• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh KompresJahe Hangat Terhadap Penurunan IntensitasNyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh KompresJahe Hangat Terhadap Penurunan IntensitasNyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Journal Scientific Solutem Vol. 2 No.1 – Januari – Juni 2019 p-ISSN : 2620-7702 e-ISSN : 2621-136X journal homepage: http://ejurnal.akperbinainsan.ac.id

Pengaruh Kompres Jahe Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia

Dely Maria

Akademi Keperawatan Rumah Sakit Jakarta e-mail:clara_laalaa@yahoo.com

Abstrak

Penyakit artritis rheumatoid merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan nyeri pada daerah lutut, kaki, tangan dan pinggul sehingga dapat mengganggu aktifitasnya. Artritis rheumatoid ini lebih banyak menyerang lansia karena perubahan fisiknya yang mengalami proses penuaan. Lansia sering mengalami gangguan sistem muskuloskeletal yang menyebabkan nyeri sendi.

Tujuan penerapan evidence based practice ini untuk mengetahui pengaruh skala nyeri pada pasien artritis rheumatoid dengan menggunakan kompres air jahe hangat. Partisipan berjumlah tiga orang dan ketiganya diberi kompres air jahe hangat selama delapan hari. Hasilnya menunjukkan rata-rata skala nyeri sebelum diberikan intervensi sebesar 4.23 (Sd-=1.454) dan setelah diberikan intervensi sebesar 2.96 (SD = 1.39). Kesimpulannya terdapat pengaruh kompres air jahe hangat terhadap penurunan skala nyeri pada pasien artritis rheumatoid. Intervensi kompres air jahe hangat dapat direkomendasikan sebagai bagian dari intervensi keperawatan keluarga pada diagnose nyeri artritis rheumatoid pada lansia di keluarga.

Kata Kunci : Lansia, Kompres Jahe, Nyeri, Rheumatoid Artritis Abstract

Rheumatoid arthritis disesase is an autoimmune diseases that causes pain in the knees, legs, hands and hips so that it can interfere with the activity.Rheumatoid arthritis is more attacking the elderly because of physical changes that undergo the aging process.Elderly often experience disordersof the muskuloskeletalsystem that causes joint pain. The implementation of this evidence based nursing to determine the effect of pain scale on rheumatoid arthritis patient by using warm ginger water compress. Participants in the application of evidence based nursing amounted to three people and all three were given intervention of warm ginger compress for eight days. The result of this evidence based nursing implementation shows the influence of warm ginger compress on the decrease of pain scale in rheumatoid arthritis. This warm ginger water compression intervention is most likely to be recommended as part of family nursing intervention on the diagnosis of arthritis pain rheumatoid elderly in the family.

Key Words : Rheumatoid Arthritis, Pain, Elderly, Ginger Compress

(2)

Pendahuluan

Penyakit rematik sering disepelekan oleh masyarakat pada umumnya karena tidak menimbulkan kematian. Padahal, apabila tidak ditangani dengan tepat, penyakit rematik dapat mengakibatkan gangguan fungsi bahkan kelumpuhan (Nainggolan, 2009).

Reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Penyakit rematik sering sekali dihubungkan dengan terminologi arthritis yang berhubungan dengan lebih dari 100 penyakit termasuk rheumatoid arthritis, osteoarthritis, gouty arthritis, spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik, skleroderma, dan lain-lain (American College of Rheumatology, 2012).

Walaupun penyakit ini tidak menyebabkan kematian namun penyakit rheumatoid artritis dapat mengakibatkan masalah medik (nyeri), psikologis (cemas karena rasa nyeri, sulit tidur dan gelisah), ekonomi (berkurangnya penghasilan ekonomi keluarga akibat dari efek samping penyakit yang diderita dan penggunaan obat-obatan sintesis) dan sosial (terganggunya interaksi dilingkungan sekitar).

Oleh karena itu penyakit rhematiod arthritis harus mendapat perhatian dalam penanganannya terutama pada lansia sebagai upaya penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik dinegara maju maupun Negara berkembang.

Di dunia, arthritis reumatoid merupakan penyakit muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Angka kejadian artritis reumatoid pada tahun 2016 yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO mencapai 20%

dari penduduk dunia yang terserang artritis, dimana 5-10% berusia 5-20 tahun dan 20% berusia lebih dari 55 tahun.

Di Indonesia Penyakit rematik yang paling banyak ditemukan pada golongan usia lanjut di Indonesia.

Diperkirakan jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia 360.000 orang lebih (Tunggal, 2012).

Prevalensi penyakit sendi atau rematik secara nasional di Jawa Barat terdapat 41,7% dan masuk dalam10 penyakit terbesar pada pralansia dan lansia (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data program lansia UPTD (Unit Pelayanan Terpadu Daerah) Puskesmas Kotabaru Bekasi, Kecamatan Bekasi Barat, didapatkan data yang mempunyai status reumatik artritis pada lansia dari bulan Agustus 2017 sampai 3 Februari 2018 sebanyak 434 orang (43%) dan termasuk dalam 5 penyakit terbesar di UPTD (Unit Pelayanan Terpadu Daerah) Puskesmas Kotabaru Bekasi.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis implementasi yang dilakukan di UPTD Puskesmas Kota Bekasi khususnya UPTD Puskesmas Kotabaru Bekasi Barat pada pasien dengan arthritis reumatoid hanya diberikan terapi analgesic sebagai implementasi kolaborasi dokter dan didapatkan hasil yang kurang maksimal karena pasien dengan artritis reumatoid akan kembali ke Puskesmas dengan keluhan nyeri artritis reumatoid jika terapi anal gesik habis, bahkan dapat menyerang pencernaan karena efek terapi analgesik tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Siska,et.al (2012) mengenai “Pengaruh Kompres Jahe Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lanjut Usia”. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terapi kompres jahe hangat berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri artritis sebelum dan sesudah dilakukan kompres jahe hangat didapat nilai signifikan 0.000.

(3)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2014), dengan judul ”Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rhematoid Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar tahun 2014” disimpulkan bahwa kompres hangat jahe berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri artritis rhematoid yang dapat dilanjutkan sebagai intervensi mandiri oleh penderita artritis rhematoid dengan ρvalue = 0,000.

Intervensi nonfarmakologis menurut Smeltzer et al. (2010) meliputi masase, terapi es dan panas, stimulasi listrik syaraf transkutaneus (TENS), teknik relaksasi, distraksi, hipnosis, dan musik.

Salah satu terapi panas dengan kompres jahe hangat, dimana pada jahe terdapat kandungan seperti ginggerol, shogaol, dan zingerone yang dapat memberikan efek farmakologis seperti antioksidan, anti inflamasi, analgesik, dan antikarsinogenik, sehingga dapat mengobati artritis reumatoid, asma, stroke, mual, demam dan infeksi (Hernani & Winarti, 2010).

Cara untuk mengurangi nyeri pada penderita artritis reumatoid salah satunya adalah kompres jahe hangat, karena jahe memiliki kandungan enzim siklo-oksigenase yang dapat mengurangi peradangan pada penderita arthritis reumatoid, selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah aplikasi panas (Brunner and Suddarth, 2010).

Metode

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan pada lansia yang mengalami Artritis reumatoid dengan masalah Nyeri.

Subjek yang digunakan adalah 2 keluarga lansia dengan masalah keperawatan Nyeri dengan diagnose medis Artritis Reumatoid. Kedua partisipan memiliki masalah keperawatan dan diagnosis medis yang sama.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Wawancara (data dasar keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga, dan fungsi perawatan kesehatan).

Observasi dan pemeriksaan fisik data dasar keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga, dan fungsi perawatan kesehatan.

Data dikumpulkan dari hasil wawancara dan observasi. Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan dan disalin secara struktur. Setelah itu data dikelompokkan menjadi data subjektif dan data objektif, diagnosis dan dibandingkan hasil yang normal.

Penyajian data dilakukan dengan tabel.

Kerahasiaan klien sangat dijaga dengan cara membuat initial pada nama klien. Dari data yang disajikan kemudian data tersebut dibahas dan dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis.

Hasil dan Pembahasan

Pada tabel Rerata intensitas nyeri pada hari delapan lebih kecil dari pada hari pertama maupun hari sebelumnya dan mengalami penurunan sejak hari pertama. Pada tabel tersebut diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara intensitas nyeri sebelum dilakukan intervensi dan setelah dilakukan intervensi. Hasil

(4)

penelitian menunjukan nilai sebelum diberikan intervensi kompres jahe hangat sebesar 4,13 (SD=1,454) dan setelah diberikan intervensi kompres hangat jahe sebesar 2,96 (SD= 1,398).

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 14 Februari 2018, didapatkan bahwa dari ketiga pasien memiliki usia rerata 64 tahun dan ketiga berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan nilai ambang nyeri seseorang akan meningkat seiring bertambahnya usia dan semakin bertambah pula pemahaman terhadap nyeri dan usaha untuk mengatasinya (Hidayat, 2008).

Lanjut Usia merupakan proses penuaan yang akan dialami oleh setiap individu tanpa ada seorangpun yang dapat mencegahnya dan tentunya keadaan ini juga akan berdampak pada penurunan kondisi fisik dan kesehatan (Replita, 2014).

Selain karena proses penuaan, salah satunya adalah penurunan sistem muskuloskeletal dimana terjadi perubahan komposisi tulang rawan dan kandungan air yang dapat mempengaruhi beban sendi sehingga dapat menyebabkan nyeri sendi dan deformitas pada tulang rawan (Masumeci, et al, 2015).

Perempuan yang telah menepouse dan memasuki masa usia lanjut mengalami penurunan hormon esterogen sehingga terjadi ketidakseimbangan osteoblas dan osteoklas yang mengakibatkan penurunan massa tulang sehingga menyebabkan tulang menipis, berongga, kekakuan sendi, pengelupasan tulang rawan sendi sehingga terjadi nyeri sendi (Smetzler, et al. 2010).

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, dapat ditegakan diagnosa keperawatan pertama adalah Nyeri kronis. Ketiga pasien memiliki intensitas nyeri yang sama dengan skala

nyeri 5 – 6 (nyeri sedang), nyeri yang dialami ketiga pasien berbeda-beda.

Pada Ny. S mengatakan kaku pada sendi, terjadi saat akan bangun dari duduk dan jongkok, nyeri bertambah bila di gunakan untuk berjalan nyeri yang dirasakan pada lutut sebelah kanan, nyeri seperti tersayat dengan skala nyeri 6 (nyeri sedang), lamanya nyeri 10 – 15 menit.

Pada Ny. U mengatakan nyeri pada lutut dan paha kanan, kaku pada sendi dan kesemutan, dengan skala nyeri 5 (nyeri sedang), lebih sering dirasakan pada pagi dan sore hari, lamanya nyeri 5 – 10 menit. Dan pada Ny. A mengatakan nyeri pada lutut dan tumit kanan mengalami pembengkakkan, nyeri dirasakan seperti tersayat dengan skala nyeri 6 (nyeri sedang), nyeri bertambah saat melakukan aktivitas berat, lamanya nyeri 5 – 10 menit.

Hal ini sesuai dengan teori yang ada, penyebab dari nyeri sendi meliputi usia lebih dari 60 tahun, jenis kelamin wanita lebih sering, faktor genetik, obesitas, cedera sendi, pekerjaan atau olahraga, serta kepadatan tulang.

Tanda gejala dari nyeri sendi meliputi kekakuan, bengkak, dan nyeri yang membuat penderita sulit berjalan, mendaki, duduk, dan bangkit dari kursi serta kaku di pagi hari (Kurnia Dewi, 2009). Diagnosa utama yang sering terjadi pada artritis reumatoid adalah nyeri akibat pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan dengan intensitas ringan hingga berat (Deni Yasmara, et al, 2016).

Menurut Smeltzer et al. (2010) terapi nonfarmakologis untuk menurunkan intensitas nyeri meliputi masase, terapi es dan panas, stimulasi listrik syaraf transkutaneus (TENS), teknik relaksasi, distraksi, hipnosis, dan musik.

(5)

Manajemen nyeri yang dilakukan oleh Deni Yasmara (2016), dengan menggunakan analgetik, stimulasi listrik syaraf transkutaneus (TENS), kompres es atau dingin, relaksasi progresif, dan intervensi bedah.

Dari permasalahan yang ada, penulis lebih memfokuskan pada manajemen nyeri dengan pemberian tindakan nonfarmakologis yaitu kompres jahe hangat sesuai dengan penelitian yang telah ada. Intervensi ini juga dapat membantu keluarga dalam memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita artritis reumatoid secara mandiri.

Kompres jahe hangat dapat menurunkan nyeri atritis rhematoid.

Kompres jahe merupakan pengobatan tradisional atau terapi mon farmakologis untuk mengurangi nyeri artritis rhematoid. Dimana jahe terdapat kandungan seperti ginggerol, shogaol, dan zingerone yang dapat memberikan efek farmakologis seperti antioksidan, anti inflamasi, analgesik, dan antikarsinogenik, sehingga dapat mengobati artritis reumatoid, asma, stroke, mual, demam dan infeksi (Hernani & Winarti, 2010).

Beberapa hasil penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini.

Siska Damaiyanti, et.al (2012) menjelaskan bahwa kompres jahe hangat memiliki kandungan enzim siklo- oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita artritis reumatoid, selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat memperlancar sirkulasi darah.

Terapi kompres jahe hangat diberikan pada semua responden penelitian selama 20 menit dan berpengaruh terhadap penurunan

intensitas nyeri artritis sebelum dan sesudah dilakukan kompres jahe hangat dengan hasil penelitian rata-rata (mean) skala artritis reumatoid pre-test 4,79 dan rata-rata intensitas nyeri post-test 2,58.

Dan hasil analisa data penelitian dengan menggunakan uji-t test didapat nilai signifikan 0.000.

Penelitian lain Susanti, (2014) tentang pengaruh kompres jahe terhadap intensitas nyeri penderita arthritis reumathoid sebanyak 20 orang lansia yang menderita rheumathoid arthritis dengan rata-rata nyeri sebelum kompres jahe (pre-test) yaitu 3,80 dengan standar deviasi 1,005 dan rata-rata nyeri setelah kompres jahe (post-test) yaitu 2,80 dengan standar deviasi 1,005 berdasarkan uji Wilcoxon didapatkan pvalue 0,000 (<0,05), berarti ada pengaruh yang signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri artritis rheumathoid pada lansia.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian penulis bahwa terdapat penurunan intensitas nyeri pada artritis reumatoid yang di tunjukan dengan adanya penurunan skor intensitas nyeri setelah dilakukan intervensi kompres jahe hangat. Intervensi kompres jahe hangat diberikan selama 20 menit kepada setiap responden.

Hasil penelitian menunjukan nilai sebelum diberikan intervensi kompres jahe hangat sebesar 4,13 (SD=1,454) dan setelah diberikan intervensi kompres hangat jahe sebesar 2,96 (SD= 1,398).

Penurunan intensitas nyeri setelah intervensi kompres jahe hangat berkisar pada penurunan 1-2 tingkat dari intensitas nyeri sebelumnya. Dimana sebelum dilakukan intervensi kompres jahe hangat skala nyeri berkisar 5 – 6 (nyeri sedang).

Dan setelah dilakukan intervensi kompres jahe hangat terdapat penurunan intensitas nyeri, dua responden dengan

(6)

skala nyeri 1 – 2 (nyeri ringan), dan satu responden yang sudah tidak mengalami nyeri.

Hasil evaluasi subyektif dari responden penelitian, bahwa setelah dilakukan intervensi kompres jahe hangat, responden merasa lebih rileks, tidur lebih lelap, nyeri dan bengkak berkurang, persendian tidak kaku dan lebih ringan dalam pergerakan sendi.

Hal ini karena didalam jahe terdapat enzim siklo-oksigenasi yang dapat melancarkan sirkulasi darah, memberikan rasa hangat dan menimbulkan rasa rileks sehingga dapat mengurangi nyeri.

Kesimpulan

Hasil intensitas nyeri sebelum dilakukan intervensi kompres jahe hangat pada ketiga responden menunjukan skala nyeri 5–6 (nyeri sedang). Dan setelah dilakukan intervensi kompres jahe hangat terdapat penurunan intensitas nyeri, dua responden dengan skala nyeri 1–2 (nyeri ringan), dan satu responden yang sudah tidak mengalami nyeri. Dimana setiap responden memiliki karakteristik nyeri yang berbeda dan diberi perlakuan yang sama saat intervensi.

Hasil penelitian menunjukan nilai sebelum diberikan intervensi kompres jahe hangat sebesar 4,13 (SD=1,454) dan setelah diberikan intervensi kompres jahe hangat sebesar 2,96 (SD= 1,398).

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh kompres jahe hangat terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien artritis reumatoid.

Daftar Pustaka

[1] Achjar, Komang Ayu Henny.(2010).

Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Cetakan I.

Jakarta: Sagung seto

[2] Anas Tamsuri. (2006). Konsep dan penatalaksanaan nyeri.. Buku kedokteran .Jakarta : EGC

[3] Damayanti,Siska,et.al.(2012).Pengar uh kompres jahe hangat terhadap penurunan intensitas nyeri arthritis rheumatoid pada lanjut usia di panti sosial tresna werdha kasih saying ibu kanagarian cubadak batusangkar 2012 di akses pada tanggal 29 januari 2018

[4] Hernanidan Christina Winarti.(2010).

kandungan bahan aktif jahe dan pemanfaatannya dalam bidang kesehatan.Bogor

Referensi

Dokumen terkait

Notaris merupakan Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat Akta Otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan

Rangsang nyeri yang digunakan pada metode ini berupa hot-plate yang panas dengan suhu suhu 55 ± 0,5 ºC dimana kaki mencit diletakkan ke atas hot-plate, maka nanti mencit

Kemerahan (rubor), kemerahan terjadi pada tahap pertama inflamasi (Kee dan Hayes, 1993). Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai darah itu melebar,

Fournies ada empat alasan yang menyebabkan orang tidak melakukan unjuk kerja sebagaimana seharusnya sesuai dengan potensi yang mereka miliki yaitu mereka tidak tahu apa, bagaimana

Batasan struktur dalam penelitian ini adalah bentuk yang menyertai keishiki meishi mono dan jenis kelas kata yang mengikutinya, serta makna yang

Implementasi jaringan dan pengujian kapasitas bandwidth melalui mikrotik dengan metode PCQ (Per Connection Queue) prinsipnya menggunakan metode antrian/Queue untuk

Dengan mengambil analogi di atas, maka proyek pemetaan seperti yang pertama kali akan dilakukan oleh swasta melalui proyek NEXTMap Indonesia ini pun sejatinya