• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP Negeri 5 Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2013/2014 T2 942012084 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP Negeri 5 Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2013/2014 T2 942012084 BAB II"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengelolaan

Pengelolaan atau manajemen memiliki pengertian sangat luas dan beragam. Beberapa ahli dalam bidang ini mendefinisikan dan merumuskannya menurut pandangan sendiri. Sudjana (2000:17) mengemukakan bahwa:

Manajemen atau pengelolaan adalah merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorgani-sasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan me-ngembangkan terhadap segala upaya dalam meng-atur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

(2)

Dari pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen atau pengelolaan adalah seni dalam proses perencanaan, pengorganisasian, penga-rahan, dan pengendalian serta pengembangan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi.

Sekolah adalah sebuah kelompok masyarakat kecil terdiri dari kepala sekolah, guru, karyawan, siswa didik, serta komite sekolah. Dari beberapa macam unsur yang ada di sekolah, maka sekolah akan mempunyai beberapa macam adat dan budaya yang dibawa oleh penghuni sekolah tersebut. Sagala (2000: 77) mengatakan sekolah merupakan masyarakat mini yang menjadi pusat pengembangan para siswa, seko-lah bukan merupakan sebuah birokrasi yang sarat dengan beban-beban administrasi. Untuk itu kegiatan yang ada di sekolah adalah merupakan proses pela-yanan. Siswa adalah merupakan pelanggan (client) yang datang ke sekolah untuk mendapatkan pelayan-an ypelayan-ang sebaik-baiknya, siswa bukpelayan-anlah sebuah bahan baku mentah (raw input) yang akan dicetak untuk menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi.

(3)

Paparan di atas merupakan gambaran penge-lolaan secara umum, maka pendekatan pengepenge-lolaan yang diambil dalam penelitian ini adalah pendekatan proses pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Suryosubroto (2004: 22) “ciri manajemen yaitu adanya perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, peng-koordinasian, dan penilaian”.

2.1.1 Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Dise-but sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Peren-canaan menurut Sudjana (2000: 61) “prinsip prinsip perencanaan mencakup pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisir”. Sedangkan Uno (2006:1) menyatakan bahwa:

Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membantu kegiatan agar dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetap-kan.

Menurut Handoko (1992: 34), perencanaan adalah:

(4)

Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan suatu usaha untuk menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan”.

Dari beberapa pendapat tersebut hampir semua-nya mesemua-nyatakan bahwa fungsi organisasi tegantung dari perencanaan, karena perencanaan merupakan pembuka jalan. Apabila jalan itu salah maka tidak akan sampai tujuan, tetapi apabila jalan itu benar maka tujuan akan bisa dicapai. Perencanaan sebagai suatu strategi untuk mencapai tujuan yang dibuat sebelum mengambil suatu tindakan, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan, menentukan dan menetapkan kegiatan yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Proses perencanaan harus dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan berbagai aspek untuk mengatasi berbagai permasalahan.

(5)

2.1.2 Pengorganisasian (Organizing)

Sepanjang perkembangannya, pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen memiliki penger-tian yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebab-kan oleh perbedaan latar beladisebab-kang keahlian para pakar yang memberikan pengertian masalah pengorga-nisasian, serta sangat dipengaruhi oleh kondisi ling-kungan dalam menerapkan fungsi pengorganisasian tersebut.

Menurut Sudjana (2000: 116):

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk memben-tuk organisasi. Organisasi ini mencakup sumber-sumber manusiawi yang akan mendayagunakan sumber-sumber lainnya untuk menjalankan ke-giatan sebagaimana direncanakan dalam menca-pai tujuan yang telah ditentukan.

Adapun Handoko (1992: 34) mengemukakan pengorganisasian sebagai:

(1) penentu sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organi-sasi; (2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan; (3) pe-nugasan tanggungjawab tertentu; (4) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-indi-vidu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

(6)

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka dapat dipahami bahwa pengorganisasian adalah suatu usaha untuk menstrukturkan dan menetapkan kerja-sama di antara orang-orang yang ada dalam kelompok, yang meliputi: tugas-tugas, wewenang, tanggung-jawab, serta tata hubungan masing masing orang.

2.1.3 Penggerakan (Actuating)

Menurut Sutomo (2009: 14), pergerakan dapat didefinisikan sebagai:

Keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendo-rong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan ekonomis.

Menggerakkan adalah kemampuan membujuk orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah dite-tapkan dengan penuh semangat (Paturusi, 2012: 79). Dengan demikian dalam pengelolaan pembelajaran, kemampuan untuk menggerakkan sangatlah penting agar siswa tidak menyimpang dari arah yang telah ditetapkan. Hal ini untuk menghindari kesalahan yang diperkirakan dapat timbul dalam kegiatan pembela-jaran.

2.1.4 Pengkoordinasian (Coordination)

(7)

25) mengartikan pengkoordinasian sebagai usaha untuk menyatupadukan kegiatan dari berbagai indi-vidu atau unit yang ada agar kegiatan mereka berjalan selaras dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Paturusi (2012: 81) menyatakan:

Pengkoordinasian harus dilakukan dalam organi-sasi pendidikan, karena dalam organiorgani-sasi pendi-dikan ada pembagian kerja yang amat substansi yaitu pekerjaan mendidik dan pekerjaan manaje-men satuan pendidikan dan manajemanaje-men pembela-jaran untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai mutu yang diharapkan”.

Dengan demikian pengkoordinasian dalam pem-belajaran sangat penting dimiliki oleh guru, karena dengan kemampuan mengkoordinasi maka pembela-jaran akan dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

2.2 Pengelolaan Pembelajaran

Pembelajaran adalah sebuah istilah baru sebagai pengganti istilah belajar mengajar. Kedua istilah ter-sebut hampir mengandung arti yang sama, hanya saja istilah pembelajaran menitikberatkan pada bagaimana membelajarkan siswa didik secara optimal. Dengan kata lain peran siswa didik harus lebih aktif dibanding dengan guru dalam proses pembelajaran.

(8)

Sementara menurut Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 6):

“pembelajaran dapat diartikan sebagai proses membu

-at orang belajar, tujuannya adalah membantu orang belajar, atau memanipulasi lingkungan sehingga mem-beri kemudahan bagi orang yang belajar”.

Hasil suatu pendidikan ditentukan oleh efektif tidaknya guru dalam mengatur atau mengelola pem-belajaran. Dengan pengelolaan pembelajaran yang baik akan mengasilkan tujuan pembelajaran yang baik pula. Menurut Seivert (2005: 1) “intensitas dan efektivitas hasil pendidikan (out put/graduated) sangat ditentukan oleh manajemen mutu pembelajaran dan instruksi yang dijalankan dalam lembaga pendidikan tersebut”.

Guru sebagai tenaga pendidik harus profesional, dan dapat menunjukkan keprofesionalnnya melalui bentuk pelayanan jasa kepada masyarakat. Layanan jasa itu diwujudkan dengan pelayanan yang memuas-kan terhadap siswa didiknya. Agar masyarakat menda-patkan pelayanan yang memuaskan, maka guru harus bisa melaksanakan manajemen yang baik dalam menjalankan tugas kesehariannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab XI, pasal 39, ayat 2 dinyatakan bahwa:

(9)

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penilaian dan pengabdian kepada ma-syarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Slameto (2009: 123) menyatakan bahwa manaje-men atau administrasi pengajaran adalah keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan di bidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran ter-laksana secara efektif dan efisien. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sarana Pendidikan (1996-1997: 35) mengemukakan:

Fungsi dan tugas guru sebagai seorang pendidik dan pengajar adalah: (a) menyusun perangkat program pengajaran, (b) pelaksanaan pelajaran, (c) evaluasi, (d) analisa hasil ulangan, dan (e) pe-laksanaan program perbaikan dan pengayaan.

Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Perta-ma (2005: 1) bahwa:

Rincian subtansi manajemen pembelajaran terdiri: a) perencanaan meliputi: membuat AMP, menyu-sun kalender pendidikan, menyumenyu-sun program tahunan, menyusun program semester, menyusun program satuan pelajaran, dan menyusun RPP, b) pengorganisasian meliputi: penyusunan jadwal giatan, c) pelaksanaan yaitu: melaksanakan ke-giatan pembelajaran, dan d) pengawasan yaitu kegiatan evaluasi proses pembelajaran dan hasil kegiatan pembelajaran.

(10)

guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksana-kan pembelajaran, mengevaluasi pelaksanaan pem-belajaran, menganalisis hasil evaluasi, dan melakukan tindaklanjut hasil evaluasi agar dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Dengan kata lain seorang guru dalam melaksanakan tugas kesehariannya tidak hanya melakukan fungsi instruksionalnya saja, me-lainkan juga harus melaksanakan tugas manajerial.

2.3

Pendidikan Jasmani Olah Raga dan

Kesehatan

2.3.1 Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Seiring perkembangan bangsa dengan berbagai macam problematika yang menyertainya, maka dipas-tikan akan berpengaruh pula terhadap pelaksanaan pendidikan. Oleh sebab itu sistem pendidikan harus mampu menghadapi perkembangan pendidikan, dan kurikulum dapat diubah sesuai kebutuhan. Perubah-an kurikulum tersebut, mengakibatkPerubah-an perubahPerubah-an nama mata pelajaran yang di dalamnya termasuk mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

(11)

dengan Kurikulum Berbasis Kompeteni (KBK). Dalam kurikulum tersebut muncul nama pendidikan jasmani dan olahraga. Dua tahun kemudian tepatnya tahun 2006 pemerintah mengganti lagi dengan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2006 yang sering kita kenal dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum 2006 tersebut muncul istilah pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes).

Pengertian pendidikan jasmani menurut Depdik-bud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktoran Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 2) adalah:

Proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengeta-huan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sportif, serta kecerdasan emosi.

Menurut Khomsin (2001: 4) bahwa:

Pendidikan jasmani adalah proses pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kog-nitif, afektif, dan psikomotor yang secara ekplisit dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan jasmani yang diikutinya.

(12)

mem-perhatikan aspek yang lain yaitu afektif dan kognitif. Pengertian pendidikan jasmani olahraga dan kesehat-an ykesehat-ang muncul dalam KTSP atau Kurikulum 2006 menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, seperti yang saya uraikan pada bab I, mengatakan bahwa:

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meru-pakan bagian integral dari pendidikan secara kese-luruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keteram-pilan berpikir kritis, keteramketeram-pilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, terpilih yang direncana-kan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

(13)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada prinsipnya adalah sama, yaitu melakukan gerak sepanjang hayat yang merupakan pendorong pertum-buhan fisik, perkembangan psikis, serta keterampilan motorik. Hanya saja pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mengandung makna yang lebih luas yaitu pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

2.3.2 Hakikat Pendidikan Jasmani

(14)

lupa bahwa sebenarnya manusia juga terdiri dari unsur rohaniah dan sosial.

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan indi-vidu secara menyeluruh. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan olahraga. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila banyak orang yang meyakini bahwa pendidikan jasmani merupakan bagi-an dari pendidikbagi-an menyeluruh, dbagi-an sekaligus memi-liki potensi yang strategis untuk mendidik.

Pendidikan jasmani (physical education) merupa-kan bagian integral dari sistem pendidimerupa-kan. Pendidik-an jasmPendidik-ani merupakPendidik-an bagiPendidik-an yPendidik-ang tak terpisahkPendidik-an dari program pendidikan. Berkaitan dengan pendidik-an jasmpendidik-ani, Aip dpendidik-an Muhadi (1991/1992:4) menyata-kan bahwa:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara siste-matik untuk merangsang pertumbuhan dan per-kembangan, meningkatkan kemampuan dan ke-terampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

(15)

Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan yang lainnya dan hubungan dari perkembangan tubuh fisik dengan pikiran serta jiwanya.

Jadi melalui pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekaligus akan diperoleh tiga aspek, yaitu: psikomotorik; afektif; dan kognitif. Itulah yang menjadikan ciri bahwa mata pelajaran pendidik-an jasmpendidik-ani olahraga dpendidik-an kesehatpendidik-an berbeda dengpendidik-an mata pelajaran yang lain. Tidak ada mata pelajaran lainnya yang seperti mata pelajaran pendidikan jas-mani olahraga dan kesehatan yang mempunyai kepen-tingan dengan perkembangan manusia secara menye-luruh.

2.3.3 Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Bucher yang dikutip oleh Khomsin (2001: 5), mengatakan bahwa:

(16)

ke-mampuan melakukan respon yang sehat terhadap kegiatan fisik melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun 2006, tujuan mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan diberikan di sekolah adalah agar para siswa didik mempunyai kemampuan sebagai berikut:

(1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani dan olahraga yang terpilih; (2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik; (3) Mening-katkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar; (4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung didalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehat-an; (5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disi-plin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis; (6) Mengembangkan keterempilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan; (7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebu-garan, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

(17)

Dari beberapa pandangan tentang tujuan pem-belajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan seperti telah diuraikan di atas, maka guru berperan sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidak-nya pembelajaran. Hasil akhir dari sebuah pembela-jaran dituangkan dalam nilai rapor.

Menutur buku laporan hasil belajar siswa yang dibuat oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa tengah, aspek-aspek yang dinilai pada mata pelajaran pendi-dikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah meli-puti: Permainan dan Olahraga, Aktivitas Pengembang-an, Uji diri/Senam, Aktivitas Ritmik, dan Aquatik/ Pendidikan luar sekolah.

(18)

Gambar 1

Skematis Pendidikan Jasmani menuju Perkembangan Menyeluruh

(Lutan 2000: 4)

Gambar tersebut menunjukkan cakupan tujuan ideal pendidikan jasmani yang pelaksanaanya dilan-daskan pada pendekatan pengajaran yang berorientasi pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak.

Dari beberapa pendapat tersebut menunjukkan, pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama bertujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, pertumbuhan fisik, perkembangan psikis,

meningkat-Pendidikan Jasmani

Praktik Pengajaran berorientasi pada Karakteristik perkembangan

dan pertumbuhan anak

Psikomotorik

Kesegaran Jasmani

Perseptual motorik

Afektif Kognitif

Konsep Diri Intelegensia emosional dan watak

Penalaran dan pembuatan

keputusan

Pengetahuan tentang penjas,

(19)

kan keterampilan gerak, membentuk karakter moral yang baik, menumbuhkan sikap sportif, mengembang-kan keterampilan menjaga keselamatan dan pencapai-an pertumbuhpencapai-an fisik ypencapai-ang sempurna, pola hidup ypencapai-ang sehat dan kebugaran serta memiliki sikap yang sportif.

2.3.4 Manfaat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan umum. Melalui program pendidikan jasmani dapat diupaya-kan peranan pendididiupaya-kan untuk mengembangdiupaya-kan kepribadian individu. Tanpa ada pendidikan jasmani di lingkungan sekolah, maka akan berpengaruh terha-dap pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruh-an. Mahendra (2004: 7-8) mengatakan bahwa:

Secara umum manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup: (1) Memenuhi kebutuhan anak akan gerak, (2) Mengenalkan anak pada lingkung-an dlingkung-an potensi dirinya, (3) Menlingkung-anamklingkung-an dasar-dasar keterampilan yang berguna, (4) Menyalurkan energi yang berlebihan, (5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional.

(20)

emosional. Pendidikan jasmani merupakan suatu pen-didikan yang di dalamnya mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja, tetapi juga aspek mental, emosional dan spiritual.

2.3.5 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Ruang lingkup pendidikan jasmani mencakup banyak aspek. Menurut Furqon (2007: 4) bahwa:

Ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga meli-puti aspek-aspek sebagai berikut: permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan diri meliputi, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas, kesehatan.

Pendapat tersebut menunjukkan, ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi enam aspek yaitu: olah-raga permainan, pengembangan diri, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas, dan budaya hidup sehat. Dari masing-masing aspek tersebut di dalamnya terdiri beberapa macam cabang olahraga yang telah diatur berdasarkan kurikulum yang berlaku.

(21)

di Sekolah. Cabang olahraga atletik terdiri dari bebe-rapa macam nomor, yaitu: lari, lompat, dan lempar.

Aspek pengembangan diri meliputi kebugaran jasmani dan senam lantai. Aktivitas ritmik meliputi senam irama. Aktivitas air atau aquatik adalah kegiat-an ykegiat-ang berhubungkegiat-an dengkegiat-an air, dalam hal ini adalah renang. Pendidikan luar kelas meliputi penjelajahan, berkemah.

2.4 Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan

Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Seperti telah penulis uraikan di atas bahwa seorang guru dituntut bisa mengelola atau mengatur tugas-tugas pokok sebagai seorang guru dalam melak-sanakan pembelajaran. Pakar pendidikan Hamalik (2001: 123-124) menyatakan:

Peran guru dapat juga sebagai seorang pemimpin, artinya guru berkewajiban mengadakan supervisi atas kegiatan belajar murid, membuat rencana pengajaran bagi kelasnya, mengadakan men belajar sebaik-baiknya, melakukan manaje-men kelas, manaje-mengatur disiplin kelas secara demo-kratis.

(22)

Guru memiliki peran ganda di sekolah. Mutu pendidikan menjadi tanggung jawab guru. Guru juga sebagai seorang menajerial yang akan menge-lola proses pembelajaran, merencanakan pembela-jaran, mendesain pembelapembela-jaran, melaksanakan aktivitas pembelajaran bersama siswa, dan meng-adakan pengontrolan atas kecakapan dan prestasi siswa masing-masing.

Uraian di atas menggambarkan bahwa dalam menjalankan tugasnya seorang guru (termasuk guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan) harus bisa mengelola atau mengatur pembelajarannya, kare-na apabila guru dapat mengatur pembelajarannya dengan baik miscaya hasil yang diharapkan juga akan lebih baik. Seperti disampaikan Sukardi (2006:26):

Sebagai seorang guru yang profesional dan harus dilakukan oleh setiap guru di sekolah, memiliki lima tugas pokok, yaitu merencanakan, melaksa-nakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembela-jaran, menindaklanjuti hasil pembelapembela-jaran, serta melakukan bimbingan dan konseling.

(23)

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah suatu usaha atau upaya yang dilakukan oleh seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, mengevaluasi proses pembela-jaran, dan melakukan tindaklanjut hasil evaluasi.

Untuk itu seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam melaksanakan manaje-men pembelajaran di kelas harus melaksanakan kegiatan yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) membuat perencanaan pembelajaran, (2) pelaksa-naan pembelajaran, (3) melaksanakan evaluasi, dan (4) melaksanakan tindaklanjut hasil evaluasi.

2.4.1 Perencanaan Pembelajaran

(24)

1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam menca-pai tujuan;

2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan;

3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik guru maupun siswa;

4. Sebagai alat ukur efektif dan tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui kete-patan dan kelambanan kerja;

5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja;

6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.

Sementara Hamalik (2001:135) berpendapat bahwa

“guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar

pelaksanaan pembelajaran berhasil”.

Salah satu faktor yang bisa membawa keber-hasilan itu adalah guru tersebut senantiasa membuat perencanaan pembelajaran sebelumnya. Begitulah betapa pentingnya sebuah perencanaan pembelajaran bagi seorang guru yang akan melaksanakan action di depan siswa didiknya. Dengan perencanaan pembela-jaran yang baik, maka guru tersebut tidak akan kehilangan arah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Sukardi (2006: 26-27) mengatakan bahwa

“fungsi perencanaan pembelajaran adalah untuk mem

(25)

beberapa bentuk kegiatan persiapan pembelajaran yang berupa penyusunan (1) analisis materi pelajaran (AMP); (2) program tahunan dan program semester (Prota dan Promes); (3) silabus; (4) rencana program pembelajaran (RPP); dan (5) program perbaikan dan pengayaan. Sedangkan menurut Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sarana Pendidikan (1996-1997: 35), tugas guru sebagai pen-didik dan pengajar dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran adalah menyusun perangkat program pengajaran. Adapun perangkat program pengajaran terdiri dari: (1) Analisis Materi Pelajaran (AMP); (2) program tahuan; (3) program semester; (4) rencana satuan pelajaran; (5) rencana pengajaran.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas seorang guru yang baik dalam kegiatan

peren-canaan pembelajaran dapat dibuktikan dengan: (1) tersajinya AMP; (2) tersajinya program tahunan dan program semester; (3) tersajinya pemetaan; (4) tersaji-nya silabus; dan (5) tersajitersaji-nya rencana program pem-belajaran (RPP) sehingga kegiatan pempem-belajaran dapat berjalan denga baik. Dengan perencanaan yang baik maka proses kegiatan berikutnya akan dapat berjalan dengan baik pula.

2.4.2 Pelaksanaan Pembelajaran

(26)

sekolah. Setelah guru selesai merencanakan pem-belajaran maka guru harus melakukan kegiatan beri-kutnya yaitu mempraktikkan perencanaan yang telah dibuat di dalam kelas melalui pelaksanaan pembela-jaran. Menurut Usman (2006: 4):

Pelaksanaan pembelajaran sama artinya dengan kegiatan belajar mengajar yang berarti merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian per-buatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edu-katif untuk mencapai tujuan tertentu.

Sementara Sukardi (2006: 28) mengatakan bahwa:

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran se-orang guru harus benar-benar siap materi, siap mental, siap metodologi, siap media, dan siap strategi pembelajaran. Hal ini akan didapat apa-bila sebelumnya guru tersebut melaksanakan langkah pertama yaitu membuat perencanaan pembelajaran dengan baik.

Khomsin (2001: 8) berpendapat bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olah-raga dan kesehatan di sekolah, kemampuan guru dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat meru-pakan salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.

(27)

ter-baiknya di depan para siswanya, penjelasannya mudah dipahami, penguasaan keilmuannnya benar, menguasai metodologinya, serta mempunyai strategi pembelajaran yang tepat.

Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sebagai salah satu disiplin ilmu yang di-ajarkan di sekolah-sekolah masih sering menemui persoalan klasik tentang pola-pola mengajar yang ber-sifat memaksakan kemampuan siswa yang sebetulnya memiliki kecenderungan bermain. Akibatnya siswa kurang memiliki daya tarik dan merasa bosan untuk mengikuti pelajaran praktik penjas, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar mereka.

Selain metode pembelajaran, pendidik juga dapat melakukan dengan metode lain seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, interaktif dan inkuiri (menggunakan metode pendekatan bermain untuk meningkatkan prestasi). Dengan metode bermain diha-rapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar-nya, sehingga terjadi proses pembelajaran yang mena-rik dan berkesan. Hal ini akan memberi penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah sehingga siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya dan dapat mencapai prestasi yang gemilang.

1. Strategi Pembelajaran

Menurut Sudjana (2005: 6):

(28)

sumber belajar, pengelompokan peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukatif antara pendidik dengan peserta didik, dan antara peserta didik dan lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses, hasil, dan/atau dampak kegiatan pembelajaran.

Sagala (2007: 221) berpendapat bahwa konsep dasar strategi belajar mengajar meliputi:

(1) menentukan spesifikasi dan kualifikasi peru-bahan perilaku belajar; (2) menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Menurut Sanjaya (2007: 126) “dalam dunia

pen-didikan, strategi pembelajaran diartikan sebagai pe-rencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang di- desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana atau tindakan yang di dalamnya termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tuju-an tertentu. Artinya, arah dari semua keputustuju-an penyusunan strategi pembelajaran adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah pembelajaran, pemanfaatan sumber dan fasilitas semuanya diarah-kan pada pencapaian hasil belajar.

2. Tahapan Pembelajaran

(29)

melaksanakan mengajar, yakni tahap permulaan (pra-instruksional), tahap pengajaran ((pra-instruksional), serta tahap penilaian dan tindaklanjut.

Gambar 2

Tahapan Pembelajaran

(Sagala (2007: 225)

Ketiga tahapan ini harus ditempuh oleh seorang guru setiap melaksanakan kegiatan pembelajaran. Jika salah satu tahapan tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi proses pembelajaran (Sagala, 2007: 226).

1. Tahap Pra-Instruksional

Tahap pra-instruksional adalah tahapan yang ditempuh oleh seorang guru pada saat ia memulai pembelajaran. Tujuan dari tahapan ini adalah meng-ungkap kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kegiatan semacam ini disebut dengan pemanasan.

2. Tahap Instruksional

Tahap instruksional sering disebut dengan tahap pembelajaran atau tahap inti, yakni tahap

mem-Tahap Praintruksionall

Tahap Intruksional

(30)

berikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut: (1) menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) menentu-kan materi pokok atau kompetensi dasar yang amenentu-kan dipelajari, (3) membahas pokok materi yang telah ditentukan, (4) penggunaan alat bantu atau media pembelajaran, dan (5) menyimpulkan hasil pembahas-an dari pokok materi.

3. Tahap Penilaian dan Tindaklanjut

Tahap penilaian dan tindak lanjut bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kegiatan intruksional. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah: (1) mengajukan pertanyaan atau siswa disuruh mela-kukan kegiatan tentang materi yang telah dipelajari-nya; (2) apabila 75% siswa belum bisa melakukan, maka guru hendaknya mengulangi kembali penjelasan meteri yang telah diberikan; (3) guru bisa memberikan tugas-tugas di rumah yang ada hubungannya dengan materi pokok; dan (4) mengakhiri pelaksanaan pem-belajaran.

(31)

sampai 10% untuk pendinginan.

Dari berbagai pandangan tersebut maka dapat disampaikan bahwa banyak faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran penjasorkes, salah satu di antaranya adalah faktor guru. Hal ini terutama karena peran guru sebagai seorang pembimbing, pengajar, dan panutan bagi semua siswanya. Guru merupakan pribadi kunci yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap keberhasilan proses pembela-jaran, karena itu guru sebagai seorang pemimpin dalam kelas harus memiliki sejumlah kompetensi yang diperlukan untuk menjalankan fungsinya. Kompetensi berarti kemampuan, kecakapan (ability). Kompetensi guru adalah kemampuan guru dalam menjalankan profesi keguruannya.

2.4.3 Evaluasi Hasil Belajar

(32)

Menurut Hamalik (2001: 145-146), istilah evalu-asi sering disebut juga assessment yang mempunyai arti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program instruksional. Majid (2007: 185) menyebutkan sebagai berikut:

Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan, substansi pendidikan termasuk kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidik-an, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Sudjana (2007: 243) membagi evaluasi menjadi dua yaitu: (1) evaluasi proses pengajaran; dan (2) evaluasi hasil pengajaran. Evaluasi terhadap proses pengajaran dilakukan guru sebagai bagian integral dari pengajar-an itu sendiri, artinya evaluasi harus tidak terpisah-kan dengan penyusunan dan pelaksanaan pengajaran, sedangkan evaluasi hasil pengajaran merupakan bentuk hasil akhir dari sebuah pengajaran.

(33)

Namun karena evaluasi dapat berfungsi sebagai umpan balik dan remidial pengajaran, apa pun hasil evaluasi tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan guru untuk melaksanakan strategi pembelajaran berikutnya. Dengan demikian strategi pembelajaran guru dari waktu ke waktu akan selalu berubah menyesuaikan kondisi lapangan.

2.4.4 Analisis Hasil Evaluasi

Setelah dilakukan kegiatan evaluasi, guru kemu-dian melaksanakan kegiatan berikutnya, yaitu analisis hasil evaluasi. Analisis ialah proses untuk mengetahui informasi yang telah dikumpulkan. Analisis termasuk mengolah data yang telah dikumpulkan untuk menen-tukan kesimpulan yang telah didukung data tersebut, seberapa banyak ia mendukung dan seberapa banyak ia tidak mendukung. Farida (2008:112) mengatakan:

Tujuan dari analisis ialah membuat singkatan dari data dan menyimpulkan pesan-pesan yang ada di dalamnya sebagai informasi yang dapat dipakai sebagai dasar yang tentatif untuk mengambil suatu keputusan.

(34)

batas minimal ketuntasan belajar diberikan remidial, sedangkan bagi anak yang nilainya telah mencapai batas ketuntasan minimal diberikan pengayaan.

Lebih lanjut Farida (2008:114) mengatakan:

Analisis hasil evaluasi dilaksanakan setelah data atau informasi terkumpul. Analisis berwujud des-kripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil belajar siswa, yaitu penguasaan kompetensi. Analisis hasil evaluasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan penentuan capaian penguasaan kompe-tensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terha-dap tugas dan/atau pekerjaan siswa harus dilak-sanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi serta dilaksanakan secara objektif. Untuk menjamin keobjektifan skoring guru harus mengikuti pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan.

(35)

2.4.5 Tindaklanjut Hasil Evaluasi

Setelah dilakukan kegiatan analisis hasil evalu-asi, guru kemudian melaksanakan kegiatan berikut-nya yaitu tindaklanjut hasil evaluasi. Kegiatan ini di-maksudkan untuk perbaikan dan pengayaan, perbaik-an dilakukperbaik-an terhadap perbaik-anak yperbaik-ang belum mencapai ketuntasan belajar, sedangkan pengayaan dilakukan kepada siswa yang sudah mencapai ketuntasan, atau yang sering kita kenal dalam pembelajaran tuntas.

Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 21) mengatakan program layanan dalam pembelajaran tuntas adalah sebagai berikut:

a. Bagi siswa yang belum mencapai skor 75 untuk kompetensi dasar (KD) tertentu, maka siswa yang bersangkutan harus diberi layanan yang berupa program remedial (perbaikan);

b. Bagi siswa yang mencapai skor untuk kompe-tensi dasar (KD) tertentu antara 75 – 90, ke-lompok siswa ini perlu diberikan program peng-ayaan (enrichment);

c. Sedangkan siswa yang skor penguasaan kompe-tensi dasar (KD) tertentu lebih dari 90, maka siswa tersebut sebaiknya diberikan layanan program percepatan (akselerasi).

Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Perta-ma (2006: 20) mengatakan:

(36)

mempertimbang-kan tingkat kerumitan (kompleksitas), tingkat ke-mampuan rata-rata siswa, dan tingkat kemampu-an daya dukung dari sekolah tersebut.

Secara skematis ketiga bentuk program layanan tersebut, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (2004: 21) menggam-barkan sebagai berikut:

Gambar 3

Skema Bentuk Program Layanan

(Depdiknas, 2004: 21)

1. Program Perbaikan

Majid (2006: 236) menyatakan: “program per -baikan adalah merupakan bentuk khusus dari peng-ajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa

>90 Percepatan

Mencapai ketuntasan

KD 1

Tes K

D1 75-90 Pengayaan

KD 2

KD 3

Belum mencapai Ketuntasan

(< 75)

Remidial Mencapai

(37)

orang siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar”. Jadi program perbaikan adalah sebuah proses pem-belajaran yang bertujuan untuk memperbaiki atau melayani peserta didik yang kesulitan dalam melak-sanakan pembelajaran dengan bentuk mengulangi kompetensi dasar (KD) yang belum dikuasai siswa. Adapun model atau cara yang dapat ditempuh untuk pelaksanaan kegiatan remedial adalah seperti yang

diuraikan oleh Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 25) sebagai berikut:

a. Menjelaskan kembali kompetensi dasar (KD) yang bersangkutan dengan penyederhanaan materi;

b. Pemberian bimbingan secara khusus;

c. Pemberian tugas-tugas atau perlakuan

(treatment) secara khusus, yang sifatnya penye-derhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular;

d. Guru dapat memanfaatkan model pembelajaran tutor sejawat (peer tutor).

2. Program Pengayaan

(38)

Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 30), siswa yang sudah tuntas dalam kompetensi dasar tertentu tidak boleh diterlantarkan agar siswa tersebut tidak terganggu dalam belajarnya.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 23) mengatakan, cara yang ditempuh guru dalam melaksanakan program pengayaan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan bacaan tambahan atau berdiskusi yang dapat memperluas wawasan;

2. Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik, bacaan/paragrap, dll; 3. Memberikan soal-soal atau latihan-latihan

tam-bahan yang bersifat pengayaan;

4. Membantu guru membimbing teman-teman yang belum mencapai ketuntasan.

2.5 Penelitian Relevan

(39)

pada prinsipnya telah membuat perencanaan pembela-jaran, melaksanakan kegiatan pembelapembela-jaran, melaku-kan evaluasi dan melaksanamelaku-kan tindak lanjut evaluasi dengan baik, namun dalam kegiatan tindak lanjut belum semuanya terlaksana dengan baik.

Penelitian oleh Saleh dengan judul Manajemen Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP se-Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi (2011), bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji perencanaan pembelajaran, pengorganisasi-an atau pengelolapengorganisasi-an kelas, pelakspengorganisasi-anapengorganisasi-an pembelajarpengorganisasi-an dan pengawasan pembelajaran atau penilaian pem-belajaran pendidikan jasmani di SMP se Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui kegiatan perencanaan termasuk dalam kategori cukup baik (75%). Dalam pengorganisasian, guru merasa telah melakukan pengorganisasian dengan baik (94%), namun dalam penilaian, siswa menganggap kurang baik (54,03%); pada tahap pelaksanaan guru meng-anggap dirinya termasuk dalam kategori baik (95%), sedangkan menurut penilaian siswa kurang baik (57,7%); dan pada tahap pengawasan guru menilai dirinya sendiri termasuk dalam kategori sangat baik (96%) namun menurut penilaian siswa cukup baik yaitu 64,1%.

(40)

secara keseluruhan guru menganggap manajemen yang dilakukannya cukup baik, namun guru tidak pernah tahu bagaimana penilaian siswa tentang manajemen yang dilakukan oleh guru, sehingga siswa menilai guru kurang baik dalam memanage pembela-jaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

(41)

Evaluasi pembelajaran pengalaman lapangan di-peroleh hasil bahwa peserta didik menunjukkan sikap senang dan tertarik dengan metode pembelajaran pengalaman lapangan. Penggunaan metode tersebut memiliki kelemahan dan kekuatan. Dari evaluasi tersebut ditemukan adanya ketidaksiapan pendidik dalam hal penyiapan media belajar yang merupakan kebutuhan mutlak pembelajaran pengalaman lapang-an.

Penelitian Astuti (2009) tentang Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Pondok Pesantren Mu’adalah dan Ghoiru Mu’adalah (Studi Multi Kasus di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan dan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan manajemen kurikulum dan pembelajaran pondok pesantren. Dalam penelitian ini penulis memaparkan empat hal yang dideskrip-sikan berdasarkan manajemen kurikulum dan pem-belajaran pondok pesantren untuk memperoleh status kesetaraan/mu’adalah, yaitu: (1) perencanaan kulum dan pembelajaran; (2) pengorganisasian kuri-kulum dan pembelajaran; (3) implementasi kurikuri-kulum dan pembelajaran; (4) evaluasi kurikulum dan pem-belajaran.

(42)

pem-belajaran Madrasah Aliyah pondok pesantren dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan dari Madrasah Aliyah dan pondok pesantren. Kedua, pengorganisasi-an kurikulum dpengorganisasi-an pembelajarpengorganisasi-an Madrasah Aliyah pondok pesantren dimulai dari pengorganisasian elemen pelaksanaannya, yaitu guru dan elemen lain-nya agar dapat melaksanakan fungsi berdasarkan tugas masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan pengorganisasian materi-materi umum dan agama agar dapat dikemas secara rapi dalam suatu pembela-jaran dan kemudian disajikan dalam jenjang-jenjang yang sudah disiapkan. Ketiga, pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran diselenggarakan dalam bentuk klasikal/madrasah, ada yang telah membuat serang-kaian perangkat pembelajaran dengan beberapa meto-de pembelajaran. Media dan strategi pembelajaran sebagai pendukung keefektifan dan efisiensi pelaksa-naannya namun masih ada yang belum. Keempat, penilaian yang dilakukan sudah berorientasi pada input, proses dan output.

(43)

deskriptif analisis melalui rancangan studi multi kasus ini, ditemukan bahwa bentuk manajemen pembelajar-an MIN Malpembelajar-ang 2 dpembelajar-an MI Al-Huda Malpembelajar-ang meliputi: (1) Perencanaan berdasar pada prinsip amanah; (2) Pengelolaan guru yang diarahkan kepada pening-katan kompetensi dan profesionalismenya; (3) Pengelo-laan siswa melalui seleksi siswa secara ketat, penge-lompokan secara heterogen-klasikal, pengepenge-lompokan siswa berdasarkan kemampuan dan aspek psikologis, dan pembinaan belajar dan ibadah siswa; (4) Pengelo-laan pembelajaran berupa penyambutan guru kepada para siswa saat datang ke sekolah, pelaksanaan pra-pembelajaran, dan pelaksanaan proses pembelajaran; (5) Pengelolaan metode, berupa pemilihan metode Quantum Teaching and Learning serta kolaborasi ber-bagai motode pembelajaran modern; (6) Evaluasi dalam bentuk supervisi, self assessment dan evaluasi hasil belajar siswa (formatif dan sumatif).

(44)

keseluruhan.

Banyak faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran penjasorkes, salah satu di antaranya adalah faktor guru. Hal ini terutama karena peran guru sebagai seorang pembimbing, pengajar, dan panutan bagi semua siswanya. Guru merupakan pribadi kunci yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Guru sebagai seorang pemimpin dalam kelas penjas-orkes harus memiliki kemampuan mengelola pembela-jarannya, karena kompetensi guru adalah kemampuan guru dalam menjalankan profesi keguruannya.

2.6 Kerangka Pikir

(45)

Salah satu bagian dalam kurikulum sekolah yaitu pendidikan jasmani dan olahraga. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peran penting untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Karena pentingnya peranan pendidikan jasmani dan olahraga, maka pendidikan jasmani dan olahraga diajarkan dari tingkat sekolah paling rendah yaitu Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi.

Guru memegang peranan penting dalam kegiat-an pembelajarkegiat-an guna menentukkegiat-an dkegiat-an mengarahkkegiat-an segala kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar tersebut diarahkan dan diupayakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan, bukan sekedar formalitas saja akan tetapi harus diikuti dengan kemampuan pendidik itu sendiri sesuai tugas-tugasnya.

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dibutuhkan suatu pengelolaan yang berupa perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan evaluasi, analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut hasil evaluasi. Hal ini artinya, keberhasilan dalam belajar mengajar pendidikan jasmani dan olahraga sangat dibutuhkan pengelolaan yang baik dan benar.

(46)

Pelaksanaan Analisis hasil Evaluasi

Gambar 4 Kerangka Pikir

Pengelolaan pembelajaran

Penjasorkes SMP Negeri 5 Ambarawa

Perencanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran

Pelaksanaan Analisis hasil

Evaluasi

Pelaksanaan Tindak lanjut hasil Evaluasi

Hasil Belajar

Gambar

Gambar 1  Skematis Pendidikan Jasmani
Gambar 2 Tahapan Pembelajaran
Gambar 3 Skema Bentuk Program Layanan
Gambar 4 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

(3) Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga kesehatan, meliputi: guru yang memiliki tugas dan kewenangan pembelajaran yang sama ada 3 orang; seorang guru

dan Kesehatan terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar Daerah Binaan 5 Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. Permasalahan dalam penelitian

pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah: (1) Rendahnya mutu pendidikan yang tercer- min dari rendahnya rata-rata prestasi belajar siswa; (2)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga tesis yang penulis susun dengan judul

Siswa 2; Dalam pelaksanaan tindak lanjut hasil evaluasi bagi anak yang belum tuntas disuruh mengulangi sampai semua siswa tuntas. Sedangkan yang sudah tuntas

 Mengetahui bentuk variasi dan kombinasi teknik dasar menendang (depan, belakang, samping, busur depan dan belakang) dan pukulan (depan, bawah, atas, samping) Aspek Afektif

Hasil dari penelitian ini, bahwa peran guru untuk melaksanakan tercapainya pembelajaran materi pendidikan kesehatan dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani,

Kompetensi profesional yang harus dimiliki guru matapelajaran guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang