• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Tattoo Center di Bandung dengan Tema Rekonstruksi Makna dan Konsep Tribal - Design of Bandung Tattoo Center with Meaning Reconstruction and Tribal Concept.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Tattoo Center di Bandung dengan Tema Rekonstruksi Makna dan Konsep Tribal - Design of Bandung Tattoo Center with Meaning Reconstruction and Tribal Concept."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

iii

ABSTRAK

Tato pada mulanya ialah sebuah nilai tradisi yang sudah ada lama di Indonesia. Beberapa suku asli Indonesia memiliki tato sebagai salah satu ritual keagamaan mereka, seperti suku Mentawai dan Dayak. Budaya ini memiliki tempatnya sendiri di perkembangan budaya Indonesia. Tato ialah warisan budaya yang sepatutnya dijaga.

Namun begitu, tato sempat dicap sebagai kriminalitas dan kekerasan , bahkan hingga sekarang. Stigma ini diperparah dengan adanya peristiwa PETRUS pada tahun 1980-an. Bagi masyarakat Indonesia, tato lebih merujuk pada arti negatif. Hal ini dipicu pula oleh ketidaktahuan rakyat Indonesia tentang seluk-buluk tato

(2)

iv

ABSTRACT

In the beginning, tattoo is a tradition value which had existed a long time ago in Indonesia.

Some naative tribes in Indonesia even have it as their religious ritual, such as Mentawai and

Dayak Tribe. This culture has it own place in Indonesia culture development. Tattoo is a

cultural heritage which should be protected.

However, tattoo had even being branded as criminality and violence, even until now. This

stigma is being even worst when PETRUS happened in 1980’s. For Indonesian people, tattoo

is more referring to the negative meanings. This paradigm is more triggered due a lack of

knowledge about tattoo itself.

The wrong opinion about the tattoo culture has deservedly should be straightened. Indonesia

should have a facility to faciltate people to study the essence of real tattoo is. In this case, the

design of Tattoo Center is a helper tool for socialize the culture and art of tattoo. A tattoo

center could provide a deep knowedge about the entire tattoo, and also as a media for tattoo

artists to show their work to the world.

(3)

v

DAFTAR GAMBAR ...viii

BAB I. PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Identifikasi Masalah ...2

1.3 Gagasan Proyek ...2

1.4 Rumusan Masalah ...3

1.5 Tujuan Perancangan ...4

1.6 Manfaat Perancangan ...4

1.7 Batasan Perancangan ...5

1.8 Sistematika Penulisan ...5

BAB II. TATTOO CENTER 2.1 Pengertian Tato ...6

2.2 Sejarah Tato ...8

2.3 Perkembangan Tato di Indonesia ...9

2.4 Tato Tradisional ....12

2.4.1 Tato Mentawai ....13

2.4.2 Tato Dayak ....15

2.5 Tato Modern ....17

2.5.1 Tato Tribal ....17

2.5.2 Tato Portrait dan Realis ....18

2.5.3 Tato Oriental ....19

2.5.4 Tato Old School ....20

2.5.5 Tato New School ....20

2.5.6 Tato Biomechanical / Biomekanik ....21

2.6 Tattoo Removal ....22

2.6.1 Metode yang Digunakan untuk Penghapusan Tato ....23

2.7 Standar Perancangan ....25

2.7.1 Museum ....25

(4)

vi

2.7.3 Klinik Tato Removal ....30

2.7.4 Retail ....31

BAB III. DESKRIPSI PROYEK

3.1 Deskripsi Site ....34

3.2 Ide Implementasi Konsep ....35

3.3 Analisa Fisik ....42

3.4 Analisa Fungsional ....45

3.4.1 Tabel Kebutuhan Ruang ....45

3.4.2 User Activity ....48

3.4.3 Sasaran Pengunjung ....50

3.5 Studi Banding ....50

3.5.1 Baltimore Tattoo Museum ....50

3.5.2 Tahiti’s Felix’s Master Museum ....51 BAB IV. APLIKASI TEMA “REKONSTRUKSI MAKNA” DAN KONSEP

“TRIBAL” PADA INTERIOR TATTOO CENTER ....53

4.1 Dasar Pemikiran ....53

4.2 Dasar Perancangan ....55

4.2.1 Bubble Diagram ....55

4.2.2 Zoning ....57

4.2.3 Blocking ....58

4.3 Perancangan Lantai ....59

4.4 Perancangan Dinding ....61

4.5 Perancangan Furniture ....65

4.6 Perancangan Detail Interior ....68

BAB V. KESIMPULAN ....72

(5)

vii

DAFTAR TABEL

TABEL 1. Tabel 3.1 Analisis Bangunan & Site ....44 TABEL 2. Tabel 3.2 Analisis Kebutuhan Ruang ....47

TABEL 3. Tabel 3.3 User Activity ....49

(6)

viii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1. Gambar 2.1 Tato Portrait John Lennon ...7 GAMBAR 2. Gambar 2.2 Pria Mentawai Bertato ...8 GAMBAR 3. Gambar 2.3 Paguyuban Tato Bandung ....12 GAMBAR 4. Gambar 2.4 Proses Hand Tapping ....13

GAMBAR 5. Gambar 2.5 Pria Mentawai ....13

GAMBAR 6. Gambar 2.6 Pola Tato Mentawai ....14

GAMBAR 7. Gambar 2.7 Pasangan Mentawai ....15

GAMBAR 8. Gambar 2.8 Pria Dayak Bertato ....16

GAMBAR 9. Gambar 2.9 Wanita Dayak Bertato ....16

GAMBAR 10. Gambar 2.10 Tato Tribal ....17

GAMBAR 11. Gambar 2.11 Tato Realis ....18

GAMBAR 12. Gambar 2.12 Tato Oriental ....19

GAMBAR 13. Gambar 2.13 Tato Old School ....20

GAMBAR 14. Gambar 2.14 Tato New School ....21

GAMBAR 15. Gambar 2.15 Tato Biomechanic pada Lengan ....22 GAMBAR 16. Gambar 2.16 Tato Biomechanic pada Perut ....23 GAMBAR 17. Gambar 2.17 Proses Tattoo Removal ....24

GAMBAR 18. Gambar 2.18 Tattoo Removal ....25

GAMBAR 19. Gambar 2.19 Ergonomi Jarak Pandang Pengunjung pada Peletakan

Display di Museum ....28

(7)

ix GAMBAR 26. Gambar 2.26 Ergonomi Display dan Kustomer pada Retail ....32

GAMBAR 27. Gambar 3.1 Denah Site ....34

GAMBAR 28. Gambar 3.2 Fasad Bangunan ....35

GAMBAR 29. Gambar 3.3 Skema Pemikiran Tema dan Konsep ....36 GAMBAR 30. Gambar 3.4 Perbandingan Tribal Dayak, Modern & Maori ....37 GAMBAR 31. Gambar 3.5 Bentukan Tribal pada Perancangan Tattoo Center ....38 GAMBAR 32. Gambar 3.6 Studi Image Material pada Ruang ....39 GAMBAR 33. Gambar 3.7 Studi Image Material ....39 GAMBAR 34. Gambar 3.8 Studi Image Pencahayaan ....40 GAMBAR 35. Gambar 3.9 Studi Image Furniture ....41 GAMBAR 36. Gambar 3.10 Display Karya pada Baltimore Museum ....50 GAMBAR 37. Gambar 3.11 Suasana Ruang pada Baltimore Museum ....51 GAMBAR 38. Gambar 3.12 Fasad & Bagian Dalam Museum ....52

GAMBAR 39. Gambar 3.13 Interior Museum ....53

GAMBAR 40. Gambar 4.1 Skema Pemikiran Tema & Konsep ....54 GAMBAR 41. Gambar 4.2 Bubble Diagram Lantai 1 ....55 GAMBAR 42. Gambar 4.3 Bubble Diagram Lantai 2 ....56

GAMBAR 43. Gambar 4.4 Zoning Lantai 1 ....57

GAMBAR 44. Gambar 4.5 Zoning Lantai 2 ....57

GAMBAR 45. Gambar 4.6 Blocking Lantai 1 ....58

GAMBAR 46. Gambar 4.7 Blocking Lantai 2 ....58

(8)

x GAMBAR 53. Gambar 4.14 Exhibition Area Section B ....63

GAMBAR 54. Gambar 4.15 Museum Perspective ....63

GAMBAR 55. Gambar 4.16 Museum Section ....64

GAMBAR 56. Gambar 4.17 Office Lobby Perspective ....64 GAMBAR 57. Gambar 4.18 Lounge Perspective ....65 GAMBAR 58. Gambar 4.19 Tattoo Chair Design ....65 GAMBAR 59. Gambar 4.20 Receptionist Chair Design ....66

GAMBAR 60. Gambar 4.21 VIP Couch Design ....66

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kata “tato” berasal dari kata Tahitian / Tatu, yang memiliki arti : menandakan sesuatu. Rajah atau tato (Bahasa Inggris: tattoo) adalah suatu tanda yang dibuat dengan memasukkan pigmen ke dalam kulit.

Tato merupakan praktik yang ditemukan hampir di semua tempat dengan fungsi sesuai dengan adat setempat. Tato dahulu sering dipakai oleh kalangan suku-suku terasing di suatu wilayah di dunia sebagai penandaan wilayah, derajat, atau pangkat seseorang. Tato digunakan secara luas oleh orang-orang Polinesia, Filipina, Kalimantan, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Jepang, Kamboja, serta Tiongkok. Walaupun pada beberapa kalangan tato dianggap tabu, seni tato tetap menjadi sesuatu yang populer di dunia.

Tato dibuat sebagai suatu symbol atau penanda, dapat memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi si empunya dan simbol keberanian dari si pemilik tato. Sejak masa pertama tato dibuat juga memiliki tujuan demikian. Tato dipercaya sebagai simbol keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan, dan harga diri.

(10)

2 Bandung telah terdapat sebuah perkumpulan yang menamai diri sebagai Paguyuban Tato Bandung (PTB). Dibentuk pada 9 Agustus 2010, untuk menyatukan berbagai kalangan tato. Baik dari seniman tato, artis tato, kolektor tato, atau sekedar orang-orang yang menyukai tato. Paguyuban ini setidaknya memiliki anggota berjumlah 80 orang yang memandang tato sebagai sebuah bentuk seni, bukan sebagai suatu hal yang negatif.

Namun begitu, dewasa ini tato masih seringkali dicap sebagai simbol premanisme karena salah satunya ada keterkaitan antara tato dengan simbol atau identitas suatu geng, mengesampingkan nilai seni yang terkandung di dalam sebuah tato itu sendiri. Tato tak lain ialah sebuah seni body painting dengan alat dan media berbeda yaitu jarum dan kulit. Pandangan seperti ini jelas merugikan berbagai pihak baik seniman dan juga penikmat seni tato.

1.2 Identifikasi Masalah

Studio tato merupakan lokasi utama dalam pembuatan tato walaupun sebenarnya tato dapat saja dilakukan di lokasi lain seperti rumah atau hotel sesuai kesepakatan klien dan artis tato. Studio tato di Bandung sendiri telah tersebar luas di berbagai lokasi, namun sampai sekarang, belum ada site pembuatan tato yang didalamnya mencakup pula fasilitas penghapusan tato, dan juga gallery yang memungkinkan masyarakat awam datang berkunjung dan memberi apresiasi lebih kepada seni rajah tubuh ini. Oleh karena itu, perancang ingin merancang sebuah Tattoo Center di kota Bandung dengan fasilitas lengkap yang tidak hanya ditujukan bagi pecinta tato , namun juga bagi masyarakat awam agar seni tato tidak lagi hanya milik pecinta tato saja, melainkan milik semua orang yang dapat menikmatinya.

1.3 Gagasan Proyek

(11)

3 Selanjutnya, pada perancangan Tattoo Center ini akan ditambahkan sebuah area edukasi berupa museum, di mana pengunjung yang datang dapat pula menerima edukasi mengenai apa itu tato, jenis-jenis tato, sejarah tato, dan tekhnik pembuatannya (ada perbedaan yang mendasar antara pembuatan tato tradisional dan tato modern seperti sekarang). Penyampaian edukasi pada area ini akan dilakukan baik secara visual, yaitu dengan mendisplay barang-barang pameran yang disertai dengan penjelasan ; dan secara audio visual, yaitu dengan menambahkan area audio visual di mana pengunjung dapat menyaksikan video mengenai apa itu tato, jenis-jenis tato, terlebih tekhnik pembuatan tato baik tradisional dan modern.

Bagi pengunjung yang lebih tertarik kepada tekhnik pembuatan tato dan ingin mencoba membuatnya langsung, akan disediakan pula area pelatihan atau mentorisasi. Pengunjung yang datang dapat dilatih langsung oleh artis tato yang berpengalaman, tentu saja bagi orang awam tidak diperkenankan dilakukan langsung pada kulit manusia melainkan pada practice skin.

Sebagai sebuah Tattoo Center tentu saja perancangan ini harus memiliki area khusus untuk pembuatan tato yang dilakukan secara higienis, nyaman, dan privat. Selain area pembuatan tato, dalam perancangan ini akan ditambahkan pula area penghapusan tato atau tattoo removal. Area ini diperuntukkan kepada pengunjung yang baik ingin memperbaiki atau menghapus tato yang ada di tubuhnya secara permanen. Pengunjung tentu saja ditangani oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman di bidangnya.

Sebagai sarana untuk berkumpul dan berbincang bagi sesama artis, artis dan klien, ataupun bagi pengunjung yang ingin bersantai, disediakan pula area Cafe & Resto yang menjual berbagai makanan dan minuman.

Kemudian area yang terakhir ialah area tattoo retail, di mana pengunjung yang datang dapat membeli peralatan yang dibutuhkan dalam membuat tato seperti mesin tato, jarum, maupun tinta dalam berbagai jenis dan merk. Selain menjual peralatan tato, pada area store ini akan dijual pula berbagai macam merchandise khas Tattoo Center.

1.4 Rumusan Masalah

(12)

4 1. Bagaimana menerapkan tema Rekonstruksi & konsep Tribal pada perancangan

interior di Tattoo Center?

2. Bagaimana menerapkan fasilitas penunjang yang mendukung fungsi pada Tattoo Center?

3. Bagaimana merancang alur sirkulasi serta lighting pada Tattoo Center agar sesuai dengan standard perancangan?

1.5 Tujuan Perancangan

Tujuan dalam perancangan Tattoo Center di kota Bandung adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana menerapkan tema Rekonstruksi & konsep Tribal pada perancangan

interior di Tattoo Center?

2. Bagaimana menerapkan fasilitas penunjang yang mendukung fungsi pada Tattoo Center?

3. Bagaimana merancang alur sirkulasi serta lighting pada Tattoo Center agar sesuai dengan standard perancangan?

1.6 Manfaat Perancangan

Dalam merancang Tattoo Center di kota Bandung, perancang berharap masyarakat dapat menerima edukasi mengenai apa itu tato, jenis-jenis tato, sejarah tato, dan tekhnik pembuatannya. Diharapkan dengan adanya fasilitas Tattoo Center ini, seni tato dapat menerima apresiasi yang lebih baik selayaknya seni lukis dan seni rupa lainnya. Selain itu perancangan ini juga bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu :

1. Bagi perancang, perancangan ini dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan mengenai tato itu sendiri dan perancangan desain interior yang sesuai untuk memperkenalkan kesenian tato kepada masyarakat luas.

(13)

5 1.7 Batasan Perancangan

Untuk menjawab beberapa pertanyaan pada rumusan masalah di atas, perancang mencoba menentukan batasan dalam merancang Tattoo Center ini. Perancangan Tattoo Center ini akan mencakup beberapa area; area museum, area pelatihan, studio tato, klinik tattoo removal,cafe serta tattoo retail.

1.8 Sistematika Penulisan

Bab I terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Gagasan Proyek, Rumusan Masalah, Tujuan Perancangan, Manfaat Perancangan, Batasan Perancangan, dan Sistematika Penulisan.

Bab II terdiri dari pengertian tato, sejarah tato, perkembangan tato di Indonesia, jenis-jenis tato, peralatan dalam membuat tato, tatto removal, dan standar dalam perancangan area museum, area pelatihan, studio tato, klinik tato removal, serta retail.

Bab III terdiri dari fungsi lokasi, deskripsi fungsi, analisis site, analisis building, user, tema dan konsep.

(14)

72

BAB V

KESIMPULAN

Dari penjabaran yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, berhasil dikumpulkan beberapa kesimpulan utama tentang Perancangan Desain Interior Tattoo Center yang mengangkat tema “rekonstruksi makna” dan konsep “tribal”

1. Rancangan Tattoo Center diwujudkan pada lokasi eksisting Gedung Ex Bank Pacific Bandung yang memiliki tampilan heritage agar dapat mendukung pencapaian tema yang digunakan

2. Perwujudan tema “rekonstruksi makna” dan konsep “tribal” pada Tattoo Center terlihat dari penggunaan jenis material , warna, dan visualisasi furniture serta interior ruangan. Jenis material yang digunakan adalah material yang diadaptasi dari karakteristik tato tribal baik tradisional maupun modern seperti batu granit, marmer, semen expose dan kayu yang menggambarkan suasana tradisional, serta logam yang menggambarkan suasana modern. Untuk warna dasar, digunakan warna hitam dan putih yang diadaptasi dari warna tato tribal, serta beberapa warna aksen yang berkaitan dengan karakteristik tribal tentunya.

(15)

73 4. Pada Tattoo Center disediakan area dan bantuan khusus bagi para pengunjung yang memiliki keterbatasan fisik. Pada bagian sirkulasi display-display museum, area sirkulasi manusia dibuat lebih luas untuk mengantisipasi pengunjung berkusi roda dan di sebagian besar level tangga, diberikan area ramp untuk mempermudah jalur kursi roda. Selain itu, untuk mempermudah akses ke lantai dua, disediakan pula fasilitas lift, serta toilet khusus.

(16)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Citra. 2010.Perancangan Interior Museum Wine dengan Tema “ Luxurious Europe”. Jurusan Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha. Bandung

Bingeli, Corky A.S.I.D. 2003. Building Systems For Interior Designers. John Wiley & Sons, Inc. Hoboken, New Jersey

Chijiwa, Hideaki.1987. Color Harmony. Rockport Publishers. Rockport, Massachusetts. Handoko, Cons. Tri. 2010. “Perkembangan Motif, Makna, dan Fungsi Tato di Kalangan Narapidana dan Tahanan di Yogyakarta”. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 14, NO.2.

Neufert, Ernst.1990. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1,Jakarta : Penerbit Erlangga. Neufert, Ernst.1990. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2,Jakarta : Penerbit Erlangga. Olong, Hatib Abdul Kadir. 2006. TATO. PT LKiS Pelangi Aksara: Yogyakarta. Piping. 2010. “Interviewing The Virgin”. Magic Ink. Vol.1.

Ragan, Sandra L. 1995. Interior Color By Design. Rockport Publishers. Rockport, Massachusetts.

Susantio, Djulianto. 2012. “Sejarah Tato di Indonesia”. Tersedia: http//hurahura.wordpress.com/2012/02/04/sejarah-tato-di-Indonesia/, 15 Januari 2013.

Widodo, Firmansyah. 2012. Perancangan Environmental Graphic Design Museum

Sepuluh Nopember Surabaya Area Luar dalam JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1. ITS: Surabaya

http://dairizgraph.wordpress.com/2010/02/18/museum/#more-457 diakses Sabtu, 19 Oktober 2013 pkl 10.42

http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-1-00006-PL%20BAB%202.pdf diakses Sabtu, 5 Oktober 2013 pkl 13.43

(17)

Universitas Kristen Maranatha http://rskariadi.co.id/article/view/laser-cara-terstandar-menghapus-tato.html diakses Sabtu, 5 Oktober 2013 pkl 02.35

http://www.pendidikanekonomi.com/2012/06/konsep-ritel.html diakses Sabtu, 5 Oktober 2013 pkl 18.12

http://becauseilive.hubpages.com/hub/Tattoo_Ideas_New_School_Old_School diakses Jumat, 4 Oktober 2013 pkl 01.25

Referensi

Dokumen terkait

K addal pl]puL hijaL Tithonia diretslfolia I b6ea nalaltdi dcuco adllal srlan satu sulna vone bdyal Mbun di deal perladm naupu deal notr !.da

Melalui pengkajian transformasi budaya, karya desain furnitur dapat dijadikan variabel utama untuk menditeksi hubungan sinergis antara nilai-nilai estetis pada karya desain

masyarakat sekitar yang bekerja pada tiga produk unggulan tersebut. Hal

Dengan mendaftar sebagai peserta lelang pada suatu paket pekerjaan melalui aplikasi SPSE, maka peserta telah menandatangani Pakta Integritas, kecuali untuk penyedia

Jadi diharapkan fungsi afektif keluarga baik itu dalam hal saling menghormati, saling asuh, hubungan yang akrab, serta keterpisahan dan kepaduan harus terlaksana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kontribusi positif dan sangat signifikan manajamen mutu pendidikan ditinjau dari aspek kepemimpinan kepala sekolah,

Dalam beberapa kasus pengambilan keputusan dapat menjadi hal yang mudah dan juga menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Hal itu juga yang terjadi pada individu yang