• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Petani Terhadap Kualitas Layanan Penyuluh Pertanian Lapangan (Kasus Di Subak Durentaluh , Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Petani Terhadap Kualitas Layanan Penyuluh Pertanian Lapangan (Kasus Di Subak Durentaluh , Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan)."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PETANI TERHADAP KUALITAS LAYANAN

PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN

(KASUS DI SUBAK DURENTALUH, DESA BELIMBING,

KECAMATAN PUPUAN, KABUPATEN TABANAN)

SKRIPSI

Oleh :

I Putu Pratya Permana

KONSENTRASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

PERSEPSI PETANI TERHADAP KUALITAS LAYANAN

PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN

(KASUS DI SUBAK DURENTALUH, DESA BELIMBING,

KECAMATAN PUPUAN, KABUPATEN TABANAN)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Udayana

Oleh

I Putu Pratya Permana

11053115069

KONSENTRASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya Saya sendiri atau mengandung tindakan

plagiarism.

Dengan pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, 14 Februari 2016 Yang menyatakan,

(4)

ABSTRAK

I Putu Pratya Permana. NIM 1105315069. Persepsi Petani terhadap Kualitas Layanan Penyuluh Pertanian Lapangan (Kasus di Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan). Dibimbing oleh: Ir. Wayan Sudarta,MS. dan I Ketut Surya Diarta, SP.MA.

Penyuluhan dapat menjadi sarana kebijakan yang efektif untuk mendorong

pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya. Kegiatan

penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang

menghubungkan antara praktek yang dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan

teknologi petani yang selalu berkembang. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis

persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL dan untuk menganalisis kendala yang

dihadapi PPL dalam melaksanakan tugasnya di Subak Durentaluh, Desa Belimbing,

Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Penelitian ini menggunakan metode analisis

deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat persepsi petani Subak

Durentaluh terhadap kualitas layanan PPL di Desa Belimbing termasuk kategori baik,

dengan pencapaian skor rata-rata sebesar 4,15 (82,90%, dari skor maksimal). Kendala

PPL dalam melaksanakan tugas pokok yang paling dominan dari aspek teknis. Alat bantu

penyuluhan yang dimiliki sangat minim, hanya memakai papan tulis, spidol, dan print out

materi. Diharapkan PPL mampu dan selektif menganjurkan kepada petani untuk

menerapkan inovasi yang tepat diterapkan agar dapat menjamin inovasi yang dianjurkan

berhasil jika diterapkan. Perlu adanya perhatian dari pemerintah untuk memfasilitasi

ketersediaan sarana penunjang penyuluhan agar kegiatan penyuluhan menjadi lebih

optimal.

(5)

ABSTRACT

I Putu Pratya Permana. NIM 1105315069. Farmers Perception on the Quality of Agricultural Extension Services Field (Case Subak Durentaluh, Belimbing Village, District Pupuan, Tabanan). Guided by: Ir. Wayan Sudarta, MS. and I Ketut Surya Diarta, SP.MA.

Extension services can be a means of effective policies to promote agricultural

development in a situation where farmers are not able to achieve their goals. Extension

activities in agricultural development act as a bridge that connects between the practice

run by farmers and their knowledge and technology that are always evolving. The

purpose of this study was to analyze the farmers' perceptions of the service quality of the

PPL and to analyze the obstacles encountered by the PPL in carrying out their duties in

Subak of Durentaluh, Belimbing Village, Pupuan Sub-district, Tabanan Regency. This

study used qualitative descriptive analysis. The results showed that the level of farmers'

perceptions of the service quality of PPL in Subak of Durentaluh in Belimbing Village

was of good category, by achieving an average score of 4.15 (82.90% of the maximum

score).The constraints faced the PPL in implementing the basic tasks were most

dominantly concerned with technical aspects. Extension tools owned are extremely

minimal, only using white board, markers, and print out materials. It is expected that the

PPL is able and selective to encourage farmers to apply appropriate innovations in order

to prove the recommended innovation successful if applied. It is necessary to have

attention from the government to provide the availability of supporting facilities to make

the extension services more optimal.

(6)

RINGKASAN

Penyuluhan dapat menjadi sarana kebijakan yang efektif untuk mendorong pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya. Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara praktek yang dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi petani yang selalu berkembang.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL dan untuk menganalisis kendala yang dihadapi PPL dalam melaksanakan tugasnya pada Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Persepsi petani yang dilihat dari dimensi kualitas layanan yang terdiri kehandalan (reliability), kesigapan (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty), dan bukti fisik (tangible). Kendala-kendala penyuluh pertanian dilihat dari aspek sosial, ekonomi, dan teknis.

Penentuan jumlah responden pada tiap-tiap tempek (kelompok) dilakukan terlebih dahulu dengan teknik quota sampling, dimana masing-masing tempek

(kelompok) diambil responden secara insidental sejumlah 15 responden, sehingga total responden penelitian sebanyak 30 orang petani. Penetapan responden yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik insidental sampling, yakni didalam pengambilan responden peneliti melakukan dengan cara mendatangi langsung petani subak yang sedang melakukan kegiatan usahatani di sawah.

Menggali informasi tentang kendala-kendala yang dihadapi penyuluh dalam melaksanakan tugasnya dilakukan dengan cara wawancara mendalam menggunakan instrumen pedoman wawancara kepada informan kunci yaitu PPL. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat persepsi petani Subak Durentaluh terhadap kualitas layanan PPL di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan termasuk kategori baik, dengan pencapaian total skor rata-rata sebesar 4,15 (82,90%) dari total skor maksimal. Indikator yang dominan adalah keandalan

(7)

Kendala PPL dalam melaksanakan tugas pokok pada Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan yang paling dominan dari aspek teknis. Alat bantu penyuluhan hanya memakai papan tulis dan spidol. Ketika memberikan penyuluhan hanya disampaikan secara lisan atau dengan beberapa print out

materi. Dengan print out terkadang petani sulit untuk memahami karena ada beberapa petani berusia lanjut yang tidak mengerti baca tulis sehingga sangat sulit dalam penyampaian.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan yaitu (1) Tingkat persepsi petani Subak Durentaluh terhadap kualitas layanan PPL di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan termasuk kategori baik, dengan pencapaian total skor rata-rata sebesar 4,15 (82,90%) dari total skor maksimal. (2) Kendala PPL dalam melaksanakan tugas pokok yang paling dominan dari aspek teknis. Yaitu sarana dan prasarana penunjang kegiatan penyuluhan oleh PPL sangat minim.

(8)

PERSEPSI PETANI TERHADAP KUALITAS LAYANAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN

(KASUS DI SUBAK DURENTALUH, DESA BELIMBING, KECAMATAN PUPUAN, KABUPATEN TABANAN)

I Putu Pratya Permana NIM. 1105351069

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. I Wayan Sudarta,MS. I Ketut Surya Diarta,SP.MA. NIP. 19530924 198103 1 001 NIP. 19710413 200012 1 001

Mengesahkan Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS NIP. 19630515 198803 1 001

(9)

PERSEPSI PETANI TERHADAP KUALITAS LAYANAN

PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN

(KASUS DI SUBAK DURENTALUH, DESA BELIMBING, KECAMATAN PUPUAN, KABUPATEN TABANAN)

dipersiapkan dan diajukan oleh I Putu Pratya Permana

NIM. 1105315069

Telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji Pada tanggal 26 Januari 2016

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertaniaan Universitas Udayana No. : 12/UN14.1.23/DL/2016

Tanggal : 21 Januari 2016 Tim Penguji Skripsi adalah:

Ketua : Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, M.P Anggota :

1. Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP, MSi 2. Prof. Dr. Ir. Nyoman Sutjipta, MS 3. Ir. I Wayan Sudarta, MS

(10)

RIWAYAT HIDUP

I Putu Pratya Permana, lahir di Kota Negara, pada tanggal 11 Desember 1992 yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan I Ketut Mustika (Ayah) dan Ni Nyoman Budiani (Ibu).

Mulai menempuh pendidikan formal pada tahun 1999 di SD Negeri 4 Berangbang dan menamatkan pendidikan dasar pada tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 3 Negara dan tamat pada tahun 2008. Selanjutnya menempuh pendidikan di SMA Ngurah Rai Negara dan tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan di Universitas Udayana, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Jurusan/Program Studi Agribisnis, dengan Konsentrasi Pengembangan Masyarakat melalu jalur PMDK.

(11)

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu. Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, penulis telah menyelesaikan satu kewajiban tradisi akademis yakni penyusunan skripsi, tugas akhir sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Skripsi ini berjudul “Persepsi Petani terhadap Kualitas Layanan Penyuluh Pertanian Lapangan (Kasus di Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan)”. Penulisan skripsi ini selain

bertujuan untuk melengkapi persyaratan meraih gelar Sarjana Pertanian juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan studi kepustakaan.

Penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bimbingan, perhatian, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebersar-besarnya kepada pihak-pihak terhormat berikut ini.

1. Prof.Dr.Ir. I Nyoman Rai,MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, atas izin dan kemudahan yang diberikan dalam melakukan penelitian.

2. Dr.Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, Msi, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana, atas izin dan kemudahan yang diberikan dalam melakukan penelitian,

(12)

4. Ir. Wayan Sudarta,MS, selaku Pembimbing I dan, I Ketut Surya Diarta,SP.MA selaku Pembimbing II yang penuh kesabaran memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh dosen Program Studi Agribisnis khususnya, dan Fakultas Pertanian pada umumnya yang dengan kesabaran sudah memberikan arahan dan bimbingan selama menyelesaikan skripsi sehingga dapat menyelesaikan bahan mata kuliah.

6. Segenap pegawai Program Studi Agribisnis khususnya, dan Fakultas Pertanian umumnya atas bantuan dan dukungannya sehingga penulis lebih mudah dalam penyelesaian skripsi.

7. Ir. I Wayan Wesel Ariana, selaku PPL yang bertugas di wilayah Desa Belimbing yang telah banyak memberikan informasi dalam melakukan penelitian dan yang menyangkut skripsi penulis.

8. Segenap Krama Subak Durentaluh yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dalam memberikan informasi terkait penelitian dan skipsi penulis.

9. Kedua orang tua saya I Ketut Mustika dan Ni Nyoman Budiani atas segala pengorbanan dan jerih payahnya memberikan dukungan moral, dana, dan spiritual yang tiada hentinya diberikan.

(13)

11. Kawan-kawan Konsentrasi Pengembangan Masyarakat dan Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Angkatan 2011, terima kasih banyak untuk pengalaman dan bantuannya selama ini.

Ketidaksempurnaan adalah keniscayaan, termasuk dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyakini bahwa kritik yang konstruktif adalah solusi terbaik untuk membangun pondasi akademis yang lebih ilmiah. Dalam kesederhanaan dan ketidaksempurnaan ini dan dengan kerendahan hati, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam pengembangan kesejahteraan petani.

Akhirnya penulis berucap syukur tiada henti ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Om Santih, Santih, Santih, Om.

Denpasar, 14 Februari 2016

(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

ABSTRAK ... iii

2.1.2 Proses pembentukan persepsi ... 9

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi ... 10

2.2 Kualitas Layanan ... 12

2.3 Penyuluh dan Penyuluhan Pertanian ... 15

2.3.1 Pengertian penyuluh dan penyuluhan pertanian ... 15

2.3.2 Fungsi penyuluh pertanian ... 17

(15)

xiv

3.5 Penentuan populasi, responden dan informan kunci penelitian ... 29

3.6 Variabel penelitian dan pengukurannya ... 30

3.7 Batasan operasional variabel ... 31

3.8 Analisis data ... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITAN ... 36

4.1 Desa Belimbing ... 36

4.1.1 Letak geografis dan topografis ... 36

4.1.2 Potensi pertanian ... 37

4.2 Subak Durentaluh... 38

4.2.1 Sejarah Subak Durentaluh ... 38

4.2.2 Struktur organisasi Subak Durentaluh ... 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

5.1 Karakteristik responden ... 44

5.1.1 Umur ... 44

5.1.2 Tingkat pendidikan formal ... 44

5.1.3 Jenis pekerjaan... 46

5.1.4 Luas lahan ... 47

5.1.5 Jumlah anggota rumah tangga ... 48

5.2 Tingkat persepsi petani Subak Durentaluh terhadap kualitas layanan PPL di Desa Belimbing ... 49

5.4 Kendala-kendala PPL dalam melaksanakan tugas Pokok di Subak Durentaluh... 67

5.4.1 Aspek sosial dan budaya ... 67

5.4.2 Aspek ekonomi ... ... 68

(16)

xv

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 71

6.1 Simpulan ... 71

6.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

3.1 Variabel, Indikator, Parameter, dan Pengukuran Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh terhadap Kualitas Layanan PPL di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten

Tabanan Tahun 2015………... 31 3.2 Kategori Persentase Pencapaian Skor Persepsi Petani Subak

Durentaluh terhadap Kualitas Layanan PPL di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan

Tahun 2015 ………... 33 5.1 Tingkat Pendidikan Formal Responden di Subak Durentaluh

Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan,

tahun 2015………... 45

5.2 Jenis Pekerjaan Responden di Subak Durentaluh

Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan,

tahun 2015…... ... 46 5.3 Luas Penguasaan Lahan Petani Responden di Subak Durentaluh

Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan,

tahun 2015………... 47 5.4 Jumlah Anggota Rumah Tangga Petani Responden di Subak

Durentaluh Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten

Tabanan, tahun 2015…... 48 5.5 Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh terhadap Kualitas

Layanan PPL di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten

Tabanan Tahun 2015………... ... 50 5.6 Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh tehadap Kualitas

Layanan PPL pada Indikator Keandalan (Reliability)

di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan

Tahun 2015………... 52 5.7 Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh terhadap Kualitas

(18)

xvii

di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan

Tahun 2015…... 55 5.8 Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh terhadap

Kualitas Layanan PPL pada Indikator Jaminan (Assurance) di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan

Tahun 2015………... 58 5.9 Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh tehadap Kualitas

Layanan PPL pada Indikator Empati (Empathy) di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan

Tahun 2015………... 62 5.1.1 Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh tehadap Kualitas

Layanan PPL pada Indikator Bukti Fisik (Tangible)

di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1 Kuisioner………... 72

2 Pedoman Wawancara Kendala Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL) Dalam Menjalankan Tugas Pokok... 76 3 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas………... 78 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Nama,

Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan Formal, Jumlah Keluarga, Luas Penguasaan Lahan,

dan Pekerjaan Pokok………... 80 5 Hasil Rekapitulasi Data Tingkat Persepsi Petani

Subak Durentaluh terhadap Kualitas Layanan PPL di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan,

Kabupaten Tabanan………... 82

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

2.1 Skema Pembentukan Persepsi………... 9 2.2 Kerangka Pemikiran Persepsi Petani terhadap

Kualitas Layanan Penyuluh Pertanian Lapangan di Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan

Pupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2015………... 23 5.1 Grafik Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh

terhadap Kualitas Layanan PPL di Desa Belimbing,

Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2015…... 50 5.2 Garfik Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh

terhadap Kualitas Layanan PPL pada Indikator

Keandalan (Reliability) di Desa Belimbing, Kecamatan

Pupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2015………... 55 5.3 Grafik Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh

terhadap Kualitas Layanan PPL pada Indikator Kesigapan

(Responsiveness) di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan,

Kabupaten Tabanan Tahun 2015... 57 5.4 Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh terhadap

Kualitas Layanan PPL pada Indikator Jaminan (Assurance) di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten

Tabanan Tahun 2015... 61 5.5 Grafik Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh

terhadap Kualitas Layanan PPL pada Indikator Empati

(Empathy) di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan,

Kabupaten Tabanan Tahun 2015... 64 5.6 Grafik Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh

terhadap Kualitas Layanan PPL pada Indikator Bukti Fisik (Tangible) di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan,

(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian berkaitan secara langsung dan tidak langsung dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani dan upaya menanggulangi kemiskinan khususnya di pedesaan. Penyuluhan dapat menjadi sarana kebijakan yang efektif untuk mendorong pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Agar petani dapat melakukan praktek-praktek yang mendukung usahatani maka petani membutuhkan informasi inovasi di bidang pertanian. Informasi tersebut dapat diperoleh petani antara lain dari penyuluh melalui penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian. Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara praktek yang dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi petani yang selalu berkembang menjadi kebutuhan para petani tersebut (Kartasapoetra,1994).

(22)

2

Tugas pokok seorang penyuluh melakukan bimbingan langsung kepada petani terhadap segala macam kegiatan petani baik secara administratif maupun kegiatan petani di lapangan. Seorang penyuluh berkewajiban memberikan informasi kepada petani mengenai segala macam kegiatan pertanian secara langsung guna mempercepat dan mempermudah penyampaian informasi kepada petani. Dalam kaitan ini, petani dengan penyuluh dapat bertukar pikiran secara langsung mengenai permasalahan yang dihadapi petani. Komunikasi yang efektif antara petani dengan penyuluh akan tercipta, sehingga petani semakin mudah dapat memahami dan menyerap materi yang disampaiakan oleh penyuluh (Departemen Pertanian, 2010).

Bimbingan langsung antara petani dengan penyuluh akan membuat petani lebih mengerti dan semangat untuk mempraktekkan secara langsung terhadap materi yang diberikan, maka petani pun lebih mudah memahami karena menerapkannya secara langsung inovasi yang diberikan. Tanpa adanya praktek langsung, petani tidak akan mudah mengerti apa yang diberikan oleh penyuluh. Disinilah pentingnya bimbingan langsung di lapangan dan prakteknya.

(23)

3

Pelaksanaan tugas penyuluh pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kemampuan (ability) penyuluh pertanian yang terdiri atas kemampuan potensi (IQ) dan pendidikannya, faktor motivasi, yaitu motivasi yang terbentuk dari sikap (attitude) seseorang dalam menghadapi situasi kerja yang dapat menggerakkan pegawai agar terarah untuk mencapai tujuan kerja, sarana dan prasarana, budaya kerja (workplace culture) yang membentuk kebiasaan pegawai ditempat tugas dan menjadi sikap yang tercermin dalam perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja (Amelia, 2010).

Upaya pemberdayaan kelembagaan petani memerlukan reorientasi pemahaman dan tindakan bagi para fasilitator perubahan selaku agen perubahan (change agent) dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian. Keterlibatan fasilitator pembangunan yang memiliki kemampuan komunikasi yang sepadan merupakan salah satu kunci keberhasilan proses diseminasi dan alih teknologi pertanian. Proses diseminasi teknologi akan berjalan lebih mulus bila disertai dengan pemahaman dan pemanfaatan potensi elemen-elemen kelembagaan dan status petani dalam suatu proses alih teknologi atau diseminasi teknologi baru (Kedi, 2008).

(24)

4

pandangan/persepsi petani terhadap peran penyuluh tersebut. Besarnya peran penyuluh akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh. Maka dari itu penyuluh haruslah tahu sebagaimana persepsi petani, agar nantinya penyuluh bisa melakukan tindakan sesuai kebutuhan petani (Daud, 2013).

Kompetensi penyuluh pertanian diuraikan pada tugas pokok dan fungsi seorang penyuluh dalam membantu petani mengembangkan usahataninya, karena kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki penyuluh, baik kompetensi teknis maupun kompetensi manajerial. Kompetensi penyuluh pertanian perlu didukung dengan kemampuan intelektual (cognitif), kemampuan yang berkaitan dengan kejiwaan (affectif) dan kemampuan gerak fisik (psychomotoric). Adanya kompetensi seorang penyuluh diharapkan mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dalam menyelenggarakan penyuluhan pertanian, serta nantinya dapat diaplikasikan dan dijadikan model percontohan untuk PPL lain di wilayah binaannya sehingga keberhasilan program yang diemban oleh PPL dalam memberdayakan petani dapat tercapai (Ikbal, 2009).

(25)

5

mengemban tugas-tugas pemberdayaan yang diamanahkan kepadanya, yang di ukur dari persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL.

Persepsi merupakan pengalaman belajar tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor situasionalnya dan suatu inovasi akan diadopsi oleh petani apabila petani mempunyai persepsi yang baik terhadap inovasi tersebut (Rina, 2010). Baik ataupun buruk kinerja PPL di lapangan akan diketahui jika diketahui bagaimana persepsi petani terhadap kualitas layanannya. Persepsi petani tersebut sangat penting diketahui karena merupakan tolak ukur keberhasilan kinerja PPL dalam melaksanakan tugasnya di lapangan dan juga sebagai masukan kepada PPL agar bisa memperbaiki kualitas layanannya terhadap berbagai kebutuhan petani.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik mengambil penelitian tentang persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL di Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut.

1. Bagaimana persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL di Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan? 2. Apa kendala yang dihadapi PPL dalam melaksanakan tugasnya pada Subak

(26)

6

1.3 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk menganalisis persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL di Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. 2. Untuk menganalisis kendala yang dihadapi PPL dalam melaksanakan

tugasnya pada Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagi PPL yang bertugas di wilayah kerja Desa Belimbing, diharapkan dapat

memberikan pandangan/saran-saran yang bermanfaat mengenai persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL.

2. Bagi khasanah ilmu pengetahuan dapat bermanfaat untuk menerapkan teori-teori dan konsep-konsep ilmu sosial ekonomi pertanian yang adaa relevansinya dengan masalah penelitiaan yang dirumuskan, sehingga nantinya dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan disiplin ilmu penyuluhan dan komunikasi pada khususnya. 3. Bagi mahasiswa, untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti

perkuliahan, dengan apa yang dialami pada kehidupan nyata di lapangan. 4. Masukan pada peneliti lain yang mengadakan penelitian serupa di daerah

(27)

7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(28)

1

I. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian persepsi

Dinyatakan oleh Sarwono (1983:89), persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain: kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokan, dan kemampuan untuk memfokuskan. Seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang bersangkutan. Didefinisikan oleh Sondang (1989), bahwa persepsi merupakan suatu proses seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensorisnya dalam usahanya memberikan suatu makna tertentu dalam lingkungannya. Disebutkan oleh Indrajaya, 1986 (dalam Prasilika, 2007:10) persepsi adalah suatu proses seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, memanfaatkan, mengalami, dan mengolah perbedaan atau segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya.

(29)

2

Wikipedia Indonesia menyebutkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus sendiri didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.

2.1.2 Proses pembentukan persepsi

Digambarkan oleh Damayanti, 2000 (dalam Prasilika, 2007:12-13) proses pembentukan persepsi pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1.

Skema Pembentukan Persepsi

Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki, setelah itu diberikan respon sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang lain seperti dilihat dalam Gambar 1. Setelah diterima rangsangan atau data yang ada diseleksi. Untuk menghemat perhatian yang digunakan rangsangan-rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah data diterima dan diatur, proses selanjutnya individu

(30)

3

menafsirkan data yang diterima dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi setelah data atau rangsang tersebut berhasil ditafsirkan.

Sedangkan faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang dapat disebut sebagai faktor-faktor personal, yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli (Rakhmat, 1998). Sejalan dengan hal tersebut, maka persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama yaitu pengalaman masa lalu dan faktor pribadi (Sugiharto, 2001).

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan setiap orang memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama. Menurut Robins, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang sebagai berikut.

1. Individu yang bersangkutan (pemersepsi)

Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan dipengaruhi oleh karakterisktik individual yang dimilikinnya seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, pengetahuan, dan harapannya.

2. Sasaran dari persepsi

(31)

4

melainkan dalam kaitannya dengan orang lain yang terlibat. Hal tersebut yang menyebabkan seseorang cenderung mengelompokkan orang, benda, ataupun peristiwa sejenis dan memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa.

3. Situasi

Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti situasi dimana persepsi tersebut timbul, harus mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam proses pembentukan persepsi seseorang.

Tidak terlalu berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Robins, 1962 (dalam Prasilika, 2007:14) menyatakan bahwa yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang sebagai berikut.

1. Frame of Reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang dipengaruhi dari pendidikan, bacaan, penilitian, dll.

(32)

5

pembentukan itu sendiri dapat dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.

2.2 Kualitas Layanan

Kualitas merupakan ukuran relatif kebaikan suatu produk atau layanan yang terdiri dari kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk mampu memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Kualitas jasa adalah penyampaian jasa yang akan melebihi tingkat kepentingan pelanggan. Keunggulan suatu produk jasa tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan (Rangkuti, 2006).

Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu

expected sevice dan perceived service (Zeithaml, 2006). Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan apa yang diharapkan (expected service), maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten.

Dijelaskan oleh Kotler (2002) terdapat lima dimensi kualitas layanan sebagai berikut.

(33)

6

Keandalan berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan yang telah dijanjikan dengan tepat (accurately), kemampuan untuk dapat dipercaya

(dependably), serta tepat waktu (on time).

2. Kesigapan (Responsiveness)

Kesigapan merupakan dimensi yang menekankan kepada kesediaan penyedia jasa dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang sesuai kebutuhan pelanggan secara cepat dan tepat.

3. Kepastian/Jaminan (Assurance)

Dimensi ini menekankan kemampuan penyedia jasa untuk membangkitkan keyakinan dan rasa percaya diri pelanggan bahwa penyedia jasa mampu memenuhi kebutuhan pelanggannya. Meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan produk secara tepat, keramah- tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, serta kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan.

4. Empati (Empathy)

Empati adalah perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti, kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi kepada pelanggan dan urusan perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan.

5. Berwujud/bukti fisik (Tangible)

(34)

7

Dikembangkan oleh Garvin (dalam Tjiptono dan Chandra, 2005:113) delapan dimensi kualitas sebagai berikut.

1. Kinerja (performance) yaitu mengenai karakteristik operasi pokok dari produk inti. Misalnya bentuk dan kemasan yang bagus akan lebih menarik pelanggan.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.

3. Kehandalan (reability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications). Yaitu sejauhmana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti halnya produk atau jasa yang diterima pelanggan harus sesuai bentuk sampai jenisnya dengan kesepakatan bersama. 5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat

terus digunakan. Biasanya pelanggan akan merasa puas bila produk yang dibeli tidak pernah rusak.

6. Erviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi; penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya kemasan produk dengan warna-warna cerah, kondisi gedung dan lain sebagainya. 8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi

(35)

8

Pendapat lain, dinyatakan oleh Hutt dan Speh (dalam Nasution, 2004:47), menyatakan kualitas layanan terdiri atas tiga dimensi atau komponen utama sebagai berikut.

1. Technical Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output yang diterima oleh pelanggan. Bisa diperinci lagi menjadi :

a.Search quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum membeli, misalnya: harga dan barang.

b.Experience quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan setelah membeli atau mengkonsumsi jasa atau produk. Contohnya ketepatan waktu, kecepatan pelayanan, dan kearapihan hasil.

c.Credence quality, yaitu sesuatu yang sukar dievaluasi pelanggan, meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa.

2. Functional quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa.

3. Corporate image, yaitu yaitu profit, reputasi, citra umum, dan daya tarik khusus suatu perusahaan.

2.3 Penyuluh dan Penyuluhan Pertanian

2.3.1 Pengertian penyuluh dan penyuluhan pertanian

(36)

9

informasi kepada orang lain dari semula yang tidak tahu menjadi tahu dan yang tahu menjadi lebih tahu.

Penyuluh menurut Undang-Undang No.16 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah perorangan warga Negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. Dinyatakan oleh Rogers (1983) penyuluh sebagai agen pengubah adalah seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk mau dan mampu melakukan perubahan dengan mengadopsi suatu inovasi. Karena itu, seorang penyuluh seperti dikemukakan Mardikanto (1992) haruslah memiliki kualifikasi tertentu, baik yang menyangkut kepribadian, sikap, dan keterampilan menyuluh profesional.

Penyuluhan adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sabagai upaya untuk meningkatkan prouktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Tujuan penyuluhan pertanian adalah merubah perilaku utama dan pelaku usaha melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan motivasinya.

(37)

10

sebagai usaha dan kegiatan menimbulkan perubahan- perubahan yang diinginkan dalam perilaku manusia, misal mengganti metode produksi tradisional ke metode baru, yaitu menerapkan teknologi baru yang berupa varietas baru, teknik budidaya baru, penerapan pupuk dan pestisida, serta penerapan sistem usaha tani modern (Departemen Pertanian, 2009).

Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) No. 16 Tahun 2006 Pasal 1 menyebutkan “Penyuluhan pertanian,

perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”.

2.3.2 Fungsi penyuluh pertanian

Dinyatakan oleh Departemen Pertanian (2009), fungsi penyuluh pertanian sebagai berikut.

(38)

11

dimiliki serta segala media atau saluran informasi yang dapat digunakan (media masa, internet dan lain-lain) agar tidak ketinggalan dan tetap dipercaya sebagai sumber informasi baru oleh petani.

2. Bersama petani atau kelompok tani membangun kelembagaan petani yang kuat. Kelembagaan petani memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan atau diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Perlu dilakukan upaya pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan petani (seperti : kelompoktani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan) diharapkan dapat melindungi dan meningkatkan kesejahteraan petani.

3. Mendorong peran serta dan keterlibatan petani atau kelompok tani dalam pembangunan pertanian di wilayahnya. Fungsi seorang penyuluh adalah mengajak dan membimbing serta memberikan contoh kepada petani untuk ikut berperan aktif dalam pembangunan pertanian di wilayah masing-masing yang nantinya akan dapat meningkatkan pendapatan petani itu sendiri bahkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

(39)

12

inovasi, mengatasi berbagai resiko usaha, menerapkan azas skala usaha yang ekonomis untuk memperoleh pendapatan yang layak, serta nantinya diharapkan petani mampu bekerja secara mandiri.

5. Memfasilitasi petani atau kelompok tani dalam penyusunan rencana kegiatan usahatani di wilayah kerjanya. Seorang penyuluh mempunyai tugas mendampingi petani dalam menyiapkan data, penyusunan program kerja, rencana kerja, serta dapat menjembatani antara petani dan pemerintah dalam mensukseskan program pemerintah, seperti misalnya membantu menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK)

6. Memfasilitasi petani atau kelompok tani dalam mengakses teknologi, informasi pasar, peluang usaha dan permodalan. Penyuluh pertanian dituntut menyampaikan pesan yang bersifat inovatif yang mampu mengubah atau mendorong perubahan, sehingga terwujud perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh masyarakat (Mardikanto, 1993). Pesan atau materi penyuluhan yang disampaikan para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan. Materi penyuluhan tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumberdaya pertanian. Unsur yang perlu diperhatikan dalam mengemas materi penyuluhan adalah pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan modal sosial.

(40)

13

petani dalam merencanakan kegiatan petani, misalnya dalam penyusunan proposal yang diajukan kepada pemerintah maupun pihak-pihak yang dapat membantu petani, baik dalam bidang teknologi, ilmu pertanian, permodalan dan lainnya, misalnya dapat membutuhkan kerjasama dengan pihak lain untuk menampung produk pertanian yang telah diolah sehingga petani mendapatkan nilai tambah.

8. Memberikan bimbingan dan memecahkan masalah petani atau kelompok tani dalam pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha di bidang pertanian. Penyuluh pertanian harus dapat mendiagnosis permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani, membangun dan memelihara hubungan dengan petani.

2.3.3 Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai efektivitas penyuluhan

Dinyatakan oleh Kartasapoetra (1991), hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai efektivitas penyuluhan pertanian sebagai berikut.

1. Penarikan minat

(41)

14

2. Mudah dan dapat dipercaya

Apa yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian (objek atau materi) mudah dimengerti, nyata kegunaannya dan menarik kepercayaan para petani bahwa benar segala yang telah diperhatikan, diperdengarkan (diajarkan) dapat dilakukan para petani dan benar-benar dapat meningkatkan hasil dan kesejahtraan.

3. Peragaan disertai sarananya

Penyuluh harus disertai dengan peragaan yang didukung dengan saran atau alat-alat peraga yang mudah didapat, murah dan dikerjakan oleh para petani apabila mereka terangsang untuk mempraktekkannya.

4. Saat dan tempatnya harus tepat

Kegiatan penyuluhan kepada para petani tidak dapat dilakukan sembarang waktu terutama pada tingkat permulaan, dan tingkat-tingkat sebelum mereka terangsang, timbul kesadarannya. Para penyuluh harus pandai memperhitungkan kapan mereka itu bersantai atau ada dirumah, kapan biasanya mereka itu berkumpul dan di mana kebiasaan itu dilakukannya. 1.4 Kerangka Pemikiran

(42)

15

Penelitian ini menggunakan atribut-atribut kualitas jasa yang dikelompokkan ke dalam lima dimensi kualitas jasa, yaitu keandalan (reliability), kesigapan (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty), bukti fisik (tangible). Melalui analisis skor dan analisis kualitatif maka akan diketahui persepsi petani terhadap kualitas layanan penyuluh. Apabila kualitas layanan di bawah tingkat kepentingan maka petani akan kecewa, apabila kualitas layanan sesuai dengan tingkat kepentingan maka petani akan puas dan apabila kualitas layanan melebihi tingkat kepentingan maka pelanggan akan sangat puas.

(43)

16

Gambar 2.2.

Kerangka Pemikiran Persepsi Petani terhadap Kualitas Layanan Penyuluh Pertanian Lapangan di Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan,

Kabupaten Tabanan Tahun 2015.

Analisis skor Analisis Kualitatif

Simpulan

Rekomendasi Subak Durentaluh

(Tabanan)

Penyuluh Pertanian Lapangan

Persepsi Petani Terhadap Kualitas Layanan Penyuluhan Pertanian

Kendala-Kendala PPL Dalam Menjalankan

Tugas

Sosial Budaya

Ekonomi Teknis Keandalan Kesigapan Jaminan Empati Bukti

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 2.2.

Referensi

Dokumen terkait

Olyan elem ez, melyet már a múltban felvetett magvető módjára, majd később elszigetelten Benjamin Bacon és Chanoch Albeck.49 García Martínez cikke, amely 1984-ben James

Setelah melalui diskusi kelompok dan memahami beberapa refrensi yang diberikan oleh guru, siswa mengasosiasikan ide-ide terkait struktur teks, fungsi social dan

Berdasarkan adanya fenomena dan gap research yang telah dijelaskan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut, menimbulkan adanya ketertarikan lebih lanjut

Kajian Pustaka Penelitian tentang kemampuan dan pentingnya metode-metode estimasi biaya serta pengaruhnya terhadap kesuksesan proyek sangat dibutuhkan dalam proyek perangkat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil antara lain: (1) Penggunaan saksi verbalisan dalam proses pembuktian perkara pidana diperlukan apabila dalam

PEMBUATAN MEMBRAN SILIKA DARI BOTTOM ASH BATUBARA PLTU TANJUNG ENIM UNTUK PENGOLAHAN LOGAM KROMIUM (Cr) PADA LIMBAH CAIR PEMBUATANM.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sintesis senyawa derivat khalkon melalui reaksi kondensasi Claisen-Schmidt antara 4-metoksiasetofenon dengan benzaldehid dan

Sebagai pengurus komisi dalam gereJa yang adalah sebuah organisasi. religius, para pengurus diharapkan memiliki komitmen afektif, dimana