Abstrak
Kegiatan seni lukis merupakan salah satu kegiatan yang membutuhkan kreativitas dari seorang manusia, ada berbagai macam teori mengenai proses terjadinya kreativitas pada seorang manusia. Salah satunya menyebutkan bahwa seseorang akan kreatif apabila dia tidak terisolasi, dalam arti lain seseorang harus bertemu dengan orang lain. Maka secara tidak langsung, kultur komunal merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kreativitas manusia, sehingga dalam perancangan ini ada cara untuk mewujudkan kultur komunal yaitu melalui pengorganisasian ruang yang dirancang dengan memberikan banyak jalur sirkulasi yang memungkinkan terjadinya kontak untuk orang. Memanfaatkan area node dengan memberikan tempat berkumpul bagi setiap orang di dalam sebuah
ruang interior, dan pada area sebelum orang melakukan kegiatan di dalam sebuah sanggar maupun galeri seni lukis.
vi Abstract
Painting activity is one activity that requires creativity of a human being ,
there are various theories about the process of creativity in a human being . One
of them said that someone would be creative if he or she is not in the state of
isolation , in the otherwords that the other person has to meet other people . So
indirectly , the communal culture is one way to improve human creativity , and
that in this design there is a way to achieve that is through organizing communal
culture chamber designed to provide plenty of circulation paths that allow the
contact to people . Utilizing node area by providing a gathering place for
everyone in an interior space , and the area prior to the conduct of activities in a
studio and art gallery .
So it is important the influence of the atmosphere of an art studio to create
communal culture for its users in order to optimize the productivity of work in the
field of painting . Additionally interior elements will be very helpful to give the
feel that comes from the creative approach and the essential and analogy of
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Perancangan ... 3
1.4 Manfaat Perancangan ... 4
1.5 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Sanggar ... 6
viii
2.2.1 Tujuan dan Fungsi Galeri ... 9
2.2.2 Benda Pajangan Dalam Galeri ... 9
2.2.3 Standar Ergonomi Galeri ... 11
2.3 Seni Rupa ... 14
2.3.1 Struktur Seni Rupa ... 18
2.3.2 Seni Lukis Indonesia ... 21
2.4 Kreativitas ... 26
2.5 Hasil Survey Museum dan Sanggar Lukis Barli ... 27
2.6 Studi Perbandingan ... 34
BAB III SANGGAR SENI LUKIS 3.1 Deskripsi Proyek ... 38
3.2 NuArt ... 38
3.2.1 Analisa Fungsi ... 36
3.2.2 Analisa Site ... 37
3.3 Tinjauan User ... 40
3.3.1 Identifikasi User ... 40
3.3.2 Job Desk ... 40
3.4 Program Perancangan ... 41
3.4.1 User Activity ... 41
3.4.2 Kebutuhan Ruang ... 41
3.4.3 Zoning dan Blocking Lantai 1 ... 43
3.5 Konsep Perancangan ... 45
3.5.1 Komunal ... 45
3.5.2 Kreatif ... 46
3.5.3 Studi Image ... 48
3.5.4 Tinjauan Warna ... 49
3.5.5 Klasifikasi Pembagian Warna ... 50
3.5.6 Klasifikasi Hubungan Antar Warna ... 51
3.5.7 Pemilihan Warna ... 52
BAB IV “KOMUNAL UNTUK KREATIVITAS” 4.1 Penjabaran Konsep ... 54
4.2 Konsep Bentuk ... 55
4.3 Konsep Warna ... 59
4.4 Konsep Material ... 59
4.5 Konsep Pola ... 61
4.6 Konsep Furniture ... 62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 74
x
DAFTAR GAMBAR
BAB II
KAJIAN TEORI
Gambar 2.1 Sanggar Lukis Anak 7
Gambar 2.2 Sanggar Tari Bulungan 7
Gambar 2.3 Workshop pada sanggar seni lukis 7
Gambar 2.4 Museum Antonio Blanco 8
Gambar 2.5 Galeri Lukisan Van Gogh 8
Gambar 2.6 Standar jarak pandang 11
Gambar 2.7 Keterbatasan jarak pandang 11
Gambar 2.8 Sirkulasi pola radial 13
Gambar 2.9 Sirkulasi pola random 13
Gambar 2.10 SIrkulasi pola sequential 13
Gambar 2.11 Pola linear bercabang 13
Gambar 2.12 Beberapa alternatif penyusunan layout galeri 14 Gambar 2.13 The persistence of memory, Salvador Dali 15
Gambar 2.14 Garuda Wisnu Kencana, Nyoman Nuarta 16
Gambar 2.15 David, Michaelangelo Buonarotti 16
Gambar 2.16 Logo McDonalds 17
Gambar 2.17 Logo Google 17
Gambar 2.18 Savoy Homann, Albert Aalbers 18
Gambar 2.19 Vila Isola, C.P.W.Schoemaker 18
Gambar 2.20 Penangkapan Diponegoro, Raden Saleh Bustaman 22
Gambar 2.22 Pantai Carita, S.Sudjojono 24
Gambar 2.23 Pintu masuk menuju Sanggar Barli 28
Gambar 2.24 Bangunan Museum Barli 28
Gambar 2.25 Sudut kiri dari museum lukisan 29
Gambar 2.26 Sudut kanan dari museum lukisan 29
Gambar 2.27 Selasar kanan museum Barli 30
Gambar 2.28 Sistem pencahayaan museum 30
Gambar 2.29 Peralatan Alm Barli 31
Gambar 2.30 Peralatan Alm Barli 31
Gambar 2.31 Diorama tempat melukis Alm Barli 32
Gambar 2.32 Diorama Ruang bersantai Alm Barli 32
Gambar 2.33 Sanggar Komik di area selasar 33
Gambar 2.34 Area untuk mencuci peralatan lukis 33
Gambar 2.35 Exterior museum van gogh 34
Gambar 2.36 Ruang pamer 35
Gambar 2.37 Aplikasi celling 35
Gambar 2.38 Suasana interior museum 36
Gambar 2.39 Lorong museum 36
Gambar 2.40 Ruang pamer museum 37
Gambar 2.41 Area Lobby Galeri 37
BAB III
SANGGAR SENI LUKIS DAN GALERI
xii
Gambar 3.2 Gedung Galeri patung NuArt 39
Gambar 3.3 View pintu masuk Galeri Nuart 39
Gambar 3.4 Site Plan NuArt 41
Gambar 3.5 Workshop untuk anak sekolah dasar 42
Gambar 3.6 Lobby galeri patung Nyoman Nuarta 43
Gambar 3.7 Kolam air mancur di depan bangunan H 43
Gambar 3.8 Denah lantai 1 bangunan H 46
Gambar 3.9 Denah lantai 2 bangunan H 47
Gambar 3.10 Zoning dan Blocking lantai 1 51
Gambar 3.11 Zoning dan Blocking lantai 2 52
Gambar 3.12 Sekelompok mahasiswa sedang mengerjakan tugas 53 Gambar 3.13 Sekelompok mahasiswa sedang melakukan diskusi 53
Gambar 3.14 Komunitas Pelukis 54
Gambar 3.15 Analgi komunal 54
Gambar 3.16 Rumpun padi 54
Gambar 3.17 Professor Rob Pope 55
Gambar 3.18 Buku Creativity. Theory, history, practice 55
Gambar 3.19 Analogi Komunal untuk Kreativitas 56
Gambar 3.20 Air mengalir 56
Gambar 3.21 Tetesan air 57
Gambar 3.22 Campuran cat yang mengalir 57
Gambar 3.23 Tumpahan cat 58
Gambar 3.24 Susunan kuas 58
Gambar 3.26 Lingkaran Warna 60
Gambar 3.27 Warna Primer 60
Gambar 3.28 Warna Sekunder 61
Gambar 3.29 Warna Tersier 61
Gambar 3.30 Palet warna abu abu 63
Gambar 3.31 Palet warna oranye 63
BAB IV
“KOMUNAL UNTUK KREATIVITAS”
Gambar 4.1 Kegiatan Melukis pada Sanggar 64
Gambar 4.2 Denah Lantai 1 65
Gambar 4.3 Denah Lantai 2 66
Gambar 4.4 Perspektif Sanggar lantai 2 67
Gambar 4.5 Perspektif area lobby 67
Gambar 4.6 Lorong menuju area Galeri 68
Gambar 4.7 Beberapa bentuk palet lukis 68
Gambar 4.8 Perspektif furniture untuk berkumpul 69
Gambar 4.9 Palet warna oranye 69
Gambar 4.10 Palet warna abu abu 69
Gambar 4.11 Stainless steel hairline 70
Gambar 4.12 Motif cherrywood 70
Gambar 4.13 Kaca 9mm 71
Gambar 4.14 Akrilik 10mm 71
xiv
Gambar 4.16 Cipratan warna 72
Gambar 4.17 Denah Pola Lantai 1 72
Gambar 4.18 Perspektif ruang ukis model 73
Gambar 4.19 Perspektif kursi untuk melukis 73
Gambar 4.20 Easel dalam posisi meja 74
Gambar 4.21 Easel dalam posisi berdiri 74
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar sebagai media seni rupa. Peninggalan manusia sejak masa prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu nenek moyang manusia sudah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka.
Pada mulanya perkembangan seni lukis sangat terkait dengan perkembangan peradaban manusia yang meliputi sistem bahasa, cara bertahan hidup dan kepercayaan. Pengaruh ini terlihat dalam jenis objek pencitraaan dan narasi di dalamnya. Pada masa lalu seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai media pencatatan dan kegiatan manusia di saat senggang.
.Fungsi lukisan sebagai media pencatatan untuk kehidupan manusia yang memulai cara komunikasi dengan sistem gambar, sistem gambar menjadi salah satu cara komunikatif yang kemudian berkembang menjadi tulisan dengan menggunakan gambar untuk penggambaran simbol-simbol gambar yang berkembang terus menerus menjadi huruf yang digunakan menjadi sebuah bahasa.
Berangkat dari pengertian antara fine art dan visual art, yang diungkapkan oleh kritisi Sanento Yuliman (1941-1992) dalam membaca kesimpangsiuran gagasan seni rupa di Indonesia pada era 1970-80 an, sekiranya sejarah seni rupa bisa dibaca sebagai sejarah gagasan terhadap tanggapan-tanggapan arus modernisme (kemutakhiran) yang hadir di Indonesia. Tanpa perlu melanjutkan keniscayaan dikotomi, apalagi dahaga (oposisi) berhierarki yang nisbi, terhadap pengertian fine art dan visual art, sesungguh nya seni yang turun menurun (visual art) adalah
tanggapan-tanggapan terhadap kehadiran seni modern (fine art), yang sekaligus juga adalah usaha merumuskan modernisme Indonesia.
2 yakni berkumpul bersama-sama dan melakukan kegiatan tersebut dalam sebuah kebersamaan, seperti pada perdebatan antara sanggar seni lukis dengan akademi seni lukis, keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu belajar seni lukis namun dilaksanakan dengan metode yang berbeda yang dilihat dari proses pembelajarannya yang bertolak belakang antara komunal dengan individual. Proses hadirnya akademi seni lukis di Indonesia dilatarbelakangi oleh kolonialisme belanda yang bertujuan menghasilkan tenaga kerja dari negara jajahan, sedangkan budaya sanggar terbentuk di Indonesia sejak masa pra-modern yang dikenal sebagai masyarakat yang identik akan kesadaran kepercayaan dari sebuah komunitas yang bekerja dalam semangat kebersamaan yang saling membangun satu sama lain.
Data berdasarkan artikel dari website investor.co.id, menuliskan pernyataan MENPAREKRAF, Mari Elka Pangestu yang mendukung rencana Wali kota Bandung Dada Rosada yang ingin menjadikan Bandung sebagai Kota Pusat Seni, Budaya dan Industri Kreatif.
Fasilitas Sanggar lukis dan Galeri adalah salah satu proyek yang dapat mendukung perkembangan kota Bandung sebagai Kota pusat seni, budaya dan industri kreatif. Fasilitas ini akan dirancang untuk menampung seluruh kegiatan seni lukis bagi masyarakat kota Bandung serta wisatawan asing maupun domestic, berdasarkan data dari Kementrian Budaya dan Pariwisata mengenai pariwisata di Kota Bandung adalah kota yang ramai dikunjungi oleh wisatawan terutama pada akhir pekan. Data berdasarkan data kota wisata terpopuler di Indonesia, kota Bandung menempati urutan ke 8 dari 10 kota terpopuler sebagai tujuan wisatawan domestic maupun asing.
Sanggar seni lukis adalah salah satu media yang dapat menjadikan galeri seni lukis memiliki fasilitas tambahan bagi masyarakat kota Bandung dan wisatawan yang berkunjung ke galeri ini. Sanggar seni lukis berfungsi sebagai daya tarik masyarakat yang memiliki hobi melukis sebagai salah satu tempat untuk belajar seni lukis, namun terbuka juga bagi masyarakat umum
Fasilitas yang disajikan oleh galeri dan sanggar seni lukis ini diantaranya, tempat berkumpul bagi publik (bar dan lobby), ruang pamer temporer maupun permanen, studio lukis indoor dan outdoor, serta fasilitas ruang serbaguna. Fasilitas yang ada akan berfungsi dengan baik apabila bersifat aksesibel bagi siapapun pengunjung galeri dan sanggar seni lukis ini, maka dalam perancangan ini aksesibilitas di dalam maupun di luar ruangan sangat diperhatikan dan diutamakan.
Perancangan interior Sanggar dan galeri seni lukis ini akan dibuat untuk mengingatkan kepada masyarakat Indonesia akan budaya gotong royong yang sangat kental terdapat pada masyarakat Indonesia, sehingga sanggar dan galeri seni lukis ini akan mendukung budaya gotong royong dalam pencapaian tujuan bersama, dalam bidang keilmuan seni lukis.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan persoalan dan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, berikut ini akan dibatasi pokok-pokok persoalan yang diselidiki, diuji, dan dianalisis pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
Bagaimana merancang sistem display, sirkulasi, dan program ruang yang sesuai untuk pernacangan interior Sanggar dan Galeri seni Lukis dengan
konsep “Komunal untuk Kreativitas”?
Bagaimana mendeskripsikan dan mengaplikasikan tema dan konsep “Komunal untuk Kreativitas” untuk perancangan interior Sanggar dan Galeri seni lukis?
4 Sanggar dan Galeri seni lukis dengan konsep konsep “Komunal untuk Kreativitas”?
1.3 TUJUAN PERANCANGAN
Dari permasalahan dan persoalan yang telah dibatasi dan dirumuskan di atas, berikut ini akan dijabarkan garis-garis besar hasil pokok yang ingin diperoleh setelah setiap permasalahan diuji, dibahas, dan dijawab, yaitu sebagai berikut :
Menentukan dan menerapkan sistem display, sirkulasi, dan program ruang yang sesuai pada perancangan interior Sanggar dan Galeri seni lukis dengan konsep “Kreatif dalam Komunal”
Untuk mendeskripsikan dan mengaplikasikan tema dan konsep “Kreatif dalam Komunal” pada proyek Galeri dan Sanggar seni lukis;
Dapat menciptakan suasana ruang yang mendukung budaya komunal , rekereatif, dan edukatif yang bernuansa seni pada perancangan interior Sanggar dan Galeri seni lukis dengan konsep “Kreatif dalam Komunal”?
1.4 MANFAAT PERANCANGAN
Memberikan kontribusi dalam ranah keilmuan Desain Interior mengenai analisa historis dari Sanggar Seni Lukis sebagai sebuah fasilitas yang harus diperhatikan mengenai cara kerja dan fungsinya.
Memberikan tempat untuk melestarikan seni lukis serta memberikan pengalaman yang tak terlupakan ketika mengunjungi Sanggar dan Galeri seni lukis dengan konsep “Kreatif dalam Komunal” di kota bandung dan meningkatkan potensi pariwisata kota Bandung sebagai salah satu kota seni di Indonesia.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang yang membelakangi proses pembuatan laporan perancangan sanggar dan galeri seni lukis ini sehingga menjadi topic perancangan dan menimbulkan ide gagasan proyek, rumusan masalah, tujuan dan penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori dasar dan pendapat dari berbagai sumber berupa penjelasan dan pemahaman materi tentang objek yang akan dirancang , berisi tentang penjelasan prinsip desain terhadap bangunan yang akan dirancang dan berisi penjelasan mengenai sejarah seni lukis.
BAB III SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS
Pada bab ini menjelaskan data-data tentang hasil fakta yang telah diperoleh berdasarkan survey lapangan dan browsing internet tentang NuArt Sculpture Park yang berhubungan dengan perancangan serta memaparkan fakta secara deskriptif mengenai fasilitas apa saja yang ada pada NuArt Sculpture park.
BAB IV DESAIN AKHIR DAN APLIKASI KONSEP KE DESAIN
Bab ini menjelaskan tentang detail hasil desain yang telah dibuat berdasarkan konsep yang akan dituangkan ke dalam gambar tiga dimensi dan maket.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
75 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah melakukan analisa terhadap sejarah perkembangan seni lukis di Indonesia, yang memberikan perdebatan antara sanggar seni lukis dengan akademi seni lukis maka dapat diketahui bahwa kultur sanggar seni lukis lebih cocok digunakan untuk masyarakat Indonesia yang memiliki budaya otentik yaitu gotong royong.
Setelah mengetahui bahwa sanggar lebih cocok digunakan sebagai perancangan interior, maka analisa terhadap kultur sanggar digunakan untuk dapat merancang sistem display, sirkulasi dan program ruang yang mencerminkan kultur komunal, maka perancangan interior sanggar seni lukis ini menggunakan konsep “Komunal untuk Kreativitas” untuk menciptakan suasana berkumpul untuk para pengujung fasilitas sebelum melakukan kegiatan kreatif, hal ini diharapkan dapat mengembangkan kreativitas setiap individu sebelum melukis ataupun berkunjung ke dalam galeri lukisan, karena analisa ini didukung oleh teori kreativitas yang dikemukakan oleh Rob Pope (2004) yang menyebutkan bahwa kreativitas akan berlaku ketika seorang individu bertemu individu lain dan menghasilkan perbedaan yang akan membuat individu lain melihat ataupun mendengar sesuatu yang baru dari individu lainnya.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Data Primer
Yuliman, Sanento.2001, Dua seni rupa: sepilihan tulisan Sanento Yuliman, Yayasan Kalam.
Esiklopedia Nasional Indonesia, 1989
Roomcapes, Rizzoli Int. Inc, New York: publisher, 1993
Tabrani, Primadi.2000, Proses Kreasi, Apresiasi, dan Belajar, Peneribt ITB. Carr, Betty.2003, An artist’s guide to painting light, Types UK : A David & Charles Book.
De Chiara, Joseph, John Hancock Calladar, Time Saver Standards for Building Types. USA: The McGraw- Hill Companies, Inc: 1973.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989.
Neufert, Ernst.2002.Data Arsitek.Alih bahasa : Ing Sunarto Tjahjadi, Dr. Ferryanto Chaidir. Erlangga.
Panero,Julius.2003.Dimensi Manusia dan Ruang Interior.Alih Bahasa: Ir.Djoeliana Kurniawan,Erlangga.
Pope, Rob.2005.Creativity. UK: Routledge, Taylor and Francis Group. Sony Kartika, Dharsono.2004.Seni Rupa Modern, Rekayasa Sains, Bandung. Vita Suparno, Kompas 26 Juli 1992, Pameran Lukisan Bersebelas: Belajar dari Batu
Data Sekunder
http://www.investor.co.id/home/menparekraf-dukung-bandung-sebagai-kota-industri-kreatif/29795
http://mediaprofesi.com/nasional/1210-wief-bandung-siap-gelar-festival-seni-internasional.html
http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-seni-lukis.html?m=0, www.catatanpertanian.blogspot.com
www.lautanindonesia.com
www.galleryanakdesa.blogspot.com www.bpkpenabur.or.id
www.pikiranrakyat.com www.mediakompasiana.com www.vangoghmuseum.nl
www.wisnujadmika.wordpress.com www.wiikipedia.org
www.canadianfreestuff.com www.rapidlikes.com
www.imageshack.us www. forum.kompas.com www.sdmuhcc-jogja.sch.id www.diytrade.com