) :
Besarnya jumlah uang inti yang tersedia;
Besarnya koefisien pelipat uang, yang ditentukan oleh:
a). Persentase dari uang beredar yang dipegang oleh masyarakat dalam
bentuk uang kartal. Angka ini sebenernya mencerminkan kehendak
atau kecenderungan masyarakat mengenai berapa bagian dari
b). Persentase “jaminan” (berapa uang tunai atau inti) yang dipegang
bank-bank umum bagi saldo rekening giro milik masyarakat yang
dikelola mereka (Giro Wajib Minimum/GWM). Persentase ini
dipengaruhi oleh cash ratio atau reserve requitment yang
diwajibkan oleh bank sentral. Dan reserve adjustment yang
merupakan besarnya reserve yang ingin dipegang bank di atas
jumlah wajib tertentu (tergantung pada keputusan bank).
F. Kebijakan Pengendalian Jumlah Uang Beredar
Salah satu fungsi penting bank sentral adalah untuk mengawasi atau
mengendalikan supply uang (jumlah uang beredar). Kebijakannya bertujuan
sebagai berikut:
1) Menyediakan jumlah uang yang cukup demi mewujudkan
pertumbuhan ekonomi yang mantap.
2) Mengatur atau membatasi jumlah uang yang beredar agar tidak
berlebihan atau kekurangan dari yang dibutuhkan aktivitas
ekonomi masyarakat sehingga dapat menghindari masalah inflasi
atau deflasi.
Pada dasarnya setiap kebijakan bank sentral mempunyai dua sasaran yaitu
sebagai berikut:
1) Memperbanyak jumlah uang yang beredar apabila terjadi kelesuan
kegiatan ekonomi. Pelaksanaannya melalui kebijakan uang longgar
2) Memperkecil jumlah uang yang beredar apabila terjadi inflasi.
Pelaksanaannya melalui kebijakan uang ketat (tight money policy).
Dalam menjalankan fungsi ini, bank sentral dapat menentukan
kebijakan-kebijakan sebagai berikut (Sadono Sukirno. 2004:310) :
a) Kebijakan moneter kuantitatif (quantitative monetary policy),
tujuannya untuk mempengaruhi jumlah penawaran uang.
b) Kebijakan moneter kualitatif (qualitative monetary policy), tujuan
untuk mengatur jenis-jenis pinjaman dan uang giral yang diciptakan.
Dalam menjalankan kebijakan moneter kuantitatif, bank sentral mempunyai
tiga instrumen utama yaitu sebagai berikut (Asfia Murni, 2006:27):
1). Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation Policy)
Kebijakan ini dijalankan oleh pemerintah dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga seperti obligasi ke/dari masyarakat
melalui bank-bank umum (commercial bank). Penjualan surat-surat
berharga seperti obligasi dilakukan pemerintah jika di masyarakat
terjadi kelebihan jumlah uang beredar terutama dalam bentuk uang
giral yaitu pada masa inflasi. Sebaliknya jika di masyarakat terjadi
kekurangan jumlah uang beredar atau pada masa resesi, pemerintah
akan membeli kembali obligasi-obligasi yang pernah ditawarkan ke
2). Kebijakan Tingkat Bunga Diskonto (Rediscount Rate Policy)
Kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk
mengontrol jumlah uang beredar (JUB) dengan cara menaikkan atau
menurunkan tingkat bunga dan atau tingkat diskonto. Yang dimaksud
dengan tingkat bunga diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan
oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum terhadap penjualan
surat-surat berharga yang likuiditasnya tinggi. Tingkat bunga akan dinaikkan
apabila kondisi ekonomi mengalami inflasi. Namun apabila
perekonomian dalam keadaan resesi, tingkat bunga diturunkan.
3). Cadangan Minimum (Reserve Requirement Policy)
Kebijakan ini ditujukan bagi perbankan/lembaga-lembaga keuangan
bank yang ada di bawah pengawasan Bank Sentral. Adalah kebijakan
yang mengatur besarnya tingkat cadangan minimal bank yang secara
tidak langsung juga mengatur besarnya kelebihan cadangan yang dapat
disalurkan dalam bentuk kredit ke masyarakat.
Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif biasanya dibedakan dalam dua
jenis, yaitu:
1). Pengawalan pinjaman secara terpilih
Kebijakan ini dilakukan dengan menentukan jenis-jenis pinjaman mana
yang harus dikurangi atau digalakkan.
Dalam melaksanakan kebijaksanaan ini bank sentral mengadakan
pertemuan langsung dengan bank-bank perdagangan untuk meminta
mereka melakukan langkah-langkah tertentu.
G. Kajian Sebelumnya
Studi tentang jumlah uang beredar banyak dilakukan di Indonesia dan di
negara lain, di mana antara studi terdahulu dan studi berikutnya memiliki
koherensi. Studi tersebut dapat digunakan sebagai referensi bagi kajian-kajian di
masa yang akan datang.
1. Nilawati (2000)
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh pengeluaran pemerintah,
cadangan devisa dan angka pengganda uang terhadap perkembangan jumlah uang
beredar di Indonesia periode 1992-1998. Hasil analisis dengan menggunakan
model analisa regresi berganda (multiple regression) menunjukan peningkatan
cadangan devisa dan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan jumlah uang
beredar. Sedangkan untuk angka pengganda uang hanya angka pengganda uang
dalam hal ini MM1 saja yang signifikan terhadap jumlah uang beredar.
2. Lily Prayitno dan Heny Sandjaya (2002)
Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah
uang beredar di Indonesia sebelum dan sesudah krisis: Sebuah Analisis
Ekonometrika. Penelitian ini menggunakan analisa regresi dengan model log
untuk menganilisa pengeluaran pemerintah, cadangan devisa, serta angka
untuk periode periode sebelum krisis (1990-1997), sesudah krisis (1997-1999) dan
secara keseluruhan (19990-1999).
Sebelum krisis hasil menunjukan bahwa pengeluaran pemerintah secara
signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar (M2): cadangan
devisa tidak signifikan terhadap jumlah uang beredar: sedangkan angka
pengganda uang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah uang
beredar. Sesudah krisis, pengeluaran pemerintah secara signifikan berpengaruh
positif terhadap jumlah uang beredar sedangkan cadangan devisa dan money
multiplier tidak signifikan. Untuk seluruh waktu analisa, pengeluaran pemerintah
dan cadangan devisa berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap jumlah
uang beredar sedangkan angka pengganda uang tidak sinifikan.
3. Dini Hariyanti (2002)
Penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
uang beredar. Model yang dipakai adalah model permintaan uang dengan fungsi
biaya kuadrat tunggal dengan estimasi ECM (error correction model). Variabel
yang digunakan yaitu pendapatan nasional, jumlah uang beredar, suku bunga
dalam negeri dan nilai tukar yang menemukan bahwa jumlah uang beredar di
Indonesia dapat menerangkan dengan baik fenomena dari variabel tingkat suku
bunga, tingkat pendapatan dan tingkat nilai tukar. Disini jumlah uang beredar
dalam jangka panjang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional, nilai tukar