• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Dana Desa di Desa Gawu-Gawu Bouso Kecamatan Gunungsitoli Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Dana Desa di Desa Gawu-Gawu Bouso Kecamatan Gunungsitoli Utara"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

PERSPEKTIF

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif

Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Dana Desa di Desa Gawu-Gawu Bouso Kecamatan Gunungsitoli Utara Community Participation in Oversight of Village Funds in

Gawu-Gawu Bouso Village, North Gunungsitoli District

Hasmarini Ariestin Waruwu, Erika Revisa* & Muryanto Amin Magister Studi Pembangunan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara, Indonesia

Diterima: 20 November 2022; Direview: 23 Desember 2022; Disetujui: 30 Desember 2022 Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengawasan dana desa dan untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam pengawasan dana desa.

Metode penelitian yang digunakan adalah bersifat deskritif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Kepala Dusun, Ketua RT, Ketua RW, dan Masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan dana desa di desa Gawu-Gawu Bouso masih sangat rendah atau kurang maksimal. Faktor pendukungnya, yaitu mulai adanya kesadaran atau kemauan dari masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu rendahnya kualitas pendidikan, tingkat pendapatan rendah, dan terbatasnya lapangan pekerja di pedesaan.

Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat; Pengawasan; Dana Desa; Pembangunan Desa.

Abstract

The purpose of this study was to analyze community participation in the supervision of village funds and analyze the supporting and inhibiting factors of community participation in the supervision of village funds. The research method used is descriptive with a qualitative approach. The informants in this study were the Headman, Secretary, (BPD), RT, RW, and the Community. The results of this study indicate that community participation in monitoring village funds in Gawu-Gawu Bouso village is still very low or less than optimal. The supporting factor is the awareness or willingness of the community to participate in development activities. While the inhibiting factors are the low quality of education, low income levels, and limited employment opportunities in rural areas.

Keywords: Community Participation; Supervision; Village Funds; Village Development.

How to Cite: Waruwu, H.A. Revisa, E. & Amin, M. (2022). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Wisata Desa Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara. PERSPEKTIF, 12(1): 161-170

*Corresponding author:

E-mail: erikarevisa@usu.ac.id

ISSN 2085-0328 (Print) ISSN 2541-5913 (online)

(2)

PENDAHULUAN

Lahirnya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa mengembangkan paradigma dan konsep baru kebijakan tata kelola desa secara nasional. Undang-Undang Desa menempatkan desa sebagai tonggak pembangunan di Indonesia. Undang-Undang Desa mengangkat hak dan kedaulatan desa yang selama ini terpinggirkan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah dan Peratutan Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, desa merupakan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam rangka pelaksanaan Undang- Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, berbagai program pemerintah pun bermunculan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang bertujuan untuk mendorong dan membangkitkan kemampuan masyarakat terutama masyarakat perdesaan. Dari undang-undang tersebut pemerintah mensahkan kebijakan baru yaitu Dana Desa.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 yang dimaksud Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa, ditransfer melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan data dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendespdtt) total anggaran dana desa sebesar Rp 257 triliun telah digelontorkan selama lima tahun (2015-2019) dan tidak pernah mengalami penurunan setiap tahunnya. Sejak tahun 2015 pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar Rp 20,67 triliun dengan penyerapan 82,72%, tahun 2016 sebesar Rp 46,98 triliun dengan penyerapan 97,65%, pada tahun 2017 dengan jumlah Rp 60 triliun dengan penyerapan 98,54%, pada tahun 2018 60 triliun dengan penyerapan 66,72%

dan pada tahun 2019 pemerintah mengalokasikan hingga 70 triliun.

Tujuan utama dari program tersebut adalah memberdayakan masyarakat dan membangun infrakstruktur dan tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat.

Program Dana Desa sepenuhnya dikelola oleh pemerintah desa dengan melibatkan tokoh- tokoh masyarakat desa mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi, termasuk persetujuan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Setiap tahun prioritas penggunaan dana desa berbeda-beda. Tetapi penggunaan dana desa harus memenuhi empat prioritas utama.

Ke empat prioritas utama penggunaan dana desa yaitu, pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara umum.

Berdasarkan data dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendespdtt) capaian dana dana desa selama tahun 2015-2019 telah membangun jalan desa sepanjang 231.709 KM, jembatan 1.327.069 M, pasar desa sebanyak 10.480 unit, BUMDES 39.226 kegiatan, tambatan perahu 6.312 unit, embung 4.859 unit, irigasi 65.626 unit, raga desa 25.022 unit, penahan tanah 215.989 unit, air bersih 993.764 unit, MCK 339.909 unit, polindes 11.599 unit, drainase 36.184.121 M, paud 59.640 unit, posyandu 30.127 unit, sumur 58.259 unit.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah desa dengan status tertinggal telah berkurang. Jumlah desa tertinggal berkurang 6.518 desa dari 19.750 desa, telah berhasil melampaui target RPJMN 2015-2019 yakni mengentaskan 5.000 desa.

Program dana desa menurunkan presentase kemiskinan berdasarkan data BPS di tahun 2015 sebesar 14,09 % menurun di tahun 2019 sebesar 12,60 %.

Pemerintah pusat dalam hal penyaluran dana desa memberikan harapan kepada daerah yang tertinggal menjadi maju, mandiri secara ekonomi. Lima tahun penyaluran dana desa telah terlaksana. Ada desa yang sudah berhasil mengelola pemerintahan dan keuangan sehingga perekonomian masyarakat meningkat. Akan tetapi, banyak juga desa yang belum berhasil mengelola perhatian dan keuangan desa.

(3)

Desa Ponggok Kabupaten Klaten, Jawa Tengah adalah contoh desa yang mampu mengelola dan mengimplementasikan dana desa sangat baik. Sejak menerima dana desa tahun 2015, Desa Ponggok telah melakukan banyak pembangunan untuk memajukan desa mulai dari pembangunan infrakstruktur, sanitasi, penyediaan air bersih dan peningkatan sumber daya manusia. Hadirnya BUMDes mampu mendongkrak pendapatan masyarakat desa.

Di kabupaten Aceh Besar terdiri dari 604 desa, 23 kecamatan, proses pelaksanaan musrembang 90 %, dan penyerapan dana desa 100 %. Tahun 2018 desa sangat tertinggal sebanyak 18, di tahun 2019 hanya 1 desa sangat tertinggal. Di tahun 2018 terdiri dari 126 desa tertinggal, pada tahun 2019 berkurang menjadi 94 desa. Desa berkembang dari 439 desa menjadi 460 desa. Pada tahun 2019 desa maju bertambah dari 19 desa menjadi 40 desa (acehbesarkab.go.id.)

Melalui pemberian dana desa ini diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan di pedesaan, memberi manfaat, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melalui bantuan tersebut diharapkan setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam upaya memberdayakan masyarakat sebagai pelaku utama dalam program pembangunan.

Bentuk pembangunan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat yaitu dengan melaksanakan pembangunan di seluruh Indonesia.

Pada pelaksanaannya, permasalahan pengelolaan dana desa masih banyak ditemukan ini disebabkan belum adanya regulasi dan petunjuk pelaksanaan yang diperlukan dalam pengelolaan dana desa, masalah dalam hal pengawasan, dan masalah sumber daya manusia (SDM).

Data dari Indonesia Corruption Watch (ICW), sepanjang tahun 2015 sampai tahun 2018 terdapat 252 kasus korupsi anggaran desa. Setiap tahun meningkat, pada tahun 2019 tedapat 46 kasus korupsi di sektor anggaran desa dari 271 kasus korupsi selama 2019 menyebabkan kerugian negara sebesar 32,3 Miliar. Banyaknya korupsi dana desa menunjukkan belum adanya sistem yang komprehensif dilakukan oleh pemerintah dalam hal pengawasan dana desa. Data dari Divisi Peradilan Sahdar (Sentra Advokasi Hak Dasar Rakyat), kasus korupsi dana desa terus

mengalami peningkatan sejak tahun 2017. Di tahun 2017, tercatat 1 kasus korupsi yang terjadi di Sumatera Utara, namun di tahun 2018 terjadi peningkatan sebanyak 5 kasus dan di tahun 2019 meningkat menjadi 8 kasus. (Ardito Erdianto, 2020)

Dari berbagai faktor-faktor adanya penyimpangan dalam pelaksanaan alokasi dana desa tersebut salah satunya adalah lemahnya aspek pengawasan. Berbagai penyimpangan dalam pelaksanaan program, proyek, maupun kebijakan sering kali disebabkan oleh pengawasan yang lemah baik itu dari pihak internal maupun eksternal. Pentingnya pengawasan dalam menunjang keberhasilan suatu program pembangunan sangat dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat.

Pelaksanaan pembangunan desa harus sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam proses perencanaan dan masyarakat berhak untuk mengetahui dan melakukan pengawasan terhadap kegiatan pembangunan.

Permendes Nomor 2 Tahun 2015 bagian dua;

paragraf 1, pasal 62 ayat 1 menyebutkan, perencanaan desa merupakan perwujudan kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat dalam bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat dan terselenggaranya pemerintahan yang baik menjadi prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan bangsa dan negara.

Dalam memanfaatkan dana desa tentu dibutuhkan partisipasi masyarakat yang merupakan pemegang kedaulatan dari negara ini. Hal ini sesuai dengan UU No. 6 Tahun 2014 Pasal 68 ayat 2 yang menyatakan bahwa masyarakat wajib berpatisipasi dalam berbagai kegiatan desa. Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi atau peran serta masyarakat merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program yang dilaksanakan.

Partisipasi masyarakat yang rendah dalam hal pengawasan dapat menyebabkan penyelewengan seperti terjadi korupsi.

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari program pembangunan maupun pengembangan masyarakat pedesaan.

(4)

Partisipasi masyarakat bukan hanya melibatkan masyarakat dalam pembuatan keputusan di setiap program pembangunan, namun masyarakat juga dilibatkan dalam mengidentifikasikan masalah dan potensi yang ada di masyarakat. Partisipasi masyarakat adalah titik sentral dari pembangunan itu sendiri.

(Conyers, 1991) mengemukakan 3 alasan utama mengapa partisipasi masyarakat dalam perencanaan mempunyai sifat sangat penting:

(1) partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, (2) Masyarakat akan lebih mempercayai program kegiatan pembangunan apabila mereka dilibatkan dalam persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program kegiatan tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program kegiatan tersebut, dan (3) mendorong partisipasi umum karena akan timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan.

Partisipasi masyarakat diperlukan untuk mewujudkan pembangunan desa yang sesuai dengan kebutuhan desa itu sendiri. Partisipasi masyarakat relatif bervariasi, dalam dana desa masyarakat dituntut berpatisipasi dalam mengawasi pengelolaan dana. Hubungan antara masyarakat masih terbina dengan baik sehingga masyarakat mengetahui apa saja yang terjadi dalam desa tersebut dan cara kerja pemerintahan desanya.

Pada tahun 2020 berdasarkan Perpres (Peraturan Presiden) Nomor 63 tentang penetapan daerah tertinggal, 4 (empat) kabupaten di Pulau Nias masih dikategorikan daerah tertinggal. Kota Gunungsitoli terdiri dari 98 desa. Pulau Nias terletak di sebelah barat pulau Sumatera. Pulau Nias terdiri dari 1 (satu) kota dan 4 (empat) kabupaten.

Kebijakan dana desa menjadi angin segar dan kesempatan kepada daerah-daerah untuk membangun daerahnya dan memajukan perekonomian masyarakat. Dana desa dapat digunakan untuk memberdayakan masyarakat, mengelola potensi daerah sehingga meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat.

Desa Gawu-Gawu Bouso merupakan salah satu penerima dana desa dengan jumlah terbanyak di Kota Gunungsitoli. Masyarakat

Desa Gawu-Gawu Bouso diberi peluang untuk berperan aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, dan evaluasi setiap tahap pembangunan yang dijalankan.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Desa Gawu-Gawu Bouso dalam meningkatkan partisipasi masyarakatnya adalah pelaksanaan musyawarah yang rutin diselenggarakan satu tahun sekali.

Dalam pelaksanaan musyawarah pemerintah setempat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta dalam proses perencanaan pembangunan. Pada saat kegiatan berlangsung masyarakat bisa dengan leluasa memberikan masukan dan tanggapan demi kemajuan desanya meskipun tidak semua masukan dapat direalisasikan.

Pengelolaan dana desa di Desa Gawu- Gawu Bouso telah berjalan tetapi belum optimal. Pembangunan dan pemberdayaan dilakukan tetapi tidak terlalu signifikan, tidak semua juga masyarakat Desa Gawu-Gawu Bouso ikut berpatisipasi dalam mewujudkan pembangunan dan pemberdayaan dikarenakan komunikasi yang tidak terlalu berjalan dengan baik.

Kontrol masyarakat dalam pengelolaan keuangan desa sesuai dengan salah satu tugas dan fungsinya, saat ini masih dirasakan kurang mampu. Kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan. Masyarakat merupakan agen yang sangat tepat dalam melakukan pengawasan karena tujuan pembangunan adalah kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Strategi pemerintah desa Gawu-Gawu Bouso dalam melakukan komunikasi dengan masyarakat kurang terjalin sehingga masyarakat tidak punya wadah untuk menyalurkan aspirasi secara langsung yang mengakibatkan masyarakat kurang memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan di desa. Ini menjadi salah satu kendala mengapa masyarakat bersifat acuh tak acuh dalam kegiatan pembangunan yang dilaksanakan sehingga masyarakat lebih memilih terfokus pada kesibukan masing-masing.

Pada penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam pengawasan dana desa dikutip dari beberapa tulisan serumpun misalnya (Bahtiar, 2017) Pelaksanaan program ADD untuk pembangunan infrakstruktur pemberdayaan masyarakat sebesar 70% dan

(5)

untuk peningkatan kualitas pemerintah desa sebesar 30%. Partisipasi masyarakat dalam pengawasan program ADD ditunjukkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi berbentuk aspirasi.

(Siti & Utia, 2017), Indonesia telah memiliki regulasi signifikan terkait dengan pengelolaan dana desa mulai dari tahapan pengelolaan dana desa sampai kepada sistem pengawasan pengelolaan dana desa. Tahapan pengelolaan dan pengawasan pengelolaan dana desa seperti yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan akan berpotensi positif dalam pelaksanaan akuntanbilitas penyelenggaraan ataupun akuntanbilitas publik pemerintahan desa.

(Aprilia & Shauki, 2020) Pengawasan masyarakat Desa Jeungjing terhadap dana desa masih belum optimal disebabkan oleh karena tingkat pemahaman dan kepedulian masyarakat yang masih belum optimal disebabkan oleh karena tingkat pemahaman dan kepedulian masyarakat yang masih rendah serta akses informasi yang belum memadai.

(Nurwanda, 2018) Partisipasi masyarakat dalam pembangunan fisik sudah dilaksanakan secara keseluruhan. (Hardianti, 2017) Partisipasi masyarakat dalam setiap pembangunan masih sangat rendah atau kurang maksimal, terutama dalam tahap pelaksanaan pembangunan desa.

(Syamsi, 2015) Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan anggaran dana desa masih lemah baik dari segi pikiran, tenaga, keahlian dan waktu yang disebabkan dengan keputusan yang tidak bijaksana, komunikasi yang tidak interaktif, kurangnya kesadaran masyarakat, pendidikan yang rendah, dan tidak adanya transparansi dan akuntabel.

(Ambat, 2020) dalam pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Desa, sangat diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat baik dari sisi perencanaan, implementasi, hingga ke tahapan evaluasi. Namun, banyak fakta menunjukkan partipasi masyarakat terkait pengelolaan dan pemanfaatan Dana Desa, masih sangat minim.

Hal itu disebabkan oleh banyak factor, diantaranya adalah tingkat pendidikan dari masyarakat. Akibatnya setelah program di implementasi banyak terjadi complain dari masyarakat sendiri. Demikian juga yang terjadi di Desa Karatung, dimana ruang partisipasi masyarakat dalam Musrembang sudah

diberikan oleh pemerintah Desa, namun tingkat partisipasi masyarakat ternyata masih rendah.

(Wida et al., 2017) tahap perencanaan dan pelaksanaan telah sesuai dengan prosedur yang berlaku dan pengelolaannya telah dilakukan secara akuntabel dan transparan.

Untuk tahap pengawasan masih belum berjalan dengan baik karena kurangnya transparansi terhadap masyarakat.. Sedangkan untuk tahap pertanggungjawaban juga belum berjalan dengan baik dikarenakan Sumber Daya Manusia tim pelaksana dalam membuat laporan administrasi yang masih kurang, sehingga diperlukan adanya pembinaan dan pengawasan lebih dari pemerintah daerah

Berdasarkan uraian kajian yang relevan penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengawasan, faktor pendukung dan penghambat masyarakat dalam mengawasi pengelolaan dana desa.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini bersifat deskritif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dengan metode deskritif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Creswell, 2013).

Penelitian ini berlokasi di Desa Gawu- Gawu Bouso Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kota Gunungsitoli, Provinsi Sumatera Utara.

Pemilihan lokasi penelitian didasari beberapa pertimbangan. Secara geografis Kota Gunungsitoli masih berada dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara, sehingga kondisi ini meminimalisir hambatan bagi peneliti yang saat ini masih menjalani studi di Universitas Sumatera Utara.

Selain itu, Kota Gunungsitoli merupakan kota yang masih memiliki desa dan penerima dana desa sehingga sangat menarik untuk melihat dan meneliti perkembangan penyelenggaran pemerintah desa khususnya dari program pemerintah pusat yakni penyaluran Dana Desa.

Informan, dalam penelitian ini adalah individu yang memiliki pemahaaman terhadap fenomena penelitian. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, ia harus banyak pengalaman tentang penelitian (Moleong, 2014).

(6)

Penentuan narasumber dalam penelitian ini untuk diwawancarai secara mendalam dilakukan dengan cara memilih orang tertentu yang dipandang memiliki pengetahuan dan informasi mengenai permasalahan yang diteliti mengenai partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Gawu-Gawu Bouso Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kota Gunungsitoli. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Kepala Dusun, Ketua RT, Ketua RW, dan Masyarakat.

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini dapat dikategorikan menjadi duabagian, yaitu: Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan yang dapat berupa perkataan, perilaku dan bahasa tubuh selama wawancara. Data primer ini juga dapat berupa hasil observasi peneliti secara langsung di lapangan.

Data sekunder, merupakan data, bahan atau informasi yang diperoleh dari dokumen- dokumen yang memiliki relevansi yang baik denga tema penelitian. Data sekunder ini dapat berupa surat kabar, artikel di media massa, foto, arsip, laporan penelitian, jurnal dan catatan penting lainnya yang relevan dengan tema penelitian.

Adapun beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data dalam penelitian ini:

Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan pelaksanaan dana desa.

Wawancara dilakukan dengan menanyakan kepada informan mengenai hal- hal yang berhubungan dengan tema penelitian.

Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta keterangan dan pendapat. Sebelum penelitian dilakukan di lapangan, terlebih dahulu peneliti menyusun pedoman wawancara.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilah- memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajri, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan(Arikunto, 2010).

Tahapan analisis data yang dilakukan mengacu pada tahapan analisis data yang dikemukakan Miles dan Huberman (Silalahi &

Atif, 2015) yang terdiri dari: Tahap reduksi data, yang dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan yang berlangsung secara terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung.

Tahap penyajian data (display data), yang dimaknai sebagai penyajian sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Namun data yang diperoleh selama penelitian tidak mungkin dipaparkan secara keseluruhan. Untuk itu dalam penyajian data, peneliti akan menganalisis untuk selanjutnya disusun secara sistematis atau stimulan sehingga data yang diperoleh daat menjawab atau menjelaskan masalah yang diteliti. Dalam peneltian ini, penyajian data dapat diwujudkan dalam bentuk uraian deskriptif, foto dan gambar sejenisnya.

Tahap penarikan kesimpulan, yaitu tahapan analisis selanjutnya setelah reduksi dan penyajian data dimana dilakukan verifikasi secara terus menerus dari data yang telah diperoleh. Dalam tahapan ini, peneliti berusaha menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan dan sebagainya.

Kemudian akan disinkronkan dengan teori yang ada dan dianalisa secara kualitatif sehingga dapat diperoleh gambaran terkait tema penelitian dan dapat menjadi jawaban atas rumusan masalah penelitian yang disajikan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan Partisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat untuk menuju katakata sepakat tentang berbagai gagasan yang menyangkut kepentingan bersama. Partisipasi dalam bentuk ini memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengemukakan untuk menilai suatu program atau rencana yang akan ditetapkan.

Partisipasi dalam pembuatan keputusan adalah proses dimana prioritas-prioritas dalam

(7)

bentuk program yang disesuaikan dengan kepentingan masyarakat.

Masyarakat dilibatkan dalam pengambilan keputusan melalui pertemuan- pertemuan supaya masyarakat mengetahui pembangunan apa saja yang akan dilaksanakan dan untuk memastikan sesuai kebutuhan masyarakat di desa tersebut. Program harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, agar pembangunan tepat sasaran dan masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung.

Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat itu sendiri, diantaranya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan program pembangunan agar kondisi kehidupan masyarakat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan, memberi kekuasaan atau mendelegasikan kewenangan kepada masyarakat agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan untuk membangun diri dan lingkungannya.

Partisipasi masyarakat desa Gawu-Gawu Bouso keikutsertaan masyarakat Desa Gawu- Gawu Bouso masih rendah dalam membangun desa menjadi yang lebih baik, tidak semuanya hadir memberikan saran dan pendapat tentang idenya, walaupun demikian pada hasil akhir keputusan masyarakat turut ikut bekerja sama dengan pemerintahan desa menjalankan program yang telah disepakati secara bersama.

Dari mulai perencanaan, pengelolaan bahkan sampai pada realisasi pertanggungjawaban dimana masyarakat ikut memantau jalannya pengelolaan dana desa.

Pemerintah desa telah melakukan usaha- usaha untuk melibatkan masyarakat masyarakat dalam suatu rapat atau pertemuan atau musyawarah mengenai pembangunan desa, tetapi kebanyakan dari masyarakat yang masih kurang menyadari bahwa betapa pentingnya partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan.

Belum senada dengan teori yang mengungkapkan bahwa pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya dengan hasil-hasil yang direncanakan (Makmur, 2011) Pada tahapan ini masyarakat memiliki kesempatan untuk melakukan koreksi terhadap program pembangunan dan alokasi

dana ketika dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau tidak berpihak pada kepentingan masyarakat secara umum.

Pada penelitian ini keikutsertaan masyarakat Desa Gawu-Gawu Bouso masih rendah. Pelaksanaan perumusan masalah dan pengambilan keputusan tidak semua lapisan masyarakat hadir atau ikut serta. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan desa sangat diperlukan, karena masyarakat merupakan bagian yang sangat penting untuk mendapatkan suatu usulan atau informasi sebagai bahan pelaksanaan kegiatan pembangunan di desa.

Partisipasi masyarakat pada pelaksanaan. Partisipasi jenis ini merupakan lanjutan dari rencana yang telah disepakati sebelumnya, baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

Partisipasi atau keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan operasional pembangunan berdasarkan program yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaan program pembangunan, bentuk partisipasi masyarakat yang dilihat dari jumlah/banyaknya yang aktif dalam berpatisipasi. Bentuk-bentuk partisipasi misalnya tenaga, uang, bahan, semuanya atau sebagian.

Partisipasi dalam pembangunan ini lebih menekankan pada keterlibatan secara langsung. Partisipasi dalam pelaksanaan ini merupakan partisipasi yang dilakukan dalam bentuk memberikan bantuan berupa tenaga.

Sifat gotong royong serta kesadaran dari setiap masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan desa sangat dibutuhkan.

Masyarakat telah aktif mengikuti perkembangan pelaksanaan pembangunan yang dialokasikan dari dana desa. Keterlibatan masyarakat ini dalam proses pelaksanaan pembangunan belum maksimal, karena tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pembangunan terhadap kemajuan desa masih kurang.

belum senada dengan teori yang diungkapkan oleh (Makmur, 2011) pengawasan ini dilakukan pada saat proses transformasi dari input menjadi output.

Pengawasan pekerjaan yang berlangsung guna memastikan sasaran-sasaran telah dicapai.

Dalam jurnal (Hardianti, 2017) juga menemukan bahwa partisipasi masyarakat dalam setiap pembangunan masih sangat

(8)

rendah atau kurang maksimal, terutama dalam hal pelaksanaan pembangunan desa.

Pelaksanaan pembangunan yang baik ialah pembangunan yang tumbuh dari kesadaran dan kepedulian yang dilaksanakan oleh masyarakat dengan sifat sukarela atau dengan sepenuh hati yang nantinya akan merasakan pembangunan desa sendiri.

Partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat. Partisipasi masyarakat dalam menikmati atau memanfaatkan hasil- hasil pembangunan yang dicapai dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerataan kesejahteraan dan fasilitas, pemerataan usaha dan pendapatan, ikut menikmati atau menggunakan hasil-hasil pembangunan seperti jalan, jembatan, air minum, gedung dan berbagai sarana dan prasarana sosial.

Partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat adalah partisipasi dalam bentuk menggunakan, merawat, menjaga dan memelihara setiap hasil pembangunan desa, karena masyarakat merupakan objek yang terlibat langsung dalam penggunaan dan pemeliharaan hasil pembangunan.

Baik pemerintah desa maupun masyarakat belum memiliki kesadaran untuk menjaga dan peduli atas semua fasilitas umum yang ada di desa. Pemerintah desa belum mensosialisasikan dengan baik kepada masyarakat untuk menjaga fasilitas umum yang telah dibangun. Masyarakat juga belum memiliki kesadaran yang tinggi untuk menjaga dan peduli dengan fasilitas yang ada. Fasilitas dibangun bertujuan dengan memudahkan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Hasil akhir dari sebuah pembangunan yaitu diharapkan masyarakat dapat menerima hasil pembangunan seolah-olah milik sendiri, masyarakat mengatur dan mengamankan program yang sudah dijalankan, sehingga pada akhirnya masyarakat akan menjaga dan memlihara serta memanfaatkan hasil pembangunan demi kelancaran dan kemajuan bersama.

Hal inilah yang diperlukan oleh pemerintah dan setiap mayarakat untuk saling membantu memperhatikan setiap fasilitas desa yang sudah dibangun untuk dapat digunakan setiap saat dan bisa digunakan dalam waktu yang lama.

Partisipasi masyarakat dalam evaluasi.

Partisipasi masyarakat dalam bentuk keikutsertaan menilai dan mengawasi kegiatan

pembangunan serta hasil-hasilnya. Penilaian ini dilakukan secara langsung, misalnya dengan ikut serta dalam mengawasi dan menilai atau secara tidak langsung, misalnya dengan memberikan saran-saran, kritikan, dan protes.

Partisipasi dalam evaluasi hasil pembangunan lebih kepada penilaian dan kontrol setiap pembangunan yang sedang berjalan. Tujuan dari evaluasi ini juga dapat dijadikan pembelajaran dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan ke depan.

Untuk melakukan evaluasi hasil pembangunan biasanya pemerintah melakukan rapat atau pertemuan dengan melibatkan masyarakat yang membahas hasil- hasil dari pembangunan desa yang sudah dilakukan. Pada proses evaluasi selain membicarakan hasil-hasil pembangunan yang sudah dilaksanakan, masyarakat diharapkan memberikan penilaian berupa penyampaian kritikan dan saran mengenai pembangunan desa yang sudah dilaksanakan agar proses pembangunan selanjutnya lebih baik dan berjalan dengan baik.

Adanya keterlibatan masyarakat dalam proses evaluasi tetapi belum maksimal.

Masyarakat tidak turut semua berpatisipasi dalam menilai segala bentuk kegiatan yang dilakukan, belum semua memahami salah satu tujuan dengan adanya dana desa adalah untuk mendongkrak infrakstruktur dan memberdayakan masyarakat.

Belum senada dengan teori yang diungkapkan oleh (Makmur, 2011) pengawasan umpan balik ini fokus pada hasil atau output yang dihasilkan setelah proses transformasi berhasil dilakukan dan mengevaluasi hasil-hasil yang terjadi. Dalam penelitian (Aprilia & Shauki, 2020) juga menemukan bahwa pengawasan mayarakat di lokasi penelitiannya terhadap dana desa masih belum optimal disebabkan dari oleh karena tingkat pemahaman dan kepedulian masyarakat yang masih rendah serta akses informasi yang belum optimal.

Faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat terhadap pengawasan dana desa. menurut (Sastropoetro, 1986) peneliti menemukan bahwa masyarakat Desa Gawu-Gawu Bouso memiliki faktor pendukung yakni mulai adanya kesadaran atau kemauan dari masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan. Ini menjadi modal bagi

(9)

kemajuan desa, masyarakat dan pemerintah desa dapat bekerja sama untuk melaksanakan kegiatan pembangunan demi meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat desa.

Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pembangunan bukan timbul begitu saja akan tetapi karena ada yang mendorong untuk ikut berpatisipasi, salah satu diantaranya yaitu faktor kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Terpenuhi faktor yang mendukung yaitu adanya suasana atau kondisi lingkungan yang disadari oleh orang tersebut bahwa dia berpeluang untuk berpartisipasi, adanya sesuatu yang mendorong atau menumbuhkan minat dan sikap mereka untuk termotivasi berpartisipasi, misalnya berupa manfaat yang dapat dirasakan atas partisipasinya tersebut, adanya kemampuan, yaitu adanya kesadaran atau keyakinan pada dirinya bahwa dia mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi, bisa berupa pikiran, tenaga, waktu, atau sarana dan material lainnya. Kemauan dan kemampuan merupakan potensi yang dimiliki oleh pelaku secara individu ataupun kelompok.

Faktor penghambat yang diungkapkan oleh Sastropoetra (1998) yakni rendahnya kualitas pendidikan, tingkat pendapatan rendah, dan terbatasnya lapangan pekerja di pedesaan. Peneliti juga menemukan hal yang sama yang menjadi faktor penghambat partisipasi masyarakat terhadap pengawasan dana desa di desa Gawu-Gawu Bouso. Hal ini dikuatkan dari data dan hasil wawancara bersama masyarakat.

Rendahnya pendidikan menjadi akar permasalahan bahwa kurangnya inisiatif masyarakat dalam menghadapi masalah dalam kehidupan mereka. Faktor pendidikan dianggap penting karena melalui pendidikannya, seseorang akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain dan cepat tanggap terhadap pengetahuan dan teknologi.

Semakin tinggi pendidikannya tentunya mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara peran serta yang diinginkan. Berdasarkan data yang didapat peneliti di Desa Gawu-Gawu Bouso jumlah tidak tamat sekolah lebih banyak dari jumlah yang menamatkan sekolah SD, SMP, SMA dan Sarjana.

Rendahnya pendapatan, ini mengakibatkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan karena terfokus pada pekerjaan

untuk meningkatkan pendapatan. Waktu luang seseorang untuk terlibat dalam kegiatan di lingkungan dipengaruhi jenis pekerjaannnya, banyak warga yang disibukkan oleh pekerjaan utama atau kegiatan sehari-hari sehingga kurang tertarik untuk mengikuti pertemuan- pertemuan yang dilaksanakan. Berdasarkan data yang didapat peneliti, mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Gawu-Gawu Bouso adalah petani dan dari hasil wawancara hampir semua masyarakat tidak dapat berpatisipasi karena disibukkan dengan pekerjaan.

Dominasi sektor pertanian sebagai mata pencaharian penduduk dapat terlihat nyata di daerah pedesaan. Sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di daerah pedesaan masih didominasi oleh sektor pertanian. Terbatasnya lapangan pekerjaan di desa menyebabkan tidak sedikitnya para pemuda di desa merantau di luar kota. Hal yang sama juga terjadi di Gawu- Gawu Bouso tidak sedikitnya para pemuda lebih memilih untuk merantau sehingga sumber daya manusia yang di desa untuk membangun desa tidak memadai.

Keputusan yang kurang bijaksana dalam pengambilan keputusan dalam penggunaan anggaran dana desa mengakibatkan ketidakmerataan dan berfokus pada satu program saja. Kurangnya komunikasi diantara pemerintah dalam merencanakan, memutuskan pelaksanaan program dana desa.

Dan tingkat pendidikan masyarakat yang rendah mengakibatkan masyarakat tidak tahu yang harus dilakukan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengotrolan penggunaan anggaran dana desa.

SIMPULAN

Partisipasi masyarakat dalam pengawasan dana desa di Desa Gawu-Gawu Bouso masih rendah atau kurang maksimal.

Partisipasi masyarakat tidak terlalu tampak pada setiap tahapan pengawasan dari proses pengambilan keputusan, pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi masyarakat desa.

Partisipasi masyarakat dalam pengawasan dana desa ada disetiap titik strategi pengawasan yaitu pengawasan yang menonjol pada pelaksanaan dan evaluasi, sedangkan partisipasi masyarakat untuk mengawasi dalam hal pengambilan keputusan tidak menonjol. Partisipasi masyarakat pada pengawasan dana desa di Desa Gawu-Gawu

(10)

Bouso terdiri dari empat bentuk partisipasi masyarakat. Pada proses pengambilan keputusan, lalu pada proses pelaksanaan, pemanfaatan, dan yang terakhir adalah evaluasi apakah hasil pelaksanaan program sesuai dengan rencana. Usaha untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Desa Gawu-Gawu Bouso juga terdapat faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukungnya mulai adanya kesadaran atau kemauan dari masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu yakni rendahnya kualitas pendidikan, tingkat pendapatan rendah, dan terbatasnya lapangan pekerja di pedesaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ambat, A. (2020). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Dana Desa Di Desa Karatung Kecamatan Nanusa Kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal Politico, 9(2).

Aprilia, R., & Shauki, E. R. (2020). Peran Masyarakat dalam Pengawasan Dana Desa. Indonesian Treasury Review Jurnal Perbendaharaan Keuangan Negara Dan Kebijakan Publik, 5 (1), 61–75.

Ardito Erdianto. (2020). catatan-icw-kasus-korupsi- dana-desa-terbanyak-muncul-pada-2019.

https://nasional.kompas.com/read/2020/02/

18/19084421/catatan-icw-kasus-korupsi- dana-desa-terbanyak-muncul-pada-2019 Arikunto, S. (2010). Metode peneltian. Jakarta:

Rineka Cipta.

Bahtiar, N. A. (2017). Partisipasi masyarakat dalam pengawasan program alokasi dana desa (add) di desa panjunan, kecamatan sukodono, kabupaten sidoarjo. Kebijakan Dan Manajemen Publik, 5(3), 1–14.

Conyers, D. (1991). Perencanaan sosial di dunia ketiga: Suatu pengantar. Gadjah Mada University Press.

Creswell, J. W. (2013). Research Design Pendekatan

Penelitian Kualitatiif, Kuantitatif, dan Mixed. 1–

308. file:///C:/Users/Hp/Documents/buku creswell.pdf

Hardianti, S. (2017). Partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur desa (program alokasi dana desa di Desa Buntongi Kecamatan Ampana Kota). Katalogis, 5(1).

Makmur. (2011). Efektivitas kebijakan kelembagaan pengawasan. Refika Aditama.

Moleong, L. J. (2014). Metode penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurwanda, A. (2018). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Fisik (Studi Analisis Kebijakan Pemerintah Desa). Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 4(2), 28–39.

Sastropoetro, A. S. (1986). Partisipasi, komunikasi, persuasi dan disiplin dalam pembangunan nasional. Alumni.

Silalahi, U., & Atif, N. F. (2015). Metode penelitian sosial kuantitatif. Refika Aditama.

Siti, K., & Utia, M. (2017). Analisis sistem pengelolaan dana desa berdasarkan regulasi keuangan desa. Masalah-Masalah Hukum, 46(1), 20–29.

Syamsi, S. (2015). Partisipasi masyarakat dalam mengontrol penggunaan anggaran dana desa.

JISIP: Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 3(1).

Wida, S. A., Supatmoko, D., & Kurrohman, T. (2017).

Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa–Desa Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. E-Journal Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi, 4(2), 148–152.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa PP No. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang

bersumber dari APBN

Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

www.djpk.kemenkeu.go.id www.kemendesa.go.id www.bps.go.id

https://finance.detik.com/dulunya miskin, sekarang desa ponggok jadi Makmur, 23 agustus 2017 (diakses 11 September 2020) http://acehbesarkab.go.id

https://humas.sumutprov.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Memiliki persediaan dengan memiliki berbagai macam barang, ukuran, jenis, merk, dan kualitas yang berbeda sehingga membutuhkan sarana teknologi informasi agar dapat

PLP2K-BK, pengisian kuesioner dan pelengkapan data pendukung. Melakukan evaluasi dan verifikasi dokumen usulan yang disampaikan oleh pemerintah Kota/ Kabupaten di

Menurut sebagian ulama bahwa jawab qasam pada ayat di atas dihilangkan, yakni “Kamu pasti akan disiksa wahai orang kafir Makah”. Meskipun demikian, Al Khattan berpendapat lain,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada  bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian, secara umum

[r]

Dikarenakan belum adanya penelitian yang meneliti preferensi gaya manajemen konflik di Indonesia maka dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh nilai budaya

Pendekatan (approach), menurut Joni (1991) dalam Rianto (2006:4), menunjukan cara umum dalam memandang permasalahaan atau objek kajian, sehingga berdampak pada permasalahan atau

Peneliti telah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan segenap kemampuan dan kesabarannya untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Keterampilan Dasar