• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Perangkat Desa Dalam Menghadapi Pemilu 1977 Di Boyolali T1 152009001 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Perangkat Desa Dalam Menghadapi Pemilu 1977 Di Boyolali T1 152009001 BAB IV"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ISI DAN PEMBAHASAN A. Geografis Boyolali

Kabupaten Boyolali termasuk Daerah tingkat II, Boyolali meliputi luas 105.510,0965 hektare, terdiri dari lima pembantu Bupati, 19 Kecamatan, dan 267 desa. Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali secara geografis terletak antara 110022’ bujur timur dan 70071’ lintang timur. Batas-batas wilayah kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali adalah sebelah utara Kabupaten Semarang, sebelah Selatan Kabupaten Klaten dan DIY, sebelah Barat Kabupaten Magelang dan Semarang, Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Sukoharjo dan Kotamadya Surakarta. (Profil Propinsi Republik Indonesia JATENG:1992:hal 154).

Letak Geografis Kabupaten Boyolali membentang dari barat-timur sepanjang 48 km, dan utara-selatan 54 km. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah dan dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal. Menurut ketinggian, wilayah Kabupaten Boyolali dikelompokkan sebagai berikut:

(2)

iklim yang sejuk dan sesuai untuk pertanian. Pertanian yang cocok di daerah ini adalah jenis tanaman seperti kol, wortel, bawang merah, tembakau, teh, dan cengkeh. Wilayah ini juga sebagai pusat produksi susu di Boyolali. Dengan tanah vulkanik yang baik dan dekat pusat administrasi kabupaten, wilayah ini memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Pada wilayah kedua gunung berapi, budidaya pertanian oleh masyarakat hingga batas sekitar 1600-1800 m di atas permukaan laut dan berakhir di perbatasan hutan nasional yang dilindungi.

(3)

tersebut digunakan sebagai akomodasi ketika hendak berangkat ziarah ke Makkah untuk ibadah haji melalui Bandara Internasional Adi Sumarmo karena antara asrama haji dengan Bandara jaraknya sangat dekat.

(4)

Bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Grobogan merupakan daerah perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. B. Keadaan Masyarakat Boyolali

Boyolali merupakan wilayah karesidenan Surakarta. Tahun 1973-1975 Boyolali memiliki 5 daerah kawedanan, 19 Kecamatan dan 267 desa (pembagian administrasi provinsi Jateng 1975). Pada tahun tersebut penduduk Boyolali terdiri dari 169.404 laki-laki, 186.008 perempuan, 381.152 anak-anak, jadi jumlah total penduduk Boyolali adalah 736.564 jiwa (biro Pusat Statistik Jakarta). Angka tersebut membuat Kabupaten Boyolali termasuk 10 terbanyak jumlah penduduk di Jawa tengah. Sebagian besar penduduk Boyolali adalah asli keturunan Jawa, karena menurut jumlah sensus penduduk pada tahun 1975 jumlah warga negara asing Cina dan keturunan Cina yang mendiami Boyolali hanya sejumlah 285 jiwa asli warganegara Cina dan 216 jiwa warga Negara Indonesia keturunan Cina. Sifat gotong royong, tata karma, dan menghargai orang yang lebih tua seperti di dalam tatanan kesopanan orang Jawa masih dilakukan masyarakat Boyolali. Perbedaan etnis tidak membuat luntur nilai-nilai yang sudah ada di Boyolali.

(5)

jumlah 33 siswa seharusnya paling tidak ada 2 guru persekolah. Boyolali juga memiliki sejumlah 420 Lembaga sekolah untuk Sekolah Dasar, dengan banyaknya murid 64.624 jiwa dengan tenaga pengajar sejumlah 2.265 jiwa untuk guru SD, dapat disimpulkan setiap 154 siswa dibimbing sebanyak 5 guru.

Letak geografis Boyolali yang merupakan dataran tinggi dan dataran rendah, serta memiliki area persawahan sehingga mayoritas mata pencaharian penduduk Boyolali adalah beternak. Masyarakat Boyolali lebih dikenal sebagai peternak sapi, hal ini bisa dibuktikan dari data tentang banyaknya unggas dan ternak di Jawa tengah yang mencapai angka tertinggi pada tahun 1975, yaitu :

Jenis Ternak Jumlah Keterangan Kuda Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Ayam Itik

4529 ekor 93006 ekor 15092 ekor 134630 ekor 36451 ekor 1705 ekor 389600 ekor 14300 ekor

Jenis peliharaan Kuda, sapi, kambing merupakan jumlah ternak terbanyak nomer 1 di Jawa Tengah.

(sumber : Dinas Peternakan Jawa Tengah tahun 1975)

(6)

Kabupaten Boyolali tidak tertinggal pula dalam masalah komunikasi, walaupun jumlahnya juga terbatas. Pada tahun 1975 Boyolali sudah memiliki 7.729 pesawat radio dan 47 pesawat TV. Jumlah ini masih sedikit dibandingkan daerah-daerah lain di Jawa tengah. Maka dari itu tingkat pengetahuan dan pendidikan di Boyolali perkembangannya tidak sepesat wilayah-wilayah yang memiliki pesawat tv lebih banyak. Jarak dan sarana transportasi yang berada di Boyolali merupakan faktor penghambat informasi cepat sampai ke daerah-daerah pedesaan, karena Boyolali sebagian besar wilayahnya adalah berada di pedesaan.

C. Pemerintahan Boyolali

Boyolali merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat administrasi Boyolali terletak sekitar 25 km sebelah barat Surakarta. Kabupaten Boyolali terdiri atas 19 Kecamatan, yang dibagi menjadi 260 desa dan 7 keLurahan.

Perangkat pemerintahan di dalam Kabupaten/kota antara lain:

a. Bupati/walikota, adalah kepala daerah. Bupati adalah pimpinan pemerintahan kabupaten, sedangkan walikota adalah pimpinan pemerintahan kota. Dalam menjalankan tugasnya bupati dan walikota dibantu oleh wakil bupati dan wakil walikota. Letkol Soehardjo adalah kepala Bupati Boyolali pada tahun 4-11-1972 s/d 09-06-1979

(7)

Selain DPRD juga bertugas untuk membuat peraturan daerah dan menetapkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBD).

c. Kepolisian resort (Polres), merupakan lembaga kepolisian yang berada di tingkat kabupaten/kota. Polres dipimpin oleh seorang kepala kepolisian resort yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di kabupaten/kota.

d. Komando distrik militer (Kodim), adalah lembaga militer yang berada di tingkat kabupaten/kota. Dipimpin oleh komandan distrik militer (Dandim). Kodim bertugas menjaga keutuhan wilayah kabupaten/ kota dari ancaman dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar wilayah kabupaten/kota. e. Pengadilan negeri, merupakan lembaga peradilan yang berada di tingkat

kabupaten/kota. Pengadilan negeri adalah tempat untuk mengadili perkara dan tempat orang mencari keadilan. Pengadilan negeri merupakan pengadilan tingkat pertama. Pengadilan negeri dipimpin oleh seorang hakim.

(8)

Bagan struktur organisasi pemerintahan kabupaten sebagai berikut :

Tugas dan Wewenang : a. Bupati

Pada dasarnya, bupati memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD kabupaten. Bupati dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di kabupaten setempat. Bupati merupakan jabatan politis (karena diusulkan oleh partai politik).

b. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

(9)

c. Sekretariat Daerah

Sekretariat daerah dipimpin oleh sekretaris daerah. Tugas sekretaris daerah adalah membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan

mengoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah. d. Sekretariat DPRD,

Tugas sekretariat DPRD antara lain:

1. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD. 2. Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD. 3. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD.

4. Menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan DPRD dalam pelaksanaan fungsinya sesuai kemampuan daerah. e. Polisi Pamong Praja

Tugas polisi pamong praja adalah memelihara ketenteraman dan ketertiban umum serta merupakan penegak peraturan daerah.

f. Kecamatan

Kecamatan merupakan bagian dari wilayah kabupaten. Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat. Wilayah Kecamatan terdiri atas beberapa

desa/keLurahan. g. KeLurahan

Wilayah keLurahan terdapat di daerah kota. KeLurahan adalah wilayah kerja Lurah. KeLurahan merupakan perangkat kabupaten/kota di bawah

(10)

h.Dinas Daerah

Dinas daerah adalah unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh kepala dinas. Kepala dinas diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah. Contoh dinas daerah antara lain dinas pendidikan, dinas pekerjaan umum, dinas kesehatan, dinas pendapatan daerah, dan sebagainya.

i. Lembaga Teknis Daerah

Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah yang sifatnya spesifik yang berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah.

D. Pemilu Tahun 1977

Pemilihan umum bagi negara demokrasi seperti negara Indonesia sangat penting artinya karena menyalurkan kehendak asasi politik bangsa, yaitu sebagai pendukung/pengubah personil–personil dalam lembaga negara, mendapatkan dukungan mayoritas rakyat dalam menentukan pemegang kekuasaan negara terutama pemegang kekuasaan eksekutif serta rakyat secara periodik dapat mengoreksi atau mengawasi lembaga eksekutif khususnya dan lembaga Negara lain pada umumnya. Indonesia sudah melakukan Pemilu sejak masa Orde Lama pada masa pemerintahan Soekarno.

(11)

kedudukannya sesuai dengan prinsip persamaan di depan hukum. Pemilihan umum 1955 semua wakil rakyat dipilih melalui pemilihan umum dan tidak ada yang diangkat (Asshidique 1994:168). Pada masa Orde Baru terjadi penyelenggaraan pemilihan umum dalam 6 (enam) kali Pemilu yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Organisasi penyelenggara pemilihan umum pada masa Orde Baru adalah Lembaga Pemilihan Umum (LPU) yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri. Dari sejumlah pelaksanaan Pemilu tersebut terdapat persamaan dan perbedaan.

Pemilu Tahun 1977 adalah pemilu kedua setelah pemilu pertama pada tahun 1971 pada masa Orde Baru pemerintahan Soeharto. Pada pemilu tahun 1977 ini pesertanya jauh lebih sedikit yaitu , dua parpol dan satu Golkar. Hal ini terjadi setelah pemerintah bersama-sama menyedernakan jumlah partai menurut UU no 3 tahun 1975 tentang partai Politik dan Golkar. Kedua partai itu adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai demokrasi Indonesia (PDI) dan satu Golongan Karya (Golkar).

(12)

partai diterapkan itu akan menjadi masalah bagi Indonesia. Penyederhanaan Parpol bertujuan untuk menghindari terjadinya perpecahan dalam masyarakat, dan hal itu juga member pengaruh yang tidak baik pada system pemerintahan parlementer, karena menimbulkan tidak adanya stabilitas dibidang politik. Penyederhanaan dua partai adalah sistem dimana dalam Negara dan Badan Perwakilan Rakyat (parlemen) hanya ada dua partai politik yang menjadi pengaruh yang menentukan dalam kehidupan polittik. Diantara dua partai politik tersebut ada satu partai politik yang menguasai

terbanyak mutlak dalam Badan Perwakilan Rakyat (Sri Soemantri:1969:37). Dalam teori demokrasi liberal Pemilihan Umum adalah prinsip

kedaulatan rakyat dan praktek pemerintahan oleh sejumlah kecil pejabat. Warga Negara memilih para pemimpinnya dan melalui mereka diputuskan isu-isu harian yang subtansif. Kepastian bahwa hasil pemilihan umum mencerminkan kehendak rakyat diberikan oleh seperangkat jaminan (R. William Liddle.1992:33).

Pemerintah Orde Baru yang merupakan satu-satunya pemerintah dalam perjalanan panjang bangsa Indonesia, duduk di kursi pemerintahan melalui proses pemilihan umum secara bertahap melalui berbagai strategi lembaga serta doktrin politik dan ekonomi. Hal ini dapat meneguhkan kekuasaaannya diatas landasan yang sangat kokoh, stabil dan efektif.

(13)

lembaga yang ada di dalam pemerintah dan lembaga–lembaga antara yang memungkinkan masyarakat berinteraksi dengan lembaga–lembaga pemerintahan. Lembaga–lembaga pemerintah itu mencakup lembaga– lembaga kepresidenan yang menjadi pusat kegiatan politik di Era Orde Baru lembaga legislatif yang sering tidak diperhitungkan, lembaga birokrasi yang menjadi mesin politik dan ekonomi yang efektif bagi rezim Orde Baru dan lembaga militer (ABRI) yang memiliki fungsi ganda yang khas sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan kekuasaan sosial politik. Lembaga– lembaga tersebut mencakup partai politik, kelompok kepentingan dan kelompok penekanan. Secara keseluruhan bagian ini hendak menekankan bahwa perlembagaan itu memiliki kadar dan intensitas yang masih lemah.

(14)

1. Menyusun lembaga pemusyawaratan atau perwakilan rakyat untuk mewujudkan susunan tata kehidupan yang dijiwai semangat pancasila dan UUD 1945.

2. Memilih wakil-wakil rakyat oleh rakyat yang membawa isi hati nurani rakyat dalam melanjutkan perjuangan mempertahankan dan mengembangkan kemerdekaan guna memenuhi dan mengemban amanat penderitaan rakyat (ampera).

3. Pemilihan umum tidak hanya sekedar memilih wakil–wakil rakyat untuk duduk dalam lembaga permusyawaratan atau perwakilan rakyat tetapi memilih sosok pemimpin yang bisa mengayomi masyarakatnya dan melindungi masyarakatnya, dan menanamkan asas demokrasi di masyarakat.

4. Pemilihan umum adalah suatu alat yang penggunaannya tidak boleh merusak sendi–sendi demokrasi tetapi menjamin suksesnya perjuangan Orde Baru yaitu tetap tegaknya pancasila dan dipertahankannya UUD 1945.

5. Tidak untuk menyusun negara baru dengan falsafah baru. 6. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

(15)

yang dilaksanakan berdasarkan UU No. 7 tahun 1953 selain berasaskan pada langsung, umum, bebas dan rahasia, pada pemilu tersebut juga berasaskan pada jujur dan berkesamaan. Adapun asas pemilihan umum yang pernah ataupun yang masih digunakan di Indonesia antara lain :

1. Langsung adalah setiap pemilih memberikan suaranya secara langsung tanpa perantara atau diwakilkan orang lain.

2. Umum yaitu setiap Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah memenuhi syarat dapat ikut serta menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum. 3. Bebas adalah pemilih dalam menggunakan hak pilihnya dijamin

keamanannya untuk memilih sesuai dengan hati nuraninya tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

4. Rahasia adalah pilihannya dijamin oleh peraturan dan tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan cara apapun ketika menentukan pilihannya/secret ballot.

5. Kebersamaan adalah pemungutan suara dilakukan serentak atau bersama diseluruh wilayah Indonesia.

6. Jujur adalah panitia penyelenggaraan pemilihan umum haruslah memberikan informasi sesuai dengan fakta dan peraturan yang berlaku. Adil yaitu panitia penyelenggara pemilihan umum haruslah memberikan perlakuan yang sama dan bebas dari kecurangan pihak manapun.

(16)

Pada tanggal 2 Mei 1977 diselenggarakan pemilihan umum yang ketiga dalam Sejarah Nasional Indonesia dan kedua kalinya diadakan berdasarkan UUD 1945 pada masa Orde Baru. Pemilihan umum 1977 hanya diikuti oleh 3 peserta, dimana dua diantaranya adalah hasil fusi dari beberapa partai yaitu :

1. Partai Persatuan Pembangunan Partai Persatuan Pembangunan ini merupakan fusi dari partai-partai Islam seperti NU, PERTI, Parmusi dan PSSI.

2. Golongan Karya

3. Partai Demokrasi Indonesia Partai Demokrasi Indonesia merupaka fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Kristen dan IPKI (Sukarna 1990:34) Asas pemilihan umum tahun 1997 masih sama seperti Pemilu sebelumnya yaitu Langsung, Umum Bebas dan Rahasia (LUBER). Untuk pemilihan anggota DPR dan DPRD dipakai sistem perwakilan berimbang dengan stelsel daftar. Dengan demikian maka besarnya kekuatan perwakilan organisasi dalam DPR dan DPRD adalah sejauh mungkin berimbang dengan besarnya dukungan dalam masyarakat pemilih. Sistem daftar begitu pula sistem Pemilu menggambarkan adanya pengakuan terhadap stelsel organisasi yang ikut serta dalam kehidupan ketatanegaraan. Tiap-tiap daerah Tingkat II mendapat sekurang-kurangnya seorang wakil yang ditetapkan berdasarkan sistem perwakilan berimbang yang akan diatur dalam peraturan pemerintah.

a. Aturan- aturan Pemilu

(17)
(18)

ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Keputusan ini dibuat pada 10 April 1976 dan ditanda tangani oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.

Boyolali termasuk Daerah tingkat II melaksanakan sesuai ketetapan pemilu diadakan sama seperti ketetapan Presiden yaitu pada hari senin pahing, tanggal 2 Mei 1977 di setiap daerah. Sebelum diadakannya pemilihan umum Boyolali sendiri ada persiapan-persiapan menghadapi pemilihan Umum tahun 1977, antara lain dengan pembentukan Badan Penyelenggara / aparat Pemilihan Umum 1977 yaitu antara lain :

a) Panitia Pemilihan Daerah Tingkat II (P.P.D.II.) Boyolali dibentuk oleh Gubernur Kepala Daerah/ ketua Panitia Pemilihan Daerah Tingkat I Jawa Tengah dengan surat keputusan tanggal 1976 nomor: 01/PPD-1/1976, dan Bupati Kepala Daerah karena jabatannya diangkat sebagai ketua P.P.D.-1. b) Pengangkatan Wakil ketua dang anggota-anggota P.P.D.-1. Dengan Surat

Keputusan Gubernur Kepala Daerah/ ketua P.P.D.-1. Jawa tengah tanggal 3 Maret 1976 nomer : P.P.D.-1/07/III/1976.

c) Pengangktan sekretaris P.P.D.-1I Boyolali diatur dengan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah/ ketua P.P.D-I. Jawa Tengah tanggal 3 Maret 1976 nomer : PPD-I/08/III/1976.

(19)

jadi terdapat 266 orang di Boyolali karena Boyolali sendiri terdapat 19 Kecamatan. Dalam prosedural semua terdapat berbagai masalah yang mempengaruhi pembentukan yaitu adanya pengertian yang baik dan partisipasi dari semua unsur kekuatan sosial politik, dan yang menghambatnya adalah banyaknya anggota-anggota parpol yang diajukan oleh masing-masing Pimpinan Parpol menyatakan keberatan untuk menduduki keanggotan dalam PPS karena “alasan pribadi”.

b. Partai-Partai Peserta Pemilu

Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 1977 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 2 Mei 1977 untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Tingkat I Propinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode 1977-1982. Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 2. Golongan Karya (Golkar)

3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

c. Strategi Pemenang Pemilu.

(20)
(21)

mengganggu persatuan nasional, (3) menyinggung martabat pemerintah, anggota masyarakat lain, dan kepala negara lain, (4) mengevaluasi dan mengkritik kebijakan pemerintah.

Selama masa persiapan Pemilu 1977, ketegangan antara pemerintah dan Islam (PPP) meningkat tajam, yang juga dialami oleh PDI. Praktis ketika diadakan Pemilu pada tanggal 2 Mei 1977, Golkar keluar sebagai kontestan pemenang Pemilu dengan meraih 39.750.096 suara atau 62,11%, mengulangi kemenangannya pada Pemilu tahun 1971. Namun perolehan kursinya menurun menjadi 232 kursi atau kehilangan 4 kursi dibanding Pemilu 1971 (Rauf, dalam Alfian dan Nazaruddin S, 1988: 58)

(22)

Strategi-strategi parpol sangat otoriter dan loyal . hampir semua PNS dan pegawai pemerintah diharuskan untuk memilih partai Golkar. Pada waktu pemerintahan Soeharto dianggap sebagai pemimpin yang ditaktor dan ketika ada kampanye atau semacamnya semua aparat harus menghadirinya tidak boleh tidak sehingga membuat pegawai negeri yang tidak datang ikut serta dalam kampanye akan hilang begitu saja. Jika ada yang menyimpang secara terang terangan pasti tidak akan tau nasib yang akan menimpanya pada waktu itu (wawancara).

Berlainan dengan parpol PNI dan PPP yang mendapatkan jadwal kampanye lebih sedikit dan sarana prasarana kampanye lebih minim sehinnga itu membuat kesenjangan yang sangat Nampak sekali di Boyolali, namun kesenjangan itupun juga tidak mendapatkan protes yang berat karena menjaga keamanannya, keterbatasan jam dan jadwal kampanye partai PPP dan PNI (yang sekarang PDI) membuat kemenangan mereka sangat minim.

(23)

kegiatan kampanye Pemilihan Umum tahun 1977 di Boyolali oleh parta GOLKAR, dengan memasang alat peraga dan dengan mengadakan pertemuan pada waktu itu terdapat 1.316 tanda gambar ukuran <1m2 , 198.940 gambar dengan ukuran >1 m 2 , poster sejumlah 6.574, spanduk 345 buah, terdapat pula pertunjukan kampanye dilapangan sejumlah 4 kali, didalam gedung 193 kali, dan mengadakan jadwal pawai sebanyak 32 kali. Daftar kegiatan kampanye Pemilihan Umum tahun 1977 di Boyolali oleh partai Demokrasi Indonesia yaitu poster hanya sebanyak 17 buah, gambar kecil >1m2 hanya berjumlah 154.442, rapat umum hanya sebanyak 130 kali , pertemuan dilapangan hanya 2 kali dan mendapatkan kesempatan pawai hanya 11 kali. Lain lagi dengan Partai Persatuan Pembangunan yang memiliki daftar kegiatan kampanye pemilihan umum tahun 1977 di Boyolali yaitu poster kecil sebanyak 165.435 lembar, spanduk 281 buah, mengadakan pertemuan rapat-rapat umum sebanyak 131 didalam gedung, di lapangan 16 kali, kemudian mengadakan pertunjukan dilapangan hanya 2 kali, dan pawai sebanyak 24 kali, dari data yang diperoleh saja sudah Nampak terlihat pasrtai mana yang sangat dominan.

Kegiatan-kegiatan terstruktur di Boyolali adalah mengadakan kampanye-kampanye akbar dibalai desa, di lapangan, di kantor-kantor pemerintahan, dijalan-jalan utama maupun jalan-jalan desa, di pasar-pasar, pegajian-pengajian yang diselipkan kampanye politik. Masa yang datang sangatlah ramai jika itu partai yang mendominasi pada waktu itu.

(24)

karnaval-karnval, pawai anak-anak sekolah dengan mengibarkan bendera partai Golkar, pada peringatan 17 Agustus juga diadakan pawai di Boyolali dengan tidak lupa mengibarkan bendera kuning bergambarkan pohon Beringin, semua ikut serta agar tidak terjadi sesuatu semua anggota keluarga harus ikut serta dalam kampanye itu. Dengan menggunakan baju partai Golkar semua berdendang menyorakkan kebesaran partai Golkar. Kampanye biasanya dilaksanakan sebelumnya dikomando oleh perangkat-perangkat desa di Boyolali, tugas perangkat desa ini mengumpulkan seluruh warga untuk mengikuti instruksi mereka yang sudah diberi mandat oleh atasan. Di Boyalali hampir semua Pegawai pemerintahan memilih Golkar. Di Boyolali jika ada kepala Departemen Agama mengadakan kampanye beliau tidak berani mengadakan kampanye besar-besaran karena beliau anggota PPP.

(25)

semua harus wajib ikut serta dalam kampanye maupun karnaval. Entah dihatinya memilih partai yang diperintahkannya itu (GOLKAR) atau bahkan memilih partai lain tanpa sepengetahuan para pamong desa, karena sangat rahasia, ketika melihat gelagat yang melenceng pasti pamong desa akan melaporkan kepada yang lebih atasannya lagi, maka dari itu tidak ada yang berani melawan mereka yang sesungguhnya tugas mereka bukanlah untuk memaksa dalam pemilihan Umum.

d. Peran Perangkat Desa

Konsep peran menurut Soekamto adalah Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran. Dalam penelitian ini peran perangkat desa dalam pemilu 1977 terkait dengan peran tersebut maka perangkat desa idealnya mendapat hak sesuai dengan perannya.

(26)

Wilayah administratif Kabupaten Boyolali mempunyai 262 Desa dan 5 KeLurahan, atau sekitar 98% dari wilayah Kabupaten Boyolali berbentuk Desa dan sistem pemerintahannya dijalankan oleh Perangkat Desa.

Dalam rangka memberikan jaminan dan kepastian hukum terhadap hak-hak sebagai penyelenggara pemerintahan desa, maka perlu diatur ketentuan mengenai kedudukan keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa untuk meningkatkan kesejahteraan dan kinerja dalam rangka melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Golkar dapat memegang pemimpin dan aparat desa, sehingga Golkar dapat mentargetkan jumlah suara yang harus didapat oleh masing-masing pimpinan dan aparat desa (Rusli Karim1983:200). Pemimpin desa menjadi terjepit keadaannya ketika tidak bisa menjamin kemenanngannya. Semakin jauh dari

pusat kota maka semakin leluasa pula Golkar menanamkan pengaruhnya. Anggota Panitia Pemungutan Suara pada pemilihan Umum tahun 1977

menjelaskan tentang apa itu perangkat desa dan menyebutkan tugas-tugas perangkat desa yang sebenarnya. Perangkat desa meliputi :

(27)

dalam Undang-undang No.5 Tahun 1979 Pasal 4 sampai dengan Pasal 13, yang mengatur pemilihan, pengangkatan, pemberhentian, hak, wewenang dan kewajiban Kepala Desa sebagai pimpinan yang loyal pada atasan (Camat) dan juga pada masyarakat yang telah memberi amanat dan mandat lewat pemilihan Kepala Desa.

b. Kamituo , yaitu wakil Kepala Desa atau penasehat Kepala Desa. Desa itu perlu adanya pengganti pak Lurah jika tidak bisa mengikuti kegiatan dari pusat atau semacamnya.

c. Carik, yaitu juru tulis di desa jika itu di pedesaan, jika di keLurahan carik adalah sekretaris desa, sebenarnya hampir sama, namun perbedaannya jika dipedesaan dipilih berdasarkan suara masyarakat sedangkan sekretaris desa di Kecamatan kota berdasarkan pilihan dari pemerintah pusat di boyolali.

(28)

e. Bekel, yaitu di setiap desa dibagi menjadi beberapa dusun di Boyolali, setiap dusun itu memiliki pemimpin yaitu disebut bekel, membantu mengurusi admistrasi di setiap dusunnya.

f. Bayan, yaitu pesuruh di desa, yang menyuruh untuk gotong royong di desa, menjenguk warga yang sakit. Jika di keLurahan kota Boyolali disebut juga dengan sekretaris Kepala Desa.

g. Ulu-ulu di Boyolali hanya ada di system pemerintahan desa di Boyolali karena ulu-ulu ini bertugas mengurusi perairan di desa sperti di cepogo, desa selo, dan pedesaan Boyolal lainnya.

Setiap perangkat-perangkat desa itu dibayar dengan bengkok. Pembagian upah para aparat desa dari tanah bengkok desa ini, adalah menggunakan sistem pembagian upah per bahu yang artinya satu bahu adalah sama dengan 750 M² dengan aturan sebagai berikut. Pembagian upah tersebut besarnya ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Boyolali, Daerah tingkat II Jawa Tengah:

1. Lurah Desa mendapatkan 22 bahu 2. Carik Desa mendapatkan 12 bahu

3. Para Staff (4orang)mendapatkan 4 bahu/ orang 4. Modin (2 orang) mendapatkan 2,5 bahu/orang 5. Pamong Desa (6 orang) mendapatkan 3 bahu/orang 6. Kamituo mendapatkan 6 bahu

(29)

tersebut guna kelancaran panen tanah bengkok desa mereka dan juga agar mendapatkan keuntungan yang dapat digunakan untuk membayaran upah mereka selama 4 (empat) bulan pertama, begitu seterusnya.

Kepala Desa yang terpilih secara demokratis belum tentu memperoleh legitimasi eksistensi dan menopang kelancaran kebijakan maupun tugas-tugas yang diemban, menghadiri acara-acara privat warga, bagi relasi antara masyarakat dengan pemegang kekuasaan (perangkat Desa). Pelayanan administratif (surat-menyurat) kepada warga pengayom warga masyarakat. Para pamong Desa beserta elite Desa lainnya dituakan, secara personal dalam wilayah yang lebih privat ketimbang publik. Batas-batas kebiasaan dan kerelaan pamong untuk beranjangsana harus mengetahui semua hajat hidup orang banyak, sekalipun hanya selembar daun terus-menerus ketika menjadi pemimpin di Desanya.

(30)

Dalam praktiknya antara warga dan pamong Desa menilai kinerja pamong Desa tidak menggunakan kriteria modern transparansi dan (Lurah Desa) merupakan personifikasi dan representasi pemerintah Desa. Legitimasi berarti pengakuan rakyat terhadap kekuasaan dan disampaikan, nilai-nilai yang diakui, serta tindakan yang diperbuat.

Ketika terjadi pemilu tugas-tugas perangkat desa itu beralih fungsi yang semestinya. Sistem tersebut berbeda dengan pemerintahan di desa di Kecamatan kota Boyolali. Pemilu sedang terjadi para perangkat desa itu dikumpulkan dalam suatu rapat untuk memberitahu warganya tentang persiapan-persiapan Pemilu. Ketika ada perangkat desa yang tidak hadir dalam rapat pemilu dibalai desa maka perangkat desa itu akan mendapatkan sangsi yang sangat tegas dari pimpinan. Kedatangan mereka pun di absen dengan cara mereka tanda tangan dibuku yang sudah diberi nama dan keterangan. Perangkat desa mendata warganya dan setiap warga di desa boyolali mendapatkan jatah untuk tanda tangan, barang siapa tidak tanda tangan akan dianggap pengkhianat, dan pengkhianat wajib ditindak lanjuti (wawancara).

(31)

menjalankan mandat. Namun dengan keterpaksaan mereka menjalankan perintah-perintah yang jika tidak dikerjakan akan menanggung resiko yang sangat besar. Secara sosiologis, desa sebagai suatu komunitas yang perilakunya ditandai oleh suasana keguyuban dan kerukunan.

(32)
(33)

desa itu sama sekali tidak mengijinkan utnuk pulang kerumah asalnya, harus tetap berada ditempat sebelum proses pencoblosan selesai, padahal beliau sedang berada di posisi kehilangan orang tua dan harus mengurusi meninggalnya orang tuanya, dengan keterpaksaan dan kebencian beliau harus tetap berada di tempat pemilihan itu, perangkat desa yang sebelumnya sangat ramah dan dekat dengan warga bisa menjadi seorang aparat desa yang sangat kasar dan rela melakukan apa saja demi keamannannya.

Kekuatan politik pada masa Orde Baru juga terbagi menjadi tiga PPP, Golongan Karya dan PDI. Walaupun Golongan Karya selalu menang , tapi PPP dan PDI juga cukup kuat, bahkan ada beberapa pegawai negeri yang dicurigai menggerakan PPP Golongan Karya didukukng oleh pegawai negeri, pamong desa dan sebagian petani atau wiraswasta yang dianggap mampu untuk ukuran desa, PPP didukung oleh sebagian besar warga Muhamadiyah dan PDI dikukung oleh keluarga atau anak anak tokoh PNI dan sebagian besar keluarga yang secara ekonomi kurang mampu untuk ukuran desa itu, begitu penuh rahasia mengenai kekuatan-kekuatan politik.

e. Pencalonan dan pelaksanaan Pmilihan Umum

Organisasi Partai politik dan Golongan Karya yang dapat mengajukan Calon Anggota DPRD/DPR ditetapkan dalam keputusan menteri dalam Negeri / Lembaga pemilihan Umum Nomer : 90/LPU/1976, ialah::

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 2. Golongan Karya (Golkar)

(34)

Jumlah calon yang diajukan oleh masing-masing Organisasi maksimal sebanyak dua kali jumlah anggota DPR/DPRD yang diplih (pasal 19 ayat 4 Undang-Undang Nomer 15 tahun 1969 jo Undang-Undang noemr 4 tahun 1975). Selanjutnya penelitian terhadap persyaratan masing-masing calon dilaksanakan oelh panitia panitia yang dibentuk pada tiap-tiap panitia pemilihan. Setelah penelitian selesai, daftar nama-nama calon sementara tersebut diumumkan untuk mendapatkan tanggapan seperlunya dari masyarakat (pasal 52 Peraturan Pemerintahan Nomer 1 tahun 1976).

Pengajuan calon untuk keanggotaan DPRD tingkat II Boyolali dalam Pemilihan Umum tahun 1977 diterima oleh P.P.D.Tk.II Boyolali dari Partai Politik dan Golongan Karya sebagai peserta Pemilihan Umum pada tanggal 27 September 1976. Jumlah calon yang diajukan oleh masing-masing Organisasi, adalah :

NO ORGANISASI JUMLAH CALON

1 2 3

Golongan Karya

Partai Persatuan Indonesia Partai Demokrasi Indonesia

64 orang 32 orang 40 orang

Susunan panitia PPD, keanggotaannya sebagai berikut :

NO JABATAN NAMA ASAL

(35)

4. Anggota - Drsa.Sadijo - Sri Widodo - Moch Suleiman

SH

PemDa Boyolali. Kejaksaan Boyolali. Pengadilan Negeri Boyolali.

A. Persepsi masyarakat terhadap pelaksanann Pemilu Tahun 1977 di Boyolali

Suatu pemerintahan atau organisasi Negara dibentuk adalah dengan maksud untuk kepentingan masyarakat, sehingga karenanya segala tindak-tanduk dari pemerintahan Negara haruslah diarahkan untuk memenuhi kepentingan masyarakat tersebut ( R.Wiyono,1982:6). Masyarakat Boyolali pada Pemilu tahun 1977 membutuhkan sosok pemimpin atau kader yang mampu melindunginya dari kecaman-kecaman oknum yang tidak berhati nurani. Karena berdasarkan teori tersebut kepentingan masyarakatlah yang harus diutamakan dan bukan kepentingan dari Pemerintah Negara untuk mendapatkan suara terbanyak dalam Pemilu 1977. Kepentingan Pemerintah lebih diutamakan dan tidak dapat menjalankan tugas pemerintah yang semestinya dalam kegiatan Pemilu sehingga tidak ada tanggung jawab secara langsung maupun tidak langsung oleh Organisasi kekuatan social Politik.

(36)

mempunyai kekuatan politik terbesar. Parpol yang tidak memiliki masa banyak hanya menjadi Parpol pendamping (wawancara). Kondisi yang dibuat tenang ini sebenarnya hanya Nampak diluarnya saja. Hati masyarakat Boyolali menjerit karena pemaksaan dan kekerasan terjadi dimana-mana.

Pelaksanaan pemilu pada tahun 1977 adalah pemilu yang tidak berdasarkan keikhlasan hati masyarakat untuk memilih. Pemilu yang dianggap hanya sebagai melindungi diri dari rezim Orde Baru, namun disuatu kondisi dapat dilihat tidak ada partai politik yang berani memberikan suap menyuap, serangan fajar dan semacamnya, semua tampak bersatu dan rukun, walaupun mereka sadar bahwa kondisi itu memang dibuat seperti itu agar tidak terlihat gelagat yang mencurigakan. Seluruh Pegawai Negeri Sipil mau tidak mau harus memilih partai yang mendominasi pada saat itu. Namun ketika saya bertanya pada beliau apakah nyaman dengan keadaan pada waktu itu dibandingkan dengan keadaan sekarang ini beliau berterus terang semua ada segi positif dan negatifnya.

Positifnya, pada pemilu 1977 semua hadir dalam pemilu dari persiapan, kampanye, pencoblosan dan penghitungan suara, semua warga rukun dan tenang, tidak ada yng berani gontok-gontokan dan melawan. Beliau menganggap perangkat desa adalah tokoh yang memang patut ditiru dalam apa yang dia perintahkan, karena itu memang amanat.

(37)

batin mereka tetap tersiksa sampai sekarang, bahkan ada yang tidak berani menceritakan keadaan yang sesungguhnya.

Fungsi-fungsi yang akan dilakukan Golongan Karya :

a. Sebagai pengamal serta pengaman Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Menyelenggarakan pendidikan politik.

c. Komunikasi politik dengan masyrakat dan pemerintah secara timbal balik.

d. Pemaduan kepentingan dan pengajuan kepentingan masyarakat sesuai dengan cita-cita pembaharuan dan pembangunan bangsa (Rusli Karim,1983: 165).

Berdasarkan fungsi tersebut seharusnya Golongan Karya mampu merangkul masyarakat Boyolali untuk tetap menjalankan Pemilu secara Demokrasi, bukan malah memanfaatkan situasi. Banyak Parpol merangkul masyarakat sesuai dengan tujuan Parpol tersebut. Golongan Karya merangkul ABRI dan Pegawai Negeri Sipil dalam menjadi kader-kadernya. Merangkul disini menurut masyarakat Boyolali mengajak secara paksa, sedangkan masyarakat sendiri juga mempunyai pilihan tersendiri untuk Parpol yang dikehendakinya.

(38)

Tidak semua sependapat dengan hal tersebut,hal ini terbukti ketika sa;ah satu pensiunan guru di SMP negeri di Boyolali, sampai sekarang ini masih merasakan bagaimana keadaan pemilu 1977 di Boyolali. Beliau ingat sekali ketika Partai itu berkampanye ke kantor tempat beliau bekerja, para tokoh pemerintahan (beliau tidak mau menyebutkan namanya) mereka memaksa para guru itu bertanda tangan untuk memilih partai yang mendominasi. Satu persatu berbaris di ruangan kantor untuk menandatangani kertas yang sudah disiapkan. Ketidakhadiran ketika kampanye akan mendapatkan sangsi yang tegas sehingga membuat beliau mengikut sertakan semua anggota keluarganya untuk memilihnya dan mengkampanyekannya. Namun beliau sangat senang bisa berlindung dibawah kaki partai yang mendominasi sehingga membuatnya aman dan tentram.

Pemilu1977 itu adalah masa lalu yang kelam yang hanya untuk dijadikan pelajaran buat masa depan agar tidak terulang kembali. Pelanggaran dan keputusan-keputusan tidak sesuai dengan aturan-aturan yang telah dibuat oleh Presiden. Perangkat desa yang dengan sengaja menolak untuk tidak mengikuti perintah dan akhirnya perangkat desa itu hilang entah dimana, beliau tidak mau menyebutkan siapa korban-korban pemaksaan pada pemilu 1977.

(39)

Referensi

Dokumen terkait

[diisi nama wket Fkqiaan w.tai W,sumun,n rirrcil yang dilelangkan Oleh p-Okja @ria) p&#34;nnadaan Jasa Konstruksi pada ULP Kabupaten Muara Enim, untuk :.

Well, I can´t afford a more expensive place, so a one-time (please!) cash outlay should be okay.. Daddy, can I borrow

Sehubungan dengan telah dilaksanakannya proses evaluasi pelelangan kegiatan APBD Perubahan pada Dinas PU Cipta Karya dan Pengairan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2011,

Writing an outline will help you to feel better about writing your research paper because you will have a sense of organization and direction after you write it.. Create the

Selanjutnya apabila ada rekanan/perusahaan peserta pelengan umum yang berkeberatan atas pengumuman ini, maka diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis

Sehubungan dengan Pembukaan Penawaran hanya dua penawar/penyedia yang memasuki penawran maka Pokja V ULP Kabupaten Maluku Tengah Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten

¯ Religious or political affiliations ¯ Reasons why you left your last job ¯ Your Social Security Number.. ¯ Health restrictions or

Sehubungan dengan pekerjaan : Pengawasan Pembangunan Jaringan Air Bersih/Air Minum Sumber Dana Alokasi Umum (DAU)(Lelang Ulang) maka dengan ini kami: POKJA Dinas Pekerjaan Umum