ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Biologi
oleh :
Nur Sopiah Wahidah
1104665
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Oleh:
Nur Sopiah Wahidah
1104665
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Nur Sopiah Wahidah 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
OLEH:
NUR SOPIAH WAHIDAH 1104665
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Dr. Bambang Supriatno, M.Si NIP 196305211988031002
Pembimbing II
Dr. Mimin Nurjhani Kusumastuti, M. Pd NIP 196509291991012001
Mengetahui :
Ketua Departemen Pendidikan Biologi
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
ABSTRAK
Analisis Struktur dan Kemunculan Tingkat Kognitif Pada Desain Kegiatan Laboratorium Materi Fotosintesis
Nur Sopiah Wahidah
Kurikulum IPA menuntut proses pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa. Guru dituntut untuk memberikan pengalaman kongkret pada siswa melalui kegiatan praktikum agar siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya. Dalam kegiatan praktikum biasanya guru menyediakan pedoman berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) atau Desain Kegiatan Laboratorium (DKL). Berdasarkan studi lapangan Supriatno (2009), hanya 24% DKL yang dapat dikerjakan dengan hasil sesuai prosedur dan tuntas dari segi analisis data dan penarikan kesimpulan, sehingga tidak menunjang konstruksi pengetahuan. Untuk itu diperlukan analisis untuk mengetahui apakah DKL yang digunakan sudah menunjang konstruksi pengetahuan. Analisis DKL ini mengacu pada diagram Vee dan taksonomi Bloom revisi karena keduanya menuntun siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik sampling purposive. Data penelitian dijaring dengan tabel hasil uji langka kerja, tabel keberadaan komponen diagram Vee, tabel penskoran diagram Vee, serta tabel taksonomi Bloom revisi. Hasil penelitian dari 16 sampel DKL SMP dan 5 sampel DKL SMA materi fotosintesis menunjukkan bahwa masih terdapat kesalahan prosedur dan instruksi yang tidak terstruktur. Hasil analisis komponen diagram Vee menunjukkan umumnya komponen yang muncul yaitu pertanyaan fokus, objek/event, teori, prinsip, konsep serta klaim pengetahuan. Komponen yang umumnya belum muncul yaitu catatan/transformasi. Hasil analisis skor diagram Vee menunjukkan setiap komponen diagram Vee pada DKL SMP dan SMA umumnya belum mencapai skor ideal. Hasil analisis kemunculan tingkat kognitif menunjukkan tingkat kognitif yang umumnya dituntut DKL SMP dan SMA yaitu C1, C2 dan C3, dengan kategori dominan prosedural C3. Tingkat kognitif ini sudah sesuai dengan tuntutan KD SMP, namun tidak sesuai dengan tuntutan KD SMA.
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii
ABSTRACT
Structure Analysis and Emerging Cognitive Levels in Laboratory Design Activity of Photosynthesis Materials
Nur Sopiah Wahidah
The curriculum of IPA requires a learning process that focuses on student activity. Teachers are required to provide concrete experience to students through practical activities for students to construct their knowledge. In practice, the activities that teachers usually provide is guidance in the form of Lembar Kerja Siswa (LKS) or Desain Kegiatan Laboratorium (DKL). According to Supriatno’s field studies (2009), only 24% design laboratory that can be done with the appropriate procedures and complete results in terms of data analysis and conclusion, so it does not support the construction of knowledge. It requires the analysis to determine whether the design laboratory used to support the construction of knowledge. Laboratory design analysis refers to the Vee diagram and revised Bloom's taxonomy as both lead students to construct knowledge. This research is a descriptive study with purposive sampling technique. The research data captured with a rare test work results table, the table of Vee diagram component, Vee diagrams scoring table, and the revised of Bloom's taxonomy table. The results from 16 samples of Junior High School photosynthetic material laboratory design and 5 samples of Senior High School photosynthetic material laboratory design, shows that there are still procedural mistakes and instruction that unstructured. The Vee diagram component analysis results, show that the general components that arises is the question of focus, the object / event, theories, principles, concepts and knowledge claims. The components that are generally not appear are notes / transformation. The results of the analysis showed the scores of each Vee diagram component, Vee diagram in Senior high school laboratory design generally have not yet reached the ideal score. The results of the analysis cognitive level showed the emergence of the cognitive level generally required laboratory design in Junior and Senior high school, namely C1, C2 and C3, with dominant category procedural C3. This cognitive level is in conformity with the demands of basic competencies in Junior high school, but not in accordance with the demands of basic competencies in Senior high school.
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Diagram Vee ………...…. 8
1. Pertanyaan Fokus... 9
2. Objek/Event... 10
3. Teori, Prinsip dan Konsep... 11
4. Catatan/Transformasi... 13
5. Klaim Pengetahuan... 14
B. Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif Berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi ………... 16 1. Dimensi Pengetahuan………... 17
2. Dimensi Proses Kognitif……….. 21
C. Desain Kegiatan Laboratorium ………...…. 27
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi
1. Tinjauan Materi………... 37
2. Tinjauan Kurikulum………... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional ... 39
B. Jenis Penelitian... 41
C. Populasi dan Sampel Penelitian... 42
D. Instrumen Penelitian... 43
E. Pengumpulan Data... 47
F. Analisis Data……... 48
G. Alur Penelitian ………. 49
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Hasil Penelitian……….……….. 50
1.Analisis Uji Langkah Kerja ……….…….…… 51
2.Analisis Struktur Diagram Vee ………..…….. 54
3.Analisis Kemunculan Proses Berpikir ……….. 56
B. Pembahasan………...……… 57
1.Analisis Uji Langkah Kerja ……….…….…… 57
2.Analisis Struktur Diagram Vee ………..…….. 64
3.Analisis Kemunculan Proses Berpikir ……….. 82
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 89
B. Implikasi dan Rekomendasi ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 91
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Rubrik Skor Pertanyaan Fokus ……...………..….. 10
Tabel 2.2. Rubrik Skor Objek/Event ………...……….. 11
Tabel 2.3. Rubrik Skor Teori, Prinsip dan Konsep ...……….. 12
Tabel 2.4. Contoh Transformasi Catatan ke Bentuk Tabel ………. 14
Tabel 2.5. Rubrik Skor Catatan/Transformasi .………...…….. 14
Tabel 2.6. Rubrik Skor Klaim Pengetahuan ....………...……...…….. 15
Tabel 2.7. Tabel Taksonomi Bloom Revisi ………...……..…... 17
Tabel 2.8. Kategori Dimensi Proses Kognitif ……... 23
Tabel 2.9. Jenis-Jenis Desain Kegiatan Laboratorium ...……...…….. 27
Tabel 2.10 Analisis Materi Fotosintesis ………...…… 38
Tabel 3.1. Rincian Sampel yang Digunakan dalam Penelitian ……..…... 42
Tabel 3.2. Tabel Uraian Hasil Uji Langkah Kerja ……... 43
Tabel 3.3. Tabel Keberadaan Komponen Diagram Vee ………... 43
Tabel 3.4. Tabel Penskoran Diagram Vee …………... 44
Tabel 3.5. Rubrik Skor Komponen Pertanyaan Fokus ………... 44
Tabel 3.6. Rubrik Skor Komponen Objek/event ………... 44
Tabel 3.7. Rubrik Skor Komponen Teori, Prinsip, Konsep ……… 45
Tabel 3.8. Rubrik Skor Komponen Catatan/Transformasi ………. 45
Tabel 3.9. Rubrik Skor Komponen Klaim Pengetahuan ………. 45
Tabel 3.10. Tabel Pemetaan Dimensi Proses Kognitif ………. 46
Tabel 3.11. Rubrik Pemetaan Dimensi Proses Kognitif ………... 46
Tabel 4.1. Analisis Permasalahan Selama Uji Langkah Kerja …………... 51
Tabel 4.2. Persentase keberadaan komponen diagram Vee ……… 55
Tabel 4.3. Hasil skor setiap komponen diagram Vee pada DKL SMP…… 55
Tabel 4.4. Hasil skor setiap komponen diagram Vee pada DKL SMA ….. 56
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii
Tabel 4.6. Kemunculan proses berpikir pada DKL SMA ………... 57
Tabel 4.7. Hasil analisis diagram Vee skor terendah ……….. 76
Tabel 4.8. Hasil analisis diagram Vee skor tertinggi ……….. 78
Tabel 4.9. Hasil analisis diagram Vee skor terbanyak ……… 81
Tabel 4.10. Hasil analisis persebaran dimensi proses berpikir DKL P12 …. 85 Tabel 4.11. Hasil analisis persebaran dimensi proses berpikir DKL A2 ….. 86
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Diagram Vee ………... 8
Gambar 2.2 Bagan tingkatan proses berpikir ………... 22
Gambar 2.3. Aliran elektron pada reaksi terang ………... 32
Gambar 2.4. Reaksi terang dan kemosintesis pada membran tilakoid … 33
Gambar 2.5. Siklus Calvin ………... 35
Gambar 3.1. Alur penelitian ……… 49
Gambar 4.1. DKL yang tujuan dan langkah kerjanya tidak terstruktur .. 62
Gambar 4.2. Grafik persentase skor pertanyaan fokus SMP …………... 65
Gambar 4.3. Grafik persentase skor pertanyaan fokus SMA ………….. 65
Gambar 4.4. Grafik persentase skor objek/event SMP ……… 67
Gambar 4.5. Grafik persentase skor objek/event SMA ………... 67
Gambar 4.6. Grafik persentase skor teori, prinsip, konsep SMP ………. 69
Gambar 4.7. Grafik persentase skor teori, prinsip, konsep SMA ……… 69
Gambar 4.8. Grafik persentase skor catatan/transformasi SMP ……….. 70
Gambar 4.9. Grafik persentase skor catatan/transformasi SMA ………. 70
Gambar 4.10. Grafik persentase skor klaim pengetahuan SMP ………… 72
Gambar 4.11. Grafik persentase skor klaim pengetahuan SMA ………... 72
Gambar 4.12. Grafik rata-rata skor setiap komponen diagram Vee …… 74
Gambar 4.13. Grafik rata-rata skor seluruh komponen diagram Vee …... 75
Gambar 4.14. Grafik proses berpikir yang dituntut pada DKL SMP …… 82
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Hasil Uji Langkah Kerja ……….……… 94
Lampiran 2 Analisis Keberadaan dan Skor Komponen Diagram Vee …… 109
Lampiran 3 Analisis Proses Berpikir Taksonomi Bloom revisi ………...… 129
Lampiran 4 Dokumentasi Hasil Uji Langkah Kerja ……… 151
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setiap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau biologi yang
dilakukan di sekolah selalu berpatokan kepada tuntutan kurikulum yang berlaku.
Di Indonesia sendiri, kurikulum yang berlaku ada dua yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013. Berdasarkan studi lapangan
peneliti ke banyak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) negeri di kota Bandung, pada umumnya kurikulum yang
diberlakukan di SMP yaitu KTSP, sedangkan untuk jenjang SMA yaitu
Kurikulum 2013. Hal ini berpatokan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan
Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 2 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada KTSP dan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 68 Tahun
2013 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah pada
Kurikulum 2013, menuntut proses pembelajaran IPA yang menitikberatkan pada
aktivitas siswa. Dalam pembelajarannya, guru dituntut untuk dapat memberikan
pengalaman kongkret kepada siswa melalui pengamatan atau percobaan untuk
memecahkan permasalahan IPA, sehingga nantinya siswa dapat mengaitkan
materi baru ke materi yang sudah dipelajari sebelumnya, dan pada akhirnya dapat
tercapai pembelajaran yang bermakna. Pernyataan di atas mengacu pada teori
konstruktivisme yang menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang adalah bentukan
(konstruksi) orang itu sendiri. Tanpa keaktifan seseorang mencerna dan
membentuk pengetahuannya, seseorang tidak akan mempunyai pengetahuan
(Piaget dalam Suparno, 2000:122).
Agar kegiatan pembelajaran dapat memberikan pengalaman kongkret pada
siswa serta berpusat pada aktivitas siswa, maka dibutuhkan kegiatan praktikum.
2
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara nyata dan dapat mengembangkan keterampilan dasar bekerja di
laboratorium (Gratia, 2011:1). Selain itu, Millar (2004) mengatakan bahwa
kegiatan praktikum berperan untuk membantu siswa menghubungkan antara dua
ranah pengetahuan, yaitu objek atau fenomena yang teramati dan ranah gagasan
atau ide. Melalui kegiatan praktikum, siswa dilatih untuk mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik dalam memahami suatu fenomena
biologi (Sudargo dan Asiah, 2013). Kegiatan praktikum juga sangat diperlukan
untuk menunjang materi ajar karena menurut Sudesti et al. (2014) kegiatan
praktikum dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit dan
abstrak. Selain itu, menurut Muchtar dan Simalango dalam Sudesti et al. (2014),
kegiatan praktikum akan membantu siswa memahami konsep-konsep dan
memberikan pengalaman yang nyata dalam usaha menciptakan pengetahuan baru.
Untuk menunjang kegiatan praktikum, dibutuhkan sebuah pedoman yang dapat
mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya berdasarkan fenomena
yang muncul. Berdasarkan studi lapangan peneliti ke sekolah-sekolah, pedoman
praktikum dikenal dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau Desain Kegiatan
Laboratorium (DKL). Namun kenyataannya, DKL yang digunakan di sekolah
masih memiliki permasalahan. Permasalahan ini didasarkan pada studi lapangan
Supriatno (2009) yang menemukan hanya 24% DKL yang dapat dikerjakan
dengan hasil sesuai prosedur dan tuntas dari segi analisis data dan penarikan
kesimpulan. Kemudian, Supriatno (dalam Supriatno, 2013) menemukan bahwa
DKL yang beredar di lapangan memiliki permasalahan yaitu: (1) Tujuan
praktikum lebih banyak menekankan aspek kognitif daripada aspek psikomotor;
(2) Sebagian besar menggunakan pendekatan deduktif dengan model ekspositori;
(3) Prosedur praktikum meskipun rinci, beberapa di antaranya tidak terstruktur
dan perintahnya membingungkan sehingga menimbulkan penafsiran ganda; serta
(4) Pemilihan materi tidak mempertimbangkan esensi, kesesuaian, kedalaman dan
kompleksitasnya.
Permasalahan yang dipaparkan oleh Supriatno (2013) pun ditemukan oleh
peneliti. Berdasarkan temuan peneliti, seringkali pada DKL tujuan praktikumnya
tidak jelas, terkadang tidak sesuai dengan peristiwa atau objek yang diamati.
3
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
praktikum serta tidak sesuai dengan teori, prinsip maupun konsep terkait materi
tersebut. Selain itu, seringkali pada praktikum siswa tidak diinstruksikan untuk
mencatat fenomena apa saja yang ditemukan saat praktikum, kebanyakan hanya
mengamati saja. Hal ini jelas akan mempengaruhi penarikan kesimpulan yang
dilakukan siswa karena kesimpulan harus sesuai dengan tujuan praktikum.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan DKL yang dapat membantu siswa
agar dapat mengkonstruk pengetahuannya, memberikan kontribusi terhadap
pengembangan keterampilan dasar sains siswa, serta mengembangkan
kemampuan berpikir siswa. Sebagai patokan agar penyusunan DKL dapat
mengarahkan pembelajaran praktikum yang bermakna, diagram Vee dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan. Diagram Vee sendiri pertama kali
dikembangkan oleh Gowin untuk memudahkan siswa memahami struktur
pengetahuan (contohnya rangkaian hubungan, hirarki, kombinasi) dan untuk
memahami proses pembentukan pengetahuan. Untuk belajar dengan berarti,
individu harus memilih untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep
yang sesuai dan proposisi yang telah diketahuinya (Novak dan Gowin, 1984).
Selain itu, menurut Novak dan Gowin (1984) idealnya pengetahuan dapat
dibentuk melalui kegiatan praktikum dengan adanya pertanyaan fokus yang
relevan dengan objek, peristiwa utama, pencatatan dan transformasi, serta
keterlibatan konsep, prinsip dan teori yang relevan dalam menjelaskan peristiwa
yang terjadi.
Penelitian yang dilakukan Alvarez dan Risko (2007) mengenai efektivitas
penggunaan diagram Vee untuk membantu siswa dalam memahami konsep sains
dan pembelajaran bermakna menunjukkan bahwa diagram Vee merupakan alat
yang layak untuk mempelajari struktur pengetahuan dan proses mendapatkan
pengetahuan. Pada diagram Vee terdapat tahapan yang seharusnya dialami siswa
ketika proses pembelajaran khususnya praktikum karena tahapan-tahapan tersebut
membantu kegiatan praktikum menjadi bermakna serta mendukung tercapainya
konsepsi/pengetahuan baru (Gratia, 2011:4).
Selain itu, dalam kegiatan praktikum seorang guru pasti menyusun tujuan
pembelajaran, proses pembelajaran dan asesmen pembelajaran. Penyusunan
4
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memetakan jenis pengetahuan dan tingkat kognitif yang harus dicapai oleh siswa.
Dalam pengkategoriannya, dibutuhkan suatu kerangka untuk membantu proses
penyusunan dan pemetaan jenis-jenis pengetahuan dan tingkatan kognitif tersebut.
Salah satu acuan kerangka yang banyak digunakan oleh guru di sekolah yaitu
taksonomi Bloom revisi.
Taksonomi Bloom revisi ini memuat dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan
dan dimensi proses berpikir. Dimensi-dimensi ini merupakan sebuah perubahan
pandangan dari pandangan pasif menuju ke pandangan kognitif dan konstruktif
yang menekankan apa yang siswa ketahui (pengetahuan) dan bagaimana siswa
berpikir (proses kognitif) tentang apa yang siswa ketahui ketika terlibat aktif
dalam pembelajaran yang bermakna (Anderson dan Krathwohl, 2010:56). Dalam
kegiatan praktikum, taksonomi Bloom ini diperlukan agar guru dapat memetakan
tingkat kognitif yang harus dicapai siswa dari tingkat rendah (mengingat fakta)
sampai mencipta (merancang percobaan sendiri) yang nantinya dapat
mengantarkan siswa ke dalam pembelajaran praktikum yang bermakna.
Dalam kurikulum yang berlaku di SMP dan SMA, materi fotosintesis dituntut
untuk diajarkan dengan kegiatan praktikum. Materi fotosintesis merupakan salah
satu materi ajar yang dianggap kompleks dan abstrak oleh siswa. Hal ini
dikarenakan proses dan produk fotosintesis tidak dapat dilihat secara kasat mata.
Untuk mengamati produk hasil fotosintesis dapat diobservasi melalui uji
Ingenhousz (untuk mengobservasi adanya gas oksigen) dan uji Sachs (untuk
mengobservasi adanya amilum). Kedua uji tersebut dapat diterapkan dalam
kegiatan praktikum di sekolah. Namun, peneliti masih menemukan adanya
overlap dalam proses praktikum fotosintesis yang dilakukan pada jenjang SMP
dan SMA. Masih terdapat DKL yang digunakan pada tingkat SMP yang tingkat
kesulitan dan manipulasi variabelnya sama dengan DKL yang digunakan di SMA.
Berdasarkan paparan-paparan di atas, maka diperlukan analisis pada DKL yang
digunakan di sekolah untuk mengetahui apakah kegiatan praktikum materi
fotosintesis di sekolah dapat memfasilitasi siswa untuk mengkonstruk
pengetahuannya sendiri, serta dapat mengembangkan kognitif siswa. Selain itu,
5
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
materi fotosintesis yang dilakukan di jenjang SMP dan SMA. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk mengangkat tema tersebut ke dalam penelitian ini.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana struktur dan kemunculan tingkat kognitif pada desain kegiatan laboratorium yang digunakan di SMP dan SMA pada materi
fotosintesis?”. Rumusan masalah ini dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian
yaitu:
1. Bagaimana hasil eksekusi pada desain kegiatan laboratorium SMP dan SMA
materi fotosintesis?
2. Bagaimana keadaan struktur desain kegiatan laboratorium dilihat dari keadaan
komponen-komponen diagram Vee pada desain kegiatan laboratorium SMP
dan SMA materi fotosintesis?
3. Bagaimana kemunculan tingkat kognitif yang dituntut pada desain kegiatan
laboratorium SMP dan SMA materi fotosintesis?
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini secara umum yaitu untuk menganalisis
kemunculan struktur diagram Vee dan kemunculan proses berpikir pada desain
kegiatan laboratorium yang digunakan di SMP dan SMA pada materi fotosintesis.
Tujuan penelitian secara rinci dijabarkan menjadi:
1. Menginventarisir permasalahan yang muncul saat uji langkah kerja pada desain
kegiatan laboratorium materi fotosintesis.
2. Menganalisis struktur desain kegiatan laboratorium dilihat dari keadaan
komponen-komponen diagram Vee pada desain kegiatan laboratorium yang
digunakan di SMP dan SMA materi fotosintesis.
3. Mengidentifikasi kemunculan tingkat kognitif berdasarkan taksonomi Bloom
revisi pada desain kegiatan laboratorium yang digunakan di SMP dan SMA
pada materi fotosintesis.
6
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Manfaat penelitian ini dari segi teori yaitu dapat menambah literatur kajian
mengenai kualitas desain kegiatan laboratorium yang digunakan di sekolah, serta
mengetahui kemungkinan permasalahan yang seringkali muncul ketika siswa
melakukan praktikum yang dapat menyebabkan kesalahan konsep yang diterima
oleh siswa.
2. Segi Praktis a. Guru
Sebagai referensi serta acuan untuk penyusunan dan penyeleksian desain
kegiatan laboratorium yang akan digunakan dalam kegiatan praktikum di sekolah.
Hal ini penting agar guru dapat membimbing siswa mengerjakan praktikum
dengan desain kegiatan laboratorium yang dapat membantu siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuannya dan mampu mengembangkan kemampuan
berpikir siswa.
b. Penerbit LKS
Sebagai referensi serta acuan untuk penyusunan desain kegiatan laboratorium
dan sebagai pedoman monitoring untuk merevisi desain kegiatan laboratorium
yang telah diterbitkan. Hal ini penting agar desain kegiatan laboratorium yang
diterbitkan dapat mengacu pada tuntutan kurikulum, serta memiliki
komponen-komponen yang dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya
dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
c. Peneliti
Peneliti mendapatkan informasi mengenai kualitas desain kegiatan
laboratorium biologi yang umumnya digunakan di SMP dan SMA. Selain itu,
peneliti dapat menjadikan penelitian ini sebagai pedoman ketika peneliti akan
membuat dan mengembangkan desain kegiatan laboratorium yang akan
digunakan dalam pembelajaran di sekolah.
d. Siswa
Penelitian ini dapat dijadikan dasar agar desain kegatan laboratorium yang
disusun dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat membantu
siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang didapatkan ketika praktikum.
7
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bab I menggambarkan tentang latar belakang mengapa peneliti mengangkat
judul tersebut sebagai sesuatu yang penting untuk diteliti. Kemudian terdapat
rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian serta tujuan mengapa
peneliti meneliti hal tersebut. Kemudian, terdapat pula manfaat penelitian dari
penelitian yang peneliti lakukan.
2. Bab II menggambarkan tentang landasan teoritis yang dijadikan sebagai acuan
dalam mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dalam landasan
teoritis ini dituliskan mengenai diagram Vee, dimensi pengetahuan dan dimensi
proses kognitif taksonomi Bloom revisi, desain kegiatan laboratorium, serta
analisis materi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.
3. Bab III menggambarkan tentang metode penelitian yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini. Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini yaitu metode deskriptif dengan data yang dihasilkan bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Selain jenis penelitian, terdapat pula desain penelitian yang
menggambarkan alur penelitian yang dilakukan mulai dari mencari informasi
sampai penelitian laporan penelitian. Kemudian, terdapat populasi dan sampel
yang diambil pada penelitian, teknik pengumpulan data dan cara menganalisis
data yang telah didapatkan.
4. Bab IV menggambarkan tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
serta pembahasan dari penelitian yang peneliti lakukan yang dikaitkan dengan
teori yang ada. Pada hasil penelitian akan ditampilkan tabel serta grafik yang
menunjukkan bagaimana hasil penelitian yang peneliti lakukan.
5. Bab V menggambarkan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang peneliti
lakukan serta implikasi penelitian untuk berbagai pihak. Pada kesimpulan ini
akan dijawab rumusan masalah penelitian yang peneliti ajukan berdasarkan
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Definisi Operasional 1. Analisis Struktur
Analisis struktur yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dilakukan
pemecahan setiap aspek yang ada pada desain kegiatan laboratorium (tujuan
praktikum, langkah kerja, dan pertanyaan pengarah) untuk kemudian dilakukan
pengecekan apakah setiap aspek yang terdapat pada desain kegiatan laboratorium
materi fotosintesis sudah mengacu pada setiap komponen penyusun struktur
diagram Vee. Sebelum dilakukan analisis dokumen, dilakukan dahulu uji langkah
kerja untuk mengetahui kemunculan komponen objek/event. Uji langkah kerja
(eksekusi) adalah ujicoba langkah kerja pada desain praktikum tanpa adanya
manipulasi. Setelah itu, desain kegiatan laboratorium yang didapatkan dianalisis
dengan tabel keberadaan komponen diagram Vee. Setelah dilakukan pengecekan
keberadaan komponen diagram Vee, dilakukan penilaian terhadap setiap
komponen diagram Vee yang muncul pada desain kegiatan laboratorium untuk
mengetahui bagaimana keadaan komponen diagram Vee yang terdapat pada
desain kegiatan laboratorium.
Komponen diagram Vee yang dianalisis dari desain kegiatan laboratorium
yaitu pertanyaan fokus yang digambarkan pada tujuan praktikum; objek/event
yang digambarkan dari hasil uji langkah kerja; teori, prinsip dan konsep yang
digambarkan dari hubungan antara tujuan praktikum, fakta yang muncul, serta
pertanyaan pengarah; catatan/transformasi yang digambarkan dari instruksi
langkah kerja serta keberadaan tabel hasil pengamatan; serta klaim pengetahuan
yang digambarkan dari hubungan antara tujuan praktikum, hasil uji langkah kerja,
catatan yang didapatkan, serta pertanyaan pengarah.
Hasil analisis ini dapat menggambarkan keadaan desain kegiatan laboratorium
yang digunakan di sekolah.
40
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kemunculan tingkat kognitif yang dimaksud pada penelitian ini yaitu
bagaimana desain kegiatan laboratorium materi fotosintesis menggolongkan
tingkatan berpikir yang mengacu pada taksonomi Bloom revisi yang
dikembangkan oleh Anderson dan Krathwohl.
Tingkat kognitif ini pada desain kegiatan laboratorium fotosintesis digunakan
untuk membantu memetakan kemampuan berpikir yang dituntut dalam praktikum
sehingga terdapat hubungan antara fakta yang didapatkan dengan teori, prinsip
serta konsep yang berhubungan dengan praktikum tersebut.
Tingkatan kognitif yang dianalisis pada desain kegiatan laboratorium yaitu
kategori proses kognitif C1 mengingat, C2 memahami, C3 menerapkan, C4
menganalisis, C5 mengevaluasi, serta C6 mencipta. Sedangkan jenis-jenis
pengetahuan yang dianalisis mencakup pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural serta pengetahuan metakognitif yang
dianalisis menggunakan tabel pemetaan ranah kognitif taksonomi Bloom revisi
yang diadaptasi dari buku “Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen” karya Anderson dan Krathwohl (2010).
Hasil analisis ini menggambarkan keadaan tingkat kognitif yang dituntut dalam
desain kegiatan laboratorium yang digunakan di sekolah.
3. Desain Kegiatan Laboratorium
Desain kegiatan laboratorium atau yang biasa dikenal dengan Lembar Kerja
Siswa (LKS) merupakan pedoman siswa dalam melakukan praktikum.
Komponen-konponen yang ada pada desain kegiatan laboratorium atau LKS
biasanya terdiri dari tujuan praktikum, langkah kerja, serta pertanyaan praktikum.
Desain kegiatan laboratorium ini didapatkan dari Sekolah Menengah Pertama
(SMP) negeri dan Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri yang ada di kota
Bandung. Desain kegiatan laboratorium ini dapat berasal dari buku paket/penerbit,
serta buatan guru mata pelajaran. Desain kegiatan laboratorium yang didapatkan
dari SMP negeri maupun SMA negeri digunakan sebagai objek analisis oleh
peneliti.
4. Materi Fotosintesis
Materi fotosintesis merupakan salah satu bahan ajar yang harus dipelajari oleh
41
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pendidikan (KTSP) maupun Kurikulum 2013 terdapat tuntutan untuk melakukan
praktikum. Hal ini dijabarkan dalam tujuan pendidikan masing-masing kurikulum.
Praktikum sangat berguna untuk merealisasikan teori, prinsip serta konsep yang
terdapat pada materi fotosintesis.
Praktikum yang peneliti analisis pada materi fotosintesis ini yaitu uji
Ingenhousz dan uji Sachs. Uji Ingenhousz dan uji Sachs yang peneliti ujicoba
berpatokan pada desain kegiatan laboratorium yang peneliti dapatkan dari SMP
negeri dan SMA negeri di kota Bandung. Hal yang peneliti analisis dari uji
langkah kerja praktikum materi fotosintesis ini adalah kemunculan fakta berupa
gelembung gas oksigen (uji Ingenhousz) dan warna biru kehitaman pada daun
yang terkena cahaya matahari (uji Sachs), kesesuaian antara tujuan praktikum
dengan fakta yang muncul saat uji langkah kerja, serta kesesuaian tuntutan
praktikum materi fotosintesis dengan tujuan pendidikan sesuai dengan kurikulum
yang berlaku di sekolah.
B.Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini
atau saat yang lampau (Hamdi dan Bahruddin, 2015). Menurut Hamdi dan
Bahruddin (2015), penelitian deskriptif bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja,
tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan
perkembangannya. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan
pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.
Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil analisis
mengenai komponen diagram Vee dan kemunculan tingkatan berpikir pada desain
kegiatan laboratorium materi fotosintesis, meliputi analisis apakah setiap
komponen dalam desain kegiatan laboratorium (tujuan, langkah kerja, serta
pertanyaan praktikum) mengacu pada diagram Vee, serta untuk mengetahui
apakah kata kerja operasional pada tujuan, langkah kerja serta pertanyaan
42
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C.Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu desain kegiatan laboratorium biologi yang
digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) negeri yang ada di kota Bandung, serta bersumber dari buku paket atau
buatan guru
2. Sampel
Sampel yang diambil pada penelitian ini yaitu 16 sampel desain kegiatan
laboratorium SMP dan lima sampel desain kegiatan laboratorium SMA.
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik sampel purposive, yaitu
teknik di mana sampel yang diambil didasarkan pada pertimbangan tertentu dari
peneliti (Eriyanto, 2007). Pertimbangan peneliti menggunakan teknik purposive
didasarkan pada sumber DKL yang digunakan di sekolah baik DKL buatan guru
maupun DKL yang terdapat dalam buku paket atau penerbit. Selama pengambilan
sampel peneliti banyak mengalami hambatan dalam kerjasama dengan
sekolah-sekolah yang dikunjungi. Di bawah ini merupakan tabel rincian dari sampel yang
digunakan dalam penelitian.
Tabel 3.1 Rincian Sampel yang Digunakan Dalam Penelitian
Jenjang Sekolah Negeri Jumlah Sekolah yang Berpartisipasi Jumlah Desain Praktikum Uji Ingenhousz Jumlah Desain Praktikum Uji Sachs Jumlah Desain Praktikum yang Sama Total Desain Praktikum yang Dianalisis
SMP 15 9 17 10 16
SMA 6 4 2 1 5
Total 21 13 19 11 21
Sampel yang diambil pada penelitian ini seharusnya 53 sampel desain kegiatan
laboratorium SMP negeri dan 27 sampel desain kegiatan laboratorium SMA yang
didapatkan dari 53 SMP negeri dan 27 SMA negeri di kota Bandung. Dari hasil
kunjungan tim peneliti ke SMP dan SMA negeri di kota Bandung, peneliti hanya
mendapatkan 32 buah desain kegiatan laboratorium yang digunakan di sekolah,
bersumber dari buku paket atau buatan guru. Desain kegiatan laboratorium yang
43
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
didapatkan dari 15 SMP negeri dan 6 SMA negeri. Dari setiap desain kegiatan
laboratorium yang didapatkan baik dari SMP atau SMA negeri, terdapat beberapa
desain kegiatan laboratorium yang sama. Total sampel yang peneliti analisis yaitu
21 buah desain kegiatan laboratorium.
D.Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan empat instrumen yang digunakan sebagai alat
untuk mengumpulkan data, yaitu:
1. Analisis permasalahan yang terjadi saat uji langkah kerja. Tujuan dari analisis
ini yaitu untuk mengetahui kemunculan objek dan peristiwa utama, serta untuk
menganalisis permasalahan yang terjadi saat uji langkah kerja pada desain
kegiatan laboratorium. Permasalahan yang muncul pada saat uji langkah kerja
ini dijaring dengan tabel uraian hasil uji langkah kerja. Berikut tabel analisis
kesulitan dan permasalahan pada saat uji langkah kerja.
Tabel 3.2. Tabel uraian hasil uji langkah kerja
Tanggal uji
coba Jenis Uji Kode DKL
Langkah kerja yang bermasalah
Uraian hasil uji langkah
kerja
2. Analisis keberadaan komponen diagram Vee, yang dilakukan dengan cara
mencocokkan aspek-aspek yang ada pada desain kegiatan laboratorium (tujuan
praktikum, hasil eksekusi langkah kerja, serta pertanyaan pengarah) dengan
komponen penyusun struktur diagram Vee. Kemunculan komponen diagram
Vee ini dijaring dengan tabel keberadaan komponen diagram Vee yang
digunakan untuk mengetahui kemunculan setiap komponen diagram Vee pada
desain kegiatan laboratorium yang dianalisis. Berikut tabel analisis keberadaan
komponen diagram Vee.
Tabel 3.3 Tabel Keberadaan Komponen Diagram Vee
Kode DKL Pertanyaan Fokus
Objek/
Event
Teori, Prinsip, Konsep
Catatan/ Transformasi
Klaim Pengetahuan
44
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
- Pengisian tabel di atas diberi tanda centang () apabila komponen diagram Vee tersebut muncul pada desain kegiatan laboratorium dan tanda (×) apabila komponen tersebut tidak muncul pada desain kegiatan laboratorium
3. Analisis keadaan komponen diagram Vee, yang dilakukan dengan cara setiap
komponen yang ada dalam rubrik diagram Vee disesuaikan dengan
aspek-aspek yang ada pada desain kegiatan laboratorium yang dianalisis, kemudian
dicocokkan dengan indikator skor yang tertulis pada rubrik diagram Vee.
Keadaan komponen diagram Vee ini dijaring dengan tabel penilaian diagram
Vee hasil judgement instrumen yang digunakan untuk menganalisis tujuan,
langkah kerja, serta pertanyaan pengarah yang terdapat pada desain kegiatan
laboratorium.
Tabel 3.4 Tabel Penilaian Diagram Vee
Aspek yang dinilai Keterangan Skor DKL
Pertanyaan fokus Objek/ event Teori, prinsip, konsep Catatan / transformasi Klaim pengetahuan
Jumlah total
Keterangan:
- Pengisian tabel di atas didasarkan kepada rubrik diagram Vee dari Novak & Gowin tahun 1984.
- Keterangan diisi pertanyaan fokus yang tergambar dari DKL, Fakta apa yang muncul, teori/prinsip/ konsep apa yang terbentuk, arahan yang menunjukan bentuk catatan atau transformasi, dan bagian yang menunjukan adanya klaim pengetahuan.
Di bawah ini merupakan rubrik skor komponen diagram Vee yang diadaptasi
dari buku “Learning How to Learn” karya Novak dan Gowin (1984). Tabel 3.5. Tabel Rubrik Skor Pertanyaan Fokus
Skor Indikator
0 Tidak ada pertanyaan fokus yang teridentifikasi
1 Pertanyaan fokus dapat teridentifikasi, namun tidak fokus pada objek dan peristiwa utama atau sisi konseptual dari Vee.
2 Pertanyaan fokus dapat diidentifikasi; termasuk konsep, tetapi tidak mendukung observasi objek atau peristiwa utama yang terbentuk.
3
Pertanyaan fokus yang jelas dapat diidentifikasi; termasuk konsep yang akan digunakan dan menunjukkan peristiwa utama dan objek yang menyertainya.
45
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skor Indikator
0 Objek atau peristiwa tidak dapat diidentifikasi.
1
Event utama atau objek dapat diidentifikasi dan konsisten dengan pertanyaan fokus, atau event dan objek dapat diidentifikasi, tetapi tidak konsisten dengan pertanyaan fokus.
2 Event utama dengan objek yang menyertai dapat diidentifikasi, dan konsisten dengan pertanyaan fokus.
3 Sama seperti di atas, tetapi juga menunjukkan catatan apa yang akan diambil
Tabel 3.7. Tabel Rubrik Skor Teori, Prinsip, dan Konsep
Skor Indikator
0 Tidak ada sisi konseptual yang dapat diidentifikasi.
1
Beberapa konsep dapat diidentifikasi, tetapi tanpa prinsip dan teori, atau prinsip yang ditulis adalah klaim pengetahuan yang dicari dalam praktikum.
2 Terdapat konsep dan setidaknya satu jenis prinsip (konseptual dan metodologis) atau konsep dan teori yang relevan dapat diidentifikasi.
3 Konsep dan dua jenis prinsip dapat diidentifikasi, atau konsep, salah satu jenis prinsip, dan teori yang relevan dapat diidentifikasi.
4 Konsep, dua jenis prinsip, dan teori yang relevan dapat diidentifikasi
Tabel 3.8. Tabel Rubrik Skor Catatan / Transformasi
Skor Indikator
0 Tidak ada catatan atau transformasi yang dapat diidentifikasi.
1 Catatan dapat diidentifikasi, tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan atau fokus peristiwa utama.
2 Catatan atau transformasi dapat diidentifikasi, tetapi tidak keduanya.
3 Catatan dapat diidentifikasi untuk peristiwa utama; transformasi yang tidak konsisten dengan maksud pertanyaan fokus.
4
Catatan dapat diidentifikasi untuk peristiwa utama; transformasi yang konsisten dengan pertanyaan fokus dan tingkat kelas dan kemampuan siswa.
Tabel 3.9. Tabel Rubrik Skor Klaim Pengetahuan
Skor Indikator
0 Tidak ada klaim pengetahuan yang dapat diidentifikasi. 1 Klaim tidak berhubungan dengan sisi kiri dari Vee.
2
Pengetahuan klaim mencakup konsep yang digunakan dalam konteks yang tidak tepat atau generalisasi yang tidak konsisten dengan catatan dan transformasi.
46
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skor Indikator
4 Sama seperti di atas, tetapi klaim pengetahuan mengarah ke fokus baru pertanyaan.
4. Analisis kemunculan tingkat kognitif pada desain kegiatan laboratorium yang
dituntut pada tujuan, langkah kerja serta pertanyaan pengarah yang dijaring
menggunakan tabel pemetaan ranah kognitif taksonomi Bloom revisi hasil
judgement instrumen, yang diadaptasi dari buku “Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen” karya Anderson dan Krathwohl
(2010). Dalam penggunaannya, kata kerja operasional yang tertulis pada desain
kegiatan laboratorium dicocokkan dengan daftar kata pada setiap kategori
proses kognitif yang ada dalam rubrik persebaran ranah kognitif, kemudian
dituliskan jenis proses kognitif yang dituntut. Berikut tabel pemetaan dimensi
proses kognitif taksonomi Bloom revisi.
Tabel 3.10. Tabel pemetaan dimensi proses kognitif
Dimensi Pengetahuan
Dimensi Proses Kognitif C1 mengingat C2 memahami C3 menerapkan C4 menganalisis C5 mengevaluasi C6 mencipta Pengetahuan Faktual Pengetahuan Konseptual Pengetahuan Prosedural Pengetahuan Metakognitif Keterangan:
- Untuk mengisi tabel didasarkan pada Rubrik pemetaan Ranah Kognitif Taksonomi Bloom Revisi (Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R., 2010) berdasarkan buku karangannya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
- Tabel diisi dengan kata yang mengarahkan kepada kategori proses kognitif taksonomi Bloom
Di bawah ini merupakan rubrik pemetaan dimensi proses kognitif taksonomi
Bloom revisi yang diadaptasi dari buku “Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen” karya Anderson dan Krathwohl (2010).
Tabel 3.11. Rubrik pemetaan tingkat kognitif Taksonomi Bloom Revisi
berdasarkan buku karangannya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
Tingkat Kognitif Proses Kognitif
C1 Mengingat 1.1 Mengenali
1.2 Mengingat kembali
47
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tingkat Kognitif Proses Kognitif
2.6 Membandingkan 2.7 Menjelaskan
C3 Mengaplikasikan 3.1 Mengeksekusi
3.2 Mengimplementasikan
C4 Menganalisis
4.1 Membedakan 4.2 Mengorganisasi 4.3 Mengatribusikan
C5 Mengevaluasi 5.1 Memeriksa 5.2 Mengkritik
C6 Mencipta
6.1 Merumuskan 6.2 Merencanakan 6.3 Memproduksi
E.Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:
a. Menanyakan jumlah SMP dan SMA negeri yang ada di kota Bandung ke
kantor Dinas Pendidikan kota Bandung.
b. Melakukan kunjungan ke SMP dan SMA negeri di kota Bandung untuk
mengumpulkan desain kegiatan laboratorium biologi pada konsep fotosintesis
yang digunakan di sekolah tersebut baik desain kegiatan laboratorium yang
berasal dari buku paket atau buatan guru mata pelajaran.
c. Melakukan uji langkah kerja pada desain kegiatan laboratorium tanpa ada
perubahan susunan langkah kerja (manipulasi). Uji coba ini dilakukan di
Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI Bandung serta di rumah peneliti. Desain
kegiatan laboratorium yang diuji coba di Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI
yaitu 14 buah yang mencakup 10 uji Ingenhousz dan 4 uji Sachs. Sedangkan
desain kegiatan laboratorium yang diuji coba di rumah peneliti yaitu 7 buah
dan semuanya mengenai uji Sachs.
d. Mencatat setiap peristiwa yang terjadi selama pelaksanaan uji langkah kerja
desain kegiatan laboratorium, termasuk kesulitan ketika melakukan uji coba,
kekurangan yang ditemukan peneliti pada desain kegiatan laboratorium yang
diuji langkah kerja, serta permasalahan yang terjadi selama melakukan uji
langkah kerja desain kegiatan laboratorium pada tabel uraian hasil uji langkah
48
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Melakukan analisis dokumen pada desain kegiatan laboratorium yang sudah
diuji langkah kerja dengan menggunakan rubrik penilaian diagram Vee.
f. Melakukan analisis dokumen desain kegiatan laboratorium mengenai tingkat
kognitif yang dituntut pada tujuan, langkah kerja serta pertanyaan pengarah
dengan menggunakan rubrik pemetaan ranah kognitif taksonomi Bloom revisi.
F. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:
a. Analisis permasalahan yang terjadi saat uji langkah kerja. Permasalahan yang
muncul berdasarkan hasil uji langkah kerja yang tercantum pada tabel
permasalahan yang terjadi pada uji langkah kerja dibuat profilnya.
b. Analisis keberadaan komponen diagram Vee pada desain kegiatan
laboratorium dengan cara mempersentasekan setiap komponen diagram Vee
yang muncul pada desain kegiatan laboratorium. Berikut rumus persentasenya:
ℎ � �
ℎ � � � × %
Kemudian, dibandingkan hasil persentase yang didapatkan setiap komponen
diagram Vee yang muncul, serta dibandingkan persentase kemunculan setiap
komponen diagram Vee antara desain kegiatan laboratorium SMP dan SMA.
c. Analisis keadaan komponen diagram Vee dengan cara membandingkan
persentase skor yang didapatkan desain kegiatan laboratorium untuk
mengidentifikasi skor terbanyak yang muncul pada setiap komponen diagram
Vee. Skor terbanyak yang muncul pada desain kegiatan laboratorium
menggambarkan keadaan desain praktikum yang digunakan di sekolah. Berikut
rumus persentasenya:
ℎ � �
ℎ � � � × %
Selain dipersentasekan, untuk mengetahui keadaan seluruh komponen diagram
Vee yang muncul pada desain kegiatan laboratorium SMP dan SMA digunakan
rumus rata-rata. Berikut rumusnya:
ℎ � �
49
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah didapatkan angka, kemudian dibandingkan antara desain kegiatan
laboratorium SMP dan SMA untuk kemudian dibuat profilnya.
d. Analisis kemunculan tingkat kognitif dengan cara melakukan pengelompokkan
tingkat kognitif yang dituntut pada setiap desain kegiatan laboratorium yang
dianalisis, kemudian dibuat profil mengenai persebaran tingkat kognitif yang
dituntut pada desain kegiatan laboratorium SMP dan SMA.
G.Alur Penelitian
Pengolahan data hasil penelitian Analisis
komponen-komponen dalam DKL dengan rubrik penilaian
diagram Vee
Analisis kategori proses berpikir yang terdapat dalam tujuan, langkah kerja, serta
pertanyaan praktikum pada DKL dengan tabel pemetaan ranah kognitif Eksekusi langkah
kerja praktikum oleh peneliti
Menghasilkan rumusan masalah
Pembuatan proposal dan seminar proposal
Pembuatan instrumen penelitian
Judgement instrumen penelitian Studi literatur
mengenai permasalahan pada
Studi literatur mengenai diagram
Vee
Studi literatur mengenai mengenai
proses berpikir
Pengumpulan DKL biologi
SMPN dan SMAN di kota
Bandung
Sampel DKL
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
89
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A.Simpulan
Berdasarkan hasil analisis peneliti pada desain kegiatan laboratorium materi
fotosintesis yang digunakan di SMP negeri dan SMA negeri di kota Bandung,
dapat disimpulkan bahwa masih terdapat permasalahan yang ditemukan pada saat
uji langkah kerja desain kegiatan laboratorium fotosintesis jenjang SMP dan
SMA. Permasalahan yang dialami saat uji Ingenhousz yaitu pemasangan
perangkat percobaan, penambahan NaHCO3, air panas dan es batu, penentuan
waktu pengamatan, serta proses uji bara api. Sedangkan permasalahan yang
dialami saat uji Sachs yaitu waktu pemetikkan daun, proses perebusan daun,
pelarutan klorofil, penggunaan tabung reaksi pada proses pelarutan klorofil, tidak
munculnya warna biru kehitaman pada daun yang terkena cahaya matahari,
keluarnya daun dari tabung reaksi dan terbakarnya tabung reaksi pada saat
pelarutan klorofil, serta pemilihan jenis daun. Permasalahan-permasalahan yang
muncul dapat mempengaruhi struktur diagram Vee terutama pada komponen
objek/event.
Kemudian, pada umumnya struktur desain kegiatan laboratorium materi
fotosintesis yang digunakan di SMP dan SMA negeri di kota Bandung sudah
mengacu pada struktur diagram Vee. Berdasarkan hasil analisis, komponen
diagram Vee yang umumnya muncul pada desain kegiatan laboratorium SMP dan
SMA yaitu pertanyaan fokus, objek/event, teori, prinsip dan konsep serta klaim
pengetahuan, sedangkan komponen yang umumnya belum muncul yaitu
catatan/transformasi. Meskipun struktur desain kegiatan laboratorium SMP dan
SMA sudah mengikuti diagram Vee, nilai masing-masing untuk setiap komponen
diagram Vee yang didapatkan desain kegiatan laboratorium SMP dan SMA belum
mencapai skor ideal, sehingga desain kegiatan laboratorium fotosintesis yang
umumnya digunakan di SMP dan SMA negeri di kota Bandung belum sempurna
90
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tingkat kognitif yang dituntut baik pada desain kegiatan laboratorium SMP
maupun desain kegiatan laboratorium SMA masih berada pada tingkatan rendah,
tetapi untuk jenjang SMP sudah sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar.
Sedangkan pada jenjang SMA, tingkat kognitif yang dituntut tidak sesuai dengan
kompetensi dasar. Baik pada desain kegiatan laboratorium SMP maupun SMA,
tingkat kognitif yang dituntut umumnya lebih dominan pada C1 mengingat, C2
memahami dan C3 menerapkan. Tingkat kognitif dominan yang dituntut baik
pada desain kegiatan laboratorium SMP maupun desain kegiatan laboratorium
SMA sama yaitu pengetahuan prosedural kategori C3 menerapkan.
B.Implikasi dan Rekomendasi
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi guru dan penerbit dalam
menyusun dan merevisi desain kegiatan laboratorium yang dibuat, agar desain
kegiatan laboratorium yang digunakan di sekolah sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang berlaku, yaitu dapat mengedepankan aktivitas siswa, memberikan
pengalaman nyata bagi siswa, serta memiliki struktur yang dapat menunjang
siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya dari praktikum yang dilakukan.
Penelitian ini dapat dijadikan acuan agar desain kegiatan laboratorium yang
disusun dapat mengantarkan siswa pada kegiatan praktikum yang bermakna.
Untuk penelitian selanjutnya, hendaknya desain kegiatan laboratorium yang
diteliti tidak hanya dianalisis dan diujicoba oleh peneliti saja, tetapi juga dibuat
satu contoh desain kegiatan laboratorium dengan prosedur kerja yang benar dan
jelas, sesuai dengan struktur diagram Vee serta dapat menuntut siswa untuk
berpikir tingkat tinggi. Kemudian, desain kegiatan laboratorium yang telah dibuat
tersebut diujicobakan pada siswa untuk mengetahui efektivitas dari desain
kegiatan laboratorium tersebut dalam mengantarkan siswa menuju pembelajaran
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
91
DAFTAR PUSTAKA
Aisya, N. (2013). Analisis Relevansi Desin Kegiatan Laboratorium Dengan
Kompetensi Dasar Pada Konsep Stuktur dan Fungsi Sel. Skripsi Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Alvarez dan Risko. (2007). The Use Of Vee Diagrams With Third Graders As A
Metacognitive Tool For Learning Science Concepts. Department of
Teaching and Learning Presentations: Tennessee State University.
Anderson dan Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,
Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Calais. (2009). The Vee Diagram as a Problem Solving Strategy: Content Area
Reading/Writing Implications. National Forum Teacher Education
Journal. 19(3), 1-8.
Campbell, et al. (2008). Biologi Edisi 8 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Eriyanto. (2007). Teknik Sampling Analisis Opini Public. LKiS Pelangi Aksara:
Yogyakarta
Evren dan Sulum. (2010). The Effect of Teaching Animal Physiology Through
V-Diagrams on Students Success and Retention Level. Procedia Social and
Behavioral Sciences. 2, 4285-4292.
Gowin dan Alvarez. (2005). The Art Of Educating With V Diagrams. New York:
Cambridge University Press.
Gratia, M.L. (2011). Analisis Penerapan Metakognitif Pada Desain Kegiatan
Laboratorium Respirasi Serangga Di SMA Menggunakan Diagram Vee.
Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Hamdi, A.S dan Bahruddin, E. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi
Dalam Pendidikan. Deepublish: Yogyakarta
Johnson dan Schneider. (2014). Developing Conceptual and Procedural
Knowledge of Mathematics. Britannia: Oxford University Press.
Lagowski, J. J. (2002). The Role of The Laboratory in Chemical Education.
92
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Millar, R. (2004). The Role of Practical Work in The Teaching and Learning of
Science. Washington DC. National Academy of Sciences.
Noflena, M. (2012). Menjelaskan Pengertian Pertanyaan. [online]. Tersedia:
http://marianoflena.blogspot.co.id/2012/01/menjelaskan-pengertian-pertanyaan.html [9 Oktober 2015].
Novak dan Gowin. (1984). Learning How to Learn. New York: Cambridge
University Press.
Nuraini, I. (2014). Identifikasi Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah yang
Muncul Melalui Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Materi Nutrisi
Kelas XI. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak
diterbitkan.
Nurdini, E.Y. (2010). Analisis Penerapan Metakognitif Pada Desain Praktikum
Konsep Fotosintesis Di SMA Dengan Menggunakan Diagram Vee. Skripsi
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Pintrich, P.R. (2002). The Role of Metacognitive Knowledge in Learning,
Teaching, and Assessing. Theory Into Practice. 41(4), 219-225.
Purjianyanta, E. (2006). IPA Terpadu untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Rasyida, N. (2010). Analisis Tujuan, Proses dan Pertanyaan Desain Kegiatan
Laboratorium Pada Konsep Fotosintesis. Skripsi Jurusan Pendidikan
Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Rustaman dan Wulan. (2007). Strategi Pembelajaran Biologi. Bandung:
Universitas Terbuka.
Rustaman, N.Y., Dirjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad Y., Subekti, R.,
Rochintaniawati, D., Nurjhani K., Mimin. (2003). Strategi Belajar
Mengajar Biologi. IMSTEP: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Sudesti, et al. (2014). Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa
SMP Pada Subkonsep Difusi Osmosis. [Online]. Tersedia: fpmipa.upi.edu
[1 September 2015].
Suparno, P. (2000). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
93
Nur Sopiah Wahidah, 2015
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI FOTOSINTESIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Supriatno, B. (2009). “Uji Langkah Kerja Laboratorium Sekolah”. Proseding
Seminar Nasional Biologi: Inovasi dan Pendidikan Biologi Dalam
Pengembangan Sumber Daya Manusia, 255-261.
Supriatno, B. (2013). Pengembangan Program Perkuliahan Pengembangan
Praktikum Biologi Sekolah Berbasis ANCORB Untuk Mengembangkan
Kemampuan Merancang dan Mengembangkan Desain Kegiatan
Laboratorium. Disertasi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak
diterbitkan.
Swami dan Shields. (2006). Gowin’s Knowledge Vee: Using To Improve
Preservice Teachers Ability for Conducting and Directing Science.
[online]. Tersedia:
http://theaste.org/pubs/proceedings/2006proceedings/Swami%201%20.ht
m [1 September 2015].
Thiessen. (1993). The Vee Diagram: A Guide for Problem Solving. AIMS
Newsletter (Mei/Juni 1993).
Trisnawati, R. (2012). Pengertian LKS. [online]. Tersedia:
http://reenha-trisnawati.blogspot.com/2012_04_01_archive.html [1 September 2015]
Wasis dan Irianto. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP dan MTs kelas
VIII. Jakarta: BSE