• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP

ARTHROPODA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memeroleh gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Taufan Nurzaman Sulaeman

1100336

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP

ARTHROPODA

Oleh

TAUFAN NURZAMAN SULAEMAN

Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Departemen Pendidikan Biologi

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© TAUFAN NURZAMAN SULAEMAN 2015 UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(3)

TAUFAN NURZAMAN SULAEMAN

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP

ARTHROPODA

disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Dra. Hj. Ammi Syulasmi, MS.

NIP. 195408281986122001

Pembimbing II

Rini Solihat, S.Pd., M.Si.

NIP. 197902132001122001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Biologi

Dr. Bambang Supriatno, M.Si

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Identifikasi

Miskonsepsi Siswa SMA pada Konsep Arthropodaini beserta seluruh isinya

adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2015

Yang membuat pernyataan.

(5)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Tuhan semesta alam. Rasa syukur

penulis panjatkan kehadirat-Nya karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMA

pada Konsep Arthropoda sebagai sebagian dari syarat untuk memeroleh gelar

sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan

Indonesia. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW., beserta keluarga, seluruh sahabat, dan pengikutnya hingga

akhir zaman. Aamiin.

Penulisan skripsi bertujuan untuk mengungkap miskonsepsi-miskonsepsi

siswa SMA pada konsep Arthropoda. Data miskonsepsi yang didapat pada

penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh penulis maupun pihak-pihak

terkait, seperti guru dan tenaga kependidikan lainnya sebagai salah satu acuan

dalam menyusun strategi pembelajaran. Hal tersebut tentunya bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih terdapat banyak

kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk

perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini dapat menjadi berkah bagi penulis

maupun pembaca pada umumnya.

Bandung, September 2015

(6)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Berbagai kendala penulis alami dalam penyusunan skripsi ini, namun hal

tersebut dapat teratasi berkat bantuan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan

hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ammi Syulasmi, MS. selaku dosen pembimbing I penulisan skripsi

yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan dan pengarahan.

2. Ibu Rini Solihat, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing II penulisan skripsi

yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan dan motivasi untuk

penyelesaian studi penulis.

3. Ibu Eni Nuraeni, M.Pd. selaku pembimbing akademik yang selama 4 tahun

telah berkenan membimbing penulis dalam urusan akademik.

4. Bapak Drs. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc., yang telah banyak memberikan

pelajaran tentang kehidupan kepada penulis.

5. Bapak Ikmanda Nugraha, M.Pd. yang telah memberikan pencerahan ide

penelitian skripsi ini.

6. Orangtua tercinta Ibunda Nunung Tati Maryanah dan Ayahanda Eman

Sulaeman serta saudaraku Afriadi Nugraha Sulaeman yang telah mencurahkan

segala usaha dan pikirannya untuk keberlangsungan pendidikan penulis

dengan penuh cinta kasih.

7. Rekan-rekan Biologi, khususnya Keluarga Arthropoda yang telah bersedia

berbagai pengetahuan dan pengalaman.

8. Keluarga besar KPA Biocita Formica yang telah mengajarkan makna Tabah

Sampai Akhir dan sebagai keluarga kedua bagi penulis.

9. Sahabat setia, Vasya Lufthi Zulfikar, Sandy Ahmad Herdiansyah, Nadia

Rahayu Oktami dan Luthfianti Zafharina Harmany atas segala bentuk

dukungan dalam segala situasi.

(7)

iii

ABSTRAK

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa sekolah menengah atas (SMA) di Kota Bandung mengenai konsep Arthropoda. Penelitian ini dilakukan terhadap 96 siswa kelas X dari tiga SMA negeri. Identifikasi miskonsepsi dilakukan melalui dua tahapan. Pada tahap pertama digunakan 20 soal tes miskonsepsi three-tier untuk mengumpulkan miskonsepsi siswa. Tes miskonsepsi dilakukan sebanyak dua kali menggunakan soal yang sama. Hasil tes kemudian dikategorisasikan ke dalam lima tingkat pemahaman. Siswa yang termasuk ke dalam kategori miskonsepsi pada kedua tes dijadikan sebagai data miskonsepsi. Pada tahap kedua dilakukan wawancara kepada siswa dan guru untuk memverifikasi temuan hasil tes dan mengungkap faktor yang mungkin menjadi penyebab miskonsepsi yang dimiliki siswa. Penggunaan gambar dilakukan pada wawancara untuk mengetahui apakah siswa mengalami miskonsepsi atau hanya menebak jawaban. Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa banyak mengalami miskonsepsi pada konsep pengelompokkan dan struktur tubuh hewan. Hasil akhir didapatkan 22 miskonsepsi tentang Arthropoda dan sub konsepnya. Peran guru, sikap serta minat siswa terhadap materi ini menjadi faktor yang memungkinkan terjadinya miskonsepsi yang dimiliki siswa. Dengan adanya penelitian ini, guru diharapkan untuk lebih menekankan konsep-konsep penting dan melakukan fungsi pengontrolan yang berkelanjutan selama pembelajaran, karena siswa mungkin banyak mendapat konsep-konsep selain dari pembelajaran yang tidak tepat secara ilmiah.

(8)

iv

ABSTRACT

IDENTIFICATION OF SENIOR HIGH SCHOOL (SHS) STUDENTS’ MISCOCEPTIONS OF ARTHROPODS

The aim of this study was to identify the senior high school (SHS) students’

misconceptions of Arthropods in Bandung. The study was conducted to 96 grade 10 SHS students of three public schools. Identification of misconception is done through two phases. First, the 20 items three-tier misconceotion test was used to

collect students’ misconceptions. The test was conducted twice with the same

items. The test results then categorized into five levels of understanding. Students’ answer that classified into the category of misconceptions on both tests served as a misconceptions data. The second phase, an interview conducted to the students and teachers to verify the finding from the test results and to reveal the factors which possibly caused the misconceptions that possessed by the students. The used of pictures conducted in the interview, aimed to know wether students possessing a misconceptions or just guessing the answer. The results showed that students experienced many misconceptions on the concept of animal grouping and structure of the animal body. The final result obtained 22 misconceptions about Arthropods and its sub concepts. The role of teacher and the students’ attitude and interest towards this subject becomes the factors that possibly causing the misconceptions that possessed by the students. With this study, teacher was expected to emphasize important concepts and to perform the function of sustainable controlling in the instructions, because students had many concepts apart from instructions that scientifically error.

(9)

v

B Soal Pilihan Ganda Bertingkat Tiga (Three-tier) untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi ... 12

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A Temuan Penelitian ... 35

(10)

vi

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A Simpulan ... 69

B Rekomendasi ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 75

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Hasil Penelitian Miskonsepsi Tentang Hewan ... 13

2.2 Karakteristik Umum Subfilum-Subfilum Arthropoda ... 17

3.1 Lokasi Penelitian ... 24

3.2 Kisi-kisi Konsep Arthropoda pada Soal Tes Miskonsepsi Three-tier 25

3.3 Kategorisasi Tingkat Pemahaman Siswa Berdasarkan Pola Jawaban 33

4.1 Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi pada Setiap Sekolah

Berdasarkan Hasill Tes Miskonsepsi ... 35

4.2 Persentase Siswa yang Mengalami Miskonsepsi pada Setiap Sekolah

Berdasarkan Hasill Wawancara Siswa ... 36

4.3 Kemunculan Miskonsepsi pada Konsep Arthropoda ... 37

4.4 Miskonsepsi pada Konsep Arthropoda Berdasarkan Hasil Tes

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Cladogram Arthropoda ... 18

3.1 Desain Penelitian pada Setiap Sekolah ... 23

3.2 Prosedur Penelitian ... 30

4.1 Sketsa Kalajengking ... 54

4.2 Sketsa Hewan-hewan Filum Arthropoda ... 56

4.3 Sketsa Hewan-hewan Subfilum Myriapoda ... 59

4.4 Sketsa Hewan-hewan Kelas Insecta ... 62

(13)

ix

LAMPIRAN D Analisis Miskonsepsi ... 103

(14)

x

Tes Kedua ... 118

D.5 Rekapitulasi Pola Jawaban Siswa SMAN C Bandung Tes Pertama ... 122

D.6 Rekapitulasi Pola Jawaban Siswa SMAN C Bandung Tes Kedua ... 126

D.7 Contoh Lembar Jawaban Siswa Pada Tes Three-tier ... 130

D.8 Rekapitulasi Pola Jawaban Semua Sekolah ... 131

D.9 Rekapitulasi Pola Jawaban Miskonsepsi ... 135

D.10 Analisis Kemungkinan Penyebab Miskonsepsi ... 137

D.11 Profil Kemunculan Miskonsepsi Setiap Sekolah ... 141

D. 12 Rekapitulasi Total Siswa untuk Diwawancarai ... 143

D.13 Rekapitulasi Total Siswa yang Diwawancarai ... 143

D.14 Rekapitulasi Wawancara Siswa Siswa SMAN A Bandung ... 144

D.15 Rekapitulasi Wawancara Siswa Siswa SMAN B Bandung ... 147

D.16 Rekapitulasi Wawancara Siswa Siswa SMAN C Bandung ... 153

D.17 Rekapitulasi Wawancara Guru ... 157

D.18 Analisis Wawancara Pemahaman Konsep Siswa ... 159

LAMPIRAN E Dokumentasi Penelitian ... 161

(15)

i

ABSTRAK

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA KONSEP ARTHROPODA

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa sekolah menengah atas (SMA) di Kota Bandung mengenai konsep Arthropoda. Penelitian ini dilakukan terhadap 96 siswa kelas X dari tiga SMA negeri. Identifikasi miskonsepsi dilakukan melalui dua tahapan. Pada tahap pertama digunakan 20 soal tes miskonsepsi three-tier untuk mengumpulkan miskonsepsi siswa. Tes miskonsepsi dilakukan sebanyak dua kali menggunakan soal yang sama. Hasil tes kemudian dikategorisasikan ke dalam lima tingkat pemahaman. Siswa yang termasuk ke dalam kategori miskonsepsi pada kedua tes dijadikan sebagai data miskonsepsi. Pada tahap kedua dilakukan wawancara kepada siswa dan guru untuk memverifikasi temuan hasil tes dan mengungkap faktor yang mungkin menjadi penyebab miskonsepsi yang dimiliki siswa. Penggunaan gambar dilakukan pada wawancara untuk mengetahui apakah siswa mengalami miskonsepsi atau hanya menebak jawaban. Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa banyak mengalami miskonsepsi pada konsep pengelompokkan dan struktur tubuh hewan. Hasil akhir didapatkan 22 miskonsepsi tentang Arthropoda dan sub konsepnya. Peran guru, sikap serta minat siswa terhadap materi ini menjadi faktor yang memungkinkan terjadinya miskonsepsi yang dimiliki siswa. Dengan adanya penelitian ini, guru diharapkan untuk lebih menekankan konsep-konsep penting dan melakukan fungsi pengontrolan yang berkelanjutan selama pembelajaran, karena siswa mungkin banyak mendapat konsep-konsep selain dari pembelajaran yang tidak tepat secara ilmiah.

(16)

ii

ABSTRACT

IDENTIFICATION OF SENIOR HIGH SCHOOL (SHS) STUDENTS’ MISCOCEPTIONS OF ARTHROPODS

The aim of this study was to identify the senior high school (SHS) students’

misconceptions of Arthropods in Bandung. The study was conducted to 96 grade 10 SHS students of three public schools. Identification of misconception is done through two phases. First, the 20 items three-tier misconceotion test was used to

collect students’ misconceptions. The test was conducted twice with the same

items. The test results then categorized into five levels of understanding. Students’ answer that classified into the category of misconceptions on both tests served as a misconceptions data. The second phase, an interview conducted to the students and teachers to verify the finding from the test results and to reveal the factors which possibly caused the misconceptions that possessed by the students. The used of pictures conducted in the interview, aimed to know wether students possessing a misconceptions or just guessing the answer. The results showed that students experienced many misconceptions on the concept of animal grouping and structure of the animal body. The final result obtained 22 misconceptions about Arthropods and its sub concepts. The role of teacher and the students’ attitude and interest towards this subject becomes the factors that possibly causing the misconceptions that possessed by the students. With this study, teacher was expected to emphasize important concepts and to perform the function of sustainable controlling in the instructions, because students had many concepts apart from instructions that scientifically error.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang dipelajari secara formal pada

berbagai jenjang pendidikan di Indonesia. Biologi secara mandiri mulai

dibelajarkan sejak jenjang pendidikan dasar pada tingkat sekolah menengah

pertama sampai jenjang pendidikan lanjutan pada tingkat sekolah menengah atas

atau yang sederajat. Pada pembelajaran biologi di sekolah, tak jarang ditemukan

pemahaman maupun konsep siswa yang berbeda dari konsep ilmiah. Pemahaman

siswa yang janggal dan tidak tepat secara ilmiah tersebut disebut miskonsepsi

(Bahar, 2003).

Beberapa peneliti menggunakan istilah berbeda untuk merujuk miskonsepsi.

Istilah lain yang memiliki makna yang sama dengan miskonsepsi seperti konsepsi

alternatif/alternative conceptions (Arnaudin dan Mintzes, 1985; Dikmenli, Osman

dan Fulya, 2009; Cinici, 2013b), prekonsepsi/preconception (Hawseh dalam

Bahar 2003) maupun kesalahan gagasan/erronous ideas (Fisher dalam Bahar

2003), tetapi menurut Bahar (2003) istilah miskonsepsi lebih umum digunakan.

Untuk alasan itu istilah miskonsepsi digunakan pada penelitian ini.

Miskonsepsi dapat terjadi pada berbagai aspek atau bidang ilmu pendidikan,

termasuk dalam bidang pendidikan biologi. Beberapa penelitian berhasil

mengungkap miskonsepsi-miskonsepsi dalam pendidikan biologi. Miskonsepsi

yang terjadi, tidak hanya mencakup pemahaman siswa pada suatu konsep.

Adisendjaja dan Romlah (2007) menemukan bahwa terdapat miskonsepsi dan

kesalahan pada buku teks biologi SMA. Sementara dalam konteks pemahaman

siswa, Tekkaya (2002) merangkum beberapa konsep dalam biologi yang menjadi

miskonsepsi berdasarkan penelitian peneliti-peneliti sebelumnya. Konsep-konsep

tersebut diantaranya terjadi pada konsep fotosintesis, respirasi, biologi seluler,

sistem peredaran darah, ekologi, energi, genetika, dan klasifikasi yang mencakup

vertebrata dan invertebrata (Tekkaya, 2002). Miskonsepsi pada konsep lain

(18)

2

Bahar (2003) berpendapat bahwa miskonsepsi merupakan salah satu faktor

penting yang memengaruhi belajar siswa. Merujuk pada pendapat tersebut,

miskonsepsi dalam pendidikan biologi harus diubah atau diperbaiki, namun

Tekkaya (2002) menyatakan bahwa sebelum miskonsepsi dapat diperbaiki, kita

harus terlebih dahulu mengindetifikasinya. Terlebih dahulu harus dilakukan

identifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Karena itu, identifikasi

miskonsepsi penting untuk dilakukan dengan tujuan untuk mengubah konsep yang

tidak tepat tersebut menjadi konsep yang tepat secara ilmiah agar perkembangan

pemahaman siswa secara utuh akan sesuai dengan konsep ilmiah yang telah

disepakati.

Jika miskonsepsi dibiarkan, selain akan memengaruhi pemahaman individu

siswa pada konsep berikutnya, miskonsepsi juga dapat menimbulkan

masalah-masalah lain. Mengacu pada karakteristik miskonsepsi menurut Adeniyi dan

Fisher (dalam Tekkaya, 2002), miskonsepsi cenderung dapat menyebar melalui

interaksi antar siswa pada pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu jika miskonsepsi dibiarkan, miskonsepsi tersebut mungkin dapat

terbawa hingga pada kehidupan setelah pendidikan formal. Hal ini dimungkinkan

karena karakteristik dari miskonsepsi yang salah satunya adalah cenderung

resisten terhadap perubahan dengan pembelajaran tradisional seperti dipaparkan

sebelumnya (Tekkaya, 2002). Kondisi ini tentunya akan sangat berpengaruh

terhadap perkembangan keilmuan biologi di masa mendatang. Dalam lingkup

kecil terhadap pemahaman konsep siswa. Miskonsepsi pada suatu konsep akan

berdampak pada pemahaman konsep lain yang terintegrasi.

Pada penelitian ini konsep biologi yang dikaji untuk diidentifikasi

miskonsepsinya adalah konsep Arthropoda. Dalam Silabus Peminatan Matematika

dan Ilmu-ilmu Alam Mata Pelajaran Biologi SMA , sesuai Kurikulum 2013 yang

diterapkan di Indonesia saat ini, konsep Arthropoda merupakan bagian dari BAB

(19)

3

hari, hewan-hewan invertebrata dari filum Arthropoda merupakan hewan

invertebrata yang relatif lebih sering dijumpai siswa daripada hewan-hewan

invertebrata dari filum lain. Hal ini merujuk pada Bullough (1958) yang

berpendapat bahwa Arthropoda merupakan filum tersukses dan terbesar dalam

dunia hewan. Hal ini berarti Arthropoda memiliki jumlah anggota yang banyak.

Melimpahnya hewan-hewan Arthropoda di lingkungan sekitar, membuat siswa

tidak kesulitan untuk menemukan hewan-hewan yang termasuk serangga,

laba-laba maupun udang-udangan sekalipun.

Identifikasi miskonsepsi Arthropoda dinilai penting untuk dilakukan

mengingat belum ada penelitian tentang hal ini sebelumnya di Indonesia.

Penelitian serupa yang dilakukan oleh para ahli sebelumnya mencakup hal-hal

mengenai pandangan terhadap hewan (Kubiatko dan Prokop 2009; Cinici 2013a),

miskonsepsi dalam pengelompokkan hewan (Naz dan Nasreen, 2013), pandangan

siswa dan miskonsepsi tentang invertebrata (Cinici, 2013b) dan lain-lain. Tetapi

untuk khusus membahas konsep Arthropoda dan subtaksanya belum ditemukan

sebelumnya.

Identifikasi atau pengungkapan miskonsepsi di sekolah dapat dilakukan

melalui beberapa cara. Cara-cara untuk mengungkap miskonsepsi dapat berupa

penggunaan kuis, peta konsep, gambar, soal tes pilihan ganda soal tipe

benar/salah (true/false type) dan interview (Tekkaya, 2002). Peneliti-peneliti

menggunakan berbagai metode untuk mengungkap miskonsepsi, misalnya

menggunakan teknik wawancara (Naz dan Nasreen, 2013), analisis gambar (Kose,

2008; Dikmenli, 2010; Nurhubaini, 2013) dan soal pilihan ganda (Kubiatko dan

Prokop, 2009; Cinici, 2013b).

Pada penelitian ini, untuk menjaring miskonsepsi siswa digunakan soal tes

pilihan ganda. Soal pilihan ganda dipilih karena memiliki beberapa kelebihan atau

keuntungan dalam penggunaannya. Menurut Al-Rubaeya (dalam Kutluay, 2005)

soal tipe ini dapat dinilai secara cepat dan objektif, mudah diterapkan pada jumlah

sampel yang banyak. Lebih lanjut Kutluay (2005) memaparkan temuan

Ooesterhof yang menyatakan bahwa soal tipe ini cenderung lebih disukai siswa

dan mampu memberikan penilaian diagnostik. Selain memiliki kelebihan, soal

(20)

4

ini tidak dapat menelaah mengenai proses penalaran siswa dan penyebab

penyimpangan konseptual yang terjadi pada pemahaman siswa (Tekkaya, 2002).

Penggunaan metode interview/wawancara dapat digunakan untuk menelaah

penalaran siswa, namun metode tersebut sangat sulit dan memakan waktu yang

lama untuk diterapkan pada jumlah sampel yang besar (Kutluay, 2005). Untuk

menyiasati hal itu, soal pilihan ganda yang digunakan pada penelitian ini

dimodifikasi dengan mengadaptasi bentuk soal pilihan ganda bertingkat tiga

(three-tier). Tipe ini diambil untuk memeroleh alasan pemahaman siswa terhadap

satu konsep sebelum diverifikasi menggunakan wawancara individu. Pada tes

three-tier, tier keyakinan jawaban siswa ditambahkan untuk menentukan ada atau

tidaknya miskonsepsi pada suatu kesalahan. Oleh karena itu pada penelitian ini

digunakan tes dengan soal pilihan ganda bertingkat three-tier.

Mengacu pada pemaparan-pemaparan sebelumnya identifikasi miskonsepsi

menggunakan tes three-tier pada konsep Arthropoda dinilai penting untuk

dilakukan, karena belum ada penelitian serupa dengan metode ini pada konsep

Arthropoda. Identifikasi miskonsepsi pada konsep Arthropoda dapat dikatakan

baru untuk diteliti mengingat sebelumnya penelitian miskonsepsi tentang hewan

invertebrata berkisar pada konsep vertebrata dan invertebrata (Naz dan Nasreen,

2013) dan pengelompokkan hewan invertebrata sampai tahap filum (Cinici,

2013b). Selain itu, pengungkapan miskonsepsi tentang konsep Arthropoda dinilai

penting untuk dikaji karena konsep ini termasuk konsep yang harus dipahami

siswa sesuai pedoman kurikulum, sehingga identifikasi miskonsepsi pada konsep

ini dapat dijadikan bahan pertimbangan perbaikan strategi pembelajaran di

sekolah.

B. Rumusan Masalah

(21)

konsep-5

2. Pada konsep Arthropoda apa sajakah siswa mengalami miskonsepsi?

3. Faktor apa saja yang menyebabkan munculnya miskonsepsi tersebut?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Konsep yang dikaji pada penelitian ini adalah Konsep Arthropoda.

2. Pembelajaran mengenai konsep Arthropoda dilakukan langsung oleh guru

yang mengajar di sekolah, sesuai strategi pembelajaran yang dikembangkan

masing-masing guru, bukan oleh peneliti

3. Miskonsepsi yang dijadikan data penelitian hanyalah miskonsepsi yang

terjaring melalui tes miskonsepsi menggunakan soal three tier.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi

siswa SMA di Kota Bandung pada konsep Arthropoda. Adapun tujuan khusus dari

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui ada tidaknya miskonsepsi pada konsep Arthropoda.

2. Memeroleh data miskonsepsi umum siswa pada konsep Arthropoda

3. Mengetahui faktor penyebab munculmya miskonsepsi pada siswa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Mengetahui konsep-konsep Arthropoda yang yang dipahami secara tidak tepat

oleh siswa, sehingga guru dapat melakukan penekanan atau memberikan

perhatian lebih ketika menjelaskan konsep-konsep tersebut untuk menghindari

terjadinya miskonsepsi.

2. Dapat digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada

konsep biologi lain yang memiliki karakteristik sama atau berkaitan dengan

(22)

6

F. Struktur Organisasi

Secara umum, gambaran tentang isi dari skripsi ini dapat dilihat dalam

struktur organisasi penulisan skripsi berikut ini. Sistematika penulisan yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman karya tulis ilmiah

Univesitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2014. Struktur organisasi penulisan

skripsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab I, dijelaskan mengenai apa yang menjadi latar belakang

dilakukannya penelitian ini. Kemudian, terdapat pula rumusan masalah yang

diteliti serta batasannya. Serta dijelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

2. Bab II Kajian Pustaka

Bab II berisi teori-teori yang relevan dan digunakan dalam penelitian ini.

Pertama penjelasan mengenai miskonsepsi dan bagaimana cara mengungkap

miskonsepsi pada siswa. Kedua penjelasan mengenai tes pilihan ganda three-tier

yang digunakan pada penelitian ini. Ketiga dijelaskan mengenai hasil

penelitian-penelitian yang relevan terhadap penelitian-penelitian ini serta terakhir berupa karakteristik

materi pembelajaran konsep Arthropoda.

3. Bab III Metode Penelitian

Pada bab III, dijelaskan secara terperinci mengenai metode penelitian yang

digunakan. Adapun sub bab yang dijelaskan mengenai definisi operasional, desain

penelitian, populasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian dan teknik

pengumpulan data serta analisis data pada penelitian ini.

4. Bab IV Temuan dan Pembahasan

Pada bab IV, dikemukakan tentang temuan penelitian dan pembahasan yang

dikembangkan berdasarkan temuan penelitian yang telah diperoleh. Perolehan

data didapat melalui desain penelitian yang terdapat pada bab III. Data tersebut

dianalisis dan dikaitkan dengan teori-teori yang ada pada bab II.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Identifikasi miskonsepsi dimulai dengan memberikan pembelajaran mengenai

konsep Arthropoda. Pembelajaran dilakukan oleh masing-masing guru pada tiga

sekolah berbeda dengan strategi pembelajaran yang ditentukan oleh setiap guru.

Strategi pembelajaran yang digunakan adalah dengan menggunakan media power

point, bioplastik dan kegiatan praktikum di laboratorium. Siswa yang telah

mendapat pembelajaran tersebut dianggap telah memeroleh pemahaman

konseptual mengenai konsep Arthropoda. Setelah pembelajaran dilakukan tes

miskonsep menggunakan soal pilihan ganda three-tier. Setelah tiga minggu

dilakukan tes kedua dengan soal yang sama untuk menguji konsistensi jawaban

siswa. Analisis miskonsepsi dilakukan dengan mengkategorikan pola jawaban

siswa yang salah dan konsisten pada kedua tes. Analisis lebih lanjut dilakukan

melalui wawancara terhadap guru yang melakukan pembelajaran Arthropoda dan

siswa yang termasuk ke dalam kategori miskonsepsi.

B. Desain Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah

metode yang digunakan untuk menggambarkan suatu situasi, kondisi objek kajian

pada suatu waktu secara akurat. Metode ini digunakan untuk menggambarkan

konsep-konsep miskonsepsi yang ditemukan pada siswa SMA pada konsep

Arthropoda. Adapun desain penelitian dapat terlihat seperti Gambar 3.1

(24)

24

Miskonsepsi terjadi jika ada konsinstensi kesalahan, dan siswa meyakini

kesalahan tersebut sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu tes miskonsepsi

dilakukan sebanyak dua kali setelah pembelajaran formal yang dilakukan guru

mengenai Arthropoda. Dari hasil tes miskonsepsi didapatkan konsep-konsep yang

dipahamai secara tidak tepat oleh siswa. Hasil tersebut kemudian dianalisis dan

diverifikasi melalui wawancara.

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X IPA dari masing-masing

sekolah yang dijadikan lokasi penelitian yang telah memeroleh pembelajaran

mengenai konsep Arthropoda pada BAB VIII. Sampel yang digunakan adalah

seluruh siswa dari satu kelas terpilih dari masing-masing sekolah. Teknik

sampling yang digunakan purposive , merujuk pada pemilihan sampel yang telah

mengalami pembelajaran formal tentang Arthropoda. Pemilihan kelas dari tiap

sekolah dilakukan merujuk pada kelas yang diizinkan untuk menjadi subjek

penelitian dari pihak sekolah.

Sekolah yang dijadikan lokasi penelitian adalah tiga sekolah yang dipilih

secara stratified random sampling. Stratifikasi dilakukan menggunakan sistem

cluster sekolah di kota Bandung tahun 2013. Hasil pengundian memunculkan

SMAN A sebagai wakil cluster 1, SMAN B sebagai wakil cluster 2, SMAN C

sebagai wakil cluster 3. Meskipun tahun 2015 sistem cluster sudah digantikan

dengan sstem rayon, namun pemilihan berdasarkan cluster tetap dipilih karena

system rayon baru digunakan dan dalam tahap awal penerapan. Berikut Tabel 3.1

pemilihan lokasi penelitian. Satu sekolah masing-masing dari setiap cluster dipilih

untuk dijadikan cuplikan.

Tabel. 3.1 Lokasi Penelitian

No Sekolah Cluster

(25)

25

Total terdapat 96 siswa (putra dan putri) yang mengikuti 2 tes miskonsepsi.

Jumlah itu terdistribusi pada 40 siswa SMA A, 31 siswa SMA B dan 25 siswa

SMA C. Perbedaan ini dikarenakan berbagai kegiatan siswa yang bertepatan

dengan waktu pelaksanaan tes, sehingga siswa yang dijadikan sampel hanya siswa

yang mengikuti dua kali tes.

D. Instrumen Penelitian.

1. Tes Miskonsepsi Three-Tier

Tes three-tier terdiri atas tier 1, tier 2 dan tier 3. Tier 1 berupa

pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan konsep Arthropoda. Tier 1 berisi satu

pernyataan yang benar tentang konsep-konsep Arthropoda dan empat pernyataan

pengecoh pada lima opsi jawaban a,b,c,d dan e. Tier 2 berupa tingkat keyakinan

jawaban tier 1 dan kaitannya dengan tier 3. Tier 3 berupa alasan-alasan yang

mendukung jawaban pada tier 1. Terdapat satu alasan yang relevan dengan

jawaban benar dan 4 alasan-alasan yang tidak relevan. Satu kolom alasan

disediakan untuk pemahaman siswa yang berbeda dengan alasan-alasan yang

tersedia. Kolom ini ditujukan untuk mengetahui jika siswa memiliki alasan

tersendiri dalam memilih jawaban.

Konsep-konsep pada soal tes three-tier dikembangakan berdasarkan

kemunculan konsep-konsep tersebut pada beberapa buku teks biologi. Hal ini juga

didasarkan pada hasil studi pendahuluan, umumnya guru membelajarkan

Arthropoda secara meluas mencakup konsep-konsep pada soal tes three-tier yang

dikembangkan. Pada Kurikulum 2013 tidak dejelaskan mengenai ruang lingkup

konsep Arthropoda secara mendetail. Merujuk pada Campbell et al., (2008) dan

Hickman et al., (2008) konsep-konsep yang tertera pada Tabel 3.2 berikut

merupakan konsep-konsep yang kerap muncul pada pembahasan bab mengenai

Arthropoda.

Tabel 3.2 Kisi-kisi konsep Arthropoda pada Soal Tes Miskonsepsi Three-tier

No Konsep Nomor Soal Jumlah

Arthropoda Chelicerata Myriapoda Hexapoda Crustacea

1 Struktur Tubuh 1 10,11,12 15 8,9 13,14 9

2 Anatomi 18 16 2

(26)

26

4 Peranan 17 1

5 Siklus Hidup 19 1

Total 20

Kisi-kisi soal yang ada pada Tabel 3.2 merupakan kisi-kisi yang digunakan

untuk mengembangkan soal tes three-tier. Kisi-kisi ini bertujuan agar

pengembangan soal dapat dilakukan semaksimal mungkin sesuai tujuan

pembelajaran konsep Arthropoda. Total terdapat 20 soal yang diujikan pada tes

miskonsepsi Arthropoda.

2. Wawancara

Wawancara pada penelitian ini digunakan sebagai data sekunder selain data

lainnya berupa hasil analisis tes three-tier. Wawancara yang dilakukan dalam

penelitian ini dibagi ke dalam dua jenis wawancara yaitu:

a. Wawancara terhadap guru

Lembar wawancara digunakan untuk menggali informasi dari guru mata

pelajaran tentang miskonsepsi yang umum terjadi pada siswa tentang konsep

invertebrata khususnya sub konsep Arthropoda. Wawancara ini juga bertujuan

untuk mengungkap faktor-faktor lain yang menjadi penyebab miskonsepsi.

Kisi-kisi wawancara guru terdapat pada Lampiran A.4.

b. Wawancara terhadap siswa

Setelah melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran biologi maka

dilakukan pula wawancara pada siswa. Wawancara pada siswa ini dilakukan

untuk mendapatkan data sekunder yang mendukung data utama. Wawancara

dilakukan kepada siswa yang didiagnosa memiliki miskonsepsi berdasarkan hasil

tes three-tier. Wawancara siswa dilakukan untuk menggali sumber miskonsepsi

yang mungkin mendasari pendapat atau gagasan siswa terhadap suatu konsep.

Wawancara juga ditujukan untuk memverifikasi miskonsepsi yang terjadi pada

siswa yang diperoleh dari hasil analisis data tes.

Wawancara pada siswa ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu wawancara

(27)

27

Wawancara kondisi siswa dilakukan dengan tujuan sebagai keterangan tambahan

yang mendukung kondisi siswa ketika siswa dikategorikan pada level pemahaman

tertentu. Kisi-kisi wawancara siswa terdapat pada Lampiran A.3.

3. Pengembangan Instrumen

Setelah instrumen tersebut dibuat kemudian instrumen dikembangkan melalui

tahap judgement. Hal ini bertujuan agar instrumen yang digunakan dapat

mengukur hal yang diinginkan, sehingga data yang diperoleh valid/sahih.

Judgement instrumen untuk validitas kesesuaian konsep dilakukan oleh 4 orang

penguji, yakni oleh dua orang dosen pembimbing dan dua orang dosen ahli

zoologi agar relevan dengan konsep Arthropoda pada penelitian ini.

a. Tes Three-Tier

Setelah melewati tahap validasi kesesuaian konsep, selanjutnya instrumen

soal tes pilihan ganda diuji coba kepada siswa. Hal ini untuk melihat keterbacaan

soal oleh siswa, waktu untuk pengerjaan soal dan kualitas soal yang dibuat. Soal

ini ditujukan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang Arthropoda.

Sementara instrumen wawancara hanya melalui proses judgement.

Adapun analisis butir soal yang dilakukan adalah tingkat kesukaran, daya

pembeda, daya pengecoh, validitas dan realibilitas soal.

1) Analisis tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.

Sebaiknya dalam sebuah tes ada soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar

secara proporsional. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan tingkat

kesukaran adalah sebagai berikut:

a) Hasil tes kelompok siswa yang mempunyai skor tertinggi sampai terendah

diurutkan. 27% teratas sebagai digolongkan sebagai kelompok atas, dan 27%

terbawah sebagai kelompok terbawah.

b) Satu persatu jawaban diperiksa terhadap masing-masing pokok uji dengan

membuat format jawaban tes (kelompok tinggi dan rendah).

c) Hasil di atas ditulis pada tabel analisis pokok uji.

d) Tingkat kesukaran dihitung mengunakan rumus tingkat kesukaran (Lampiran

(28)

28

2) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa

berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah (Arikunto, 2012).

Maksudunya soal yang baik itu mampu mebedakan siswa yang pandai dan yang

bodoh. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi, yang berkisar antara 0,00 – 1,00. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika soal tersebut “terbalik” menunjukkan kualitas siswa, yaitu siswa pandai disebut kurang, dan sebaliknya. Soal yang baik adalah soal

yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja (Arikunto, 2012). Rumus

yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda tiap soal adalah rumus daya

pembeda berdasarkan Arikunto (2012) (Lampiran C.1).

3) Efektivitas daya pengecoh

Analisis efektivitas daya pengecoh bertujuan menemukan pengecoh yang

kurang berfungsi dengan baik pada bentuk pokok uji pilihan ganda. Analisis ini

dapat dilakukan dengan cara menghitung banyaknya testee yang memilih opsi

jawaban a, b, c, d dan e atau yang tidak memilih pilihan manapun (Arikunto,

2012).

Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh

itu jelek karena terlalu menyolok. Sebaliknya sebuah pengecoh dapat dikatakan

berfungsi dengan baik jika mempunyai daya tarik besar bagi siswa yang kurang

memahami konsep atau kurang menguasai bahan.

Menurut Arikunto (2012), suatu pengecoh dapat kelompokkan ke dalam tiga

kategori tindakan:

a) Diterima, karena sudah baik.

b) Ditolak, karena tidak baik.

c) Ditulis kembali, karena kurang baik.

(29)

29

iv) Paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes.

4) Validitas

Valid dalam bahasa Indonesia sepadan dengan kata sahih. Validitas berarti

tingkat kesahihan. Tingkat kesahihan disini merujuk pada apakah sebuah tes

terbukti sahih dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Anderson

(1975) dalam Arikunto (2012) Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut

mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas tes dapat dibedakan ke dalam

dua macam yaitu validitas logis (logical validity) dan validitas empiris (empirical

validity). Validitas logis merujuk pada suatu tes yang dinyatakan valid melalui

penalaran. Instrumen yang diuji dikatakan valid jika instrumen tersebut telah

disusun, mengikuti dan ketentuan yang ada. Terdapat dua macam validitas logis

yaitu validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi merujuk pada kesesuaian

instrumen dengan materi pelajaran yang dievaluasi. Sedangkan validitas konstruk

merujuk pada konstruk kejiwaan yang akan dievalausi. Macam validitas kedua

yaitu validitas empiris. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila telah diuji

berdasarkan pengalaman.

Pada analisis ini, validitas yang dicari adalah validitas butir soal atau validitas

item. Berarti tergolong validitas empiris. Pada uji validitas ini digunakan rumus

korelasi untuk menghitung validitas (Lampiran C.1).

5) Reliabilitas

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika tes

tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas berarti ketetapan.

Faktor-faktor yang memengaruhi ketetapan suatu soal diantaranya : (1) perubahan

penguasaan siswa karena lupa atau karena belajar, (2) tugas atau pertanyaan pada

tes pertama berbeda dengan tes kedua, (3) perilaku yang diukur berbeda, (4)

perubahan kesehatan dan motivasi siswa, (5) cara penilaian yang berbeda.

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan menggunakan rumus korelasi product

moment Pearson dan rumus Spearman-Brown (Arikunto, 2012) pada Lampiran

(30)

30

Analisis butir soal pada penelitian ini dilakukan menggunakan software

anates versi 4.0.2 for Windows. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran C.6.

Hasil analisis menunjukkan beberapa item soal yang halus direvisi karena

memiliki validitas rendah. Revisi butir soal yang memiliki validitas rendah

dilakukan dengan mengubah stem soal dan opsi pada bagian jawaban maupun

alasan.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian mengenai identifikasi miskonsepsi pada konsep Arthropoda ini

dilakukan melalui tiga tahapan. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi

tahap pra-pelaksanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pasca-pelaksanaan.

Tahapan-tahapan penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 3.2. Berikut

dipaparkan penjelasan mengenai tahapan-tahapan penelitian.

(31)

31

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

1. Tahap Pra Penelitian

a. Setelah perumusan masalah dilakukan, kemudian dilanjutkan mengenai studi

pendahuluan dengan mencari dan menganalisis referensi dari jurnal dan buku

mengenai rumusan masalah yang telah dibuat.

b. Proposal penelitian disusun berdasarkan studi pendahuluan sesuai dengan

rumusan masalah.

c. Proposal yang telah dibuat kemudian melalui tahapan seminar proposal untuk

menguji kelayakan penelitian.

d. Proposal penelitian kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan pada

saar seminar proposal.

e. Instrumen penelitian berupa tes three-tier dan kisi-kisi wawancara dibuat

untuk melakukan pengambilan data penelitian.

f. Instrumen penelitian melalui tahapan judgement. Judgement dilakukan dengan

menguji keterbacaan konsep dan kebenaran konsep oleh dosen zoologi

invertebrate. Instrumen juga diuji dalam hal keterbacaan siswa melalui uji

coba tes three-tier.

g. Instrumen yang telah melalui tahapan judgement dan uji coba direvisi untuk

memeroleh instrumen penelitian final yang akan digunakan pada penelitian.

h. Tiga sekolah menengah atas dipilih secara stratified random sampling.

Masing-masing satu dari tiga cluster diundi sebagai lokasi penelitian.

i. Kelas yang siswanya akan dijadikan sebagai sampel penelitian dipilih

berdasarkan pendapat dan izin dari guru biologi yang berwenang.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Tes three-tier pertama tentang konsep Arthropoda dilakukan. Tes three-tier

ini dilaksanakan selama satu jam pelajaran (1x40 menit).

b. Berselang tiga minggu setelah tes pertama, tes kedua dengan soal yang sama

(32)

32

konsep-konsep yang diujikan. Tes kedua dilaksanakan selama satu jam

pelajaran (1x40 menit).

c. Wawancara dilakukan pada siswa yang terdiagnosa mengalami miskonsepsi

dan guru yang memberikan pembelajaran .

3. Tahap Pasca Pelaksanaan Penelitian

a. Data hasil analisis tes three-tier dan wawancara dianalisis.

b. Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh

dilakukan.

c. Laporan penelitian sesuai dengan keseluruhan alur dibuat.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan ini berdasarkan data yang telah didapatkan.

Data tersebut diolah dengan acuan rumusan dan pertanyaan pada penelitian secara

deskriptif. Data yang diperoleh berupa hasil tes three-tier serta wawancara siswa

dan guru.

1. Analisis tes three-tier

Analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh adalah dengan

menggunakan pola jawaban siswa. Terdapat 12 (dua belas) kemungkinan pola

jawaban siswa pada tes three-tier ini. Pola ini merujuk pada jawaban, alasan dan

tingkat keyakinan jawaban siswa. Pola jawaban tersebut kemudian diasimilasikan

terhadap tingkat pemahaman siswa yang didasarkan pada respon jawaban siswa

yang dikembangakan oleh Costu (2008). Dari beberapa tingkat pemahaman

tersebut kemudian pola jawaban tertentu dapat didiagnosa sebagai miskonsepsi.

Merujuk pada Kutluay (2005) pola jawaban salah dengan keyakinan terhadap

jawaban tersebut dikategorikan sebagai data miskonsepsi pada penelitian ini.

Hasil tersebut ini kemudian dianalisis lebih lanjut dan diverifikasi dengan

interview terhadap siswa dan guru. Analisis akhir secara komprehensif dilakukan

(33)

33

b. Kemungkikan pola jawaban yang telah dibuat diasimilasikan terhadap

kategori tingkat pemahaman siswa berdasarkan (Costu, 2008) dan diberi skor

untuk setiap kategorinya (Tabel 3.3).

c. Dilakukan penskoran pada setiap pola jawaban dan disusun dalam suatu rubrik

d. Jawaban siswa pada tes pertama dan kedua dikelompokkan berdasarkan rubrik

pada Tabel 3.3 (Lampiran D.1-D.6)

e. Dilakukan analisis pada pola jawaban siswa yang konsisten menunjukkan

miskonsepsi pada kedua tes.

Adapun kategori tingkat pemahman siswa disusun berdasarkan Costu (2008).

Costu (2008) menggolongkan pemahaman siswa ke dalam kategori yaitu,

Paham/Sounds Understanding (SU), Paham Parsial/Partial Understanding (PU),

Tidak Tahu/No Understanding (NU), Tidak Paham/Partial Understanding With

Spesific Misconceptions (PUSM), dan Miskonsepsi/Specific Misconceptions (SM).

Tingkat pemahaman yang terakhir yang kemudian akan digunakan sebagai data

miskonsepsi yang terjadi pada siswa merujuk pada pola jawaban tertentu pada tes

three-tier yang disusun.

Berikut (Tabel 3.3) adalah rubrik pengelompokkan tingkat pemahaman siswa

yang diasimilasikan terhadap kategori pemahaman siswa berdasarkan kategorisasi

Costu.

Tabel 3.3. Kategorisasi Tingkat Pemahaman Siswa berdasarkan Pola Jawaban Tingkat

B-T-b Siswa memiliki pemahaman konsep dan alasan yang tepat tetapi tidak yakin dengan kebenaran konsep yang dimilikinya konsep yang tepat, siswa tidak yakin dengan konsep yang dimilikinya bahkan

(34)

34

konsep yang dimilikinya , namun tidak memiliki pemahaman yang kuat ditandai

S (kapital) = pola Salah pada opsi jawaban

Simbol alasan

Data wawancara dari penelitian ini terdapat dua bagian, yaitu data wawancara

siswa dan data wawancara guru. Kedua data ini dianalisis secara terintegrasi

dengan hasil tes miskonsepsi sebagai berikut:

a. Wawancara siswa

Hasil wawancara siswa diinterpretasikan satu per satu sebagai data untuk

mengetahui pemahaman siswa yang lebih dalam dan keyakinan siswa pada

konsep Arthropoda yang menjadi miskonsepsi berdasarkan hasil analisis tes

(35)

35

Hasil wawancara guru pun diinterpretasikan untuk mendukung data utama.

Data hasil wawancara guru digunakan untuk mendukung faktor-faktor yang

mungkin menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa. Data tersebut dianalisis

(36)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Siswa SMA di Kota Bandung, sebagaian besar (55,21%) memiliki

miskonsepsi pada konsep Arthropoda. Konsep-konsep pada Arthropoda tidak

begitu jelas dipahami oleh siswa. Konsep-konsep Arthropoda yang salah dipahami

oleh siswa adalah konsep struktur tubuh, anatomi, pengelompokkan, peran serta

siklus hidup hewan-hewan Arthropoda. Pemahaman yang salah pada

konsep-konsep tersebut terjadi karena kurangnya purwarupa (representasi) hewan dan

kesalahan generalisasi ciri hewan tertentu. Miskonsepsi siswa SMA pada konsep

Arthropoda merupakan hasil kombinasi antara faktor-faktor penyebab

miskonsepsi. Dalam hal ini miskonsepsi disebabkan oleh faktor internal siswa

(minat dan cara belajar) dan faktor eksternal (sumber belajar dan peran guru).

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian, penulis mengemukakan beberapa

rekomendasi sebagai berikut

1. Guru hendaknya melakukan kegiatan identifikasi miskonsepsi berkala, dapat

dilakukan melalui kegiatan diskusi, kuis, peta konsep maupun penggunaan

gambar.

2. Guru hendaknya memberi penekanan konsep-konsep penting agar siswa

mengetahui mengenai konsep yang seharusnya mereka pahami.

3. Penggunaan gambar dianjurkan untuk disisipkan pada soal miskonsepsi three

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y.H. dan Romlah O. (2007). Identifikasi kesalahan dan miskonsepsi buku teks biologi SMU. Proseding : Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Al Khawaldeh, S.A. dan Al Olaimat, M.A. (2009).The Contribution of Conceptual Change Texts Accompanied by Concept Mapping to Eleventh-Grade Students Understanding of Cellular Respiration Concepts. Journal Science Education and Technology, 19:115125.

Amsel, S. (2015). Insecta. Water Strider.Exploring Nature Educational Resource. [Online]. Diakses dari: Pages. [Online]. Tersedia: http://exploringnature.org/db/detail.php?dbID=43&detID=926.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2.Jakarta: Bumi Aksara.

Arnaudin, M.W.dan Mintzes, J.J. (1985). Students’ Alternative Conceptions of the Human Circulatory System: A Cross-Age Study. Science Education, 69(5): 721-733.

Bahar, M. (2003). Misconception in Biology Education and Conceptual Change Strategies. Kuram ve Uygulamada Egitim Bilimleri / Educational Sciences : Theory and Practice, 3(1):55-64.

Bell, B.F. (1981). When Is An Animal, Not An Animal?. Journal of Biological Education, 15(3):213-218.

Biokeys. (2007).Walkingsticks and leaf insects. [Online]. Diakses dari http://biokeys.berkeley.edu/inverts/phasmida.html. [23 Mei 2015].

Braund, M. (1991). Children’s Ideas in Classifying Animals. Journal of Biological Education, 25(2):103-110.

Bullough, W.S. (1958). Practical Invertebrate Anatomy. London: Macmilian Press LTD.

Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A.,Wasserman, S.A., Minorsky, P.V., dan Jackson, R.B. (2008). Biologi jilid 2 (Edisi Kedelapan). Jakarta: Erlangga

(38)

72

Cinici, A. (2013b). Turkish high school students’ ideas about invertebrates: Genereal characteristic and classification. International Journal of Environmental & Science Education, 8:645-661.

Classconnections. (2015). Arthropod Coloring. [Online]. Diakses dari https://classconnection.s3.amazonaws.com/245/flashcards/1547245/gif/arthr Helping Students Make Sense of Everyday Situations. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 4(1):3-9.

Dikmenli, M., Osman, C., dan Fulya, O.. (2009). Conceptual Problems in Biology-Related Topics in Primary Science and Technology Textbooks in Turkey. International Journal of Environmental & Science Education, 4(4): 429-440.

Dikmenli, M. (2010). Misconceptions of cell division held by student teachers in biology: A drawing analysis. Scientific Research and Essay, 5(2): 235-247.

Dragoart. (2013). How to Draw a Spider. [Online]. Diakses dari http://www.dragoart.com/tuts/7226/1/1/how-to-draw-an-easy-spider.htm.

Drawbot. (2015). Coloring Ant. [Online]. Diakses dari http://www.thedrawbot.com/coloring/coloring-ant.html.

Enchantedlearning .(2015a). Milipedelabel. [Online]. Diakses dari http://www.enchantedlearning.com/subjects/invertebrates/arthropod/millipe delabel/.

Enchantedlearning. (2015b). Centipede. [Online]. Diakses dari http://www.enchantedlearning.com/subjects/invertebrates/arthropod/Centipe de.shtml.

(39)

73

Kose, S. (2008). Diagnosing student misconceptions: using drawing as a research method. World Applied Sciences Journal, 3(2): 283-293.

Kubiatko, M. dan Pavol, P. (2009). Pupils’ Understanding of Mammals: An Investigation of A Cognitive Dimension of Misconception. Orbis Scholae, 3(2):97-112

Kutluay, Y. (2005). Diagnosis of Eleventh Grade Students’ Misconceptions About Geometric Optic by A Three-Tier Test. (Tesis). Graduate School of Natural and Applied Sciences of Middle East Technical University, Ankara.

Livingston, I. (1997). Cancer.Dorsal Surface of A Crab Showing the External

features. [Online]. Diaskes dari

http://biodidac.bio.uottawa.ca/thumbnails/filedet.htm?File_name=crus036b &File_type=gif.

Muuraa.2014. Vektor-Skizze, Ameise. [Online]. Diakses dari http://www.canstockphoto.de/skizze-ameise-19333464.html.

Naz, A. dan Nasreen, A. (2013). An Exploration of Students’ Misconceptions about the Concept ‘Classification of Animals’ at Secondary Level and Effectiveness of Inquiry Method fo Conceptual Change. Journal of Faculty Educational Sciences, 46(2): 195-214.

Nurhubaini, R. (2015). Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMA pada Konsep Reproduksi Virus Melalui Analisis Gambar. (Skripsi). Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Ocal. (2011). Grasshooper Clip Art. [Online]. Diakses dari http://www.clker.com/profile-1068.html.

Omniverenz. (2012). First Arthropod. [Online]. Diakses dari https://omnivorenz.wordpress.com/2012/10/08/first-arthropod.

Pechenik, J.A. (2000). Biology of the Invertebrates Fourth Edition. Singepore : McGraw Hill International Edition.

Purba, J.P. & Depari, G. (2008). Penelusuran Miskonsepsi Mahasiswa Tentang Konsep Dalam Rangkaian Listrik Menggunakan Certainty of Response Index dan Interview. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, UPI.

Shen, M.M. (2013). Miskonsepsi dalam Pembelajaran di Sekolah [Online].

Diakses dari:

http://lpmpntb.org/serba_serbi.php?/50/MISKONSEPSI_DALAM_PEMBE LAJARAN_DI_SEKOLAH.html

(40)

74

http://biodidac.bio.uottawa.ca/thumbnails/filedet.htm/File_name/crus003b/F ile_type/gif.

Standingoutmyfield. (2013). Generic Honeybee Line Drawing. [Online].Diakses dari https://standingoutinmyfield.wordpress.com/2013/02/15/simple-insect-and-flower-line-drawings/.

Tekkaya, C. (2002). Misconception as A Barrier to Understanding Biology. Journal of Education, 23:259-266.

Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Treagust, D. (1986). Evaluating Students’ Misconceptions By Means of Diagnostic Multiple Choice Items. Research in Science Education 16:199-207.

Trowbridge J.E. dan M, J.J. (1985). Students’ Alternative Conceptions of Animals and Animals Classification. School Science and Matchematics, 85(4):304-316.

Urones, J.C., Jose, M.,V., dan Miguel, S.B. (2010). Preservice Teachers’ Conceptions About Animals and Particularly About Spiders. Electronic Journal of Research in Educational Physicology, 8(2):787-814.

Gambar

Tabel. 3.1 Lokasi Penelitian Sekolah Cluster
Tabel 3.2 Kisi-kisi konsep Arthropoda pada Soal Tes Miskonsepsi Three-tier
Tabel 3.3. Kategorisasi Tingkat Pemahaman Siswa berdasarkan Pola Jawaban Tingkat Pola

Referensi

Dokumen terkait

Laporan tugas akhir ini juga disertakan lampiran yang berisi penurunan Reynold untuk pelumas non-Newtonian, parameter performansi, dan penurunan persamaan umum

Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Serta Self Confidence Siswa SMPi. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dalam kitab undang-undang hukum perdata, gadai diartikan sebagai suatu hak yang di peroleh kreditor (si berpiutang) atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh

Sehubungan dengan Pelelangan melalui Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi yang di laksanakan oleh Panitia Pengadaan barang/Jasa Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan untuk

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Pembangunan Jalan Sandakan Desa Semunti (DAK Perbatasan & Pendamping), dimana

[r]

Papan semen yang selesai dikempa dingin Contoh uji/sampel papan semen partikel pada rasio 90:10. Contoh uji papan semen partikel pada Pengujian MOE & MOR

Pada nilai integritas sosial informan menunjukkan pernyataan yang sesuai dengan kata kunci yaitu menyediakan waktu untuk memberikan edukasi kepada pasien dan