• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Lingkungan Kerja dengan Metode Ergonomic Checklist pada Section of Inventory and Receiptance PT Semen Gresik, Pabrik Rembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Lingkungan Kerja dengan Metode Ergonomic Checklist pada Section of Inventory and Receiptance PT Semen Gresik, Pabrik Rembang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Lingkungan Kerja dengan Metode

Ergonomic Checklist pada Section of Inventory and Receiptance

PT Semen Gresik, Pabrik Rembang

Diaz Aranandi Alde Viska 1, Denny Nurketamanda2

1,2Departemen Teknik Industri, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

1[email protected] 2[email protected]

Abstrak—Perkembangan di dunia industri merupakan salah satu aspek yang mengalami perubahan paling pesat. Persaingan antar industri akan meningkat selaras dengan perkembangan industri tersebut. Selain peningkatan teknologi dan kualitas produk, perusahaan juga wajib meningkatkan upaya perbaikan aspek kesehatan dan keselamatan bagi karyawan. Fokus perbaikan tidak hanya pada upaya perbaikan, namun juga pada upaya pencegahan. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan memastikan bahwa lingkungan kerja merupakan tempat yang aman serta nyaman bagi pekerja dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang. Ergonomi merupakan ilmu yang mengatur hubungan manusia dengan pekerjaannya untuk meningkatkan efisiensi kerja dengan mengurangi adanya risiko pada lingkungan kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi serta menganalisis aspek potensi bahaya dan lingkungan kerja di Section of Inventory and Receiptance di PT Semen Gresik, Pabrik Rembang dengan menggunakan metode Ergonomic Checklist berdasarkan buku panduan yang dikeluarkan oleh International Labour Organization (ILO). Dari 132 poin ergonomic checklist, terdapat 109 poin yang telah dilaksanakan dengan total 107 poin dalam keadaan baik. Kemudian, terdapat 25 poin yang belum dalam keadaan baik dan 21 poin belum tersedia dengan 13 poin menjadi priotitas untuk perbaikan.

Kata Kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Ergonomic Checklist, Lingkungan Kerja

I. PENDAHULUAN

Perkembangan dunia industri merupakan salah satu aspek yang mengalami perubahan paling pesat yang didukung dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih. Dengan adanya perkembangan ini, tentu saja persaingan antar industri juga akan semakin meningkat. Dalam menghadapi persaingan antar industri ini, perusahaan perlu melakukan peningkatan serta evaluasi mengenai kualitas produk dan produktivitas perusahaan, terutama terkait dengan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan.

Upaya peningkatan dan evaluasi terhadap kualitas sumber daya manusia di perusahaan salah satunya dapat dilakukan dengan perbaikan upaya kesehatan dan keselamatan bagi karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut.

Salah Satu aspek yang wajib menjadi perhatian bagi perusahaan adalah kesehatan dan keselamatan kerja, dimana berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pada pasal 86 ayat 2 disebutkan bahwa untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja [1].

Fokus dari keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya pada upaya perbaikan, namun juga pada upaya pencegahan. Berdasarkan informasi dari International Labour Organization (ILO), diperkirakan hampir 2 juta pekerja meninggal per tahun di dunia akibat penyakit dan cidera kerja [2], dimana hal tersebut dapat berdampak pada tingkat pendapatan pekerja, membebani sisten kesehatan, serta mengurangi tingkat produktivitas kerja. Berdasarkan data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), di Indonesia jumlah kecelakaan kerja per bulan September 2021 mengalami penurunan jumlah dari tahun 2020 dari 177.000 kasus menjadi 82.000 kasus [3]. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah kurangnya kesadaran perusahaan dan karyawan akan pentingnya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan kerja, dimana dapat ditemukan karyawan yang masih abai dan lalai dalam menerapkan Standard Operating Procedure.

Salah satu upaya pencegahan dalam peningkatan jumlah kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah dengan menciptakan lingkungan kerja yang terintegrasi dengan tujuan mencegah serta mengurangi kecelakaan akibat kerja [4]. Tidak hanya menyediakan tempat namun juga memastikan bahwa lingkungan kerja tersebut dilengkapi dengan fasilitas penunjang keselamatan dalam bekerja.

Salah satu perusahaan di bidang manufaktur adalah PT Semen Gresik, Pabrik Rembang yang tergabung dalam Semen Indonesia Group yang memroduksi semen khusus untuk wilayah Jawa Tengah. Perusahaan ini menghasilkan tiga jenis semen, yakni Ordinary Portland Cement (OPC), Portland Pozzolan Cement (PPC), dan Portland Composite Cement (PCC) [5]. Untuk memperlancar sistem produksi dan menjamin bahwa mesin dan material disimpan dalam keadaan yang baik, di PT Semen Gresik, Pabrik Rembang terdapat section of invenntory and receiptance yang bertanggung jawab untuk menerima dan menyimpan komponen mesin dan material yang dibutuhkan dalam proses produksi semen. Pekerja di section ini nantinya akan melakukan pendataan mengenai barang

(2)

yang datang, jumlah barang yang tersimpan, serta barang keluar di inventory. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, perusahaan ini telah menerapkan prinsip 5R di setiap divisi perusahaan yaitu ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin untuk menunjang lingkungan kerja yang ergonomis, termasuk pada section of inventory and receiptance, namun dalam keadaan lapangan masih ditemukan beberapa hal yang dirasa kurang dalam memenuhi standar keamanan dan keselamatan kerja.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi serta menganalisis aspek potensi bahaya dan lingkungan kerja di Section of Inventory and Receiptance di PT Semen Gresik, Pabrik Rembang.

II. TINJAUANPUSTAKA A. Lingkungan Fisik Kerja

Lingkungan fisik kerja berkaitan dengan keadaan fisik yang dapat ditemukan di lingkungan tempat kerja dan memberi pengauh terhadap pekerja, baik secara langsung maupun tidak langsung. Motivasi dalam bekerja akan memberikan pengaruh terhadap semangat pekerja dalam menjalankan tugasnya, sehingga lingkungan fisik kerja harus diperhatikan [6].

Kebanyakan kecelakaan kerja terjadi akibat adanya human error di lapangan kerja. Human error merupakan keadaan dimana seseorang tidak konsisten terhadap pola kerja yang telah ditetapkan atau melakukan penyimpangan prosedur kerja yang ada [7].

Pada dasarnya manusia memiliki kelemahan pada diri manusia seperti ceroboh, lalai, dan sebagainya

Oleh karena itu, diperlukan kelengkapan perlengkapan kerja yang ergonomis. Dalam hal ini, ergonomi sangat berperan dalam pengendalian lingkungan fisik kerja, karena dapat mengurangi timbulnya penyakit kerja dalam melakukan pekerjaan dalam jangka waktu yang lama. Sehingga, diharapkan dengan penerapan ergonomi akan tercipta peningkatan produktivitas dalam bekerja.

Perasaan lelah akibat bekerja cenderung meningkatkan probabilitas terjadinya kecelakaan dalam proses kerja yang dapat merugikan pekerja terkait maupun perusahaan.

B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja memiliki arti keselamatan dalam bekerja yang berkaitan dengan mesin, alat kerja, proses pengelolaan tempat kerja, lingkungan, dan sistem dalam melakukan sistem pekerjaan [8]. Keselamatan kerja juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana perkeja merasa aman serta nyaman dengan kondisi lingkunga kerja dan memiliki pengaruh untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja [9].

Kesehatan kerja diilustrasikan sebagai bentuk usaha serta aturan dengan tujuan menjaga pekerja dari kejadian atau keadaan yang dapat merugijan kesehatan pada saat pekerja melaksanakan suatu pekerjaan, secara fisik maupun sosial agar pekerja dapat bekerja secara produktif dan optimal [9]. Keselamatan dan kesehatan merupakan suatu pendekatan ilmiah yang praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan yang mungkin terjadi [10].

Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi, mencegah, bahkan menghilangkan kecelakaan kerja [11]. Oleh karena itu, keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting mengingat dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja cukup besar. Perlu ditekankan dalam tindakan pencegahan kecelakaan kerja, bahwa setiap pekerjaan atau proses kerja memiliki risiko kerja. Sekecil apapun kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian, oleh sebab itu, kecelakaan kerja perlu dilakukan analisis terhadap potensi bahaya dilingkungan kerja untuk mengurangi dampak dari kecelakaan kerja.

C. Metode Ergonomi

Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hubungannya dengan pekerjaan yang mereka lakukan.

Dalam lingkungan kerja, terdapat beberapa metode ergonomi yang diterapkan, diantaranya [12]:

1. Diagnosis merupakan langkah yang memiliki variasi yang sangat luas, baik secara sederhana maupun kompleks. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah mewawancarai karyawan, melakukan peninjauan terhadap tempat kerja, penilaian fisik karyawan, uji pencahayaan di lingkungan kerja, ergonomi checklist, dan melakukan pengukuran kerja lainnya.

2. Treatment merupakan kegiatan mengatasi masalah ergonomi yang bergantung pada data dasar pada saat dilakukan diagnosis.

Dapat berupa perubahan kecil seperti mengubah letak benda, mengatur jumlah pencahayaan, atau penambahan benda sesuai kebutuhan lingkungan kerja.

3. Follow-up merupakan kegiatan evaluasi secara subyektif maupun obyektif. Contoh dari subyektif adalah dengan mewawancarai karyawan seputar keadaan fisik maupun psikis dari apa yang ia rasakan, seperti bagian tubuh mana yang sakit atau menanyakan kenyamanan karyawan, Sedangkan contoh dari obyektif adalah dengan menggunakan absensi karyawan, kecelakaan, produk yang ditolak, dan lain-lain.

D. Ergonomi

Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu ergon dan nomos. Ergon artinya kerja dan nomos artinya aturan, kaidah, atau prinsip. Ergonomi adalah salah satu cabang ilmu sistematis yang digunakan untuk mempergunakan informasi-informasi yang diperoleh mengenai sifat, keterampilan, serta keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja agar manusia dapat hidup dan bekerja dalam suatu sistem yang baik, dengan mencapai tujuan yaitu kerja secara efektif, aman, sehat, nyaman, serta efisien [13].

(3)

E. Ergonomi Checklist

Ergonomic checklist merupakan daftar kegiatan yang dilakukan menggunakan suatu elemen sehingga terjadinya peningkatan mutu pekerjaan. Setiap elemen checklist harus berisi kebutuhan objektif maupun subjektif. Referensi [14] menyatakan, checklist sendiri merupakan suatu daftar yang mencakup unsur-unsur yang mungkin terdapat dalam situasi atau kegiatan individu yang diamati. Ergonomic checklist digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengetahuan dan keterampilan dari seseorang. Manfaat dari checklist diantaranya adalah memperoleh infromasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Faktor-faktor tersebut kemudian dijabarkan menurut kebutuhan yang sesuai dengan persiapan dan rencana yang telah dibuat sebelum daftar checklist dipersiapkan.

Ergonomic checkpoints diperuntukan bagi seseorang yang ingin menerapkan perbaikan yang sederhana pada kondisi pekerjaan di lapangan, dimana mencakup seluruh aspek ergonomis yang penting di tempat kerja, diantaranya: penyimpanan & penanganan bahan; perkakas; keselamatan mesin produktif; peningkatkan desain stasiun kerja; listrik; bangunan; pengendalian zat dan agen berbahaya; fasilitas kesejahteraan; dan organisasi kerja [2]. Dengan menggunakan checkpoints, peningkatan ergonomi dapat diterapkan secara sederhana dan dengan biaya yang murah. Dalam ergonomic checkpoints yang memuat 132 poin-poin pertanyaan yang terbagi dalam 9 aspek yaitu penyimpanan bahan dan penanganan, perkakas, keamanan mesin, desain tempat kerja, pencahayaan, alasan/saran-saran, alat-alat dan zat-zat berbahaya, fasilitas kesejahteraan, fasilitas pengaturan kerja.

Ergonomic Checkpoint berdasarkan ILO (International Labour Organization) membagi 9 judul kriteria/aspek-aspek checkpoint.

Total pertanyaan berjumlah 132 daftar, di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Penyimpanan Bahan dan Penanganan (Material Storage and Manual Handling) 2. Perkakas (Hand Tools).

3. Keamanan Mesin (Machine Safety).

4. Penyempurnaan Rancangan Stasiun Kerja (Workstation Design).

5. Pencahayaan (Lightning).

6. Ruang Kerja (Premises).

7. Bahaya-Bahaya Lingkungan Kerja (Control of Hazardous Substances and Agents).

8. Fasilitas Umum (Welfare Facilities).

9. Pengaturan Pekerjaan atau Organisasi (Work Organization).

III. METODOLOGIPENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Semen Gresik Pabrik Rembang, tepatnya pada Section of Inventory and Receiptance. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 3 Januari sampai 31 Januari 2022 dengan jam kerja mulai dari jam 08.00 sampai 16.00 WIB dalam 5 hari dalam seminggu.

B. Metodologi Penelitian

Penelitian dimulai dengan peneliti mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah yang terjadi dalam proses bisnis di lingkungan kerja section of inventory dan receiptance PT Semen Gresik, Pabrik Rembang dengan mengidentifikasi sumber dan potensi bahaya yang ada pada area gudang. Setelah menemukan permasalahan dan merumuskan masalah tersebut, kemudia ditetapkan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

(1) Mengidentifikasi serta menganalisis 132 aspek potensi bahaya dan lingkungan kerja di section of inventory dan receiptance di PT Semen Gresik, Pabrik Rembang berdasarkan metode Ergonomic Checklist.

(2) Memberikan rekomendasi perbaikan pada aspek yang dinilai masih kurang baik berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan dengan menggunakan metode Ergonomic Checklis pada section of inventory dan receiptance di PT Semen Gresik, Pabrik Rembang.

Kemudian dilakukan studi Literatur dilakukan dengan mencari literatur dan/atau referensi yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti untuk membantu memahami masalah secara teoritis serta untuk menemukan metode penyelesaian masalah yang sesuai.Selanjutnya melakukan studi lapangan dilakukan dengan mengamati serta mencari informasi dari kondisi area section of inventory dan receiptance PT Semen Gresik, Pabrik Rembang, terkait masalah yang akan dibahas.

Langkah berikutnya adalah mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara untuk mendapatkan gambaran secara langsung terkait kondisi lingkungan kerja pada section of inventory dan receiptance PT Semen Gresik, Pabrik Rembang, agar dapat lebih memahami faktor apa saja yang menyebabkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja di area gudang. Kemudian mengumpulkan semua hasil informasi dengan menggunakan butir pertanyaan pada ergonomic checklist (pemberian bobot dan rating dari tiap aspek yang ada). Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan mengetahui aspek-aspek yang berpotensi menimbulkan hazard, aspek yang baik, dan yang tidak ditemukan, kemudian mengelompokkan aspek tersebut ke dalam prioritas perbaikan berdasarkan skor yang diperoleh. Hasil dari pengolahan data kemudian akan dilakukan analisis berdasarkan hasil pengamatan 132 poin yang dikelompokkan ke dalam 9 aspek pekerjaann, kemudian dilakukan analisis untuk perbaikan yang diusulkan sesuai dengan

(4)

permasalahan pada tiap-tiap poin ergonomic checklist. Langkag terakhir dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan serta pemberian saran untuk penelitian berikutnya.

IV. PENGOLAHANDATADANANALISIS A. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Ergonomic Checklist yang memuat 132 butir dan bersumber dari buku Ergonomic Checklist Edisi Kedua yang dikeluarkan oleh International Labour Organization sesuai dengan keadaan lingkungan kerja khususnya pada section of inventory and receiptance.

Berikut ini merupakan Tabel I yang menunjukkan rekapitulasi hasil pengumpulan data dengan ergonomic checklist :

TABEL I. REKAPITULASI ERGONOMIC CHECKLIST

No. Aspek Sub Aspek Penilaian Ketersediaan

Baik Tidak Tersedia Tidak

A Penyimpanan & Penanganan Material 17 13 4 14 3

B Alat-alat atau Perkakas Tangan 14 10 4 10 4

C Aspek Keamanan Mesin Produksi 19 11 8 12 7

D Penyempurnaan Rancangan Stasiun Kerja 13 13 0 13 0

E Pencahayaan di Tempat Kerja 9 8 1 8 1

F Ruang Kerja 12 8 4 10 2

G Bahaya-bahaya Lingkungan Kerja 10 7 3 7 3

H Fasilitas Umum 11 11 0 11 0

I Pengaturan Pekerjaan/Organisasi 27 26 1 26 1

Total 132 107 25 111 21

Pada pengamatan melalui ergonomic checklist yang telah dilakukan langsung di lapangan untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja section of inventory and receiptance PT Semen Gresik Pabrik Rembang, serta wawancara dengan karyawan pada section tersebut, diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel di atas. Hasil pada baris “Peniliaian” diisi sesuai dengan baik atau tidaknya subaspek pada masing-masing aspek yang diamati, kemudian untuk baris “Ketersediaan” diisi sesuai dengan tersedia atau tidaknya subaspek pada masing-masing aspek tersebut. Sebagai contoh, pada aspek Penyimpanan & Penanganan Material, terdapat 17 subaspek, dimana terdapat 13 subaspek dalam keadaan baik, dan 4 subaspek dalam keadaan tidak baik, serta 14 subaspek tersedia dan 3 subaspek tidak tersedia pada section of inventory and receiptance PT Semen Gresik Pabrik Rembang. Merujuk pada Tabel I.

mengenai rekapitulasi hasil pengamatan terhadap 132 poin ergonomic checklist, terdapat 109 poin yang telah dilaksanakan dengan total 107 poin dalam keadaan baik. Kemudian, terdapat 25 poin yang belum dalam keadaan baik dan 21 poin belum tersedia pada section of inventory and receiptance PT Semen Gresik Pabrik Rembang.

Dari 21 poin ketidaktersediaan di atas, 12 diantaranya merupakan poin-poin yang memang tidak diperlukan pada section of inventory and receiptance karena berkaitan dengan permesinan, dan dari 25 poin checklist yang ditemukan dalam kondisi tidak baik dan dibutuhkan analisis mengenai perbaikan, terdapat 13 poin yang menjadi prioritas utama dalam perbaikan yang mungkin dapat dilaksanakan maupun diterapkan oleh perusahaan sebagai suatu usulan perbaikan untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja karyawan/operator di lingkungan kerja.

B. Pembahasan

1. Aspek Penyimpanan dan Penanganan Material

Dari hasil ergonomic checklist terdapat 4 subaspek yang menjadi prioritas untuk dilakukan analisis dan pemberian rekomendasi perbaikan. Rekomendasi perbaikan yang diberikan berdasarkan literatur yang sesuai, yakni dari buku Panduan Praktis Ergonomi yang diterbitkan oleh International Labour Organization.

a. Checkpoint 4: Adanya jalur landai dengan kemiringan kecil (bukan tangga) pada batas permukaan lantai yang berbeda di ruang kerja. Memastikan tidak ada penghalang yang tersandung pada jalur masuk atau landai yang disediakan dan memastikan permukaan landai tidak licin.

b. Checkpoint 12: Adanya pegangan khusus atau tempat memegang pada semua barang dalam kemasan atau kotak, dan lain-lain yang akan diangkat maupun dibawa. Meminta pemasok melengkapi wadah atau kotak dengan pegangan pada saat mengirimkan barang, pertimbangkan meletakkan pegangan tangan pada sudut dimana kotak/wadah dapat dibawa dengan pergelangan tangan yang nyaman, kemasan dirancang untuk menyederhanakan penanganan manual dan untuk memberikan pegangan atau titik holding yang baik, dan permukaan paket yang licin harus selalu dihindari

(5)

c. Checkpoint 14: Menghilangkan tugas yang membutuhkan bungkuk atau memutar pinggang saat menangani material. Ubah penempatan bahan atau produk hampir jadi sehingga pekerja dapat menangangani pekerjaa di depan tubuhnya tanpa menekuk tubuh, unakan alat mekanis untuk membawa benda kerja ke hadapan pekerja sehingga pekerja tidak berada dalam posisi canggung, ubah ketinggian prosedur seperti mengubah ketinggian meja kerja untuk mencegah pekerja menangani item dengan posisi membungkuk, dan jika pekerjaan mengangkat barang secara manual tidak bisa dihindari angkat benda dengan didekatkan ke badan guna mengurangi kelelahan dan rasa sakit

d. Checkpoint 15: Mendekatkan benda ke tubuh saat menangani material secara manual Sediakan pegangan atau menetapkan posisi pegangan yang baik untuk beban yang dibawa. Beban berada posisi sedekat mungkin dengan tubuh dan pegang dengan kuat dengan kadaan posisi kaki yang stabil dan aman, berbagi beban dengan rekan kerja lain apabila pengangkatan beban secara manual tidak dapat dihindari, dan pada proses mengangkat/menurunkan beban yang berat, lakukan di depan tubuh secara perlahan dengan menggunakan kekuatan otot kaki (bukan punggung) dan pastikan punggung dalam posisi lurus.

2. Aspek Alat-alat atau Perkakas Tangan

Dari hasil ergonomic checklist terdapat 4 subaspek yang tidak dalam keadaan baik, dimana 4 subaspek tersebut merupakan aspek yang tidak tersedia pada section of inventory and receiptance karena merupakan aspek yang tidak dibutuhkan dalam section ini karena berkaitan dengan alat dan perkakas khusus.

3. Aspek Keamanan Mesin Produksi

Dari hasil ergonomic checklist terdapat 5 subaspek yang menjadi prioritas untuk dilakukan analisis dan pemberian rekomendasi perbaikan. Rekomendasi perbaikan yang diberikan berdasarkan literatur yang sesuai, yakni dari buku Panduan Praktis Ergonomi yang diterbitkan oleh International Labour Organization.

a. Checkpoint 33: Kontrol darurat berupa lampu/alarm/tombol dan lain-lain agar ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dan diraih oleh operator yang bertugas ditempat.

Buat emergency control atau kabel mudah diraih. Tempatkan pada lokasi yang wajar bagi pekerja untuk meraih (misal tanpa melakukan gerakan memutar badan), jadikan kontrol darurat berukuran besar serta mudah dinyalakan, berikan warna merah pada kontrol darurat atau warna yang diidentifikasi oleh penduduk setempat budaya untuk keadaan darurat, pastikan kontrol sesuai dengan standar regulasi, dan posisikan kontrol darurat jauh dari ykontrol lain yang sering dioperasikan untuk mengurangi ketidaksengajaan aktivasi.

b. Checkpoint 34: Lampu / tombol kontrol agar dibuat berbeda satu dengan lainnya, sehingga operator dapat memahami dengan benar sinyal yang diberikan. Gunakan bentuk, ukuran atau warna yang berbeda pada masing-masing kontrol dan saklar lain, memberikan label yang terlihat jelas, berisi tulisan berbahasa lokal pada masing-masing kontrol, dan standarisasikan posisi kontrol umum disetiap mesin serupa. Contohnya, tempatkan kontrol di urutan yang tidak sulit diidentifikasi atau di tempat yang mudah dikenali.

c. Checkpoint 35: Memastikan agar operator dapat menemukan alat kontrol dengan jelas dan menjangkaunya dengan mudah.

Menempatkan kontrol yang paling sering digunakan selama waktu kerja di hadapan operator, dimana kontrol dapat dilakukan tanpa menekuk atau memutar tubuh karena berada di sekitar ketinggian siku operator, kontrol kepentingan sekunder dapat ditempatkan di sebelah yang paling penting, dan apabila lokasi kontrol terlalu tinggi, gunakan pijakan tambahan untuk menaikkan tinggi posisi operator ketika berdiri atau duduk pada saat proses kerja berlangsung. Jika lokasi kontrol rendah, dapat diatasi dengan memindahkan atau menaikkan lokasi kontrol dengan menambahkan platform di bawah meja kerja atau mesin.

d. Checkpoint 36: Menempatkan alat-alat kontrol pada rangkaian sistem operasi.

Identifikasi subtugas dalam pengoperasian mesin, seperti “mematikan daya”, “menyetel”, “mengoperasikan”, atau

“memindahkan mesin”. Pastikan kontrol pada setiap subtugas mudah dibedakan dari kontrol tugas lainnya, atur agar posisi kontrol dalam setiap subtugas sesuai dengan urutannya, dan beri kode kontrol berdasarkan ukuran, warna, label, atau bentuk untuk mempermudah operator dalam membedakannya.

e. Checkpoint 50: Memeriksa, membersihkan, dan merawat mesin secara berkala, termasuk kabel listrik.

Menyusun jadwal untuk pemberishan, pemeliharaan preventif, dan pemeriksaan rutin, buat log pemeriksaan dan perawatan (dapat berupa buku catatan) untuk masing-masing mesin dan area kerja. Pastikan setiap karyawan memiliki akses untuk log ini.

Pemeliharaan juga harus mencakup dan memastikan bahwa semua pelindung mesin yang diperlukan tersedia. Berikan pelatihan bagi pekerja agar dapat melakukan pemeriksaan di area kerja masing-masing serta melaporkan kekurangan yang ada, dan kontrol pada mesin harus dapat dikunci dan berikan label yang bertulisan “BAHAYA! JANGAN BEROPERASI!” pada mesin yang sedang diperbaiki atau dalam proses pemeliharaan.

(6)

4. Aspek Penyempurnaan Rancangan Stasiun Kerja

Dari hasil ergonomic checklist terdapat 13 subaspek yang tergolong baik dan semuanya tersedia pada section ini sehingga tidak ada subaspek yang perlu dilakukan evaluasi serta perbaikan.

5. Aspek Pencahayaan di Tempat Kerja

Dari hasil ergonomic checklist terdapat 1 subaspek yang menjadi prioritas untuk dilakukan analisis dan pemberian rekomendasi perbaikan. Rekomendasi perbaikan yang diberikan berdasarkan literatur yang sesuai, yakni dari buku Panduan Praktis Ergonomi yang diterbitkan oleh International Labour Organization.

a. Checkpoint 70: Untuk mereduksi cahaya yang menyebabkan silau secara langsung, pindahkan sumber cahaya atau beri pelindung

Pindahkan layar ke tempat yang tidak mengarah langung ke arah jendela karena dapat menyebabkan paparan sinar lang.

Masalah bagi monitor juga dapat disebabkan oleh sinar tidak langsung, dan kurangi silau dari jendela atau stasiun kerja di sekitarnya dengan menggunakan tirai, kerai, partisi, atau partisi desktop.

6. Aspek Ruang Kerja

Dari hasil ergonomic checklist terdapat 3 subaspek yang menjadi prioritas untuk dilakukan analisis dan pemberian rekomendasi perbaikan. Rekomendasi perbaikan yang diberikan berdasarkan literatur yang sesuai, yakni dari buku Panduan Praktis Ergonomi yang diterbitkan oleh International Labour Organization.

a. Checkpoint 73: Melindungi pekerja dari hawa panas yang berlebihan.

Lakukan beberapa tindakan yang dapat menurunkan suhu udara di lingkungan kerja apabila air conditioner tidak memungkinkan. Tindakan ini wajib meliputi peningkatan ventilasi yang alami, pencegahan paparan panas dari luar (sinar matahari), perlindungan dari mesin serta proses kerja yang menghasilkan panas, serta menyediakan sistem pembuangan setempat untuk udara yang bersuhu panas dan tercemar/, dan gunakan kipas dan ventilator untuk meningkatkan kecepatan udara di sekitar lingkungan kerja.

b. Checkpoint 76: Memasang sistem penghisap udara yang efektif sehingga para pekerja dapat bekerja dengan aman dan efisien.

Untuk meningkatkan efisiensi ventilasi dari sumber polusi menuju saluran pembuangan dapat dilakukan dengan mengaplikasikan penghalang dan pelindung, menutup jendela di dekat sumber udara kotor atau sediakan pembatas untuk menghindari efek dari gangguan angin yang masuk, dan saat pekerja sedang melakukan pekerjaan yang menimbulkan zat berbahaya, gunakan knalpot hisap portabel.

c. Checkpoint 80: Menjaga area kerja tetap tertata dan tidak ada barang yang tidak diinginkan sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan efisien pekerja.

Atur lingkungan kerja sehingga barang-barang yang sudah tidak diperlukan (contohnya wadah, dokumen, dan sebagainya) disimpan atau dibuang, simpan alat di kotak peralatan atau fasilitas perumahan yang tepat setelah digunakan, dan rapikan kabel dan atur ulang secara teratur, dan jika memungkinkan, letakkan di fasilitas manajemen kabel khusus.

7. Aspek Bahaya-bahaya Lingkungan Kerja

Dari hasil ergonomic checklist terdapat 3 subaspek tersebut merupakan aspek yang tidak tersedia pada section of inventory and receiptance karena merupakan aspek yang tidak dibutuhkan dalam section ini karena berkaitan dengan mesin-mesin di lingkungan produksi.

8. Aspek Fasilitas Umum

Dari hasil ergonomic checklist terdapat 11 subaspek yang tergolong baik dan semuanya tersedia pada section ini sehingga tidak ada subaspek yang perlu dilakukan evaluasi serta perbaikan.

9. Aspek Pengaturan Pekerjaan/Organisasi

Dari hasil ergonomic checklist terdapat 1 subaspek yang tidak baik serta tidak tersedia. Aspek tersebut berkaitan dengan pelatihan untuk pekerja dalam menggunakan sistem komputer, dimana untuk ssection ini, komputerisasi dipelajari secara otodidak dan tidak memerlukan pengolahan data yang rumit sehingga tidak perlu dilakukan evaluasi serta perbaikan.

(7)

V. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai “Analisis Lingkungan Kerja dengan Metode Ergonomic Checklist pada Section of Inventory and Receiptance PT Semen Gresik, Pabrik Rembang”, maka diperoleh kesimpulan bahwa dari hasil pengamatan terhadap 132 poin checlist, terdapat 109 poin yang telah dilaksanakan dengan total 107 poin dalam keadaan baik dan dijalankan sesuai dengan standar ergonomi, dimana dari 9 aspek ergonmic checklist, hanya 4 aspek yang memerlukan perbaikan. Kemudian terdapat 25 poin checklist dalam keadaan tidak baik dengan 13 poin menjadi prioritas utama dalam perbaikan. Selain itu, terdapat 21 poin belum tersedia pada section ini dan dari 21 poin tersebut, 12 diantaranya merupakan poin yang tidak diperlukan pada section ini karena berkaitan dengan permesinan.

Rekomendasi perbaikan pada 13 poin checklist yang diprioritaskan yaitu aspek penyimpanan dan penanganan material, dimana dari 17 subaspek terdapat 4 subaspek yang perlu diperbaiki, diantaranya adalah memastikan tidak ada penghalang yang menyandung pada jalur masuk atau landai yang disediakan dan memastikan permukaan landai tidak licin, meminta pemasok mengirimkan barang dalam kotak yang dilengkapi pegangan, mengubah penempatan bahan atau produk hampir jadi sehingga pekerja dapat menangangani pekerjaa di depan tubuhnya tanpa menekuk tubuh, dan padaproses mengangkat/menurunkan beban yang berat, lakukan di depan tubuh secara perlahan dengan menggunakan kekuatan otot kaki (bukan punggung) dan pastikan punggung dalam posisi lurus Aspek selanjutnya yaitu aspek keamanan mesin produksi dimana memuat 19 aspek dengan 5 subaspek yang perlu diperbaiki dengan rekomendasi perbaikan membuat kontrol darurat dan menempatkan di lokasi yang mudah terjangkau, menggunakan bentuk, ukuran atau warna yang berbeda pada masing-masing kontrol dan saklar lain, menempatkan kontrol yang paling sering digunakan selama waktu kerja di hadapan operator, dimana kontrol dapat dilakukan tanpa menekuk atau memutar tubuh karena berada di sekitar ketinggian siku operator, mengidentifikasi subtugas dalam pengoperasian mesin, dan menyusun jadwal pemeriksaan turin, pembersihan, dan pemeliharan preventif. Selanjutnya adalah aspek pencahayaan di tempat kerja yang memuat 9 subaspek dengan 1 subaspek prioritas dengan rekomendasi perbaikan yaitu meletakkan panel display atau layar ditempat yang tidak menghadap ke jendela serta memasang tirai untuk mengurangi silau. Aspek selanjutnya adalah aspek ruang kerja yang memuat 12 subaspek dengan 3 subaspek prioritas memiliki rekomendasi perbaikan, yaitu melakukan suatu tindakan untuk menurunkan suhu udara di tempat kerja, dapat dengan memasang kipas atau ventilator, meningkatkan efisiensi ventilasi dari sumber polusi menuju saluran pembuangan dengan mengaplikasikan penghalang dan pelindung, menutup jendela di dekat sumber udara kotor atau sediakan pembatas untuk menghindari efek dari gangguan angin yang masuk, dan mengatur area kerja sehingga barang- barang tidak diinginkan dapat dibuat serta simpan alat dalam kotak peralatan atau fasilitas lain pada tempatnya.

B. Saran

Terdapat beberapa saran yang dapat dilakukan berdasarkan penelitian yang dilakukan, diantaranya:

1. Perusahan segera melakukan perbaikan atau pengadaan terhadap 13 poin ergonomic checklist prioritas yang masih buruk/belum tersedia.

2. Penelitian dengan menggunakan metode Ergonomic Checklist merupakan metode yang hanya berdasarkan analisis kualitatif.

Untuk itu dapat dilengkapi dengan alat bantu lain untuk mengalisis aspek ergonomi pada section of Inventory and Receiptance.

DAFTARPUSTAKA

[8] Kementrian Perindustrian. 2003. “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan”.

https://kemenperin.go.id/kompetensi/UU_13_2003.pdf, diakses pada tanggal 9 Juli 2022, pukul 19.20

[9] Association, I. L. (2010). Ergonomic checkpoints: Practical and easy-to-implement solutions for improving safety, health and working conditions. Second edition. Retrieved from ILO Publications.

[10] Narada Katiga Indonesia. 2022. “Grafik Kecelakaan Kerja DiIndonesia 5 Tahun Terakhir”. https://www.pelatihank3.co.id/informasi/grafik-kecelakaan-kerja- diindonesia-5-tahun-terakhir.html, diakses pada tanggal 9 Juli 2022, pukul 18.39.

[11] Redjeki, Sri. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

[12] PT Semen Gresik. 2018. “Company Profile Semen Gresik: Produk Semen Gresik”. Rembang: PT Semen Gresik.

[13] Fitriani, et.al, (2018). LINGKUNGAN KERJA FISIK, LINGKUNGAN KERJA NON FISIK, DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI GURU SMK NEGERI 1 MANOKWARI. Management Business Journal, 119-133.

[14] Waluyo, Gunawan. 2015. Risk Based Behavioral Safety. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

[15] Daryanto. (2007). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bengkel. Jakarta: Rineka Cipta.

[16] Kartikasari, R. D., dan Swasto, B. (2017). PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. SURYA ASBES CEMENT GROUP MALANG). Jurnal Administrasi Bisnis, 89- 95.

[17] Rijanto, B. (2010). Pedoman praktis keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Indonesia: Mitra Wacana Media.

[18] Tyas, Ari Anggarani Winadi Prasetyoning. 2011. Pentingnya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan. Forum Ilmiah Volume 8, Nomor 3. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul.

(8)

[20] 1Devi, S. C., dan Muallimah, H. (2019). PERANCANGAN KEMASAN SEBAGAI MEDIA PROMOSI BORONDONG MAJALAYA. Jurnal Karya Tulis, Rupa, Eksperimental dan Inovatif, 36-43.

[21] Walgito, Bimo. 1986. Bimbingan dan penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan objek penelitian tersebut, maka akan dianalisis mengenai pengaruh pengelolaan modal kerja dan kebijakan hutang terhadap rentabilitas pada PT Semen

Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban setiap tahun sekali dengan jadwal sesuai dengan bulan kelahiran dari pegawai tersebut. Pemeriksaan kesehatan berkala ini

Dalam pemberitaan mengenai pembangunan pabrik semen di Kawasan Pegunungan Kendeng Rembang, proses framing terjadi ketika wartawan Mongabay.co.id meliput setiap

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu mengatahui dampak sosial, ekonomi serta lingkungan setelah adanya pabrik semen, khususnya pada masyarakat di wilayah Ring 1

660.1/30 Tahun 2016 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Bahan Baku Semen dan Penambangan Serta Pengoperasian Pabrik Semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk di

14321196 Analisis Wacana Kritis Perebutan Kebenaran dalam Mural SeBumi (Diskursus Perjuangan Penolakan Pendirian Pabrik PT Semen Indonesia di Rembang). Program Studi Ilmu

Pemilihan Rembang sebagai lokasi pendirian pabrik yaitu berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :  Lokasi tersebut dekat bahan baku Didirikannya pabrik Semen Gresik di Rembang

LAPORAN KERJA PRATIK ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN AREA PABRIK DEPARTEMEN IB PT PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN METODE NOISE MAPPING & NIOSH Disusun Oleh : Surya Rizki Ramadhani