commit to user
1
PENGARUH KONSUMSI HATI AYAM TERHADAP KADAR
HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II
DI PUSKESMAS NGORESAN
Effect of Chicken Liver Consumption on Hemoglobin Level of Pregnant Mothers in Trimester II at Community Health Center of Ngoresan
Rona Luthfi Fauziyyah
1), Angesti Nugraheni
2), Erindra Budi C
3)Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran UNS
ABSTRACT
Background: Anemia becomes a nutritional disorder that pregnant mothers most
suffer from due to inadequate supply of iron substance during pregnancy which
requires it in a larger quantity. Chicken liver becomes one of the choices for the
community as the animal protein source which is easy to get and which is full of
iron. This research aims to investigate the effect of the chicken liver consumption
on the hemoglobin level of the pregnant mothers in Trimester II.
Method: This research used the quasi experimental research method with the
non-equivalent control group design. The samples of research consisted of 26
respondents. They were divided into two groups, control group and experimental
group. Each consisted of 13 respondents. The hemoglobin level was measured
prior and following the intervention. The intervention was done through the
administration of chicken liver and iron tablet consumption to the experimental
group and that of iron tablet consumption only to the control group. The
instruments to collect the data of research were observation sheet, digital food
scale, and digital hemoglobin meter. The data were statistically analyzed by using
the independent t-test.
Result: The control group had an increase of hemoglobin level as much as 0.01
gr/dl, whereas the experimental group had an increase of hemoglobin level as
much as 2.28 gr/dl as indicated by the p-
value (0.00) < α (0.05).
Conclusion: There was an effect of the chicken liver consumption on the
hemoglobin level of the pregnant mothers in Trimester II.
commit to user
2
PENDAHULUAN
Kunci
penting
untuk
mengoptimalkan
kesehatan
ibu
dan
perkembangan janin dalam kandungan
adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi
selama
masa kehamilan. Ibu hamil
menjadi salah satu kelompok yang rentan
kekurangan gizi karena sering tidak
terpenuhinya
kebutuhan
gizi
yang
meningkat
sehingga
menimbulkan
gangguan gizi, diantaranya yang paling
sering terjadi adalah anemia dalam
kehamilan.
Berdasarkan data Riskesdas tahun
2013, terdapat 37,1% ibu hamil dengan
anemia.
Hal
ini
meningkat
jika
dibandingkan dengan prevalensi anemia
pada ibu hamil di tahun 2010 yaitu sebesar
24,5%. Anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
kurang dari 11 g/dl pada trimester I dan
III, serta kurang dari 10,5 g/dl pada
trimester II (Fatimah, 2011). Laporan
Wor ld Health Organization
(WHO) tahun
2010 menunjukkan bahwa sekitar 56%
dari seluruh jenis anemia diperkirakan
akibat dari defisiensi zat besi.
Anemia
defisiensi
besi
pada
kehamilan yang tidak segera ditangani
dapat menyebabkan banyak masalah serius
baik pada ibu maupun janinnya. Risiko
yang mungkin terjadi pada ibu, yaitu
meningkatkan kejadian perdarahan saat
persalinan dan trauma setelah melahirkan.
Sedangkan pada bayi akan meningkatkan
risiko kelahiran kurang bulan (premature)
bahkan kejadian kelahiran bayi dengan
berat badan lahir rendah (Prawirohardjo,
2010).
Kebutuhan besi meningkat selama
hamil untuk memenuhi kebutuhan besi
akibat
peningkatan
volume
darah
menyediakan besi bagi janin dan plasenta,
serta menggantikan kehilangan darah saat
persalinan (FKMUI, 2011). Zat besi
dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel
darah merah janin sebesar 246 mg,
kebutuhan
plasenta
134
mg,
untuk
perbanyakan sel-sel darah merah ibu hamil
sebesar 290 mg, serta untuk meningkatkan
massa hemoglobin termasuk simpanan
sebanyak 500 mg. Jika dijumlahkan maka
tambahan kebutuhan zat besi selama
kehamilan adalah 1.050 mg atau setara
dengan 1,1 gram. Kebutuhan zat besi
selama kehamilan trimester I relatif sedikit
yaitu 26 mg per hari, kemudian meningkat
tajam saat memasuki trimester II yaitu 35
mg per hari dan sebanyak 39 mg per hari
saat trimester III (Ramayulis, dkk, 2009).
Suplementasi rutin zat besi tidak
disarankan bagi semua ibu hamil dan
biasanya hanya disarankan bagi mereka
yang memiliki riwayat anemia yang
berkemungkinan memiliki cadangan zat
besi
yang
rendah
atau
yang
mengembangkan
tanda-tanda
klinis
anemia selama hamil. Wanita yang
berisiko mengalami defisiensi besi selama
kehamilan adalah mereka yang memulai
kehamilannya dengan cadangan zat besi
yang rendah (More, 2014).
Salah
satu upaya penanganan
anemia dalam kehamilan dapat dilakukan
melalui peningkatan konsumsi makanan
yang mengandung besi heme, dimana
kandungan terbesarnya terdapat dalam
sumber hewani. Hati ayam merupakan
salah satu sumber besi heme yang baik dan
mudah dijumpai dikalangan masyarakat
dan memiliki nilai bioavailabilitas lebih
tinggi dibandingkan sumber zat besi dari
sayuran hijau dan jenis kacang-kacangan
(Ramayulis, dkk, 2009).
Besi
merupakan
mikronutrien
essensial dalam memproduksi hemoglobin
yang berfungsi mengantar oksigen dari
paru-paru ke jaringan tubuh, untuk
diekskresikan ke dalam udara pernafasan,
sitokrom, dan komponen lain pada sistem
enzim
pernafasan
seperti
sitokrom
oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi
berperan dalam sintesis hemoglobin dalam
sel darah merah dan mioglobin dalam sel
otot (Zarianis, 2006).
commit to user
3
berada dalam epitel usus akan dilepaskan
dari
rantai
porfirin
oleh
enzim
haemoxygenase, kemudian ditransfer ke
dalam plasma atau disimpan dalam
ferritin. Dengan kata lain hati ayam
mengandung jenis besi yang diserap tubuh
secara langsung tanpa dipengaruhi oleh
bahan penghambat atau pemacu, sehingga
bagi ibu hamil yang mengkonsumsi hati
ayam dan bentuk olahan lain dari bahan
hati yang baik sesuai anjuran, yaitu
sebanyak 75 gram per minggu akan
membantu memenuhi kebutuhan besi
selama kehamilan secara maksimal. Hal
inilah
yang
membedakan
presentase
penyerapan besi heme akan jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan besi non heme
(HealthLinkBC, 2014).
Berdasarkan
studi
pendahuluan
yang dilakukan dengan mewawancarai dan
mengukur kadar hemoglobin 5 ibu hamil
trimester II di wilayah kerja Puskesmas
Ngoresan, didapatkan hasil bahwa seluruh
responden ibu hamil tersebut sering
mengalami pusing, terlihat pucat, dan
memiliki rata-rata kadar
hemoglobin
sebesar 9,2 gr/dl atau termasuk dalam
ketegori
anemia
ringan.
Responden
mengaku rutin mengkonsumsi tablet besi
dan berupaya mendapatkan asupan besi
dari makanan sehari-hari yang berupa
sayuran hijau, tahu, tempe, dan telur ayam,
namun
tidak
satu
pun
ibu
yang
mengkonsumsi hati ayam secara rutin
dengan tujuan untuk memperbaiki kadar
hemoglobin selama masa kehamilan.
Mengingat kurang adekuatnya zat
besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil,
maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh
Konsumsi Hati Ayam terhadap Kadar
Hemoglobin pada Ibu Hamil Trimester II
di Puskesmas Ngoresan”.
Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh konsumsi hati ayam terhadap
kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester
II di Puskesmas Ngoresan.
Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi ibu hamil dan masyarakat
dengan membarikan wawasan dan upaya
untuk meningkatkan kadar hemoglobin
selain dari pengkonsumsian tablet besi.
hasil
penelitian
ini
juga
dapat
dimanfaatkan bagi institusi kesehatan
sebagai bahan masukan bagi perumus
kebijakan
khususnya
dalam
upaya
meningkatkan kadar hemoglobin dan
penanggulangan
dini
terhadap
kasus
anemia yang banyak terjadi pada pada ibu
hamil.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian
eksperimen
semu
(quasi
experiment design) dengan rancangan non
equivalent
control
group.
Penelitian
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Ngoresan Kota Surakarta pada bulan
Desember 2014 hingga Juli 2015. Populasi
target dalam penelitian ini adalah semua
ibu hamil yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Ngoresan dan populasi aktual
terdiri dari ibu hamil trimester II.
Penelitian ini menggunakan sampel jenuh
(total sampling) sehingga didapat 26
responden yang telah memenuhi kriteria
inklusi yaitu ibu hamil usia 20-35 tahun,
usia kehamilan 22-24 minggu, paritas < 3,
ukuran lingkaran lengan atas > 23,5 cm,
memiliki kadar hemoglobin awal 8-10
g/dl, mengkonsumsi satu tablet Fe yang
diberikan oleh pihak Puskesmas Ngoresan
secara teratur setiap hari, dan bersedia
mengikuti
penelitian
ini
dengan
menandatangani informed consent.
Responden dalam penelitian ini
dikelompokkan secara non randomized
dengan memperhatikan faktor kebiasaan
dalam mengkonsumsi hati ayam menjadi
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, masing-masing kelompok terdiri
dari 13 responden. Seluruh responden
penelitian
ini
kemudian
dilakukan
screening
untuk
menentukan
kadar
hemoglobin pra dan pasca intervensi.
Pemberian intervensi berupa konsumsi hati
ayam dan tablet besi pada kelompok
eksperimen, dan hanya konsumsi tablet
besi pada kelompok kontrol.
commit to user
4
hati dan tablet besi pada responden,
sedangkan hati ayam yang dikonsumsi
diukur menggunakan timbangan bahan
makanan digital. Kadar hemoglobin diukur
menggunakan hemoglobinometer digital
dengan merk dagang Quick-Check
®yang
diproduksi tahun 2011 oleh ACON
Biotech (Hangzhou) Co.
Data yang diperoleh kemudian
diolah dan dianalisis dengan menggunakan
program SPSS (Statistical Package for
Social Science) versi 21. Analisis data
menggunakan uji analisis data statistik
parametrik dengan derajat kepercayaan
sebesar 95%. Uji statistik yang digunakan
dalam penelitian adalah uji komparasi,
yaitu
membandingkan
nilai
variabel
dependen sebelum dan sesudah dilakukan
perlakuan pada kelompok eksperimen.
Hasil pengukuran kadar hemoglobin pasca
intervensi pada kelompok eksperimen
kemudian dibandingkan dengan hasil
pengukuran
pada
kelompok
kontrol
menggunakan independent t-test.
HASIL
A.
Analisis Univariat
Tabel 1. Karakteristik Responden
Berdasarkan Gravida dan
Pendidikan
Karakteristik Kontrol Eksperimen
(F) (%) (F) (%)
Gravida
a.Primigravida 4 30.8 5 38.5
b.Multigravida 9 69.2 8 61.5
Total 13 13
Pendidikan
a.SMP 4 30.8 1 7.7
b.SMA 8 61.5 11 84.6
c.PT 1 7.7 1 7.7
Total 13 13
Tabel
1
menunjukkan
bahwa mayoritas responden dalam
penelitian
berdasarkan
status
gravida
adalah
multigravida
dengan sebanyak 9 responden
(69,2%) pada kelompok kontrol
dan sebanyak 8 responden (61,5%)
pada
kelompok
eksperimen.
Menurut
pendidikan
terakhir,
mayoritas adalah berpendidikan
SMA yaitu sebanyak 8 responden
(61,5%) pada kelompok kontrol
dan
sebanyak
11
responden
(84,6%)
pada
kelompok
eksperimen.
Tabel 2. Rerata Kadar Hemoglobin
Ibu Hamil Pra Intervensi
Pada Kelompok Kontrol
dan
Kelompok
Eksperimen
Kadar
Hemoglobin N Mean SD
Kelompok
Kontrol 13 9,25 0,35
Kelompok
Eksperimen 13 9,16 0,58
Total 26
Tabel
2.
menunjukkan
bahwa rerata kadar hemoglobin ibu
hamil sebelum diberikan intervensi
konsumsi hati ayam yaitu 9,25
gr/dl pada kelompok kontrol dan
9,16
gr/dl
pada
kelompok
eksperimen.
Tabel 3. Rerata Kadar Hemoglobin
Ibu
Hamil
Pasca
Intervensi
Pada
Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
Kadar
Hemoglobin N Mean SD
Kelompok
Kontrol 13 9,26 0,36
Kelompok
Eksperimen 13 11.44 0,77
Total 26
Tabel
3.
menunjukkan
bahwa rerata kadar hemoglobin ibu
hamil setelah diberikan intervensi
konsumsi hati ayam yaitu 9,26
gr/dl pada kelompok kontrol dan
11,44
gr/dl
pada
kelompok
commit to user
5
B.
Analisis Bivariat
Tabel 4. Kadar Hemoglobin Pasca
Intervensi
Pada
Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
Variabel N Mean SD p
value Kelompok
Eksperimen 13 11,44 0,77 0.00 Kelompok
Kontrol 13 9,26 0,36
Total 26
Tabel
4.
menunjukkan
rerata kadar hemoglobin ibu hamil
setelah
diberikan
intervensi
konsumsi
hati
ayam
pada
kelompok
eksperimen
adalah
sebesar 11,44 gr/dl dan rerata
sebesar 9,26 gr/dl pada kelompok
kontrol. Hasil analisis dari uji
statsitik
independent
t-test
diperoleh nilai p (0.00) <
α (0.05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh pemberian konsumsi hati
ayam terhadap peningkatan kadar
hemoglobin
pada
kelompok
eksperimen.
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik Responden
Berdasarkan
hasil
penelitian yang telah disajikan
pada tabel 1, diperoleh status
gravida
terbanyak
adalah
multigravida (kehamilan lebih dari
satu kali) yaitu sebanyak 17
responden
(65,4%)
sedangkan
primigravida (kehamilan satu kali)
sebanyak 9 responden (34,6%).
Anemia cenderung terjadi pada ibu
dengan kehamilan > 3 kali, karena
proses
kehamilan
dapat
menghabiskan cadangan gizi tubuh
ibu (Arisman, 2004).
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Merida (2013)
pada ibu hamil dengan anemia di
Puskesmas Sail Pekanbaru yang
menunjukkan
bahwa
dari
30
responden
ibu
anemia
63,3%
diantaranya
merupakan
multigravida
dan
36,7%
primigravida. Seorang ibu yang
sering
hamil
memiliki
risiko
mengalami anemia pada kehamilan
berikutnya
apabila
tidak
memperhatikan
dan
mencukupi
kebutuhan nutrisinya dengan baik.
Seorang ibu dengan kehamilan
pertama
juga
dapat
berisiko
mengalami anemia karena belum
memiliki
pengalaman
sehingga
berdampak pula pada perilaku yang
berkaitan dengan asupan nutrisinya
(Madhavi dan Singh, 2011).
Mayoritas responden ibu
hamil
trimester
II
adalah
pendidikan SMA yaitu sebanyak
19
responden
(73,1%).
Latar
belakang pendidikan merupakan
faktor yang mempengaruhi pola
pikir
seseorang
termasuk
membentuk
kemampuan
untuk
memahami
faktor-faktor
yang
berkaitan dengan penyakit dan
menggunakan
pengetahuan
tersebut untuk menjaga kesehatan
(Perry dan Potter, 2005).
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Maharani (2012)
tentang
hubungan
kadar
hemoglobin
pada
perdarahan
antepartum dengan skor apgar,
berdasarkan
hasil
analisis
karakteristik
pendidikan
respondennya menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan bermakna
antara
kelompok
anemia
dan
kelompok tidak anemia. Peneliti
mengkaji
lebih
lanjut tentang
karakteristik
pada
tingkat
pendidikan rendah (tidak sekolah,
SD, SMP) dan didapatkan hasil
bahwa tingakat pendidikan rendah
memiliki risiko sebesar 1,16 kali
untuk
mengalami
anemia
dibandingkan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi. Pada dasarnya
ilmu dan pengetahuan diperoleh
commit to user
6
dilakukan dimana saja, oleh siapa
saja, dan kapan saja, sehingga
setiap orang terlepas dari latar
belakang
pendidikannya
dapat
memperoleh
informasi
dari
berbagai tempat dan media
seluas-luasnya (Erfandi, 2009).
B.
Pengaruh Konsumsi Hati Ayam
Terhadap Kadar Hemoglobin
Berdasarkan
penelitian
yang telah dilakukan, didapatkan
nilai p (0.00
) < α (0.
05) dengan
menggunakan
uji
statistik
independent t-test.
Hal tersebut
menunjukkan bahwa H
0ditolak
karena terdapat pengaruh yang
signifikan antara konsumsi hati
ayam terhadap kadar hemoglobin
pada ibu hamil trimester II.
Kadar
hemoglobin
responden
kelompok
kontrol
setelah
diberikan
intervensi
suplementasi
tablet
besi
menunjukkan masih mengalami
anemia
dengan
rerata
kadar
hemoglobin sebesar 9,26 gr/dl.
Pada kelompok eksperimen
mula-mula
memiliki
rerata
kadar
hemoglobin 9,16 gr/dl, setelah
mendapat intervensi rerata kadar
hemoglobinnya
menjadi
11,44
gr/dl atau sudah termasuk dalam
batas
normal
pada
kadar
hemoglobin ibu hamil.
Anemia pada kehamilan
terjadi karena adanya perubahan
fisiologis
yang
terjadi
karena
adanya proses hemodilusi yang
mempengaruhi jumlah sel darah
merah
dalam
kehamilan.
Peningkatan volume darah tersebut
terjadi akibat peningkatan plasma
darah
yang
besar,
namun
peningkatan sel darah merah tidak
seimbang
dengan
peningkatan
plasma. Ketidakseimbangan inilah
yang
terlihat
dalam
bentuk
penurunan kadar hemoglobin, jika
dibawah batas normal maka akan
mengalami anemia (Cunningham,
2006).
Anemia gizi besi yang
terjadi karena kandungan zat besi
pada makanan yang dikonsumsi
tidak memenuhi kebutuhan. Secara
umum, upaya yang dilakukan
untuk menangani kasus anemia
pada
wanita
hamil
dengan
mengkonsumsi suplemen zat besi
guna memenuhi kebutuhan sintesis
hemoglobin baik untuk ibu maupun
janin (Fatimah, 2011). Terapi
pemenuhan kebutuhan zat besi
dengan zat besi oral banyak
menimbulkan efek samping, seperti
mual, dyspepsia, dan konstipasi
yang menimbulkan rasa tidak
nyaman pada wanita hamil (More,
2014). Namun, pengaturan diet
tidak kalah penting dilakukan
karena zat besi lebih mudah diserap
dari bahan makanan langsung
dibandingkan dengan zat besi oral
(Adriani dan Wirjatmadi, 2013).
Bahan makanan yang kaya
akan kandungan zat besi berasal
dari
hewani
yang
merupakan
sumber protein dan berperan dalam
proses
hemopoesis
(Astawan,
2012). Salah satu sumber protein
hewani yang mudah dijumpai di
kalangan masyarakat yaitu hati
ayam buras atau yang lebih dikenal
dengan hati ayam kampung yang
memiliki
kandungan
zat
besi
sebanyak 18,7 gram per 75 gram.
Zat besi merupakan mineral yang
berperan penting dalam proses
pembentukkan sel darah merah.
Apabila produksi sel darah merah
dalam tubuh dapat tercukupi, maka
kadar hemoglobin dalam darah
akan normal (Arisman, 2007).
Zat
besi
yang
banyak
terkandung
dalam
hati
ayam
merupakan unsur penting dalam
pembentukan sel darah merah.
Terjadinya
gangguan
dalam
commit to user
7
itulah yang menyebabkan kadar
hemoglobin dalam darah menjadi
tidak normal (Astawan, 2012).
Intervensi berupa pemberian hati
ayam
kepada
kelompok
eksperimen dapat dianggap sebagai
upaya
memperbaiki
keadaan
anemia yang sering terjadi pada ibu
hamil dengan meningkatkan kadar
hemoglobin melalui asupan nutrisi.
Zat besi dalam hati ayam kampung
yang sudah dalam bentuk ferro
(Fe
2+)
sehingga
lebih
mudah
diserap tubuh tanpa dipengaruhi
faktor penghambat zat besi dan
tidak membutuhkan reduksi. Pada
proses pencernaan besi dalam
bentuk ferro (Fe
2+) tersebut akan
dioksidasi di dalam usus untuk
berikatan
dengan
apoferritin,
kemudian
ditransformasikan
menjadi ferritin dan dibebaskan ke
dalam
plasma
darah
yang
kemudian terjadi proses pengikatan
transferin dan diangkut ke sumsum
tulang belakang untuk bergabung
membentuk hemoglobin (Adriani
dan Wirjatmadi, 2013).
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
adanya
peningkatan
kadar
hemoglobin
yang signifikan setelah pemberian
intervensi berupa konsumsi hati
ayam selama 4 minggu. Hal
tersebut mengandung arti bahwa
konsumsi
hati
ayam
dapat
dianjurkan untuk ibu hamil dalam
membantu meningkatkan kadar
hemoglobin
dan
memenuhi
kebutuhan
zat
besi,
sehingga
diharapkan
dapat
mengurangi
kejadian
anemia
bahkan
mengurangi angka kesakitan dan
kematian akibat anemia dalam
kehamilan.
SIMPULAN DAN SARAN
A.
SIMPULAN
Berdasarkan
penelitian
yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1.
Rerata kadar hemoglobin ibu
hamil
trimester
II
pada
kelompok
kontrol
pra
intervensi sebesar 9,25 gr/dl
dan rerata kadar hemoglobin
pasca intervensi sebesar 9,26
gr/dl.
2.
Rerata kadar hemoglobin ibu
hamil
trimester
II
pada
kelompok
eksperimen
pra
intervensi sebesar 9,16 gr/dl
dan rerata kadar hemoglobin
pasca intervensi sebesar 11,44
gr/dl.
3.
Hasil analisis menggunakan
independent
t-test
menunjukkan
bahwa
ada
pengaruh konsumsi pemberian
hati
ayam
terhadap
kadar
hemoglobin ibu hamil trimester
II di Puskesmas Ngoresan
dengan nilai p (0.
00) < α
(0.05).
B.
SARAN
1.
Bagi ibu hamil
Umumnya sebagai bahan
informasi kepada ibu hamil
bahwa dengan mengkonsumsi
hati ayam kampung sebanyak
75 gram per minggu secara
rutin selama 4 minggu dapat
digunakan sebagai upaya untuk
meningkatkan
kadar
hemoglobin
dan
khususnya
bagi
ibu
hamil
kelompok
eksperimen
untuk
tetap
mengkonsumsi
hati
ayam
sebagai upaya mempertahankan
kadar hemoglobin yang sudah
meningkat atau normal hingga
menjelang persalinan bahkan
saat nifas dan menyusui.
2.
Bagi institusi kesehatan
Menjadi
bahan
evaluasi
commit to user
8
pemberian tablet zat besi pada
ibu
hamil
sehingga
hasil
penelitian ini dapat memberi
masukan
bagi
perumus
kebijakan, khususnya dalam
upaya
meningkatkan
kadar
hemoglobin
dan
penanggulangan dini terhadap
kasus anemia pada ibu hamil
dengan
memfasilitasi
penyebaran informasi tentang
konsumsi hati ayam sebagai
asupan nutrisi yang kaya akan
zat
besi
melalui
berbagai
kegiatan dengan sasaran ibu
hamil.
3.
Bagi peneliti selanjutnya
Mengingat
masih
banyaknya faktor yang belum
dapat dikendalikan oleh peneliti
dalam penelitian ini, maka pada
penelitian
selanjutnya
diharapkan
agar
lebih
mengendalikan
faktor-faktor
perancu
dalam
penelitian,
antara lain: pendapatan, media
sosialisasi, pola konsumsi, dan
bahan makanan yang dapat
mempengaruhi absorpsi besi
baik yang bersifat mengaktifasi
maupun yang menginhibitor
penyerapan zat besi, sehingga
didapatkan
hasil
penelitian
yang lebih baik.
1)
Rona Luthfi Fauziyyah: Mahasiswa
Program Studi D IV Bidan Pendidik FK
UNS
2)
Angesti Nugraheni, S.ST, M.Kes:
Dosen Pembimbing Utama Program Studi
D IV Bidan Pendidik FK UNS
3)
Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes:
Dosen Pembimbing Pendamping Program
Studi D IV Bidan Pendidik FK UNS
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M dan Wirjatmadi, B. 2013.
Pengantar Gizi Masyarakat Cetakan
ke-2. Jakarta: Prenada Media Group.
pp. 48-53.
Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Ulang
Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi.
Jakarta: EGC.
Astawan, M. 2012. Jangan Takut Makan
Enak. Jakarta: Kompas. pp. 4-6.
Cunningham, G. 2006. Williams Obstetri
Edisi 21. Jakarta: EGC. p.193.
Departemen
Gizi
dan
Kesehatan
Masyarakat FKMUI. 2011. Gizi dan
Kesehatan
Masyarakat.
Jakarta:
Rajawali Pers. pp. 141-2.
Fatimah, S dkk. 2011. Pola Konsumsi dan
Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil
di
Kabupaten
Maros,
Sulawesi
Selatan. Makara, Kesehatan. Vol.
15(1): 31-36.
HealthLinkBC. 2014. Iron in Foods.
Nutrition Series. Number 68d.
Madhavi L. H. dan Singh H. K. G. 2011.
Nutritional Status of Rural Pregnant
Women vol 4.
People’s Journal of
Scientific Research.
Khaja Banda
Nawaz Institute of Medical Science.
www.psjr.org/5-Dr.%20Madhavi%20LH
diakses
tanggal 28 Mei 2015
Maharani, I. 2012. Hubungan Kadar
Hemoglobin
Pada
Perdarahan
Antepartum dengan Skor Apgar.
Karya Ilmiah Program Pendidikan
Sarjana
Kedokteran.
Universitas
Diponegoro Semarang.
More, J. 2014. Gizi Bayi, Anak dan
Remaja.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar. pp. 143.
commit to user
9
Ramayulis, R. dkk. 2009. Menu dan Resep
untuk Ibu Hamil.
Jakarta: Penebar
Plus. pp. 17-8.
WHO. 2012. Worldwide prevalence of
anemia on Anemia Geneva, World
Health
Organization,
2012.
http://www.who.int/vmnis/database/a
nemia_data_status_t3/en/
diakses
tanggal 5 Januari 2015.
Zarianis. 2006. Efek Suplementasi
Besi-Vitamin C dan Besi-Vitamin C terhadap
Kadar Hemoglobin Anak Sekolah
Dasar yang Anemia di Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak. Tesis.
Pascasarjana
Universitas
Diponegoro.
www.undip.ac.id
.