DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………..
iDAFTAR ISI……… iv
BAB 1 PENDAHULUAN………....
11.1 Latar Belakang Masalah………... 1
1.2 Pembatasan Masalah………. 3
1.3 Tujuan Penelitian……….. 4
1.4 Metodologi……… 4
1.5 Organisasi Penulisan………. 7
BAB 2 PERCERAIAN USIA LANJUT DI JEPANG…………. 9
2.1 Jukunen Rikon……….. 9
2.1.1 Definisi Jukunen Rikon………...9
2.1.2 Latar Belakang Jukunen Rikon ………..12
2.2 Wanita Jepang Dalam Kehidupan Sosialnya………....16
BAB 3 ANALISIS KASUS-KASUS PERCERAIAN USIA LANJUT
DI JEPANG………. 24
3.1 Masalah Psikis………...24
3.1.1 Stres……… 24
3.1.1.1 Suami Memperlakukan Istri Seperti Pelayan………... 24
3.1.1.3 Kehadiran Suami Di Rumah Membuat Aktifitas Istri Menjadi
Terbatas………. 28
3.1.1.4 Istri Harus Patuh Pada Suami Dalam Segala Hal………. 30
3.1.1.5 Retired Husband Syndrom Menyebabkan Istri Tertekan Dan Sakit Secara Fisik……… 34
3.1.2 Kecemasan……….. 41
3.1.2.1 Retired Husband Syndrom Menyebabkan Istri Merasa Cemas 41 3.2 Adanya Pemicu Tindakan Jukunen Rikon………… ………...43
3.2.1 Revisi Sistem Pembagian Uang Pensiun……… 43
3.2.2 Pengaruh Drama Jukunen Rikon ………... 48
BAB 4 KESIMPULAN……….... 54
SINOPSIS……….
viDAFTAR PUSTAKA………... x
LAMPIRAN (Terjemahan Sinopsis Drama “Jukunen Rikon” Episode
LAMPIRAN
(Terjemahan Sinopsis Drama “Jukunen Rikon” Episode 1 s/d 9)
Episode 1
Yutakahara Kojiro yang telah menyambut hari pensiunnya bersama istrinya Yoko, secara diam-diam merencanakan untuk mengambil kuliah percakapan bahasa Inggris dan tamasya keluar negeri untuk memulai kehidupan yang baru. Disamping itu, Yoko ternyata bertekad untuk membahas perceraian dengan suaminya. Hal itu hanya sedikit diketahui, Kojiro melihat memo yang bertuliskan “sudah bersusah payah selama 35 tahun. Yoko” yang diletakkan oleh Yoko secara diam-diam. Lalu seperti biasanya, Yoko mengantar suaminya menyelesaikan pekerjaan terakhirnya.
Kojiro yang telah menyelesaikan pekerjaanya yang terakhir, berjalan ke
department store. Dengan diselimuti rasa terima kasih kepada istrinya, ia memesan cincin. Tetapi pada waktu itu, putra sulungnya, Shunsuke bersama seorang wanita yang bernama Satomi. Satomi adalah pacar Shunsuke, mereka berencana akan menikah setelah Satomi resmi bercerai. Kedua orang tersebut akhirnya membantu memilihkan hadiah untuk Kojiro. Dan, Kenbo, anak yang dibawa oleh Satomi memanggil “papa” kepada Shunsuke.
Sementara itu, Yoko menetapkan untuk bekerja di toko barang impor dan mulai mencari apartemen sendiri.
Putri sulung, Kenko yang telah mengetahui tekad ibunya, bersama suaminya Zemi, Shunsuke, Midori merasa terkejut. Bagaimanapun mereka mencoba menghentikan niat untuk bercerai.
Waktu menjadi malam, semua anggota keluarga berkumpul untuk merayakan pensiunnya Kojiro dengan pesta makan malam. Yoko mulai berbicara tentang perceraian. Kenko berusaha mati-matian untuk mengalihkan topik pembicaraan.
Tak lama kemudian Shunsuke pulang ke rumah, bergabung dalam acara tersebut. Ternyata hubungan Shunsuke dengan Satomi dirahasiakannya dari keluarganya. Shunsuke berkeinginan untuk menikahi wanita tersebut secepatnya setelah wanita tersebut bisa membereskan perceraiannya.
Shunsuke yang telah disuruh untuk menghentikan hubungannya dengan Satomi membantah dengan berkata, “Aku akan menikahi Satomi.” Lalu Kojiro mengatakan bahwa betapa sulitnya sebuah pernikahan, dan bagaimana hal ini akan menjadi tidak menyenangkan jika Shunsuke menikahi Satomi. Kojiro mengatakan, “Ayah dan ibu adalah pasangan suami istri yang paling bahagia.” Yoko yang mendengar hal tersebut menjadi tidak tahan lalu tiba-tiba mengatakan, “Saya ingin bercerai.” Pernyataan Yoko membuat Kojiro menjadi bingung.
Episode 2
dan berusaha mati-matian mencari rumah baru. Sampai saat ini dia selalu mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan kepada Kojiro.
Kojiro menerima nasehat dari Zemi, untuk menghentikan niat istrinya itu, ia berjuang memasak dan membersihkan toilet dengan tangannya sendiri yang tidak biasa melakukan hal itu. Kojiro yang mengerti perasaan istrinya, mengeluh, “Rumah tangga seberat inikah..” Akan tetapi terhadapnya, Yoko terus menunjukkan sikap yang dingin. Tidak lama kemudian, Yoko yang telah menemukan barang yang bagus meminta Kojiro bertanggung jawab bersama, akan tetapi Kojiro menolak. Kemudian Yoko membicarakan hal itu kepada pimpinan took barang impor dimana ia bekerja, dan ternyata Satake mau menjadi orang yang bertanggung jawab. Midori mencurigai hubungan Yoko dan Satake.
Pernikahan Shunsuke dan Satomi mungkin akan membuat Yoko mempertimbangkan lagi niatnya untuk bercerai. Oleh sebab itu, Kenko, Zemi, Shunsuke dan Midori mengajak Satomi, Kenji dan Yoko untuk bertemu. Akan tetapi pertemuan tersebut diketahui oleh Kojiro dan keadaan menjadi buruk.
Episode 3
“Besok bawa surat cerainya dan segera dicap!” Bermula dari Kojiro yang berkata seperti itu terhadap Yoko, pembicaraan mengenai perceraian menjadi semakin nyata. Yoko mengatakan bahwa sebelum bercerai ia ingin bertemu dan berbicara dengan seluruh anggota keluarga untuk mengatakan keinginannya.
Keesokan paginya, Kojiro melihat Midori yang libur dari bekerja sedang membawa alat tes kehamilan. Atas petunjuk dari Kenko, Kojiro membawa Midori ke rumah sakit. Menurut hasil pemeriksaan, diketahui Midori telah hamil dua bulan. Kojiro berpikir tentang apa yang harus ia lakukan terhadap putrinya. Ia bertukar pikiran dengan Kenko, Shunsuke dan Zemi.
Kemudian diadakan pertemuan keluarga, dalam pertemuan itu Kojiro tidak membicarakan mengenai perceraian, akan tetapi yang dibahas adalah masalah kehamilan Midori.
Keesokan paginya Kojiro menemui Tonya untuk menanyakan hal yang terjadi pada Midori secara lebih rinci. Kojiro juga bertanya kepada teman-teman Shunsuke dan Satomi. Kojiro mulai merasakan beratnya melindungi rumah tangganya, karenanya ia memohon maaf mengenai hal rumah tangga kepada Yoko, lalu hubungan mereka pun mulai membaik. Walaupun ada kalanya juga hubungan mereka memburuk.
hubungan Yoko dengan Satake mulai bertanya alasan perceraian yang sebenarnya pada Yoko. Yoko bermaksud untuk membela diri, tetapi pembicaraan semakin memanas, lalu Yoko mengatakan bahwa pada hari Sabtu ia akan pergi dari rumah.
Tak lama kemudian, hari pindah rumah pun tiba. Kotaro dan anggota keluarga yang lainnya sambil menanggung pemikiran yang rumit hanya memandang kepergian mobil yang ditumpangi Yoko yang semakin menjauh. Kamar Yoko menjadi kosong, yang tersisa hanya surat cerai yang telah diisi dan kunci duplikat keluarga Yutakahara.
Episode 4
Setelah kepergian Yoko, Kojiro menjadi tidak bersemangat. Tiba-tiba, ibu Kojiro, Kikyueda datang berkunjung. Hubungan Yoko dengan Kikyueda memburuk. Kikyueda belum mengetahui bahwa hubungan Kojiro dan Yoko yang telah berpisah.
Disisi lain, Midori membulatkan hatinya untuk berterus terang memberitahukan tentang kehamilannya kepada Tonya. Midori ingin kembali kerumah.
Kojiro yang mengetahui tentang kebangkrutan Zemi, memberikan setengah dari uang pesangonnya untuk Yoko, dan sisanya dikembalikan kepada Zemi. Dilain pihak, sejak saat itu Yoko meminta dukungan Satake bagi perusahaan Zemi.
Episode 5
Melalui Yoko, Rikko dan Zemi mendapat dukungan dari toko bangunan Kobayashi milik Satake. Akan tetapi, Kojiro tidak mudah untuk mengiyakan hal itu. Dia pun menghadapi berbagai macam masalah dan kecemasan. Kojiro meminta saran kepada Saoru, guru bahasa Inggrisnya mengenai masalah dan kecemasannya. Akhirnya Kojiro pun merasa keadaannya lebih baik.
Episode 6
Yoko menyerahkan surat cerainya ke kantor walikota, akhirnya resmi bercerai dengan Kojiro. Kojiro melangkah kekehidupan yang baru, dia pun mulai mencari pekerjaan, sedangkan Yoko mencari pekerjaan di luar negeri. Ketika itu Zemi berselingkuh dengan seorang pengusaha, Naitoguchi, dan hal ini tidak diberitahukannya kepada Rikko. Zemi merasa tertekan dan tetap melakukan perselingkuhan itu. Akhirnya Rikko mengetahui hal tersebut, dia merasa dikhianati dan bertekad untuk keluar dari rumah. Rikko pun tidak mempedulikan Kojiro yang ingin membantunya didalam masalah ini. Akan tetapi akhirnya Rikko mau mendengarkan ayahnya, mereka mulai berbincang dan berintropeksi diri tentang pernikahan mereka masing-masing. Berpikir tentang cara untuk memperbaiki semua yang telah terjadi.
Kojiro mengizinkan Rikko untuk menginap di rumahnya, Mai pun ikut menginap di sana, dan rumah pun menjadi ramai. Disisi lain, Zemi bertekad untuk memutuskan hubungannya dengan Naitoguchi, akan tetapi Naitoguchi tidak ingin berpisah dengan Zemi.
Kojiro pun akhirnya mengatakan dengan tegas kepada Yoko untuk tidak ikut campur didalam masalah ini.
Episode 7
Perceraian Zemi dengan Rikko pun tidak dapat dihentikan lagi. Berpisah dengan Mai, anak mereka, membuatnya sangat merasa kehilangan. Kemudian Zemi muncul lagi dengan perasaan yang sesungguhnya terhadap Rikko. Dia benar-benar tidak ingin kembali menjalin hubungan dengan Naitoguchi. Zemi pun ingin mengatakan bahwa Rikko sangat penting baginya. Akan tetapi Zemi tidak memiliki kesempatan untuk mengatakan hal tersebut.
Disisi lain, setelah peresmian perceraian mereka, sangat terlihat adanya perubahan pendekatan antara Kojiro dan Yoko. Saoru, guru bahasa Inggris Kojiro menempatkan Kojiro menjadi kepala toko supaya ada jalan untuk bertemu dengan Yoko. Midori datang dengan memberikan tiket konser untuk semua anggota keluarga Yutakahara, Yoko pun mendapat tiket tersebut. Akhirnya Rikko bertemu dengan Zemi, mereka pun menjadi kembali akrab, melihat sosok Zemi, akhirnya Rikko memutuskan untuk kembali bersamanya. Hari berganti, semua berjalan dengan lancar.
bercerai, dan Yoko berharap setelah bercerai mereka dapat mengerti satu sama lain.
Episode 8
Kojiro bertemu Tonya yang sedang bekerja. Kojiro meminta pertanggung jawaban Tonya atas Midori yang hamil. Akan tetapi Tonya mengatakan bahwa dia tidak mau ikut campur masalah ini, dia mengatakan bahwa untuk saat ini dirinya masih belum bisa bertanggung jawab akan hal tersebut dan tidak bisa menikah dengan Midori.
Kojiro mendapat tawaran dari Satome untuk bekerja di grup relawan internasional. Karena masalah Midori, Yoko yang seharusnya memiliki pekerjaan penelitian di Eropa menjadi bingung, dan ia pun memutuskan untuk tidak pergi. Yoko merasa prihatin atas apa yang menimpa Midori, Yoko datang menemui Midori. Saat itu Midori pun mengundang Tonya untuk datang ke rumahnya. Di rumah itu Tonya mengatakan bahwa dia berjanji, nanti setelah sukses akan merawat Midori dan anaknya. Akan tetapi Yoko tidak percaya akan janji yang diberikan Tonya tersebut. Tiba-tiba Kojiro muncul dan berniat untuk mengusir Tonya.
datang bersama ibunya, ia berkata bahwa ia akan menjaga Midori dan anaknya. Akan tetapi Midori mengusir Tonya.
Diakhir cerita ini, berbagai masalah memang timbul, tetapi mereka menghadapinya dengan tenang. Kemudian tanpa berpikir, Yoko berkata, “ Apakah harus kembali kerumah ini?”
Episode 9
Setelah Yoko mengatakan ingin kembali ke rumah, Kojiro sangat marah, karena Kojiro menganggap hal ini dapat membawa kericuhan kembali di keluarga Yutakahara. Tentu saja Rikko, Shunsuke, dan Midori mengharapkan orang tua mereka untuk kembali hidup bersama. Kojiro yang merasa telah membenahi perceraian mereka selama dua bulan tetap berkata bahwa mereka tidak dapat kembali lagi bersama. Hal ini bukan dikarenakan dia tidak lagi mencintai Yoko.
Disatu sisi, Yoko mengerti akan keegoisannya sendiri. Akhirnya dia pun memutuskan untuk kembali melanjutkan penelitiannya ke luar negeri. Tiba-tiba Kojiro menelepon Yoko untuk meminta maaf atas apa yang telah terjadi di hari-hari yang lalu. Kojiro mengatakan bahwa seharusnya dirinya tidak ragu-ragu mengambil keputusan untuk mengambil jalan masing-masing.
Waktu pun berjalan, akhirnya Shunsuke dan Satome melaksanakan resepsi pernikahannya. Yoko yang melakukan penelitian di luar negeri tidak hadir didalam resepsi pernikahan tersebut. Kojiro yang mewakili keluarganya menyampaikan pidatonya.
Dia mulai bercerita tentang tulusnya perasaan, dia pun menjelaskan ketidakmatangannya terhadap perceraiannya dengan istrinya. Tiba-tiba Yoko muncul di tempat itu. Kojiro yang melihat sosok istrinya mengatakan dengan gagah, “ Sekarang, disini, saya bangga dengan aktifitas istri saya.”
Setelah semuanya berlalu, Kojiro mulai hidup seorang diri, dan tiba-tiba muncul pemberitahuan tentang kelulusannya dari grup relawan internasional. Kojiro pun merasa senang karena mendapatkan pekerjaan itu. Ketika itu Yoko pulang ke Jepang dari penelitiannya, dan mereka melakukan makan malam berdua beberapa kali di tempat yang dulu.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Akhir-akhir ini, di Jepang sering terdengar kata “Jukunen Rikon”, kata ini
berarti perceraian pasangan usia lanjut. Perceraian pasangan usia lanjut di Jepang
saat ini meningkat dan menjadi sebuah fenomena. Dalam perceraian seperti ini,
biasanya istri yang mengajukan perceraian kepada suami. (Taniguchi, Mariko.
Seminar: The Number of Marriages and Divorce in Japan. Japan, 26 Mei 2006)
Hiromi Ikeuchi, seorang konselor pernikahan seperti yang dimuat di dalam
sebuah situs di internet yang bernama Smart Marriages mengatakan bahwa dalam
sebuah kasus dimana sang suami bekerja mencari nafkah dan sang istri tinggal di
rumah, kemungkinan terjadinya perceraian usia lanjut sangat tinggi. Pasangan
usia lanjut yang telah mendekati masa pensiun, sama sekali tidak memiliki
percakapan dan hubungan yang nyata. Menghabiskan waktu bersama merupakan
tekanan dan beban yang sangat luar biasa bagi istri.(Sakurai, Joji. Divorce Rate
for Japan’s Elderly Couples is Growing. Maret 2000)
Beberapa wanita Jepang melihat suami sebagai sebuah penghambat untuk
menikmati hari tua. Sering kali setelah pensiun, sang suami mulai menguasai tiap
aspek dalam kehidupan. Banyak orang Jepang yang pensiun cenderung untuk
bergantung pada istri, lalu menghabiskan waktu-waktu mereka di rumah sehingga
membuat istri merasa tidak bebas.(Reynolds, Isabel. Middle Aged Divorce: Japan
Istri ingin bebas dari pekerjaan rumah tangga dan juga kewajibannya
terhadap sang suami, selain itu istri juga menginginkan agar dirinya juga dapat
memiliki kebebasan secara keuangan agar dapat mempergunakan uang tersebut
untuk keperluan dirinya sendiri.
Sejak dahulu, para suami di Jepang tidak diharapkan untuk membantu istri
mereka memasak, mencuci atau membersihkan rumah. Sebuah gaya lama, tiga
kata dari suami untuk istri setelah pulang ke rumah dari bekerja adalah 飯 meshi
(makanan), 風呂 furo (mandi) dan お茶 ocha (teh). Beberapa wanita menyadari
bahwa 20 atau 30 tahun sudah cukup untuk suami istri hidup bersama, dan pada
saat yang sudah tak tertahankan lagi, mereka mengambil sebuah alternatif yaitu
bercerai. Perceraian usia lanjut yang meningkat ini disebabkan karena keinginan
wanita akan sebuah kebebasan dan diperkirakan akan memuncak pada tahun 2007
karena adanya rencana pemerintah untuk mengubah sistem pensiun di Jepang,
hukum direvisi, dimana mantan istri diijinkan untuk mengklaim setengah dari
uang pensiun suami. (Osedo, Hirosi. Wives Retiring From Marriage. The Courier
Mail, Japan: 24 Februari 2006)
Jonathan Head dari BBC Tokyo (BBC News 2006) mengatakan bahwa
meningkatnya kemarahan istri dikarenakan sedikitnya kontribusi suami di dalam
kehidupan rumah tangga mereka. Permintaan istri untuk bercerai juga dikarenakan
oleh suami yang setelah pensiun tetap tidak menunjukkan tanda-tanda untuk
mengubah kebiasaan mereka tersebut.(Japan Retired Divorce Rate Soars. BBC
Di Jepang, fenomena perceraian usia lanjut juga tergambar di dalam
sebuah film drama. Film drama tersebut diberi judul Middle Aged Divorce dengan
judul asli 熟 年 離 婚 Jukunen Rikon (Perceraian usia lanjut), bercerita tentang
perceraian pada pasangan usia lanjut. Film drama ini sangat laris, terlihat dari
hasil J-Dorama Weekly Rating tanggal 24 November 2005 yang menyebutkan
bahwa film drama 熟 年 離 婚 Jukunen Rikon (Perceraian usia lanjut) berada di
rating tertinggi mengalahkan drama-drama Jepang lainnya.
Cerita di dalam film drama 熟 年 離 婚 Jukunen Rikon ini nampaknya
hampir mirip dengan kasus-kasus perceraian usia lanjut di Jepang yang terjadi
saat ini. Suami yang menghabiskan sebagian besar waktunya selama puluhan
tahun hanya untuk pekerjaannya, anak-anak yang mulai tumbuh dewasa, dan istri
yang mengisi waktunya di luar rumah. Saat suami memasuki masa pensiun, istri
meminta sebuah perceraian. Hal ini akan penulis buktikan melalui analisis
kasus-kasus.
1.2PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah dalam penelitian ini, yaitu hanya membahas tentang
fenomena perceraian usia lanjut di Jepang yang dipengaruhi oleh kebebasan
wanita dan kasus-kasus serupa yang terjadi di Jepang pada kurun waktu tahun
1.3TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penulisan skripsi yang berjudul “Fenomena Perceraian Usia
Lanjut Di Jepang Yang Dipengaruhi Kebebasan Wanitaadalah untuk menjelaskan
latar belakang dan hal-hal yang mempengaruhi perceraian usia lanjut di Jepang.
1.4METODOLOGI
Di dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metodologi
Fenomenologi eksistensial. Fenomenologi eksistensial adalah sebuah metode
pemikiran yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya serta
gejala-gejala terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu dengan
berpangkal kepada eksistensi. Eksistensi merupakan cara manusia berada di dalam
dunia. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif, hal ini juga dapat
diartikan berbuat, menjadi, dan merencanakan. Setiap saat manusia menjadi lebih
atau kurang dari keadaannya. Dalam hal ini manusia dipandang sebagai terbuka,
manusia terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih lagi kepada sesama manusia
(Hadiwijono 1980:148-149).
Fenomenologi eksistensial sebagai metode juga dikemukakan oleh
K.Bertens (1987) di dalam buku yang berjudul “Fenomenologi Eksistensial”. Ia
beranggapan bahwa fenomenologi eksistensial semestinya diarahkan langsung
pada persoalan-persoalan pokok (Bertens 1987:5).
Fenomenologi eksistensial bermula dari pemikiran Martin Heidegger yang
menggunakan keberadaan manusia yang selalu menempatkan diri di
pertama menggunakan fenomenologi eksistensial setelah Martin Heidegger.
Ilmuwan ini sangat peduli pada topik-topik seperti tindak kekerasan, kerinduan,
keterbatasan, konflik, kekuasaan, dan kematian. Akan tetapi Arent lebih menekuni
teori ilmu politik dalam permasalahannya dengan etnik. Masih banyak lagi tokoh
yang mengembangkannya seperti dalam isu gender, kebebasan, hari tua, dan
kesusastraan (Agus Salim 2001:107).
Menurut Moleong (1988:7-8), pendekatan fenomenologi berusaha
memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam
situasi-situasi tertentu. Peneliti fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti
mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti. Yang ditekankan
adalah subyek dari perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dunia
konseptual para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka
mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang mereka kembangkan di sekitar
peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari.
Di dalam fenomenologi eksistensial yang ditekankan adalah aspek
subyektif dari perilaku budaya. Mereka berusaha masuk ke dalam dunia subyek
yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga peneliti mengerti apa dan bagaimana
suatu pengertian dikembangkan di dalam kehidupan sehari-hari. Subyek
penelitian dipercaya memiliki kemampuan untuk menafsirkan pengalamannya
melalui interaksi. Peneliti tidak menggarap data secara mentah. Peneliti cukup
arif dengan cara memberikan “tekanan” pada subyek untuk memaknai tindak
budayanya, tanpa mengabaikan realitas. Istilah fenomena berkaitan dengan suatu
fenomena kesadaran dan bagaimana fenomena itu tersusun. Dengan adanya
kesadaran ini, pemerhati kebudayaan dan pelaku kebudayaan juga memiliki
kesadaran tertentu terhadap yang mereka alami. Pengalaman yang dipengaruhi
oleh kesadaran itu, pada saatnya akan memunculkan permasalahan baru dan
diantaranya akan terkait dengan ihwal seluk-beluk kebudayaan itu sendiri, yaitu
seberapa jauh data tersebut benar-benar dapat melukiskan gejala yang ada
tersebut. Kebudayaan ditempatkan di dalam pikiran-pikiran dan hati manusia.
Pemikiran dan hati ini akan nampak dalam suatu tindakan (Endraswara
2006:67-68).
Menurut Kierkegaard, fenomenologi eksistensial juga mendeskripsikan
fase-fase dari perjalanan kehidupan manusia (Bertens 1987:11).
Dalam penelitian ini, juga dilakukan suatu pendeskripsian, yaitu berusaha
untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data,
menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi. Pendeskripsian ini juga
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Data-data yang ada
dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis.
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan
dan yang dianalisis harus berdasarkan fakta-fakta yang nyata, bukan didasarkan
pada daya khayal, perkiraan, legenda, dan sebagainya. Dalam memahami serta
memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisis.
Semua masalah harus dicari sebabnya serta pemecahannya dengan menggunakan
sebab-akibat dengan menggunakan analisis yang tajam. Penelitian ini menyelidiki
kedudukan (status) fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor
dengan faktor yang lain dengan menggunakan kasus-kasus yang ada. Kasus-kasus
yang ada digunakan untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar
belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas ataupun status dari individu
(Nasir, Moh 1988:43,46).
Pada penelitian ini juga digunakan analisis pada kasus-kasus. Definisi dari
penelitian kasus (studi kasus):
“Penelitian kasus atau studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.” (Maxfield, 1930:117).
Hasil analisis kebudayaan berusaha mendapatkan kesimpulan tentang
suatu masalah yang sedang dipelajari berdasarkan berbagai informasi yang terkait
dengan masalah tersebut. Informasi yang dikumpulkan terkait dengan realitas
internal yang terletak dalam diri manusia (pendapat, keyakinan, nilai) dirumuskan
secara interpretatif subjektif. Fenomena-fenomena yang muncul di lapangan
terkait dengan masalah yang diteliti merupakan data yang paling penting untuk
dipahami dalam konteks interaksi sosial antar manusia dalam konteks masyarakat
yang bersangkutan (Endraswara 2006:171-172).
1.5 ORGANISASI PENULISAN
Penulisan skripsi ini terdiri dari empat bab, yang mana setiap babnya
terdiri atas sub-sub bab. Bab I, Pendahuluan, Pendahuluan terdiri dari sub-sub
Metodologi, serta Organisasi Penelitian. Bab II, Perceraian Usia Lanjut Di
Jepang, terdiri dari Definisi dan Latar Belakang Jukunen Rikon, serta Wanita
Jepang dalam kehidupan sosialnya. Bab III, Analisis Kasus-Kasus Perceraian Usia
Lanjut Di Jepang, berisi tentang analisis kasus-kasus perceraian usia lanjut di
Jepang dalam kurun waktu dari tahun 2000-2006. Bab IV, Kesimpulan, bab ini
berisi tentang kesimpulan yang didapatkan Penulis dari hasil analisis pada bab III.
Organisasi penulisan ini Penulis gunakan agar masalah yang ingin dicapai
dapat dijelaskan secara teratur dan pembaca skripsi ini memahami isinya secara
BAB IV
KESIMPULAN
Dari berbagai data yang didapat dan analisis yang dilakukan pada
kasus-kasus di dalam Bab III, maka penulis memperoleh kesimpulan mengenai latar
belakang dan hal-hal yang mempengaruhi perceraian usia lanjut di Jepang.
Latar belakang perceraian usia lanjut antara lain, yaitu
1. Istri mengalami stres, hal ini disebabkan karena :
a. Suami memperlakukan istri seperti pelayan. Istri diwajibkan untuk
melayani suami sepanjang waktu. (lihat kasus I)
b. Suami menganggap istri sebagai ibu. Suami seolah-olah tidak
mampu melakukan apapun untuk dirinya sendiri sehingga selalu
membutuhkan pertolongan sang istri. (lihat kasus II dan III)
c. Kehadiran suami di rumah membuat aktifitas istri menjadi terbatas.
(lihat kasus IV)
d. Istri harus patuh pada suami dalam segala hal. (lihat kasus V dan
VI)
e. Retired husband syndrom menyebabkan istri tertekan dan sakit secara fisik. Istri tertekan dan terserang penyakit. (lihat kasus VII
dan VIII)
2. Istri mengalami kecemasan. Suami yang pensiun membuat istri merasa
Hal-hal yang mempengaruhi perceraian usia lanjut di Jepang adalah adanya
pemicu tindakan Jukunen Rikon tersebut, yaitu :
1. Revisi sistem pembagian uang pensiun. Hal ini mendorong istri untuk
bercerai dari sang suami saat pensiun karena istri diijinkan untuk
mengklaim sebagian dari uang pensiun suami. (lihat kasus X dan XI)
2. Pengaruh drama Jukunen Rikon. Dalam kasus di atas dapat dilihat bahwa ada kecenderungan bentuk perceraian dipengaruhi oleh drama
DAFTAR PUSTAKA
Yamanaka, Akiko, Changing Roles of Japanese Women (November 1998).
BBC News, 14 November 2006.
BBC news –Japanese version- 13 November 2006.
China Daily News, 1 Juni 2006.
Diamond, Jed, Retired Husband Syndrome: Are Women Getting Sick of Their
Husbands? (2006).
Endraswara, Suwardi, 2006, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan:
Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Pustaka Widyatama: Yogyakarta.
Faiola, Anthony, Sick of Their Husbands in Graying Japan: Stress Disorder
Diagnosed in Many Women After Spouses Retire. (Washington Post
Foreign Service, Oktober 2005).
Friedman, Seth, Women in Japanese Society: Their Changing Roles (December
1992)
Gender Stratification and the Lives of Women. Country-Guide-Study Japan.
(January 1994)
George, L, View Full Version : Divorce (Januari 2004)
Ikeuchi, Hiromi, Rikon Taikiso. (Asahi Shinbun, 6 Februari 2006).
Iwao, Sumiko, 1993, The Japanese Woman: Traditional Image and Changing
Reality, The Free Press: New York.
J-Dorama, Whats The Most Popular Ones Now. P.1 (24 November 2005)
Japan Times, 5 Oktober 2006, “As of April, spouses will be eligible for up to half
of partner's pensions”).
Jeffrey M Leving and Glenn Sack, Sometime its Husbands Getting Dumped.
(Mens News Daily, 2006) .
Jurnal Asia Pasific, 2006, “What Women Want: Finding Fulfillment in Japan and
America”).
Koujien, Daiyonhan 1, Iwanami Shoten, 1991
Koujien, Daiyonhan 2, Iwanami Shoten, 1991
Mainichi-News, Divorce taking deadly toll on senior men. (Oktober 2005)
Mariaini, Fosco, Japan: Patterns of Continuity. Tokyo: Kondansha, 1984
Maxfield, F.N., The Case Study. Educ..Res..Bull.. 9.
Middle-Aged Divorce, Pantheon.Yale.Edu. (Archive Oktober 2005)
Nasir, Moh,1988, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta.
National Institute of Population and Social Security Research. (Divorce Info
2005)
Osedo, Hirosi, Wives Retiring From Marriage. (The Courier Mail, Japan: 24 Februari 2006)
Pantheon: Middle Aged Divorce. (Archives, 15 Oktober 2005)
Reynolds, Isabel, Middle Aged Divorce: Japan Baby Boomers Face Late- Life
Divorce Risk. (Harudanji, 3 Januari 2006)
Christopher, Robert. C., The Japanese Mind (New York: Fawcett Columbine,
1983)
Sakurai, Joji, Divorce Rate for Japan’s Elderly Couples is Growing. (Archive: Maret 2000)
Mishima, Sumie, The Broader Way : A Women’s Life in The New Japan
( Westport: Greenwood Press, 1971)
Surakhmad, Winarno, 1990, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan
Teknik. Jakarta: Galia Indonesia.
Kakuchi, Suvendrini, Japan: Wives Stash Cash to Freedom. ( 2006 )
Taniguchi, Mariko, Seminar: The Number of Marriages and Divorce in Japan.
(Japan, 26 Mei 2006)
The London-Find Articles, 4 Mei 2006
The Washington Post, -Japanese Version-18 Oktober 2005
Ueda, Yoko, Women in Japanese Society. 2001
女性
い
自由
う
熟 年 離 婚 現 象
う
エ マ ャ
0242005
マ
タキ
ス
教大学文学部
日本文学科
バン
ン
結論
熟 年 離婚現象
う
分析 結果 次 結論 引 出
1.熟年離婚 妻 主人 退 職
い
時間 行動
う う
自由
感 あ ス ス
あ
2. 退 職 金 分 配 改 正 法
い い い いほう
発布 熟年離婚 増加
う
助 長