• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Pendidik Kesehatan dalam Melakukan Medical Checkup untuk Deteksi Dini Masalah Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Pendidik Kesehatan dalam Melakukan Medical Checkup untuk Deteksi Dini Masalah Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

PERILAKU PENDIDIK KESEHATAN DALAM MELAKUKAN MEDICAL CHECKUP UNTUK DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN DI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

IDA AYU SRI PUSPITA WATI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

PERILAKU PENDIDIK KESEHATAN DALAM MELAKUKAN MEDICAL CHECKUP UNTUK DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN DI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

IDA AYU SRI PUSPITA WATI NIM.1220025048

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

PERILAKU PENDIDIK KESEHATAN DALAM MELAKUKAN MEDICAL CHECKUP UNTUK DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN DI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

“Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat”

IDA AYU SRI PUSPITA WATI NIM.1220025048

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(4)
(5)
(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Perilaku Pendidik Kesehatan dalam Melakukan Medical Checkup untuk Deteksi Dini Masalah Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana” dapat peneliti selesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan skripsi ini berbagai bantuan, dukungan, petunjuk, serta saran dan masukan penulis dapatkan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. dr. I Made Ady Wirawan,MPH.,Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memberikan kesempatan pada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

2. dr.Desak Putu Yuli Kurniati,M.K.M. selaku ketua peminatan promosi kesehatan yang telah memberikan dukungan dan saran positif dalam penyusunan skripsi ini.

3. dr. Komang Ayu Kartika Sari,MPH. selaku dosen pempimbing yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan saran serta membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

4. Responden penelitian yaitu seluruh dosen di FK Unud yang telah bersedia membantu peneliti dalam kegiatan pengumpulan data penelitian sehingga skripsi dapat selesai tepat waktu.

(7)

vi

6. Teman-teman Peminatan Promosi Kesehatan dan seluruh teman-teman mahasiswa IKM 12 yang selalu kompak, saling memotivasi dan saling membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Denpasar, 12 Juli 2016

(8)

vii

Ida Ayu Sri Puspita Wati, dr.Komang Ayu Kartika Sari, MPH.

PERILAKU PENDIDIK KESEHATAN DALAM MELAKUKAN MEDICAL CHECKUP UNTUK DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN DI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA ABSTRAK

Pemanfaatan medical checkup sebagai deteksi dini penyakit masih sangat jarang dilakukan oleh masyarakat terutama pada Penyakit Tidak Menular (PTM), dimana PTM merupakan penyebab kematian utama yaitu sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia. Medical checkup diperlukan untuk mendeteksi dini penyakit terutama pada PTM yang sering muncul tanpa gejala. Masyarakat memerlukan reference group sebagai pedoman berperilaku sehat. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terhadap perilaku pendidik kesehatan sebagai reference group dalam melakukan medical checkup untuk deteksi dini masalah kesehatan.

Penelitian ini di desain sebagai penelitian cross-sectional deskriptif, dengan sampel sebanyak 57 orang dosen. Sampel dipilih dengan teknik accidental sampling. Data terkait perilaku medical checkup dikumpulkan dengan metode pengisian angket menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis data univariat dan bivariat.

Hasil penelitian ini menunjukkan 50,88% responden telah melakukan medical checkup. Pada analisis bivariat karakteristik sosiodemografi menunjukkan tidak ada yang berpengaruh secara statistik terhadap perilaku medical checkup. Pada kelompok umur lansia awal diperoleh PR=1,65, pada profesi diperoleh PR=2,03 dan pada variabel penghasilan diperoleh PR=1,69. Pada analisis bivariat persepsi, tidak ada yang berhubungan dengan perilaku medical checkup. Pada persepsi kerentanan diperoleh PR=2,21 dan PR=1,62 pada variabel cues to action. Simpulan dari penelitian ini yaitu pendidik kesehatan sebagian besar telah melakukan medical checkup. Variabel kelompok umur lansia awal, profesi, penghasilan, persepsi kerentanan dan cues to action meningkatkan kemungkinan responden untuk melakukan medical checkup.

(9)

viii PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF MEDICINE

UDAYANA UNIVERSITY

MAJOR CONCENTRATION IN HEALTH PROMOTION SKRIPSI, JULY 2016

Ida Ayu Sri Puspita Wati, dr.Komang Ayu Kartika Sari, MPH.

HEALTH EDUCATOR’S BEHAVIOUR IN CONDUCTING MEDICAL

CHECKUP FOR EARLY DETECTION OF HEALTH PROBLEMS IN MEDICAL FACULTY OF UDAYANA UNIVERSITY

ABSTRACT

The utilization of medical checkup as early detection of disease is very rarely done by the community, especially in the non-communicable diseases where non-communicable diseases is the main cause of death in the amount of 36 million (63%) of all cases of deaths that occur around the world. Medical checkup is necessary to early detection the disease, especially on non-communicable diseases that often appears without symptoms. The community need reference group as guideline for healthy behavior. Therefore it was done a research of health educator behavior as reference group in conducting medical checkup for early detection of health problems.

This research designed as a descriptive cross-sectional research with the samples 57 lecturers. Samples were select by accidental sampling technique. Data about medical checkup behavior were collected using questionnaire. Data analysis was done by using univariate data analysis and bivariate data analysis.

The result of this research showed that 50.88% of respondents have done medical checkup. In bivariate analysis of respondent’s socio-demographic characteristics, showed that no statistical affects to the behavior of medical checkup. At the beginning of the elderly age group obtained PR= 1,65, respondent’s profession variable obtained PR=2,03 and in income variable obtained PR = 1,69. In bivariate analysis of respondent’s perception, showed that no related variable to the medical checkup behavior. In perceived susceptibility variable obtained PR = 2,21 and in cues to action variable obtained PR =1,62.

The conclusion of this research was most of the health educators have done medical checkup. Beginning of the elderly age group, profession, income, perceived susceptibility, and cues to action increases the likelihood of respondents to conduct medical checkup.

(10)

ix

DAFTAR SINGKATAN, LAMBANG DAN ISTILAH ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Perilaku ... 8

2.1.1 Perilaku Kesehatan ... 8

2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Medical Checkup ... 9

2.2 Penyakit Tidak Menular ... 14

2.3 Medical Checkup ... 15

2.3.1 Pengertian Medical Checkup... 15

2.3.2 Jenis Pemeriksaan dalam Medical Checkup ... 15

BAB III KERANGKA TEORI DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

(11)

x

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN ... 25

4.1 Desain Penelitian ... 25

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

4.3 Populasi dan Sampel ... 25

4.3.1 Populasi Penelitian ... 25

4.4.1 Alat Pengumpulan Data ... 27

4.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 27

4.5 Teknik Analisis Data ... 29

BAB V HASIL PENELITIAN ... 30

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 30

5.2 Karakteristik Responden ... 31

5.3 Riwayat PTM pada Keluarga ... 32

5.4 Perilaku Medical Checkup ... 33

5.5 Persepsi Responden Terkait Medical Checkup ... 34

5.5.1 Persepsi Kerentanan ... 34

5.5.2 Persepsi Keseriusan ... 35

5.5.3 Persepsi Manfaat ... 36

5.5.4 Persepsi Hambatan ... 37

5.5.5 Pedoman dalam Bertindak (Cues to Action) ... 38

5.6 Analisis Bivariat Perilaku Medical Checkup Pendidik Kesehatan berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi ... 39

5.7 Analisis Bivariat Perilaku Medical Checkup berdasarkan Riwayat Keluarga dan Persepsi ... 40

BAB VI PEMBAHASAN ... 42

6.1 Perilaku Medical Checkup ... 42

6.2 Persepsi Responden Terkait Medical Checkup ... 45

(12)

xi

6.2.2 Persepsi Keseriusan ... 46

6.2.3 Persepsi Manfaat ... 46

6.2.4 Persepsi Hambatan ... 47

6.2.5 Pedoman dalam Bertindak (Cues to Action) ... 48

6.3 Perilaku Medical Checkup berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi ... 49

6.4 Perilaku Medical Checkup berdasarkan Riwayat Keluarga dan Persepsi ... 51

6.5 Keterbatasan Penelitian ... 52

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 54

7.1 Simpulan ... 54

7.2 Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….. 22

Tabel 5.1 Karakteristik Sosiodemografi Pendidik Kesehatan di FK Unud ... 31

Tabel 5.2 Riwayat PTM yang Pernah Diderita oleh Anggota Keluarga ... 32

Tabel 5.3 Distribusi Jenis Penyakit yang Diperiksaan dalam Medical Checkup ... 33

Tabel 5.4 Persepsi Kerentanan terhadap Masing-Masing Jenis PTM... 34

Tabel 5.5 Persepsi Kemungkinan Menderita PTM dan Kemungkinan PTM Terjadi pada Usia Saat Ini ... 35

Tabel 5.6 Persepsi Keseriusan terhadap Masing-Masing Jenis PTM ... 36

Tabel 5.7 Persepsi terkait Keefektifan Medical Checkup untuk Mencegah Perjalanan Penyakit dari Masing-Masing Jenis PTM ... 37

Tabel 5.8 Distribusi Persepsi Hambatan dalam Melakukan Medical Checkup ... 37

Tabel 5.9 Distribusi Cues to Action dalam Melakukan Medical Checkup. ... 38

Tabel 5.10 Perilaku Medical Checkup Pendidik Kesehatan berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi ... 39

(14)

xiii

DAFTAR SINGKATAN, LAMBANG DAN ISTILAH

Daftar Singkatan

FK Unud : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana PTM : Penyakit Tidak Menular

Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republk Indonesia

PR : Prevalen Rasio

CI : Confident Interval Lansia : Lanjut usia

Daftar Lambang

< : kurang dari > : lebih dari

≤ : kurang dari sama dengan ≥ : lebih dari sama dengan

= : sama dengan

% : persen

F : frekuensi

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Ethical Clearance

2. Surat Ijin Melakukan Penelitian

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan sangat penting artinya bagi kehidupan manusia yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Menurut Undang-Undang RI. No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup secara produktif secara sosial dan ekonomi. Dengan memiliki kesehatan yang baik, manusia dapat melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari sebagai pemenuhan kebutuhan untuk memperoleh kesejahteraan.

Kesehatan yang dimiliki seseorang saat ini mungkin tidak dapat bertahan selamanya tergantung dari cara masing-masing orang memelihara kesehatannya. Seseorang dapat dikatakan sehat apabila terhindar dari berbagai penyakit secara fisik dan emosional, salah satunya yaitu terhindar dari penyakit tidak menular (PTM) yang dapat menyebabkan kematian.

(17)

2

Medical checkup merupakan serangkaian pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang dalam mendeteksi dini suatu penyakit. Manfaat utama dilakukannya medical checkup yaitu untuk mendeteksi gangguan kesehatan sedini mungkin dan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk pengobatan selanjutnya (Sulistya, 2012). Penyakit-penyakit yang membutuhkan deteksi dini melalui medical checkup kebanyakan adalah penyakit tidak menular yang tidak memiliki gejala klinis antara lain kolesterol tinggi, hipertensi/darah tinggi, diabetes mellitus/kencing manis, kelainan lemak darah, penyakit darah (anemia, kanker darah), penyakit hati (hepatitis, sirosis, kanker hati), penyakit ginjal (infeksi, kebocoran ginjal, gagal ginjal), penyakit rematik/asam urat, penyakit paru, dan penyakit jantung koroner (Ramlan, 2014).

Kebanyakan penderita PTM khususnya pada penderita kanker di Indonesia, datang ke pelayanan kesehatan saat sudah memasuki stadium lanjut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Azamris dalam Rahmatari (2014), 68,6% pasien berobat ke dokter pada stadium lanjut (IIIa dan IIIb), sedangkan pada stadium dini (stadium I dan II) hanya 22,4%, sehingga sangat penting dilakukan pemeriksaan yang dapat memberikan informasi kesehatan seseorang secara tepat dan akurat. Medical checkup dilakukan dengan mencakup pemeriksaan untuk layanan

pencegahan klinis dan termasuk kepada seseorang yang tidak memiliki tanda ataupun gejala sakit.

Medical checkup dianjurkan untuk dilakukan sedini mungkin, namun pada

(18)

3

memiliki gaya hidup tidak sehat seperti merokok, kurang olahraga, sering mengonsumsi makanan cepat saji / junk food, dan kebiasaan tidak sehat lainnya, dianjurkan untuk lebih rutin melakukan medical checkup sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun (Ramlan, 2014).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ramlan (2014), medical checkup jarang dilakukan oleh masyarakat disebabkan oleh persepsi masyarakat yang menganggap biaya medical checkup mahal, kurang penting, dan hanya cocok dilakukan oleh orang-orang yang sudah berusia lanjut. Pada kenyataannya persepsi masyarakat mengenai medical checkup tidak sepenuhnya benar. Medical checkup memang membutuhkan biaya, namun biaya yang dibutuhkan tidak mahal, tergantung dari pemeriksaan apa saja yang dilakukan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan pada masing-masing individu. Medical checkup juga sangat penting sebagai deteksi dini penyakit dan seharusnya dilakukan pada usia produktif sehingga dapat mengurangi risiko penyakit pada usia lanjut.

Penyedia layanan medical checkup di Indonesia, khususnya di Bali sudah sangat banyak. Layanan ini tersedia hampir di seluruh rumah sakit yang ada di Bali, namun pemanfaatannya oleh masyarakat masih sangat jarang. Menurut hasil wawancara di beberapa rumah sakit penyedia layanan medical checkup, kebanyakan pengguna layanan medical checkup merupakan rujukan dari perusahaan sebagai persyaratan seleksi masuk bagi karyawan baru. Sedangkan untuk pasien umum dapat dikategorikan menjadi dua yaitu pasien yang melakukan medical checkup saat sudah menderita suatu penyakit dan pasien yang melakukan

medical checkup sebagai deteksi dini penyakit. Dalam hal ini masih sangat jarang

(19)

4

Perilaku kesehatan masyarakat seringkali dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya yaitu persepsi dalam teori health belief model (Notoatmodjo, 2014). Dalam teori ini, dijelaskan ada empat variabel utama yang menentukan perilaku pencegahan dan pengobatan penyakit yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits and barriers, dan cues to action (Abraham & Sheeran,

2005). Teori health belief model merupakan teori value-expectancy dimana ketika dikembangkan dalam konteks perilaku kesehatan terjadi keinginan untuk menghindari penyakit dan keyakinan bahwa perilaku kesehatan yang spesifik dapat menyembuhkan atau mengurangi gejala penyakit (Strecher & Rosenstock, 1997).

Dalam berperilaku, masyarakat pada umumnya cenderung untuk mencari kelompok referensi (reference group) sebagai pedoman perilaku mereka (Notoatmodjo, 2014). Pendidik kesehatan merupakan salah satu reference group di kalangan masyarakat yang dianggap lebih tahu akan pentingnya menjaga kesehatan sehingga lebih tanggap terhadap permasalahan kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK Unud) merupakan fakultas kedokteran tertua yang ada di Provinsi Bali dengan pendidik kesehatan yang berkompeten di bidangnya. Kebanyakan dari pendidik kesehatan di FK Unud memiliki latar belakang pendidikan dari bidang kesehatan sehingga memiliki pengetahuan yang baik dalam menjaga kesehatannya.

(20)

5

menular karena merasa berisiko, sedangkan pendidik kesehatan yang tidak pernah melakukan medical checkup merasa tidak berisiko untuk menderita penyakit tidak menular sehingga tidak melakukan medical checkup.

Dilihat dari hasil wawancara terhadap pendidik kesehatan, perilaku pendidik kesehatan dalam melakukan medical checkup masih beragam dan cenderung dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat mendorong pendidik kesehatan dalam melakukan medical checkup. Tentunya penting untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi perilaku pendidik kesehatan dalam melakukan medical checkup untuk deteksi dini masalah kesehatan.

1.2Rumusan Masalah

Pendidik kesehatan sebagai kelompok referensi (reference group) bagi masyarakat diharapkan lebih tanggap terhadap kesehatan sehingga dapat dijadikan panutan dalam berperilaku bagi masyarakat. Sebagai kelompok referensi, pendidik kesehatan seharusnya melakukan upaya pencegahan penyakit dan deteksi dini penyakit minimal dengan melakukan medical checkup. Pendidik kesehatan di FK Unud selalu memperhatikan kesehatannya dengan melakukan pola hidup sehat namun masih ada pendidik kesehatan yang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan atau medical checkup untuk mendeteksi dini penyakit dalam dirinya. Kebanyakan pengguna layanan medical checkup yang tersedia di klinik ataupun di rumah sakit adalah rujukan perusahaan untuk seleksi karyawan baru dan pasien rujukan dokter yang menderita penyait tertentu. Untuk itu, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana perilaku pendidik kesehatan dalam melakukan medical checkup untuk deteksi dini masalah kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas

(21)

6

1.3Pertanyaan Penelitian

Bagaimana perilaku pendidik kesehatan dalam melakukan medical checkup untuk deteksi dini masalah kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana?

1.4Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Menggambarkan perilaku pendidik kesehatan dalam melakukan medical checkup untuk deteksi dini masalah kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melihat perilaku pendidik kesehatan dalam melakukan medical checkup berdasarkan karakteristik sosiodemografi yaitu umur, jenis kelamin, tingkat ekonomi (penghasilan), profesi dan pendidikan.

2. Mengetahui bagaimana perilaku pendidik kesehatan berdasarkan riwayat keluarga dan persepsi menurut teori health belief model (persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan dan cues to action) dalam melakukan medical checkup untuk deteksi dini masalah kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

1.5Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

(22)

7

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan rumah sakit atau klinik penyedia layanan medical checkup dalam mengambil tindakan dalam upaya promosi kesehatan untuk mendukung upaya preventif dengan deteksi dini serta melakukan promosi layanan medical checkup. b. Bagi Institusi Pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pustaka untuk penelitian lebih lanjut serta bahan pertimbangan untuk melakukan program intervensi maupun promosi kesehatan pada masyarakat. c. Bagi Masyarakat, laporan penelitian ini dapat menambah referensi dan sumber informasi mengenai manfaat melakukan medical checkup dan pentingnya melakukan medical checkup untuk mendeteksi penyakit-penyakit yang tidak memiliki gejala klinis seperti penyakit tidak menular.

1.6Ruang Lingkup Penelitian

(23)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Perilaku

Menurut teori Kurt Lewin, perilaku adalah hasil interaksi antara orang (person) dengan lingkungan (environment). Dimana orang (person) dalam perilaku merupakan suatu yang kompleks karena dipengaruhi oleh banyak aspek untuk mendapatkan respons stimulus pada diri orang tersebut (Notoatmodjo, 2014)

2.1.1 Perilaku Kesehatan

(24)

9

2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Medical Checkup

Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan medical checkup pada dasarnya berhubungan dengan faktor terjadinya perilaku kesehatan, dimana seseorang akan mengambil suatu tindakan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor-faktor yang disebutkan dalam teori perilaku health belief model.

Teori health belief model diadaptasi dari teori Kurt Lewin (1954) yang pertama kali dikemukakan pada tahun 1966 oleh Rosenstock dikoseptualisasikan untuk melihat hubungan antara keyakinan terhadap kesehatan dengan perilaku, terutama dalam membuat perilaku menjadi lebih atau kurang menarik untuk dilaksanakan (Abraham & Sheeran, 2005).

(25)

10

Teori ini dikembangkan pada tahun 1950-an untuk menjelaskan mengapa program pemeriksaan penyakit sejak dini atau skrining dianjurkan untuk dilaksanakan di United State (US) oleh Departemen Kesehatan US (Hochbaum, 1958). Dalam teori health belief model ini dijelaskan ada empat variabel utama yang menentukan perilaku pencegahan dan pengobatan penyakit yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits and barriers, dan cues to action (Abraham & Sheeran, 2005).

1. Perceived susceptibility (Persepsi Kerentanan)

Perceived susceptibility mengacu pada persepsi subjektif seseorang tentang risiko dari kondisi kesehatan dan kerentanan terhadap penyakit yang dihadapi (Strecher & Rosenstock, 1997). Perceived susceptibility juga diartikan sebagai perceived vulnerability yang berarti kerentanan yang dirasakan pada kemungkinan seseorang dapat terkena suatu penyakit. Jika persepsi kerentanan terhadap penyakit tinggi maka perilaku sehat yang dilakukan seseorang juga tinggi (Abraham & Sheeran, 2005).

2. Perceived severity/seriousness (Persepsi Keseriusan)

Perceived severity yaitu mengenai keseriusan dari suatu penyakit untuk

(26)

11

Oktaviana tahun 2015, wanita usia subur dengan persepsi keseriusan penyakit tinggi mempunyai kemungkinan 15,49 kali lebih besar untuk melakukan skrining IVA dibandingkan wania usia subur dengan persepsi keseriusan penyakit rendah.

3. Perceived benefits and barriers (Persepsi Manfaat dan Hambatan)

Perceived benefits adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari metode yang

disarankan untuk mengurangi risiko penyakit (Abraham & Sheeran, 2005). Individu yang sadar akan keuntungan deteksi dini penyakit akan terus melakukan perilaku sehat seperti medical checkup. Sedangkan perceived barriers berarti hambatan yang dirasakan dalam upaya mengubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat (Abraham & Sheeran, 2005). Jika persepsi hambatan terhadap perilaku sehat tinggi maka perilaku sehat tidak akan dilakukan. Pada umumnya, manfaat lebih dipertimbangkan dalam mengambil sebuah tindakan dibandingkan hambatan yang mereka hadapi (Ramlan, 2014).

4. Cues to Action (Pedoman dalam Mengambil Tindakan)

Cues to action adalah keadaan yang membuat seseorang merasa butuh mengambil tindakan untuk melakukan perilaku sehat. Cues to action berarti dukungan atau dorogan dari lingkungan terhadap individu yang melakukan perilaku sehat yaitu dengan adanya faktor-faktor eksternal berupa isyarat atau tanda-tanda mengenai penyakit seperti anjuran dari teman dan tenaga medis atau pengalaman orang terdekat (Subagiyo, 2014).

5. Riwayat Penyakit Keluarga

(27)

12

gen, lingkungan serta gaya hidup (Rahmawati, 2009). Riwayat penyakit keluarga paling berpengaruh terhadap kejadian PTM pada anggota keluarga lainnya, salah satunya pada penderita kanker payudara dimana wanita dengan riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara memiliki risiko terkena kanker payudara 5,7 kali dibandingkan wanita yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara (Mediasta, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana (2015) menyebutkan bahwa riyawat penyakit yang terdapat dalam keluarga dapat mendorong seseorang untuk berperilaku sehat dan melakukan deteksi dini pada penyakit tersebut.

6. Karakteristik Sosiodemografi

Karakteristik sosiodemografi seperti jenis kelamin, umur, pendidikan dan tingkat ekonomi menyebabkan adanya perbedaan tipe, frekuensi penyakit dan persepsi masing-masing individu sehingga perilaku kesehatannya juga berbeda (Strecher & Rosenstock, 1997).

a. Umur

(28)

13

b. Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin pada karakteristik individu akan menimbulkan perbedaan dalam penggunaan pelayanan kesehatan, termasuk jenis pemeriksaan yang dilaksanakan. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan risiko penyakit yang dirasakan (Citerawati SY, 2002). c. Tingkat Ekonomi

Tingkat ekonomi seseorang dapat dilihat melalui penghasilan yang diperoleh orang tersebut setiap bulannya. Tingkat ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan. Biaya yang dibutuhkan dalam melakukan medical checkup menjadi penyebab masih sedikitnya orang yang mau melakukannya. Sebagian menganggap biaya medical checkup bisa dialihkan untuk keperluan lain (Rosatuti, 2001). Apabila seseorang memiliki kemampuan ekonomi, akan mempengaruhi keinginan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan termasuk pada pelayanan medical checkup (Ramlan, 2014).

d. Pendidikan

(29)

14

lebih banyak yang melakukan pemeriksaan deteksi dini pada penyakit kanker leher rahim.

2.2Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan dampak dari perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi penyakit tidak menular meliputi penyakit degeneratif dan man made disease yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan mortalitas (Rahajeng & Tuminah, 2009). Pada perjalanan alamiah penyakitnya, PTM seringkali tidak memiliki gejala dan tidak menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga PTM memiliki sebutan the silent killer (Kemenkes RI, 2014).

Kejadian PTM disebabkan oleh pergeseran gaya hidup di masyarakat yang mulai megadopsi perilaku tidak sehat. Adapun proporsi kematian akibat PTM pada masyarakat dengan usia kurang dari 70 tahun antara lain penyakit kardiovaskular sebesar 39%, kanker sebesar 27%, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan dan penyakit tidak menular lain menyebabkan kematian sekitar 30%, serta diabetes menyebabkan 4% kematian (Kemenkes, 2012).

Penyakit-penyakit tersebut memiliki tingkat keseriusan yang tinggi sehingga berbagai upaya pencegahan untuk mengurangi faktor risiko dilakukan agar dapat menekan angka kematian akibat PTM, termasuk dengan melakukan medical checkup sebagai upaya deteksi dini dari penyakit-penyakit yang seringkali

(30)

15

2.3Medical Checkup

2.3.1 Pengertian Medical Checkup

Medical checkup merupakan serangkaian pemeriksaan kesehatan untuk

mengetahui kondisi kesehatan seseorang dalam upaya deteksi dini suatu penyakit. Pelaksanaan medical checkup bertujuan untuk mendeteksi sejak dini penyakit sehingga dapat mencegah berkembangnya penyakit dengan melakukan pengobatan sesegera mungkin, menghemat biaya pengobatan, mencegah adanya komplikasi penyakit, memperpanjang usia produktif, meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia harapan hidup (Sulistya, 2012).

2.3.2 Jenis Pemeriksaan dalam Medical Checkup

Dalam medical checkup, terdapat berbagai jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan fisik (non laboratorium) dan pemeriksanaan laboratorium. Pemeriksaan non laboratorium yang dapat dilakukan dalam medical checkup yaitu pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan mata, THT (telinga, hidung

dan tenggorokan), saraf, radiologi, foto thorax, mammografi, elektrokardiografi (EKG) dan echokardiografi. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang biasanya dilakukan yaitu pemeriksaan darah dan urine (Rosatuti, 2001).

(31)

16

tidak menular biasanya dapat muncul tanpa adanya gejala dari faktor risiko (Kemenkes RI, 2014). Adapun pemeriksaan yang sering dilakukan oleh masyarakat yaitu pada penyakit tidak menular seperti:

1. Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak yang diderita perempuan di Indonesia, kasus baru kanker serviks ditemukan 40-45 kasus perhari dengan 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker serviks. (Nurwijaya et al, 2010 dalam Damailia & Oktavia, 2014). Pasien kanker, khususnya kanker serviks seringkali datang mencari pengobatan ketika penyakit sudah memasuki stadium lanjut sehingga biaya pengobatan lebih mahal dan sulit untuk memperoleh kesembuhan. Dari tingkat keganasan penyakitnya, mendorong masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker serviks (Murniati & Lisuwarni, 2014).

a. Pemeriksaan Kanker Serviks dengan Metode Pap Smear

Pap smear merupakan pemeriksaan sitologis dari apusan sel-sel yang diambil dari leher rahim untuk melihat perubahan sel yang mengindikasi terjadinya inflamasi, displasia atau kanker leher rahim (Depkes RI, 2009). Manfaat dari pemeriksaan Pap Smear adalah untuk mendeteksi dini tentang ada atau tidaknya radang pada rahim serta tingkat radangnya, kelainan degeneratif pada rahim, dan tanda-tanda keganasan pada rahim (Sumaryati, 2003 dalam Triana, 2014).

b. Pemeriksaan Kanker Serviks dengan Metode IVA

(32)

17

keadaan hamil maupun sedang haid karena akan berpengaruh pada hasil pemeriksaan (Depkes RI, 2009). Pemeriksaan IVA merupakan salah satu metode deteksi dini kanker serviks yang aman dan murah (Dewi L., et al., 2013).

2. Kanker Payudara

Kanker payudara masih menjadi masalah di Indonesia, karena 68,6% pasien berobat ke dokter pada stadium lanjut (IIIa dan IIIb), sedangkan pada stadium dini (stadium I dan II) hanya 22,4% (Azamris, 2006 dalam Rahmatari, 2014). Setiap tahunnya pasien yang positif kanker payudara terus meningkat, oleh karena itu dibutuhkan upaya pencegahan berupa tindakan deteksi dini sebab deteksi dini ini dapat menekan angka kematian kanker payudara sebesar 25–30% (Pramitasari & Sarwono, 2008 dalam Rahmatari, 2014).

Medical checkup yang mengkhusus pada penyakit kanker payudara

biasanya dilakukan dengan mamografi. Mamografi merupakan salah satu cara untuk mendeteksi kanker payudara dengan bantuan sinar-X yang berdosis rendah. Mamografi dapat mendeteksi adanya benjolan atau tumor yang menjadi awal kanker payudara yang bersifat jinak atau ganas. Deteksi dini kanker payudara melalui mamografi dapat meningkatkan kesempatan untuk bertahan hidup.

(33)

18

3. Hipertensi

Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi (Rahajeng & Tuminah, 2009). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ≥ 140 mmHg (tekanan sistolik) dan/atau ≥ 90 mmHg (tekanan diastolic). Deteksi dini hipertensi dilakukan

dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah yang selanjutnya diberi penatalaksanaan untuk menurunkan faktor risiko. Deteksi dini penyakit hipertensi sangat bermanfaat untuk menekan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular. Selain itu dengan adanya deteksi dini penyakit hipertensi, masyarakat dapat lebih tanggap untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya hipertensi (Depkes RI, 2006).

4. Diabetes Melitus (DM)

Penyakit gula atau DM disebabkan oleh gangguan metabolisme yang berhubungan dengan hormon insulin. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah melalui deteksi dini dan menurunkan faktor risiko (Sinaga, 2011). Deteksi dini penyakit diabetes mellitus (DM) dilakukan dengan pemeriksaan gula darah meliputi Gula Darah Sewaktu (GDS), Gula Darah Puasa (GDP) dan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) untuk penegakan diagnosis apakah seseorang menderita DM atau tidak (Depkes RI, 2008). 5. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

(34)

19

faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes mellitus serta mengidentifikasi penderita dengan risiko tinggi yang memiliki pola hidup tidak sehat merupakan salah satu upaya yang sangat bermanfaat dalam melakukan pencegahan atau memperlambat timbulnya PJK (Abidin, 2012).

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang terjadi sebagai manifestasi dari penurunan suplai oksigen ke otot jantung dari penyempitan atau penyumbatan aliran darah pada arteri koronaria yang manifestasi klinisnya tergantung pada berat ringannya penyumbatan. (Depkes RI, 2006). Deteksi dini PJK yang sering dilakukan yaitu dengan elektrokardiografi (EKG) dan echokardiografi.

6. General Medical Checkup

General Medical Checkup termasuk salah satu jenis medical checkup

Referensi

Dokumen terkait

PURWOREJO, FP – Dalam rangka Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari ke-64 serta memperingati Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional tahun 2016, Bhayangkari Polres Purworejo

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berkemampuan matematika tinggi mampu menyatakan informasi-informasi yang diberikan dalam permasalahan dalam bentuk matematika berupa

KRITERIA PKM indwiani@gmail.com (FK UGM) 11 No KRITE- RIA BIDANG KEGIATAN PKMP *) PKMT*) PKMK*) PKMM*) PKMKC*) PKM-AI PKM- GT*) 1 Inti Kegiatan Karya krea-tif, inovatif

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara parsial, Volume Peragangan Saham berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham, Inflasi

Buku Ester menceritakan bagaimana Allah memakai seo- rang gadis Yahudi yang cantik untuk menyelamatkan bang- sanya dari pembunuhan besar-besaran selama penawanan itu... Jika

Kebutuhan prasarana drainase perkotaan semakin dirasakan akibat pesatnya pembangunan Kota Padang Panjang tersebut sehingga sistim jaringan drainase yang telah ada tidak

HIMPUNAN MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Sekretariat : Gedung PSKM Universitas Udayana, Jl..

• Pendekatan keluarga pada pengendalian penyakit diarahkan untuk pembudayaan PHBS, pengendalian faktor risiko, deteksi dini penyakit dan peningkatan kemampuan keluarga dalam