• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Larvisida Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifollus Roxb.) Terhadap Larva Nyamuk Culex sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Larvisida Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifollus Roxb.) Terhadap Larva Nyamuk Culex sp."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

iv

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp.

Regina Putri, 2016; Pembimbing I: Dr. Teresa L. Wargasetia, S.Si., M.Kes., PA(K) Pembimbing II: Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes.

Salah satu cara pemberantasan nyamuk Culex yang merupakan vektor penyakit filariasis, Japanese encephalitis, St. Louis encephalitis, dan West Nile Virus ialah dengan larvisida. Larvisida berbahan kimia (temephos) memiliki efek samping berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Oleh sebab itu dilakukan penelitian penggunaan daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) yang memiliki senyawa kimia saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, polifenol, dan minyak atsiri yang berefek larvisida.

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun pandan wangi memiliki efek larvisida alami terhadap larva nyamuk Culex dan apakah potensi sebagai larvisidanya setara dengan temephos.

Desain penelitian ini bersifat eksperimental, komparatif, dan prospektif dengan metode rancangan acak lengkap. Efek larvisida Ekstrak Daun Pandan Wangi (EDPW) diuji terhadap 6 kelompok perlakuan (n=30, r=4) larva Culex. Kelompok I (EDPW 4%), II (EDPW 2%), III (EDPW 1%), IV (EDPW 0,5%), V (temephos sebagai kontrol positif), dan VI (akuades sebagai kontrol negatif). Data yang diukur ialah jumlah larva mati setelah pemberian bahan uji selama 24 jam. Analisis data dengan ANAVA dan uji Tukey HSD. Kemaknaan berdasarkan nilai α=0,01.

Hasil penelitian berupa persentase larva mati pada kelompok I (96,67%), II (79,17%), III (50%), IV (17,5%) menunjukkan perbedaan yang signifikan (p≤0,01) terhadap kelompok VI (1,67%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,01) antara kelompok I dan kelompok V (100%).

Simpulan penelitian ini ialah EDPW berefek sebagai larvisida terhadap larva nyamuk Culex dan EDPW 4% memiliki potensi setara dengan temephos.

(2)

v

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

LARVICIDE EFFECT OF FRAGNANT PANDAN LEAVES ETHANOL EXTRACT (Pandanus amaryllifolius Roxb.) AGAINST Culex sp. MOSQUITO

LARVAE

Regina Putri, 2016; 1st Tutor: Dr. Teresa L. Wargasetia, S.Si., M.Kes., PA(K)

2nd Tutor: Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes.

One way to eradicate Culex mosquitoes that are filariasis, Japanese encephalitis,

St. Louis encephalitis, and West Nile Virus disease vector is with larvicide. Larvicide

made from chemical (temephos) have harmful side effects to health and the environment. Therefore conducted research of fragnant pandan leaves (Pandanus amaryllifolius Roxb.) which has chemical compound saponin, tannin, flavonoid, alkaloid, polyphenol, and essential oil that have larvicide effect.

This study aimed to know whether the effect of fragnant pandan leaves extract as a

natural larvicide against Culex mosquito larvae and whether larvicide potential of fragnant pandan leaves extract equivalent to temephos.

This study design is experimental, comparative, and prospective with complete randomized design. Larvicidal effect of Fragnant Pandan Leaves Extract (FPLE) were tested against 6 groups (n=30, r=4) Culex larvae. Group I (FPLE 4%), II (FPLE 2%), III (FPLE 1%), IV (0,5%), V (temephos as a positive control), and VI (aquadest as a negative control). The measured data is the number of larvae that died after administration of the substance for 24 hours. Data were analyzed by ANAVA

and Tukey HSD test. Significance based on the value of α=0,01.

The results of study is the percentage of dead larvae in group I (96,67%), II

(79,17%), III (50%), IV (17,5%) showed a significant difference (p≤0,01) togroupVI

(1,67%). There were not significant difference (p>0,01) between group I and group V (100%).

The conclusions of this study is there is effect of FPLE as larvicide against Culex mosquito larvae and FPLE 4% have equivalent potential to temephos.

Keywords: fragnant pandan leaves, Culex, larvicide

(3)

viii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Kerangka Pemikiran... 4

1.6. Hipotesis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk Culex sebagai Vektor Penyakit ... 7

2.1.1 Filariasis. ... 7

2.1.2 Japanese Encephalitis ... 12

2.1.3 St. Louis Encephalitis ... 14

2.1.4 West Nile Virus ... 15

2.2 Nyamuk Culex ... 17

(4)

ix

Universitas Kristen Maranatha

2.2.2 Morfologi Nyamuk Culex ... 18

2.2.3 Siklus Hidup Nyamuk Culex ... 21

2.3 Pengendalian Vektor ... 27

2.3.1 Pengendalian Alami ... 27

2.3.2 Pengendalian Buatan ... 28

2.4 Insektisida dan Resistensi ... 30

2.4.1 Pembagian Insektisida ... 31

2.4.2 Temephos ... 32

2.4.3 Resistensi Serangga terhadap Insektisida ... 33

2.5 Daun Pandan Wangi ... 35

2.5.1 Taksonomi Daun Pandan Wangi ... 36

2.5.2 Nama ... 37

2.5.3 Kandungan Kimia dan Khasiat Daun Pandan Wangi ... 37

2.5.4 Daun Pandan Wangi sebagai Larvisida ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 41

3.1.1 Alat Penelitian ... 41

3.1.2 Bahan Penelitian... 41

3.2 Objek Penelitian ... 42

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

3.4 Metode Penelitian ... 42

3.4.1 Desain Penelitian ... 42

3.4.2 Variabel Penelitian ... 43

3.5 Penentuan Besar Pengulangan Penelitian ... 44

3.6 Prosedur Kerja ... 44

3.6.1 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 44

3.6.2 Penentuan Dosis ... 45

3.6.3 Prosedur Penelitian ... 45

(5)

x

Universitas Kristen Maranatha

3.8 Hipotesis Statistik ... 46

3.9 Kriteria Uji ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 47

4.2 Pembahasan ... 51

4.3 Uji Hipotesis ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 55

5.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ...56

LAMPIRAN ...62

(6)

xi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rerata Jumlah Larva yang Hidup dan Mati Setelah 24 Jam ... 47

Tabel 4.2 Rerata dan Persentase Jumlah Larva yang Mati Setelah 24 Jam ... 48

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Varians Konsentrasi Ekstrak Daun Pandan Wangi dalam Membunuh Larva Nyamuk Culex Setelah 24 Jam ... 49

Tabel 4.4 Uji ANAVA Rerata Larva yang Mati Setelah 24 Jam ... 49

Tabel 4.5 Uji Tukey HSD Rerata Larva yang Mati Setelah 24 Jam ... 50

Tabel L 3.1 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Ekstrak Daun Pandan Wangi 4% Setelah 24 Jam ... 66

Tabel L 3.2 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Ekstrak Daun Pandan Wangi 2% Setelah 24 Jam ... 66

Tabel L 3.3 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Ekstrak Daun Pandan Wangi 1% Setelah 24 Jam ... 66

Tabel L 3.4 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Ekstrak Daun Pandan Wangi 0,5%% Setelah 24 Jam ... 67

Tabel L 3.5 Jumlah Larva Mati pada Temephos 1% Setelah 24 Jam ... 67

Tabel L 3.6 Jumlah Larva Mati pada Akuades Setelah 24 Jam ... 67

Tabel L 4.1 Descriptives ... 68

Tabel L 4.2 Test of Homogeneity Variances ... 68

Tabel L 4.3 ANAVA ... 68

(7)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penyebaran Cacing Filarial... 8

Gambar 2.2 Cacing Filarial Jantan dan Betina ... 9

Gambar 2.3 Siklus Hidup Wuchereria bancrofti... 10

Gambar 2.4 Anatomi Culex ... 18

Gambar 2.5 Kepala Nyamuk Culex Jantan dan Betina ... 19

Gambar 2.6 Nyamuk Culex ... 19

Gambar 2.7 Sayap Nyamuk... 20

Gambar 2.8 Abdomen Nyamuk... 20

Gambar 2.9 Genitalia Eksterna Nyamuk Jantan dan Betina ... 21

Gambar 2.10 Siklus Hidup Nyamuk ... 22

Gambar 2.11 Nyamuk Culex Betina sedang Bertelur ... 23

Gambar 2.12 Telur Culex ... 23

Gambar 2.13 Larva Culex ... 24

Gambar 2.14 Bagian-bagian Larva Culex ... 24

Gambar 2.15 Abdomen Larva Culex ... 25

Gambar 2.16 Pupa Culex ... 26

Gambar 2.17 Posisi Istirahat Anopheles, Aedes, dan Culex ... 27

Gambar 2.18 Temephos Structural Formula ... 33

Gambar 2.19 Daun Pandan Wangi ... 36

Gambar L 1.1 Perkulator ... 62

Gambar L 1.2 Maserat ... 62

Gambar L 1.3 Evaporator ... 63

Gambar L 1.4 Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 63

Gambar L 2.1 Pengenceran Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 65

Gambar L 5.1 Larva Nyamuk Culex Instar III ... 70

Gambar L 5.2 Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi Berbagai Konsentrasi ... 70

(8)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) ... 62

Lampiran 2 Perhitungan Dosis ... 64

Lampiran 3 Data Hasil Penelitian ... 66

Lampiran 4 Data Hasil Pengolahan SPSS ... 68

(9)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Di dunia, terdapat 1,23 miliar penduduk di 58 negara yang berisiko tertular filariasis dan membutuhkan terapi preventif. Lebih dari 120 juta penduduk terinfeksi filariasis dan 40 juta penduduk mengalami kecacatan akibat penyakit ini (World

Health Organization, 2015). Di Indonesia, hampir seluruh wilayah merupakan daerah

endemis filariasis dengan prevalensi tertinggi di wilayah Indonesia Timur. Sejak tahun 2000 hingga 2009 terdapat 11.914 kasus filariasis yang tersebar di 401 kabupaten atau kota di Indonesia dan hingga tahun 2009, masih terdapat 337 kabupaten atau kota endemis dan 135 kabupaten atau kota non endemis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Japanese encephalitis (JE) merupakan penyebab utama penyakit neurologis oleh virus di Asia. Setiap tahunnya, terjadi 67.900 kasus di 24 negara endemis, termasuk Indonesia, dengan insidensi 1,8 per 100.000 penduduk (Campbell et al., 2011). Sekitar 81% kasus terjadi di daerah dengan program vaksinasi JE yang baik dan 19% kasus terjadi di daerah dengan program vaksinasi JE yang kurang baik. Sekitar 75% kasus terjadi pada anak usia 0—14 tahun dengan perkiraan insidensi tahunan 5,4 per 100.000 kelompok usia 0—14 tahun. Setiap tahunnya, dilaporkan 10.000—15.000 kasus kematian akibat penyakit ini. Dari semua kasus, 30% pasien JE meninggal dan dari 30—75% pasien JE yang selamat mengalami kecacatan fisik dan mental

(Program for Appropriate Technology in Health, 2005). Di Indonesia, kasus ini dapat

(10)

2 Universitas Kristen Maranatha St. Louis encephalitis virus (SLEV) terdistribusi luas dari Kanada ke Argentina. Kejadian tertinggi terjadi di Amerika Serikat, terutama bagian timur dan tengah dengan insidensi tahunan 0,003—0,752 per 100.000 penduduk. Selama lima dekade terakhir dilaporkan terjadi 10.000 kasus dengan rerata 102 kasus per tahun (Somboonwit, 2015).

Tahun 2012 dilaporkan terjadi 5.674 kasus infeksi West Nile Virus dan menurun menjadi 2.205 kasus pada tahun 2014. Total kasus yang dilaporkan ke Centers for

Disease Control and Prevention dari tahun 1999 hingga 2014 yaitu 41.762 kasus.

Virus ini paling sering diidentifikasi di Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Namun, belum ada laporan mengenai kasus ini di Indonesia (Salinas, 2015).

Nyamuk Culex merupakan vektor penyakit filariasis, Japanese encephalitis, St.

Louis encephalitis, dan West Nile Virus yang dapat ditularkan kepada manusia

melalui cucukan nyamuk terinfeksi (Sholichah, 2009).

Nyamuk Culex merupakan nyamuk rumah yang memiliki kebiasaan meletakkan telurnya di genangan air kotor. Nyamuk Culex melalui empat tahap berbeda dalam siklus hidupnya, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Larvisida membunuh nyamuk pada fase larva (Sholichah, 2009). Larvisida yang sering digunakan masyarakat ialah

temephos, yang terbuat dari zat kimia organik sintetik (Environmental Protection

Agency, 2000).

Penggunaan temephos memiliki keuntungan dapat membunuh larva dalam waktu singkat dan mencakup daerah yang luas. Namun, apabila manusia tidak sengaja mengonsumsi temephos dalam dosis tinggi, temephos dapat menstimulasi sistem saraf secara berlebihan lalu menyebabkan gejala mual, pusing, dan kebingungan.

Temephos merupakan insektisida organofosfat nonsistemik yang berefek kompetitif

inhibitor dengan pseudokolinesterase dan asetilkolinesterase sehingga hidrolisis dan inaktivasi asetilkolin dihambat dan menyebabkan asetilkolin terakumulasi dalam

nerve junctions, menyebabkan malfungsi sistem saraf simpatik, sistem saraf

(11)

3 Universitas Kristen Maranatha juga dapat menyebabkan resistensi terhadap serangga, meracuni beberapa spesies burung, hewan air, dan lebah, pencemaran lingkungan, dan residu insektisida. Untuk itu, perlu digunakan larvisida alami, yang secara umum diartikan sebagai insektisida yang bahan dasarnya dari tumbuhan. Penggunaan larvisida alami memiliki keuntungan penguraian yang cepat oleh sinar matahari, udara, kelembaban, dan komponen alam lainnya, sehingga dapat mengurangi risiko pencemaran tanah dan air. Selain itu, toksisitas larvisida alami pada mamalia lebih rendah daripada zat kimia organik sintetik. Sifat tersebut yang menyebabkan larvisida alami memungkinkan untuk diterapkan pada kehidupan manusia. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan yaitu daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) (Pratiwi, 2012). Daun pandan wangi merupakan tanaman yang umum digunakan sehari-hari oleh masyarakat sebagai rempah-rempah, bahan penyedap, bahan pewangi, dan pemberi warna hijau pada masakan (Dalimartha, 2003; Redaksi AgroMedia, 2008; Hariana, 2013). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi berefek larvisida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti dan ekstrak etanol daun pandan wangi pada konsentrasi 5% memiliki potensi yang setara dengan temephos (Wilantari, 2015), namun, bagaimana efek larvisida ekstrak etanol pandan wangi terhadap larva nyamuk Culex belum diteliti.

Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui efek larvisida ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) terhadap larva nyamuk Culex dan perbandingan potensi larvisida ekstrak etanol daun pandan wangi

(Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan temephos.

1.2Identifikasi Masalah

(12)

4 Universitas Kristen Maranatha b. Apakah potensi larvisida ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) setara dengan temephos.

1.3Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) memiliki efek larvisida alami terhadap larva nyamuk

Culex.

b. Untuk mengetahui apakah potensi larvisida ekstrak etanol daun pandan wangi

(Pandanus amaryllifolius Roxb.) setara dengan temephos.

1.4Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademik: menambah pengetahuan di bidang parasitologi dan herbal kedokteran, khususnya mengenai manfaat tanaman pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) sebagai larvisida alami.

b. Manfaat praktis: masyarakat dapat menggunakan bahan larvisida alami yang lebih aman bagi lingkungan dan kesehatan sebagai alternatif dalam membunuh larva nyamuk Culex.

1.5Kerangka Pemikiran

Nyamuk Culex merupakan vektor dari penyakit filariasis, Japanese encephalitis,

St. Louis encephalitis, dan West Nile Virus. Insidensi penyakit-penyakit tersebut

(13)

5 Universitas Kristen Maranatha yang sering digunakan masyarakat ialah temephos, yang terbuat dari zat kimia organik sintetik.

Temephos merupakan insektisida organofosfat nonsistemik. Penggunaan insektisida sintetik menimbulkan beberapa efek, yaitu resistensi terhadap serangga, pencemaran lingkungan, dan residu insektisida (Pratiwi, 2012). Temephos bekerja dengan menginhibisi enzim asetilkolinesterase, menyebabkan asetilkolin terakumulasi dalam nerve junctions, sehingga dapat merusak sistem saraf dari larva

(Toxicology Data Network, 2010). Selain itu, apabila manusia tidak sengaja

mengonsumsi temephos dalam dosis tinggi, temephos dapat menstimulasi sistem saraf secara berlebihan lalu menyebabkan gejala mual, pusing, dan kebingungan

(Environmental Protection Agency, 2000). Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian

(14)

6 Universitas Kristen Maranatha mulut lalu mengganggu pencernaan serangga (Panghiyangani et al., 2009; Gandahusada et al., 1995). Senyawa-senyawa kimia tersebut berefek larvisida yang dapat menyebabkan larva mati (Dinata, 2008).

1.6Hipotesis

a. Ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) berefek sebagai larvisida alami terhadap larva nyamuk Culex.

(15)

55 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

a. Ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) berefek sebagai larvisida alami terhadap larva nyamuk Culex.

b. Potensi larvisida ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) konsentrasi 4% setara dengan temephos.

5.2Saran

a. Perlu dilakukan penelitian pada nyamuk lain seperti Anopheles dan Mansonia menggunakan ekstrak etanol daun pandan wangi.

b. Perlu dicari pelarut yang lebih baik untuk ekstrak daun pandan wangi untuk dibandingkan dengan akuades.

(16)

56 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Singgih, Soetiyono, & Chaorul. 2001. S. larak, D. metel, dan E. prostata sebagai Larvisida Aedes aegypti. Cermin Dunia Kedokteran, 131, 7-9.

Biology Discussion. 2013. Essay on Filariasis : Causes, Life Cycle, and Treatment.

Retrieved 2016, from http://www.biologydiscussion.com/essay/essay-on-filariasis-causes-life-cycle-and-treatment/5325

Brown HW. 1983. Dasar Parasitologi Klinis (Edisi Ketiga). Jakarta: Percetakan PT Gramedia.

Campbell G, Hills SL, Fischer M, Jacobson JA, Hoke CH, Hombach, JM, et al. 2011.

Bulletin of the World Health Organization, 89, 766-774E.

Cania & Setyaningrum. 2013. Uji Efektifitas Larvisida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia) terhadap Larva Aedes aegypti. Medical of Journal Lampung

University, 2 (4), 52-53.

Centers for Disease Control and Prevention. 2009, November. Saint Louis

Encephalitis. Retrieved Mei 2016, from

http://www.cdc.gov/sle/technical/symptoms.html

Centers for Disease Control and Prevention. 2013, Juni. Biology - Life Cycle of

Wuchereria bancrofti. Retrieved April 2016, from Parasites - Lymphatic

Filariasis:

http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_w_bancrofti.html

Classification of Arthropoda Phylum. 2013, Mei. Retrieved Maret 2016, from

http://wisebrain.info/classification-of-arthropoda-phylum/

Crans W. 2010, Mei. Culex pipiens Linnaeus. Retrieved Maret 2016, from Center for Vector Biology: http://www-rci.rutgers.edu/~insects/pip2.htm

Dalimartha S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta: Trubus Agriwidya, Anggota Ikapi.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Mengenal Filariasis (Penyakit

(17)

57 Universitas Kristen Maranatha

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Rencana Nasional Program

Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Dinata A. 2008. Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang. Retrieved Mei 2016, from http://www.litbang.depkes.go.id/lokaciamis/artikel/nyamuk-arda.html Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak

Tumbuhan Obat Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Dumbleton L. 1968. A Synopsis of the New Zealand Mosquitoes (Diptera Culicidae) and a Key to the Larvae. Tuatara, 16 (3).

Environmental Protection Agency. 2000, Mei. Larvicides for Mosquito Control.

Retrieved Februari 2016, from http://www.cmmcp.org/larvfs.pdf

Fairfax County. 2007. Larvicide. Retrieved Maret 2016, from

www.fairfaxcounty.gov/hd/west

Faust EC, Russell PF, & Jung, RC. 1976. Craig and Faust's Clinical Parasitology (8th ed.). Philadelphia: Lea & Febiger.

Ferris H. 2012, Juli. Wuchereria bancrofti. Retrieved April 2016, from http://plpnemweb.ucdavis.edu/nemaplex/Taxadata/Wuchereriabancrofti.htm

Florida Medical Entomological Laboratory. 2008. Basic Adult Anatomy. Retrieved

2016, from http://fmel.ifas.ufl.edu/key/anatomy/adult.shtml

Gandahusada S, Ilahude, HD, & Pribadi W. 1995. Parasitologi Kedokteran (Edisi Kedua). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Hairani S. 2014. Efektivitas Ekstrak Daun Mundu (Garcinia dulcis) sebagai

Larvasida Nyamuk Culex quinquefasciatus dan Aedes aegypti. Undergraduate

theses, Institut Pertanian Bogor.

Hariana A. 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya. Harrison BA. 2010, Februari. What is a Mosquito? Retrieved Maret 2016, from

(18)

58 Universitas Kristen Maranatha

Hastuti H. 2008. Daya Bunuh Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius

Roxb.) terhadap Larva Anopheles aconitus Donitz. Surakarta: Fakultas

Kedokteran UNS.

Hill S. 2013, Mei. Southern House Mosquito. Retrieved Maret 2016, from http://entnemdept.ufl.edu/creatures/aquatic/southern_house_mosquito.htm Jayalaksana K. 2008. Efek Infusa Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius

Roxb.) sebagai Larvisida Nyamuk Aedes aegypti. Undergraduate thesis,

Universitas Kristen Maranatha.

John DT, & Petri WA. 2006. Jr. Markell and Voge's Medical Parasitology (9th ed.). Elsevier Science Health Science div.

Jupp P. 2013, Desember. Mosquitoes. Retrieved Maret 2016, from The African Veterinary Information Portal: http://www.afrivip.org/education/arthropod-vectors/mosquitoes/mosquitoes/2013/materials

Kemas AH. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Khotimah DN. 2015. Perbedaan Efektifitas Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Bentuk Granul dengan Abate dalam Menanggulangi

Jentik-Jentik Nyamuk Aedes aegypti L. Solo: Universitas Sebelas Maret.

Littig KS, Stojanovich CJ, Pratt HD, Freeborn SB, Gerberg EJ, & Daggy RH. 2014. Key to Mosquitoes. In N. C. (NCEH), Pictorial Keys : Arthropods, Reptiles,

Birds, and Mammals of Public Health Significance (pp. 134-166). Centers for

Disease Control and Prevention.

Maha MS. 2012. Japanese Encephalitis. Cermin Dunia Kedokteran Edisi 193, 39 (5). Mardihusodo SJ. 2004. Entomologi Kesehatan : Nyamuk. Retrieved 2016, from

fk.ugm.ac.id

(19)

59 Universitas Kristen Maranatha

National Center for Biotechnology Information. 2016, Februari. NCBI Taxonomy.

Retrieved Maret 2016, from Global Biodiversity Information Facility: http://www.gbif.org/species/104732474

National Center for Biotechnology Information. 2016, Februari. NCBI Taxonomy.

Retrieved Maret 2016, from Global Biodiversity Information Facility: http://www.gbif.org/species/103089735

Newman J. 2013, Mei. Southern House Mosquito. Retrieved Maret 2016, from http://entnemdept.ufl.edu/creatures/aquatic/southern_house_mosquito.htm Ompusunggu S, Maha MS, Dewi RM, & Subangkit. 2015. Infeksi Japanese

Encephalitis pada Babi di Beberapa Provinsi Indonesia Tahun 2012. Media

Litbangkes, 25 (2).

Orange County Mosquito and Vector Control Disease. 2012. Vectors. Retrieved

2016, from http://www.ocvcd.org/mosquitoes.php

Panghiyangani, Rahmiati, & Ahda. 2009. Potensi Ekstrak Daun Dewa (Gynura Pseudochina Ldc) sebagai Larvisida Nyamuk Aedes aegypti Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue. J Kedokteran Indonesia, 1 (2), 1-5.

Prasetyowati H. 2007. Kehidupan Nyamuk Culex. Inside, II (02).

Pratama BA, Astuti D, & Ambarwati. 2009. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai Larvasida Alami. Jurnal

Kesehatan, 2 (2), 115-124.

Pratiwi A. 2012. Penerimaan Masyarakat terhadap Larvasida Alami. KEMAS, 8 (1), 88-93.

Program for Appropriate Technology in Health. 2005. Japanese Encephalitis.

Retrieved Februari 2016, from PATH: http://www.JEproject.org

Putri AE. 2008. Efek Infusa Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

sebagai Larvisida Nyamuk Culex. Undergraduate thesis, Universitas Kristen

Maranatha.

Qurbany ZT. 2015. Uji Efektifitas Ekstrak Ethanol Daun Pandan Wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) sebagai Larvasida Aedes aegypti (L.). Fakultas

(20)

60 Universitas Kristen Maranatha

Redaksi AgroMedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. (A. Sugiarto, & T. D. Putera, Eds.) Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi (Edisi Keempat). Bandung: ITB Press.

Russell RC. 1999. Mosquitoes of Actual and Potential Medical and Military

Significance. Retrieved 2016, from

http://www.phsource.us/PH/ME/Insecta/Diptera/Culicidae/mosquitoes.htm Safar R. 2010. Parasitologi Kedokteran Protozoologi Helmintologi Entomologi.

Bandung: CV. Yrama Wiya.

Salinas JD. 2015, Juli 14. West Nile Virus. (C. T. Lorenzo, Editor) Retrieved Februari 2016, from Medscape:

http://emedicine.medscape.com/article/312210-overview#a4

Sendow I, & Noor SM. 2005. Virus West Nile sebagai Salah Satu Penyakit Emerging Zoonosis. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis, 19, 112-118.

Service MW. 2004. Medical Entomology for Students, Third Edition. Retrieved Maret 2016, from Cambridge University Press: www.cambridge.org

Sholichah Z. 2009. Ancaman dari Nyamuk Culex sp. yang Terabaikan. BALABA , 5 (01), 21-23.

Sikka A. 2009. Uji Efek Larvasida Daun Mimba terhadap Larva Aedes aegypti. Retrieved 2016, from www.eprints.undip.ac.id

Soedarto. 1992. Entomologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Somboonwit C. 2015, April 16. St. Louis Encephalitis. (B. A. Cunha, Editor)

Retrieved Februari 2016, from Medscape:

http://emedicine.medscape.com/article/233710-overview#a5

Sukandar D, Hermanto S, & Lestari E. 2008. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). VALENSI, 1 (2).

(21)

61 Universitas Kristen Maranatha

Toxicology Data Network. 2010. Temephos. Retrieved Februari 2016, from

http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/search/a?dbs+hsdb:@term+@DOCNO+956

Utah Pests News. 2010. Mosquitoes and West Nile Virus in Utah. Retrieved 2016,

from http://utahpests.usu.edu/htm/utah-pests-news/fall2010/west-nile-virus

Vector Base. 2012, Desember. Culex quenquefasciatus Info. Retrieved Maret 2016,

from https://www.vectorbase.org/Culex_quinquefasciatus/Info/Index/

Wilantari AF. 2015. Efek Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius

Roxb.) terhadap Nyamuk Aedes aegypti sebagai Larvisida. Undergraduate

thesis, Universitas Kristen Maranatha.

World Health Organization. 2005. Guidelines for Laboratory and Field Testing of

Mosquito Larvicides. Retrieved 2016, from WHO Pesticide Evaluation

Scheme (WHOPES). WHO/CDS/WHOPES/GCDPP/2005.13.

World Health Organization. 2011, Juni. Temephos. Retrieved Maret 2016, from

WHO Pesticide Evaluation Scheme (WHOPES) :

http://www.who.int/whopes/quality/Temephos_eval_only_June_2011.pdf

World Health Organization. 2012. Mosquitos and other Biting Diptera. Retrieved

April 2015, from

http://www.who.int/water_sanitation_health/resources/vector007to28.pdf

World Health Organization. 2015, Mei. Lymphatic Filariasis. Retrieved Februari

Referensi

Dokumen terkait

EFEK ANTISTRES EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) PADA MENCIT

Berdasarkan paparan yang dijelaskan maka penulis ingin mengadakan penelitian mengenai efektivitas ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dalam membunuh

1) Mengetahui konsentrasi paling efektif ekstrak ethanol daun Pandan wangi sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. 2) Mengetahui konsentrasi yang memiliki daya tolak

Perbedaan Efektivitas Ekstrak Daun Pandan Wangi ( Pandanus amaryllifolius Roxb.) Bentuk Granul dengan Abate dalam Menanggulangi Jentik-Jentik Nyamuk Aedes aegypti L..

Pada kelompok perlakuan dengan ekstrak etanol daun pandan wangi 10%, dapat dilihat bahwa pemberian ekstrak tanaman ini mampu member- ikan efek penurunan kadar kortisol yang cukup

Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan konsentrasi 0,05% sebagai larvasida alami bagi Aedes aegypti. Untuk

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) sebagai larvasida terhadap larva Culex sp.. Metode

EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum Linn) TERHADAP LARVA INSTAR III Aedes aegypti.. Kartika F.D 1 , Isti’anah